Permenkes No 741 PDF
Permenkes No 741 PDF
NO. 741/MENKES/PER/VII/2008
TENTANG
STANDAR PELAYANAN MINIMAL
BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN/KOTA
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang:
1.
Bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 4 ayat (1) Peraturan Pemerintah
Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar
Pelayanan Minimal, perlu menetapkan Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan di Kabupaten/Kota;
2.
Bahwa Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1457/MENKES/SK/X/2003 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota tidak sesuai
lagi;
3.
Bahwa berdasarkan huruf a dan huruf b tersebut di atas, dipandang perlu
menetapkan Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota;
Mengingat :
1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 100 Tahun 1992, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3495);
2. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas UndangUndang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4844);
3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4438);
4. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4431);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Dan
Pertanggungjawaban Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4578);
61
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Mengingat :
Menetapkan:
Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:
1. Standar Pelayanan Minimal bidang Kesehatan selanjutnya disebut SPM Kesehatan
adalah tolok ukur kinerja pelayanan kesehatan yang diselenggarakan Daerah
Kabupaten/Kota.
2. Pelayanan dasar kepada masyarakat adalah fungsi Pemerintah dalam memberikan
dan mengurus keperluan kebutuhan dasar masyarakat untuk meningkatkan taraf
kesejahteraan rakyat.
3. Pemerintah Pusat selanjutnya disebut Pemerintah adalah Menteri Kesehatan.
62
4.
5.
6.
7.
8.
63
b.
c.
d.
Di luar jenis pelayanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2), Kabupaten/Kota
tertentu wajib menyelenggarakan jenis pelayanan sesuai kebutuhan, karakteristik,
dan potensi daerah.
Pasal 4
SPM Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan Pasal 3 diberlakukan juga
bagi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
BAB III
PENGORGANISASIAN
Pasal 5
1.
2.
3.
1.
2.
64
BAB V
PELAPORAN
Pasal 7
1.
2.
1.
2.
3.
Hasil monitoring dan evaluasi penerapan dan pencapaian SPM Kesehatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 dipergunakan sebagai:
a. Bahan masukan bagi pengembangan kapasitas pemerintah daerah dalam
pencapaian SPM Kesehatan;
b. Bahan pertimbangan dalam pembinaan dan pengawasan penerapan SPM
Kesehatan, termasuk pemberian penghargaan bagi pemerintah daerah yang
berprestasi sangat baik; dan
c. Bahan pertimbangan dalam memberikan sanksi kepada Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota yang tidak berhasil mencapai SPM Kesehatan dengan baik
dalam batas waktu yang ditetapkan dengan mempertimbangkan kondisi
khusus Daerah yang bersangkutan sesuai peraturan perundang-undangan.
BAB VII
PENGEMBANGAN KAPASITAS
Pasal 10
1.
65
2.
3.
1.
2.
1.
2.
3.
1.
66
2.
3.
1.
2.
Pada saat peraturan ini mulai berlaku semua peraturan yang berkaitan dengan
SPM Kesehatan dinyatakan tidak berlaku.
Dengan berlakunya peraturan ini, maka keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1457/Menkes/SK/X/2003 tentang Pedoman Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan di Kabupaten/Kota dinyatakan tidak berlaku lagi.
Pasal 15
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 29 Juli 2008
MENTERI KESEHATAN RI,
ttd
Dr. dr. Siti Fadilah Supari,
Sp.JP (K)
67
68
Menimbang
Mengingat
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Menetapkan
: KEPUTUSAN
Kesatu
MENTERI
KESEHATAN
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS STANDAR
PELAYANAN MINIMAL
BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN/KOTA.
Ketiga
Keempat
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 3 September 2008
MENTERI KESEHATAN,
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2005 tentang Pedoman
Penyusunan dan Penerapan SPM serta Permendagri No. 6 Tahun 2007
tentang Petunjuk Teknis Penyusunan dan Penetapan SPM, pemerintah
wajib menyusun SPM berdasarkan urusan wajib yang merupakan
pelayanan dasar, yaitu bagian dari pelayanan publik. Sedangkan
Permendagri No. 79 Tahun 2007 selanjutnya mengatur tentang Rencana
Pencapaian Standar Pelayanan Minimal berdasarkan Analisis Kemampuan
dan Potensi Daerah.
Menindaklanjuti hal tersebut di atas, Departemen Kesehatan telah
mengeluarkan
Peraturan
Menteri
Kesehatan
No.
741/MENKES/PER/VII/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan di Kab/Kota.
SPM Bidang Kesehatan di Kab/Kota mencakup 4 (empat) jenis pelayanan,
terdiri dari :
1. Pelayanan Kesehatan Dasar
2. Pelayanan Kesehatan Rujukan
3. Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan KLB
4. Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
Dalam rangka penerapan dan pencapaian SPM Bidang Kesehatan secara
bertahap diperlukan panduan perencanaan pembiayaan pencapaian SPM
bidang kesehatan di Kab/Kota untuk dijadikan acuan bagi pemerintah
daerah dengan memperhatikan potensi dan kemampuan daerah.
B. TUJUAN DAN SASARAN
Panduan ini bertujuan untuk memberikan kemudahan dan kesamaan visi
kepada pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam penyusunan
perencanaan pembiayaan penerapan SPM bidang kesehatan di Kab/Kota.
Adapun sasaran dari panduan ini adalah tersusunnya perencanaan
pembiayaan SPM bidang kesehatan oleh pemerintah Daerah Kab/Kota
dalam rangka pencapaian secara bertahap SPM Bidang kesehatan di
daerahnya.
C. PENGERTIAN
1. Indikator kinerja SPM bidang kesehatan adalah tolok ukur prestasi
kuantitatif dan kualitatif di bidang kesehatan yang digunakan untuk
menggambarkan besaran sasaran yang hendak dipenuhi dalam
pencapaian SPM bidang kesehatan di Kab/Kota berupa masukan,
proses, hasil, dan/atau manfaat pelayanan.
2. Batas waktu pencapaian adalah batas waktu yang dibutuhkan untuk
mencapai target (nlai) indikator SPM secara bertahap yang ditentukan
untuk mencapai SPM daerah Kab/kota.
3. Langkah kegiatan adalah tahapan kegiatan yang harus dilaksanakan
untuk memenuhi capaian indikator SPM sesuai situasi dan kondisi serta
kemampuan keuangan pemerintah daerah Kab/kota.
4. Kurun waktu adalah kurun/waktu dalam pelaksanaan kegiatan periode 1
(satu) tahun.
5. Satuan kerja/Lembaga penanggung jawab adalah lembaga di daerah
yang bertanggung jawab dalam penerapan SPM. Penentuan Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) ini harus mempertimbangkan tugas
pokok dan fungsi, kualifikasi dan kompetensi sumber daya SKPD yang
bersangkutan.
6. Kemampuan dan potensi daerah adalah kondisi keuangan daerah
seperti PAD, DAU, dan DAK serta sumber daya yang dimilki daerah
untuk meyelenggarakan urusan wajib pemerintahan daerah dan dalam
rangka pembelanjaan untuk membiayai penerapan SPM.
7. Rencana Pencapaian SPM adalah target pencapaian SPM yang
dituangkan dalam dokumen perencanaan daerah yang dijabarkan pada
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), RKPD,
Renstra-SKPD dan Renja-SKPD untuk digunakan sebagai dasar
perhitungan kebutuhan biaya dalam penyelenggaraan pelayanan dasar.
8. Analisis kemampuan dan potensi daerah terkait data dan informasi
menyangkut kapasitas dan sumber daya yang dimiliki daerah.
9. Program adalah penjabaran kebijakan SKPD dalam bentuk upaya yang
berisi satu atau lebih kegiatan dengan menggunakan sumber daya yang
disediakan untuk mencapai hasil yang terukur sesuai dengan misi
SKPD.
10. Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau
lebih unit kerja pada SKPD sebagai bagian dari pencapaian sasaran
terukur pada suatu program dan terdiri dari sekumpulan tindakan
pengerahan sumber daya baik yang berupa personal (sumber daya
manusia), barang modal termasuk peralatan dan teknologi, dana, atau
kombinasi dari beberapa atau kesemua jenis sumber daya
tersebut.sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output)
dalam bentuk barang/jasa.
D. DASAR HUKUM
1. Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2005 tentang Pedoman
Penyusunan dan Penerapan SPM;
2. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 6 Tahun 2007 tentang Petunjuk
Teknis Penyusunan dan Penetapan SPM
3. Permendagri No. 79 Tahun 2007 selanjutnya mengatur tentang
Rencana Pencapaian Standar Pelayanan Minimal.
4. Peraturan Menteri Kesehatan No. 741/MENKES/VII/2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kab/Kota.
5. SK Menkes No. 828/MENKES/SK/IX/2008 tentang Petunjuk Teknis
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kab/Kota
E. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup panduan perencanaan pembiayaan pencapaian SPM bidang
kesehatan, meliputi:
1. Rencana Pencapaian SPM
2. Pengintegrasian rencana pencapaian SPM dalam bentuk dokumen
perencanaan dan penganggaran
3. Mekenisme pembelanjaan penerapan SPM dan perencanaan
pembiayaan pencapaian SPM bidang kesehatan di Kab/Kota
4. Sistem penyampaian informasi rencana dan realisasi pencapaian
target tahunan SPM kepada masyarakat
BAB II
RENCANA PENCAPAIAN SPM
BAB III
PENGINGTEGRASIAN RENCANA PENCAPAIAN SPM DALAM DOKUMEN
PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN
Pemerintah daerah menyusun rencana pencapaian SPM bidang kesehatan yang
dituangkan dalam RPJMD dan dijabarkan dalam target tahunan pencapaian SPM
bidang kesehatan. RPJMD yang memuat rencana pencapaian SPM bidang
kesehatan akan menjadi pedoman dalam penyusunan Renstra SKPD, kebijakan
umum APBD (KUA) dan Prioritas Plafond Anggaran (PPA). Adapun mekanisme
rencana pencapaian SPM dalam RPJMD sbb:
Gambar 2. Pengintegrasian
Urusan
pemerintahan
Urusan bersama
Pelayanan Dasar
Urusan pilihan
Urusan wajib
Urusan mutlak
Renja - SKPD
Menjadi salah
satu faktor dalam
menggambarkan
RKPD
RKA - SKPD
Renstra - SKPD
Visi misi & tujuan
Strategi &
kebijakan
Program, indikasi
kegiatan, prestasi
kerja berbasis
SPM
SPM
Menjadi acuan
dalam
penyusunan
Rancangan RPJMD
Penetapan Perda
ttg RPJMD
Strategi
pembagunan
daerah
Arah kebijakan
keuangan
daerah
Program
prioritas daerah
Analisis keuangan
& kondisi umum
daerah
Kondisi umum
daerah
Urusan
pemerintahan
kewenangan
daerah
Faktor geografis
Perekonomian
daerah
Kondisi sosial
budaya
Prasarana dan
sarana
Pemerintahan
umum
Prestasi kerja
pelayanan publik
berbasis SPM
BAB IV
MEKANISME PEMBELANJAAN PENERAPAN SPM DAN PERENCANAAN
PEMBIAYAAN PENCAPAIAN SPM BIDANG KESEHATAN
Nota kesepakatan tentang KUA dan PPA yang disepakati bersama antara Kepala
Daerah dan DPRD wajib memuat target pencapaian dan penerapan SPM Bidang
Kesehatan di Kab/Kota. Nota kesepakatan inilah yang menjadi dasar penyusunan
RKA-SKPD yang menggambarkan secara rinci dan jelas program dan kegiatan
yang akan dilakukan dalam rangka pencapaian dan penerapan SPM Bidang
Kesehatan di Kab/Kota. Pengintegrasian SPM ke dalam RAPBD ini dapat dilihat
pada gambar 3.
Gambar 3. Pengintegrasian SPM ke dalam RAPBD
RKPD
Rancangan KUA
SKPD
Analisis standar
belanja
SPM
Nota Kesepakatan
KUA
SE KDh ttg
Pedoman
Penyusunan RKA SKPD
Rancangan PPAS
Nota Kesepakatan
PPAS
Penyusunan rincian
anggaran
pendapatan
Penyusunan rincian
anggaran belanja
tidak langsung
Penyusunan rincian
penerimaan
pembiayaan daerah
Penyusunan rincian
pengeluaran
pembiayaan daerah
Standar satuan
harga
RKA _ SKPD
Penetapan Perda
APBD
Per. KDH
Penjabaran SPBD
Evaluasi Raperda
Raperda APBD
Penyusunan
Raperda APBD
Badan
Kepegawaian/
Daftar Pegawai
Nota Keuangan
Akuntansi/
Laporan Kuangan
RPJMD
Batas waktu
pencapaian SPM
daerah
Batas waktu
pencapaian SPM
nasional
RKPD
Target tahunan
Rincian belanja
BAB V
SISTEM PENYAMPAIAN INFORMASI
Rencana pencapaian target tahunan SPM Bidang Kesehatan di Kab/Kota dan
realisasinya merupakan bagian dari Laporan Penyelenggaraan Pemerintah
Daerah (LPPD), Laporan Keuangan Pertanggungjawaban (LKPJ) dan Informasi
laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (ILPPD) yang harus diinformasikan
kepada masyarakat.
Selain itu, sesuai dengan Pasal 12 PP 65/2005 Pemerintah Daerah
mengakomodasikan pengelolaan data dan informasi penerapan SPM ke dalam
sistem informasi daerah yang dilaksanakan sesuai peraturan perundangundangan.
Gambar 5. Mekanisme Sistem Pengelolaan Data dan Informasi SPM Bidang
Kesehatan
Depkes
(Siknas Online)
Dinkes
Kab/Kota
(Bag. Program)
Dinkes
Provinsi
Puskesmas
1)
2)
3)
4)
5)
Rumah Sakit
Balai
Pemda Kab/Kota
(Bupati/Walkota)
Praktek Swasta/
perorangan
Unit Kesehatan
BUMN/BUMD
BAB VI
PENUTUP
Panduan perencanaan pembiayaan pencapaian SPM Bidang Kesehatan di
Kab/Kota disusun sebagai acuan daerah dalam menyusun perencanaan
pembiayaan pencapaian SPM Bidang Kesehatan di Kab/Kota. Perencanaan
pembiayaan pencapaian SPM ini akan memudahkan daerah dalam
mengalokasikan besarnya biaya yang dibutuhkan bagi pelaksanaan SPM di
daerah selama 5 tahun ke depan dan mengevaluasi setiap tahunnya.
DEFINISI OPERASIONAL
STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN/KOTA
Pengertian
1) Ibu hamil K-4 adalah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai
standar paling sedikit empat kali, dengan distribusi pemberian pelayanan yang
dianjurkan adalah minimal satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada triwulan
kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan.
2) Kunjungan ibu hamil sesuai standar adalah pelayanan yang mencakup minimal :
(1) Timbang badan dan ukur tinggi badan, (2) Ukur tekanan darah, (3) Skrining
status imunisasi tetanus (dan pemberian Tetanus Toksoid), (4) (ukur) tinggi fundus
uteri, (5) Pemberian tablet besi (90 tablet selama kehamilan), (6) temu wicara
(pemberian komunikasi interpersonal dan konseling), (7) Test laboratorium
sederhana (Hb, Protein urin) dan atau berdasarkan indikasi (HbsAg, Sifilis, HIV,
Malaria, TBC).
3) Jumlah sasaran Ibu Hamil dihitung melalui estimasi dengan rumus : 1,10 x Crude
Birth Rate x Jumlah Penduduk (pada tahun yang sama). Angka CBR dan jumlah
penduduk Kab/Kota didapat dari data BPS masing masing Kab/Kota/Provinsi
pada kurun waktu tertentu. 1,1 adalah konstanta untuk menghitung Ibu hamil.
4) Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program KIA dalam melindungi
ibu hamil sehingga kesehatan janin terjamin melalui penyediaan pelayanan
antenatal.
b.
Definisi Operasional
Cakupan kunjungan ibu hamil K-4 adalah cakupan Ibu hamil yang telah memperoleh
pelayanan antenatal sesuai dengan standar paling sedikit 4 kali di satu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu.
c.
Cara Perhitungan/Rumus
1) Rumus
Cakupan
kunjungan
ibu hamil K4
x 100%
2) Pembilang
Jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai standar
minimal 4 kali di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
3) Penyebut
Jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja dalam kurun waktu yang sama.
4) Ukuran/Konstanta
Persentase (%)
5) Contoh Perhitungan
Jumlah Penduduk 500.000, Angka Kelahiran Kasar (CBR) 2,3 %. Hasil
pelayanan antenatal K4 = 12.000 Bumil Januari - Desember tahun 2003, Maka:
Persentase cakupan K4 adalah =
Jml kunjungan ibu hamil K4
x 100%
Jml sasaran ibu hamil dalam satu tahun
x 100 % = 94,86 %
12.000
1,1 x 2,3% x 500.000
d.
Sumber Data
1) SIMPUS (LB 3) dan SIRS termasuk pelayanan yang dilakukan oleh swasta.
2) Kohort ibu,
3) Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) KIA
e.
Rujukan
1) Buku Pedoman Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi
(P4K) tahun 2008.
2) Buku Pegangan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal tahun
2002;
3) Standar Pelayanan Kebidanan (SPK) tahun 2003;
4) Pedoman pelayanan kebidanan dasar berbasis HAM dan keadilan gender
tahun 2004;
5) Pedoman pemberian Tablet besi Folat dan Sirup Besi bagi petugas Depkes
tahun 1999;
6) Booklet anemia Gizi dan tablet tambah darah untuk WUS;
7) Buku KIA tahun 2006;
8) Pedoman pelayanan IMS/ISR pada pelayanan Kespro terpadu tahun 2006;
9) Pedoman PMTCT tahun 2006;
10) Pedoman pencegahan dan penanganan Malaria pada ibu hamil tahun 2006;
11) Buku panduan praktis pelayanan kontrasepsi.
f.
Target
Target 2015: 95 %
g.
Langkah Kegiatan
1) Pengadaan buku KIA (dengan stiker P4K);
2) Pendataan Bumil;
3) Pelayanan Antenatal sesuai standar;
4) Kunjungan rumah bagi yang Drop Out;
5) Pembuatan kantong persalinan;
6) Pelatihan KIP/konseling;
7) Pencatatan dan Pelaporan;
8) Supervisi, Monitoring dan Evaluasi (PWS KIA, Analisis Manajemen Prog. KIA
tahun 2000).
h.
SDM
1) Dokter
2) Bidan
3) Perawat
b. Definisi Operasional
Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani adalah ibu dengan komplikasi
kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang mendapat
penanganan definitif sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan terlatih pada
tingkat pelayanan dasar dan rujukan (Polindes, Puskesmas, Puskesmas PONED,
Rumah Bersalin, RSIA/RSB, RSU, RSU PONEK).
c. Cara Perhitungan/Rumus
1) Rumus
Cakupan komplikasi
kebidanan yg
ditangani
x 100%
2) Pembilang
Jumlah komplikasi kebidanan di satu wilayah tertentu yang mendapat
penanganan definitif pada kurun waktu tertentu.
3) Penyebut
Jumlah ibu dengan komplikasi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu
yang sama.
4) Ukuran/Konstanta
Persentase (%)
5) Contoh Perhitungan
Jumlah Penduduk 500.000, Angka Kelahiran Kasar (CBR) 2,3%. Hasil cakupan
komplikasi kebidanan = 2250 bayi periode Januari - Desember tahun 2003,
maka: Persentase cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani adalah :
x 100 % = 88,93 %.
2250
20% x 1,1 x 2,3 % x 500.000)
d. Sumber Data
1) SIMPUS dan SIRS termasuk pelayanan yang dilakukan oleh swasta.
2) Laporan Audit Maternal dan Perinatal (AMP).
e. Rujukan
1) Buku acuan pelatihan PONED tahun 2007;
2) Buku KIA tahun 2006;
3) Buku Pegangan Praktis Pelayanan Kesehatan maternal dan Neonatal tahun
2002;
4) Acuan Asuhan Persalinan Normal/APN tahun 2007;
5) Standar Pelayanan Kebidanan (th. 2003);
6) Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat (PWS-KIA) tahun 2004;
7) Pedoman Pengembangan PONED tahun 2004;
8) Pedoman Teknis Audit Maternal-Perinatal di tingkat Kab/kota tahun 2007;
9) Buku Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar berbasis HAM dan Keadilan
Gender tahun 2004;
10) Buku Pedoman Manajemen PONEK 24 jam di Kab/Kota tahun 2006;
11) Pedoman sistem rujukan maternal dan neonatal di RS Kab/Kota tahun 2006;
12) Buku pedoman penyelenggaraan RS;
Target
Target 2015: 80 %
g. Langkah Kegiatan
1) Deteksi Bumil, Bulin, dan Bufas Komplikasi
2) Rujukan kasus komplikasi kebidanan
3) Pelayanan penanganan komplikasi kebidanan
4) Penyediaan pusat pelatihan Klinis
5) Pelatihan PONED bagi Bidan Desa dan Tim Puskesmas
6) Pelatihan Tim PONEK di RS Kabupaten/Kota
7) Penyediaan peralatan PONED di Puskesmas dan PONEK di RS
Kabupaten/Kota
8) Penyediaan Bank Darah Rumah Sakit (BDRS)
9) Pelaksanaan PONED dan PONEK
10) Pencatatan dan Pelaporan
11) Pemantauan & Evaluasi
h. SDM
1) Tim PONEK RS (1 Dr.SpOG, 1 Dr.SpA, 1 Dr. umum, 3 bidan, dan 2 perawat)
2) Tim PONED Puskesmas (1 dokter, 1 bidan, 1 Perawat)
3) Bidan di Desa
x 100%
2) Pembilang
Jumlah ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga kesehatan di satu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu.
