Jurnal HPI VOL 25 No 2 Oktober 2012 PDF
Jurnal HPI VOL 25 No 2 Oktober 2012 PDF
Nomor Akreditasi:
427/AU/P2MI-LIPI/04/2012
NOMOR : 2
VOLUME : 25
OKTOBER 2012
ISSN : 2089-5380
2012
No. 2
Hal. 59 - 107
PENANGGUNG JAWAB
Kepala Balai Riset dan Standardisasi Industri Banda Aceh
KETUA REDAKSI
DR. M. Dani Supardan, ST, MT (Rekayasa Proses)
ANGGOTA REDAKSI
DR. Mahidin, ST, MT (Energi)
DR. Yuliani Aisyah, S.TP, M.Si (Pengolahan Hasil Pertanian)
Mahlinda, ST, MT (Teknik Industri)
Fitriana Djafar, S.Si, MT (Teknik Kimia)
Syarifuddin, ST, MT (Teknik Kimia)
SEKRETARIAT
Fauzi Redha, ST
Berdasarkan Surat Keputusan Kepala LIPI No. 395/D/2012 tanggal 24 April 2012
Jurnal Hasil Penelitian Industri (HPI)
Ditetapkan sebagai Majalah Ilmiah Terakreditasi
Alamat Penerbit:
BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI BANDA ACEH
Jl. Cut Nyak Dhien No. 377, Lamteumen Timur, Banda Aceh 23236
Telp. (0651) 49714 ; Fax. (0651) 49556
E-Mail : hpi_brsbna@yahoo.com
PENGANTAR REDAKSI
Redaksi mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT dengan terbitnya Jurnal HPI
(Hasil Penelitian Industri), Volume 25 No. 2 Tahun 2012 untuk pembaca. Kami juga ingin
menyampaikan berita gembira kepada pembaca sekalian bahwa Jurnal HPI kembali ditetapkan
sebagai Majalah Ilmiah Terakreditasi oleh Kepala LIPI melalui SK Kepala LIPI nomor
395/D/2012 tanggal 24 April 2012.
Jurnal HPI kali ini menyajikan 6 judul tulisan yang mencakup 1 artikel membahas
tentang perancangan alat, 3 artikel membahas tentang pangan dan 2 artikel membahas tentang
teknologi proses.
Harapan kami, tulisan-tulisan ilmiah yang disajikan akan memberikan tambahan
pengetahuan kepada pembaca semua. Selain itu, kami juga mengundang para pembaca
mengirimkan tulisan ilmiah untuk terbitan selanjutnya. Redaksi juga mengharapkan kritikan
dan saran dari pembaca dalam rangka meningkatkan kualitas jurnal ini.
Selamat Membaca
Redaksi
DAFTAR ISI
PENGANTAR REDAKSI ..................................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................................
ii
ABSTRAK. ......................................................................................................................
iv
59
(The Design of Fractional Distillation Equipment of Patchouli Oil for IKM Scale)
Syarifuddin ............................................................................................................................
67
76
85
ii
95
DAFTAR ISI
PRODUKSI ROTI TAWAR DARI LABU KUNING DENGAN PERSENTASE SUBSTITUSI
TEPUNG TERIGU DAN KONSENTRASI EMULSIFIER YANG BERBEDA
iii
iv
Penelitian mutu soyghurt ditinjau dari jenis gula dan persentase gelatin telah dilakukan. Proses
pembuatan soyghurt diawali dengan pembuatan susu kedelai dengan variasi penambahan jenis gula dan
konsentrasi gelatin, kemudian dilanjutkan dengan proses fermentasi menggunakan starter
Streptococcus thermophillus dan Lactobacillus bulgaricus. Variabel pengamatan adalah derajat
keasaman (pH), total padatan terlarut, kadar protein, total asam, dan uji organoleptik. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa soyghurt dari hasil fermentasi susu kedelai dengan penambahan sukrosa 7 % dan
gelatin 5 % (perlakuan A1B2) yang memenuhi SNI 01 2891 1992 dan yang paling disukai oleh
panelis dengan tingkat kesukaan terhadap rasa (5,0), aroma (3,3), warna (4,1) dan tekstur (4,9).
Kata kunci : fermentasi, gelatin, gula, soyghurt, susu kedelai.
vi
vii
The research of soyghurt quality in term of type sugar and gelatin percentage has been conducted.
Soyghurt precess was begin with making of soy milk by addition of sugr concentration and gelatin
concentration. Followed by fermentation process using starter that consist of Streptococcus
thermophillus and Lactobacillus bulgaricus. The variable observations are degree of acidity (pH). Total
dissolved solid protein content, total acid and organoleptic test. The research result showed that
soyghurt of soy milk fermented with addition of 7 % sucrous and 5 % gelatin (treatmen (A1B1) has
been qualified in accordance with SNI 01 2891 1992 and the most preferred by panelist with the joy
are the sense of (5.0), aroma (3,3), colour (4,1) and texture (4,9).
Keywords: fermentation, gelatin, soyghurt, soy milk, sugar.
viii
ix
59
1.
PENDAHULUAN
Pembuatan
komposit
dengan
menggunakan limbah plastik atau plastik
bekas dapat mengurangi pembebanan
lingkungan terhadap melimpahnya limbah
plastik di alam dan juga menghasilkan
produk inovatif sebagai bahan pengganti
kayu
untuk
berbagai
keperluan.
