Anda di halaman 1dari 15

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

Rancang Bangun Smart Prison: Solusi Sistem Kemanan Penjara Masa Depan

BIDANG KEGIATAN:
PKM-GAGASAN TERTULIS

Diusulkan oleh:
Lucky Rizky F.
Siti Nurul Afizah
Rizky Gigih P
Saktya Hutami P.
Faishal Afif N.

2414100094
2414100013
2212100112
2212100180
4214101035

2014
2014
2012
2012
2014

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER


SURABAYA
2016

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA


Rancang Bangun Smart Prison: Solusi Sistem Kemanan Penjara Masa Depan

BIDANG KEGIATAN:
PKM-GAGASAN TERTULIS

Diusulkan oleh:
Lucky Rizky F.
Siti Nurul Afizah
Rizky Gigih P
Saktya Hutami P.
Faishal Afif N.

2414100094
2414100013
2212100112
2212100180
4214101035

2014
2014
2012
2012
2014

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER


SURABAYA
2016

DAFTAR ISI
Halaman Judul
i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iii
RINGKASAN.........................................................................................................iv
PENDAHULUAN...................................................................................................1
Latar Belakang.........................................................................................................1
Tujuan......................................................................................................................2
Manfaat....................................................................................................................2
GAGASAN..............................................................................................................2
Kondisi Kekinian.....................................................................................................2
Solusi yang pernah ditawarkan atau diterapkan sebelumnya...................................3
Gagasan Baru yang ditawarkan................................................................................4
Pihak-Pihak yang Terkait dalam Pelaksanaan Program...........................................7
Langkah Strategis untuk Pelaksanaan Program.......................................................8
KESIMPULAN........................................................................................................8
Inti Gagasan.............................................................................................................8
Teknik Implementasi Gagasan.................................................................................9
Prediksi Keberhasilan..............................................................................................9

ii

DAFTAR GAMBAR
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar

1. Berita harian Napi kabur.......................................................................3


2. Rancangan Gelang untuk Narapidana...................................................4
3. Hasil scanning THz terhadap berbagai macam pembungkus narkoba..6
4. Skema sistem.........................................................................................7
5. Skema sistem apabila terdapat pelanggaran..........................................7

iii

RINGKASAN
Era globalisasi dan dinamika kehidupan modern yang dihadapi negara saat
ini menimbulkan banyak masalah seperti melonjaknya beberapa harga kebutuhan
pokok, tidak stabilnya harga kebutuhan masyarakat, minimnya lapangan
pekerjaan yang tersedia, pemutusan hubungan kerja yang semakin meningkat
sehingga menyebabkan tuna karya akibat banyaknya perusahaan yang mengalami
krisis keuangan karena biaya produksi yang semakin mahal dan pendapatan yang
didapatkan tidak sebanding pengeluarannya, dan gaya hidup yang dipengaruhi
oleh era globalisasi. Dengan semakin banyaknya tuna karya di Indonesia ini maka
tingkat kriminalitas semakin tinggi. Pengawasan pelaku kejahatan atau narapidana
di lembaga hukum di Indonesia sendiri sangatlah minim sehingga dapat memicu
tingginya angka pelarian napi.
Berdasarkan data Depkumham RI pada Januari 2008, penghuni lembaga
pemasyarakatan di seluruh Indonesia mencapai 130.832 dengan rincian 54.307
tahanan dan 76.525 napi. Jumlah itu tidak seimbang dengan kapasitas penjara
yang hanya 81.384. Jumlah lembaga pemasyarakatan di Indonesia, baik untuk
anak maupun dewasa, adalah sebanyak 457 lembaga pemasyarakatan dengan daya
tampung sekitar 90.000 narapidana (Fatwa, 2010). Dengan jumlah napi yang
sebanyak itu maka penjara menjadi kelebihan kapasitas. Sedangkan, pengawasan
yang dilakukan sangat minim sekali, dikarenakan jumlah sipir yang sedikit. Hal
itu menyebabkan banyaknya narapidana yang kabur. Sering sekali koran harian
atau berita di televisi menampilkan berita mengenai narapidana kabur yang
diakibatkan oleh kelalaian petugas sipir.
Rancang bangun Smart Prison ini mampu meningkatkan keamanan lapas,
dikarenakan sistem tersebut terdiri dari peralatan teknologi yang terintegrasi satu
sama lain. Komponen-komponen penyusun sistem tersebut adalah smart band,
kamera HDCCTV dengan teknologi image processing, dan terahertz scanner
yang digunakan untuk mendeteksi adanya barang-barang berbahaya masuk lapas..
Semua teknologi yang telah disebutkan di atas terintegrasi dalam suatu sistem
yang dipantau dan dikontrol di dalam ruang kontrol, termasuk semua pintu sel dan
gerbang yang ada di lapas. Untuk mendukung agar sistem tersebut dapat bekerja
dibutuhkan pasokan energi listrik yang cukup besar. Maka dari itu diberikan solar
cell sebagai pemasok energi utama.
Sistem keamanan penjara yang ada di Indonesia masih banyak yang
menggunakan sistem tradisional dan sangat minim tingkat keamanannya. Dengan
dilakukan kerja sama dari berbagai pihak yang terkait dalam mewujudkan sistem
ini tentunya akan melahirkan terobosan baru dalam pemanfaatan teknologi di
lingkungan lapas. Oleh karena itu, dengan diterapkannya sistem ini sangat
dimungkinkan akan mencegah berbagai hal-hal yang tidak diinginkan, seperti
narapidana kabur, masuknya narkoba ke dalam lapas dan kerusuhan di dalam
lapas.