3) Penyebut
Jumlah seluruh sasaran ibu bersalin di satu wilayah kerja dalam kurun waktu
yang sama.
4) Ukuran/Konstanta
Persentase (%)
5) Contoh Perhitungan
Jumlah Penduduk 500.000, Angka Kelahiran Kasar (CBR) 2,3 %.
jumlah ibu bersalin ditolong oleh Nakes Januari- Desember tahun 2003, =
10.500
Maka : Persentase cakupan Pn adalah =
Jml persalinan oleh tenaga kesehatan
x 100 %
Jml seluruh sasaran persalinan dalam satu tahun
10.500
x 100 % = 86,96 %
1,05 x 2,3% x 500.000
d. Sumber Data
SIMPUS dan SIRS termasuk pelayanan yang dilakukan oleh swasta
e. Rujukan
1) Buku Pegangan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal tahun
2002;
2) Acuan Asuhan Persalinan Normal/APN tahun 2007
3) Standar Pelayanan Kebidanan (SPK) tahun 2003
4) Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar berbasis HAM dan Keadilan Gender
tahun 2004
5) PWS KIA tahun 2004
f.
Target
Target 2015: 90 %
g. Langkah Kegiatan
1) Kemitraan Bidan Dukun
2) Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)
3) Pelayanan persalinan
4) Penyediaan/Pengantian Peralatan Persalinan (Bidan KIT)
5) Pelatihan + Magang (APN)
6) Supervisi, Monitoring, dan Evaluasi (PWS-KIA dan Analisis Manajemen Program
KIA)
h. SDM
1) Dr. SpOG
2) Dokter Umum
3) Bidan
x 100%
2) Pembilang
Jumlah ibu nifas yang telah memperoleh 3 kali pelayanan nifas sesuai standar di
satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
3) Penyebut
Jumlah seluruh ibu nifas di satu wilayah kerja dalam kurun waktu yang sama.
4) Ukuran/Konstanta
Persentase (%)
5) Contoh Perhitungan
Jumlah Penduduk 500.000, Angka Kelahiran Kasar (CBR) 2,3 %. Hasil
pelayanan nifas = 10.000 Januari - Desember tahun 2003, Maka :
Persentase cakupan pelayanan nifas adalah
Jml ibu nifas yg telah memperoleh 3 kali pelayanan nifas sesuai
Standar di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
x 100% =
Seluruh Ibu nifas di satu wilayah pada kurun waktu tertentu
x 100 % = 82,82%
10.000
1,05 x 2,3% x 500.000
d. Sumber Data
1) SIMPUS dan SIRS termasuk pelayanan yang dilakukan oleh swasta.
2) Kohort LB3 Ibu PWS-KIA
e. Rujukan
1) Buku Pedoman Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi
(P4K) tahun 2008
2) Buku Pegangan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal
3) Standar Pelayanan Kebidanan (SPK) tahun 2003;
4) Pelayanan Kebidanan Dasar berbasis HAM dan Keadilan Gender
5) PWS KIA tahun 2004
6) Buku Pedoman Pemberian Vit A pada Ibu Nifas tahun 2005
f.
g.
Target
Target 2015: 90 %
Langkah Kegiatan
1) Pelayanan Nifas sesuai standar (ibu dan neonatus)
2) Pelayanan KB pasca persalinan
3) Pelatihan/magang klinis kesehatan maternal dan neonatal.
4) Pelayanan rujukan nifas
5) Kunjungan Rumah bagi yang Drop Out
6) Pencatatan dan Pelaporan
7) Supervisi, Monitoring dan Evaluasi (PWS KIA, Analisis Manajemen Prog. KIA)
h. SDM
1) Dokter
2) Bidan
3) Perawat
x 100%
2) Pembilang
Jumlah neonatus dengan komplikasi yang tertangani dari satu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu di sarana pelayanan kesehatan.
3) Penyebut
Neonatus dengan komplikasi yang ada dengan perkiraan 15 % bayi baru lahir dari
satu wilayah kerja pada kurun waktu yang sama di sarana pelayanan kesehatan.
4) Ukuran/Konstanta
Prosentase (%)
5) Contoh Perhitungan
Jumlah seluruh neonatus di kec. A tahun 2003 = 300 neonatus
Jml perkiraan neonatus dgn komplikasi di kec. A adalah 15% x 300 = 45 neonatus.
10
Target
Target 2010: 80%
g. Langkah Kegiatan
1) Deteksi Dini Bumil, Bulin, dan Bufas komplikasi.
2) Pelayanan kesehatan pasca persalinan untuk ibu dan neonatal sesuai standar
3) Penyediaan sarana, peralatan, laboratorium, obat esensial yg memadai, dan
transport.
4) Pelatihan manajemen BBLR bagi bidan, manajemen Asfiksia bayi baru lahir,
MTBS, PONED bagi Tim puskesmas, PONEK bagi Tim RSUD
5) Pelaksanaan PONED dan PONEK;
6) Pemantauan untuk asuhan tindak lanjut bagi neonatus yang dirujuk
7) Pencatatan dan pelaporan
8) Pemantauan pasca pelatihan dan evaluasi
9) Pelaksanaan dan Pemantapan Audit Maternal Perinatal (AMP);
10) Rujukan pasien, tenaga medis, dan spesimen.
h. SDM
1)
2)
3)
4)
5)
11
x 100 %
2) Pembilang
Jumlah bayi yang memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan standar,
paling sedikit 4 kali di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
3) Penyebut
Seluruh bayi lahir hidup di satu wilayah kerja dalam kurun waktu sama.
Catatan :
Jika tidak ada data dapat digunakan angka estimasi jumlah bayi lahir hidup
berdasarkan data BPS atau perhitungan CBR dikalikan jumlah penduduk.
4) Ukuran/Konstanta
Persentase (%)
5) Contoh Perhitungan
Jumlah seluruh bayi lahir hidup di desa A tahun 2005 : 75 bayi.
Jml bayi memperoleh pelayanan kesehatan sesuai standar, 4 kali oleh bidan : 40
bayi.
12
h. SDM
1) Dokter SpA
2) Dokter Umum
3) Bidan,
4) Perawat (terlatih),
13
Pengertian
1) Kelurahan adalah wilayah kerja lurah sebagai perangkat daerah kabupaten
dan/atau daerah kota di bawah kecamatan. (UU No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah).
2) Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal
usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional
dan berada di bawah kabupaten.
3) UCI (Universal Child Immunization) adalah tercapainya imunisasi dasar secara
lengkap pada bayi (0-11 bulan), Ibu hamil, WUS dan anak sekolah tingkat dasar.
4) Imunisasi dasar lengkap pada bayi meliputi: 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis
Polio, 4 dosis Hepatitis B, 1 dosis Campak. Ibu hamil dan WUS meliputi 2 dosis
TT. Anak sekolah tingkat dasar meliputi 1 dosis DT, 1 dosis campak, dan 2 dosis
TT.
5) Imunisasi rutin adalah kegiatan imunisasi yang secara rutin dan terus menerus
harus dilaksanakan pada periode waktu yang telah ditetapkan, berdasarkan
kelompok usia sasaran dan tempat pelayanan.
6) Imunisasi tambahan adalah kegiatan imunisasi yang tidak rutin dilaksanakan,
hanya dilakukan atas dasar ditemukannya masalah dari hasil pemantauan atau
evaluasi. Yang termasuk dalam kegiatan imunisasi tambahan meliputi: Backlog
Fighting dan Crash program.
7) Imunisasi dalam penanganan KLB adalah kegiatan imunisasi yang disesuaikan
dengan situasi epidemiologis penyakit.
b. Definisi Operasional
Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) adalah
Desa/Kelurahan dimana 80% dari jumlah bayi yang ada di desa tersebut sudah
mendapat imunisasi dasar lengkap dalam waktu satu tahun.
c. Cara Perhitungan/Rumus
1) Rumus
Desa /Kelurahan UCI
x 100 %
2) Pembilang
Jumlah Desa/Kelurahan UCI di satu wilayah kerja pada waktu tertentu.
3) Penyebut
Seluruh Desa/Kelurahan di satu wilayah kerja dalam waktu yang sama.
4) Ukuran/Konstanta
Persentase (%)
5) Contoh Perhitungan
Jumlah desa/kelurahan UCI di Kabupaten/Kota X sebanyak 75 desa.
Jumlah desa di Kabupaten/Kota X sebanyak 90 desa.
14
d. Sumber Data
SIMPUS, SIRS dan Klinik
e. Rujukan
1) Pedoman operasional program imunisasi tahun 2004, IM. 16.
2) Kepmenkes No. 1611/MENKES/SK/XI/2005 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Imunisasi.
f.
Target
Target 2010: 100%
g. Langkah Kegiatan
1) Imunisasi Rutin
2) Imunisasi Tambahan (Backlog Fighting, Crash Program)
3) Imunisasi dalam Penanganan KLB (Outbreak Response)
4) Kegiatan Imunisasi tambahan untuk penyakit tertentu dalam wilayah yang luas
dan waktu yang tertentu (PIN, Sub PIN, Catch Up Campaign Campak)
h. SDM
1) Dokter
2) Perawat
3) Bidan
15
8.
Cakupan
pelayanan
anak balita
x 100%
2) Pembilang
Jumlah anak balita (12 59 bulan) yang memperoleh pelayanan pemantauan
pertumbuhan minimal 8 kali di satu wilayah kerja pada waktu kurun tertentu.
16
3) Penyebut
Jumlah seluruh anak balita (12 59 bulan) di satu wilayah kerja dalam kurun
waktu tertentu.
4) Ukuran/Konstanta
Persentase (%)
5) Contoh Perhitungan
Jumlah anak balita di Kabupaten A tahun 2003 adalah 6.000 orang.
Jumlah anak balita yang memperoleh pelayanan kesehatan 3.000 orang.
Persentase cakupan = 3.000/6.000 x 100 % = 50 %
d. Sumber Data
1) Kohort balita
2) Laporan rutin SKDN
3) Buku KIA
4) KMS
5) Pencatatan pada Pos PAUD (Pemantauan Anak Usia Dini), Taman Bermain,
Taman Penitipan Anak,Taman Kanak-kanak, Raudatul Athfal dll.
e. Rujukan
1) Buku Standar Pemantauan Pertumbuhan
2) Buku Pedoman pelaksanaan SDIDTK anak.
3) Buku KIA
4) Buku pedoman pemberian Vitamin A bagi petugas
5) Buku pedoman pendampingan keluarga
f.
Target
Target 2010: 90%
g. Langkah Kegiatan
1) Pendataan sasaran anak usia 12 59 bulan;
2) Pemantauan pertumbuhan anak usia 12 59 bulan minimal 8 x dalam
setahun;
3) Pemantauan perkembangan anak usia 12 59 bulan minimal tiap 6 bulan
sekali;
4) Melakukan intervensi bila dijumpai gangguan pertumbuhan dan kelainan
perkembangan
5) Melakukan rujukan bila tidak ada perbaikan setelah dilakukan intervensi
6) Penyediaan skrining Kit SDIDTK;
7) Pengadaan Vitamin A dosis tinggi (200.000 iu) sesuai sasaran;
8) Pengadaan formulir pendukung pencatatan pelaporan
9) Monitoring dan evaluasi;
10) Pelatihan
h. SDM
1. Dokter SpA
2. Dokter Umum
3. Bidan
4. Perawat
17
9.
Pengertian
1)
2)
3)
Anak usia 6-24 bulan keluarga miskin adalah bayi usia 6 11 bulan dan anak
usia 6 24 bulan dari keluarga miskin (GAKIN).
Kriteria dan keluarga miskin ditetapkan oleh pemerintah setempat (Kab/Kota).
MP-ASI pabrikan berupa bubuk instan untuk bayi usia 6 11 bulan dan biskuit
untuk anak usia 12 24 bulan.
b.
Definisi Operasional
Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 24 bulan
keluarga miskin adalah pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6
24 Bulan dari keluarga miskin selama 90 hari.
c.
Cara Perhitungan/Rumus
1) Rumus
Cakupan
pemberian
makanan
pendamping ASI
x 100 %
2) Pembilang
Jumlah anak usia 6 24 bulan dari Gakin yang mendapat MP-ASI di satu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
3) Penyebut
Jumlah seluruh anak usia 6 24 bulan dari Gakin di satu wilayah kerja dalam
kurun waktu yang sama.
4) Ukuran/Konstanta
Persentase (%).
5) Contoh Perhitungan
Jumlah anak usia 6 24 bulan keluarga miskin yg mendapat MP ASI di Kab. A
dalam kurun waktu 1 (satu) tahun : 5.000 anak
Jumlah seluruh anak usia 6 24 bln keluarga miskin di Kab. A : 5.500 anak.
Persentase cakupan pemberian makanan pendamping ASI keluarga miskin =
5.000 x 100 % = 91 %
5.500
d.
Sumber Data
Laporan khusus MP-ASI, R-1 gizi, LB3-SIMPUS.
e.
Rujukan
Pedoman pengelolaan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) untuk anak
usia 6 24 bulan.
f.
Target
Target 2010 : 100 %
18
g.
Langkah Kegiatan
1) Pendataan sasaran;
2) Pelatihan pemberian makanan bagi anak / konseling menyusui
3) Pengadaan MP-ASI
4) Penyimpanan MP-ASI
5) Distribusi sampai ke sasaran
6) Pencatatan pelaporan
7) Monitoring dan evaluasi pelaksanaan pemberian MP-ASI.
h.
SDM
Nutrisionis/Tenaga kesehatan terlatih gizi
19
Cakupan
Balita gizi buruk
x 100 %
2) Pembilang
Jumlah balita gizi buruk mendapat perawatan di sarana pelayanan kesehatan di
satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
3) Penyebut
Jumlah seluruh balita gizi buruk yang ditemukan di satu wilayah kerja pada kurun
waktu yang sama.
4) Ukuran/Konstanta
Persentase (%).
5) Contoh Perhitungan
Jumlah balita gizi buruk yg mendapat perawatan di sarkes di Kab. A dalam kurun
waktu 1 (satu) tahun : 16 balita
Jumlah seluruh balita gizi buruk yg ditemukan di Kab. A : 20 balita.
Persentase cakupan balita gizi buruk yg mendapat perawatan
= 16 x 100 % = 80 %
20
d. Sumber Data
R-1 /gizi, LB3-SIMPUS, SIRS, W-1 (laporan wabah KLB), laporan KLB gizi buruk
Puskesmas, dan atau Rumah Sakit.
e. Rujukan
1) Pedoman Tatalaksana KEP pada Anak di Rumah Sakit Kab/Kota, tahun 1998;
2) Pedoman Tatalaksana KEP pada Anak di Puskesmas dan Rumah Tangga, tahun
1998;
3) Buku Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk, tahun 2007;
4) Petunjuk Teknis Tatalaksana Anak Gizi Buruk, tahun 2007;
20
5)
6)
7)
8)
f. Target
Target 2010 : 100 %.
g. Langkah Kegiatan
1. Surveilans gizi termasuk penemuan kasus secara aktif
2. Respon cepat penanganan kasus gizi buruk
3. Pelatihan tatalaksana gizi buruk
4. Penyediaan mineral mix
5. Perawatan kasus gizi buruk di Rumah Sakit, TFC (Therapeutic Feeding Center)
6. Pendampingan kasus gizi buruk pasca rawat (Community Therapeutic Center)
7. Bintek dan supervisi berjenjang
h. SDM
Tim asuhan gizi (Dokter, Nutrisionis, Bidan/Perawat)
21
Pengertian
1) Penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat adalah pemeriksaan kesehatan
umum, kesehatan gigi dan mulut siswa SD dan setingkat melalui penjaringan
kesehatan terhadap murid kelas 1 SD dan Madrasah Ibtidaiyah yang
dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bersama guru, dokter kecil.
2) Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah upaya terpadu lintas program dan
lintas sektor dalam rangka meningkatkan kemampuan hidup sehat dan
selanjutnya membentuk perilaku hidup sehat anak usia sekolah yang berada di
sekolah.
3) Sekolah Dasar setingkat adalah Sekolah Dasar Negeri, Sekolah Dasar Swasta,
Sekolah Dasar Luar Biasa, Madrasah Ibtidaiyah serta satuan pendidikan
keagamaan termasuk Ponpes baik jalur pendidikan sekolah maupun luar
sekolah;
4) Tenaga Kesehatan adalah tenaga medis, keperawatan atau petugas
Puskesmas lainnya yang telah dilatih sebagai tenaga pelaksana UKS/UKGS;
5) Guru UKS/UKGS adalah guru kelas atau guru yang ditunjuk sebagai pembina
UKS/UKGS di sekolah dan telah dilatih tentang UKS/UKGS;
6) Dokter kecil adalah kader kesehatan sekolah yang biasanya berasal dari murid
kelas 4 dan 5 SD dan setingkat yang telah mendapatkan pelatihan dokter kecil;
7) Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program Usaha Kesehatan
Anak Sekolah dalam melindungi anak sekolah sehingga kesehatannya terjamin
melalui pelayanan kesehatan.
b. Definisi Operasional
Cakupan pemeriksaan kesehatan siswa SD dan setingkat adalah cakupan siswa SD
dan setingkat yang diperiksa kesehatannya oleh tenaga kesehatan atau tenaga
terlatih (guru UKS/dokter kecil) melalui penjaringan kesehatan di satu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu.
c.
Cara Perhitungan/Rumus
1) Rumus
Cakupan
penjaringan
Jml murid SD dan setingkat yg diperiksa kesehatannya
oleh tenaga kesehatan atau tenaga terlatih disatu
kesehatan
=
siswa SD &
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
setingkat
Jumlah murid SD dan setingkat disatu wilayah kerja
dalam kurun waktu yg sama
x 100%
2) Pembilang
Jumlah murid kelas 1 SD dan setingkat yang diperiksa kesehatannya melalui
penjaringan kesehatan oleh tenaga kesehatan atau tenaga terlatih (guru
UKS/dokter kecil) disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
3) Penyebut
Jumlah murid kelas 1 SD dan setingkat disatu wilayah kerja pada kurun waktu
yang sama.
4) Ukuran/Konstanta
Persentase (%)
22
5) Contoh Perhitungan
Jumlah murid SD dan setingkat di Kabupaten X pada tahun 2003 adalah 12.000
orang.
Jumlah murid SD dan setingkat yang diperiksa kesehatannya melalui
penjaringan kesehatan 9.000 orang
Persentase cakupan = 9.000 x 100 % = 75 %.
12.000
d. Sumber Data
1) Catatan dan pelaporan hasil penjaringan kesehatan (Laporan kegiatan UKS)
(sumber data diperbaiki, data akan masuk ke puskesmas melalui tenaga
kesehatan);
2) Data Diknas/BPS setempat;
e.
Rujukan
1) Buku Pedoman UKS untuk Sekolah Dasar, tahun 2006;
2) Buku Pedoman Penjaringan Kesehatan, tahun 2001;
3) Buku Pedoman UKGS murid Sekolah Dasar, tahun 2006
f.
Target
Target 2010: 100%
g.
Langkah Kegiatan
1) Pendataan
2) Pengadaan dan pemeliharaan UKS kit, UKGS kit
3) Pelatihan petugas, guru UKS/UKGS dan dokter kecil;
4) Penjaringan kesehatan
5) Pelayanan kesehatan
6) Pencatatan dan pelaporan
h. SDM
1) Dokter Umum
2) Dokter Gigi
3) Perawat
23
12.
Pengertian
1) Peserta KB aktif adalah Pasangan Usia Subur yang salah satu pasangannya
masih menggunakan alat kontrasepsi dan terlindungi oleh alat kontrasepsi
tersebut.
2) Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan suami Isteri, yang istrinya
berusia 15 49 tahun.
3) Angka Cakupan Peserta KB aktif menunjukkan Tingkat pemanfaatan
kontrasepsi di antara para Pasangan Usia Subur (PUS).
b.
Definisi Operasional
Cakupan peserta KB aktif adalah jumlah peserta KB aktif dibandingkan dengan
jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) di suatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu.
c.
Cara Perhitungan/Rumus
1) Rumus
Cakupan
peserta KB
aktif
x 100 %
2) Pembilang
Jumlah PUS yang menggunakan kontrasepsi di satu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu.
3) Penyebut
Jumlah seluruh Pasangan Usia Subur di satu wilayah kerja dalam kurun waktu
yang sama.
