Case Kolelitiasis - Putri Maharani 03011235
Case Kolelitiasis - Putri Maharani 03011235
Tanda Tangan
CASE
KOLESISTITIS
KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN USAKTI
Hari/tanggal presentasi kasus :
Rabu 16 November 2016
RSAU dr. Esnawan Antariksa
Nama Mahasiswa
: Putri Maharani
NIM
: 030.11.235
Dr. Pembimbing/penguji
Tanda tangan
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Nn. PA
Jenis kelamin :
Tanggal lahir/Umur
Status perkawinan
: Belum menikah
Agama
: Katolik
Pekerjaan
: Karyawan Swasta
Pendidikan
: S1
Alamat
No RM
: 138308
Tanggal masuk RS
Perempuan
I.1.2 ANAMNESIS
Dilakukan autoanamnesis dan alloanamnesis dengan Ibu pasien pada tanggal 6
Oktober 2016 di bangsal Merak jam 20:30 WIB
10
Keluhan Utama
Nyeri perut kanan atas sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit (SMRS)
Keluhan Tambahan
Mual, muntah, nyeri punggung bagian tengah
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poli bedah RSAU dr. Esnawan Antariksa dengan keluhan
nyeri perut kanan atas sejak 1 minggu SMRS. Nyeri hilang timbul dan sudah menetap
sejak 1 bulan yang lalu namun memberat dalam 1 minggu belakangan. Nyeri tidak
menjalar ke bagian lain kecuali punggung bagian tengah dan timbul sehabis makan
terutama yang berlemak. Nyeri berkurang setelah meminum obat lambung dan
menjadi lebih ringan bila pasien melakukan aktivitas. Nyeri tidak dipengaruhi
menstruasi. Pasien menyangkal adanya demam.
Keluhan mual sudah dirasakan sejak 1 bulan yang lalu. Mual berkurang
setelah konsumsi obat lambung. Muntah berisi makanan tidak pernah berwarna
hitam. Pasien mengaku BAB seperti kotoran kambing dan frekuensinya jarang, hanya
1 kali seminggu. BAB tidak pernah seperti dempul. BAK lancar, tidak pernah
berwarna coklat atau seperti the. Pasien mengaku sering konsumsi makanan berlemak
dan minuman bersoda.
Pasien sebelumnya berobat di poli interna RSAU sebelum dirujuk ke poli
bedah umum. Pasien diberikan obat lambung (Lansoprazole) dan mengkonsumsinya
selama 1 bulan.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien memiliki riwayat hemorrhoid interna 2 bulan yang lalu. Riwayat
trauma disangkal. Riwayat operasi, hipertensi dan DM disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga
Orangtua pasien menyangkal di keluarga ada yang mengalami penyakit
serupa. Riwayat diabetes mellitus, penyakit jantung dan hipertensi juga disangkal
oleh pasien.
11
Status Umum
Keadaan Umum
Kesadaran
Tekanan darah
Nadi
Pernafasan
Suhu
Tinggi Badan
Berat Badan
BMI
ii.
Pemeriksaan Fisik
Kepala
: normosefali
Rambut
: Rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut
Mata
: konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil isokor
diameter 3 mm, reflex cahaya langsung +/+, refleks
cahaya tidak langsung +/+
Telinga: normotia, darah (-/-), pus (-/-)
Hidung
: deviasi septum (-), sekret -/Mulut
: sianosis (-), lidah tidak kotor, oral hygiene baik
Tenggorokan : T1/T1 tenang, faring tidak hiperemis.