iv

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Era globalisasi dan dinamika kehidupan modern yang dihadapi negara saat
ini menimbulkan banyak masalah seperti melonjaknya beberapa harga kebutuhan
pokok, tidak stabilnya harga kebutuhan masyarakat, minimnya lapangan
pekerjaan yang tersedia, pemutusan hubungan kerja yang semakin meningkat
sehingga menyebabkan tuna karya akibat banyaknya perusahaan yang mengalami
krisis keuangan karena biaya produksi yang semakin mahal dan pendapatan yang
didapatkan tidak sebanding pengeluarannya, dan gaya hidup yang dipengaruhi
oleh era globalisasi. Dengan semakin banyaknya tuna karya di Indonesia ini maka
tingkat kriminalitas semakin tinggi. Selain itu, banyak sekali perdagangan
narkoba, human trafficking, korupsi, terorisme, dll. Untuk mengurangi angka
kejahatan, di Indonesia dibentuk lembaga hukum mulai dari, Makamah Agung,
Kejaksaan, Kemenkumham, hingga Kepolisian. Hal ini sangatlah penting dalam
mengurangi kejahatan agar negara menjadi aman, tentram, dan damai.
Pengawasan pelaku kejahatan atau narapidana di lembaga hukum di Indonesia
sendiri sangatlah minim sehingga dapat memicu tingginya angka pelarian napi.
Beberapa kendala yang sering dihadapi oleh lembaga hukum dalam pengawasan
narapidana selain minimnya pengawasan narapidana pada suatu lembaga
permasyarakatan yaitu pemantauan narapidana secara manual yang dibantu
dengan kamera CCTV masih memiliki efektivitas yang rendah, minimnya aparat
yang bertugas dalam menjaga narapidana disuatu lembaga permasyarakatan dan
buruknya manajemen lapas. Beberapa media berita yang menyampaikan
banyaknya narapidana kabur seperti yang terjadi di Lambaro, Banda Aceh,
sebanyak 7 tahanan lembaga permasyarakatan berhasil melarikan diri saat petugas
tertidur terlelap. Kemudian, belum lama ini, 22 narapidana di Lapas Merauke,
Papua, menyerang sipir penjara dan melarikan diri. Kejadian ini berawal ketika
petugas yang akan mengunci pintu utama penjara diserang 50 napi. Sebagian napi
urung kabur setelah sipir mengeluarkan tembakan peringatan. Dalam beberapa
bulan yg lalu kejadian hampir serupa berlangsung di LP Binjai, Sumatra Utara dan
LP Muaro Padang, Sumatra Barat. Di LP Binjai, tiga napi nekat kabur saat
petugas penjara sedang menyiapkan acara shalat Idulfitri. Sedangkan di LP Muaro
Padang, enam narapidana kabur dari penjara pada 9 Oktober silam. Tiga napi yang
kabur antara lain adalah tahanan dengan hukuman mati kasus pembunuhan.
Buntutnya, tiga pejabat LP Muaro Padang dicopot. Mereka dianggap bertanggung
jawab atas kaburnya enam napi dari LP kelas dua tersebut. (liputan6.com, 2007).
Dengan melihat kondisi tersebut dibutuhkan suatu sistem baru yang dapat
mencegah pelarian narapidana. Sistem ini diharapkan bisa memonitoring seluruh
kegiatan di dalam lembaga permasyarakatan, mencegah terjadinya narapidana
yang kabur dari lembaga permasyarakatan, dan mencegah adanya barang
berbahaya seperti narkoba masuk ke dalam lapas. Sistem ini sangat diperlukan
sehingga dapat membantu keamanan yang ada di dalam penjara.