4) Ukuran/Konstanta
Persentase (%)
5) Contoh Perhitungan
Jumlah PUS yang menggunakan kontrasepsi di Kabupaten A = 12.000 PUS
Jumlah PUS di Kabupaten A= 15.000 PUS
Persentase cakupan peserta aktif KB
= 12.000 x 100 % = 80 %.
15.000
d.
Sumber Data
SIMPUS, SIRS dan Formulir 2 KB
e.
Rujukan
1) Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi (BP3K), tahun 2007;
2) Panduan Baku Klinis Program Pelayanan KB;
3) Pedoman Penanggulangan Efek Samping/Komplikasi Kontrasepsi;
4) Pedoman Pelayanan Kontrasepsi Darurat, tahun 2004
5) Penyeliaan Fasilitatif Pelayanan KB, tahun 2007;
6) Instrumen Kajian Mandiri Pelayanan KB, tahun 2007;
7) Panduan Audit Medik Pelayanan KB, tahun 2004;
24
8)
9)
Analisis Situasi & Bimbingan Teknis Pengelolaan Pelayanan KB, tahun 2007;
Pedoman Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu, tahun 2002.
f.
Target
Target 2010: 70%
g.
Langkah Kegiatan
1) Pendataan Sasaran PUS.
2) Konseling KB untuk PUS.
3) Pelayanan Kontrasepsi sesuai standar.
4) Pengadaan Alat dan Obat Kontrasepsi (Alokon)
5) Pelatihan Klinis Pelayanan Kontrasepsi Terkini/Contraceptive Technical Update
6) Pelatihan Peningkatan Kinerja Pelayanan KB
7) Pelatihan Penggunaan Alat Bantu Pengambilan Keputusan (ABPK) Ber-KB
8) Penguatan Sistem informasi pelayanan KB
9) Supervisi, Monitoring dan Evaluasi
h.
SDM;
1) Dokter
2) Bidan
3) Perawat
25
14.
Pengertian
1) Rawat Jalan Tingkat Pertama adalah pelayanan kesehatan perorangan yang
meliputi observasi diagnosa pengobatan rehabilitasi medik tanpa tinggal di
ruang rawat inap di sarana kesehatan strata pertama.
2) Rawat Inap Tingkat Pertama adalah pelayanan kesehatan perorangan yang
meliputi observasi diagnosa pengobatan rehabilitasi medik tinggal di ruang
rawat inap di sarana kesehatan strata pertama.
3) Cakupan rawat jalan adalah jumlah kunjungan kasus (baru dan lama) rawat
jalan di sarana kesehatan strata pertama.
4) Kunjungan pasien baru adalah seseorang yang baru berkunjung ke sarana
kesehatan dengan kasus penyakit baru.
5) Sarana kesehatan strata pertama adalah tempat pelayanan kesehatan
meliputi antara lain : puskesmas, balai pengobatan pemerintah dan swasta,
praktek bersama dan perorangan.
6) Masyarakat miskin adalah masyarakat sasaran program pengentasan
kemiskinan yang memenuhi kriteria tertentu menggunakan 14 (empat belas)
variabel kemiskinan dalam satuan Rumah Tangga Miskin (RTM).
b.
Definisi Operasional
Cakupan pelayanan kesehatan dasar pasien masyarakat miskin adalah Jumlah
kunjungan pasien masyarakat miskin di sarana kesehatan strata pertama di satu
wilayah kerja tertentu pada kurun waktu tertentu.
c.
Cara Perhitungan/Rumus
1) Rumus
Cakupan pelayanan
Jumlah kunjungan pasien maskin di
kesehatan dasar =
Sarkes strata 1
maskin
Jumlah seluruh maskin di kab/kota
x 100 %
2) Pembilang
Jumlah kunjungan pasien maskin selama 1 tahun (lama dan baru).
3) Penyebut
Jumlah seluruh maskin di wilayah kerja dalam kurun waktu yang sama.
4) Ukuran/Konstanta
Persentase (%)
5) Contoh Perhitungan
Jumlah pasien rawat jalan dan rawat inap maskin yang mendapat perawatan di
Puskesmas dan klinik di Kabupaten A = 12.000 orang
Jumlah seluruh maskin di Kabupaten A = 150.000 orang
Persentase cakupan pelayanan kesehatan dasar
= 12.000 x 100 % = 8 %.
150.000
d.
Sumber Data
Laporan Puskesmas . Laporan Dinas Kesehatan Kab/Kota
e.
Rujukan
1) Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Masyarakat, 2008
2) Pedoman Unit Cost Pemberi Pelayanan Kesehatan, 2007
3) Pendataan Sosial Ekonomi 2005, Badan Pusat Statistik, 2006
f.
Target
Target 2015: 100%
g.
Langkah Kegiatan
1) Pendataan penduduk, sarana kesehatan dan kunjungan ke sarana kesehatan
2) Jenis Pelayanan dasar maskin
3) Penyuluhan
4) Pelatihan
5) Monitoring dan evaluasi
6) Pencatatan dan pelaporan
h.
SDM
1) Dokter Umum
2) Perawat
3) Bidan
4) Tenaga kesehatan lainnya
Pengertian
1) Rawat Inap Tingkat Lanjut adalah pelayanan kesehatan perorangan yang
meliputi observasi, diagnosa, pengobatan, keperawatan, rehabilitasi medik
dengan menginap di ruang rawat inap pada sarana kesehatan strata dua dan
strata tiga pemerintah dan swasta, yang oleh karena penyakitnya penderita
harus menginap.
2) Rawat Jalan Tingkat Lanjut adalah pelayanan kesehatan perorangan yang
meliputi observasi diagnosa pengobatan rehabilitasi medik tanpa tinggal di
ruang rawat inap di sarana kesehatan strata dua dan strata tiga Pemerintah
dan Swasta.
3) Sarana kesehatan strata dua dan strata tiga adalah balai kesehatan mata
masyarakat, balai pengobatan penyakit paru, balai kesehatan indera
masyarakat, balai besar kesehatan paru masyarakat, rumah sakit baik milik
pemerintah maupun swasta.
b. Definisi Operasional
Cakupan rujukan pasien maskin adalah jumlah kunjungan pasien maskin di
sarana kesehatan strata dua dan strata tiga pada kurun waktu tertentu (lama &
baru).
c.
Cara Perhitungan/Rumus
1)Rumus
Cakupan
rujukan maskin =
x 100 %
2)Pembilang
Jumlah kunjungan pasien maskin selama 1 tahun (lama dan baru).
3)Penyebut
Jumlah seluruh maskin di wilayah kerja dalam kurun waktu yang sama.
4)Ukuran/Konstanta
Persentase (%)
5)Contoh Perhitungan
Jumlah pasien rawat jalan dan rawat inap maskin yang mendapat perawatan di
RS di Kabupaten A = 10.000 orang
Jumlah seluruh maskin di Kabupaten A = 150.000 orang
Persentase cakupan pelayanan kesehatan dasar
= 10.000 x 100 % = 6,66 %.
150.000
d.
Sumber Data
SP2RS/SIRS, Laporan Dinas Kesehatan kab/kota, SKN.
e.
Rujukan
1) Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Masyarakat, 2008
2) Pedoman Unit Cost Pemberi Pelayanan Kesehatan, 2007
3) Pendataan Sosial Ekonomi 2005, Badan Pusat Statistik, 2006
f.
Target
Target 2015: 100%
i.
Langkah Kegiatan
1) Pendataan penduduk, sarana kesehatan dan kunjungan ke sarana kesehatan
2) Jenis pelayanan lanjutan/rujukan maskin
3) Penyuluhan
4) Pelatihan SDM
5) Pencataan dan Pelaporan
6) Monitoring dan evaluasi
j.
SDM
1) Dokter Spesialis
2) Dokter Umum
3) Perawat
4) Tenaga kesehatan lainnya
16. Cakupan Pelayanan Gawat Darurat level 1 yang harus diberikan Sarana Kesehatan
(RS) di Kab/ Kota
a. Pengertian
1. Gawat darurat level 1 adalah tempat pelayanan gawat darurat yang memiliki Dokter
Umum on site 24 jam dengan kualifikasi GELS dan/atau ATLS + ACLS, serta
memiliki alat trasportasi dan komunikasi.
2. On site adalah berada di tempat .
3. GELS adalah General Emergency Life Support
4. ATLS adalah Advance Trauma Life Support
5. ACLS adalah Advance Cardiac Life Support.
b. Definisi Operasional
Pelayanan gadar level 1 yg hrs diberikan sarana kesehatan (RS) di kab/Kota.
c. Cara Perhitungan/ Rumus
1) Rumus
pelayanan gawat
darurat level 1
x 100 %
2) Pembilang
Jumlah RS yang mampu memberikan pelayanan gadar level 1..
3) Penyebut
Jumlah RS kabupaten.
4) Ukuran/Konstanta
Persentase (%).
5) Contoh Perhitungan
Jumlah sarana kesehatan (3 RS), (10 Puskesmas), (17 RB) = 30 sarkes.
Jumlah sarana kesehatan yang mempunyai pelayanan gawat darurat (2RS),(5
Puskesmas), (8 RB) = 20 sarkes.
Persentase sarana kesehatan dengan kemampuan pelayanan gawat darurat yang
dapat diakses masyarakat = 20 x 100 % = 66,6 %
30
d. Sumber Data
SIMPUS, SIRS, dan Dinkes Kab/Kota.
e. Rujukan
1) Evaluasi tahunan
2) Standar Pelayanan Gawat-darurat RS (2007) SK Menkes tahun 2007
3) Pedoman penyusunan Disaster Plan Rumah Sakit SK Menkes tahun 2007
f. Target
Target 2015 : 100 %
g. Langkah Kegiatan
1) Standarisasi pelayanan gawat-darurat di Kabupaten dan Provinsi
2) Penyusunan Disaster Plan
3) Penghitungan biaya pelayanan pasien gawat-darurat (menurut service cost)
4) Pencarian sumber biaya (Askes Jasa Raharja jamsostek Badan
Penanggulangan Bencana Pusat/Daerah APBN APBD - Bappenas)
5) Pencatatan
6) Diklat
h. SDM
Tim Gawat Darurat (Dokter Umum dan Perawat)
x 100 %
Catatan :
Bila dalam 1 desa/kelurahan terjadi lebih dari 1 kali KLB pada suatu periode, maka
jumlah desa/kelurahan yang mengalami KLB dihitung sesuai dengan frekuensi KLB
yang terjadi di desa/kelurahan tersebut, dan ikut dimasukan dalam penghitungan
pembilang maupun penyebut.
2) Pembilang
Jumlah kejadian Luar Biasa (KLB) di Desa/ Kelurahan yang ditangani < 24 jam
periode/ kurun waktu tertentu.
3) Penyebut
Jumlah Kejadian Luar biasa (KLB) yang terjadi pada wilayah Desa/ Kelurahan
pada periode/kurun waktu yang sama.
4) Ukuran/Konstanta
Persentase (%)
5) Contoh Perhitungan
Data terjadinya KLB di Kabupaten X Januari s/d Desember tahun 2005
J
a
n
P
e
b
M
a
r
D
s
t
D
e
S
Jml desa/kel
mengalami KLB
dihitung 1 krn KLB di
desa/kel A terjadi 1
kali pd thn tersebut
Jml desa/kel
mengalami KLB dihi
tung 2 krn KLB di
desa/kel A terjadi 2
kali pd thn tersebut.
Jml desa/kel
mengalami KLB dihi
tung 4 krn KLB di
desa/kel A terjadi 4
kali pd thn tersebut
Jml
10
10
Kel/
Desa
Keterangan: x
-
Frek.
KLB
Jml KLB
Ditangani
< 24 jam
Jml KLB di
Desa/
Kelurahan
keterangan
: terjadi KLB
: tidak terjadi KLB
f. Target
Target 2015: 100 %
g. Langkah Kegiatan
1) Pengumpulan data;
2) Penyajian dan analisis data;
3) Diseminasi;
4) Pencegahan dan pengendalian KLB;
5) Monitoring dan evaluasi;
6) Pelatihan
h. SDM
1) Dokter Umum
2) Perawat
3) Tenaga Epidemiologi Kesehatan
Pengertian
1) Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya
dan kemampuan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah
kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan, secara mandiri.
Pengertian Desa ini dapat berarti Kelurahan atau Nagari atau istilah-istilah lain
bagi satuan administrasi pemerintahan setingkat desa.
2) Desa Siaga Aktif adalah desa yang mempunyai Pos Kesehatan Desa
(Poskesdes) atau UKBM lainnya yang buka setiap hari dan berfungsi sebagai
pemberi pelayanan kesehatan dasar, penanggulangan bencana dan
kegawatdaruratan, surveilance berbasis masyarakat yang meliputi pemantauan
pertumbuhan (gizi), penyakit, lingkungan dan perilaku sehingga masyarakatnya
menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
3) Poskesdes adalah Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM)
yang dibentuk di desa dalam rangka upaya mendekatkan pelayanan kesehatan
dasar bagi masyarakat desa. Poskesdes dikelola oleh 1 orang Bidan dan
minimal 2 orang kader dan merupakan koordinator dari UKBM yang ada.
4) Pelayanan kesehatan dasar adalah pelayanan kesehatan yang sesuai
kewenangan bidan penangungjawab poskesdes, selanjutnya dirujuk ke pustu
atau puskesmas apabila tidak bisa ditangani.
5) Surveilans penyakit yang berbasis masyarakat adalah upaya pengamatan dan
pencatatan yang dilakukan oleh masyarakat (kader dan bidan/perawat) tentang
kejadian penyakit yang dapat mengancam kesehatan penduduk/masyarakat.
6) Pemantauan Pertumbuhan adalah suatu upaya yang dilakukan oleh kader
untuk mengetahui berat badan balita setiap bulan untuk mendeteksi secara
dini pertumbuhan balita (D/S).
7) Masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah masyarakat
dimana penduduknya menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.
b.
Definisi Operasional
Cakupan Desa Siaga Aktif adalah desa yang mempunyai Pos Kesehatan Desa
(Poskesdes) atau UKBM lainnya yang buka setiap hari dan berfungsi sebagai
pemberi pelayanan kesehatan dasar, penanggulangan bencana dan
kegawatdaruratan, surveilance berbasis masyarakat yang meliputi pemantauan
pertumbuhan (gizi), penyakit, lingkungan dan perilaku sehingga masyarakatnya
menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dibandingkan dengan
jumlah desa siaga yang dibentuk
c.
Cara Perhitungan/Rumus
1)Rumus
Cakupan
Desa Siaga =
Aktif
x 100 %
2)Pembilang
Jumlah desa siaga yang aktif di satu wilayah pada kurun waktu tertentu.
3)Penyebut
Jumlah desa siaga yang dibentuk di satu wilayah pada kurun waktu tertentu.
4)Ukuran/Konstanta
Persentase (%)
5)Contoh Perhitungan
Jumlah Desa di wilayah Kab A seluruhnya
Jumlah Desa Siaga yang dibentuk
Jumlah Desa Siaga yang aktif
Desa Siaga aktif = 45/60 x 100%
= 75 Desa
= 60 Desa
= 45 Desa
= 75%
d.
Sumber Data
Hasil pencatatan kegiatan Puskesmas dan Laporan Profil PSM/UKBM.
e.
Rujukan
1) Kepmenkes Nomor 564/VIII tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengembangan Desa Siaga.
2) Juknis penggerakan dan pemberdayaan masyarakat dalam pengambangan
desa siaga.
3) Juknis pengembangan dan penyelenggaraan Pos Kesehatan Desa
f.
Target
Target 2015: 80%
g.
Langkah Kegiatan
1) Persiapan
a. Persiapan Petugas:
Pelatihan Bidan (1 desa: 1 Bidan)
Pelatihan Kader dan Toma (1 desa: 2 kader + 1 toma) selama 4 hari: 3
hari di kelas, 1 hari di lapangan
b. Persiapan Masyarakat:
Pembentukan forum melalui pertemuan Tingkat Desa (3 kali/tahun)
Survei Mawas Diri (pendataan ke lapangan atau pertemuan rembuk
desa) 2 kali/tahun)
Musyawarah Masyarakat Desa: 2 kali/tahun
2) Pelaksanaan
a) Pelayanan kesehatan dasar;
b) Kader dan toma melakukan surveilan berbasis masyarakat (pengamatan
sederhana) thd KIA, Gizi, Kesling, Penyakit, PHBS, melakukan pendataan
PHBS dengan survei cepat;
c) Pertemuan tindak lanjut penemuan hasil surveilans dalam rangka
meningkatkan kewaspadaan dini masyarakat (1 bulan sekali)
d) Alih pengetahuan dan olah ketrampilan melalui pertemuan: 2 kali/tahun
e) Pertemuan Forum Masyarakat Desa untuk membahas masalah kesehatan
dengan memanfaatkan forum yang ada di desa (1bulan sekali).
h.
SDM
5) Bidan atau petugas kesehatan lainnya
6) Kader
7) Tokoh masyarakat
Mengingat
1.
2.
3.
4.
5.
Peraturan
Menteri
Kesehatan
741/Menkes/PER/VI/2008
tentang
Standar
Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.
Nomor
Pelayanan
6.
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Nomor
828/MENKES/SK/X/2009 tentang Petunjuk Teknis Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.
MEMUTUSKAN:
Menetapkan
KESATU
REPUBLIK INDONESIA
TENTANG PETUNJUK TEKNIS PERENCANAAN PEMBIAYAAN
PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG
KESEHATAN KABUPATEN/KOTA.
KEDUA
KETIGA
Ditetapkan di : Jakarta
pada tanggal : .
MENTERI KESEHATAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2005 tentang Pedoman
Penyusunan dan Penerapan SPM serta Permendagri No. 6 Tahun 2007
tentang Petunjuk Teknis Penyusunan dan Penetapan SPM, pemerintah
wajib menyusun SPM berdasarkan urusan wajib yang merupakan
pelayanan dasar, yaitu bagian dari pelayanan publik. Sedangkan
Permendagri No. 79 Tahun 2007 selanjutnya mengatur tentang Rencana
Pencapaian Standar Pelayanan Minimal berdasarkan Analisis Kemampuan
dan Potensi Daerah.
Menindaklanjuti hal tersebut di atas, Departemen Kesehatan telah
mengeluarkan
Peraturan
Menteri
Kesehatan
No.
741/MENKES/PER/VII/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan di Kab/Kota.
SPM Bidang Kesehatan di Kab/Kota mencakup 4 (empat) jenis pelayanan,
terdiri dari :
1. Pelayanan Kesehatan Dasar
2. Pelayanan Kesehatan Rujukan
3. Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan KLB
4. Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
Dalam rangka penerapan dan pencapaian SPM Bidang Kesehatan secara
bertahap diperlukan panduan perencanaan pembiayaan pencapaian SPM
bidang kesehatan di Kab/Kota untuk dijadikan acuan bagi pemerintah
daerah dengan memperhatikan potensi dan kemampuan daerah.
B. TUJUAN DAN SASARAN
Panduan ini bertujuan untuk memberikan kemudahan dan kesamaan visi
kepada pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam penyusunan
perencanaan pembiayaan penerapan SPM bidang kesehatan di Kab/Kota.
Adapun sasaran dari panduan ini adalah tersusunnya perencanaan
pembiayaan SPM bidang kesehatan oleh pemerintah Daerah Kab/Kota
dalam rangka pencapaian secara bertahap SPM Bidang kesehatan di
daerahnya.
C. PENGERTIAN
1. Indikator kinerja SPM bidang kesehatan adalah tolok ukur prestasi
kuantitatif dan kualitatif di bidang kesehatan yang digunakan untuk
menggambarkan besaran sasaran yang hendak dipenuhi dalam
pencapaian SPM bidang kesehatan di Kab/Kota berupa masukan,
proses, hasil, dan/atau manfaat pelayanan.
2. Batas waktu pencapaian adalah batas waktu yang dibutuhkan untuk
mencapai target (nlai) indikator SPM secara bertahap yang ditentukan
untuk mencapai SPM daerah Kab/kota.
3. Langkah kegiatan adalah tahapan kegiatan yang harus dilaksanakan
untuk memenuhi capaian indikator SPM sesuai situasi dan kondisi serta
kemampuan keuangan pemerintah daerah Kab/kota.
4. Kurun waktu adalah kurun/waktu dalam pelaksanaan kegiatan periode 1
(satu) tahun.
5. Satuan kerja/Lembaga penanggung jawab adalah lembaga di daerah
yang bertanggung jawab dalam penerapan SPM. Penentuan Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) ini harus mempertimbangkan tugas
pokok dan fungsi, kualifikasi dan kompetensi sumber daya SKPD yang
bersangkutan.
6. Kemampuan dan potensi daerah adalah kondisi keuangan daerah
seperti PAD, DAU, dan DAK serta sumber daya yang dimilki daerah
untuk meyelenggarakan urusan wajib pemerintahan daerah dan dalam
rangka pembelanjaan untuk membiayai penerapan SPM.