Keunggulan produk komposit ini antara
lain biaya produksi lebih ekonomis, bahan
baku mudah didapat, fleksibel dalam
pembuatannya dan memiliki sifat sifat
mekanis yang lebih baik (Setyawati, 2003).
Provinsi Aceh sebagai salah satu
daerah berbasis pertanian memiliki banyak
hasil samping produk pertanian yang
belum dimanfaatkan secara maksimal
diantaranya sabut kelapa dan jerami.
Limbah-limbah padat tersebut sebenarnya
masih dapat diolah lanjut menjadi suatu
material
baru
dengan
cara
memcampurkannya dengan plastik agar
diperoleh material yang memiliki sifat
yang berbeda dengan sifat dasarnya
(Anonimous, 2005).
Bahan berbasis biomassa seperti
kayu, sabut kelapa ataupun jerami bersifat
hidrofilik, kaku serta dapat terdegradasi
secara biologis. Sifat sifat tertentu dalam
bahan biomassa ini menyebabkan bahan
tersebut kurang cocok bila digabungkan
dengan material non organik seperti plastik
tanpa adanya penambahan coupling agent
yang berfungsi sebagai bahan peningkat
kekompakan antara matrix dengan filler
(Hans. GS dan Shiraishi. N, 1990). Tujuan
penambahan coupling agent ini adalah
untuk memperbaiki sifat fisis dan mekanis
dari komposit yang dihasilkan. Telah
diketahui banyak coupling agent yang
dapat digunakan dalam WPC (Wood
Polymer Composites) seperti coupling
agent organik, anorganik dan organikanorganik, (Maldas dan Daneault, 1989;
Xu, M dan Li, S, 2006). Penggunaan
coupling agent organik jenis anhidrida
yaitu Maleid Anhydrida (MA) dengan
limbah plastik jenis polietilen lebih cocok
karena MA dapat meningkatkan ikatan
Hasil Penelitian Industri
2.
METODOLOGI
2.1
Perlakuan
Penelitian
dan
Rancangan
Kondisi
dan
variabel
dalam
penelitian ini adalah:
1. Kondisi yang ditetapkan terdiri dari:
a. Waktu pengempaan: 15 menit
b. Suhu pengempaan: 168 0C
c. Jumlah coupling agent: 2% berat
2. Kondisi yang diteliti terdiri dari:
a. Limbah padat yang digunakan: sabut
kelapa dan jerami
b. Ukuran partikel sabut kelapa dan
jerami : 25-50 mesh, 50-60 mesh, 60100 mesh dan 100-200 mesh
c. Perbandingan
komposisi
berat
limbah : plastik, yaitu 40:60, 50:50,
60:40, dan 70:30 (%berat).
2.3
Prosedur Penelitian
3.
3.1
3.3
63
3.4
KESIMPULAN
64
Badan
Farid,
Hans,
DAFTAR PUSTAKA
Annonimous.
2005.
Wood-plastics
Composites: Current trent in
material and processing. Plastic
Additives
&
Compounding.
September/October edition
Hasil Penelitian Industri
66
67
1.
golongan
persenyawaan
hidrokarbon
teroksigenasi yang merupakan komponen
yang menentukan kualitas minyak nilam.
Semakin besar kadar patchouli alkohol,
maka semakin baik mutu minyak nilam
yang dihasilkan. Dalam susunan komponen
minyak
nilam,
patchouli
alkohol
merupakan senyawa hidrokarbon yang
mempunyai titik didih tinggi yaitu 287oC
pada 760 mmHg (Guenther, 1948).
Perbedaan
titik
didih
dalam
komponen minyak nilam merupakan dasar
dari pemilihan distilasi fraksinasi untuk
pemisahan komponen dalam minyak nilam.
Komponen dengan titik didih rendah dalam
minyak nilam adalah senyawa-senyawa
terpen seperti alpha pinen (157oC pada 760
mmHg), beta pinen (166oC pada 760
mmHg) dan alpha Copaene (246oC pada
760 mmHg). Komponen minyak nilam
dengan titik didih tinggi termasuk dalam
komponen hidrokarbon beroksigen seperti
patchouli alkohol (287oC pada 760
mmHg).
Minyak nilam yang diperoleh dari
hasil
penyulingan
rakyat
masih
mengandung kadar patchouli alkohol yang
rendah, disebabkan karena penanganan
bahan baku sebelum proses penyulingan
kurang baik dan kondisi penyulingan yang
tidak dapat dikontrol (Alam, 2006).
Varietas unggul tanaman nilam yang
disarankan adalah varietas Lhokseumawe,
varietas Tapaktuan dan varietas Sidikalang,
ketiga varietas tersebut tahan terhadap
hama dan mempunyai kadar minyak yang
tinggi (Nuryani, 2006).
Mutu
minyak
nilam
sangat
dipengaruhi oleh kandungan komponen
patchouli
alkohol.
Secara
umum,
kandungan dari minyak nilam merupakan
senyawa hidrokarbon seperti terpen,
seskuiterpen,
senyawa
hidrokarbon
teroksigenasi dan senyawa lain. Pada
industri pembuatan parfum dan obatobatan, minyak nilam harus bebas dari
fraksi terpen (terpeneless), karena senyawa
terpen lebih mudah membentuk resin
dengan adanya udara dan tidak larut dalam
alkohol (Ketaren, 1985).