Tujuan
Tujuan dari karya tulis ini adalah sebagai berikut:
1. Membuat suatu sistem antisipasi untuk pencegahan narapidana melarikan diri
dari lembaga permasyarakatan.
2. Membuat sistem pencegahan peredaran barang-barang terlarang seperti
narkoba masuk ke dalam lapas.
3. Sebagai sarana pembantu bagi sipir lembaga permasyarakatan dalam
mengawasi para warga binaan mereka yang jumlahnya sangat banyak
Manfaat
Manfaat karya tulis ini adalah sebagai berikut:
1. Memberikan solusi dalam penekanan jumlah narapidana yang kabur dari
lembaga permasyarakatan.
2. Memberikan solusi pencegahan peredaran barang-barang terlarang seperti
narkoba masuk ke dalam lapas..
3. Membantu sipir penjaga lembaga permasyarakatan dalam mengawasi dan
memonitoring segala situasi dalam lembaga permasyarakatan.
GAGASAN
Kondisi Kekinian
Berdasarkan data Depkumham RI pada Januari 2008, penghuni lembaga
pemasyarakatan di seluruh Indonesia mencapai 130.832 dengan rincian 54.307
tahanan dan 76.525 napi. Jumlah itu tidak seimbang dengan kapasitas penjara
yang hanya 81.384. Jumlah lembaga pemasyarakatan di Indonesia, baik untuk
anak maupun dewasa, adalah sebanyak 457 lembaga pemasyarakatan dengan daya
tampung sekitar 90.000 narapidana (Fatwa, 2010). Dengan jumlah napi yang
sebanyak itu maka penjara menjadi kelebihan kapasitas. Sedangkan, pengawasan
yang dilakukan sangat minim sekali, dikarenakan jumlah sipir yang sedikit. Hal
itu menyebabkan banyaknya narapidana yang kabur. Sering sekali koran harian
atau berita di televisi menampilkan berita mengenai narapidana kabur yang
diakibatkan oleh kelalaian petugas sipir.
Salah satu contoh, dikutip dari koran harian CNN Indonesia pada 2
November 2015, Sebanyak 14 tahanan dan narapidana di Rumah Tahanan Negara
(Rutan) Pancur Batu, Medan, Minggu (1/11) kabur setelah memukul petugas sipir
yang sedang jaga di pintu depan. Kanit Reskrim Polsek Pancur Batu Iptu Herman
Sembiring saat dihubungi wartawan menjelaskan petugas kepolisian saat ini
tengah berupaya memburu belasan orang tahanan yang melarikan diri. Satu orang
tahanan, menurut dia, sudah berhasil ditangkap saat mau naik kendaraan umum.
"Kaburnya seluruh tahanan Rutan Cabang Pancur Batu itu diduga karena
lemahnya penjagaan. Saat itu hanya ada satu orang petugas jaga, dan melihat
kondisi itu, lalu tahanan memanfaatkannya,"ujar Herman. Dia menjelaskan, para
tahanan tersebut datang secara diam-diam, dan langsung memukul petugas jaga,