7. Rencana Pencapaian SPM adalah target pencapaian SPM yang
dituangkan dalam dokumen perencanaan daerah yang dijabarkan pada
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), RKPD,
Renstra-SKPD dan Renja-SKPD untuk digunakan sebagai dasar
perhitungan kebutuhan biaya dalam penyelenggaraan pelayanan dasar.
8. Analisis kemampuan dan potensi daerah terkait data dan informasi
menyangkut kapasitas dan sumber daya yang dimiliki daerah.
9. Program adalah penjabaran kebijakan SKPD dalam bentuk upaya yang
berisi satu atau lebih kegiatan dengan menggunakan sumber daya yang
disediakan untuk mencapai hasil yang terukur sesuai dengan misi
SKPD.
10. Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau
lebih unit kerja pada SKPD sebagai bagian dari pencapaian sasaran
terukur pada suatu program dan terdiri dari sekumpulan tindakan
pengerahan sumber daya baik yang berupa personal (sumber daya
manusia), barang modal termasuk peralatan dan teknologi, dana, atau
kombinasi dari beberapa atau kesemua jenis sumber daya
tersebut.sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output)
dalam bentuk barang/jasa.
D. DASAR HUKUM
1. Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2005 tentang Pedoman
Penyusunan dan Penerapan SPM;
2. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 6 Tahun 2007 tentang Petunjuk
Teknis Penyusunan dan Penetapan SPM
3. Permendagri No. 79 Tahun 2007 selanjutnya mengatur tentang
Rencana Pencapaian Standar Pelayanan Minimal.
4. Peraturan Menteri Kesehatan No. 741/MENKES/VII/2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kab/Kota.
5. SK Menkes No. 828/MENKES/SK/IX/2008 tentang Petunjuk Teknis
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kab/Kota
E. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup panduan perencanaan pembiayaan pencapaian SPM bidang
kesehatan, meliputi:
1. Rencana Pencapaian SPM
2. Pengintegrasian rencana pencapaian SPM dalam bentuk dokumen
perencanaan dan penganggaran
3. Mekenisme pembelanjaan penerapan SPM dan perencanaan
pembiayaan pencapaian SPM bidang kesehatan di Kab/Kota
4. Sistem penyampaian informasi rencana dan realisasi pencapaian
target tahunan SPM kepada masyarakat
BAB II
RENCANA PENCAPAIAN SPM
BAB III
PENGINGTEGRASIAN RENCANA PENCAPAIAN SPM DALAM DOKUMEN
PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN
Pemerintah daerah menyusun rencana pencapaian SPM bidang kesehatan yang
dituangkan dalam RPJMD dan dijabarkan dalam target tahunan pencapaian SPM
bidang kesehatan. RPJMD yang memuat rencana pencapaian SPM bidang
kesehatan akan menjadi pedoman dalam penyusunan Renstra SKPD, kebijakan
umum APBD (KUA) dan Prioritas Plafond Anggaran (PPA). Adapun mekanisme
rencana pencapaian SPM dalam RPJMD sbb:
Gambar 2. Pengintegrasian
Urusan
pemerintahan
Urusan bersama
Pelayanan Dasar
Urusan pilihan
Urusan wajib
Urusan mutlak
Renja - SKPD
Menjadi salah
satu faktor dalam
menggambarkan
RKPD
RKA - SKPD
Renstra - SKPD
Visi misi & tujuan
Strategi &
kebijakan
Program, indikasi
kegiatan, prestasi
kerja berbasis
SPM
SPM
Menjadi acuan
dalam
penyusunan
Rancangan RPJMD
Penetapan Perda
ttg RPJMD
Strategi
pembagunan
daerah
Arah kebijakan
keuangan
daerah
Program
prioritas daerah
Analisis keuangan
& kondisi umum
daerah
Kondisi umum
daerah
Urusan
pemerintahan
kewenangan
daerah
Faktor geografis
Perekonomian
daerah
Kondisi sosial
budaya
Prasarana dan
sarana
Pemerintahan
umum
Prestasi kerja
pelayanan publik
berbasis SPM
BAB IV
MEKANISME PEMBELANJAAN PENERAPAN SPM DAN PERENCANAAN
PEMBIAYAAN PENCAPAIAN SPM BIDANG KESEHATAN
Nota kesepakatan tentang KUA dan PPA yang disepakati bersama antara Kepala
Daerah dan DPRD wajib memuat target pencapaian dan penerapan SPM Bidang
Kesehatan di Kab/Kota. Nota kesepakatan inilah yang menjadi dasar penyusunan
RKA-SKPD yang menggambarkan secara rinci dan jelas program dan kegiatan
yang akan dilakukan dalam rangka pencapaian dan penerapan SPM Bidang
Kesehatan di Kab/Kota. Pengintegrasian SPM ke dalam RAPBD ini dapat dilihat
pada gambar 3.
Gambar 3. Pengintegrasian SPM ke dalam RAPBD
RKPD
Rancangan KUA
SKPD
Analisis standar
belanja
SPM
Nota Kesepakatan
KUA
SE KDh ttg
Pedoman
Penyusunan RKA SKPD
Rancangan PPAS
Nota Kesepakatan
PPAS
Penyusunan rincian
anggaran
pendapatan
Penyusunan rincian
anggaran belanja
tidak langsung
Penyusunan rincian
penerimaan
pembiayaan daerah
Penyusunan rincian
pengeluaran
pembiayaan daerah
Standar satuan
harga
RKA _ SKPD
Penetapan Perda
APBD
Per. KDH
Penjabaran SPBD
Evaluasi Raperda
Raperda APBD
Penyusunan
Raperda APBD
Nota Keuangan
Badan
Kepegawaian/
Daftar Pegawai
Akuntansi/
Laporan Kuangan
RPJMD
Batas waktu
pencapaian SPM
daerah
Batas waktu
pencapaian SPM
nasional
RKPD
Target tahunan
Rincian belanja
BAB V
SISTEM PENYAMPAIAN INFORMASI
Rencana pencapaian target tahunan SPM Bidang Kesehatan di Kab/Kota dan
realisasinya merupakan bagian dari Laporan Penyelenggaraan Pemerintah
Daerah (LPPD), Laporan Keuangan Pertanggungjawaban (LKPJ) dan Informasi
laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (ILPPD) yang harus diinformasikan
kepada masyarakat.
Selain itu, sesuai dengan Pasal 12 PP 65/2005 Pemerintah Daerah
mengakomodasikan pengelolaan data dan informasi penerapan SPM ke dalam
sistem informasi daerah yang dilaksanakan sesuai peraturan perundangundangan.
Gambar 5. Mekanisme Sistem Pengelolaan Data dan Informasi SPM Bidang
Kesehatan
Depkes
(Siknas Online)
Dinkes
Provinsi
Puskesmas
1)
2)
3)
4)
5)
Pemda Kab/Kota
(Bupati/Walkota)
Dinkes
Kab/Kota
(Bag. Program)
Rumah Sakit
Balai
Praktek Swasta/
perorangan
Unit Kesehatan
BUMN/BUMD
BAB VI
PENUTUP
Panduan perencanaan pembiayaan pencapaian SPM Bidang Kesehatan di
Kab/Kota disusun sebagai acuan daerah dalam menyusun perencanaan
pembiayaan pencapaian SPM Bidang Kesehatan di Kab/Kota. Perencanaan
pembiayaan pencapaian SPM ini akan memudahkan daerah dalam
mengalokasikan besarnya biaya yang dibutuhkan bagi pelaksanaan SPM di
daerah selama 5 tahun ke depan dan mengevaluasi setiap tahunnya.
PERHITU GA SUMBER DA A
YA G DIBUTUHKA U TUK ME CAPAI SPM KESEHATA , TERMASUK KESE JA GA
PEMBIAYAA
BAB-VI, PASAL-14, AYAT (2) PEMBINAAN SEBAGAIMANA DIMAKSUD PADA AYAT (1) DAPAT BERUPA FASILITASI,
PEMBERIA ORIETASI UMUM, PETUJUK TEKIS, BIMBIGA TEKIS, PEDIDIKA DA PELATIHA ATAU BATUA
TEKIS LAIYA YAG MECAKUP : (A) PERHITUGA SUMBER DAYA DA DAA YAG DIBUTUHKA UTUK MECAPAI
SPM KESEHATA, TERMASUK KESEJAGA PEMBIAYAA, (B) PEYUSUA RECAA PECAPAIA SPM DA PEETAPA
TARGET TAHUA PECAPAIA SPM, (C) PEILAIA PRESTASI KERJA PECAPAIA SPM, DA (D) PELAPORA PRESTASI
KERJA PECAPAIA SPM
No
1
I
II
III
IV
Jenis Pelayanan
2
Pelayanan
Kesehatan Dasar
Pelayanan
Kesehatan
Rujukan
Penyelidikan
epidemiologi dan
Penanggulangan
KLB
Promosi
kesehatan dan
pemberdayaan
masyarakat
Batas Waktu
Pencapaian
(Tahun)
Satuan
Kerja/Lembaga
Penanggungjawab
5
2015
6
Dinkes Kab/Kota
80%
2015
Dinkes Kab/Kota
90 %
2015
Dinkes Kab/Kota
90%
2015
Dinkes Kab/Kota
80%
2010
Dinkes Kab/Kota
90%
100%
2010
2010
Dinkes Kab/Kota
Dinkes Kab/Kota
90%
2010
Dinkes Kab/Kota
100%
2010
Dinkes Kab/Kota
100%
2010
Dinkes Kab/Kota
100%
2010
Dinkes Kab/Kota
70%
100%
2010
2010
Dinkes Kab/Kota
Dinkes Kab/Kota
100%
2015
Dinkes Kab/Kota
100%
2015
Dinkes Kab/Kota
100 %
2015
Dinkes Kab/Kota
100%
2015
Dinkes Kab/Kota
80 %
2015
Dinkes Kab/Kota
Nilai
4
95%
Keterangan
7
1.
Jenis Pelayanan
2.
Indikator
Definisi Operasional
Pembilang
Penyebut
4.
: 95 %
5.
Rumus
:
Cakupan kunjungan
ibu hamil K4
Jml Ibu Hamil yg memperoleh pelayanan antenatal K4 di satu wil. kerja pada kurun
waktu tertentu
=
Jumlah sasaran ibu hamil di satu wil. kerja dalam kurun waktu yang sama
6.
Langkah Kegiatan
: 1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
7.
Rujukan
: 1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
10)
Buku Pedoman Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) tahun 2008.
Buku Pegangan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal tahun 2002;
Standar Pelayanan Kebidanan (SPK) tahun 2003;
Pedoman pelayanan kebidanan dasar berbasis HAM dan keadilan gender tahun 2004;
Pedoman pemberian Tablet besi Folat dan Sirup Besi bagi petugas Depkes tahun 1999;
Booklet anemia Gizi dan tablet tambah darah untuk WUS;
Buku KIA tahun 2006;
Pedoman pelayanan IMS/ISR pada pelayanan Kespro terpadu tahun 2006;
Pedoman PMTCT tahun 2006;
Pedoman pencegahan dan penanganan Malaria pada ibu hamil tahun 2006;
x 100%
JP
LANGKAH KEGIATAN
VARIABEL
KOMPONEN
RUMUS
2. Pelayanan Antenatal
ANC bumil
3. Pelatihan KIP/Konseling
A * B/ C
Transport petugas
Tablet Fe
A*B*C
A*B*C
D
A * B * C* D
A * B * C * D* E
A*B*C*D
A*B*C*D
A*B*C*D*E
JP
LANGKAH KEGIATAN
VARIABEL
3
A.
B.
C.
D.
E.
F.
Bahan pelatihan
G.
A.
B.
C.
D.
A.
B.
C.
Simpus
A.
B.
C.
A.
Transport supervisi kabupaten ke
B.
puskesmas
C.
Transport supervisi puskesmas ke polindes A.
B.
C.
A.
Pertemuan PWS-KIA tingkat Puskesmas
B.
C.
D.
KOMPONEN
RUMUS
Jumlah bumil
Harga register kohort ibu
Selembar register untuk 30 bumil
Jumlah bumil
Harga simpus bumil
Selembar simpus untuk 30 bumil
Frekuensi supervisi kabupaten ke puskesmas
Jumlah puskesmas
Transport tenaga kabupaten per supervisi
Frekuensi supervisi puskesmas ke polindes
Jumlah polindes
Transport tenaga puskesmas per supervisi
Frekuensi pertemuan PWS-KIA Tk. puskesmas
Jumlah dokter puskesmas
Jumlah tenaga KIA puskesmas
Transport pertemuan PWS-KIA Tk. puskesmas
A*B/C
A*B/C
A*B*C
A*B*C
A * (B + C) * D
JP
LANGKAH KEGIATAN
VARIABEL
3
Pertemuan perencanaan
KOMPONEN
RUMUS
A.
B.
C.
D.
A.
B.
C.
D.
A.
B.
C.
D.
A * (B + C) * D
A * (B + C) * D
A * (B + C) * D
A * (B + C) * D
A * (B + C) * D
A * (B + C) * D
A * (B + C) * D
A * (B + C) * D
A * (B + C) * D
A * (B + C) * D
JP
LANGKAH KEGIATAN
VARIABEL
3
A.
B.
C.
D.
A.
B.
C.
D.
A.
B.
C.
D.
A.
B.
C.
D.
KOMPONEN
RUMUS
A * (B + C) * D
A * (B + C) * D
A * (B + C) * D
A * (B + C) * D
1.
Jenis Pelayanan
2.
Indikator
Definisi Operasional
Pembilang
Penyebut
4.
: 80 %
5.
Rumus
:
Cakupan komplikasi
kebidanan yg
ditangani
Jml Komplikasi kebidanan yang mendapat penanganan definitif disatu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu
=
x 100%
Jml Ibu dengan komplikasi kebidanan di satu wilayah kerja pd kurun waktu yg sama
6.
Langkah Kegiatan
: 1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
10)
11)
7.
Rujukan
: 1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
10)
11)
12)
13)
14)
JP
1
1.
LANGKAH KEGIATAN
VARIABEL
2
3
PELAYANAN KESEHATAN DASAR
IK-2 CAKUPAN KOPLIKASI KEBIDANAN YANG DITANGANI
1. Persiapan Pelayanan Antenatal
Penyediaan SDM
Transport peserta
a. Pelatihan (Bidan & Perawat)
Akomodasi pelatihan
Bahan Pelatihan
KOMPONEN
4
A.
B.
C.
D.
A.
B.
C.
D.
E.
A.
B.
C.
D.
A.
B.
C.
D.
A.
B.
C.
D.
E.
A.
B.
C.
D.
E.
A.
B.
C.
D.
E.
F.
A.
B.
C.
D.
RUMUS
5
A*B*C*D
A*B*C*D*E
A*B*C*D
A*B*C*D
A*B*C*D*E
A*B*C*D*E
A * B * C * (D + E) * F
A * B * (C + D) * E
JP
1
LANGKAH KEGIATAN
2
KOMPONEN
VARIABEL
3
Biaya Pendidikan Dr. Spesialis (Obsgin &
Anestasi)
E.
A.
B.
A.
B.
A.
B.
2. Pelayanan ANC
Obat, BMHP & Alkes
A.
B.
C.
A.
B.
C.
A.
B.
C.
A.
B.
C.
A.
B.
C.
A.
B.
A.
B.
C.
4
Paket Bahan pelatihan per peserta
Jumlah peserta pendidikan dr spesialis obgin &
anestesi
Biaya pendidikan dr spesialis (obsgin & anestesi) per
tahun
Jumlah dr spesialis (obsgin & anestesi) yang
dikontrak
Biaya kontrak dr spesialis (obsgin & anestesi) per
tahun
Jumlah dokter spesialis (obsgin & anestesi) yang
direkrut
Biaya rekrutmen dan penempatan dr spesialis (obsgin
& anestesi)
Cakupan bumil dg risti/komplikasi pendarahan yang
ditangani
Biaya paket perdarahan
Dosis 390 bumil
Cakupan bumil dg risti/komplikasi
preeklamsia/eklamsia yang ditangani
Biaya paket Preeklampsia/eklampsia
Dosis 130 bumil
Cakupan bumil dg komplikasi infeksi yg ditangani
Biaya paket Infeksi
Dosis 130 bumil
Jumlah bumil dg komplikasi anafilaktik syok yg
ditangani
Biaya paket Anafilaktik shok
Dosis 65 bumil
Jumlah bumil komplikasi Robekan jalan lahir yg
ditangani
Biaya paket Robekan jalan lahir
Dosis 315 bumil
Jumlah bumil risti/komplikasi kebidanan yang
ditangani
Biaya paket bumil dg komplikasi kebidanan yg
ditangani
Cakupan ibu hamil risti yg dirujuk
Jumlah tenaga pendamping
Transport tenaga pendamping pasien rujukan
RUMUS
5
A*B
A*B
A*B
A*B
C
A*B
C
A*B
C
A*B
C
A*B
C
A*B
A*B*C
JP
1
LANGKAH KEGIATAN
2
VARIABEL
3
Formulir rujukan
Transport peserta
Akomodasi pertemuan
Bahan Pertemuan
Akomodasi pertemuan
Bahan Pertemuan
KOMPONEN
A.
B.
4
Harga selembar formulir rujukan
Cakupan ibu dg komplikasi kebidanan yang dirujuk
A.
B.
C.
D.
E.
A.
B.
C.
D.
E.
A.
B.
C.
D.
E.
A.
B.
C.
D.
E.
A.
B.
C.
D.
E.
A.
B.
C.
D.
E.
A.
RUMUS
5
A*B
A * (B + C + D) * E
A * (B + C + D) * E
A * (B + C + D) * E
A * (B + C + D) * E
A * (B + C + D) * E
A * (B + C + D) * E
B.
C.
A * (B + C + D) * E
JP
1
LANGKAH KEGIATAN
2
Bahan
6. Pembentukan Tim P2KP Kab./Kota
Pertemuan Lintas Sektor
Transport
Akomodasi pertemuan
Bahan Pertemuan
KOMPONEN
VARIABEL
3
Transport peserta
A.
B.
A.
B.
C.
A.
B.
C.
A.
B.
C.
A.
B.
C.
D.
A.
B.
C.
D.
E.
A.
B.
C.
D.
A.
B.
C.
D.
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.
4
Harga selembar formulir rujukan
Cakupan ibu dg komplikasi kebidanan yg ditangani
Frekwensi pertemuan pembentukan Tim
Jumlah peserta pertemuan pembentukan Tim
Transport per-peserta
Frekwensi pertemuan pembentukan Tim
Jumlah peserta pertemuan pembentukan Tim
Akomodasi per-peserta
Frekwensi pertemuan pembentukan Tim
Jumlah peserta pertemuan pembentukan Tim
Bahan per-peserta
Frekuensi pelatihan
Jumlah angkatan
Jumlah peserta pelatihan
Transport per peserta pelatihan
Frekuensi pelatihan
Jumlah angkatan
Lama pelatihan
Jumlah peserta pelatihan
Lumpsum/uang saku per peserta pelatihan
Frekuensi pelatihan
Jumlah angkatan
Jumlah narasumber lokal
Transport per narasumber lokal
Frekuensi pelatihan
Jumlah angkatan
Jumlah narasumber luar
Transport per narasumber luar
Frekuensi pelatihan
Jumlah angkatan
Lama pelatihan
Jumlah narasumber lokal
Lumpsum/uang saku narasumber lokal
Frekuensi pelatihan
Jumlah angkatan
Lama pelatihan
Jumlah narasumber luar
Lumpsum/uang saku narasumber luar
RUMUS
5
A*B
A*B*C
A*B*C
A*B*C
A*B*C*D
A*B*C*D*E
A*B*C*D
A*B*C*D
A*B*C*D*E
A*B*C*D*E
10
JP
1
LANGKAH KEGIATAN
2
VARIABEL
3
Akomodasi Pelatihan
Bahan Pelatihan
8. Penyediaan Sarana
9. Tersedianya Bank Darah RS
a. Petugas
b. Obat, BMHP dan Alkes
Reagen test
KOMPONEN
4
A. Frekuensi pelatihan
B. Jumlah angkatan
C. Lama pelatihan
D. Jumlah narasumber lokal
E. Jumlah narasumber luar
F. Jumlah peserta pelatihan
G. Akomodasi pelatihan per peserta per hari
A. Jenis pelatihan transfusi darah
B. Jumlah angkatan
C. Jumlah peserta pelatihan
D. Paket bahan pelatihan per peserta
lihat kebutuhan alat medis & non medis
dilaksanakan di faskes
A. Cakupan bumil dg komplikasi kebidanan yg mendapat
transfusi darah
B. Harga satuan kantong darah
A. Cakupan bumil dg komplikasi kebidanan yg mendapat
transfusi darah
B. Harga satuan Reagen test
RUMUS
5
A*B*C*
(D + E +F) * G
A * B * (C + D) * E
A*B
A*B
A.
B.
C.
D.
A.
B.
C.
A*B*C
A*B*C
11
1.
Jenis Pelayanan
2.
Indikator
Definisi Operasional
: 3. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan
: Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan adalah Ibu bersalin yang mendapat
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan disatu wilayah kerja pada kurun waktu terten
: Jumlah ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga kesehatan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
: Jumlah seluruh sasaran ibu bersalin di satu wilayah kerja dalam kurun waktu yang sama.