PENDAHULUAN
68
Persenyawaan
hidrokarbon
teroksigenasi merupakan penyebab utama
wangi dalam minyak nilam, sedangkan
senyawa terpen mudah mengalami proses
oksidasi dan resinifikasi di bawah
pengaruh cahaya dan udara atau pada
kondisi penyimpanan yang kurang baik,
sehingga merusak aroma dan menurunkan
kelarutan dalam alkohol (Ketaren, 1985).
Di pasaran internasional minyak
nilam dengan kadar patchouli alkohol
tinggi mempunyai nilai jual yang tinggi
dan juga sebaliknya. Standar Nasional
Indonesia yang di keluarkan oleh Badan
Standar Nasional (BSN), dengan nomor
SNI 06-2385-2006 di persyaratan kadar
Patchouli Alkohol dalam minyak nilam
minimal 30% dan kadar alpha-Copaen
maksimal 0,5% (BSN, 2006). Minyak
nilam yang dihasilkan oleh petani nilam di
Aceh mempunyai kadar patchouli alkohol
Hasil Penelitian Industri
69
Secara
umum
penelitian
ini
mengambarkan secara deskriptif cara
pemurnian minyak nilam dan dilakukan
dengan menerapkan prinsip dasar ekstraksi
pada proses deterpenisasi minyak nilam
melalui teknologi tepat guna dan lebih
ekonomis.
Sasaran
dari
penelitian
pemurnian minyak nilam adalah untuk
mendapatkan mutu minyak nilam dengan
kadar patchouli alkohol yang tinggi dan
menghilangkan kadar alpha-Copaene,
sehingga memenuhi persyaratan mutu
minyak nilam yang dipersyaratkan oleh
BSN.
Kondisi operasi optimum yang
diperoleh antara interaksi tekanan vakum,
waktu distilasi dan temperatur operasi pada
penelitian ini, sehingga diperoleh mutu
minyak nilam dengan kadar patchouli
alkohol yang tinggi. Data hasil penelitian
ini dapat digunakan untuk dikembangkan
ke skala pilot plant atau pada industriindustri pengolahan minyak nilam di
Provinsi Aceh, sehingga petani nilam di
Aceh dapat meningkatkan mutu minyak
nilam dengan menggunakan peralatan
destilasi fraksinasi minyak nilam skala
IKM.
tidak
larut
dalam
alkohol
dan
mempengaruhi
mutu minyak nilam.
Komponen tersebut mempunyai titik didih
yang rendah seperti alpha-Pinen, betaPinen dan alpha-Copaene, komponen
tersebut harus dihilangkan dalam minyak
nilam. Komponen dengan titik didih tinggi
yang larut dalam alkohol dan diharapkan
dalam minyak nilam dengan konsentrasi
yang tinggi adalah komponen hidrokarbon
beroksigen seperti patchouli alkohol.
Kapasitas
distilasi
fraksinasi
didasarkan pada
skala Industri Kecil
Menengah (IKM) adalah 20 liter/batch
minyak
nilam.
Kapasitas
tersebut
diharapkan digunakan sebagai penelitian
awal untuk pengembangan ke skala pilot
plant. Proses destilasi fraksinasi ini
merupakan proses pemurnian minyak
nilam pasca penyulingan daun dan batang
nilam, bahan baku yang digunakan pada
proses ini adalah minyak nilam dari
penyulingan rakyat yang mutunya rendah
dan kadar patchouli alkohol masih dibawah
Standar Nasional Indonesia (SNI).
3.
METODOLOGI
70
71
3.
3.1
Karakteristik Sifat
Minyak Nilam Awal
Fisik-Kimia
Karakteristik
SNI -06-2385-2006
1.
2.
3.
4.
Warna
Bobot jenis pada 25 oC/25 oC
Indeks bias pada nD 20 oC
Kelarutan dalam alkohol 90%
pada suhu 20 oC 3 oC
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Bilangan asam
Bilangan Ester
Putaran optik
Patchouli alkohol (C15H260) (%)
Alpha-copaene (C15H24) (%)
Kandungan besi (Fe) mg/kg
3.2
Temp
(oC)
Tekanan
(mmHg)
Waktu
(jam)
Bilangan
Ester
Bilangan
Asam
Kadar
PA
(%)
Kadar Copaene
(%)
Bobot
jenis
(gr/cc)
Indek
Bias
5,21
3,65
26,90
0,775
0,9516
1,5064
130
140
20
20
3
3
5,45
5,93
3,76
3,78
33,13
33,64
0,732
0,364
0,9520
0,9526
1,5072
1,5076
72
Gambar 2. Kromatografi Minyak Nilam Sebelum Distilasi Fraksinasi dengan kadar patchouli
alkohol 26,90% dan kadar alpha-copaene 0,775%.
Gambar 3. Kromatografi minyak nilam hasil distilasi fraksinasi skala IKM meningkatkan kadar
patchouli alkohol 33,641% dan menurunkan kadar alpha-copaene 0,364%
73
4.
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
KESIMPULAN
Faktor-faktor
yang
berpengaruh
terhadap proses destilasi fraksinasi
vakum minyak nilam meliputi
perubahan tekanan vakum, perubahan
temperatur dan waktu destilasi.
Berdasarkan uji mutu, seluruh minyak
nilam
hasil
dari
penelitian
pendahuluan masuk ke dalam range
Standar Nasional Indonesia.