serta merampas kunci pintu depan."Kemudian, para tahanan itu lari dan berpencar
ke arah belakang Rutan Pancur Batu, serta kabur," kata Kanit Reskrim...
Contoh lainnya, dikutip dari kolom harian Sindo 1 November 2014,
Akibat kelalaian petugas sipir di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Salambue,
Kota Padangsidimpuan, seorang napi bernama Gunawan Rasyid Harahap kabur,
Sabtu 20 September 2014. Napi kasus pencurian tersebut kabur dari Lapas
Salambue ketika membersihkan halaman depan lembaga itu. Diduga, saat kabur
para sipir lalai karena tidak ada satu orangpun yang mengawasinya sehingga dia
leluasa kabur. Informasi yang diperoleh dari Lapas Klas II Salambue tersebut,
para sipir sudah terbiasa membiarkan para napi membersihkan halaman luar tanpa
ada pengawalan. Bahkan, sejumlah napi dipekerjakan sebagai keamanan di bagian
depan lapas itu. Tidak jarang, para napi tersebut diduga menjadi juru parkir
kendaraan yang datang berkunjung ke lapas itu. Kalapas Salambue Dwi Sarwona
mengakui, adanya napi yang kabur. Menurut dia, napi tersebut kabur ketika
sedang membersihkan halaman luar. Sebelum kabur, dia sedang membersihkan
halaman luar lapas ini, ungkapnya kepada wartawan ketika ditemui di lokasi,
Minggu (21/9/2014). Menurutnya, minimnya para sipir yang ada di lembaga itu
memaksa dia untuk menggunakan jasa para napi membersihkan halaman
depan..

Gambar 1. Berita harian Napi kabur


Sumber: (Sindonews.com)

Adapun penambahan pengawasan di lapas hanya berupa pemasangan


CCTV yang dalam pengaplikasiannya masih kurang baik untuk mencegah
narapidana kabur. Selain itu, penerapan sel khusus yang tujuannya meningkatkan
pengamanan masih tidak dapat mencegah narapidana kabur.
Solusi yang pernah ditawarkan atau diterapkan sebelumnya
Di antara solusi yang ditawarkan untuk dapat mencegah adanya
narapidana kabur, kebanyakan Lapas menggunakan sistem rotasi penjagaan
(Siahaan, 2012). Dimana akan ada shift kelompok penjagaan disetiap jam yang
telah ditentukan. Namun, hal itu dirasa kurang efektif karena dengan adanya rotasi
penjagaan para narapidana dapat memanfaatkan celah pergantian penjagaan untuk

kabur. Selain itu minimnya jumlah penjaga yang ada juga menjadi salah faktor
pendukung banyaknya narapidana yang kabur. Selain itu setiap ruangan yang
berkaitan langsung dengan narapidana hanya di lengkapi dengan kunci dan
gembok. Adapun penambahan pengawasan di lapas hanya berupa pemasangan
CCTV yang dalam pengaplikasiannya masih kurang baik untuk mencegah
narapidana kabur ataupun mengawasi kegiatan di Lapas akibatnya barang-barang
terlarang seperti narkoba masih dapat beredar luas di lapas (Arif, 2016). Selain
itu, penerapan sel khusus yang tujuannya meningkatkan pengamanan masih tidak
dapat mencegah narapidana kabur.
Gagasan Baru yang ditawarkan
Gagasan baru yang dapat ditawarkan untuk meningkatkan keamanan lapas
adalah dengan menerapkan suatu sistem keamanan yang sangat baik. Sistem
keamanan tersebut terdiri dari peralatan teknologi yang diintegrasikan satu sama
lain.
Pertama adalah penggunaan suatu alat yang dapat mencegah adanya
narapidana kabur. Alat ini berupa gelang (smart band) yang dipasang di lengan
setiap narapidana. Narapidana yang mencoba keluar dari wilayah lapas akan
segera tertangkap dikarenakan alat ini akan memberikan peringatan kepada sipir
yang bertugas.