Perkiraan jumlah ibu bersalin di wilayah kerja yang sama dapat dihitung dengan formula : 1,05 x CBR Kabupaten/Kota X Jumlah
penduduk di wilayah kerja.
Pembilang
Penyebut
4.
: 90 %
5.
Rumus
:
Cakupan pertolongan
persalinan oleh
tenaga kesehatan
Jumlah ibu bersalin yg ditolong oleh tenaga kesehatan di satu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu
=
Jml seluruh sasaran ibu bersalin di satu wilayah kerja dalam kurun waktu yg sama
6.
Langkah Kegiatan
: 1)
2)
3)
4)
5)
6)
7.
Rujukan
: 1) Buku Pegangan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal tahun 2002;
2) Acuan Asuhan Persalinan Normal/APN tahun 2007
3) Standar Pelayanan Kebidanan (SPK) tahun 2003
4) Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar berbasis HAM dan Keadilan Gender tahun 2004
5) PWS KIA tahun 2004
x 100%
12
JP
1
1.
KOMPONEN
LANGKAH KEGIATAN
VARIABEL
2
3
4
PELAYANAN KESEHATAN DASAR
IK-3 Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Bidan atau Tenaga Kesehatan yang Memiliki Kompetensi Kebidanan
1. Kemitraan Bidan - Dukun
A. Frekuensi pertemuan/rapat kemitraan bidan dukun
a. Pertemuan rapat
Transport pertemuan/rapat
B. Jumlah bidan desa/bidan dibawah puskesmas
C. Jumlah dukun bersalin
D. Transport per petugas polindes/bidan (kegiatan)
A. Frekuensi pertemuan/rapat kemitraan bidan dukun
Akomodasi pertemuan/rapat
A. Jumlah bidan desa/bidan dibawah puskesmas
B. Jumlah dukun bersalin
C. Akomodasi pertemuan 1 orang
A. Frekuensi pertemuan/rapat kemitraan bidan dukun
Bahan pertemuan/rapat
B. Jumlah bidan desa/bidan dibawah puskesmas
C. Jumlah dukun bersalin
D. Bahan pertemuan/rapat kemitraan bidan - dukun
A. Frekuensi pelatihan kemitraan bidan dukun
b. Transport pelatihan
Transport peserta
B. Jumlah angkatan pelatihan kemitraan bidan dukun
C. Jml peserta pelatihan kemitraan bidan-dukun per angk.
D. Transport peserta pelatihan per peserta
A. Frekuensi pelatihan kemitraan bidan dukun
Uang harian peserta
B. Jumlah angkatan pelatihan kemitraan bidan dukun
C. Lama pelatihan kemitraan bidan dukun
D. Jumlah peserta pelatihan kemitraan bidan dukun per
angkatan
E. Uang harian peserta pelatihan per peserta per hari
A. Frekuensi pelatihan kemitraan bidan dukun
Transport narasumber lokal
B. Jumlah angkatan pelatihan kemitraan bidan dukun
C. Jumlah narasumber lokal pelatihan kemitraan bidan
dukun per angkatan
D. Transport narasumber lokal pelatihan per orang
A. Frekuensi pelatihan kemitraan bidan dukun
Transport narasumber daari luar
B. Jumlah angkatan pelatihan kemitraan bidan dukun
Kab./Kota
C. Jumlah narasumber luar pelatihan kemitraan bidan
dukun per angkatan
D. Transport narasumber luar dinkes pelatihan per orang
A. Frekuensi pelatihan kemitraan bidan dukun
Lumpsum/honor narasumber lokal
B. Jumlah angkatan pelatihan kemitraan bidan dukun
C. Lama pelatihan kemitraan bidan dukun
D. Jumlah narasumber lokal pelatihan kemitraan bidan
dukun per angkatan
E. Lumpsum/honor/uang harian nara sumber lokal
RUMUS
5
A * (B + C) * D
A * (B + C) * D
A * (B + C) * D
A*B*C*D
A*B*C*D*E
A*B*C*D
A*B*C*D
A*B*C*D*E
13
JP
1
LANGKAH KEGIATAN
2
VARIABEL
3
Lumpsum/honor narasumber luar
c. Akomodasi pelatihan
d. Bahan pelatihan
2. Pelayanan Persalinan
Vitamin, Vaksin, BMHP dan Obat
Akomodasi pelatihan
Bahan pelatihan
KOMPONEN
4
pelatihan per orang per hari
A. Frekuensi pelatihan kemitraan bidan dukun
B. Jumlah angkatan pelatihan kemitraan bidan dukun
C. Lama pelatihan kemitraan bidan dukun
D. Jumlah narasumber luar pelatihan kemitraan bidan
dukun per angkatan
E. Lumpsum/honor/uang harian nara sumber luar
pelatihan per orang per hari
A. Frekuensi pelatihan kemitraan bidan dukun
B. Jumlah angkatan pelatihan kemitraan bidan dukun
C. Lama pelatihan kemitraan bidan dukun
D. Jml peserta pelatihan kemitraan bidandukun perangk.
E. Jumlah narasumber lokal pelatihan kemitraan bidan
dukun per angkatan
F. Jumlah narasumber luar pelatihan kemitraan bidan
dukun per angkatan
G. Akomodasi pelatihan per orang per hari
A. Frekuensi pelatihan kemitraan bidan dukun
B. Jumlah angkatan pelatihan kemitraan bidan dukun
C. Jml peserta pelatihan kemitraan bidandukun perangk.
D. Bahan pelatihan kemitraan bidan dukun
RUMUS
5
A*B*C*D*E
A*B*C*
(D + E + F) * G
A*B*C*D
A*B*C
A*B*C
A*B*C
A*B
A*B*C
A*B*C
14
JP
1
LANGKAH KEGIATAN
2
VARIABEL
3
Sarung tangan
(2 pasang/menolong bulin)
Kasa pembalut
(1 bungkus/10 bulin)
Kapas berlemak 500 gram
(1 bungkus/10 bulin)
Benang tali pusat
Disposible 2,5 ml
( 6 set/bulin )
Disposible 5 ml
( 2 set/bulin )
Disposible 1 ml
(1 set/bulin)
Benang cromic 2/3
Infus set
Abocat
Alkohol 1000 cc (500 bulin)
3.
KOMPONEN
4
C. Kebutuhan Magnesium sulfat per bulin 2 vial
A. Cakupan Pertolongan persalinan oleh bidan / nakes.
B. Harga per pasang sarung tangan
C. Kebutuhan pasang sarung tangan per bulin
A. Cakupan Pertolongan persalinan oleh bidan / nakes.
B. Harga per rol kasa pembalut (2 helai)
C. Per bungkus kasa pembalut untuk 10 bulin
A. Cakupan Pertolongan persalinan oleh bidan / nakes.
B. Harga per bungkus kapas berlemak 500 gram
C. Per bungkus kapas berlemak untuk 10 bulin
A. Cakupan Pertolongan persalinan oleh bidan / nakes.
B. Harga per kotak benang tali pusat
C. Per kotak benang tali pusat untuk 10 bulin
A. Cakupan Pertolongan persalinan oleh bidan / nakes.
B. Harga per set disposible 2,5 ml
C. Kebutuhan disposible 2,5 ml per bulin
A. Cakupan Pertolongan persalinan oleh bidan / nakes.
B. Harga per buah disposible 5 ml
C. Kebutuhan disposible 5 ml per bulin
A. Cakupan Pertolongan persalinan oleh bidan / nakes.
B. Harga per buah disposible 1 ml
A. Cakupan Pertolongan persalinan oleh bidan / nakes.
B. Harga per kotak benang cromic 2/3
A. Cakupan Pertolongan persalinan oleh bidan / nakes.
B. Harga per buah infus set
A. Cakupan Pertolongan persalinan oleh bidan / nakes.
B. Harga per set Abocat
A. Cakupan Pertolongan persalinan oleh bidan / nakes.
B. Harga per botol Alkohol 1000 cc
C. Kebutuhan alkohol 500 cc/bulin
RUMUS
5
A*B*C
A*B
C
A*B
C
A*B
C
A*B*C
A*B*C
A*B
A*B
A*B
A*B
A*B
C
Transport peserrta
A.
B.
C.
D.
A.
B.
C.
A*B*C*D
A*B*C*D
15
JP
1
LANGKAH KEGIATAN
2
KOMPONEN
VARIABEL
3
Transport narasumber lokal
D.
A.
B.
C.
D.
A.
B.
C.
D.
A.
B.
C.
D.
E.
A.
B.
C.
D.
E.
b. Akomodasi pelatihan
Akomodasi Pelatihan
c. Bahan Pelatihan
Bahan pelatihan
Biaya transport
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
A.
B.
C.
D.
A.
B.
C.
D.
A.
B.
C.
D.
RUMUS
5
4
Uang harian peserta pelatihan per peserta per hari
Frekuensi pelatihan dan magang APN
Jumlah angkatan pelatihan dan magang APN
A*B*C*D
Jumlah narasumber lokal pelatihan + magang APN
Transport narasumber lokal pelatihan per orang
Frekuensi pelatihan dan magang APN
Jumlah angkatan pelatihan dan magang APN
A*B*C*D
Jumlah narasumber luar pelatihan + magang APN
Transport narasumber luar pelatihan per orang
Frekuensi pelatihan dan magang APN
Jumlah angkatan pelatihan dan magang APN
Lama pelatihan dan magang APN
A*B*C*D*E
Jumlah narasumber lokal pelatihan + magang APN
Lumpsum/honor/uang harian narasumber lokal
pelatihan per orang per hari
Jumlah angkatan pelatihan dan magang APN
Lama pelatihan dan magang APN
Frekuensi pelatihan dan magang APN
A*B*C*D*E
Jumlah narasumber luar pelatihan + magang APN
Lumpsum/honor/uang harian narasumber luar
pelatihan per orang per hari
Frekuensi pelatihan dan magang APN
Jumlah angkatan pelatihan dan magang APN
Lama pelatihan dan magang APN
Jumlah peserta dan magang APN
A * B * C *( D+E+F) * G
Jumlah narasumber lokal pelatihan + magang APN
Jumlah narasumber luar pelatihan + magang APN
Akomodasi pelatihan per orang per hari
Bahan pelatihan dan magang APN
Jumlah peserta pelatihan dan magang APN
A*B*C*D
Jumlah angkatan pelatihan dan magang APN
Frekuensi pelatihan dan magang APN
Frekuensi pengiriman peserta pelatihan & magang APN
Lama pengiriman peserta pelatihan dan magang APN
Jumlah peserta yang dikirm utk pelatihan + magang
A*B*C*D
(dilaksanakan di luar)
Trans. pengiriman pserta pelthn magang APN perpsrt
Frekuensi pengiriman peserta pelatihan & magang APN
Lama pengiriman peserta pelatihan dan magang APN
Jumlah peserta yang dikirm utk pelatihan + magang
A*B*C*D
(dilaksanakan di luar)
Uang harian peserta yang dikirm utk pelatihan +
16
JP
1
LANGKAH KEGIATAN
2
VARIABEL
3
Biaya pelatihan + magang APN
4.
KOMPONEN
4
magang APN per peserta per hari
A. Frekuensi pengiriman peserta pelatihan & magang APN
B. Lama pengiriman peserta pelatihan dan magang APN
C. Jumlah peserta yang dikirm utk pelatihan + magang
(dilaksanakan di luar)
D. Biaya pelatihan + magang APN per orang
Terintegrasi dengan cakupan bumil
RUMUS
5
A*B*C*D
17
1.
Jenis Pelayanan
2.
Indikator
Definisi Operasional
Pembilang
Penyebut
: Jumlah seluruh ibu nifas di satu wilayah kerja dalam kurun waktu yang sama.
Perkiraan jumlah ibu nifas di wilayah kerja yang sama dapat dihitung dengan formula : 1,05 x CBR Kabupaten/Kota X Jumlah
penduduk di wilayah kerja.
4.
: 90 %
5.
Rumus
:
Cakupan Pelayanan
NIfas
Jumlah ibu nifas yg telah memperoleh 3 kali pelayanan nifas sesuai standar di satu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
x 100%
Seluruh Ibu nifas di satu wilayah kerja dalam kurun waktu yg sama
6.
Langkah Kegiatan
: 1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
7.
Rujukan
: 1) Buku Pedoman Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) tahun 2008
2) Buku Pegangan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal
3) Standar Pelayanan Kebidanan (SPK) tahun 2003;
4) Pelayanan Kebidanan Dasar berbasis HAM dan Keadilan Gender
5) PWS KIA tahun 2004
18
JP
1
1.
LANGKAH KEGIATAN
2
PELAYANAN KESEHATAN DASAR
IK-4 Cakupan Ibu Nifas
1. Pelayanan Nifas
a. Konsultasi Paska Melahirkan
VARIABEL
3
Transport petugas
Formulir
Fe bufas 30 tablet
2. Pelayanan Neonatus
a. Transport petugas
b. Vitamin, Vaksin, BMHP dan Obat
Transport
Formulir
Amoksisilin sirup kering 125 mg/5ml
Garam oralit
Gentian violet 1%
Transport petugas
KOMPONEN
4
RUMUS
5
A * B/ C
A*B*C
A*B*C
A*B*C
A*B*C
A*B*C
A*B*C
A*B*C
A*B*C
D
19
1.
Jenis Pelayanan
2.
Indikator
Definisi Operasional
Pembilang
Penyebut
4.
: 80 %
5.
Rumus
:
Cakupan Neonatus
dgn komplikasi yg
ditangani
x 100%
6.
Langkah Kegiatan
: 1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
10)
7.
Rujukan
: 1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
10)
11)
12)
13)
14)
15)
16)
20
JP
LANGKAH KEGIATAN
VARIABEL
1
2
3
1. PELAYANAN KESEHATAN DASAR
IK-5 Cakupan Neonatus dengan Komplikas yang Ditangani
1. Pelatihan (bidan & perawat)
2. Pemantapan AMP
Penyusunan TIM AMP/Pertemuan
Transport
Lintas Sektoral
Akomodasi pertemuan
Bahan Pertemuan
KOMPONEN
4
A*B*C
A*B*C
A*B*C
A.
B.
A.
B.
A.
B.
c. Obat Esensial
4. Rujukan Nonatus dg Komplikasi
RUMUS
5
A*B
A*B
A*B
A*B
A*B*C
A*B
21
1.
Jenis Pelayanan
2.
Indikator
Definisi Operasional
Penyebut
4.
: 90 %
5.
Rumus
Pembilang
Jumlah bayi memperoleh pelayanan kesehatan sesuai standar disatu wilayah kerja pd
kurun waktu tertentu
Jumlah seluruh bayi lahir hidup disatu wilayah kerja dalam kurun waktu yg sama
6.
Langkah Kegiatan
: 1)
2)
3)
4)
5)
6)
7.
Rujukan
x 100%
Peningkatan kompetensi klinis kesehatan bayi meliputi SDIDTK, stimulasi perkembangan bayi dan MTBS;
Pemantauan pasca pelatihan MTBS dan SDIDTK;
Pelayanan kesehatan bayi sesuai standar di fasilitas kesehatan;
Pelayanan rujukan;
Pembahasan audit kematian dan kesakitan bayi.
Pelayanan kunjungan rumah bagi yang tidak datang ke fasilitas kesehatan.
22
JP
LANGKAH KEGIATAN
1
2
1. PELAYANAN KESEHATAN DASAR
IK-6 Cakupan Kunjungan Bayi
1. Kunjungan Bayi
a. Transport petugas
b. Formulir
c. Vitamin, Vaksin, BMHP dan Obat
KOMPONEN
VARIABEL
3
1.
2.
3.
4.
Kotrimoksasol sirup
Amoksisilin sirup
Tetrasiklin 1% salep mata
Gentian violet 1%
RUMUS
5
A*B/C
A*B*C
2. Pelatihan MTBS
a. Transport pelatihan
Transport peserrta
A.
B.
C.
D.
A.
B.
C.
D.
A.
B.
C.
D.
A.
B.
C.
D.
A.
B.
C.
D.
E.
A.
B.
C.
D.
E.
A*B*C*D
A*B*C*D
A*B*C*D
A*B*C*D
A*B*C*D*E
A*B*C*D*E
23
JP
1
LANGKAH KEGIATAN
2
b. Akomodasi pelatihan
c. Bahan Pelatihan
VARIABEL
3
Akomodasi Pelatihan
Bahan pelatihan
KOMPONEN
4
A. Frekuensi pelatihan MTBS
B. Jumlah angkatan pelatihan MTBS
C. Lama pelatihan MTBS
D. Jumlah peserta MTBS
E. Jumlah narasumber lokal pelatihan MTBS
F. Jumlah narasumber luar pelatihan MTBS
G. Akomodasi pelatihan per orang per hari
A. Bahan pelatihan MTBS
B. Jumlah peserta pelatihan MTBS
C. Jumlah angkatan pelatihan MTBS
D. Frekuensi pelatihan MTBS
Terintegrasi dengan indikator sebelumnya
Terintegrasi dengan indikator sebelumnya
RUMUS
5
A*B*C*( D+E+F)*G
A*B*C*D
24
1.
Jenis Pelayanan
2.
Indikator
Definisi Operasional
Pembilang
Penyebut
: Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) adalah Desa/Kelurahan dimana 80% dari jumlah bayi yang ada di
desa tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap dalam waktu satu tahun.
: Jumlah Desa/Kelurahan UCI di satu wilayah kerja pada waktu tertentu.
: Seluruh Desa/Kelurahan di satu wilayah kerja dalam waktu yang sama.
4.
: 100 %
5.
Rumus
:
Jumlah desa / kelurahan UCI
Desa /Kelurahan UCI
=
Seluruh desa / kelurahan
x 100%
6.
Langkah Kegiatan
: 1)
2)
3)
4)
Imunisasi Rutin
Imunisasi Tambahan (Backlog Fighting, Crash Program)
Imunisasi dalam Penanganan KLB (Outbreak Response)
Kegiatan Imunisasi tambahan untuk penyakit tertentu dalam wilayah yang luas dan waktu yang tertentu (PIN, Sub PIN, Catch
Up Campaign Campak)
7.
Rujukan
: 1)
2)
25
JP
LANGKAH KEGIATAN
VARIABEL
1
2
3
1. PELAYANAN KESEHATAN DASAR
7. Desa/Kelurahan Universal Child Immunization
1. Imunisasi Rutin
a. Transport Petugas
Transport petugas imunisasi anak sekolah
b.
Transport petugas imunisasi anak sek.
KOMPONEN
4
RUMUS
5
Dilaksanakan di sarkes
A.
B.
C.
D.
A.
B.
C.
A*B*C*D
A*B/C
A*B/C
A*B *C/D
A*B *C/D
A*B *C/D
A*B/C
26
JP
1
LANGKAH KEGIATAN
2
Anak Sekolah
VARIABEL
3
Autodisable syringe (ADS) 0,5 ml untuk bayi A.
B.
0-11 bulan
C.
Autodisable syringe (ADS) 0,5 ml untuk
A.
imunisasi Campak bayi 0-11 bulan
B.
C.
Kapas 250 gram (1000 bayi)
A.
B.
C.
Alkohol 1000 cc (1000 orang)
A.
B.
C.
Vaksin TT untuk Ibu Hamil
A.
B.
C.
D.
Vaksin TT untuk Wanita Usia Subur (WUS)
A.
B.
C.
D.
Autodisable syringe (ADS) 0,5 ml untuk
A.
imunisasi Bumil & WUS
B.
C.
Kapas 250 gram (1000 bayi)
A.
B.
C.
Alkohol 1000 cc (1000 orang)
A.
B.
C.
Vaksin TT untuk imunisasi anak sekolah
A.
dasar kelas 2 dan 3
B.
C.
A.
Vaksin DT untuk imunisasi anak sekolah
B.
C.
Autodisable syringe (ADS) 0,5 ml untuk
A.
imunisasi Campak bayi 0-11 bulan
B.
C.
KOMPONEN
4
Jumlaj bayi dengan imunisasi lengkap
RUMUS
5
A*B*C
A*B*C
A*B/C
A*B/C
A*B*C/D
A*B*C/D
A*B*C
A*B/C
A*B/C
A*B*C
A*B*C
A*B*C
27
JP
1
LANGKAH KEGIATAN
2
VARIABEL
3
Kapas 250 gram (1000 orang)
Pengambilan Vaksin
Pengambilan Vaksin
1a. Sweeping
a. Transport
b. obat/BMHP/Vaksin
KOMPONEN
A.
B.
C.
A.
B.
C.
A.
B.
C.
D.
A.
B.
C.
A.
B.
C.
D.
A.
B.
C.
A.
B.
C.
A.
B.
C.
A.
B.
C.
A.
B.
C.
