Anda di halaman 1dari 90

LAPORAN PENELITIAN

KONVERSI LIMBAH STYROFOAM DAN LOW DENSITY


POLYETHYLENE (LDPE) MENJADI BAHAN BAKAR
MINYAK DENGAN KATALIS ABU VULKANIK

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan Strata-1


Program Studi Teknik Kimia

Disusun oleh :
Hilda Rahmawati 2311 18 1 010
Ratna Nurhidayah 2311 18 1 021

Dosen Pembimbing :
Dr. Suhartono, S.T.,M.Si
NID. 412 124 265

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA

Nama : Hilda Rahmawati


Ratna Nurhidayah
NIM : 2311181010
2311181021
Judul : Konversi Limbah Styrofoam dan Low Density Polyethylene (LDPE)
Menjadi Bahan Bakar Minyak dengan Katalis Abu Vulkanik

Cimahi, 08 Februari 2022


Pembimbing Penelitian

Dr. Suhartono, S.T.,M.Si


NID. 412 124 265
LEMBAR PENGESAHAN

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA

Nama : Hilda Rahmawati


Ratna Nurhidayah
NIM : 2311181010
2311181021
Judul : Konversi Limbah Styrofoam dan Low Density Polyethylene (LDPE)
Menjadi Bahan Bakar Minyak dengan Katalis Abu Vulkanik

Cimahi, 08 Februari 2022

Ketua Program Studi Koordinator Penelitian

Lulu Nurdini, S.T.,M.T Dr. Putu Teta P.Aryanti, S.T.,M.T


NID. 412 178 682 NID. 412 190 174
ABSTRAK
Styrofoam dan low density polyethylene (LDPE) merupakan jenis plastik yang
banyak digunakan oleh masyarakat untuk insulasi dan pengemasan bahan
makanan atau minuman, plastik pembungkus dan pembungkus obat. Namun,
sampah styrofoam dan plastik LDPE ini berdampak buruk terhadap lingkungan
karena jumlah produksinya yang besar, serta degradasi yang lambat (hingga lebih
dari 30 tahun) di lingkungan. Berdasarkan Badan Pusat Statistik, pada tahun 2018
sampah plastik di Indonesia mencapai 64 juta ton/ tahun. Cara yang paling mudah
untuk manangani sampah plastik adalah dengan cara pembakaran. Namun cara ini
menimbulkan permasalahan baru, yaitu terbentuknya gas CO2 (karbon dioksida),
CO (karbon dioksida), NOx (nitrogen oksida) dan SOx (sulfur oksida) yang
berbahaya bagi kesehatan manusia. Alternatif lain untuk mengatasi permasalahan
tersebut adalah dengan memanfaatkan limbah styrofoam dan LDPE menjadi
bahan bakar minyak melalui proses pirolisis. Proses ini dilakukan dengan
temperatur pemanasan 200°C – 400°C dengan rentang waktu 2 – 3 jam. Produk
yang dihasilkan berupa produk gas, cairan, dan beberapa produk berupa char
(padatan). Dalam proses pirolisis ini diperlukan bantuan berupa katalis dalam
yield produknya. Katalis yang digunakan berupa abu vulkanik karena
mengandung SiO2 dan Al2O3 yang cukup tinggi. Untuk membuat minyak hasil
pirolisis semakin banyak, maka katalis yang digunakan harus memiliki luas
permukaan yang luas. Hal tersebut dilakukan dengan aktivasi katalis secara fisika
dan secara kimia. Variabel penelitian meliputi katalis abu vulkanik yang
diaktivasi secara fisika dan kimia, Styrofoam, dan LDPE. Karakteristik katalis
diamati berdasarkan Analisa BET dan SEM. Karakteristik minyak pirolisis
diamati dengan uji flash point, smoke point, ignition point, densitas, viskositas,
nilai kalor, dan GC-MS. Hasil analisa BET menunjukkan luas permukaan sebesar
3,8475 m2/g untuk abu vulkanik teraktivasi dan 1,1188 m2/g untuk abu vulkanik
tidak teraktivasi. Hasil analisa SEM-EDS menunjukkan kandungan SiO2 dan
Al2O3 yang tinggi pada abu vulkanik yaitu sebesar 81,89% dan 5,57% dengan laju
adsorpsi abu vulkanik teraktivasi lebih baik dibandingkan abu vulkanik tidak
teraktivasi menurut SEM dengan perbesaran 5000X. Hasil penelitian bahan bakar
cair memiliki nilai flash point, smoke point, ignition point, densitas, viskositas,
nilai kalor dan hasil analisa GC-MS diperoleh komposisi paling dominan pada
bahan bakar cair styrofoam adalah C8H8 sebesar 70,323% dan pada bahan bakar
cair LDPE adalah C10H20 sebesar 25,831% didapatkan kemiripan dengan minyak
tanah berdasarkan standar mutu yang berlaku.

Kata Kunci: Styrofoam, LDPE, Abu Vulkanik, Pirolisis.

i
ABSTRACT
Styrofoam and low density polyethylene (LDPE) are types of plastic that are
widely used by the public for insulation and packaging of food or beverage
ingredients, plastic wrapping and medicine wrapping. However, this Styrofoam
and LDPE plastic waste has a negative impact on the environment due to the large
amount of production, as well as slow degradation (up to more than 30 years) in
the environment. Based on the Central Statistics Agency, in 2018 plastic waste in
Indonesia reached 64 million tons / year. The easiest way to handle plastic waste
is by burning it. However, this method creates new problems, namely the
formation of CO2 (carbon dioxide), CO (carbon dioxide), NOx (nitrogen oxide)
and SOx (sulfur oxide) gases which are harmful to human health. Another
alternative to overcome this problem is to utilize Styrofoam and LDPE waste into
fuel oil through the pyrolysis process. This process is carried out with a heating
temperature of 200°C – 400°C with a time span of 2 – 3 hours. The resulting
products are in the form of gas products, liquids, and some products in the form of
char (solids). In this pyrolysis process, assistance in the form of a catalyst is
needed in the yield of the product. The catalyst used is volcanic ash because it
contains quite high SiO2 and Al2O3. To make more and more pyrolysis oil, the
catalyst used must have a large surface area. This is done by activating the catalyst
physically and chemically. The research variables included physically and
chemically activated volcanic ash catalysts, Styrofoam, and LDPE. The
characteristics of the catalyst were observed based on BET and SEM analysis.
The characteristics of pyrolysis oil were observed by flash point, smoke point,
ignition point, density, viscosity, calorific value, and GC-MS tests. BET analysis
results show a surface area of 3.8475 m2/g for activated volcanic ash and 1.1188
m2/g for inactivated volcanic ash. The results of SEM-EDS analysis showed high
SiO2 and Al2O3 content in volcanic ash, namely 81.89% and 5.57% with a better
adsorption rate of activated volcanic ash than unactivated volcanic ash according
to SEM with a magnification of 5000X. The results of the research that liquid
fuels have flash point, smoke point, ignition point, density, viscosity, calorific
value and the results of GC-MS analysis showed that the most dominant
composition in Styrofoam liquid fuel was C8H8 of 70.323% and C10H20 for LDPE
liquid fuel. equal to 25.831% obtained similarity with kerosene based on the
applicable quality standards.

Key Lock: Styrofoam, LDPE, Volcanic Ash, Pirolisis.

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi
rahmat dan karunia-Nya, tidak lupa shalawat dan salam kami curah limpahkan
kepada baginda agung Nabi Muhammad SAW beserta kepada keluarga, sahabat,
dan kita semua.
Atas segala karunia dan pertolongan-Nya, serta diiringi doa dan usaha
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Konversi
Limbah Styrofoam dan Low Density Polyethylene (LDPE) Menjadi Bahan
Bakar Minyak dengan Katalis Abu Vulkanik”. Penulisan laporan penelitian ini
dimaksudkan untuk memenuhi tugas akhir jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Jenderal Achmad Yani.
Laporan penelitian ini tidak akan berarti apa-apa tanpa bantuan dan dukungan
dari semua pihak. Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. Suhartono, S.T.,M.Si selaku Dosen Pembimbing yang selalu memberikan
arahan dan masukan yang sangat berguna sehingga terselesaikannya laporan
penelitian ini,
2. Lulu Nurdini, S.T.,M.T selaku Ketua Prodi Teknik Kimia,
3. Orang tua kami yang dengan ikhlas dan sabar mendidik, merawat, serta
membantu kami melalui materi ataupun spiritual,
4. Teman-teman kami yang selalu memberikan banyak dukungan dan tempat
untuk kami mengerjakan laporan penelitian ini,
5. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu-persatu, kami ucapkan terima
kasih telah memberikan dukungan dalam penyelesaian laporan penelitian ini.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan dan ketulusan semua pihak yang
telah membantu menyelesaikan laporan penelitian ini dengan kelimpahan rahmat
dan karunia-Nya. Semoga laporan penelitian ini dapat memberikan banyak
manfaat dan kebaikan bagi banyak pihak. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.

Penulis

iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. i
ABSTRACT ............................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL .............................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................2
1.3 Batasan Masalah ...........................................................................................2
1.4 Tujuan Penelitian ..........................................................................................3
1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................4
2.1 Polistirena ......................................................................................................4
2.2 Low Density Polyethylene (LDPE) ..............................................................4
2.3 Permasalahan Limbah Styrofoam dan Limbah Low Density Polyethylene
(LDPE) Serta Pemanfaatannya ......................................................................5
2.4 Proses Pirolisis .............................................................................................5
2.5 Katalis (Abu Vulkanik) .................................................................................8
2.6 Karakteristik Material..................................................................................10
2.6.1 Brunauer-Emmet-Teller (BET) .............................................................10
2.6.2 Scanning Electron Microscope (SEM) ..................................................13
2.7 Karakteristik Bahan Bakar Cair Pirolisis ....................................................13
2.7.1 Gas Chromatography-Mass Spectrometry (GC-MS) ............................13
2.7.2 Densitas..................................................................................................14
2.7.3 Viskositas...............................................................................................15
2.7.4 Nilai Kalor .............................................................................................15
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..........................................................17
3.1 Metode dan Tahapan Penelitian ..................................................................17
3.2 Alat dan Bahan ............................................................................................19
3.2.1 Alat ........................................................................................................19
3.2.2 Bahan .....................................................................................................19

iv
3.3 Prosedur Penelitian .....................................................................................19
3.3.1 Aktivasi Abu Vulkanik Secara Fisika....................................................19
3.3.2 Aktivasi Abu Vulkanik Secara Kimia ..................................................20
3.3.3 Proses Pirolisis .......................................................................................20
3.4 Uji Karakteristik Katalis .............................................................................21
3.4.1 Analisa BET...........................................................................................21
3.4.2 Analisa SEM ..........................................................................................22
3.5 Uji Karakteristik Bahan Bakar Cair Hasil Pirolisis ....................................23
3.5.1 Uji Flash Point ......................................................................................23
3.5.2 Uji Smoke Point .....................................................................................23
3.5.3 Uji Ignition Point ...................................................................................23
3.5.4 Uji Densitas Sampel ..............................................................................23
3.5.5 Uji Viskositas Sampel............................................................................23
3.5.6 Uji Nilai Kalor .......................................................................................24
3.5.6 Analisa GC-MS .....................................................................................25
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................26
4.1 Hasil Uji Karakteristik Abu Vulkanik .........................................................26
4.1.1 Hasil Uji BET (Brunauer-Emmet-Teller) ..............................................26
4.1.1.1 Luas Permukaan Spesifik ...............................................................26
4.1.1.2 Volume Pori ...................................................................................27
4.1.1.3 Diameter Pori .................................................................................29
4.1.1.4 Adsorpsi – Desorpsi Isoterm Nitrogen ...........................................30
4.1.2 Hasil Uji SEM – EDS (Scanning Electron Microscopy – Energy
Dispersion Specroscopy) .......................................................................32
4.1.2.1 Struktur Mikro ................................................................................32
4.1.2.2 Analisa EDS (Energy Dispersive X-Ray Spectoscopy) ..................33
4.2 Pengaruh Aktivasi Katalis terhadap Yield Bahan Bakar Cair Pirolisis.......34
4.3 Perbandingan Pengaruh Katalis Abu Vulkanik dan Temperatur terhadap
Yield Bahan Bakar Cair Pirolisis .................................................................37
4.4 Uji Karakteristik Bahan Bakar Cair Pirolisis .............................................40
4.4.1 Uji Densitas ...........................................................................................40
4.4.2 Uji Viskositas ........................................................................................41

v
4.4.3 Uji Nilai Kalor .......................................................................................42
4.4.4 Uji Flash Point, Smoke Point dan Ignition Point ...................................43
4.4.5 Hasil Analisa GC-MS ............................................................................44
BAB V KESIMPULAN .......................................................................................48
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN A DATA PERCOBAAN PIROLISIS
LAMPIRAN B DATA HASIL UJI ANALISA
LAMPIRAN C CONTOH PERHITUNGAN
LAMPIRAN D DOKUMENTASI

vi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kandungan abu vulkanik gunung dengan analisis SEM – EDS ..............9
Tabel 2.2 Karakteristik Densitas berbagai fluida ...................................................14
Tabel 2.3 Karakteristik Viskositas berbagai fluida ................................................15
Tabel 2.4 Karakteristik Nilai Kalor berbagai fluida...............................................16
Tabel 4.1 Kandungan abu vulkanik teraktivasi dengan analisis SEM – EDS .......34
Tabel 4.2 Yield produk pirolisis plastik Polystyrene berupa Styrofoam ................34
Tabel 4.3 Yield produk pirolisis plastik Low Density Polyethylene .....................35
Tabel 4.4 Densitas Bahan Bakar Minyak Pirolisis ................................................41
Tabel 4.5 Viskositas Dinamis dan Kinematis Bahan Bakar Minyak Pirolisis .......42
Tabel 4.6 Nilai Kalor Bahan Bakar Minyak Pirolisis ............................................43
Tabel 4.7 Perbandingan Karakteristik Bahan Bakar Minyak Pirolisis ..................44
Tabel 4.8 Mass Sprektrum dari bahan bakar cair sampel styrofoam......................45
Tabel 4.9 Mass Sprektrum dari bahan bakar cair sampel LDPE............................46
Tabel 4.10 Jumlah atom karbon untuk berbagai bahan bakar cair .........................47

vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pembentukan polistirena .....................................................................4
Gambar 2.2 Klasifikasi Isoterm Adsorpsi menurut International Union of Pure
and Applieed Chemistry (IUPAC) ...................................................12
Gambar 2.3 Skema Alat GC-MS ..........................................................................14
Gambar 3.1 Tahapan Penelitian .............................................................................17
Gambar 3.2 Skema konversi limbah plastik menjadi minyak melalui proses
pirolisis..............................................................................................19
Gambar 3.3. Diagram Alir Aktivasi Abu Vulkanik Secara Fisika .........................20
Gambar 3.4 Diagram Alir Aktivasi Abu Vulkanik Secara Kimia .........................20
Gambar 3.5 Diagram Alir Proses Pirolisis .............................................................21
Gambar 3.6 Alat uji BET .......................................................................................22
Gambar 3.7 Alat uji SEM ......................................................................................22
Gambar 4.1 Perbandingan Luas Permukaan Spesifik pada Abu Vulkanik
Teraktivasi dengan Abu Vulkanik Tidak Teraktivasi berdasarkan
hasil uji Metode BET dan perhitungan .............................................27
Gambar 4.2 Perbandingan volume pori pada Abu Vulkanik Teraktivasi dengan
Abu Vulkanik Tidak Teraktivasi ......................................................28
Gambar 4.3 Perbandingan Diameter pori pada Abu Vulkanik Teraktivasi dengan
Abu Vulkanik Tidak Teraktivasi ......................................................29
Gambar 4.4 Grafik Adsorpsi – Desorpsi Abu Vulkanik teraktivasi ......................30
Gambar 4.5 Grafik Adsorpsi – Desorpsi Abu Vulkanik tidak teraktivasi .............31
Gambar 4.6 Scanning Electron Microscopy Abu Vulkanik Tidak Teraktivasi .....32
Gambar 4.7 Scanning Electron Microscopy Abu Vulkanik Teraktivasi................32
Gambar 4.8 Spektrum EDS Difraktogram Katalis Abu Vulkanik .........................33
Gambar 4.9 Perbandingan rata-rata yield minyak hasil pirolisis antara Polystyrene
dan Low Density Polyethylene ..........................................................36
Gambar 4.10 Grafik Temperatur dan Volume Minyak terhadap Waktu pada
pirolisis Polystyrene Tanpa Katalis dan Katalis Tidak Teraktivasi
berbagai variasi .................................................................................37
Gambar 4.11 Grafik Temperatur dan Volume Minyak terhadap Waktu pada
pirolisis Polystyrene Tanpa Katalis dan Katalis Teraktivasi berbagai
variasi ................................................................................................38
Gambar 4.12 Grafik Temperatur dan Volume Minyak terhadap Waktu pada
pirolisis LDPE Tanpa Katalis dan Katalis Tidak Teraktivasi berbagai
variasi ................................................................................................38
Gambar 4.13 Grafik Temperatur dan Volume Minyak terhadap Waktu pada
pirolisis LDPE Tanpa Katalis dan Katalis Teraktivasi berbagai
variasi ................................................................................................39
Gambar 4.14 Chromatogram dari bahan bakar cair sampel Polystyrene ...............45

viii
Gambar 4.15 Chromatogram dari bahan bakar cair sampel Low Density
Polyethylene ......................................................................................45

ix
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Styrofoam merupakan salah satu jenis plastik berbasis polistirena yang banyak
digunakan untuk insulasi dan pengemasan bahan makanan atau minuman. Namun
saat ini, styrofoam banyak mendapat perhatian di dunia karena jumlah
produksinya yang besar namun berdampak buruk terhadap lingkungan (Park dan
Lee, 2020). Pada tahun 2019, total produksi styrofoam mencapai 6,2% dari total
konsumsi plastik di dunia (Plastics Europe, 2020). Akibat degradasi polistirena
yang lambat (hingga lebih dari 30 tahun) maka akumulasi limbah polistirena di
lingkungan menjadi permasalahan serius bagi lingkungan (Meekum dan Kenharaj,
2002). Selain itu, permasalahan lain yang sedang menjadi sorotan adalah
mengenai limbah plastik. Peningkatan limbah plastik ini merupakan akibat dari
berkembangnya teknologi, industri dan juga jumlah populasi penduduk. Menurut
Jambeck dkk. (2015), Indonesia dinyatakan sebagai negara penyumbang limbah
plastik terbesar kedua di dunia setelah Tiongkok. Berdasarkan Badan Pusat
Statistik, pada tahun 2018 sampah plastik di Indonesia mencapai 64 juta
ton/tahun. Salah satu jenis plastik yang banyak digunakan adalah low density
polyethylene (LDPE). LDPE digunakan sebagai plastik pembungkus, produk tas,
minuman gelas, dan pembungkus obat. Cara yang paling mudah untuk manangani
sampah plastik adalah dengan cara pembakaran. Namun cara ini menimbulkan
permasalahan baru, yaitu terbentuknya gas CO2 (karbon dioksida), CO (karbon
dioksida), NOx (nitrogen oksida) dan SOx (sulfur oksida) yang berbahaya bagi
kesehatan manusia. Karena itu, perhatian peneliti untuk memanfaatkan kembali
sampah plastik menjadi semakin besar untuk menurunkan dampak styrofoam dan
LDPE terhadap lingkungan.
Beberapa studi telah dilakukan untuk mengolah kembali styrofoam dan LDPE
menjadi produk lain, seperti fuel cell (Abdullah dkk., 2018), adsorben (Shama
dkk., 2018), depolimerisasi menjadi monomer stirena (Miandad dkk., 2016),
bahan tambahan pembuatan paving block (Puro, 2019), atau bahan campuran
aspal (Wantoro dkk., 2013). Dalam penelitian ini, limbah styrofoam dan LDPE

Pirolisis Limbah Plastik menjadi Bahan Bakar Minyak 1


akan dimanfaatkan menjadi bahan bakar minyak melalui proses pirolisis. Proses
ini dilakukan dengan temperatur pemanasan 200°C-400°C. Produk pirolisis
umumnya terdiri dari tiga jenis, yaitu gas (H2, CO, CO2, H2O, dan CH4), tar
(pyrolytic oil), dan arang (Wicaksono dan Arijanto, 2017). Namun, dalam proses
tersebut diperlukan bantuan berupa katalis dalam yield produknya. Katalis ini
berperan penting dalam proses pirolisis karena dapat mempercepat reaksi
dekomposisi dan memperpendek rantai hidrokarbon (Kumara, 2015), dapat
meminimalisir produksi wax dan minyak berat (Syamsiro, 2015), serta dapat
meningkatkan rendeman hasil pirolisis plastik (Pratiwi dan Wiwiek, 2015).
Katalis yang dapat digunakan dapat berupa fly ash (Jonathan, 2003), silika
(Sulastri, 2010), dan abu vulkanik (Kusumastuti, 2012). Abu vulkanik dapat
menjadi katalis dalam pirolisis karena mengandung SiO2 dan Al2O3 yang cukup
tinggi. SiO2 dan Al2O3 merupakan bahan utama pembuatan katalis pirolisis
(Kusumastuti, 2012). Oleh karena itu, pada penelitian ini digunakan katalis abu
vulkanik dalam proses pirolisis yang diaktivasi secara fisika dan kimia dan
dianalisa menggunakan Brunauer-Emmet-Teller (BET) dan Scanning Electron
Microscope (SEM). Firman (2017) menjelaskan bahwa semakin luas permukaan
katalis yang digunakan maka akan semakin banyak kontak yang terjadi dengan
katalis ketika proses pirolisis sedang berlangsung. Hal tersebut akan membuat
minyak hasil pirolisis semakin banyak.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, masalah yang ingin
diselesaikan adalah bagaimana pengaruh aktivasi katalis abu vulkanik secara
fisika dan kimia terhadap hasil produk pirolisis dari styrofoam dan LDPE?

1.3. Batasan Masalah


Pada penelitian yang akan dilaksanakan, masalah dibatasi sebagai berikut :
1. Jenis plastik polystyrene (PS) berupa styrofoam dan low density polyethylene
(LDPE)
2. Katalis yang digunakan teraktivasi secara kimia dan fisika

Pirolisis Limbah Plastik menjadi Bahan Bakar Minyak 2


1.4. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui luas permukaan, volume pori, diameter pori dan struktur katalis
dengan menggunakan Metode BET dan SEM-EDS
2. Mengetahui karakteristik produk cair yang dihasilkan

1.5. Manfaat Penelitian


Manfaat penelitian ini adalah :
1. Mengurangi sampah styrofoam dan LDPE di lingkungan
2. Mengurangi krisis bahan bakar minyak
3. Dapat dijadikan alternatif untuk mengolah sampah styrofoam dan LDPE

Pirolisis Limbah Plastik menjadi Bahan Bakar Minyak 3


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Polistirena
Polistirena (IUPAC Poly (1- PhenilEthane- 1,2 – diyl)), disingkat berikut ISO
Standar Polistirena, adalah sebuah aromatik polimer yang dibuat dari aromatik
monomer stirena cairan hidrokarbon yang secara komersial diproduksi dari
minyak bumi oleh industri kimia. Susunan kimiawi dari polistirena adalah
hidrokarbon rantai panjang dengan setiap karbon lain yang terhubung ke
kelompok fenil (Gambar 2.1). Rumus kimia polistirena adalah (C8H8)n, yang
teridiri dari unsur-unsur kimia karbon dan hidrogen. Polimer ini merupakan
penggabungan monomer stirena dengan inisiator vinilbenzena membentuk rantai
polistirena (Roberts, D.E. dkk., 1947). Polistirena umumnya fleksibel dan
biasanya dalam bentuk padatan atau cairan kental. Karena molekul hidrokarbon
rantai panjang yang terdiri dari ribuan atom, gaya menarik total antara molekul-
molekul besar. Namun, ketika polimer dipanaskan rantai dapat mengambil tingkat
yang lebih tinggi dari konformasi.

Gambar 2.1 Pembentukan polistirena (Roberts, D.E. dkk., 1947)

2.2. Low Density Polyethylene


Low Density Polyethylene (LDPE) merupakan salah satu jenis plastik sintetik
yang bersifat non-biodegradable atau tidak dapat terdegradasi oleh
mikroorganisme, sehingga menyebabkan masalah lingkungan (Susilawati dkk.,
2011). Plastik jenis LDPE ini banyak digunakan sebagai kantong plastik tipis
transparan, kantong belanja, plastik pembungkus, atau botol minuman yang dapat
diperas. Plastik jenis ini bisa dikatakan sebagai plastik induk karena masih bisa di
daur ulang menjadi plastik jenis lain. LDPE memiliki nilai densitas lebih kecil
dari air murni sekitar 0.920 g/cm3 (Achilias dkk., 2012), tidak reaktif pada

Pirolisis Limbah Plastik menjadi Bahan Bakar Minyak 4


temperatur kamar, kecuali oleh oksidator kuat dan beberapa jenis pelarut yang
dapat menyebabkan kerusakan (Wantoro dkk., 2013). Plastik ini dibuat
menggunakan minyak bumi (Thermoplastic), memiliki resistensi yang cukup baik
terhadap reaksi kimia sehingga aman untuk membungkus makanan atau minuman,
serta melunak pada suhu 70°C (Astuti dkk., 2020).

2.3. Permasalahan Limbah Styrofoam dan Limbah Low Density Polyethylene


(LDPE) Serta Pemanfaatannya
Styrofoam dan LDPE merupakan bahan utama dari berbagai produk yang
sering kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Kemasan makanan dari
polistirena banyak digunakan oleh pedagang makanan di pinggir jalan karena
dapat menahan panas dan dinginnya makanan, menjaga higienitas, dan lebih
murah dibandingkan dengan pembungkus makanan yang lainnya. Namun,
kemasan berbahan dasar kertas ini memberi dampak buruk terhadap lingkungan.
Bukan hanya soal banyaknya pohon yang ditebang, melainkan juga kertas
pembungkus makanan tersebut pada hakikatnya berlapis plastik yang
membuatnya susah untuk di daur ulang (Arcana, dkk., 2013). Untuk plastik jenis
LDPE biasanya digunakan pada plastik pembungkus, produk tas, minuman gelas,
dan pembungkus obat (Puro, 2019). Penggunaan plastik jenis LDPE ini hanya
digunakan sekali pakai saja, sehingga semakin hari, jumlah sampah LDPE ini
semakin meningkat. Karena degradasi LDPE ini sulit, sehingga berdampak buruk
terhadap lingkungan.

2.4. Proses Pirolisis


Proses pirolisis merupakan proses perekahan atau pemecahan rantai polimer
menjadi senyawa yang lebih sederhana melalui proses thermal (pemanasan/
pembakaran) dengan tanpa maupun sedikit oksigen (Wahyudi dkk., 2018). Proses
ini hanya bisa terjadi ketika dalam system diberikan energi panas yang bersumber
dari tenaga listik maupun dari tungku pembakaran. Plastik yang mengalami proses
pirolisis akan terdekomposisi menjadi material-material pada fase cair dalam
bentuk minyak bakar, fase gas berupa campuran gas yang dapat terkondensasi

Pirolisis Limbah Plastik menjadi Bahan Bakar Minyak 5


maupun tidak dapat terkondensasi dan fase padat berupa residu maupun tar
(Hamidi dkk., 2013).
Proses Cracking atau disebut juga dengan proses perengkahan sendiri terdapat
beberapa macam jenis antara lain : (Nindita, 2015)
a. Hydro Cracking
Hydro cracking adalah proses cracking dengan mereaksikan plastik dan
hidrogen di dalam wadah tertutup yang dilengkapi dengan pengaduk pada
temperatur antara 150oC – 400oC dan tekanan hidrogen 3-10 Mpa. Proses
hydro cracking dalam pelaksanaannya dibantu dengan katalis.
b. Thermal Cracking
Thermal cracking termasuk ke dalam proses pirolisis, yaitu dengan cara
memanaskan bahan polimer tanpa oksigen. Proses ini biasanya dilakukan
pada temperatur antara 350 oC – 900oC. Dari proses ini akan dihasilkan arang,
minyak dari kondensasi gas seperti parafin, isoparafin, olefin, napthene dan
aromatik, serta gas yang memang tidak bisa terkondensasi.
c. Catalytic Cracking
Catalytic cracking merupakan proses pirolisis dengan cara menggunakan
katalis untuk melakukan reaksi perekahan. Dengan adanya katalis, dapat
mengurangi temperatur dan waktu reaksi. Ada dua jenis katalis zeolit yaitu
zeolit alam dan zeolit sintetik.

Pirolisis juga dibagi menjadi dua tingkatan proses, yaitu pirolisa primer dan
pirolisa sekunder. Pirolisa primer adalah pirolisis yang terjadi pada bahan baku
(umpan), sedangkan pirolisa sekunder adalah pirolisis yang terjadi atas partikel
dan gas/uap hasil pirolisa primer.
Minyak hasil pirolisis tidak mengandung oksigen, sehingga tidak
menyebabkan korosi (Hidayah dan Syafrudin, 2018) serta tidak mengandung air,
sehingga nilai kalorinya lebih besar. Pada proses pirolisis ini, temperatur yang
digunakan relatif rendah, yaitu dalam rentang 200°C - 400°C. Hasil pirolisis ini
dipengaruhi oleh jenis dan karakteristik bahan baku yang digunakan, waktu, dan
temperatur proses (Zhang dkk., 2011). Semakin lama waktu proses pirolisis
berlangsung, maka produk yang dihasilkan (residu padat, tar, dan gas) semakin

Pirolisis Limbah Plastik menjadi Bahan Bakar Minyak 6


naik (Sumarni, 2008). Penggunaan temperatur yang semakin tinggi pula, maka
nilai konstanta dekomposisi termal semakin besar yang mengakibatkan laju
pirolisis bertambah dan konversi naik. Sehingga diperlukannya mengetahui titik
leleh dan titik didih dari bahan baku yang akan digunakan. Serta jika ukuran
partikel semakin besar, maka proses akan menjadi lambat, dan berat partikel yang
banyak dimasukkan pada proses menyebakan hasil bahan bakar cair (tar) dan
arang meningkat.
Dekomposisi bahan organik pada proses pirolisis :
a. Titik leleh styrofoam 102°C-106°C dan titik leleh LDPE 105°C-115°C
b. Pengeringan dalam pemanasan dehidrasi rentang temperatur 100°C-150°C
c. Hilangnya cairan dan karbondioksida, evaluasi hydrogen dalam kondisi
temperatur 200°C
d. Putusnya rantai karbon makromolekul pada kondisi temperatur 200°C-250oC
e. Tahap pirolisis, pengayaan karbon pada temperatur 250°C-300oC
f. Pecahnya rantai C-O & C-H dan konverssi komponen organic cair dalam hal
ini untuk menghasilkan produk pirolisis cair rentang pada saat temperatur
300°C-400oC.