Gambar 2. Rancangan Gelang untuk Narapidana

Diperlukan berbagai macam peralatan dalam sistem alat tersebut,


diantaranya yang pertama adalah mikrokontroler Arduino. Arduino dalam alat ini
digunakan untuk memproses sinyal dari transmitter untuk menghasilkan suatu
keluaran berupa peringatan pada petugas. Kemudian yang kedua adalah pemancar.
Dalam elektronik dan telekomunikasi pemancar atau pemancar radio adalah
perangkat elektronik yang, dengan bantuan antena, menghasilkan gelombang
radio. Pemancar itu sendiri menghasilkan frekuensi radio yang diterapkan untuk
antena. Ketika arus bolak balik ini, antena akan memancarkan gelombang radio.
Selain penggunaannya dalam penyiaran, pemancar adalah bagian komponen
penting dari banyak perangkat elektronik yang berkomunikasi melalui radio,
seperti ponsel, jaringan komputer nirkabel. Dalam transmitter terdapat generator
gelombang radio untuk pemanasan atau industri. Transmitter pada alat ini

digunakan untuk pemancar sinyal dari alat ke receiver yang ada di petugas.
Komponen terakhir yang dibutuhkan pada alat ini adalah receiver. Dalam
komunikasi radio, receiver adalah perangkat elektronik yang menerima
gelombang radio dan mengubah informasi yang dibawa oleh mereka ke bentuk
yang dapat digunakan. Pada alat ini receiver berfungsi untuk menerima sinyal
yang dikirimkan oleh transmitter agar segera diproses oleh mikrokontroler.
Frekuensi yang ditangkap receiver RF 433 MHz akan mengaktifkan Transmitter
Remote Control dan diteruskan ke receiver Remote Control untuk mengaktifkan
pneumatic ketika silinder menyentuh limit switch maka solenoid door lock akan
aktif. Transmitter remote control akan berupa gelang yang dipasangkan pada
narapidana tersebut. Dalam pembuatan alat menggunakan wireless RF 433 MHz
ini menggunakan dua buah arduino untuk transmitternya dirakit menggunakan
Arduino Nano sedangkan receiver modul wireless RF 433 MHz dirakit
menggunakan Arduino Mega2560. Untuk menghubungkan modul transmitter
wireless RF 433 MHz ini sangat mudah yaitu dengan cara menghubungkan Vcc
dengan sumber 5 VDC, kemudian ATAD atau DATA dihubungkan ke port D12,
untuk GND dihubungkan ke Ground Arduino. Receiver remote control ini
berfungsi untuk menerima sinyal dari transmitter untuk mengendalikan
pneumatik. Receiver terdiri dari rangkaian osilator (transmitter) yang
mengkonversi pulsa frekuensi radio yang diterima dari pemancar menjadi pulsa
kotak yang bisa diterima sebagai sinyal digital.
Untuk meningkatkan sistem keamanan digunakan teknologi image
processing dengan pengolahan citra. Citra (image) adalah istilah lain untuk
gambar. Sebagai salah satu komponen multimedia yang memegang peranan
sangat penting dalam bentuk informasi visual, citra mempunyai karakteristik yang
tidak dimiliki oleh data teks, yaitu kaya dengan informasi (Munir, 2015). Agar
mendapatkan gambar diperlukan kamera dalam hal ini adalah CCTV. Penggunaan
CCTV biasa di setiap sudut ruang memang dapat digunakan untuk mengawasi
kondisi lapas namun dalam penggunaannya masih memiliki keterbatasan apabila
resolusi yang dimiliki oleh CCTV tersebut sangat minim. Oleh karena itu, kamera
tersebut perlu digantikan dengan kamera yang memiliki resolusi sangat baik,
kamera yang digunakan adalah HDCCTV jenis analog dikarenakan pada CCTV
jenis ini mempunyai kelebihan resolusi yang dihasilkan sangat baik dan data yang
didapat real time tanpa jeda waktu. Dengan menggunakan HDCCTV akan
melakukan pengambilan citra sehingga akan didapatkan gambar objek. Selain itu
demi meningkatkan keamanan di setiap tempat strategis dan luar ruangan
diberikan kamera 360 yang dapat merekam dari segala arah. Pada kamera tersebut
juga tetap diterapkan teknologi image processing.
Kemudian gambar objek diproses menggunakan metode template
matching untuk mengidentifikasi dan melakukan tracking gambar objek tersebut.
Setelah didapatkan citra gambar objek kemudian proses selanjutnya
adalah membandingkan dengan database. Database yang ada merupakan wajah