4
Jumlaj sasaran murid SD
Harga kapas 250 gram
Kapas 250 gram untuk 1000 bayi
Jumlaj sasaran murid SD
Harga Alkohol 1000cc
Alkohoil 1000cc untuk 1000 orang
Frekuensi pengambilan vaksin 1 tahun
Jumlah puskesmas
Juml petugas pengambilan vaksin per Puskesmas
Transport petugas pengambilan vaksin
Frekuensi pengambilan vaksin 1 tahun
Jml petugas pengambilan vaksin petugas kab./kota
Transport pengambilan vaksin
Jumlah desa dg cakupan imunisasi rendah
Jumlah petugas sweeping per puskesmas
Jumlah puskesmas
Transport per petugas puskesmas (kegiatan)
Jumlah bayi dengan imunisasi tdk lengkap/Cakupan
sweeping bayi (< 12 bulan)
Harga vaksin Campak per vial
Jumlah dosis pemberian per bayi (1 vial vaksin
Campak untuk 10 bayi
Jml bayi dg imunisasi tdk lengkap/cakupan sweeping
bayi (< 12 bulan)
Harga vaksin DPT per vial
Jml dosis pemberian per bayi (1 vial DPT utk 10 bayi)
Jumlaj bayi dengan imunisasi tdk lengkap/Cakupan
sweeping bayi (< 12 bulan)
Harga vaksin Polio per vial
Jml dosis pemberian per bayi (1 vial Polio utk 10 bayi)
Jumlah bayi dengan imunisasi lengkap/Cakupan
sweeping bayi (< 12 bulan)
Jumlah dosis untuk imunisasi campak dan DPT (2 x)
Harga ADS 0,5 ml per buah
Jumlah bayi dengan imunisasi lengkap/Cakupan
sweeping bayi (< 12 bulan)
Harga kapas 250 gram
Kapas 250 gram untuk 1000 bayi
RUMUS
5
A*B/C
A*B/C
A*B*C*D
A*B*C
A*B*C*D
A*B/C
A*B *C/D
A*B *C/D
A*B*C
A*B/C
28
JP
1
LANGKAH KEGIATAN
2
Pertemuan/rapat
VARIABEL
3
Alkohol 1000 cc (1000 orang)
Akomodasi pertemuan/rapat
Bahan pertemuan/rapat
2. Imunisasi Tambahan
KOMPONEN
A.
B.
C.
A.
B.
C.
A.
B.
C.
A.
B.
C.
4
Jumlah sasaran bayi dengan imunisasi tdk
lengkap/Cakupan sweeping bayi (< 12 bulan)
Harga Alkohol 1000cc
Alkohoil 1000cc untuk 1000 orang
Frekuensi pertemuan/rapat sweeping
Jumlah peserta pertemuan
Transport per petugas puskesmas (kegiatan)
Frekuensi pertemuan/rapat sweeping
Jumlah peserta pertemuan
Akomodasi pertemuan 1 orang
Frekuensi pertemuan/rapat sweeping
Jumlah peserta pertemuan
Bahan pertemuan sweeping/backlog fighting per orang
RUMUS
5
A*B/C
A*B*C
A*B*C
A*B*C
A.
B.
C.
D.
Vaksin DPT
A.
B.
C.
D.
Vaksin Polio
A.
B.
C.
D.
A.
B.
C.
A * B / C * 50%
A * B / C * 50%
A * B / C * 50%
A*B*C
29
JP
1
LANGKAH KEGIATAN
2
VARIABEL
3
Kapas 250 gram (1000 bayi)
KOMPONEN
A.
B.
C.
A.
B.
C.
c. Pertemuan/rapat (terintegrasi
dg pertemuan/rapat sweeping)
Crash Program
A.
a. Penyuluhan
B.
4
Jumlaj bayi dengan imunisasi lengkap
Harga kapas 250 gram
Kapas 250 gram untuk 1000 bayi
Jumlaj sasaran bayi dengan imunisasi tdk
lengkap/Cakupan sweeping bayi (< 12 bulan)
Harga Alkohol 1000cc
Alkohoil 1000cc untuk 1000 orang
RUMUS
5
A*B/C
A*B/C
A.
B.
C.
A.
B.
C.
A.
B.
C.
A.
B.
C.
A.
B.
C.
A.
B.
C.
A.
B.
C.
A*B*C
A*B*C
A*B*C
A*B*C
A*B*C
A*B*C
A*B*C
30
JP
1
LANGKAH KEGIATAN
2
VARIABEL
3
Akomodasi peserta pertemuan/rapat
Konsultasi
Bahan peserta pertemuan/rapat penerapan
program
Bahan i pertemuan/rapat
Bahan pertemuan/rapat
c. Pelatihan
Transport
Transport peserta
KOMPONEN
A.
B.
C.
A.
B.
C.
A.
B.
C.
A.
B.
C.
A.
B.
C.
A.
B.
C.
D.
A.
B.
C.
D.
E.
4
Frekuensi Rapat Konsultasi
Jumlah Peserta Rapat Konsultasi
Akomodasi pertemuan per petugas
Frekuensi Rapat Pemantapan Program
Peserta Rapat Pemantapan Program
Transport pertemuan per petugas
Frekuensi pertemuan/rapat BLF
Jumlah peserta pertemuan
Akomodasi rapat pertemuan per peserta
Frekuensi pertemuan/rapat BLF
Jumlah peserta pertemuan
Bahan rapat pertemuan per peserta
Frekuensi pertemuan/rapat BLF
Jumlah peserta pertemuan
Transport Peserta pertemuan/rapat BLF
Frekuensi pelatihan
Jumlah angkatan pelatihan
Jumlah peserta pelatihan per angkatan
Transport peserta pelatihan per peserta
Frekuensi pelatihan
Jumlah angkatan pelatihan
Lama pelatihan
Jumlah peserta pelatihan per angkatan
Uang harian peserta pelatihan per peserta per hari
RUMUS
5
A*B*C
A*B*C
A*B*C
A*B*C
A*B*C
A * B * C* D
A * B * C * D* E
31
JP
1
LANGKAH KEGIATAN
2
VARIABEL
3
Transport narasumber lokal
KOMPONEN
4
Frekuensi pelatihan
Jumlah angkatan pelatihan
Jml narasumber lokal pelatihan per angk.
Transport narasumber lokal pelatihan per orang
Frekuensi pelatihan
Jumlah angkatan pelatihan
Jml narasumber luar pelatihan per angk.
Transport narasumber luar pelatihan per orang
Frekuensi pelatihan
Jumlah angkatan pelatihan
Lama pelatihan
Jml narasumber lokal pelatihan per angkatan
Lumpsum/honor/uang harian narasumber lokal
pelatihan per orang hari
Lumpsum/honor/uang harian narasumber A. Frekuensi pelatihan
luar
B. Jumlah angkatan pelatihan
C. Lama pelatihan
D. Jumlah narasumber luar pelatihan per angkatan
E. Lumpsum/honor/uang harian narasumber luar
pelatihan per orang hari
Akomodasi pelatihan
A. Frekuensi pelatihan
B. Jumlah angkatan pelatihan
C. Lama pelatihan
D. Jumlah peserta pelatihan per angkatan
E. Jumlah narasumber lokal pelatihan per angkatan
F. Jumlah narasumber luar pelatihan per angkatan
G. Akomodasi pertemuan 1 orang
Bahan pelatihan
A. Frekuensi pelatihan
B. Jumlah angkatan pelatihan
C. Jumlah peserta pelatihan per angkatan
D. Bahan pelatihan
3. Imunisasi tambahan untuk penyakit tertentu (PIN, Sub PIN, Catch Up Campaign Campak)
a. Transport
Transport petugas
A. Frekuensi PIN
B. Frekuensi Sub PIN
C. Frekuensi Catch Up Campaign Campak
D. Jumlah Petugas PIN (per episode per Puskesmas)
E. Jumlah puskesmas
F. Transport petugas
A.
B.
C.
D.
Transport narasumber dari luar Kab/Kota A.
B.
C.
D.
Lumpsum/honor/uang harian narasumber A.
lokal
B.
C.
D.
E.
RUMUS
5
A*B*C*D
A*B*C*D
A*B*C*D*E
A*B*C*D*E
A * B * C * (D+E+F) * G
A*B*C*D
(A+B+C) * D * E * F
32
JP
1
LANGKAH KEGIATAN
2
VARIABEL
3
Vaksin Campak
Vaksin Polio
4. Penanggulangan KIPI
Buku sweeping
KOMPONEN
4
Jumlah bayi (1 - 12 bulan)
Frekuensi Catch Up Campaign Campak
Harga vaksin Campak per vial
Jumlah dosis pemberian per bayi (1 vial vaksin
Campak untuk 10 bayi
A. Jumlah bayi (1 - 12 bulan)
B. Frekuensi PIN
C. Frekuensi Sub PIN
D. Harga vaksin polio per vial
E. Jumlah dosis pemberian per anak (1 vial vaksin DPT
untuk 10 anak balita)
A. Jumlah bayi (1 - 12 bulan)
B. Jumlah dosis untuk imunisasi campak dan DPT (1 x)
C. Harga ADS 0,5 ml per buah
A. Jumlah bayi (1 - 12 bulan)
B. Harga kapas 250 gram
C. Kapas 250 gram untuk 1000 bayi
A. Jumlah bayi (1 - 12 bulan)
B. Harga Alkohol 1000cc
C. Alkohoil 1000cc untuk 1000 orang
Dilakukan di sarana kesehatan
A.
B.
C.
D.
A.
B.
A.
B.
A.
B.
C.
A.
B.
C.
A.
B.
C.
A.
B.
C.
RUMUS
5
A*B*C/D
{(A * B) + (A * C)}
*D/ E
A*B*C
A*B/C
A*B/C
A*B
A*B
A*B*C
A*B*C
A*B*C
A*B*C
33
JP
1
LANGKAH KEGIATAN
2
VARIABEL
3
Buku backlog fighting
KOMPONEN
4
Harga buku
Jumlah petugas imunisasi
Harga satuan buku imunisasi bayi
Harga buku
Jumlah petugas imunisasi
Harga satuan buku imunisasi bayi
Frekuensi Monitoring dan Evaluasi
Jumlah Puskesmas
Jumlah petugas monitoring dan evaluasi (per
Puskesmas)
D. Transport petugas
A.
B.
C.
Buku pencatatan suhu tempat penyimpanan A.
B.
C.
A.
Transport petugas monitoring & evaluasi
B.
C.
RUMUS
5
A*B*C
A*B*C
A*B*C*D
34
1.
Jenis Pelayanan
2.
Indikator
Definisi Operasional
Penyebut
: Cakupan pelayanan anak balita adalah anak balita (12 59 bulan) yang memperoleh pelayanan pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan.
: Jumlah anak balita (12 59 bulan) yang memperoleh pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali di satu wilayah kerja
pada waktu kurun tertentu.
: Jumlah seluruh anak balita (12 59 bulan) di satu wilayah kerja dalam kurun waktu tertentu.
4.
: 90 %
5.
Rumus
Pembilang
6.
Langkah Kegiatan
: 1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
10)
7.
Rujukan
x 100%
35
JP
LANGKAH KEGIATAN
1
2
1. PELAYANAN KESEHATAN DASAR
8. Cakupan Pelayanan Anak Balita
1. Registrasi Sasaran
VARIABEL
3
Transport Peserta
KOMPONEN
4
Terintegrasi dengan IK 7
A. Jumlah bayi 6-11 bulan
B. Harga Formulir Kunjungan Balita
C. Selembar formulir untuk 15 balita
A.
B.
C.
Lumpsum Peserta
D.
A.
B.
C.
D.
E.
A.
B.
C.
D.
A.
B.
C.
D.
RUMUS
5
A * B/ C
A * B *C * D
A * B *C * D * E
A * B *C * D
A * B *C * D
36
JP
1
LANGKAH KEGIATAN
2
VARIABEL
3
Lumpsum/honor narasumber lokal
A.
B.
C.
D.
E.
A.
B.
C.
D.
E.
Akomodasi pelatihan
Akomodasi pelatihan
A.
B.
C.
D.
E.
F.
Bahan pelatihan
Bahan pelatihan
G.
A.
B.
C.
D.
KOMPONEN
4
Frekuensi pelatihan petugas pemantauan
pertumbuhan
Jumlah angkatan pelatihan petugas pemantauan
pertumbuhan
Lama pelatihan petugas pemantau pertumbuhan
Jumlah narasumber lokal pelatihan pemantauan
pertumbuhan anak balita
Lumpsum/honor/uang harian narasumber lokal
pelatihan per orang per hari
Frekuensi pelatihan petugas pemantauan
pertumbuhan
Jumlah angkatan pelatihan petugas pemantauan
pertumbuhan
Lama pelatihan petugas pemantau pertumbuhan
Jumlah narasumber luar pelatihan pemantauan
pertumbuhan anak balita
Lumpsum/honor/uang harian narasumber luar
pelatihan per orang per hari
Frekuensi pelatihan petugas pemantauan
pertumbuhan
Jumlah angkatan pelatihan petugas pemantauan
pertumbuhan
Lama pelatihan petugas pemantau pertumbuhan
Jumlah peserta pelatihan pemantauan pertumbuhan
anak balita
Jumlah narasumber lokal pelatihan pemantauan
pertumbuhan anak balita
Jumlah narasumber luar pelatihan pemantauan
pertumbuhan anak balita
Akomodasi pelatihan per orang per hari
Frekuensi pelatihan petugas pemantauan
pertumbuhan
Jumlah angkatan pelatihan petugas pemantauan
pertumbuhan
Jumlah peserta pelatihan pemantauan pertumbuhan
anak balita
Bahan pelatihan pemantauan pertumbuhan anak
balita per orang
RUMUS
5
A * B *C * D * E
A * B *C * D * E
A * B *C *( D + E + F) * G
A * B *C * D
37
JP
1
LANGKAH KEGIATAN
VARIABEL
2
3
3. Pelayanan Kunjungan Anak Balita
Transport prtugas pelayanan kunjungan Transport petugas pelayanan
anak balita
kunjungan anak balita
Bahan
Bahan
4. Pelatihan MTBS
5. Pelayanan rujukan
Transport
KOMPONEN
4
RUMUS
5
A * B *C
A.
B.
C.
A * B *C
38
1.
Jenis Pelayanan
2.
Indikator
: 9. Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 24 bulan keluarga miskin
Definisi Operasional
Pembilang
Penyebut
: Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 24 bulan keluarga miskin adalah pemberian makanan
pendamping ASI pada anak usia 6 24 Bulan dari keluarga miskin selama 90 hari.
: Jumlah anak usia 6 24 bulan dari Gakin yang mendapat MP-ASI di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
: Jumlah seluruh anak usia 6 24 bulan dari Gakin di satu wilayah kerja dalam kurun waktu yang sama.
4.
: 100 %
5.
Rumus
:
Cakupan pemberian
makanan pendamping ASI
6.
7.
Langkah Kegiatan
Rujukan
: 1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
x 100%
Pendataan sasaran;
Pelatihan pemberian makanan bagi anak / konseling menyusui
Pengadaan MP-ASI
Penyimpanan MP-ASI
Distribusi sampai ke sasaran
Pencatatan pelaporan
Monitoring dan evaluasi pelaksanaan pemberian MP-ASI.
: 1) Pedoman pengelolaan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) untuk anak usia 6 24 bulan.
39
JP
LANGKAH KEGIATAN
VARIABEL
1
2
3
1
PELAYANAN KESEHATANDASAR
IK-9 Cakupan Pemberian MP-ASI Pada Anak USia 6-24 Bulan Gakin
1. Registrasi Sasaran
Registrasi sasaran
2. Penyusunan Spesifikasi & Pedoman
Pengelolaan MP - ASI
3. Pelatihan Penyelenggaraan Pemberian Transport peserta
MP ASI
Lumpsum peserta
KOMPONEN
4
RUMUS
5
A.
B.
C.
D.
A.
B.
C.
D.
E.
A.
B.
C.
D.
A.
B.
C.
D.
A.
B.
C.
D.
E.
A.
B.
C.
D.
E.
Akomodasi pelatihan
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
40
JP
1
LANGKAH KEGIATAN
2
VARIABEL
3
Bahan pelatihan
Sosialisasi/penyuluhan
Bahan penyuluhan
Transport petugas
Leaflet
Poster
5. Distribusi dan Penyimpanan MP-ASI
Transport petugas
Sewa gudang
Formulir penyimpanan dan distribusi
Bahan MP-ASI
KOMPONEN
4
A. Frekuensi pelatihan tatalaksana MP-ASI
B. Jumlah angkatan pelatihan tatalaksana MP-ASI
C. Jumlah peserta pelatihan penyelenggaraan pemberian
MP-ASI
D. Bahan pelatihan penyelenggaraan pemberian MP-ASI
Terintegrasi pada JP sebelumnya
A. Cakupan anak 6-24 bulan dari gakin yang mendapat
MP-ASI
B. Leaflet per lember
C. Frekuensi sosialisasi program MP-ASI
A. Poster per lembar
B. Jumlah petugas penyuluh MP-ASI (per Puskesmas)
C. Jumlah Puskesmas
A. Frekuensi distribusi MP-ASI ke Puskesmas (petugas
kabupaten)
B. Jumlah Puskesmas
C. Jumlah petugas penyimpanan MP-ASI (per Puskesmas)
D. Transport per petugas puskesmas (kegiatan)
A. Biaya Sewa gudang penyimpanan MP-ASI per tahun
(harga setempat)
A. Cakupan anak 6-24 bulan dari gakin yang mendapat
MP-ASI
B. Harga formulir penyimpanan dan distribusi MP-ASI
C. Jumlah lembar formulir
D. Setiap lembar formulir dipergunakan utk 15 sasaran
A. Frekuensi distribusi MP-ASI gakin (petugas
puskesmas)
B. Jumlah Puskesmas
C. Jumlah petugas distribusi ke balita gakin (per
Puskesmas)
A. Harga Bahan MP-ASI
B. Jumlah anak 6-24 bulan dari gakin yang mendapat
MP-ASI
RUMUS
5
A*B*C*D
A*B*C
A*B*C
A*B*C*D
A*B*C/D
A*B*C
A*B
41
JP
1
LANGKAH KEGIATAN
2
6. Pencatatan dan pelaporan
7. Monitoring dan Evaluasi
VARIABEL
3
Khohort Ibu & KMS Balita
Transport petugas monitoring dan evaluasi
(Puskesmas)
KOMPONEN
4
Terintegrasi pada IK 1 dan IK 8
A. Frekuensi monev ke Desa (petugas Puskesmas)
B. Jumlah Puskesmas
C. Jumlah petugas monev (tenaga Puskesmas per
Puskesmas)
D. Transport per petugas polindes/bidan (kegiatan)
A. Frekuensi monev ke Puskesmas (petugas kabupaten)
B. Jumlah Puskesmas
C. Jumlah petugas monev (tenaga Dinkes)
D. Transport per petugas Puskesmas (kegiatan)
RUMUS
5
A*B*C*D
A*B*C*D
42
1.
Jenis Pelayanan
2.
Indikator
Definisi Operasional
Pembilang
Penyebut
: Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan adalah balita gizi buruk yang ditangani di sarana pelayanan kesehatan sesuai
tatalaksana gizi buruk di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
: Jumlah balita gizi buruk mendapat perawatan di sarana pelayanan kesehatan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
: Jumlah seluruh balita gizi buruk yang ditemukan di satu wilayah kerja pada kurun waktu yang sama.
4.
: 100 %
5.
Rumus
:
Cakupan balita gizi buruk
6.
7.
Langkah Kegiatan
Rujukan
: 1)
2).
3).
4).
5).
6).
7).
: 1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
Pedoman Tatalaksana KEP pada Anak di Rumah Sakit Kab/Kota, tahun 1998;
Pedoman Tatalaksana KEP pada Anak di Puskesmas dan Rumah Tangga, tahun 1998;
Buku Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk, tahun 2007;
Petunjuk Teknis Tatalaksana Anak Gizi Buruk, tahun 2007;
Panduan Pelatihan Tatalaksana Anak Gizi Buruk, tahun 2007;
Pedoman dan pelayanan gizi rumah sakit, tahun 2007
Pedoman penyelenggaraan Pelatihan Tatalaksana Gizi Buruk bagi tenaga kesehatan, tahun 2007;
Modul Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
x 100%
43
JP
LANGKAH KEGIATAN
VARIABEL
KOMPONEN
RUMUS
A.
Akomodasi
B.
C.
A.
Bahan
B.
C.
A.
B.
C.
Transport peserta
Lumpsum peserta
A.
B.
C.
D.
A.
B.
C.
D.
E.
A.
B.
C.
D.
A.
B.
C.
D.
A*B*C
A*B*C
A*B*C
A*B*C*D
A*B*C*D*E
A*B*C*D
A*B*C*D
A*B*C*D*E
44
JP
LANGKAH KEGIATAN
VARIABEL
KOMPONEN
RUMUS
A.
B.
C.
D.
E.
Akomodasi pelatihan
A.
B.
C.
D.
E.
F.
Bahan pelatihan
G.
A.
B.
C.
D.
A*B*C*D*E
A * B * C * (D + E + F) *G
A*B*C*D
A*B*C
A*B*C
45
1.
Jenis Pelayanan
2.