Proses pirolisis secara umum dapat dikategorikan menjadi beberapa macam


tipe, yaitu: (Goyal, dkk 2006)
a. Pirolisis lambat (Slow Pyrolysis)
Merupakan pirolisis yang dilakukan pada tingkat pemanasan yang lambat
(5-7 K/min). Pirolisis ini menghasilkan cairan yang sedikit sedangkan gas dan
arang lebih banyak dihasilkan.
b. Pirolisis cepat (Fast Pyrolysis)
Pirolisis cepat material terurai dengan sangat cepat dan menghasilkan
sebagian besar uap dan sedikit gas dan arang. Pirolisis cepat biasanya
digunakan untuk menghasilkan bio-oil dengan kualitas yang tinggi. Produk
utama bio-oil yang diperoleh dari pirolisis cepat mencapai 75%.
c. Pirolisis kilat (Flash Pyrolysis)
Proses pirolisis ini berlangsung hanya beberapa detik saja. Proses pirolisis
kilat membutuhkan suhu reaksi yang sangat tinggi.

Pirolisis Limbah Plastik menjadi Bahan Bakar Minyak 7


d. Pirolisis katalitik
Pirolisis katalitik adalah proses pirolisis yang menggunakan katalisator.
Katalisator pada pirolisis diperkenalkan untuk meningkatkan kualitas minyak
yang dihasilkan. Minyak yang dihasilkan dengan pirolisis katalis tidak
memerlukan kembali teknik peningkatan kualitas lagi seperti kondensasi
ulang dan evaporasi ulang.

2.5. Katalis (Abu Vulkanik)


Ada kalanya produk dari pirolisis tidak sesuai dengan keinginan seperti
jumlahnya yang sedikit dan kualitas yang buruk. Untuk menaikkan kualitas dan
kuantitas hasil pirolisis, maka ditambahkan katalis pada proses pirolisis tersebut.
Keberadaan katalis dapat meningkatkan laju reaksi dan setelah reaksi selesai,
terbentuk kembali dalam kondisi tetap. Katalis ikut terlibat dalam reaksi
memberikan mekanisme baru dengan energi pengaktifan yang lebih rendah
dibanding reaksi tanpa katalis. Keberadaan katalis dalam pirolisis dapat
menurunkan kebutuhan energi dan dapat menghasilkan formasi hidrokarbon yang
lebih banyak sehigga pirolisis berjalan lebih efisien. Katalis yang biasanya
digunakan untuk pirolisis antara lain HZM Zeolite, Amorhous SiO2-AL2O3 dan
MCM-41 (Uddin, 1997). Namun, karena katalis tersebut memiliki bahan baku dan
pembuatan yang mahal sehingga cukup sulit jika diterapkan pada masyarakat,
maka sebagai alternatif, katalis yang digunakan adalah abu vulkanik. Abu
vulkanik dapat menjadi katalis karena mengandung SiO2 dan Al2O3 yang cukup
tinggi. Karean SiO2 dan Al2O3 merupakan bahan utama pembuatan katalis
pirolisis (Kusumastuti, 2012).
Abu vulkanik merupakan bahan material vulkanik jatuhan yang disemburkan
ke udara saat terjadi suatu letusan dan dapat jatuh pada jarak mencapai ratusan
bahkan ribuan kilometer dari kawah karena pengaruh hembusan angin. Adanya
abu vulkanik merupakan akibat dari proses erupsi gunung berapi. Letusan gunung
berapi merupakan bagian dari aktifitas vulkanik yang dikenal dengan istilah
erupsi. Erupsi adalah fenomena keluarnya magma dari dalam bumi karena
dorongan dari gas yang bertekanan tinggi dalam perut bumi atau karena gerakan

Pirolisis Limbah Plastik menjadi Bahan Bakar Minyak 8


lempeng bumi, tumpukan tekanan dan panas cairan magma (Sudaryo dan Sutjipto,
2009).
Dalam analisa kimia abu vulkanik yang dilakukan oleh Ariani, 2019
diasumsikan bahwa abu vulkanik mempunyai komposisi kimia yang sama dengan
material piroklastik hasil pembekuan magma. Berdasarkan kejadiannya, material
piroklastik dibedakan menjadi tiga, antara lain : (Kusumosubroto, 2013)
a. Piroklastik jatuhan (airfall deposits)
Piroklastik jatuhan merupakan material piroklastik yang jatuh dari hasil
erupsi gunung berapi yang bersifat eksplosif. Erupsi eksplosif gunung berapi
terjadi ketika magma keluar dari gunung berapi ke permukaan bumi yang
diakibatkan tekanan gas tinggi sehingga disertai ledakan.
b. Piroklastik surge (base surge deposits)
Piroklastik surge merupakan material piroklastik yang diakumulasikan
oleh awan yang dimulai dari erupsi eksplosif sehingga menimbulkan dampak
badai yang berisi material yang menyapu daratan.
c. Piroklastik aliran (pyroclastic flow deposits produced by eplotions)
Terbentuk dari aliran debris panas dan guncangan awan. Aliran debris
merupakan suatu bentuk pergerakan massa yang dapat menimbulkan bencana.

Secara umum, abu vulkanik memiliki beberapa unsur logam seperti Si, Al,
Mg, Fe, Ca, K, Na, dan Ti. Kandungan abu vulkanik yang telah dianalisa
menggunakan SEM-EDS memiliki komposisi sebagai berikut :

Tabel 2.1 Kandungan abu vulkanik dengan analisis SEM – EDS

Senyawa Atom C (wt %) Komponen C (wt %)


SiO2 64.9-73.1 57.16-66.93
Al2O3 11.36-15.27 17.45-22.97
FeO 7.05-13.55 7.63-13.30
MgO 2.55-3.79 1.57-2.26
TiO 1.31-1.67 1.55-1.96
CaO 3.46-3.74 2.92-3.21
K2O 1.11-1.24 1.24-1.74

Pirolisis Limbah Plastik menjadi Bahan Bakar Minyak 9


Kandungan SiO2 dan Al2O3 yang tinggi pada abu vulkanik membuat abu
vulkanik ini bisa dijadikan katalis yang baik untuk proses pirolisis (Ariani, 2019).
Untuk mengembangkan abu vulkanik menjadi katalis dalam proses pirolisis, maka
terlebih dahulu memberikan perlakuan awal hingga dihasilkan abu vulkanik
dengan karakteristik yang diinginkan. Aktivasi abu vulkanik dapat dilakukan baik
secara fisika maupun secara kimia. Aktivasi secara fisika dilakukan melalui
pengecilan ukuran butiran, pengayakan, dan pemanasan suhu tinggi untuk
mengurangi kandungan air pada abu vulkanik, memperbesar pori, serta
menghilangkan pengotor-pengotor organik. Sedangkan aktivasi secara kimia,
bertujuan untuk menghilangkan pengotor organik, serta meningkatkan suasana
asam pada abu vulkanik yang diyakini dapat mempengaruhi aktivasi abu vulkanik
sebagai katalis. Karena abu vulkanik memiliki senyawa SiO2 dan AL2O3, maka
keduanya saling berhubungan melalui atom O, dan didalam struktur Si4+ dapat
digantikan dengan Al3+, ataupun sebaliknya (Pratiwi dan Dahani,2015).

2.6. Karakterisasi Material Abu Vulkanik


2.6.1. Brunauer-Emmet-Teller (BET)
Stephen Brunauer, P.H. Emmett, dan Edward Teller berhasil melakukan
penelitian tentang adsorpsi gas multilayer pada tahun 1938. Teori BET ini
menjelaskan bahwa energi diserap melalui adanya induksi dipol kedalam gas non-
polar sehingga terjadi ikatan antara lapirsan teradsorpsi (Kusumaningtyas, 2017).
Teori ini merupakan lanjutan dari teori Langmuir, dimana teori Langmuir terbatas
hanya pada satu lapisan saja (monolayer). Teori BET dapat diuji menggunakan
alat SAA (Surface Area Analyzer). Alat ini berfungsi untuk menentukan diameter
pori, volume pori, serta luas permukaan spesifik material. Material yang dimaksud
adalah abu vulkanik. Metode BET ini berdasarkan prinsip adsoprsi-desorpsi gas
adsorbat dengan mekanisme berupa penyerapan gas (nitrogen, argon, dan helium)
pada permukaan bahan padat yang akan dikarakterisasi pada suhu tetap. Jika
diketahui volume gas (nitrogen, argon, atau helium) yang dapat diserap oleh suatu
permukaan padatan pada suhu dan tekanan tertentu dan diketahui secar teoritis

Pirolisis Limbah Plastik menjadi Bahan Bakar Minyak 10


luas permukaan dari suatu molekul gas yang diserap, maka luas permukaan total
padatan tersebut dapat dihitung (Kusumaningtyas, 2017).
Xm Lav Am
S= … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … (2.1)
Mv
S yaitu luas permukaan total, Xm yaitu kapasitas monolayer yang dapat diperoleh
melalui persamaan (2.2), Lav yaitu bilangan Avogadro (6,023 x 1023 molekul/mol),
Am yaitu luas penampang adsorbat dengan nilai 0,162 nm2 menggunakan adsorbat
nitrogen, dan Mv yaitu volume molar gas ideal sebesar 22,4 liter/mol. Untuk
kapasitas monolayer dapat diketahui menggunakan slope dan intercept dari hasil
uji.
𝑖
𝑋𝑚 = … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … (2.2)
𝑠+1
Pada analisis luas permukaan menggunakan uji SAA, sering digunakan gas
nitrogen. Hal ini disebabkan tersedianya gas nitrogen dalam kemurnian yang
tinggi dan dapat berinteraksi dengan kuat dengan kebanyakan padatan. Biasanya,
interaksi antara fasa gas dan padat lemah, sehingga permukaan didinginkan
menggunakan nitrogen cair untuk memperoleh jumlah adsorpsi yang terdeteksi.
Selanjutnya, tekanan relatif yang lebih rendah dibandingkan dengan tekanan
atmosfer didapatkan dalam kondisi setengah vakum. Setelah lapisan adsorpsi
terbentuk, gas nitrogen kemudian dihilangkan atau dibebaskan dari sampel dengan
cara dipanaskan (Hwang and Barron, 2011).
Luas permukaan adalah luasan yang ditempati satu molekul adsorbat yang
merupakan 16 fungsi langsung dari luas permukaan material. Luas permukaan
merupakan jumlah pori pada setiap satuan luas dari sampel. Sementara luas
permukaan spesifik adalah luas permukaan per satuan gram (Perwira, 2014). Luas
permukaan ini dipengaruhi oleh keberadaan pori pada material yang digunakan.
International Union of Pure and Applied Chemistry (IUPAC) membagi material
pori menjadi tiga jenis berdasarkan diameter pori yang dimiliki material tersebut,
yaitu: (Alfaruqi, 2008)

Pirolisis Limbah Plastik menjadi Bahan Bakar Minyak 11


a. Material mikropori adalah material yang memiliki diameter pori < 2 nm.
b. Material mesopori adalah material yang memiliki diameter antara 2 – 50 nm.
c. material makropori adalah material dengan diameter pori >50 nm
Klasifikasi material pori tersebut bergantung pada ukuran pori. Ukuran pori
(pore size) dapat didefinisikan sebagai jarak antara dua batas pori (lebar pori
berbentuk celah) atau jarak antara rongga yang terdapat pada batuan (Rouquerol et
al., 1994). Jarak tersebut mempengaruhi jumlah pori tiap satuan luas material.
Apabila jarak antara rongga semakin besar, maka luas permukaan material
semakin kecil.
Menurut International Union of Pure and Applied Chemistry (IUPAC),
terdapat enam klasifikasi isotherm adsorbsi – desorpsi seperti yang ditunjukkan
gambar 2.2. Isotherm Tipe I merupakan karakteristik material mikropori atau
material yang tidak berpori. Isotherm Tipe II dan Tipe III merupakan karakteristik
material makropori dengan interaksi antara adsorbat dan adsorben yang kuat.
Isotherm Tipe IV dan Tipe V merupakan karakteristik untuk material mesopori
yang dimana terdapat pembentukan multilayer dari kurva adsorpsi dan desorpsi
sedangkan isitherm Tipe VI merupakan karakteristik padatan dua dimensi yang
sangat homogen seperti grafit.

Gambar 2.2 Klasifikasi Isoterm Adsorpsi menurut International Union of Pure


and Applied Chemistry (IUPAC)

Pirolisis Limbah Plastik menjadi Bahan Bakar Minyak 12


2.6.2. Scanning Electron Microscope (SEM)
Pengamatan struktur mikro berguna untuk menganalisis ukuran butir, batas
butir, komposisi kimia, dan lain sebagainya. Teknik pengamatan struktur mikro
beraneka ragam, mulai dari Scanning Electron Microscope (SEM), Energy
Dispersive Spectroscopy (EDS) atau Auger Electron Spectroscopy (AES) hingga
Transmission Electron Microscope (TEM). Pada penelitian ini, teknik pengamatan
struktur mikro menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM).
Scanning Electron Microscope (SEM) adalah sebuah mikroskop electron yang
didesain untuk mengamati permukaan objek solid secara langsung (Prasetyo,
2011). SEM memiliki perbesaran 10-3.000.000 kali, dept of field 4-0,4 mm dan
resolusi sebesar 1-10 nm. Kombinasi dari perbesaran yang tinggi, dept of field
yang besar, resolusi yang baik, kemampuan untuk mengetahui komposisi dan
informasi kristalografi. Hasil pengamatannya adalah berupa gambar pencitraan
baik pada bagian permukaan maupun bagian dalam dari suatu material. Untuk
material yang berasal dari alam, pengamatan ini sangat berguna untuk mengetahui
morfologi struktur material tersebut serta mengetahui sebaran unsur yang
dikandung material (Ismoyo, 2009).