para narapidana yang terdapat pada lapas. Apabila kamera mendeteksi adanya
narapidana yang tidak berada di dalam sel pada waktu yang dilarang keluar dari
sel dan cocok dengan database maka output yang dihasilkan berupa suara alarm
dan penguncian seluruh gerbang lapas secara otomatis.
Selanjutnya di setiap pintu masuk dari lapas diberikan terrahertz
detector dimana akan dianalisis apakah orang yang masuk ke dalam lapas
membawa barang berbahaya, seperti narkoba, senjata tajam atau bahan peledak.
Radiasi frekuensi terahertz memiliki kombinasi yang unik dari sifat yang
diinginkan untuk pencitraan noninvasif dan spektroskopi dari bahan. Banyak
bahan menunjukkan fitur spektral karakteristik dalam rentang frekuensi THz
(terutama> 1 THz), memungkinkan spektroskopi THz yang digunakan sebagai
alat yang dapat secara unik mengidentifikasi sifat kimia. Spektroskopi THz dapat
juga membangkitkan getaran dalam molekul. Hal tersebut membuat spektroskopi
THz berpotensi untuk memberikan informasi baik itu sifat kimia dan strukturnya.
Memang, THz-TDS telah terbukti menjadi teknik yang sangat baik dan sensitif
untuk mempelajari dinamika struktur dari Kristal, memberikan tambahan
informasi untuk analisis sampel. Lebih jauh lagi, penting untuk dicatat bahwa
THz-TDS dapat memberikan informasi spectral melengkapi dari spekstroskopi
raman. THZ-TDS lebih unggul dibandingkan dengan spektroskopi lainnya dalam
rentang farIR, seperti Fourier transform infrared (FTIR) spectroscopy dimana
THz-TDS tidak sensitif terhadap latar belakang termal (dan karenanya manfaat
dari rasio signal-to-noise tinggi), dan tidak memerlukan pendingin kriogenik
detektor bolometer. Radiasi frekuensi THz mempunyai energy foton yang lebih
rendah dibandingkan dengan X-ray membuat THz lebih sesuai untuk scan
personal,sehingga tidak menimbulkan gangguan kesehatan(Davies, A. Giles
2008). Apabila didapati barang-barang tersebut maka pintu tidak akan terbuka dan
sistem akan memberikan peringatan kepada sipir yang bertugas.

Gambar 3 Hasil scanning THz terhadap berbagai macam pembungkus narkoba


Sumber: (Davies, A. Giles 2008)

Semua teknologi yang telah disebutkan di atas terintegrasi dalam suatu


sistem yang dipantau dan dikontrol di dalam ruang kontrol, termasuk semua pintu
sel dan gerbang yang ada di lapas.

Gambar 4. Skema sistem

Apabila terdapat pelanggaran yang terjadi maka sistem akan


menghidupkan alarm sekaligus memberikan peringatan kepada pihak polisi pusat
dan menutup pintu secara otomatis.