Leher
:
- Tekanan Vena Jugularis (JVP) : tidak dilakukan
- Kelenjar tiroid
: tidak membesar
- Kelenjar getah bening
: tidak membesar
Thorax
-
sela iga
Palpasi
wheezing (-/-)
-
Cor
Inspeksi
Palpasi
midclavicularis kiri
Perkusi
Batas kanan
Batas atas
Batas kiri
midclavicularis sinistra
12
Batas bawah
sinistra
Auskultasi
gallop (-)
Abdomen
Inspeksi
Lengan
Kanan
Kiri
Tonus
Normotonus
Normotonus
Massa
Sendi
Gerakan
Aktif
Aktif
Kekuatan
Normal (5555)
Normal (5555)
Oedem
Tidak ada
Tidak ada
Kanan
Kiri
Luka
Tidak ada
Tidak ada
Varises
Tidak ada
Tidak ada
Tonus
Normotonus
Normotonus
Massa
Otot
Otot
13
Sendi
Gerakan
Aktif
Aktif
Kekuatan
Normal (5555)
Normal (5555)
Oedem
Tidak ada
Tidak ada
Refleks
Kanan
Kiri
Refleks tendon
+2
+2
Biseps
+2
+2
Triseps
+2
+2
Patella
+2
+2
Refleks kulit
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Refleks patologis
Negatif
Negatif
Genitalia Eksterna
Pemeriksaan rectal toucher
Inspeksi
teraba adanya massa, batas tegas, simetris, permukaan rata, batas atas
dapat dicapai. Tidak tampak darah dan lendir, pada sarung tangan
sedikit cairan feses (+) tidak ada lendir dan darah.
Inspeksi
14
Palpasi
kanan atas, Murphy sign (+), nyeri tekan McBurney (-), Rovsings
sign (-), nyeri lepas Blumberg (-), massa (-), undulasi (-), Psoas sign
Nyeri Kuadran
Kanan
I.2
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal pemeriksaan 31/11/2016
PEMERIKSAAN
HASIL
SATUAN
NILAI RUJUKAN
Hemoglobin
12,1
g/dl
14.0-18.0
Leukosit
11,3
103/uL
5.0-10.0
Hematokrit
38
42.0-52.0
Trombosit
357
103/uL
150-450
Bilirubin Total
0,37
mg/dL
<1,1
Bilirubin Direk
0,34
mg/dL
<0,25
SGOT
26
u/l
W: 10-35 u/l
SGPT
10
u/l
W: 10-35 u/l
Ureum
30
mg/dL
10-50 mg/dL
Creatinine
0,8
mg/dL
0,6-1,1 mg/Dl
102
mg/dL
<120 mg/dL
HEMATOLOGI
KIMIA
FAAL HATI
FAAL GINJAL
DIABETES
Gula Darah
15
RESUME
Pasien PA, seorang wanita 25 tahun dating ke poli bedah RSAU dr.
Esnawan Antariksa dengan keluhan nyeri perut kanan atas sejak 1 minggu
SMRS. Nyeri hilang timbul dan sudah menetap sejak 1 bulan yang lalu namun
memberat dalam 1 minggu belakangan. Nyeri hanya menjalar ke punggung
bagian tengah. Nyeri timbul sehabis makan terutama yang berlemak dan
berkurang setelah konsumsi obat lambung. Nyeri diperingan saat melakukan
aktivitas. Nyeri tidak dipengaruhi menstruasi. Pasien menyangkal demam.
Mual sudah dirasakan sejak 1 bulan yang lalu yang berkurang setelah
konsumsi obat lambung. Muntah berisi makanan tidak pernah berwarna hitam.