Indikator
Definisi Operasional
Pembilang
Penyebut
: Cakupan pemeriksaan kesehatan siswa SD dan setingkat adalah cakupan siswa SD dan setingkat yang diperiksa kesehatannya oleh
tenaga kesehatan atau tenaga terlatih (guru UKS/dokter kecil) melalui penjaringan kesehatan di satu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu.
: Jumlah murid kelas 1 SD dan setingkat disatu wilayah kerja pada kurun waktu yang sama.
: Jumlah seluruh balita gizi buruk yang ditemukan di satu wilayah kerja pada kurun waktu yang sama.
4.
: 100 %
5.
Rumus
:
Cakupan penjaringan
kesehatan siswa SD
& setingkat
6.
Langkah Kegiatan
7. Rujukan
: 1)
2)
3)
4)
5)
6)
x 100%
Pendataan
Pengadaan dan pemeliharaan UKS kit, UKGS kit
Pelatihan petugas, guru UKS/UKGS dan dokter kecil;
Penjaringan kesehatan
Pelayanan kesehatan
Pencatatan dan pelaporan
46
JP
LANGKAH KEGIATAN
VARIABEL
KOMPONEN
RUMUS
A.
B.
C.
A.
B.
Bahan Pertemuan
C.
A.
B.
Transport petugas
C.
A.
B.
Akomodasi pertemuan
C.
A.
B.
Bahan Pertemuan
C.
A.
B.
Transport petugas
C.
A.
B.
Akomodasi pertemuan
C.
A.
B.
Bahan Pertemuan
C.
A.
B.
C.
A*B*C
A*B*C
A*B*C
A*B*C
A*B*C
A*B*C
A*B*C
A*B*C
A*B*C
47
Transport peserta
A.
B.
C.
D.
A.
B.
C.
D.
E.
A.
B.
C.
D.
A.
B.
C.
D.
Akomodasi Pelatihan
Bahan Pelatihan
A.
B.
C.
D.
E.
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
A.
B.
C.
D.
A*B*C*D
A*B*C*D*E
A*B*C*D
A*B*C*D
A*B*C*D*E
A*B*C*D*E
A * B * C * (D + E + F) * G
A*B*C*D
48
Transport peserta
Uang harian peserta
Transport narasumber lokal
A.
B.
C.
D.
A.
B.
C.
D.
A.
B.
C.
D.
E.
Akomodasi Pelatihan
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
Bahan Pelatihan
Pelatihan Petugas
Transport peserta
A.
B.
C.
D.
A.
B.
C.
D.
49
A.
B.
C.
D.
E.
A.
B.
C.
D.
A.
B.
C.
D.
A.
B.
C.
D.
E.
Akomodasi Pelatihan
A.
B.
C.
D.
E.
F.
Bahan Pelatihan
G.
A.
B.
C.
D.
50
Formulir
Buku register
A.
A*B*C* D
A*B/C
A*B
51
1.
Jenis Pelayanan
2.
Indikator
Definisi Operasional
Pembilang
Penyebut
4.
: 75 %
5.
Rumus
:
Cakupan peserta KB aktif
6.
Langkah Kegiatan
: 1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
7.
Rujukan
x 100%
52
JP
LANGKAH KEGIATAN
VARIABEL
KOMPONEN
RUMUS
IUD
Suntik
Implant
Pil
Kondom
2. Pelatihan Contraceptive Technology
Update (CTU)
Transport peserta
A.
B.
A.
B.
C.
A.
B.
A.
B.
C.
A.
B.
A.
B.
C.
Lumpsum peserta
D.
A.
B.
C.
D.
E.
A.
B.
C.
D.
A*B
A*B*C
A*B
A*B*C
A*B
A*B*C*D
A*B*C*D*E
A*B*C*D
53
JP
LANGKAH KEGIATAN
VARIABEL
KOMPONEN
RUMUS
A.
B.
C.
D.
Akomodasi pelatihan
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
A*B*C*D
A*B*C*D*E
A*B*C*D*E
A * B * C * (D + E + F) * G
54
JP
LANGKAH KEGIATAN
VARIABEL
KOMPONEN
RUMUS
Bahan pelatihan
A.
B.
C.
D.
Transport peserta
Lumpsum peserta
A.
B.
C.
D.
A.
B.
C.
D.
E.
A.
B.
C.
D.
A.
B.
C.
D.
A*B*C*D
A*B*C*D
A*B*C*D*E
A*B*C*D
A*B*C*D
A*B*C*D*E
A*B*C*D*E
55
JP
LANGKAH KEGIATAN
VARIABEL
KOMPONEN
RUMUS
Akomodasi pelatihan
A.
B.
C.
D.
E.
F.
Bahan pelatihan
G.
A.
B.
C.
D.
A.
Lumpsum peserta
B.
C.
D.
A.
B.
C.
D.
E.
A.
B.
C.
D.
A.
B.
C.
D.
A * B * C * (D + E + F) * G
A*B*C*D
A*B*C*D
A*B*C*D*E
A*B*C*D
A*B*C*D
A*B*C*D*E
56
JP
LANGKAH KEGIATAN
VARIABEL
KOMPONEN
RUMUS
Akomodasi pelatihan
Bahan pelatihan
5. Informasi Penyuluhan KB
Transport petugas
Leaflet
Poster
Radio spot
A*B*C*D*E
A * B * C * (D + E + F) * G
A*B*C* D
A*B
A*B
A*B
57
1.
Jenis Pelayanan
2.
Indikator
Definisi Operasional
Pembilang
Penyebut
:
:
:
:
4.
5.
Rumus
13 A. Acute Flacid Paralysis (AFP) rate per 100.000 penduduk < 15 tahun
Jumlah kasus AFP Non Polio yang ditemukan diantara 100.000 penduduk < 15 tahun pertahun di satu wilayah kerja tertentu.
Jumlah kasus AFP non Polio pada penduduk <15 tahun di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Jumlah Penduduk <15 tahun di satu wilayah kerja dalam kurun waktu yang sama.
6.
Langkah Kegiatan
: 1) Sosialisasi
2) Pencarian kasus
3) Pengambilan spesimen
7.
Rujukan
x 100%
58
JP
LANGKAH KEGIATAN
1
2
1 PELAYANAN KESEHATAN DASAR
IK-13 A. Acute Flacid Paralysis (AFP)
1a. Pertemuan Lintas Program
Transport peserta
Bahan Pertemuan
Akomodasi pertemuan
Transport peserta
Bahan pertemuan
Akomodasi pertemuan
2. Pencarian/Penemuan Kasus
KOMPONEN
VARIABEL
3
Transport petugas
A.
B.
C.
A.
B.
C.
A.
B.
C.
A.
B.
C.
A.
B.
C.
A.
B.
C.
A.
B.
C.
D.
Bahan administrasi
A.
B.
C.
A.
B.
C.
D.
RUMUS
5
A*B*C
A*B*C
A*B*C
A*B*C
A*B*C
A*B*C
A*B*C*D
A *B*C
A*B *C*D
59
JP
1
LANGKAH KEGIATAN
2
VARIABEL
3
Bahan administrasi
Transport petugas
Bahan administrasi
4. Pelaporan
Bahan
KOMPONEN
4
Frekuensi pencarian/penemuan kasus
Jumlah kasus AFP non polio pd penduduk
< 15 tahun yang ditangani
C. Frekuensi pengambilan specimen tinja
Frekuensi pengiriman/pemeriksaan
specimen ke laboratorium Harga bahan
administrasi penemuan kasus per paket
D. Biaya Bahan administrasi pemeriksaan
specimen
A. Cakupan kasus AFP non polio pd
penduduk < 15 tahun yang ditangani
B. Frekuensi pengiriman/pemeriksaan
specimen ke laboratorium
C. Jumlah petugas pengiriman/pemeriksaan
specimen ke laboratorium
D. Transport petugas
pengiriman/pemeriksaan specimen ke
laboratorium
Terintegrasi diatas
RUMUS
5
A.
B.
A*B *C*D
Terintegrasi di atas
60
1.
Jenis Pelayanan
2.
Indikator
Definisi Operasional
Pembilang
Penyebut
4.
: 100%
5.
Rumus
:
Cakupan balita dengan
Pneumonia yang ditangani
x 100%
6.
Langkah Kegiatan
: 1) Pelayanan penderita
Pengobatan
Pelatihan MTBS
7.
Rujukan
: 1) KEPMENKES RI No. 1537A/MENKES/SK/XII/2002 tentang Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan
Akut untuk Penanggulangan Pneumonia Pada Balita
2) Buku Tatalaksana Pneumonia Balita
61
JP
LANGKAH KEGIATAN
VARIABEL
1
2
3
1 PELAYANAN KESEHATAN DASAR
IK-13 B. PENEMUAN PENDERITA PNEUMONIA BALITA
1. Pendataan
Terintegrasi dengan IK 1
2. Promosi
Transport Penyuluhan
KOMPONEN
4
A.
B.
C.
D.
B.
C.
Media elektronik
A.
B.
A.
B.
C.
A.
B.
C.
A.
B.
C.
A.
B.
C.
A.
B.
C.
Frekuensi pelatihan
Jumlah angkatan pelatihan
Jumlah peserta pelatihan per angkatan
Leaflet
Poster
3. Peningkatan Kualitas
Tatalaksana/Pelayanan Penderita
Vitamin, BMPH dan Obat
Pelayanan Rujukan
Vitamin, BMHP dan obat pra rujukan
Aqua steril
4. Peningkatan SDM
A.
B.
C.
A.
Frekuensi penyuluhan
Jumlah tenaga penyuluh (tenaga
Puskesmas)
Jumlah Puskesmas
Transport per petugas dinkes kab./kota
(kegiatan)
RUMUS
5
A*B*C*D
A*B*C
A*B*C
A*B
A*B*C
A*B*C
A*B*C
(A * B) * D
C
A*B*C*D
62
JP
1
LANGKAH KEGIATAN
2
KOMPONEN
VARIABEL
3
D.
Lumpsum/honor/uang harian
peserta pelatihan
A.
B.
C.
D.
E.
A.
B.
C.
D.
A.
B.
C.
D.
Lumpsum/honor/uang harian
narasumber lokal
A.
B.
C.
D.
E.
Lumpsum/honor/uang harian
narasumber luar
A.
B.
C.
D.
E.
Akomodasi pelatihan
A.
B.
C.
D.
E.
F.
4
Transport peserta pelatihan per peserta
Frekuensi pelatihan
Jumlah angkatan pelatihan
Lama pelatihan per 1 x pelatihan
Jumlah peserta pelatihan per angkatan
Uang harian peserta pelatihan per peserta
per hari
Frekuensi pelatihan
Jumlah angkatan pelatihan
Jml narasumber lokal pelatihan tatalaksana pneumonia balita per angkatan
Transport narasumber lokal pelatihan per
orang
Frekuensi pelatihan
Jumlah angkatan pelatihan
Jumlah narasumber luar pelatihan
tatalaksana pneumonia balita per
angkatan
Transport narasumber luar dinkes
kab./kota pelatihan per orang
Frekuensi pelatihan
Jumlah angkatan pelatihan
Lama pelatihan per 1 x pelatihan
Jml narasumber lokal pelatihan tatalaksana pneumonia balita per angkatan
Lumpsum/honor/uang harian narasumber
lokal pelatihan per orang per hari
Frekuensi pelatihan
Jumlah angkatan pelatihan
Lama pelatihan per 1 x pelatihan
Jml narasumber luar pelatihan tatalaksana
pneumonia balita per angkatan
Lumpsum/honor/uang harian narasumber
luar pelatihan per orang per hari
Frekuensi pelatihan
Jumlah angkatan pelatihan
Lama pelatihan per 1 x pelatihan
Jumlah peserta pelatihan per angkatan
Jml narasumber lokal pelatihan tatalaksana pneumonia balita per angkatan
Jml narasumber luar pelatihan tatalaksana
pneumonia balita per angkatan
RUMUS
5
A*B*C*D*E
A*B*C*D
A*B*C*D
A*B*C*D*E
A*B*C*D*E
A * B * C * (D + E + F) * G
63
JP
1
LANGKAH KEGIATAN
2
KOMPONEN
VARIABEL
3
G.
Bahan pelatihan
5. Surveilans
Transport petugas
A.
B.
C.
D.
A.
B.
C.
Formulir surveilans
A.
B.
C.
A.
B.
C.
D.
A.
B.
C.
A.
B.
4
Biaya akomodasi pelatihan per orang per
hari
Frekuensi pelatihan
Jumlah angkatan pelatihan
Jumlah peserta pelatihan per angkatan
Biaya bahan pelatihan per peserta
Frekuensi surveilans
Jumlah tenaga surveilans (tenaga
kab./kota)
Transport per petugas dinkes kab./kota
(kegiatan)
Frekuensi surveilan
Jumlah tenaga survelans (tenaga
Kab./Kota)
Transport per petugas dinkes kab/kota
(kegiatan)
Frekuensi monev
Jumlah tenaga monev Puskesmas per
Puskesmas
Transport per petugas Puskesmas
Jumlah Puskesmas
Frekuensi monev
Jumlah tenaga monev kabupaten
Transport per petugas dinas kab/kota
Jumlah kasus pneumonia
Harga formulir
RUMUS
5
A*B*C*D
A*B*C
A*B*C
A*B*C*D
A*B*C
A*B
64
1.
Jenis Pelayanan
2.
Indikator
Definisi Operasional
Pembilang
Penyebut
4.
: 100%
5.
Rumus
:
presentase penemuan pasien baru TB
BTA positif TB BTA (+)
6.
Langkah Kegiatan
7.
Rujukan
x 100%
65
JP
LANGKAH KEGIATAN
VARIABEL
1
2
3
1
PELAYANAN KESEHATAN DASAR
IK-13 C. PENEMUAN PENDERITA BARU PENDERITA TBC BTA +
1. Penemuan penderita
Pemeriksaan dahak
Pengobatan
4. Penyuluhan
Bahan penyuluhan
5. Pelatihan
KOMPONEN
4
di laksanakan di sarkes
A. Perkiraan jumlah kasus penderita TBC
BTA +
B. Biaya 1 x pemeriksaan specimen dahak
C. 3 x pemeriksaan
Bahan laboratorium (specimen)
A. Perkiraan jumlah kasus penderita TBC
BTA +
B. Harga bahan laboratorium spesimen
Paket pengobatan TBC BTA +
A. Cakupan penderita TBC BTA + yg diobati
selama 6 bulan
B. Harga pengobatan TBC BTA+ selama 6
bulan
Formulir pencatatan dan pelaporan A. Cakupan penderita TBC BTA + yg diobati
B. Frekuensi pelaporan
C. Harga formular pencatatan & pelaporan
TB paru
Transport
Terintegrasi dengan IK-13B
Bahan formulir monev
Terintegrasi dengan formulir pencatatan dan
pelaporan
Transport penyuluhan
A. Frekuensi penyuluhan
B. Jumlah tenaga penyuluh per Puskesmas
C. Jumlah Puskesmas
D. Transport per petugas Puskesmas
Leaflet
A. Perkiraan jml kasus penderita TBC BTA +
B. Frekuensi pelatihan
C. Biaya pembuatan leaflet per lembar
Poster
A. Jumlah tenaga penyuluh per Puskesmas
B. Jumlah Puskesmas
C. Biaya pembuatan poster per lembar
Media elektronik
A. Frekuensi penyiaran selama setahun
B. Biaya penyiaran per 1 kali siar (radio
spot) per paket
Terintegrasi dengan IK-13B
RUMUS
5
A*B*C
A*B
A*B
A*B*C
A*B*C*D
A*B*C
A*B*C
A*B
66
1.
Jenis Pelayanan
2.
Indikator
Definisi Operasional
Pembilang
Penyebut
4.
: 100%
5.
Rumus
:
Penderita DBD
yang ditangani
Jumlah penderita DBD yang ditangani sesuai SOP di satu wilayah dalam
waktu satu tahun
Jumlah penderita DBD yang ditemukan di satu wilayah dalam waktu satu
tahun yang sama
6.
Langkah Kegiatan
: 1)
2)
3)
4)
5)
6)
7.
Rujukan
: 1). Buku Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di Indonesia, tahun 2005.
2). Buku Tatalaksana Demam berdarah Dengue di Indonesia, tahun 2004.
x 100%
Penegakkan diagnosis, pengobatan dan rujukan penderita di tingkat Puskesmas dan RS.
Pelatihan SDM
Penanggulangan kasus oleh puskesmas
Penyelidikan epidemiologi
Pencatatan dan Pelaporan
Monitoring dan Evaluasi
67
JP
LANGKAH KEGIATAN
VARIABEL
1
2
3
1
PELAYANAN KESEHATAN DASAR
IK-13 D. PENDERITA BERDARAH DENGUE (DBD) YANG DI TANGANI
1. Tatalaksana Penderita DBD di RS
Vitamin, BMHP dan obat
Na Cl 0,9% atau RL
KOMPONEN
4
3. Pencegahan DBD
Transport
4. Surveilans
5. KIE
Transport KIE
Glukosa 10%
Infus Set
Reagen
Bahan penyemprotan
Larvasida
Solar
BBM
Bahan KIE
Leaflet
RUMUS
5
A*B
A*B
A*B
A*B
C
A*B*C
A*B/C
(A * B) * D
C
A*B*C*D
E
A*B*C*D
E
A*B*C
68
JP
1
LANGKAH KEGIATAN
2
VARIABEL
3
Poster
Media elektronik
6. Pelatihan
7. Kerjasama LS/LP
KOMPONEN
4
A. Jumlah tenaga penyuluh KIE per puskesmas
B. Jumlah puskesmas
C. Biaya pembuatan leaflet per lembar
A. Frekuensi penanyangan di TV
B. Biaya penanyangan TV per paket
Terintegrasi dengan IK-13B
A. Frekuensi pertemuan pokjanal DBD
B. Jumlah peserta pokjanal DBD
C. Transport per petugas dinkes kab./kota (kegiatan)
A. Frekuensi Pertemuan pokjanal
B. Jumlah peserta pokjanal DBD
C. Biaya akomodasi pertemuan pokjanal per paket
A. Frekuensi pertemuan pokjanal
B. Jumlah peserta pokjanal
C. Biaya bahan pertemuan pokjanal per paket
Terintegrasi dengan IK-13B
A. Frekuensi monev
B. Bahan administrasi monev per paket
RUMUS
5
A*B*C
A*B
A*B*C*D
A*B*C
A*B*C
A*B
69
1.
Jenis Pelayanan
2.
Indikator
Definisi Operasional
Penyebut
4.
: 100%
5.
Rumus
Pembilang
Penderita Diare
yang ditangani
6.
Langkah Kegiatan
: 1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
7.
Rujukan
Jumlah penderita diare yang datang dan dilayani di sarana Kesehatan dan Kader di suatu
wilayah tertentu dalam waktu satu tahun
Jumlah perkiraan penderita diare pd satu wilayah tertentu dalam waktu yg sama (10%
dari angka kesakitan diare x jumlah penduduk)
x 100%
Tatalaksana Kasus
Penyediaan Formulir R/R
Pengumpulan, Pengolahan, dan analisa data
Pelatihan Petugas
Penatalaksana kasus
Manajemen Program
Promosi/penyuluhan
Jejaring kerja dan Kemitraan
Pertemuan Evaluasi
: 1). Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor : 1216/MENKES/SK/ XI/2001 pada tanggal 16 Nopember 2001 tentang Pedoman
Pemberantasan Penyakit Diare.
70
JP
LANGKAH KEGIATAN
VARIABEL
1
2
3
1
PELAYANAN KESEHATAN DASAR
IK-13 E. PENEMUAN PENDERITA DIARE
1. Penyusunan dan penyediaan formulir R/R Formular R/R
2. Tatalaksana Penderita Diare
3. Pengelolaan Logistik
Pengobatan Penderita
Kartu logistik
4. Pencegahan Diare PSM
5. Surveilans Epidemiologi
6. KIE
Transport KIE
Leaflet
Poster
7. Pelatihan
8. Kerjasama LS/LP
8. Monitoring dan Evaluasi
KOMPONEN
4
RUMUS
5
A*B
A * (B / C)
A*B*C*D
A*B*C
A*B*C
A*B*C
71
1.
Jenis Pelayanan
2.
Indikator
Definisi Operasional
Pembilang
Penyebut
4.
: 100%
5.
Rumus
:
Cakupan pelayanan
kesehatan dasar maskin
6.
Langkah Kegiatan
: 1)
2)
3)
4)
5)
6)
7.
Rujukan
: 1)
2)
3)
x 100%
72
JP
LANGKAH KEGIATAN
VARIABEL
KOMPONEN
RUMUS
Bahan
Transport petugas
A.
B.
C.
D.
A.
B.
C.
D.
A.
B.
b. Bahan
Kartu miskin
Formulir bukti penerimaan kartu
maskin
Biaya
Biaya
Transport petugas
Transport petugas
Bahan Monev
A. Jumlah KK Miskin
B. Harga per lembar kartu
A. Jumlah KK Miskin
B. Harga per lembar kartu
C. 1 lembar formulir utk 15 maskin
A.