2.7. Karakterisasi Bahan Cair Pirolisis


2.7.1. Gas Chromatography-Mass Spectrometry (GC-MS)
GC-MS merupakan kombinasi dari dua teknik analitik yang berbeda, yang
digunakan untuk menganalisis campuran organik dan biokimia yang kompleks.
Prinsip kerja GC-MS adalah pemisahan komponen-komponen dalam
campurannya dengan kromatografi gas dan tiap komponen dapat dibuat spektrum
massa dengan yang lebih tinggi. Hasil pemisahan dengan kromatografi gas
dihasilkan kromotografi sedangkan analisis spektrometri massa masing-masing
senyawa spektrum. Analisa GC-MS dilakukan untuk menentukan persentase dan
komposisi unsur-unsur hidrokarbon yang terkandung dalam produk bahan bakar
cair yang dihasilkan dari proses perengkahan katalitik (Lestari dkk., 2020). GC
dan MS digunakan untuk memisahkan dan mengidentifikasi komponen-
komponen campuran yang mudah menguap.

Pirolisis Limbah Plastik menjadi Bahan Bakar Minyak 13


Adapun kegunaan alat GC-MS adalah sebagai berikut.
1. Untuk menentukan berat molekul suatu senyawa
2. Spektroskopi massa dapat digunakan untuk mengetahui rumus molekul tanpa
melalui analisis unsur
3. Dapat mengenali senyawa berdasarkan reaksi fragmentasi, sehingga bisa
didapatkan cara tambahan untuk mengetahui apakah senyawa tersebut
termasuk golongan alkohol, asam karboksilat, aldehida, dan lain sebagainnya

Gambar 2.3 Skema Alat GC-MS

2.7.2. Densitas
Densitas atau kerapatan yaitu ukuran massa per satuan volume suatu benda.
Semakin tinggi massa tergantung pada jenis benda, semakin besar massa setiap
volume. Densitas rata-rata suatu benda adalah massa total dibagi volume total
pada benda tersebut. Sebuah objek yang memiliki kerapatan yang lebih tinggi
memiliki volume yang lebih rendah daripada benda dengan kerapatan lebih
rendah. Satuan SI untuk densitas adalah kg/m3.

Tabel 2.2 Karakteristik Densitas berbagai fluida

Temperatur Densitas
Fluida Keterangan/Sumber
(oC) (Kg/L)
Bensin 20 0,71-0,77 Nurahman, dkk. 2017
Alkohol Alkil 20 0,79
Air Laut 25 1,025
Giancoli, D.C. 1997
Raksa 25 13,6
Air 4 1
Minyak Tanah 25 0,78-0,89 Kementerian ESDM (2006)

Pirolisis Limbah Plastik menjadi Bahan Bakar Minyak 14


2.7.3. Viskositas
Cairan yang mengalir melalui pipa dapat dianggap memiliki lapisan aliran
fluida tipis yang bergerak pada kecepatan yang berbeda karena gaya kohesi serta
adhesi. Gesekan internal dalam fluida dinyatakan dalam viskositas dengan satuan
poise. Viskositas juga dapat didefinisikan sebagai kemampuan zat mengalir dalam
medium tertentu. Sebuah cara untuk mengukur ukuran nilai kekentalan suatu zat
cair adalah dengan menggunakan viskometer Ostwald. Metode viskometer
Ostwald diukur dengan dua jenis cairan yaitu air sebagai acuan dengan cairan
lainnya yang akan ditentukan kekentalannya.

Tabel 2.3 Karakteristik Viskositas berbagai fluida


Temperatur( Viskositas
Fluida oC) Keterangan/Sumber
(cP)
Air 20 1
Alkohol Ethyl 20 1,2
Minyak Mesin
30 200
(SAE 10) Giancoli, D.C., 1997
Gliserin 20 1500
Udara 20 0,018
Hidrogen 0 0,009
Minyak Tanah 28 0,294-3,34
http://www.en.wikipedia.orgs
Bensin 20 0,652

2.7.4. Nilai Kalor


Nilai kalor rendah (Low Heating Value) adalah jumlah energi yang dilepaskan
selama proses pembakaran bahan bakar di mana panas laten uap air tidak
diperhitungkan atau setelah pembakaran temperatur gas pembakaran diatur 150ºC.
Pada temperatur ini air berada dalam fase uap. Jika jumlah panas laten uap air
dihitung atau setelah pembakaran temperatur gas yang dihasilkan saat pembakaran
dilakukan pada 25ºC, nilai kalori atas akan diperoleh nilai kalor tinggi (High
Heating Value). Pada temperatur ini air akan berada dalam fase cair.

Pirolisis Limbah Plastik menjadi Bahan Bakar Minyak 15


Tabel 2.4 Karakteristik Nilai Kalor berbagai fluida
Temperatur(o Nilai Kalor
Fluida Keterangan/Sumber
C) (MJ/kg)
Minyak Tanah 28 41 – 43
Bensin 20 47,3
Aseton 20 29
Batubara - 15 – 27
Kokas - 28 – 31 http://www.engineeringtool
Minyak Diesel 25 44,8 box.com
Arang - 29,6
Butana 28 49,5
Alkohol 96% 20 30
Hidrogen 0 141,79

Pirolisis Limbah Plastik menjadi Bahan Bakar Minyak 16


BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

Beberapa penelitian yang telah dilakukan terkait limbah plastik dengan


menggunakan pendekatan teknologi antara lain adalah pemanfaatan limbah plastik
menjadi bahan bakar dengan proses daur ulang (recycle) dengan pirolisis yang
telah dilakukan oleh Wahyudi, Prayitno dan Astuti (2017). Hasil proses pirolisis
limbah tersebut adalah bahan bakar yang mempunyai kualitas lebih baik dari
minyak solar tetapi di bawah minyak tanah. Pengembangan penelitian mengenai
pemanfaatan limbah plastik ini juga dikembangkan kembali oleh Bagus dan Toni
(2020) dengan adanya pemanfaatan katalis abu vulkanik pada pirolisis sebagai
pengaruh penambahan yield. Metode pemanfaatan katalis abu vulkanik pada
pirolisis sampah plastik ini masih belum diaplikasikan sepenuhnya sehingga
peneliti bermaksud mengembangkan kembali penelitian pirolisis ini untuk
mengetahui kemampuan abu vulkanik sebagai katalis berdasarkan luas
permukaan, volume pori dan diameter pori dalam proses pirolisis pada perolehan
minyak dengan sampel styrofoam dan low density polyethylene (LDPE).

3.1. Metode dan Tahapan Penelitian

AKTIVASI KATALIS ABU VULKANIK Karakteristik katalis :


1. Pengamatan diameter, volume pori, luas
permukaan katalis (BET)
T 2. Pengamatan morfologi katalis (SEM)
1. Aktivasi katalis abu vulkanik secara
A
H fisika
Hasil yang diharapkan :
A 2. Aktivasi katalis abu vulkanik secara
1. Struktur katalis yang lebih keras dan lebih
P kimia dengan larutan HCl 1 N
padat
1
Target Luaran :
1. Ditemukan aktivasi katalis abu vulkanik
yang terbaik untuk proses pirolisis
Uji Hasil Pirolis :
1. Pengujian Flash point, Smoke point,
Ingition point, densitas, viskositas, nilai kalor.
2. Pengujian GC-MS PROSES PIROLISIS

Tujuan :
1. Mendapatkan sifat kimia dan komposisi Variasi proses pirolisis yang
T
hidrokarbon pada cairan hasil pirolisis yang digunakan:
A
diperoleh 1. LDPE (200 gram)
H
2. Styrofoam (200 gram)
A
Target Luaran : 3. Katalis aktivasi fisik dan kimia
P
1. Data teknis penelitian sebagai referensi (20gram,50gram,70gram)
2
penelitian selanjutnya 4. Suhu 200°C - 400°C
2. Publikasi ilmiah nasional

Gambar 3.1 Tahapan Penelitian

Pirolisis Limbah Plastik menjadi Bahan Bakar Minyak 17


Proses pirolisis yang dilakukan pada penelitian ini berlangsung pada
temperatur 200°C dan 400°C dan dilakukan pada styrofoam dan low density
polyethylene (LDPE) yang diumpankan masing-masing sebagai variabel tetap
sebanyak 200 gram. Digunakan katalis abu vulkanik yang telah diaktivasi secara
fisik dan kimia. kemudian, katalis tersebut dianalisa dengan metode BET dan
SEM. Produk dari proses pirolisis ini terdiri dari fraksi gas, cair, dan residu
padatan. Pada suhu tersebut, diharapkan plastik akan meleleh dan kemudian
berubah menjadi gas dan diubah menjadi produk cair berupa bahan bakar minyak
pirolisis. Pada proses pemanasan, rantai panjang hidrokarbon akan terpotong
menjadi rantai pendek. Selanjutnya proses pendinginan dilakukan pada gas
tersebut sehingga akan mengalami kondensasi dan membentuk cairan. Cairan
inilah yang akan menjadi bahan bakar. Selanjutnya, cairan tersebut dianalisa yaitu
uji densitas, viskositas, nilai kalor, smoke point, flash point, dan ignition point.
Pengamatan hasil cairan setiap interval waktu tertentu, pengamatan temperatur
dan berat padatan (arang) yang tertinggal dalam reaktor pada saat akhir proses
pirolisis. Dengan mengetahui berat bahan baku mula-mula dan total cairan pada
setiap interval waktu tertentu, diperoleh data fraksi berat cairan (xc) sebagai fungsi
waktu (t). Hasil penimbangan semua cairan pada akhir pirolisis digunakan untuk
menentukan fraksi berat hasil cair maksimum (xcmaks).
Dalam perancangan reaktor pirolisis, ukuran dari reaktor mengikuti bentuk
reaktor sederhana yang berbentuk silinder kedap udara yang terbuat dari stainless
steel dilengkapi dengan termometer untuk mengontrol temperatur operasi dan
lubang input umpan dibagian atas reaktor, pemanas (kompor semawar) yang
terdapat di dalam tungku pembakaran (kiln), kondensor berpendingin air berupa
tabung silinder dengan pipa tembaga yang tersambung dengan pipa output gas
dari reaktor.

Pirolisis Limbah Plastik menjadi Bahan Bakar Minyak 18


Gambar 3.2 Skema konversi limbah plastik menjadi minyak melalui proses
pirolisis
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat alat unit
pirolisis, neraca analitik, gelas kimia, gelas ukur, pipet ukur, piknometer,
viskometer ostwald, corong kaca, cawan porselen, pemanas spirtus, kertas saring,
pipet tetes dan ayakan 100 mesh.

3.2.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah styrofoam, plastik jenis
LDPE dalam bentuk kantong belanja, abu vulkanik, dan HCl sebagai aktivator.

3.3. Prosedur Penelitian


3.3.1. Aktivasi Abu Vulkanik Secara Fisika
Abu vulkanik dihaluskan dan diayak dengan ukuran 100 mesh. Selanjutnya
abu vulkanik dikalsinasi pada suhu 300°C selama 2 jam. Abu vulkanik yang
sudah dikalsinasi, kemudain dianalisa menggunakan Brunauer-Emmet-Teller
(BET) dan Scanning Electron Microscope (SEM).

Pirolisis Limbah Plastik menjadi Bahan Bakar Minyak 19


Gambar 3.3. Diagram Alir Aktivasi Abu Vulkanik Secara Fisika

3.3.2. Aktivasi Abu Vulkanik Secara Kimia


Abu vulkanik dihaluskan dan diayak dengan ukuran 100 mesh. Abu vulkanik
yang sudah halus direndam HCl dengan konsentrasi 1 N selama 24 jam.
Kemudian disaring dan dicuci dengan aquades hingga pH filtrat netral.
Selanjutnya dilaksinasi pada suhu 300°C selama 2 jam. Abu vulkanik yang sudah
dilaksinasi di analisa menggunakan Brunauer-Emmet-Teller (BET) dan Scanning
Electron Microscope (SEM).

Gambar 3.4 Diagram Alir Aktivasi Abu Vulkanik Secara Kimia

3.3.3. Proses Pirolisis


Limbah styrofoam dan kantong belanja (LDPE) dicuci bersih terlebih dahulu,
lalu dikeringkan. Limbah styrofoam dan kantong belanja (LDPE) diperkecil
ukurannya. Selanjutnya limbah styrofoam dan kantong belanja (LDPE) ditimbang
sebanyak 200 gram dan dimasukkan ke dalam reaktor dan ditambahkan (20gram,
50gram, 70gram) katalis abu vulkanik (aktivasi secara fisika dan kimia).
kemudian dipanaskan pada suhu 200°C – 400°C dan dikondensasi sehingga
terbentuknya cairan. Selanjutnya cairan tersebut diuji karakterisasinya.

Pirolisis Limbah Plastik menjadi Bahan Bakar Minyak 20


Gambar 3.5 Diagram Alir Proses Pirolisis

3.4. Uji Karakteristik Katalis


3.4.1. Analisa BET
Analisa BET menggunakan alat Surface Area Analyzer (SAA) dengan
menyiapkan sampel katalis yang telah diaktivasi secara fisika maupun secara
kimia berkisar 0,01 sampai 0,1 gram dan dimasukkan ke dalam batang kuarsa.
Selanjutnya persiapan sampel sebelum dianalisa yaitu dengan menghilangkan gas-
gas yang terjerap (degassing) pada permukaan padatan dengan cara memanaskan
dalam kondisi vakum. Degassing ini dilakukan selama 3 jam dengan suhu berkisar
antara 200°C - 300°C. Proses degassing dilakukan dengan cara menutup batang
kuarsa berisi sampel lalu diletakkan sedemikian rupa pada holder station. Setelah
sampel selesai didegas, berat sampel setelah degassing ditimbang maka dapat
langsung dilakukan analisa. Nitrogen cair adsorbennya dituang kedalam dewar
(tabung) untuk kemudian dilakukan proses analisis menggunakan Quantachrome
NovaWin. Lalu set kondisi analisa. Waktu analisa berkisar antara 1 jam sampai
lebih dari 3 hari. Untuk mengetahui luas permukaan maka dibutuhkan 3-5 titik
isotherm dan untuk mengetahui distribusi pori khususnya material yang
mengadung pori ukuran mikro (< 20A) maka diperlukan 2-3 hari untuk Analisa.
Setelah dilakukan analisis, diperoleh data berupa ukuran diameter pori, luas
permukaan spesifik, dan volume pori abu vulkanik. Selain metode BET, dapat
diketahui pula diameter dan volume pori abu vulkanik melalui metode BJH
(Barrett-Joyner-Halenda) dan HK (Horvath dan Kavazoe).

Pirolisis Limbah Plastik menjadi Bahan Bakar Minyak 21


Gambar 3.6 Alat uji BET

3.4.2. Analisa SEM


Uji SEM dilakukan untuk mengetahui struktur (morfologi) dari katalis
dengan perbesaran 500x. Sampel katalis direndam dalam nitrogen cair untuk
mengeraskan struktur abu vulkanik dan kemudian dipotong menggunakan
penjepit logam. Sebelum di uji, bagian sampel yang dianalisis dilapisi dengan
lapisan tipis emas. Uji ini akan membandingkan morfologi abu vulkanik sebelum
dan setelah diaktivasi secara fisika maupun secara kimia.