BAB seperti kotoran kambing dan jarang (hanya 1 kali seminggu). BAK
lancar. Pasien mengaku sering konsumsi makanan berlemak dan minuman
bersoda. Pasien sebelumnya berobat di poli interna RSAU sebelum dirujuk ke
poli bedah umum. Pasien diberikan obat lambung (Lansoprazole) selama 1
bulan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit ringan ,
kesadaran compos mentis, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 84x/menit,
pernafasan 20x/menit, suhu 36,5oC. Pada pemeriksaan status generalis
didapatkan dari kepala, mata, hidung dan tenggorokan tidak didapatkan
kelainan. Pada pemeriksaan leher tidak didapatkan pembesaran kelenjar getah
bening. Pada pemeriksaan thorax didapatkan pada paru dan jantung dalam
batas normal. Pada pemeriksaan status lokalis regio abdomen didapatkan :
Inspeksi
kanan atas, Murphy sign (+), nyeri tekan McBurney (-), Rovsings
sign (-), nyeri lepas Blumberg (-), massa (-), undulasi (-), Psoas sign
DIAGNOSIS KERJA
Kolelitiasis dengan kolesistitis akut
16
I.3.2
DIAGNOSIS BANDING
Pankreatitis
Abses Hepar
I.4.1
PEMERIKSAAN ANJURAN
USG abdomen
Kadar Kolesterol (Total, LDL)
Kadar Asam Urat
Kadar Lipase dan Amilase
I.4.2
PENGOBATAN
Analgetik
Antasida
Edukasi Operasi
Rujuk ke spesialis bedah umum agar segera dilakukan tindakan sesuai kondisi
pasien
I.4.3
PROGNOSIS
Ad vitam
Ad fungsionam
Ad sanationam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1
DEFINISI
Kolelitiasis atau batu empedu pada hakekatnya merupakan endapan
satu atau lebih komponen empedu (kolesterol, bilirubin, garam empedu,
kalsium dan protein).1
Kolelitiasis ( kalkuli atau batu empedu ) biasanya di bentuk dalam
kadung empedu dari bahan-bahan padat empedu dalam hal bentuk, ukuran,
dan komposisinya ada dua jenis utama batu empedu : batu pigmen yang terdiri
atas pigmen empedu tak jenuh yang jumlahnya berlebihan, dan batu kolestrol,
yang merupakan bentuk paling umum. Faktor-faktor resiko pada batu empedu
termasuk sirois, hemolisis, dan infeksi percabangan saluran empedu faktorfaktor resiko untuk batu kolestrol termasuk kontrasepsi oral, estrogen, dan
klofibrat. Wanita mengalami batu kolestrol dan penyakit kandung empedu
empat kali lebih sering di banding pria : biasanya di atas 40 tahun, multi para,
dan obesitas.
Kolelitiasis adalah material atau kristal tidak berbentuk yang terbentuk
dalam kandung empedu. Komposisi dari kolelitiasis adalah campuran dari
kolesterol, pigmen empedu, kalsium dan matriks inorganik.2
Kolelitiasis adalah adanya batu yang terdapat di dalam kandung
empedu atau saluran empedu (duktus koledokus) atau keduanya.
II.2
KLASIFIKASI BATU
Menurut ganbaran makroskopik dan komposisi kimianya, terdapat tiga
golongan besa batu empedu.
18
1. Batu empedu kolesterol yang berbentuk oval, multifocal atau mulberry dan
mengandung > 70% kolesterol. Terbentuknya batu kolesterol diawali
adanya presipitasi kolesterol yang membentuk kristal kolesterol. Beberapa
kondisi yang menyebabkan terjadinya presipitasi kolesterol adalah, sekresi
kolesterol yang berlebihan pada empedu, adanya inflamasi pada epitel
kandung empedu, adanya ketidakseimbangan antara sekresi kolesterol,
fosfolipid dan asam empedu, peningkatan produksi musin di kandung
empedu dan penurunan kontraktilitas dari kandung empedu. Batu
kolesterol terbentuk ketika konsentrasi kolesterol dalam saluran empedu
melebihi kemampuan empedu untuk mengikatnya dalam suatu pelarut,
kemudian
terbentuk
kristal
yang
selanjutnya
membentuk
batu.
yang terbentuk terikat dengan musin tertahan di kandung empedu. Hal ini
sebagai awal proses terbentuknya batu.4
II.3
ETIOLOGI
Etiologi batu empedu masih belum diketahui secara pasti, adapun
faktor
predisposisi
terpenting,
yaitu:
gangguan
metabolisme
yang
dan
sekretin)
dapat
dikaitkan
dengan
keterlambatan
MANIFESTASI KLINIS
1. Kolik Billier
Jika duktus sistikus tersumbat oleh batu empedu, kandung
empedu akan mengalami distensi dan akhirnya infeksi. Pasien akan
menderita panas dan mungkin teraba massa padat pada abdomen.