Kondisi operasi peralatan distilasi
fraksinasi vakum minyak nilam
dilakukan uji coba pada dua kondisi
yaitu pada tekanan vakum 20 mmHg,
temperatur 130 oC dan waktu destilasi
3 jam dan temperatur 140 oC.
Proses destilasi fraksinasi vakum
berpengaruh terhadap kualitas minyak
nilam dengan meningkatnya kadar
patchouli alkohol mencapai 33,641%
dan dapat menurunya kadar komponen
hidrokarbon (alpha-Copaene) sampai
0,364%
SARAN
Penelitian lanjutan mengenai studi
kelayakan pendirian industri distilasi
fraksinasi vakum minyak nilam yang
dihasilkan lebih berkualitas.
Diperlukan adanya sosialisasi hasil
penelitian kepada masyarakat terutama
para pelaku usaha minyak nilam,
tentang destilasi vakum minyak nilam
dengan menggunakan alat skala IKM.
Adanya pengembangan lebih lanjut
mengenai teknologi proses destilasi
vakum untuk jenis minyak atsiri yang
lain sehingga diharapkan dapat
meningkatkan kualitas minyak atsiri
yang dihasilkan.
DAFTAR PUSTAKA
Alam, P.N. 2006. Pelatihan Analisis dan
Pengolahan
Minyak
Atsiri.
Laporan pelatihan, Universitas
Syiah Kuala. Banda Aceh.
74
75
ABSTRAK. Penelitian mutu soyghurt ditinjau dari jenis gula dan persentase gelatin telah
dilakukan. Proses pembuatan soyghurt diawali dengan pembuatan susu kedelai dengan
variasi penambahan jenis gula dan konsentrasi gelatin, kemudian dilanjutkan dengan
proses fermentasi menggunakan starter Streptococcus thermophillus dan Lactobacillus
bulgaricus. Variabel pengamatan adalah derajat keasaman (pH), total padatan terlarut,
kadar protein, total asam, dan uji organoleptik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
soyghurt dari hasil fermentasi susu kedelai dengan penambahan sukrosa 7% dan gelatin
5% (perlakuan A1B2) yang memenuhi SNI 01 2891 1992 dan yang paling di sukai
oleh panelis dengan tingkat kesukaan terhadap rasa (5,0), aroma (3,3), warna (4,1) dan
tekstur (4,9).
Kata kunci: fermentasi, gula, gelatin, soyghurt, susu kedelai.
ABSTRACT. The research of soyghurt quality in term of type sugar and gelatin
percentage has been conducted. Soyghurt precess was begin with making of soy milk by
addition of sugar concentration and gelatin concentration. Followed by fermentation
process using starter that consist of Streptococcus thermophillus and Lactobacillus
bulgaricus. The variable observations are degree of acidity (pH), total dissolved solid
protein content, total acid, and organoleptic test. The research result showed that soyghurt
of soy milk fermented with addition of 7% sucrous and 5% gelatin (treatmen (A1B1) has
been qualified in accordance with SNI 01 2891 1992 and the most preferred by panelist
with the joy are the sense of (5.0), aroma (3,3), colour (4,1) dan texture (4,9).
Keywords: fermentation, gelatin, soy milk, soyghurt, sugar
1.
PENDAHULUAN
76
2.
METODOLOGI
2.1
Prosedur Penelitian
Kedelai (1 Kg)
Sortasi
Perendaman
12 Jam
NaHCO3 0,5 %
Ratio bahan : larutan:
1:3
Sukrosa 7%
Glukosa 7%
Laktosa 7%
Pasteurisasi 70 C
15 Menit
Gelatin
3% ; 5% ; 7%
Pencucian
Pendinginan 45oC
Penghancuran
7 Menit
Air Panas
Ratio: 1: 7
Inokulasi
SUSU KEDELAI
Inkubasi 37oC
18 Jam
SOYGHURT
Gambar 2. Diagram
Soyghurt
2.3
Alir
Pembuatan
Metode
Analisis Data
3.1
Gambar 3. Pengaruh
Jenis
Gula
Dan
Konsentrasi Gelatin Terhadap
Nilai pH
79
Kadar Protein
Gambar 5. Pengaruh
Jenis
Gula
Dan
Konsentrasi Gelatin Terhadap
Kadar Protein
Gambar 4. Pengaruh
Jenis
Gula
Dan
Konsentrasi Gelatin Terhadap
Nilai Total Padatan Terlarut
80
Streptococcus
thermophillus
dan
Lactobacillus bulgaricus 5% dari volume
susu akan memanfaatkan sumber nitrogen
dan karbon yang terdapat pada susu kedelai
untuk hidup dan berkembang biak
(memperbanyak diri). Semakin banyak
sumber mikrobia yang terdapat dalam
soyghurt maka akan semakin tinggi
kandungan proteinnya karena sebagian
besar komponen penyusun mikrobia adalah
protein, hal ini dikemukakan oleh
Yusmarini dan Effendi (2005).
Hasil
analisa
sidik
ragam
(Fhit<Ftabel pada taraf kepercayaan 5%)
menunjukkan bahwa penggunaan jenis
gula dan persentase gelatin tidak berbeda
nyata terhadap kandungan protein begitu
pula interaksi antara penambahan jenis
gula dan persentase gelatin tidak
berpengaruh nyata terhadap kandungan
protein soyghurt yang dihasilkan.