Gambar 3.7 Alat uji SEM

Pirolisis Limbah Plastik menjadi Bahan Bakar Minyak 22


3.5. Uji Karakteristik Bahan Bakar Cair Hasil Pirolisis
3.5.1. Uji Flash Point
Menyiapkan alat uji flash point. Selanjutnya tempatkan minyak pada cawan,
lalu nyalakan api sebagai pemancing pembakaran. Amati pada suhu berapa sampa
menyala, dan cata hasil pengujiannya

3.5.2. Uji Smoke Point


Menyiapkan alat uji smoke point. Ditempatkan minyak pada pemanas spiritus
dan nyalakan api sebagai pemacing pembakaran. Ukur ketinggian api dengan
penggaris dan catat hasil pengujian.

3.5.3. Uji Ingition Point


Siapkan alat uji ignition point. Ditempatkan minyak pada cawan dan
panaskan dengan heater sampai terjadi asap pada minyak. Menyalakan api sebagai
pemancing pembakatan. Amati pada suhu berapa sampe menyala dan catat hasil
pengujian tersebut.

3.5.4. Uji Densitas Sampel


Dilakukan terlebih dahulu kalibrasi piknometer menggunakan air.
Selanjutnya dimasukkan sampel ke dalam piknometer, lalu ditimbang. Kemudian
diolah data untuk mendapatkan densitas sampel menggunakan rumus sebagai
berikut.

m
ρ= … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . (3.1)
V

dimana ρ adalah densitas, m adalah massa, v adalah volume piknometer.

3.5.5. Uji Viskositas Sampel


Digunakan viskometer Ostwald untuk pengukuran viskositas. Sebelumnya
dilakukan kalibrasi terlebih dahulu menggunakan air. Kemudian dimasukkan
sampel ke dalam viskometer Ostwald. Lalu diukur waktu mengalirnya cairan dari
titik A (garis atas) ke titik B (garis bawah). Diolah data untuk mendapatkan
viskositas sampel dengan rumus sebagai berikut.

Pirolisis Limbah Plastik menjadi Bahan Bakar Minyak 23


t. ρ
η = η0 … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … (3.2)
t 0 . ρ0

dimana η adalah viskositas cairan sampel, η0 adalah viskositas cairan


pembanding, t adalah waktu aliran cairan sampel, t 0 adalah waktu aliran cairan
pembanding, ρ adalah massa jenis cairan sampel, ρ0 adalah massa jenis cairan
pembanding.

3.5.6. Uji Nilai Kalor


Pengujian nilai kalor ini digunakan alat Automatic Calorimeter AC500 by
Leco, dalam satuan kal/gr dengan metoda isoperibol atau adiabatik. Dibutuhkan
sampel sebanyak 0,6-1,4 gram sampel. Selanjutnya ditempatkan dalam cawan
(crucible) dan dimasukkan dalam bomb berisi oksigen. Alat akan mencatat
perubahan temperature dan merekam nilai kalor yang dihasilkan.
Nilai kalor dari suatu bahan bakar yang akan diuji didapatkan dengan prinsip
kerja dibakar dalam suatu ruang yang disebut bom menggunakan kawat yang
diberi energi dan direndam dalam air. Bahan bakar yang bereaksi dengan oksigen
menghasilkan panas, yang menyebabkan temperatur kalorimeter naik. Kalorimeter
ditutupi dengan bahan isolasi untuk mencegah panas yang dihasilkan oleh reaksi
bahan bakar dengan oksigen menyebar ke lingkungan luar. Untuk mempelajari
nilai kalor bahan bakar dihitung dengan rumus sebagai berikut : (Kaddihani,
2016).

Qs = Qw+ Qc = mwcw (T2 – T1) + Cc(T2 – T1) … … … … … … … … … … … … … … (3.3)

dimana QS adalah energi panas yang dihasilkan oleh sampel (kalori), Qw adalah
energi panas yang diserap oleh air (kalori), QC adalah energi panas yang diserap
oleh kalorimeter (kalori), mw adalah massa air (gram), cw adalah kalor jenis air (
kalori/g.K), T2 adalah temperatur setelah reaksi (K), T1 adalah temperatur sebelum
reaksi (K) dan Cc adalah kapasitas kalor dari calorimeter (kalori/K).
Namun penentuan nilai kalor dapat juga dilakukan dengan menggunakan data
dari densitas, viskositas, dan flash point dari bahan bakar yang akan ditentukan
nilai kalornya menggunakan persamaan : (Sivaramakrishnan, 2017)

Pirolisis Limbah Plastik menjadi Bahan Bakar Minyak 24


HHV = 0,4527 η – 0,0008 ρ – 0,0003FP + 40,3667 … … … … … … … … … … (3.4)
dimana η adalah viskositas cairan sampel (cSt), ρ adalah densitas cairan
sampel dan FP adalah nilai flash point cairan sampel (K).

3.5.7. Analisa GC-MS


Sampel berupa cairan hasil pirolisis diinjeksikan ke dalam injector, kemudian
diuapkan. Selanjutnya, sampel yang berbentuk uap dibawa oleh gas pembawa
menuju kolom untuk proses pemisahan. Setelah terpisah, masing-masing
komponan akan melalui ruang pengion dan dibombardir oleh elektron sehingga
terjadi ionisasi. Fragmen-fragmen ion yang dihasilkan akan ditangkap oleh
detector dan dihasilkan spektrum massa. Kemudian catat data yang diperoleh.

Pirolisis Limbah Plastik menjadi Bahan Bakar Minyak 25


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Uji Karakteristik Abu Vulkanik


4.1.1. Hasil Uji BET (Brunauer-Emmet-Teller)
Dalam analisa kimia yang dilakukan oleh Ariani (2019) diasumsikan bahwa
abu vulkanik mempunyai komposisi kimia yang mirip dengan material
piroklastik. Berdasarkan kejadian pengambilannya, abu vulkanik yang digunakan
termasuk salah satu material piroklastik surge, dengan perolehan berdasarkan
dampak badai akibat adanya erupsi eksplosif oleh gunung berapi. Sebelum proses
pirolisis, abu vulkanik dianalisis terlebih dahulu menggunakan metode BET untuk
mengetahui luas permukaan spesifik, volume pori dan diameter pori dengan
pengujian menggunakan alat Surface Area Analyzer (SAA). Analisis dilakukan
pada dua sampel yang berbeda yaitu abu vulkanik tidak teraktivasi dan abu
vulkanik teraktivasi. Kedua sampel diuji dalam bentuk serbuk berukuran 100
mesh yang beratnya kurang dari 0,1 gram pada temperatur 77,35 K selama 193,65
menit untuk abu vulkanik tidak teraktivasi dan 201,283 menit untuk abu vulkanik
teraktivasi dengan menggunakan gas nitrogen sebagai adsorbat. Salah satu data
utama hasil pengujian berupa luas permukaan spesifik yang dapat diketahui pada
setiap sampel kemudian dibandingkan dengan hasil perhitungan.

4.1.1.1. Luas Permukaan Spesifik


Luas permukaan spesifik ini mengarah pada perbandingan antara luas
permukaan suatu sampel dengan massa atom relatif adsorbat yang digunakan
yaitu nitrogen dengan massa atom relatif 28,013 g/mol. Luas permukaan
dinyatakan dengan jumlah pori dalam setiap luas sampel, dimana semakin besar
nilai luas permukaan abu vulkanik, maka semakin banyak jumlah pori dalam
satuan luas abu vulkanik tersebut. Ramadhani dan Kholidah (2019) menjelaskan
bahwa luas permukaan katalis yang besar dapat memberikan bidang kontak yang
besar pula antara molekul reaktan dengan katalis. Besarnya bidang kontak
tersebut secara langsung akan mempengaruhi proses katalisis secara keseluruhan.
Hal tersebut akan membuat produk hasil pirolisis semakin banyak.

Pirolisis Limbah Plastik menjadi Bahan Bakar Minyak 26


6,0000

Luas Permukaan Spesifik (m2/g)


4,8125
5,0000
3,8475
4,0000
3,0000
2,0000 1,3993
1,1188
1,0000
0,0000
Aktivasi Non-Aktivasi
Abu Vulkanik

Hasil Uji BET Hasil Perhitungan

Gambar 4.1 Perbandingan Luas Permukaan Spesifik pada Abu Vulkanik


Teraktivasi dengan Abu Vulkanik Tidak Teraktivasi berdasarkan hasil uji Metode
BET dan perhitungan

Berdasarkan gambar 4.1 Terlihat bahwa analisa menggunakan metode


Brunauer-Emmet-Teller (BET) menunjukkan luas permukaan abu vulkanik
tertinggi terdapat pada abu vulkanik teraktivasi yaitu sebesar 3,8475 m2/g,
sedangkan luas permukaan abu vulkanik tidak teraktivasi yaitu sebesar 1,1188
m2/g. Luas permukaan abu vulkanik setelah dilakukan aktivasi meningkat
dibandingkan dengan abu vulkanik pada saat tidak teraktivasi. Hasil uji dapat
diartikan bahwa penyebaran adsorbat (nitrogen) pada abu vulkanik teraktivasi
lebih baik daripada abu vulkanik tidak teraktivasi. Proses aktivasi pada abu
vulkanik dapat menyebabkan jumlah sisi aktif pada abu vulkanik sebagai katalis
semakin baik, yang mana abu vulkanik dapat menjerap reaktan lebih banyak dan
menghasilkan jumlah produk yang lebih banyak.
Pada gambar 4.1 Terdapat perbedaan antara luas permukaan spesifik hasil uji
dengan luas permukaan spesifik hasil perhitungan menggunakan persamaan (2.1).
Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh penyebaran adsorbat nitrogen yang kurang
merata pada sebagian pori-pori abu vulkanik ketika dilakukan pengujian.

4.1.1.2. Volume Pori


Luas permukaan erat hubungannya dengan volume pori katalis. Semakin
besar volume pori maka akan meningkatkan luas permukaan katalis. Volume pori

Pirolisis Limbah Plastik menjadi Bahan Bakar Minyak 27


abu vulkanik merupakan volume ruang yang ada pada setiap abu vulkanik yang
berkaitan dengan kapasitas muat ruang abu vulkanik dalam menyerap adsorbat
yaitu nitrogen. Berdasarkan hasil uji, diperoleh nilai volume pori total dengan
nilai yaitu < 0,1 mL/g pada setiap sampel yang diuji dapat dilihat pada gambar
berikut :
0,0160
0,0140
0,0140
Volume Pori (mL/g)

0,0120 0,0106
0,0100
0,0080
0,0060
0,0040
0,0020
0,0000
Aktivasi Non-Aktivasi

Abu Vulkanik

Gambar 4.2 Perbandingan volume pori pada Abu Vulkanik Teraktivasi dengan
Abu Vulkanik Tidak Teraktivasi

Berdasarkan gambar 4.2, volume pori tertinggi didapatkan pada abu vulkanik
teraktivasi yaitu sebesar 0,0140 mL/g sedangkan volume pori abu vulkanik tidak
teraktivasi sebesar 0,0106 mL/g. Abu vulkanik tidak teraktivasi mempunyai
kapasitas ruang lebih kecil dibandingkan dengan abu vulkanik teraktivasi.
Perbedaan ini disebabkan oleh banyaknya nitrogen yang terjerap mengisi pori-
pori abu vulkanik. Semakin banyak nitrogen yang terjerap pada pori-pori abu
vulkanik, maka total volume pori juga akan semakin besar. Hal tersebut juga
selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Ramadhani dan Kholida (2019)
berdasarkan sifatnya secara kimia pada proses aktivasi perendaman dengan
larutan HCl, yaitu terjadinya dealuminasi yang dapat mengoptimalkan kandungan
aluminium dalam abu vulkanik sehingga abu vulkanik dapat lebih stabil pada
temperatur tinggi. Selain itu, proses dealuminasi juga menyebabkan Al terpecah
dan membentuk AlCl3. Al yang bersifat pendonor elektron semakin elektro positif
karena adanya ion Cl2- yang menarik elektron dari Al. Ketika Al semakin elektro

Pirolisis Limbah Plastik menjadi Bahan Bakar Minyak 28


positif maka Al akan semakin mudah diserang oleh senyawa hidrokarbon,
sehingga saat Al mudah diserang menyebabkan volume pori semakin besar dan
dapat mengakibatkan semakin banyaknya reaktan yang dapat teradsorpsi maupun
jumlah produk yang terbentuk.

4.1.1.3. Diameter Pori


Diameter pori ini berkaitan dengan kemampuan pori dalam menyerap suatu
gas maupun fluida yang dapat mempengaruhi nilai densitas dan porositas dari abu
vulkanik sebagai katalis. Ukuran dan jumlah pori yang besar menghasilkan ruang
untuk fluida mengalir sehingga mengakibatkan daya jerap adsorpsi semakin besar.
Kemampuan daya jerap berdasarkan diameter ini berhubungan juga dengan
volume pori yaitu berbanding lurus, sehingga semakin besar diameter pori pada
abu vulkanik maka semakin besar pula volume pori dan daya jerap adsorpsinya.

20,0000 18,9600
18,0000
16,0000
Diameter Pori (nm)

14,0000
12,0000
10,0000
7,2826
8,0000
6,0000
4,0000
2,0000
0,0000
Aktivasi Non-Aktivasi
Abu Vulkanik

Gambar 4.3 Perbandingan Diameter pori pada Abu Vulkanik Teraktivasi dengan
Abu Vulkanik Tidak Teraktivasi

Pada penelitian ini, didapatkan diameter pori dari kedua sampel abu vulkanik
berada pada orde nano. Dengan ukuran pori yang besar, maka abu vulkanik
memiliki luas permukaan yang besar sehingga dapat meningkatkan luas
permukaan per unit volume dan jumlah atom atau molekul didalamnya. Sehingga
dapat menghasilkan kapasitas maksimal dan berdampak pada keefektifan suatu
peralatan. Berdasarkan Gambar 4.3, abu vulkanik sebagai katalis ini dapat
diklasifikasikan ke dalam kelompok mesopori seperti yang sudah dijelaskan

Pirolisis Limbah Plastik menjadi Bahan Bakar Minyak 29


sesuai parameter pengelompokkan menurut Alfaruqi (2008) dengan rentang
ukuran yaitu 2 – 50 nm. Kelompok diameter pori pada klasifikasi mesopori ini
baik untuk digunakan pada reaksi pembentukan senyawa hidrokarbon rantai
pendek atau reaksi perengkahan senyawa hidrokarbon rantai panjang, artinya
kedua sampel abu vulkanik baik digunakan sebagai katalis. Namun dengan
melihat perbandingan pada Gambar 4.3, abu vulkanik teraktivasi akan mampu
bekerja lebih baik dibandingkan abu vulkanik tidak teraktivasi akibat dari
diameter pori yang bernilai lebih tinggi dibandingkan abu vulkanik tidak
teraktivasi, hal ini juga disebabkan berdasarkan hasil dari volume pori yang sudah
dijabarkan pada sub bab 4.1.1.2.