Pasien dapat mengalami kolik bilier disertai nyeri hebat pada abdomen
kuadran kanan atas yapng menjalar ke punggung atau bahu kanan; rasa
nyeri ini biasanya disertai mual dan muntah dan bertambah hebat
dalam makan makanan dalam porsi besar. Pada sebagian pasien rasa
nyeri bukan bersifat kolik melainkan persisten. Serangan kolik bilier
semacam ini disebabkan kontraksi kandung empedu yang tidak dapat
mengalirkan empedu keluar akibat tersumbatnya saluran oleh batu.
Dalam keadaan distensi, bagian fundus kandung empedu akan
menyentuh dinding abdomen pada daerah kartilago kosta 9 dan 10
20
dapat
juga
terbentuk
pdi
dalam
ssluran
empedu
KOMPLIKASI
1) Kolesistisis
Kolesistisis adalah Peradangan kandung empedu, saluran kandung
empedu tersumbat oleh batu empedu, menyebabkan infeksi dan
peradangan kandung empedu.
21
2) Kolangitis
Kolangitis adalah peradangan pada saluran empedu, terjadi karena infeksi
yang menyebar melalui saluran-saluran dari usus kecil setelah saluransaluran menjadi terhalang oleh sebuah batu empedu.
3) Hidrops
Obstruksi kronis dari kandung empedu dapat menimbulkan hidrops kandung
empedu. Dalam keadaan ini, tidak ada peradangan akut dan sindrom yang
berkaitan dengannya. Hidrops biasanya disebabkan oleh obstruksi duktus
sistikus sehingga tidak dapat diisi lagi empedu pada kandung empedu yang
normal. Kolesistektomi bersifat kuratif.
4) Empiema
Pada empiema, kandung empedu berisi nanah. Komplikasi ini dapat
membahayakan jiwa dan membutuhkan kolesistektomi darurat segera.
II.6
PATOFISIOLOGI
Batu empedu terjadi karena adamya zat tertentu dalam empedu yang
hadir dalam konsentrasi yang mendekati batas kelarutan mereka. Bila empedu
terkonsentrasi di dalam kandung empadu, larutan akan berubah menjadi jenuh
dengan bahan-bahan tersebut, kemudian endapan dari larutan akan
membentuk kristal mikroskopis. Kristal terperangkap dalam mukosa bilier,
akan mengahasilkan suatu endapan. Oklusi dari saluran oleh endapan dan batu
menghasilkan komplikasi penyakit batu empedu.
Pada kondisi normal kolesterol tidak mengendap di empedu karena
mengandung garam empedu terkonjugasi dan lesitin dalam jumlah cukup agar
kolesterol berada di dalam larutan misel. Jika rasio konsentrasi kolesterol
berbanding garam empedu dan lesitin meningkat, maka larutan misel menjadi
sangat jenuh. Kondisi yang sangat jenuh ini mungkin karena hati
memproduksi kolesterol dalam bentuk konsentrasi tinggi. Zat ini kemudian
mengendap pada lingkungan cairan dalam bentuk kristal kolesterol.
Bilirubin, pigmen kuning yang berasal dari pemecahan heme, secara
aktif disekresi ke dalam empedu oleh dati. Sebagian besar bilirubin di dalam
empedu berada dalam bentuk konjugat glukoronida yang larut dalam air dan
stabil, tetapi sebagian kecil terdiri dari bilirubin tak terkonjugasi. Bilirubin tak
terkonjugasi, seperti lemak, fosfat, karbonat, dan anion lainnya cenderung
untuk membentuk presipitat tak larut dengan kalsium. Kalsium memasuki
22
empedu secara pasif bersama dengan elektrolit lain. Dalam situasi pergantian
heme tinggi, seperti hemolisis kronis atau sirosis, bilirubin tak terkonjugasi
mungkinberada dalam empedu pada konsentrasi yang lebih tinggi dari
biasanya. Kalsium bilirubinat mungkin kemudian mengkristal dari larutan dan
akhirnya membentuk batu pigmen hitam.