Gambar 5. Skema sistem apabila terdapat pelanggaran

Untuk mendukung agar sistem tersebut dapat bekerja dibutuhkan pasokan


energi listrik yang cukup besar. Maka dari itu diberikan solar cell sebagai
pemasok energi utama.
Pihak-Pihak yang Terkait dalam Pelaksanaan Program
a. Ahli bidang elektrik dan instrumentasi
Para ahli disini bertugas untuk meneliti lebih lanjut mengenai susunan
yang sesuai dari sistem ini serta pembagunan sistem. Ditentukan pula
bahan yang tepat dan maintenance atau perawatan perangkat.
b. Ahli bidang energi
Para ahli di bidang energi dibutuhkan untuk membantu dalam perencanaan
dan perhitungan dari kebutuhan listrik yang dipakai serta memberikan
saran-saran terkait penghematan energi dan penggunaan solar array.
c. Pemerintah
Pemerintah berperan sebagai pendukung dan pihak yang melaksanakan
program dalam artian membuat sebuah gerakan maupun regulasi
penggunaan sistem yang telah diperbaiki oleh para ahli di bidang electrik
tersebut.

c. Instansi Hukum seperti Lapas dan Kepolisian


Peran instansi hukum disini adalah pelaksana dari program ini. Seluruh
sistem yang ada diatur dan diawasi oleh sipir-sipir yang bertugas.
Langkah Strategis untuk Pelaksanaan Program
a. Tahun pertama hingga tahun kedua
- Melakukan penelitian lebih lanjut dan konsultasi dengan berbagai ahli
seperti insinyur elektro, insinyur instrumentasi dan ahli energi.
- Pematangan konsep dari sistem.
- Konsultasi dengan lembaga kepolisian mengenai kasus-kasus
narapidana kabur dan perilakunya.
b. Tahun ke-dua hingga tahun ketiga
- Melakukan sosialisasi kepada pemerintah agar mau bekerja sama dan
membantu penerapan sistem ini.
- Melakukan kerjasama dengan instansi badan hukum terutama yang
menangani narapidana untuk dapat menerapkan sistem ini.
- Melakukan sosialisasi kepada badan hukum yang menangani
narapidana, seperti petugas yang menjaga penjara agar dalam
penggunaan sistem ini dapat maksimal.
c. Tahun ketiga sampai tahun kelima
- Realisasi dari sistem. Sistem diterapkan di lapas yang paling rawan
akan kaburnya narapidana.
d. Tahun kelima sampai tahun keenam
- Melakukan evaluasi, apabila masih terdapat beberapa permasalahan
pada alat ini dapat dilakukan pembenahan dini sebelum benar-benar
diterapkan di seluruh penjara.
e. Tahun keenam hingga seterusnya
- Sistem dapat digunakan di seluruh penjara di wilayah Republik
Indonesia.
KESIMPULAN
Inti Gagasan
Berdasarkan data Depkumham RI pada Januari 2008 jumlah lembaga
pemasyarakatan di Indonesia tidak mampu menampung jumlah narapidana yang
ada sehingga lapas-lapas yang ada sudah kelebihan kapasitas. Saat ini, lapas
menggunakan sistem rotasi penjagaan. Dimana akan ada shift kelompok
penjagaan disetiap jam yang telah ditentukan (Fatwa, 2010). Namun, hal itu dirasa
kurang efektif karena dengan adanya rotasi penjagaan para narapidana dapat
memanfaatkan celah pergantian penjagaan untuk kabur. Selain itu minimnya
jumlah penjaga yang ada juga menjadi salah faktor pendukung banyaknya
narapidana yang kabur. Sehingga agar dapat mengatasi masalah tersebut
dibutuhkan suatu sistem baru. Rancang bangun Smart Prison ini mampu
meningkatkan keamanan lapas, dikarenakan sistem tersebut terdiri dari peralatan
teknologi yang terintegrasi satu sama lain. Komponen-komponen penyusun sistem