4.1.1.4. Adsorpsi – Desorpsi Isoterm Nitrogen


Adsorpsi – desorpsi isotherm nitrogen dilakukan untuk mengetahui besar
porositas dan distribusi ukuran pori dari abu vulkanik yang didapatkan dari hasil
uji BET diperlihatkan pada gambar berikut :

Gambar 4.4 Grafik Adsorpsi – Desorpsi Abu Vulkanik teraktivasi

Pirolisis Limbah Plastik menjadi Bahan Bakar Minyak 30


Gambar 4.5 Grafik Adsorpsi – Desorpsi Abu Vulkanik tidak teraktivasi

Dari gambar 4.5 dan 4.6 didapatkan hasil isotherm adsorpsi – desorpsi
berdasarkan klasifikasi IUPAC yaitu mirip pada isotherm tipe V, dimana pada
tekanan relatif (P/Po) antara 0,4 – 1,00 atm menunjukkan adanya pembentukan
multilayer. Hasil ini juga selaras dengan pembahasan pada 4.1.1.3, yaitu isotherm
type V menunjukkan bahwa material berpori yang dikenai gas nitrogen ini
termasuk dalam kategori Mesopori.
Grafik adsorpsi – desorpsi pada abu vulkanik teraktivasi dengan abu vulkanik
tidak teraktivasi memiliki perbedaan yang tampak pada pembentukan multilayer
yang dihasilkan. Abu vulkanik yang sudah di aktivasi menghasilkan multilayer
yang lebih jelas (berjarak lebih jauh) dibandingkan dengan abu vulkanik tidak
teraktivasi. Multilayer ini yang menyebabkan abu vulkanik dapat dijadikan
sebagai katalis karena daya jerap yang dihasilkan semakin baik.
Berdasarkan data yang didapatkan tersebut, peluang pemanfaatan abu
vulkanik sebagai katalis dalam penelitian cukup besar. Terlebih mengingat abu
vulkanik memiliki struktur ringan dan berpori sehingga mempunyai kemampuan
adsorpsi yang tinggi. Kemampuan adsorpsi yang tinggi ini memiliki banyak
manfaat seperti dapat memudahkan terjadinya penyerapan ion-ion dalam

Pirolisis Limbah Plastik menjadi Bahan Bakar Minyak 31


pertukaran ion yang dapat dimanfaatkan menjadi ion exchanger. Serta peran SiO2
yang terkandung dalam abu vulkanik, dapat menjadikan abu vulkanik sebagai
salah satu material alternatif pembuatan zeolit sintetis yang dapat digunakan untuk
katalis pada proses pirolisis.

4.1.2. Hasil Uji SEM-EDS (Scanning Electron Microscopy – Energy


Dispersion Specroscopy)
Pengujian SEM-EDS digunakan untuk menganalisis struktur dan morfologi
permukaan, serta komposisi penyusun dari suatu bahan atau material. Analisis
morfologi permukaan abu vulkanik teraktivasi dan abu vulkanik tidak teraktivasi
telah dilakukan menggunakan SEM, komposisi unsur menggunakan EDS, dan
persebaran unsur telah dipetakan menggunakan mapping.

4.1.2.1. Struktur Mikro


Pengamatan menggunakan SEM yang disajikan dengan tegangan 10 kV dan
20 kV pada perbesaran 5000x pada sampel abu vulkanik tidak teraktivasi dan abu
vulkanik teraktivasi dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 4.6 Scanning Electron Microscopy Abu Vulkanik Tidak Teraktivasi

Gambar 4.7 Scanning Electron Microscopy Abu Vulkanik teraktivasi

Pirolisis Limbah Plastik menjadi Bahan Bakar Minyak 32


Pada gambar 4.6 tampak bahwa hasil menunjukkan morfologi yang sferik,
masih teraglomerasi, cukup teratur dan strukturnya relatif lebih kecil dari abu
vulkanik teraktivasi, sedangkan pada gambar 4.7 menunjukkan morfologi yang
cukup teratur dan strukturnya lebih lebar dari abu vulkanik tidak teraktivasi. Hal
tersebut menunjukkan bahwa semakin kecil ukuran partikel maka semakin besar
volume pori, mengakibatkan semakin reaktif dan semakin mudah material
tersebut untuk di lewati oleh suatu senyawa permeat. Hasil tersebut dapat
menentukan laju alirnya sebagai katalis karena abu vulkanik teraktivasi yang
dihasilkan mempunyai laju permeasi yang baik sehingga memudahkan dalam
proses adsorpsi perengkahan senyawa karbon (C) dalam proses pirolisis dengan
kataitik cracking.

4.1.2.2.Analisa EDS (Energy Dispersive X-Ray Spectroscopy)


Pengujian menggunakan EDS (Energy Dispersive X-Ray Spectroscopy)
menunjukkan spektrum hasil uji sampel abu vulkanik teraktivasi yang
diperlihatkan dalam gambar 4.8. Berdasarkan gambar tersebut, tampak bahwa
unsur yang memiliki nilai atom yang tinggi adalah silikon dan diikuti oleh
oksigen. Hal tersebut memiliki arti bahwa butiran-butiran kecil yang ada pada
sampel merupakan oksida silikon (SiO2), yang berdasarkan spektrum hasil uji
EDS memiliki atomik molar silika 38,32% dan molar oksida 50,58%.

Gambar 4.8 Spektrum EDS Difraktogram Katalis Abu Vulkanik

Pirolisis Limbah Plastik menjadi Bahan Bakar Minyak 33


Gambar 4.8 memperlihatkan spektrum EDS dengan puncak yang paling tinggi
yaitu unsur silikon (Si), selanjutnya berturut-turut diikuti oleh oksigen, aluminium
dan lain-lain. Hasil EDS diperoleh %massa komponen pada material seperti SiO2
dan Al2O3 sebagai komponen penting dalam memilih katalis. Berikut ini disajikan
hasil analisis spektrum EDS dari sampel abu vulkanik teraktivasi yang
ditunjukkan pada Tabel 4.1 sebagai berikut :
Tabel 4.1 Kandungan abu vulkanik teraktivasi dengan analisis SEM – EDS

Elemen (mass%) Komponen (mass%)


O 50.58
Al 2.95 Al2O3 5.57
Si 38.32 SiO2 81.97
Ti 1.36 TiO2 2.27
Mo 6.79 MoO3 10.18

kandungan SiO2 dn Al2O3 yang tinggi pada abu vulkanik menjadikan abu
vulkanik ini bisa digunakan sebagai katalis yang baik untuk proses pirolisis.

4.2. Pengaruh Aktivasi Katalis terhadap Yield Bahan Bakar Cair Pirolisis
Pada penelitian ini dilakukan percobaan untuk mengetahui seberapa banyak
minyak yang dihasilkan dengan massa styrofoam dan LDPE yang ditetapkan
sebesar 200 gram dengan adanya pengaruh bantuan katalis abu vulkanik tidak
teraktivasi dan teraktivasi. Hasil minyak diambil pada tiap waktu operasi 10 menit
dihasilkan terlihat pada tabel berikut:
Tabel 4.2 Yield produk pirolisis plastik Polystyrene berupa Styrofoam

Waktu Yield (% w/w)


Temperatur
Katalis Operasi Gas tak
(oC) Minyak Char
(menit) terkondensasi
Tanpa 0 345 170 52,50 2,66 44,84
20 345 200 56,00 0,38 43,62
Tanpa
50 360 130 69,00 5,01 25,99
Aktivasi
70 360 130 66,00 4,96 29,04
20 345 140 59,50 0,11 40,39
Aktivasi 50 375 120 77,00 1,66 21,34
70 355 120 26,00 18,80 55,20

Pirolisis Limbah Plastik menjadi Bahan Bakar Minyak 34


Tabel 4.3 Yield produk pirolisis plastik Low Density Polyethylene
Waktu Yield (% w/w)
Temperatur
Katalis Operasi Gas tak
(oC) Minyak Char
(menit) terkondensasi
Tanpa - 345 170 27,00 9,75 63,25
20 345 200 30,00 3,15 66,85
Tanpa
50 360 130 29,00 7,51 63,49
Aktivasi
70 360 130 49,00 7,11 43,89
20 345 140 30,00 10,68 59,32
Aktivasi 50 375 120 42,00 5,05 52,95
70 355 120 52,00 7,20 40,80

Dari tabel 4.1 dan 4.2 dapat diketahui bahwa yield minyak yang dihasilkan
berdasarkan sampel styrofoam memiliki persentase yang relatif lebih tinggi yaitu
berkisar antara 52–77% dibandingkan dengan sampel LDPE yang berkisar antara
27–52% Berdasarkan hasil tersebut juga diperoleh bahwa yield minyak pada
proses pirolisis dengan menggunakan katalis yang teraktivasi didapatkan lebih
besar jika dibandingkan dengan proses pirolisis tanpa katalis. Kenaikan % yield
berdasarkan variasi katalis yang digunakan pada hasil proses pirolisis ini
disebabkan oleh adanya perengkahan dengan proses adsorpsi dari katalis abu
vulkanik yang digunakan terhadap senyawa hidrokarbon yang dihasilkan.
Cairan yang dihasilkan merupakan hasil proses kondensasi dari pemutusan
rantai panjang karbon pada sampel plastik yang digunakan, sedangkan produk
yang tidak terkondensasi akan tetap menjadi gas. Berdasarkan Tabel 4.1 dan 4.2,
rata – rata yield minyak dengan sampel LDPE memberikan hasil yang lebih
sedikit dibandingkan yield minyak dengan sampel styrofoam. Artinya yield gas
dengan sampel LDPE lebih besar dibandingkan yield gas styrofoam.
Perbandingan yield bahan bakar cair yang dihasilkan oleh peneliti dapat dilihat
pada gambar 4.6 berdasarkan rata-rata yield minyak yang didapatkan.

Pirolisis Limbah Plastik menjadi Bahan Bakar Minyak 35


140

120

Yield Minyak (% v/w)


100

80

60

40

20

0
Polystyrene Low Density Polyethylene
Jenis Sampel

Gambar 4.9 Perbandingan rata-rata yield minyak hasil pirolisis antara Polystyrene
(Styrofoam) dan Low Density Polyethylene

Menurut penelitian Rahman (2017), sedikitnya yield minyak yang diperoleh


disebabkan karena ukuran pori yang lebih kecil. Hal tersebut dapat diartikan
bahwa ukuran pori dari sampel LDPE lebih kecil dibandingkan ukuran pori
sampel styrofoam, sehingga dapat berpengaruh juga pada proses cracking
menggunakan katalis abu vulkanik, ketika ukuran pori sampel kecil berbanding
terbalik dengan ukuran pori katalis yang lebih besar maka mengakibatkan daya
adsorpsi pada katalis dan desorpsi pada sampel menjadi rendah. Hal ini yang
menyebabkan yield cairan menjadi lebih sedikit.
Pada proses pirolisis sampel styrofoam dengan katalis teraktivasi 70 gram
memiliki %yield minyak yang sedikit disebabkan oleh tabung reaktor yang
terdapat celah kebocoran pada bagian umpan masuk reaktor sehingga terdapat
hasil gas yang sudah terbentuk terbuang begitu saja tanpa sempat melalui proses
kondensasi. Kebocoran pada proses pirolisis ini disebabkan oleh packing yang
kurang tepat pemasangannya pada lubang umpan reaktor.
Selain itu, kondisi operasi tanpa menggunakan katalis juga dipilih sebagai
pembanding untuk mengetahui perolehan minyak dengan kondisi operasi dengan
menggunakan katalis.

Pirolisis Limbah Plastik menjadi Bahan Bakar Minyak 36


4.3. Perbandingan Pengaruh Katalis Abu Vulkanik dan Temperatur
terhadap Yield Bahan Bakar Cair Pirolisis
Dari tabel 4.1 dan 4.2, diketahui bahwa semakin banyak massa katalis yang
digunakan pada saat operasi pirolisis maka yield minyak yang dihasilkan semakin
meningkat. Penambahan katalis pada proses pirolisis dan kenaikan temperatur
selama proses pirolisis merupakan faktor yang sangat penting sehingga keduanya
harus diamati berdasarkan kenaikan waktu.

100 400
90 350
80
Yield Minyak (% v/w)

300

Temperatur (oC)
70
60 250
50 200
40 150
30
100
20
10 50
0 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Waktu (menit)
Waktu Operasi (Menit) Temperatur (°C) tanpa katalis
katalis 20 g katalis 50 g katalis 70 g

Gambar 4.10 Grafik Temperatur dan Volume Minyak terhadap Waktu pada
pirolisis styrofoam Tanpa Katalis dan Katalis Tidak Teraktivasi berbagai variasi

Pirolisis Limbah Plastik menjadi Bahan Bakar Minyak 37


100 400
90 350
80
Yield Minyak (% v/w) 300

Temperatur (oC)
70
60 250
50 200
40 150
30
100
20
10 50
0 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Waktu (menit)
Waktu Operasi (Menit) Temperatur (°C) tanpa katalis
katalis 20 g katalis 50 g katalis 70 g

Gambar 4.11 Grafik Temperatur dan Volume Minyak terhadap Waktu pada
pirolisis styrofoam Tanpa Katalis dan Katalis Teraktivasi berbagai variasi

100 400
90 350
80
Yield Minyak (% v/w)

300

Temperatur (oC)
70
60 250
50 200
40 150
30
100
20
10 50
0 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Waktu (menit)
Waktu Operasi (Menit) Temperatur (°C) tanpa katalis
katalis 20 g katalis 50 g katalis 70 g

Gambar 4.12 Grafik Temperatur dan Volume Minyak terhadap Waktu pada
pirolisis LDPE Tanpa Katalis dan Katalis Tidak Teraktivasi berbagai variasi

Pirolisis Limbah Plastik menjadi Bahan Bakar Minyak 38


100 400
90 350
80
Yield Minyak (% v/w) 300

Temperatur (oC)
70
60 250
50 200
40 150
30
100
20
10 50
0 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Waktu (menit)

Waktu Operasi (Menit) Temperatur (°C) tanpa katalis


katalis 20 g katalis 50 g katalis 70 g

Gambar 4.13 Grafik Temperatur dan Volume Minyak terhadap Waktu pada
pirolisis LDPE Tanpa Katalis dan Katalis Teraktivasi berbagai variasi

Dapat dilihat pada gambar 4.7 – 4.10 yield minyak yang dihasilkan terjadi
peningkatan dalam selang waktu 10 menit pada setiap kenaikan temperatur yang
ditandai dengan diagram batang berwarna abu muda pada grafik di atas. Proses
pirolisis ini bergantung pada keadaan ruangan dan lingkungan sekitar tempat
pirolisis (reaktor) yang diukur menggunakan termokopel pada reaktor, semakin
tinggi sumber panas pada reaktor maka temperatur akan semakin naik dan akan
mempengaruhi perolehan minyak pada proses pirolisis.
Pada peningkatan temperatur yang terjadi, bahan baku polimer atau plastik
dipanaskan hingga temperatur tinggi dengan perolehan temperatur tertinggi yaitu
sebesar 370oC. Proses pemanasan ini mengakibatkan struktur makromolekul
plastik terurai dan terbentuk senyawa hidrokarbon molekul kecil dengan rantai
karbon yang pendek. Semakin tinggi temperatur maka semakin banyak volume
minyak yang dihasilkan, akibat dari banyaknya proses pemutusan rantai
hidrokarbon pada styrofoam dan LDPE.
Jika dibandingkan berdasarkan gambar 4.7 – 4.8 yaitu grafik sampel uji
styrofoam dengan gambar 4.9 – 4.10 yaitu grafik sampel uji LDPE. Sudah terlihat
bahwa hasil kumulatif yield bahan bakar cair yang diperoleh pada pirolisis
dipengaruhi oleh keberadaan katalis. Proses pirolisis menggunakan katalis

Pirolisis Limbah Plastik menjadi Bahan Bakar Minyak 39


teraktivasi menghasilkan lebih banyak yield minyak dibandingkan pirolisis
dengan katalis yang tidak teraktivasi. Kenaikan yield bahan bakar minyak ini
dipengaruhi juga berdasarkan banyaknya katalis yang digunakan. Seperti yang
sudah dijelaskan pada 4.1 luas permukaan, volume pori dan diameter pori dapat
mempengaruhi laju pirolisis, dilihat pada grafik antara katalis tidak teraktivasi
dengan katalis teraktivasi, pirolisis dengan katalis teraktivasi menghasilkan
minyak lebih cepat berdasarkan interval waktu dibandingkan dengan katalis tidak
teraktivasi berdasarkan kenaikan jumlah massa katalis yang digunakan. Laju
pirolisis semakin meningkat akibat adanya proses cracking yang lebih banyak
dilakukan oleh katalis. Senyawa hidrokarbon dimungkinkan lebih banyak terjerap
dan terpecah rantai karbonnya pada pirolisis dengan katalis 70 gram dibandingkan
pirolisis dengan katalis 20 gram. Lebih banyak katalis yang digunakan
menyebabkan lebih besar luas permukaan yang dapat menjerap untuk membantu
reaksi pemecahan rantai karbon.