Empedu yang biasanya steril, tetapi dalam beberapa kondisi yang tidak
biasa (misalnya ada striktur bilier), mungkin terkolonisasi dengan bakteri.
Bakteri menghidrolisis bilirubin terkonjugasi dari hasil peningkatan bilirubin
tak terkonjugasi dapat menyebabkan presipitasi terbentuknya kristal kalsium
bilirubinat, bakteri hidrolisis lesitin menyebabkan pelepasan asam lemak yang
komplek dengan kalsium dan endapan dari larutan lain. Konkresi yang
dihasilkan memiliki konsistensi disebut batu pigmen coklat.
Batu empedu kolesterol dapat terkoloni dengan bakteri dan dapat
menimbulkan peradangan mukosa kandung empedu. Enzim dari bakteri dan
leukosit menghidrolisis bilirubin konjugasi dan asam lemak. Akibatnya, dari
waktu ke waktu, batu kolesterol bisa mengumpulkan proporsi kalsium
bilirubinat dan garam kalsium, lalu menghasilkan campuran batu empedu.
Kondisi batu kandung empedu memberikan berbagai manifestasi
keluhan pada pasien dan menimbulkan berbagai masalah. Jika terdapat batu
empedu yang menyumbat duktus sistikus dan biliaris komunis untuk
sementara waktu, tekanan di duktus biliaris akan meningkat dan peningkatan
peristaltik di tempat penyumbatan mengakibatkan nyeri visera di daerah
epigastrum, mungkin dengan penjalaran ke punggung. Respon nyeri,
gangguan gastrointestinal dan anoreksia akan meningkatkan penurunan intake
nutrisi.
Respon komplikasi akut dengan peradangan akan memberikan
manifestasi peningkatan suhu tubuh. Respon kolik bilier secara kronis akan
meningkatkan kebutuhan metabolisme sehingga pasien cenderung mengalami
kelelahan. Respon adanya batu akan dilakukan intervensi medis pembedahan,
intervensi litotripsi atau intervensi endoskopi.
II.7
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.
Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi mempunyai derajat spesifisitas dan sensitifitas
yang tinggi untuk mendeteksi batu kandung empedu dan pelebaran
saluran empedu intrahepatik maupun ekstra hepatik. Dengan USG
juga dapat dilihat dinding kandung empedu yang menebal karena
fibrosis atau udem yang diakibatkan oleh peradangan maupun sebab
23
lain. Batu yang terdapat pada duktus koledukus distal kadang sulit
dideteksi karena terhalang oleh udara di dalam usus. Dengan USG
punktum maksimum rasa nyeri pada batu kandung empedu yang
ganggren lebih jelas daripada dengan palpasi biasa.
2. ERCP ( Endoscopic Retrograde Cholangio Pancreatography)
Yaitu sebuah kanul yang dimasukan ke dalam
duktus
TERAPI
1. Terapi Litosis Sistemik
Terapi asam empedu oral yang dianjurkan adalah kombinasi antara
chenodeoxy cholic acid (CDCA) dan Ursodeoxycholic acid (UDCA).
Mekanisme kerja UDCA adalah mengurangi penyerapan kolesterol
intestinal sedangkan CDCA mengurangi sintesis hepatik. Kombinasi
CDCA dan UDCA 8-10 mg/kg/hari menurunkan kadar kolesterol
empedu secara bermakna tanpa gejala samping. Syarat untuk terapi
litolisis oral meliputi kepatuhan untuk berobat selama dua tahun, tipe
batu kolesterol, kandung empedu harus berfungsi pada kolesistografi
oral, dan batu tidak terlalu besar.