3.4
Gambar 6. Pengaruh
Jenis
Gula
Dan
Konsentrasi Gelatin Terhadap
Total Asam
Total Asam
3.5
Uji Organoleptik
3.5.1 Rasa
Menurut Winarno (1988) rasa adalah
salah satu faktor yang menentukan mutu
suatu makanan umumnya dilakukan
dengan indera manusia melalui pencicipan.
Penilaian untuk menentukan penerimaan
konsumen terhadap suatu bahan makanan
umumnya dilakukan dengan indera
manusia melalui kuncup cicipan setelah
serseorang menelan makanan tersebut.
Penilaian panelis terhadap rasa
soyghurt yang dihasilkan rata- rata berkisar
2,8% (agak suka) sampai 5,0% (sangat
suka) dapat dilihat pada Gambar 7.
Penilaian tertinggi pada perlakuan
penambahan sukrosa dan penilaian
terendah
pada
perlakuan
laktosa.
Perbedaan ini disebabkan karena sukrosa
mempunyai tingkat kemanisan yang lebih
tinggi dibanding glukosa dan laktosa
81
Gambar 8. Pengaruh
Jenis
Gula
dan
Konsentrasi Gelatin Terhadap
Aroma
3.5.2 Aroma
Aroma
makanan
menentukan
kelezatan dari bahan makanan. Aroma dan
citarasa mempunyai peranan yang sangat
penting bagi penentuan derajat penerimaan
dan kulaitas mutu suatu bahan pangan
(Winarno, 1988). Penilaian panelis
terhadap aroma soygurt yang dihasilkan
berkisar antara 3% (suka) sampai 3%
(agak suka) dapat dilihat pada Gambar 8.
Penilaian tertinggi diberikan pada
perlakuan penambahan sukrosa dengan
konsentrasi gelatin 3% dan 7% yaitu 3,8%
sedangkan penilaian terendah hampir
semua terdapat untuk semua kombinasi
Hasil Penelitian Industri
3.5.3 Warna
Warna mempunyai peranan yang
sangat penting terhadap produk pangan.
Penentuan mutu suatu bahan pangan pada
umumnya sangat tergantung pada beberapa
82
3.5.4 Tekstur
83
4.
KESIMPULAN
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
dkk. 2000.
Serba serbi
Pengolahan
Susu
Kedelai.
Makassar.
http://www.google.
com.
(Tanggal
Akses:
17
Desember 2008)
84
E-mail: mahlinibr_aceh@yahoo.com
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
85
yang
digunakan
dalam
proses
transesterifikasi biasanya dalam jumlah
yang berlebih untuk memicu reaksi
pembentukan produk (Ma dan Hanna,
1999), walaupun jenis alkohol lain juga
dapat digunakan. Faktor utama pemilihan
alkohol adalah tidak mudah mengikat air,
faktor lain adalah harga, jumlah alkohol
yang digunakan untuk reaksi, kemudahan
dalam memperoleh kembali (recovery) dan
mendaur ulang (recycle) alkohol. Pilihan
terbaik saat ini, jenis alkohol yang
digunakan adalah metanol (Knothe dkk,
2004).
Proses
esterifikasi
akan
menghasilkan fasa metanol-air, gum, dan
metil
ester,
sedangkan
proses
transesterifikasi akan menghasilkan fasa
metil ester dan gliserol. Kelebihan metanol
yang tidak bereaksi terdistribusi dalam
fasa-fasa tersebut (Bam et al, 1995). Hasil
penelitian Chongkong and Tongurai (2007)
menyatakan, untuk proses transesterifikasi
menggunakan katalis basa, jumlah alkohol
yang dianjurkan sekitar 1,6 kali jumlah
yang dibutuhkan secara teoritis. Jumlah
alkohol yang lebih dari 1,75 kali jumlah
teoritis tidak mempercepat reaksi bahkan
mempersulit pemisahan gliserol. Gambar 1
memperlihatkan reaksi transesterifikasi
trigliserida
dengan
metanol
untuk
menghasilkan biodiesel.
Penggunaan metanol dalam jumlah
besar pada proses sintesa biodiesel akan
menimbulkan masalah dikemudian hari
seperti meningkatnya biaya produksi untuk
pembelian metanol, menghasilkan limbah
buangan
yang
akan
menimbulkan
pencemaran lingkungan, mudah terjadinya
kebakaran, kesulitan dalam transportasi
dan penyimpanan serta akan menimbulkan
dampak negatif terhadap kesehatan
manusia karena metanol bersifat racun
(Dhar and Kirtania,. 2009). Untuk
mengatasi permasalahan tersebut, maka
metanol hasil sintesa dapat digunakan
kembali setelah dilakukan proses recovery.
Metanol akan mendidih pada suhu 64,70
o
C, namun mulai menguap sebelum
mencapai titik didihnya. Metanol lebih
dasar
mesin
diesel.
Keuntungankeuntungan dari biodiesel adalah biodiesel
memiliki efek pelumasan yang sangat
tinggi, sehingga membuat mesin diesel
lebih awet, biodiesel juga memiliki angka
setana relatif tinggi, mengurangi ketukan
pada mesin sehingga mesin bekerja lebih
mulus, biodiesel juga memiliki flash point
yang lebih tinggi dibandingkan dengan
solar, tidak menimbulkan bau yang
berbahaya sehingga lebih mudah dan aman
untuk ditangani (Agarwal and Das, 2001).