4.4. Uji Karakteristik Bahan Bakar Cair Pirolisis


Paramater karakteristik yang harus diperhatikan pada produk cair hasil
pirolisis antara lain densitas, viskositas, nilai kalor, angka flash point, smoke
point, ignition point, campuran jenis senyawa yang terkandung dan komposisi
senyawa organik & biokimia.
4.4.1. Uji Densitas
Densitas seringkali dinyatakan dalam berat suatu zat per satuan volume atau
pada penelitian ini dinyatakan dalam perbandingan antara massa minyak (gram)
dengan volume minyak (mL) yang ditunjukkan pada Tabel 4.3.

Pirolisis Limbah Plastik menjadi Bahan Bakar Minyak 40


Tabel 4.4 Densitas Bahan Bakar Minyak Pirolisis
Sampel
Sampel Densitas Densitas
Low Density
styrofoam (gram/mL) (gram/mL)
Polyethylene
Tanpa - 0,8754 Tanpa - 0,7446
20 0,8828 20 0,7488
Tanpa Aktivasi 50 0,8773 Tanpa Aktivasi 50 0,7568
70 0,8732 70 0,7453
20 0,8877 20 0,8023
Aktivasi 50 0,8732 Aktivasi 50 0,7457
70 0,8856 70 0,7473

Dari Tabel 4.3 Nilai massa jenis dari minyak hasil pirolisis dengan sampel
styrofoam rata-rata bernilai 0,8793 kg/L dan sampel LDPE rata-rata bernilai
0,7558 g/mL. Berdasarkan Tabel 4.3 yang telah disediakan, jika dibandingkan
dengan data dari literatur yang tercantum pada 2.7.3., nilai massa jenis dari
minyak pirolisis baik sampel styrofoam maupun LDPE memiliki densitas mirip
dengan kisaran spesifikasi standar minyak tanah yaitu berada diantara 0,79 – 0,89
g/mL menurut Kementerian ESDM (2006). Hasil densitas dari minyak LDPE ini
juga signifikan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Ademiluyi (2017)
yang meneliti pirolisis plastik LDPE, viskositas minyak pirolisis sebesar 0,75
g/mL.

4.4.2. Uji Viskositas


Viskositas merupakan suatu besaran untuk menyatakan besarnya tahanan
geser (daya hambat) yang dialami suatu cairan pada tekanan tertentu. Ekspresi
kuantitatif dari resistensi fluida untuk mengalir dinyatakan dengan centipoise (cP),
sedangkan perbandingan kekuatan viskositas fluida dengan gaya inersia
dinyatakan dengan centistoke (cSt) yang ditunjukkan pada Tabel 4.4.

Pirolisis Limbah Plastik menjadi Bahan Bakar Minyak 41


Tabel 4.5 Viskositas Dinamis dan Kinematis Bahan Bakar Minyak Pirolisis

Sampel Viskositas Sampel Viskositas


Dinamis Kinematis Low Density Dinamis Kinematis
Polystyrene
(cP) (cSt) Polyethylene (cP) (cSt)
Tanpa - 1,5700 0,7758 Tanpa - 1,5519 0,8199
20 1,5567 0,7665 20 1,4877 0,7842
Tanpa 50 1,6440 0,8116 Tanpa 50 1,5514 0,8144
Aktivasi Aktivasi
70 1,6236 0,7927 70 1,5921 0,8408
20 1,6714 0,8210 20 1,5739 0,7769
Aktivasi 50 1,7480 0,8648 Aktivasi 50 1,5549 0,8210
70 1,6932 0,8342 70 1,6251 0,8573

Nilai viskositas dinamis yang dihasilkan didapat nilai rata-rata sebesar


1,6438 cP untuk minyak hasil styrofoam dan 1,5624 cP untuk minyak hasil LDPE,
kedua hasil minyak tersebut menunjukkan nilai viskositas yang mendekati nilai
viskositas dari minyak tanah yaitu sebesar 0,294 – 3,340 cP. Berdasarkan Tabel
4.4 dapat diketahui bahwa viskositas untuk LDPE memiliki nilai yang lebih
rendah dibandingkan dengan viskositas untuk styrofoam, memberikan arti bahwa
LDPE memiliki daya hambat rendah untuk mengalir dibandingkan dengan
styrofoam.

4.4.3. Uji Nilai Kalor


Semakin tinggi nilai kalor maka kualitas bahan bakar minyak semakin baik
karena menunjukkan panas yang dihasilkan oleh bahan bakar minyak bernilai
tinggi (M. Tirono dkk,2011). Pada penelitian pirolisis styrofoam dan LDPE
menjadi bahan bakar, nilai kalor merupakan fungsi dari viskositas kinematis pada
berbagai bahan bakar minyak styrofoam dan LDPE, dimana viskositas kinematis
dipengaruhi oleh waktu pada saat minyak pirolisis mengalir. Semakin cepat
minyak dapat mengalir, maka nilai viskositas kinematik semakin kecil sehingga
nilai kalor menjadi kecil.

Pirolisis Limbah Plastik menjadi Bahan Bakar Minyak 42


Tabel 4.6 Nilai Kalor Bahan Bakar Minyak Pirolisis
Sampel Sampel
Nilai Kalor Nilai Kalor
(MJ/kg) Low Density (MJ/kg)
styrofoam
Polyethylene
Tanpa - 40,6245 Tanpa - 40,6446
20 40,6188 20 40,6245
Tanpa Aktivasi 50 40,6395 Tanpa Aktivasi 50 40,6367
70 40,6328 70 40,6528
20 40,6452 20 40,6248
Aktivasi 50 40,6642 Aktivasi 50 40,6424
70 40,6524 70 40,6609

Berdasarkan Tabel 4.5, hasil pengujian menunjukan bahwa nilai kalor minyak
pirolisis cukup tinggi. nilai rata-rata kalor yang dimiliki LDPE sebesar 40,6413
MJ/kg lebih besar dibandingkan dengan nilai rata-rata kalor yang dimiliki
styrofoam sebesar 40,6401 MJ/kg. Hal ini menunjukkan bahwa adanya perbedaan
jenis plastik mempengaruhi nilai kalor, hal tersebut disebabkan karena senyawa
hidrokarbon penyusun dari minyak pirolisis styrofoam dan LDPE berbeda. Hasil
tersebut dapat diartikan bahwa panas dari LDPE lebih baik dibandingkan dengan
panas dari styrofoam, kedua nilai kalor tersebut juga menunjukkan bahwa hasil
bahan bakar minyak pada proses pirolisis ini mendekati nilai kalor minyak tanah
dengan rentang nilai diantara 41 – 43 MJ/kg.

4.4.4. Uji Flash Point, Smoke Point dan Ignition Point


Pengujian bahan bakar minyak hasil pirolisis dilakukan juga dengan beberapa
uji parameter bakar seperti flash point, smoke point dan igniton point seperti yang
ditunjukkan pada Tabel 4.6

Pirolisis Limbah Plastik menjadi Bahan Bakar Minyak 43


Tabel 4.7 Perbandingan Karakteristik Bahan Bakar Minyak Pirolisis
Sampel Sampel
Flash Smoke Ignition Flash Smoke Ignition
Point Point Point Low Density Point Point Point
Polystyrene (K) (cm) (oC) (K) (cm) (oC)
Polyethylene
Tanpa - 309 15 65 Tanpa - 309 4 75
20 314 9 80 20 322 5 65
Tanpa Tanpa
50 313 11 70 50 327 8 50
Aktivasi Aktivasi
70 307 5 80 70 313 7 47
20 308 12 80 20 310 3 75
Aktivasi 50 311 13 60 Aktivasi 50 318 6 55
70 304 10 96 70 311 10 45

Flash point merupakan temperatur terendah yang dapat mengeluarkan uap


dan menyala sendiri bila diberi sumber panas yang cukup. Pada Tabel 4.6
Menunjukkan hasil rata-rata pengujian titik nyala pada asap cair hasil pirolisis
styrofoam adalah sebesar 309 K dan LDPE sebesar 315 K. Titik nyala yang
dihasilkan bahan bakar ini masuk dalam kisaran karakteristik titik nyala minyak
tanah yaitu sebesar 310 – 338 K (Commision of the European Communities IPCS,
2001).

4.4.5. Hasil Analisa GC-MS


Hasil uji GC-MS yang dilakukan pada bahan bakar cair styrofoam dan LDPE
dengan proses pirolisis menggunakan katalis teraktivasi 50 gram menunjukkan
bahwa sampel bahan bakar cair hasil pirolisis mengandung banyak senyawa, hal
ini dapat diketahui dari banyaknya puncak (peaks) dalam spektra GC. Setiap
puncak (peaks) menggambarkan senyawa kimia yang terkandung dalam sampel
yang diprediksi terkandung dalam fraksi cair tersebut. Hasil penelitian
menunjukan bahwa sampel bahan bakar cair hasil pirolisis limbah plastik akan
menghasikan kecenderungan pembentukan unsur hidrokarbon yang bervariasi.
Pengujian Chromatogram ini menunjukkan terdapat 15 puncak (peaks) untuk
bahan bakar cair styrofoam dan 30 puncak (peaks) untuk bahan bakar cair LDPE
yang tercatat. Hasil analisis sampel bahan bakar cair dengan kromatografi gas
tersebut disajikan pada gambar berikut :

Pirolisis Limbah Plastik menjadi Bahan Bakar Minyak 44


Gambar 4.14 Chromatogram dari bahan bakar cair sampel styrofoam

Gambar 4.15 Chromatogram dari bahan bakar cair sampel Low Density Polyethylene

Data kandungan hasil analisis GC-MS bahan bakar cair dengan kromatografi
gas tersebut disajikan pada tabel 4.7 dan tabel 4.8 berikut :

Tabel 4.8 Mass Spektrum dari bahan bakar cair sampel styrofoam

Waktu %
Puncak Luas Formula
retensi, tR Luas Nama Senyawa
(peaks) Puncak Kimia
(menit) Puncak
8 3.205 2040670 7,843 C7 H8 metilbenzene
9 3.726 2395174 9,206 C8 H10 ethylbenzene
10 4.062 309868 1,191 C9 H12 Isopropilbenzene
11 4.841 18297320 70,323 C8 H8 Styrene
13 5.566 1928073 7,410 C9 H10 isopropenylbenzene

Pirolisis Limbah Plastik menjadi Bahan Bakar Minyak 45


Tabel 4.9 Mass Spektrum dari bahan bakar cair sampel LDPE
Waktu
%
Puncak retensi, Luas Formula
Luas Nama Senyawa
(peaks) tR Puncak Kimia
Puncak
(menit)
1 2,319 2499261 7,957 C7 H16 n-Heptane
2 2,376 2070025 6,590 C9 H20 n-nonane
3 2,427 2285605 7,277 C10 H22 n-dekane / 2-propilheptane
5 2,520 3477444 11,071 C9 H18 n-propilcyclohexane
6 2,573 8113618 25,831 C10 H20 1-octene

Berdasarkan gambar 4.11 dan 4.12, bahan bakar cair hasil analisa pada
sampel styrofoam dan LDPE mengandung beberapa senyawa yang bervariasi,
dengan kelimpahan yang paling tinggi dimiliki oleh puncak 11 untuk bahan bakar
cair styrofoam dan puncak 6 untuk bahan bakar cair LDPE. Senyawa – senyawa
yang terkandung pada bahan bakar cair styrofoam dan LDPE didapatkan dari data
MS yang kemudian diambil beberapa data berdasarkan presen tertinggi seperti
yang terlihat pada tabel 4.7 dan 4.8, dari data MS tersebut dapat dinyatakan bahwa
hasil analisa dari bahan bakar cair styrofoam didominasi oleh senyawa styrene
dengan luas puncak terbesar yaitu 70,323%, senyawa tersebut memiliki kemiripan
dengan senyawa asli yang digunakan yaitu styrene sedangkan untuk hasil analisa
dari bahan bakar cair LDPE didominasi oleh senyawa 1-Octene dengan luas
puncak terbesar yaitu 25,831%.

Pirolisis Limbah Plastik menjadi Bahan Bakar Minyak 46


Tabel 4.10 Jumlah atom karbon untuk berbagai bahan bakar cair

Jumlah Komposisi
Jenis Bahan Bakar (%)
Sumber
Karbon
Kerosin
C9 - C14 100 www.srigusriawati.wordpress.com
(Minyak Tanah)
Gasolin C5 - C8 100
Minyak Diesel (Solar) C15 - C17 100 www.artoel.com
Pelumas C18 - C20 100
Styrofoam C5 - C9 92,49
C9 - C14 6,71
C15 - C17 0,80
Hasil GC-MS
LDPE C5 - C9 38,55
C9 - C14 61,27
C15 - C17 0,18

Menurut Collins dan Chris (2007), semua bahan bakar yang disebut dengan
bensin umumnya terdiri dari hidrokarbon dengan atom karbon berjumlah antara 4
sampai 12 (biasanya disebut C4 sampai C12). Rata-rata komposisi hidrokarbon
yang didapatkan dari bahan bakar cair kedua sampel baik styrofoam dan LDPE
menurut tabel 4.9 dapat dinyatakan memiliki jumlah atom karbon mendekati
bensin dengan detail klasifikasi yang berbeda-beda (kerosin, gasolin, diesel atau
pelumas). Berdasarkan komposisi hasil analisa GC-MS dari kedua sampel,
klasifikasi dari sampel styrofoam dengan komposisi terbesar berada pada rentang
jumlah atom karbon C5 – C9 sebesar 92,49% menjadikan bahan bakar cair
pirolisis dengan sampel styrofoam ini memiliki kemiripan dengan Gasolin,
sedangkan untuk sampel LDPE dengan komposisi terbesar berada pada rentang
jumlah atom karbon C9 – C14 sebesar 61,27% menjadikan bahan bakar cair
pirolisis sampel LDPE ini memiliki kemiripan dengan Kerosin (Minyak Tanah).
Perbedaan jumlah atom karbon pada bahan bakar cair hasil pirolisis ini
dipengaruhi oleh adanya proses cracking oleh katalis yang digunakan. Proses
cracking tidak berjalan sempurna secara keseluruhan sehingga masih terdapat
susunan atom karbon tinggi seperti C15 pada kedua sampel.