2. Litolisis Lokal
Methil ter-butyl ether (MTBE) adalah eter alkil yang berbentuk
liquid pada suhu badan dan mempunyai kapasitas tinggi untuk
melarutkan batu kolesterol.
3. Extracorporeal Shock-wave-lithotripsy (ESWL)
Batu empedu dapat dipecahkan dengan gelombang kejutan yang
dihasilkan di luar badan oleh alat elektrohidrolik, elektromagnetik atau
elektrik-Pieza.
Biasanya
USG
digunakan
untuk
mengarahkan
TATALAKSANA BEDAH
1. Open Kolesistektomi
Operasi ini merupakan standar untuk penanganan pasien dengan batu
empedu simtomatik. Indikasi yang paling umum untuk kolesistektomi
adalah kolik biliaris rekuren, diikuti oleh kolesistitis akut. Komplikasi yang
berat jarang terjadi, meliputi trauma CBD, perdarahan, dan infeksi. Data
baru-baru ini menunjukkan mortalitas pada pasien yang menjalani
kolesistektomi terbuka pada tahun 1989, angka kematian secara
keseluruhan 0,17 %, pada pasien kurang dari 65 tahun angka kematian 0,03
% sedangkan pada penderita diatas 65 tahun angka kematian mencapai 0,5
%.
2. Kolesistektomi Laparoskopik
Kelebihan tindakan ini meliputi nyeri pasca operasi lebih minimal,
pemulihan lebih cepat, hasil kosmetik lebih baik, menyingkatkan
perawatan di rumah sakit dan biaya yang lebih murah. Indikasi tersering
adalah nyeri bilier yang berulang. Kontra indikasi absolut serupa dengan
tindakan terbuka yaitu tidak dapat mentoleransi tindakan anestesi umum
dan koagulopati yang tidak dapat dikoreksi. Komplikasi yang terjadi
berupa perdarahan, pankreatitis, bocor stump duktus sistikus dan trauma
duktus biliaris. Resiko trauma duktus biliaris sering dibicarakan, namun
umumnya
berkisar
antara
0,51%.
Dengan
menggunakan
teknik
25
BAB III
ANALISIS KASUS
Nyeri termasuk kolik Karena memenuhi trias kolik, yaitu ; (1) Nyeri kumatan atau
hilang timbul, (2) terdapat mual dan muntah, (3) adanya gerak paksa.
Pada pemeriksaan fisik didapati tanda murphy (+) menandakan adanya
peradangan pada kandung empedu. Pemeriksaan penunjang menunjukkan adanya
leukositosis yang menunjukkan adanya infeksi dan tanda peradangan akut.
Sementara kenaikan kadar bilirubin direk ringan dapat disebabkan oleh adanya
penekanan duktus koledokus akibat peradangan pada kantong Hartman ataupun
akibat penjalaran radang terhadap dinding yang tertekan.
26
hormonal dan juga konsumsi kolesterol berlebih. Edukasi mengenai operasi berdasar
atas indikasi. Indikasi operasi pada pasien ini adalah indikasi simptomatik, dimana
adanya keluhan, adanya pemeriksaan fisik yang menunjang serta bukti visualisasi
batu empedu yang ada pada pemeriksaan penunjang (USG). Pemilihan prosedur dapat
dilakukan melalui bedah terbuka (laparotomi), dilakukan kolesistektomi atau
pengangkatan kandung empedu. Maupun secara endoskopik melalui ERCP
(Endoscopic Retrograde Cholangio Pancreaticography)
DAFTAR PUSTAKA
1. Carpenito, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 10.
Jakarta: EGC.
2. Ester, Monica. 2001. Keperawtan medikal Bedah Pendekatan Sistem
Gastrointestinal. Jakarta: EGC.
3. I
Wayan
Gustawan.
2011.
Kolelitiasis
Pada
Anak.
(Internet).
28