B.
A.
B.
C.
A.
B.
C.
D.
A.
B.
C.
D.
A.
B.
A*B*C*D
A*B*C/D
A*B
A*B
A*B/C
A *B
A *B*C
A*B *C*D
A*B *C*D
A*B *C*D/E
73
JP
LANGKAH KEGIATAN
VARIABEL
4. Pelaporan
Bahan
KOMPONEN
RUMUS
A.
B.
A * B * (C + D) * E
74
1.
Jenis Pelayanan
2.
Indikator
Definisi Operasional
Pembilang
Penyebut
4.
: 100%
5.
Rumus
:
Cakupan
rujukan maskin
6.
Langkah Kegiatan
: 1)
2)
3)
4)
5)
6)
7.
Rujukan
: 1)
2)
3)
x 100%
75
JP
LANGKAH KEGIATAN
VARIABEL
KOMPONEN
RUMUS
3. Sosialisasi/Penyuluhan
Biaya
A.
B.
A.
B.
C.
A *B
A *B*C
76
1.
Jenis Pelayanan
2.
Indikator
Definisi Operasional
Pembilang
Penyebut
:
:
:
:
4.
: 100%
5.
Rumus
16. Cakupan Pelayanan Gawat Darurat level 1 yang harus diberikan Sarana Kesehatan (RS) di Kab/ Kota
Pelayanan gadar level 1 yg hrs diberikan sarana kesehatan (RS) di kab/Kota.
Jumlah RS kab./kota yang mampu memberikan pelayanan gadar level 1.
Jumlah RS kabupaten/kota
Cakupan Desa
Siaga Aktif
6.
Langkah Kegiatan
: 1)
2)
3)
4)
5)
6)
7.
Rujukan
: 1).
2)
3)
x 100%
77
KOMPONEN
JP
LANGKAH KEGIATAN
VARIABEL
1
2
3
4
II PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN
IK-16 Cakupan Pelayanan Gawat Darurat level 1 yang harus diberikan Sarana Kesehatan (RS) di Kab/ Kota
1. Pelatihan
a. Transport Pelatihan
Transport peserta
A. Frekuensi pelatihan
B. Jumlah angkatan pelatihan
C. Jumlah peserta pelatihan per angkatan
D. Transport peserta pelatihan per peserta
Lumpsum/honor/uang harian
peserta
Lumpsum/honor/uang harian
narasumber lokal
Lumpsum/honor/uang harian
narasumber luar
Frekuensi pelatihan
Jumlah angkatan pelatihan
Lama pelatihan
Jumlah peserta pelatihan per angkatan
Uang harian peserta pelatihan per
peserta per hari
A. Frekuensi pelatihan
B. Jumlah angkatan pelatihan
C. Jml narasumber lokal pelatihan per angk.
D. Transport narasumber lokal pelatihan per
orang
A.
B.
C.
D.
E.
A.
B.
C.
D.
Frekuensi pelatihan
Jml angk. pelatihan
Jml narasumber luar pelatihan per angk.
Transport narasumber luar pelatihan per
orang
A.
B.
C.
D.
E.
Frekuensi pelatihan
Jumlah angkatan pelatihan
Lama pelatihan
Jml narasumber lokal pelatihan per angk.
Uang harian narasumber lokal pelatihan
per orang hari
Frekuensi pelatihan
Jumlah angkatan pelatihan
Lama pelatihan
Jumlah narasumber luar pelatihan per
angkatan
Lumpsum/honor/uang harian narasumber
luar pelatihan per orang hari
A.
B.
C.
D.
E.
RUMUS
5
A * B * C* D
A * B * C * D* E
A*B*C*D
A*B*C*D
A*B*C*D*E
A*B*C*D*E
78
JP
1
LANGKAH KEGIATAN
2
b. Akomodasi
VARIABEL
3
Akomodasi pelatihan
KOMPONEN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
c. Bahan
Bahan pelatihan
G.
A.
B.
C.
D.
4
Frekuensi pelatihan
Jumlah angkatan pelatihan
Lama pelatihan
Jumlah peserta pelatihan per angkatan
Jumlah narasumber lokal pelatihan per
angkatan
Jumlah narasumber luar pelatihan per
angkatan
Akomodasi pertemuan 1 orang
Frekuensi pelatihan
Jumlah angkatan pelatihan
Jumlah peserta pelatihan per angkatan
Bahan pelatihan
RUMUS
5
A * B * C * (D+E+F) * G
A*B*C*D
2. Bahan UGD
Bahan non Medis
Juklak/Juknis
3. Rapat Koordinasi
a. Pertemuan Rutin
Akomodasi pertemuan
Bahan pertemuan
Frekuensi pertemuan
Jumlah peserta pertemuan
Transport per peserta per 1 x pertemuan
Frekuensi pertemuan
Jumlah peserta pertemuan
Biaya Akomodasi pertemuan 1 orang
Frekuensi pertemuan
Jumlah peserta pertemuan
Bahan pertemuan per peserta per 1 x
pertemuan
A*B
A*B
A*B*C
A*B
A*B*C
A*B*C
A*B*C
79
JP
1
LANGKAH KEGIATAN
2
a. Pertemuan Lintas Sektoral
VARIABEL
3
Transport peserta pertemuan
Akomodasi pertemuan
Bahan pertemuan
KOMPONEN
D.
E.
F.
D.
E.
F.
D.
E.
F.
4
Frekuensi pertemuan
Jumlah peserta pertemuan
Transport per peserta per 1 x pertemuan
Frekuensi pertemuan
Jumlah peserta pertemuan
Biaya Akomodasi pertemuan 1 orang
Frekuensi pertemuan
Jumlah peserta pertemuan
Bahan pertemuan per peserta per 1 x
pertemuan
RUMUS
5
A*B*C
A*B*C
A*B*C
80
1.
Jenis Pelayanan
2.
Indikator
Definisi Operasional
Pembilang
Penyebut
: 17. Cakupan Desa/Kelurahan Mengalami KLB yang Dilakukan Penyelidikan Epidemiologi < 24 jam
: Cakupan Desa/kelurahan mengalami KLB yang ditangani < 24 jam adalah Desa/kelurahan mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB)
yang ditangani < 24 jam oleh Kab/Kota terhadap KLB periode/kurun waktu tertentu.
: Jumlah kejadian Luar Biasa (KLB) di Desa/ Kelurahan yang ditangani < 24 jam periode/ kurun waktu tertentu.
: Jumlah Kejadian Luar biasa (KLB) yang terjadi pada wilayah Desa/ Kelurahan pada periode/kurun waktu yang sama.
4.
: 100%
5.
Rumus
:
Cakupan KLB Desa/
Kelurahan yang
ditangani < 24 jam
x 100%
6.
Langkah Kegiatan
: 1)
2)
3)
4)
5)
6)
Pengumpulan data;
Penyajian dan analisis data;
Diseminasi;
Pencegahan dan pengendalian KLB;
Monitoring dan evaluasi;
Pelatihan
7.
Rujukan
: 1)
2)
3)
UU nomor 4 tahun 1984 tentang wabah penyakit menular (sebagai referensi utk pembuatan SK Bupati/Walikota/Perda);
PP No. 40 tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular;
SK Menkes No. 949/Menkes/SK/VIII/2004 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini KLB;
81
KOMPONEN
JP
LANGKAH KEGIATAN
VARIABEL
1
2
3
4
III PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI DAN PENANGGULANGAN KLB
IK-17 Cakupan Desa/Kelurahan Mengalami KLB yang Dilakukan Penyelidikan Epidemiologi < 24 jam
1. SKD-KLB
Transport petugas
A. Frekeuns SKD-KLB
B. Lama SKD-KLB per survey
C. Jumlah petugas SKD-KLB
D. Transport petugas SKD-KLB per orang per hari
Bahan / ATK SKD-KLB
A. Frekeunsi SKD-KLB
B. Lama SKD-KLB per survey
C. Jumlah petugas SKD-KLB
D. Biaya bahan SKD-KLB per survey
2 Pengolahan dan Analisis Data
Honor pengelola & analisis data
A. Frekeunsi SKD-KLB
B. Jumlah tenaga pengolahan & analisis data KLB
C. Jenis KLB
D. Frekuensi KLB
E. Honor petugas pengolah & analisis data (1xKLB)
Bahan ATK
A. Frekuensi KLB
B. Bahan ATK KLB per KLB
Tinta printer
A. Jenis KLB
B. Jumlah tenaga pengolahan an analisis data KLB
C. Harga tinta printer per unit
D. 1 satu petugas pengolah dan analisis data
memerlukan 1 tinta printer untuk 1 x klb
3 Desiminasi Informasi
Transport narasumber
A. Frekuensi KLB
B. Frekuensi Desiminasi KLB
C. Jumlah narasumber desiminasi informasi KLB
D. Honor narasumber desiminasi KLB per orang
Buletin epidemiologi
A. Frekuensi KLB
B. Cakupan desa/keluarahan mengalami KLB yang
ditangani < 24 jam
C. Harga satuan buletin epidemiologi
4 Penyelidikan KLB
Transport petugas Puskesmas
A. Frekuensi KLB
B. Jumlah petugas KLB (Puskesmas) per
Puskesmas
C. Jumlah Puskesmas
D. Transport petugas KLB (Puskesmas)
RUMUS
5
A*B*C*D
A*B*C*D
A*B*C*D*E
A*B
(A * B * C) * D
A*B*C*D
A*B*C
A*B*C*D*E
82
JP
1
LANGKAH KEGIATAN
2
6 Seminar Hasil
VARIABEL
3
Transport petugas Kab/Kota
KOMPONEN
4
A. Frekuensi KLB
B. Jumlah petugas KLB (Kab)
C. Transport petugas KLB (Kab)
A.
B.
C.
D.
E.
A.
B.
C.
A.
B.
C.
D.
Frekeunsi SKD-KLB
Jumlah tenaga pengolahan & analisis data KLB
Jenis KLB
Frekuensi KLB
Honor petugas pengolah & analisis data (1xKLB)
Frekuensi seminar hasil
Jumlah peserta seminar hasil dari tk Puskesmas
Transport peserta seminar dari tk Puskesmas
KLB
Jumlah peserta seminar hasil dari tk Kabupaten
Transport peserta seminar dari tk Kabupaten
KLB
Frekuensi seminar hasil
Jumlah peserta seminar hasil dari tk Puskesmas
Jumlah peserta seminar hasil dari tk Kabupaten
Biaya akomodasi seminar
A.
B.
C.
D.
A.
B.
C.
D.
E.
Akomodasi seminar
Bahan seminar
RUMUS
5
A*B*C
A*B*C*D*E
(A * B * C) + (A* D* E)
A * (B + C) * D
A * (B + C) * D
A*B*C
83
1.
Jenis Pelayanan
2.
Indikator
Definisi Operasional
Pembilang
Penyebut
4.
: 80%
5.
Rumus
:
Cakupan Desa
Siaga Aktif
x 100%
6.
Langkah Kegiatan
: 1) Persiapan
a) Persiapan Petugas:
Pelatihan Kader dan Toma (1 desa: 2 kader + 1 toma) selama 4 hari: 3 hari di kelas, 1 hari di lapangan
b) Persiapan Masyarakat:
Survei Mawas Diri (pendataan ke lapangan atau pertemuan rembuk desa) 2 kali/tahun)
7.
Rujukan
: 1). Kepmenkes Nomor 564/VIII tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Desa Siaga.
2) Juknis penggerakan dan pemberdayaan masyarakat dalam pengambangan desa siaga.
3) Juknis pengembangan dan penyelenggaraan Pos Kesehatan Desa
84
JP
LANGKAH KEGIATAN
VARIABEL
1
2
3
IV PROMOSI KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
IK-18 Cakupan Desa Siaga Aktif
1. Persiapan
A. Persiapan Petugas
- Pelatihan Bidan
Transport peserta
KOMPONEN
4
A.
B.
C.
Lumpsum/honor/uang harian
peserta
D.
A.
B.
C.
D.
E.
A.
B.
C.
D.
A.
B.
C.
D.
Lumpsum/honor/uang harian
narasumber lokal
A.
B.
C.
D.
E.
RUMUS
5
A * B * C* D
A * B * C * D* E
A*B*C*D
A*B*C*D
A*B*C*D*E
85
JP
1
LANGKAH KEGIATAN
2
VARIABEL
3
Lumpsum/honor/uang harian
narasumber luar
KOMPONEN
A.
B.
C.
D.
E.
Akomodasi pelatihan
A.
B.
C.
D.
E.
F.
Bahan pelatihan
G.
A.
B.
C.
Transport peserta
D.
A.
B.
C.
Lumpsum/honor/uang harian
peserta
D.
A.
B.
C.
D.
E.
4
Frekuensi pelatihan Bidan (petugas Desi)
Jumlah angkatan pelatihan Bidan (petugas
Desi)
Lama pelatihan Bidan (petugas Desi)
Jumlah narasumber luar pelatihan Bidan
(petugas Desi) per angkatan
Lumpsum/honor/uang harian narasumber
luar pelatihan per orang hari
Frekuensi pelatihan Bidan (petugas Desi)
Jumlah angkatan pelatihan Bidan (petugas
Desi)
Lama pelatihan Bidan (petugas Desi)
Jumlah peserta pelatihan Bidan (petugas
Desi) per angkatan
Jumlah narasumber lokal pelatihan Bidan
(petugas Desi) per angkatan
Jumlah narasumber luar pelatihan Bidan
(petugas Desi) per angkatan
Akomodasi pertemuan 1 orang
Frekuensi pelatihan Bidan (petugas Desi)
Jumlah angkatan pelatihan Bidan (petugas
Desi)
Jumlah peserta pelatihan Bidan (petugas
Desi) per angkatan
Bahan pelatihan Bidan (petugas Desi)
Frekuensi pelatihan Kader dan Toma
Jumlah angkatan pelatihan Kader dan
Toma
Jumlah peserta pelatihan Kader dan Toma
per angkatan
Transport peserta pelatihan per peserta
Frekuensi pelatihan Kader dan Toma
Jumlah angkatan pelatihan Kader dan
Toma
Lama pelatihan Kader dan Toma
Jumlah peserta pelatihan Kader dan Toma
per angkatan
Uang harian peserta pelatihan per peserta
per hari
RUMUS
5
A*B*C*D*E
A * B * C * (D+E+F) * G
A*B*C*D
A * B * C* D
A * B * C * D* E
86
JP
1
LANGKAH KEGIATAN
2
VARIABEL
3
Transport narasumber lokal
KOMPONEN
A.
B.
C.
D.
A.
B.
C.
D.
Lumpsum/honor/uang harian
narasumber lokal
A.
B.
C.
D.
E.
Lumpsum/honor/uang harian
narasumber luar
A.
B.
C.
D.
E.
Akomodasi pelatihan
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
4
Frekuensi pelatihan Kader dan Toma
Jumlah angkatan pelatihan Kader dan
Toma
Jml narasumber lokal pelatihan Kader dan
Toma per angk.
Transport narasumber lokal pelatihan per
orang
Frekuensi pelatihan Kader dan Toma
Jumlah angkatan pelatihan Kader dan
Toma
Jml narasumber luar pelatihan Kader dan
Toma per angk.
Transport narasumber luar pelatihan per
orang
Frekuensi pelatihan Kader dan Toma
Jumlah angkatan pelatihan Kader dan
Toma
Lama pelatihan Kader dan Toma
Jml narasumber lokal pelatihan Kader dan
Toma per angk.
Uang harian narasumber lokal pelatihan
per orang hari
Frekuensi pelatihan Kader dan Toma
Jumlah angkatan pelatihan Kader dan
Toma
Lama pelatihan Kader dan Toma
Jumlah narasumber luar pelatihan Kader
dan Toma per angkatan
Lumpsum/honor/uang harian narasumber
luar pelatihan per orang hari
Frekuensi pelatihan Kader dan Toma
Jumlah angkatan pelatihan Kader & Toma
Lama pelatihan Kader dan Toma
Jumlah peserta pelatihan Kader dan Toma
per angkatan
Jumlah narasumber lokal pelatihan Kader
dan Toma per angkatan
Jumlah narasumber luar pelatihan Kader
dan Toma per angkatan
Akomodasi pertemuan 1 orang
RUMUS
5
A*B*C*D
A*B*C*D
A*B*C*D*E
A*B*C*D*E
A * B * C * (D+E+F) * G
87
JP
1
LANGKAH KEGIATAN
2
VARIABEL
3
Bahan pelatihan
KOMPONEN
A.
B.
C.
D.
Persiapan Masyarakat
Akomodasi pertemuan
pembentukan forum Desi
A.
B.
C.
A.
B.
C.
A.
B.
C.
A.
B.
C.
A.
B.
C.
A.
B.
C.
A.
B.
C.
A.
B.
C.
Akomodasi pertemuan musyawarah A.
masyarakat desa
B.
C.
2. Pelaksanaan
a. Pelayanan Kesehatan Dasar
4
Frekuensi pelatihan Kader dan Toma
Jumlah angkatan pelatihan Kader dan
Toma
Jumlah peserta pelatihan Kader dan Toma
per angkatan
Bahan pelatihan Kader dan Toma
Frekuensi pertemuan
Jumlah peserta pertemuan
Transport per peserta per 1 x pertemuan
Frekuensi pertemuan
Jumlah peserta pertemuan
Bahan pertemuan per peserta per 1 x
pertemuan
Frekuensi pertemuan
Jumlah peserta pertemuan
Biaya Akomodasi pertemuan 1 orang
Frekuensi survei mawas diri
Jumlah peserta
Transport per peserta per 1 x survei
Frekuensi survei mawas diri
Jumlah peserta
Bahan survei per peserta per 1 x survei
Frekuensi pertemuan
Jumlah peserta pertemuan
Biaya Akomodasi pertemuan 1 orang
Frek. pertemuan musyawarah masy. desa
Jumlah peserta pertemuan musyawarah
masyarakat desa
Transport per peserta per 1 x pertemuan
Frekuensi musyawarah masyarakat desa
Jumlah peserta pertemuan musyawarah
masyarakat desa
Bahan per peserta per 1 x pertemuan
Frekuensi pertemuan
Jumlah peserta pertemuan
Biaya Akomodasi pertemuan 1 orang
RUMUS
5
A*B*C*D
A*B*C
A*B*C
A*B*C
A*B*C
A*B*C
A*B*C
A*B*C
A*B*C
A*B*C
88
JP
1
LANGKAH KEGIATAN
2
b. Surveilan berbasis masyarakat
KOMPONEN
VARIABEL
3
Transport petugas surveilan
A.
B.
C.
A.
Bahan adm. surveilan
B.
C.
Akomodasi pertemuan surveilan
A.
berbasis mayarakat
B.
C.
c. Pertemuan tindak lanjut hasil surveilan Transport peserta pertemuan tindak A.
B.
lanjut hasil surveilan
C.
A.
Bahan adm. tindak lanjut hasil
surveilan
B.
C.
Akomodasi pertemuan tindak lanjut A.
hasil surveilan
B.
C.
d. Pertemuan (alih pengetahuan dan olah Transport peserta pertemuan
A.
keterampilan)
B.
C.
A.
Bahan adm.
B.
C.
Akomodasi pertemuan
A.
B.
C.
e. Pertemuan Forum Masyarakat Desa Transport peserta pertemuan forum A.
B.
masyarakat desa
Bahan adm. Forum masyarakat
desa
A.
B.
C.
A.
B.
C.
4
Frekuensi Surveilan berbasis masyarakat
Jumlah petugas surveilan berbasis masy.
Transport per peserta per 1 x survei
Frekuensi survei berbasis masyarakat
Jumlah peserta surveilan berbasis masy.
Bahan per peserta per 1 x pertemuan
Frekuensi pertemuan
Jumlah peserta pertemuan
Biaya Akomodasi pertemuan 1 orang
Frekuensi pertemuan
Jumlah peserta pertemuan
Transport per peserta per 1 x pertemuan
Frekuensi pertemuan
Jumlah peserta pertemuan
Bahan pertemuan per peserta per 1 x
pertemuan
Frekuensi pertemuan
Jumlah peserta pertemuan
Biaya Akomodasi pertemuan 1 orang
Frekuensi pertemuan
Jumlah peserta pertemuan
Transport per peserta per 1 x pertemuan
Frekuensi pertemuan
Jumlah peserta pertemuan
Bahan pert. / peserta / 1 x pertemuan
Frekuensi pertemuan
Jumlah peserta pertemuan
Biaya Akomodasi pertemuan 1 orang
Frekuensi pertemuan forum masy. desa
Jml peserta pertemuan forum masy. desa
Transport per peserta per 1 x pertemuan
Frekuensi pertemuan forum masy. desa
Jumlah peserta pertemuan forum
masyarakat desa
Bahan per peserta per 1 x pertemuan
Frekuensi pertemuan
Jumlah peserta pertemuan
Biaya Akomodasi pertemuan 1 orang
RUMUS
5
A*B*C
A*B*C
A*B*C
A*B*C
A*B*C
A*B*C
A*B*C
A*B*C
A*B*C
A*B*C
89