Keunggulan biodiesel lainya adalah dapat
diperbaharui, biodegradable (dapat terurai
oleh mikroorganisme), tidak mengandung
sulfur dan benzen yang mempunyai sifat
karsinogen, dapat dengan mudah dicampur
dengan solar dalam berbagai komposisi
dan tidak memerluakan modifikasi mesin
apapun, mengurangi asap hitam dari gas
buang mesin diesel secara signifikan
walaupun penambahan hanya 5 10%
volume biodiesel ke dalam solar (Destiana,
dkk., 2007).
Umumnya semua jenis minyak
nabati dapat digunakan sebagai bahan
bakar mesin diesel setelah terlebih dahulu
dilakukan
proses
esterifikasi
dan
transesterifikasi yaitu mengubah asam
lemak bebas dan trigliserida dalam minyak
tersebut menjadi metil ester (biodiesel) dan
gliserol (Hambali dkk, 2006). Proses
transesterifikasi adalah cara yang paling
banyak
dilakukan
karena
tidak
membutuhkan energi dan suhu yang
tinggi. Reaksi ini bersifat reversible dan
akan menghasilkan metil atau etil ester dan
gliserol. Gliserol yang dihasilkan dari
reaksi transesterifikasi pada proses
pembuatan biodiesel ini akan terpisahkan
dibagian bawah reaktor sehingga dapat
dengan mudah dipisahkan. Ester yang
terbentuk kemudian dicuci dengan air
untuk menghilangkan sisa katalis dan
metanol. Untuk menyempurnakan kedua
proses tersebut, digunakan alkohol dan
katalis. Metanol lebih banyak digunakan
sebagai sumber alkohol karena rantainya
lebih pendek, lebih polar dan harganya
lebih murah dari alkohol lainnya. Metanol
Hasil Penelitian Industri
86
1.2
Tujuan Penelitian
2.
METODOLOGI
2.3
2.1
Bahan
Bahan
yang
digunakan
pada
penelitian ini adalah: minyak kelapa sawit,
KOH, metanol daur ulang dan metanol
baru. Adapun bahan yang digunakan untuk
analisis kimia yaitu aquadest, indikator pp,
HCl 0,1 N, metanol 95%, KI 15%, KOH
0,1 N dan bahan-bahan analisis lainnya.
2.2
Penelitian
dilaksanakan
di
laboratorium proses Balai Riset dan
Standardisasi Industri Banda Aceh.
Penelitian diawali dengan identifikasi
senyawa produk metanol daur ulang untuk
mengetahui tingkat kemurnian metanol
yang akan digunakan kembali sebagai
pelarut
menggunakan
alat
Gas
Chromatography
(GC).
Selanjutnya
dilakukan proses transesterifikasi antara
minyak kelapa sawit dan metanol recovery,
sebagai bahan pembanding juga digunakan
metanol baru. Rasio molar minyak
terhadap metanol yang digunakan adalah
1:4, 1:6, 1:8, 1:10 dan 1:12 dengan
konsentrasi katalis KOH 1% b/b dari
minyak
yang
digunakan.
Variasi
temperatur proses yang digunakan adalah
45, 50, 55, 60 dan 65 oC serta variasi waktu
proses 40, 60, 80, 100 dan 120 menit.
Alat
Metode
87
3.
3.1
Identifikasi
Daur Ulang
Senyawa
Metanol
(A)
(B)
3.3
3.4
3.5
Waktu
reaksi
pada
proses
transesterifikasi sangat mempengaruhi
rendemen biodiesel yang dihasilkan.
Semakin
lama waktu reaksi semakin
banyak kadar metil ester yang dihasilkan
karena situasi ini akan memberikan
kesempatan terhadap molekul-molekul
reaktan untuk semakin lama bertumbukan.
Gambar 5 menunjukkan hubungan
pengaruh waktu proses terhadap rendemen
biodiesel yang dihasilkan menggunakan
metanol daur dan metanol baru.
Berdasarkan Gambar tersebut dapat
dilihat waktu optimum yang diperlukan
untuk mereaksikan larutan minyak dan
metanol adalah 40 menit dengan rendemen
sebesar 91,35% mengggunakan metanol
daur ulang dan 90,49% menggunakan
metanol baru. Dari Gambar 5 dapat
disimpulkan bahwa penggunaan metanol
Hasil Penelitian Industri
Tabel 1. Hasil Uji Karakteristik Biodiesel Yang Dihasilkan dan Standar SNI 04 -7182 : 2006
SNI
No.
Parameter
Satuan
Biodiesel I* Biodiesel II*
04-7182:2006
1. Massa jenis pada 40 oC
kg/m3
882
880
850 890
Viskositas Kinematik
2
2.
4,45
4,20
2,3 6,0
mm /s (Cst)
pada 40 oC
3. Angka Asam
mg-KOH/gr
0,4
0,4
Maks. 0,8
Titik Nyala
o
4.
C
178
178
Min. 100
(Mangkok Tertutup)
Ket: Biodiesel I. Menggunakan metanol daur ulang
Biodiesel II. Menggunakan metanol baru
3.6
Identifikasi
Senyawa
Produk
Biodiesel yang Dihasilkan
92
4.
1.
2.
3.
4.