tersebut adalah smart band, kamera HDCCTV dengan teknologi image


processing, dan terahertz scanner yang digunakan untuk mendeteksi adanya
barang-barang berbahaya masuk lapas. Semua energi yang dibutuhkan di lapas di
suplai dari sel surya sehingga ramah lingkungan.
Teknik Implementasi Gagasan
Langkah strategis perlu direncanakan dengan matang agar sistem kemanan
penjara ini dapat terealisasi dengan baik, acceptable, dan berkelanjutan. Menurut
Kemp dan Loorbach (2005) dalam Rutger (2008), ada 4 manejemen transisi yang
diperlukan dalam fase ini (lihat gambar di bawah), antara lain :
a. Tahap 1: Membangun ruang transisi dan pembangunan visi
Pada tahap awal diperlukan sebuah pertemuan besar yang melibatkan orangorang yang terdiri dari perwakilan pemerintahan, perusahan, dan pihak
institut/universitas untuk berkumpul, membahas konsep dan menyatukan
pandangan dan tujuan proyek ini.
b. Tahap 2: Mengembangkan kerja sama dan agenda transisi,
Karena kompleksnya masalah yang akan dihadapi dalam membuat sistem
ini, maka diperlukan kerja sama yang baik antara pihakpihak yang
berkemampuan menyelesaikannya. Kerja sama yang dimaksud dapat berupa
konsultasi, kerja sama pengerjaan poyek maupaun penyampaian informasi.
c. Tahap 3: Menggerakkan pihak-pihak yang terlibat dan melaksanakan proyek
transisi,
d. Tahap 4: Evaluasi, monitoring dan pembelajaran.
Kesulitan dan pengalaman yang ada dalam menciptakan sistem ini dapat
dijadikan pembelajaran agar terjadi perbaikan dan pengembangan model
sistem.
Prediksi Keberhasilan
Sistem keamanan penjara yang ada di Indonesia masih banyak yang
menggunakan sistem tradisional dan sangat minim tingkat keamanannya. Dengan
dilakukan kerja sama dari berbagai pihak yang terkait dalam mewujudkan sistem
ini tentunya akan melahirkan terobosan baru dalam pemanfaatan teknologi di
lingkungan lapas. Oleh karena itu, dengan diterapkannya sistem ini sangat
dimungkinkan akan mencegah berbagai hal-hal yang tidak diinginkan, seperti
narapidana kabur, masuknya narkoba ke dalam lapas dan kerusuhan di dalam
lapas.

DAFTAR PUSTAKA

10

A. Giles Davies dkk.2008. Terahertz spectroscopy of explosives and drugs.


Maret.Volume 11.
Anonim. 2007. Liputan6. [Online]: news.liputan6.com/read/149506/sipirdiserang-22-napi-lp-merauke-kabur diakses pada 20 April 2016.
Arif,S.2016.Sindonews.com.
[Online]:http://daerah.sindonews.com/read/1098157/23/ratusan-napi-dilapastulungagung-hanya-dipantau-7-cctv-1459761375 diakses pada 20
April 2016
Fatwa, D. A., 2010. Kebermaknaan Hidup Narapida yang Mendapat Vonis
Hukuman Seumur Hidup di Lembaga Permasyarakatan Kelas I Madiun.
Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Hayt,Neudeck, Electronic Circuit Analysis And Design, Houghton Mifflin
Company, Boston, 1967.
Herrick, Clyde N. Fundamentals Of Radio And Electronics, Prentice-Hall, India.
1980.
Ispranoto,
T.
2014.
Sindonews.com.
[Online]:
http://daerah.sindonews.com/read/902332/21/dua-napi-lapas-banceuykabur-1410930404 diakses pada 20 April 2016.
Mukti,
H,
2015.
CNN
Indonesia.
[Online]:
http://www.cnnindonesia.com/nasional/20151102085050-1288797/penjagaan-minim-14-narapidana-kabur-dari-rutan-medan/
diakses pada 20 April 2016.
Munir,
R.,
2015.
Pengantar
Pengolahan
Citra.
[Online]:
http://amutiara.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/39981/Bab1_Penga
ntar+Pengolahan+Citra.pdf. diakses pada 20 April 2016.
Siahaan, D. A., 2012. Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan Terhadap
Kemungkinan Terjadinya Pelarian (Studi Kasus LP Narkotika Klas IIA
Pematang Siantar). Jakarta: Universitas Indonesia.
Ulhaq,
Z.
2014.
Sindonews.com.
[Online]:
http://daerah.sindonews.com/read/903768/24/sipir-lalai-napi-lapas
salambue-kabur-1411305719 diakses pada 20 April 2016.

Anda mungkin juga menyukai