Bam,
KESIMPULAN
Metanol yang digunakan pada
penelitian ini berasal dari campuran
metanol proses esterifikasi dan
transesterifikasi pada proses sintesa
biodiesel sebelumnya dan telah
dilakukan proses pemurnian kembali
(recovery)
menggunakan rotary
evaporator dengan tingkat kemurnian
mencapai 99,86%.
Proses
transesterifikasi
biodiesel
menggunakan metanol daur ulang
menunjukkan
hasil
tidak
ada
perbedaan
signifikan
dengan
penggunaan metanol baru dilihat dari
pengaruh perbandingan molar minyak
dan metanol, temperatur dan waktu
proses terhadap rendemen yang
dihasilkan.
Hasil uji karakteristik biodiesel dari
metanol daur ulang meliputi uji massa
jenis, viskositas kinematik, angka
asam dan titik nyala menunjukkan
hasil tidak ada perbedaan signifikan
dengan penggunaan metanol baru serta
masih memenuhi persyaratan SNI 047182-2006 tentang biodiesel.
Hasil identifikasi senyawa produk
biodiesel menggunakan metanol daur
ulang menunjukkan kadar alkil ester
yang merupakan total persentase dari 5
komponen terbesar adalah 98,07%,
hasil ini tidak berbeda signifikan
dengan
hasil
uji
biodiesel
menggunakan metanol baru yaitu
97,77%
dan
telah
memenuhi
persyaratan SNI yaitu kadar ester alkil
minimal 96,5%.
DAFTAR PUSTAKA
93
94
95
1.
PENDAHULUAN
2.
METODOLOGI
F1
100%
-
Formula
F2
F3
75%
75%
25%
25%
F4
70%
15%
15%
97
Bahan
Beras sagu
F2
100%
Beras sagu
F3
-
100%
50%
50%
50%
50%
30%
70%
30%
70%
Beras
-
98
99
4.
F4
Negatif (-)
28/12
Negatif (-)
7,9x102/1,6x102
Persyaratan
Maks
1x106
Maks
1x 104
Maks
1x 106
Maks
1x 104
KESIMPULAN
Formula
beras
sagu
dengan
kandungan nutrisi yang mendekati beras
adalah beras sagu dengan formula 75%
sagu, 25% kacang kedelai dan formula
70% sagu, 15% kedelai dan 15% kacang
hijau.
Hasil uji organoleptik secara hedonik
menunjukkan panelis menyukai tekstur
dari nasi beras sagu secara umum dan
menyukai rasa serta warna nasi beras sagu
dengan pemasakan kombinasi 70% beras
dan 30% beras sagu.
Hasil analisa umur simpan dengan
parameter mikrobiologi menunjukkan
bahwa beras sagu masih memenuhi
persyaratan dengan waktu penyimpanan
selama empat bulan.
DAFTAR PUSTAKA
Radley J. A. 1976. Starch production
technology. Applied Science
Publisher. London.
100
101
percentage of pumpkin pasta substitution affected ash content and levels of beta-carotene
highly significant (P 0.01) and was not affected significant (P> 0.05) on moisture
content, specific volume and the expansion of ratio plain bread. The factors of emulsifiers
concentration significantly affected (P 0.05) the ratio of the bread dough expansion and
was not significant (P>0.05) on moisture content, ash content, beta-carotene levels and
specific volume of bread after baking. There is no interaction of the factors (P>0.05) for
all parameters tested. The more of substitution of pumpkin pasta, the higher of betacarotene. The highest levels of beta-carotene found in 40 % of pumpkin pasta substitution.
Dough development ratios obtained at higher concentrations of 1% emulsifiers.
Keywords : beta-carotene, bread, pumpkin pasta.
1.
PENDAHULUAN
102
2.3
METODOLOGI
Pembuatan
Roti
Tawar
(Modifikasi dari Sutomo, 2007)
3.
3.1
Kadar Air
Rancangan Percobaan
3.2
Kadar Abu
Gambar 1.
Hasil
uji
lanjut
BNT0,01
menunjukkan bahwa perlakuan persentase
substitusi tepung terigu dengan pasta labu
kuning tertinggi terdapat pada substitusi 40
% yang berbeda nyata dengan perlakuan
lainnya. Gambar 2 memperlihatkan adanya
peningkatan kadar betakaroten pada setiap
penambahan pasta labu kuning. Hal ini
disebabkan
karena
labu
kuning
mengandung
sejumlah
betakaroten
sedangkan terigu tidak mengandung
betakaroten (Hendrasty, 2003; Astawan,
2006; Fang, 2008), dengan demikian jelas
bahwa semakin meningkat substitusi terigu
dengan pasta beku labu kuning maka akan
meningkatkan kadar betakaroten.
3.3
3.4
Kadar Betakaroten
Hasil
perhitungan
rasio
pengembangan adonan roti tawar yang
disubstitusi sebagian menggunakan pasta
labu kuning mempunyai nilai berkisar
antara 54,87 63,35% dengan rata-rata
59,17%.
Hasil analisis ragam menunjukkan
bahwa perlakuan persentase substitusi
tepung terigu dengan pasta labu kuning dan
interaksi antar perlakuan memberikan
pengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap
rasio pengembangan adonan, sedangkan
perlakuan konsentrasi bahan pengemulsi
memberikan pengaruh nyata (P0,05)
104
2.
Gambar 3. Pengaruh perlakuan konsentrasi
bahan pengemulsi terhadap rasio
pengembangan adonan roti tawar
(nilai yang dikuti dengan huruf
yang
sama
menunjukkan
perbedaan yang tidak nyata
(P>0,05) BNT 0,05 = 2,50, KK =
6,82%.
3.
4.
5.
Tawar
5.
KESIMPULAN
Faktor persentase substitusi tepung
terigu dengan pasta labu kuning
berpengaruh sangat nyata terhadap
kadar abu dan kadar betakaroten, dan
berpengaruh tidak nyata terhadap
kadar air, volume spesifik dan rasio
pengembangan adonan roti tawar.
Faktor
konsentrasi
pengemulsi
berpengaruh nyata terhadap rasio
pengembangan adonan roti tawar dan
berpengaruh tidak nyata terhadap
kadar air, kadar abu, kadar betakaroten
dan volume spesifik roti tawar setelah
pemanggangan.
Faktor interaksi antara persentase
substitusi tepung terigu dengan pasta
labu kuning dan konsentrasi bahan
pengemulsi memberikan pengaruh
tidak nyata terhadap semua parameter
yang diuji.
Semakin tinggi persentase substitusi
pasta labu kuning yang digunakan,
maka kadar betakaroten pada roti
tawar semakin meningkat. Kadar
betakaroten tertinggi terdapat pada
persentase substitusi 40 %.
Penggunaan bahan pengemulsi dengan
konsentrasi 1 % menghasilkan rasio
pengembangan adonan roti yang lebih
tinggi.
SARAN
Perlu
dilakukan
penelitian
eksperimental lainnya untuk mengkaji
lebih lanjut faktor utama dan interaksinya
terhadap kualitas roti tawar yang dihasilkan
serta mengkonfirmasi karakteristik roti
tawar terbaik.
105
Sibuea,
106
2.
3.
4.
5.
Satriana, S.TP, MT
6.
7.
Untuk itu, Redaksi Jurnal HPI mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan kami
berharap bahwa kerjasama dan partisipasinya dapat terus berlanjut di masa yang akan
datang.
107
INDEKS PENGARANG
Abriana, A., 76
Aprilia, L., 48
Djafar, F., 18
Gafar, P. A., 1
Junior, Z. A. A., 48
Oktarina, E., 11
Loebis, E. H., 35
Lullung, A., 76
Rasdiansyah, 101
Redha, F.,18
Rozali, Z. F., 101
Hasnidar, 28
Heryani, S., 1
Husniati, 11
Mahlinda, 85
Maurina, L., 85
Meutia, Y. R., 35
Mulana, F., 59
Muzaifa, M., 101
Indarti, E., 28
Nuryadi, R., 48
Setianingsih, N. I., 95
Supardan, M.D., 28
Syarifuddin, 67
Yumas, M., 76
INDEKS SUBYEK
alginate, 35, 36
ALT, 11
alternatif, 95
alternatives, 95
aren sap, 1
bakteri asam laktat, 35
beras, 95
betakaroten, 101
beta-carotene, 102
biodiesel, 85
bread, 102
cangkang udang kelompok
Crustaceae, 11
Cassava, 36
chitosan, 12
Cinnamon, 19
coco fiber, 59
cocoa fat, 28
composite, 59
coupling agent, 59
Crustaceans shrimp shell, 12
deodorisasi, 1
deodorization, 1
destilasi fraksinasi, 67
DSSC, 48
dye sensitized solar cell, 48
eosin Y, 48
ekstraksi, 28
ektraksi sokhlet, 18
electrophoresis, 48
elektroforesis, 48
extraction, 28
fermentasi, 76
fermentation, 76
food, 96
fractional distillation, 67
fresh methanol, 85
gula, 76
gelatin, 35, 36, 76
imobilisasi, 35
immobilized, 36
jerami, 59
jus nenas, 11
kayumanis, 18
ketebalan lapisan TiO2, 48
kitosan, 11
komposit, 59
lactic acid bacteria, 36
lemak kakao, 28
limbah plastik, 59
metanol baru, 85
metanol daur ulang, 85
minuman nira, 1
minyak nilam, 67
mocaf starter, 36
nira aren, 1
oleoresin, 18, 19
organoleptic test, 19
paddy straw, 59
pangan, 95
partikel TiO2, 48
pasta labu kuning, 101
patchouli alcohol, 67
patchouli alkohol, 67
patchouli oil, 67
pineapple juice, 12
plastics waste, 59
pumpkin pasta, 102
recovery methanol, 85
rice, 95
roti tawar, 101
sabut kelapa, 59
sago, 95
sagu, 95
sap drink, 1
sel surya tersensitasi zat
warna, 48
shelf-life, 11, 12
solid fat content, 28
soxhlet extraction, 19
soyghurt, 76
soy milk, 76
starter mocaf, 35
sugar, 76
susu kedelai, 76
thickness of TiO2 layer, 48
TiO2 particles, 48
TPC, 12
transesterification, 85
transesterifikasi, 85
trehalose, 35, 36
ubi kayu, 35
uji organoleptik,18
ultrafiltrasi, 1
ultrafiltration, 1
ultrasonik, 28
ultrasonic, 28
Jl. Cut Nyak Dhien No. 377 Lamteumen Timur, Banda Aceh - 23236
Telp. (0651) 49714, Fax. (0651) 49556, E-mail: hpi_brsbna@yahoo.com