Pirolisis Limbah Plastik menjadi Bahan Bakar Minyak 47


BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil yang didapatkan pada penelitian konversi limbah


Styrofoam dan Low Density Polyethylene menjadi bahan bakar minyak dengan
katalis abu vulkanik dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Abu vulkanik sebagai katalis dapat diklasifikasikan ke dalam kelompok
mesopori ( 2 – 50 nm) ukuran diameter pori abu vulkanik teraktivasi sebesar
18,9600 nm dan diameter pori abu vulkanik tidak teraktivasi sebesar 7,2826
nm, volume pori abu vulkanik teraktivasi sebesar 0,0140 mL/g dan volume
pori abu vulkanik tidak teraktivasi sebesar 0,0106 mL/g. Volume pori
berbanding lurus dengan luas permukaan pada abu vulkanik dengan hasil
yang didapatkan yaitu 3,8475 m2/g untuk luas permukaan abu vulkanik
teraktivasi dan 1,1188 m2/g untuk luas permukaan abu vulkanik tidak
teraktivasi. Luas permukaan yang besar dapat mempengaruhi kemampuan
adsorpsi dari abu vulkanik yang dibuktikan dengan struktur mikro lebar hasil
uji SEM-EDS yang memiliki komposisi berdasarkan spektrum yaitu 38,32%
atomik molar silika dan 50,58% molar oksida. Sehingga abu vulkanik
dinyatakan efektif untuk dimanfaatkan sebagai katalis pada proses pirolisis.
2. Bahan bakar cair hasil kondensasi merupakan produk utama dari proses
pirolisis dengan % yield yang dipengaruhi beberapa faktor diantaranya
temperatur operasi, waktu operasi, jumlah katalis, karakteristik katalis dan
jenis plastik yang digunakan berdasarkan struktur polimer kimia plastik
tersebut.
3. Bahan bakar cair hasil pirolisis baik styrofoam dan LDPE memiliki kemiripan
karakteristik dengan minyak tanah (kerosin) berdasarkan uji densitas,
viskositas, nilai kalor, sedangkan pada hasil GC-MS styrofoam memiliki
kemiripan dengan gasoline namun untuk LDPE memiliki kemiripan dengan
minyak tanah (kerosin).

Pirolisis Limbah Plastik menjadi Bahan Bakar Minyak 48


DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, N. A., Novianti, A., Hakim, I. I., Putra, N. & Koestoer, R. A. 2018.
Influence of temperature on conversion of plastics waste (polystyrene) to
liquid oil using pyrolysis process. IOP Conference Series: Earth and
Environmental Science,. IOP Publishing, 012033.
Achilias, Dimitris, S. dkk. 2012. Recent Advances in the Chemical Recycling of
Polymers (PP, PS, LDPE, HDPE, PVC, PC, Nylon, PMMA. Thessaloniki .
Greece.
Arcana, I. M., Bundjali, B., Rochliadi, A. & Hariyawati, N. K. 2013. Preparation
of polymers electrolyte membranes from Styrofoam waste for lithium
battery. Rural Information & Communication Technology and Electric-
Vehicle Technology (rICT & ICeV-T), 2013 Joint International
Conference on. IEEE, 1-4.
Ariani, A.S., dkk. 2019. Karakteristik Geokimia Abu Vulkanik Gunung Anak
Krakatau. Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjajaran. Bandung.
Astuti, A.D., Wahyudi, Jatmiko, Ernawati. A., Aini, S.Q. 2020. Kajian Pendirian
Usaha Biji Plastik di Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Jurnal Litbang: Media
Informasi Penelitian, Pengembangan dan IPTEK. Vol.16 (2): 95-112.
Badan Pusat Statistik. 2018. Statistik Lingkungan Hidup Indonesia 2018. Jakarta:
Badan Pusat Statistik.
D.E.Roberts,W.W.Walton,R.S.Jessup,J. 1947. Polymer Science, John Wiley and
Sons, Inc.,New York.
Europe, P. 2020. Plastics – the Facts 2020: An analysis of European plastics,
production, demand and waste data [Online]. Belgium: Plastics Europe.
Firman, Arfi, M., Adharyandy. 2016. Pirolisis Biomassa Kayu Pinus (Wood Pine)
dengan Katalis Mo/Lempung Menjadi Bio-Oil. Riau. Jurnal Online
Mahasiswa FTEKNIK. Vol.3 (1).
Hamidi, N., Tebyanian, F., Massoudi, R., Whitesides, L. 2013. Pyrolysis of
Household Plastic Wastes. British Journal of Applied Science &
Technology, 3(3), 417- 439.
Hidayah, N, Syafrudin. (2018). A Review on Landfill Management in the
Utilization of Plastic Waste as an Alternative Fuel. Proceeding The 2nd
International Conference on Energy, Environmental and Information
System (ICENIS 2017). Semarang: Universitas Diponegoro 15-16 Agustus
2017
Ismoyo, A.H., Parikin, dan Bandryana, B., 2009. Analisis Struktur Mikro dan
Kristal Paduan. BATAN, Bandung.
Jambeck, J. R., Geyer, R., Wilcox, C., Siegler, T.R., Perryman, M., Andrady, A.,
Narayan, R., dan Law, K.L. 2015. Plastic waste Inputs From Land Into the
Ocean. Science. Vol. 347 (62223): 768-771.
Jonathan, M., Hokliansyah, Hartono, S.B., Suryadi, I. 2003. Pembuatan Katalis
Dari Abu Terbang Untuk Pirolisis Plastik Menjadi Bahan Bakar Cair.
Surabaya. Design and Appliacation of Technology.
Kaddihani, Wardah. 2016. Analisis Nilai Kalor. URL:
https://btbrd.bppt.go.id/services/uji-karakterisasi-bahan-bakar-padat/23-
laboratorium/127-analisis-nilai-kalor. Diakses pada tanggal 12 Juni 2021
pukul 16:44 WIB.
Khairil, Riayatsyah, T. M. I., Bahri, S., Sofyan, S. E., Jalaluddin, Kusumo, F.,
Silitonga, A.S., Padli, Y., Jihad, M., dan Shamsuddin, A.H., 2020.
Experimental Study on the Performance of an SI Engne Fueled by Waste
Plastic Pyrolysis Oil-Gasoline Blends. Energies. 13.4196.
10.3390/en13164196.
Kumara. 2015. Pengaruh Penggunaan Katalis (Zeolit) Terhadap Kinetic Rate Tar
Hasil Pirolisis Serbuk Kayu Mahoni (Switenia Macrophylla). Jurnal
Rekayasa Mesin. Vol.6 (1) pp. 19-25.
Kusumanigtyas, M.P. 2017. Analisis Struktur Nano Batu Apung Lombok
Menggunakan Metode BET (Brunauer-Emmett-Teller). Skripsi. Institut
Teknologi Sepuluh November. Surabaya.
Kusumastuti, E. 2012. Pemanfaatan Abu Vulkanik Merapi Sebagai Geopolimer
(Suatu Polimer Anorganik Aluminosilikat). Semarang. Universitas Negeri
Semarang.
Lestari, S.P., Aswan, A., Effendy, S., Febriana, Ida, S. Ramadhana, S.E.,
Safitri,W., Shaskia, B.A. 2020. Produksi Bahan Bakar Cair Dari Lemak
Sapi Menggunakan Katalis Zeolit Dengan Metode Pirolisis. Junal
Kinetika. Vol.11 No.2:1-9.
Meekum, U. dan Kenharaj, R. 2002. Comparative study of polystyrene foam
degradation in the open-air and artificial weathering exposure. Arabian
Journal for Science and Engineering, 27, 25-32.
Miandad, R., Nizami, A., Rehan, M., Barakat, M., Khan, M., Mustafa, A., Ismail,
I. & Murphy, J. 2016. Influence of temperature and reaction time on the
conversion of polystyrene waste to pyrolysis liquid oil. Waste
management, 58:250-259.
Park, C.-W. dan Lee, S.-S. Properties of Lightweight Foamed Concrete with
Waste Styrofoam and Crude Steel Cement. Proceedings of the Korean
Institute of Building Construction Conference, 2020. The Korean Institute
of Building Construction, 77-78.
Prasetyo, Y. 2011. Scanning Electron Microscope dan Optical Emission
Spectroscope. URL:
https://yudiprasetyo53.wordpress.com/2011/11/07/scanning-electron-
microscope-sem-dan-optical-emission-spectroscope-oes/. Diakses pada
tanggal 11 Juni 2021 pukul 15:35 WIB.
Pratiwi dan Wiwiek. 2015. Pengaruh Penggunaan Katalis Zeolit Alam Dalam
Pirolisis Limbah Plastik Jenis HDPE Menjadi Bahan Bakar Cair Setara
Bensin. Seminar Nasional Sains dan Teknologi. Pp. 1-5.
Pratiwi, R., Dahani, W. 2015. Pengaruh Penggunaan Katalis Zeolit Alam Dala
Pirolisis Limbah Plastik Jenis HDPE Menjadi Bahan Bakar Cair Setara
Bensin. Jurnal Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta.
ISSN:2407-1846. e-ISSN: 2460-8416. 2-3.
Puro, P. K.H., 2019. Pemanfaatan Limbah Plastik Jenis PET (Polyethylene
Terephthalate) dan LDPE (Low Density Polyethylener) Sebagai Bahan
Tambahan Pembuatan Paving Block. Skripsi. Universitas Negeri
Semarang. Semarang.
Sharma, P. R., Chattopadhyay, A., Sharma, S. K., Geng, L., Amiralian, N.,
Martin, D. & Hsiao, B. S. 2018. Nanocellulose from Spinifex as an
Effective Adsorbent to Remove Cadmium (II) from Water. ACS
Sustainable Chemistry & Engineering, 6:3279-3290.
Simatupang, E.B. 2018. Pembuatan Zeolit Sintesis Dari Abu Vulkanik Gunung
Sinabung Dengan Metode Sol-Gel. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Srinovaz. 2018. Cara Menggunakan FTIR (Fourier Transform Infrared
Spectroscopy). URL: https://bisakimia.com/2018/01/11/cara-
menggunakan-ftir-fourier-transform-infrared-spectroscopy/. Diakses pada
9 Juli 2021 pukul 22.48 WIB.
Sulastri, S., Kristianingrum, S. 2010. Berbagai Macam Silika: Sintesis,
Karakterisasi, dan Pemanfaatan. Prosiding Seminar Nasional Penelitian,
Pendidikan dan Penerapan MIPA. FMIPA UNY.
Sumarni. (2008). Kinetika Reaksi Pirolisis Plastik Low Density Polyethylene
(LDPE). In. Jurusan Teknik Kimia. Institut & Teknologi AKPRIND.
Susilawati, Mustafa, I., Maulina, D. 2011.Biodegradable Plastics From A Mizture
Of low Density Polyethylene (LDPE) and Cassava Starch With the
Addition of Acrylic Acid. Jurnal Natural. 11.2.
Syamsiro, M. 2015. Kajian Pengaruh Penggunaan Katalis Terhadap Kualitas
Produk Minyak Hasil Pirolisis Sampah Plastik. Jurnal Teknik. Vol. 5(1),
Pp. 47-56.
Uddin, M.A. Koizumi, K. Murata, K. Sakata, Y. 1997. Thermal and catalytic
degradation of structurally different types of polyethylene into fuel oil.
Polymer Degradation and Stability. Vol 56 Page 37-44.
Wahyudi, J., Prayitno, H.T., Astuti, A.D. 2018. Pemanfaatan Limbah Plastik
sebagai Bahan Baku Pembuatan Bahan Bakar Alternatif. Jurnal Litbang.
Vol.XIV (1): 58-67.
Wantoro, W., Kusumaningrum, D., Setiadji, B.H., dan Kushardjoko, W. 2013.
Pengaruh Penambahan Plastik bekas Tipe Low Density Polyethylene
(LDPE) terhadap Kinerja Campuran Beraspal. Jurnal Karya Teknik Sipil.
2(4):366-381.
Wicaksono, M.A., Arijanto. 2017. Pengolahan Sampah Plastik Jenis PET
(Polyethilene Perepthalathe) Menggunakan Metode pirolisis menjadi
Bahan Bakar Alternatif. Jurnal teknik Mesin S-1.Vol. 5. No.1
Zhang dkk. 2011. Influence of pyrolysis temperature and time on the cellulose fast
pyrolysis products: Analytical Py-GC/MS study. Journal of analytics and
applied pyrolysis. 430 –438.
LAMPIRAN A
DATA PERCOBAAN PIROLISIS

A.1. Produk Hasil Pirolisis

Tabel A.1 Produk Cair Hasil Pirolisis


Waktu yang
Temperatur Volume yang
Sampel Plastik dibutuhkan
(oC) dihasilkan (mL)
(menit)
Polystyrene 1 345 170 105
Polystyrene 2 345 200 112
Polystyrene 3 345 140 119
Polystyrene 4 360 130 138
Polystyrene 5 375 120 154
Polystyrene 6 360 130 132
Polystyrene 7 355 120 52

Tabel A.2 Produk Cair Hasil Pirolisis


Waktu yang
Temperatur Volume yang
Sampel Plastik dibutuhkan
(oC) dihasilkan (mL)
(menit)
LDPE 1 350 190 54
LDPE 2 370 170 60
LDPE 3 360 200 60
LDPE 4 360 180 58
LDPE 5 360 170 84
LDPE 6 370 180 98
LDPE 7 370 180 104

Tabel A.3 Produk Padat Hasil Pirolisis

Massa Umpan Massa Padatan, char


Sampel Plastik
(gram) (gram)
Polystyrene 1 200 5,314
Polystyrene 2 200 0,756
Polystyrene 3 200 0,214
Polystyrene 4 200 10,012
Polystyrene 5 200 3,316
Polystyrene 6 200 9,914
Polystyrene 7 200 37,603
Tabel A.4 Produk Padat Hasil Pirolisis

Massa Umpan Massa Padatan, char


Sampel Plastik
(gram) (gram)
LDPE 1 200 19,502
LDPE 2 200 6,298
LDPE 3 200 7,215
LDPE 4 200 15,011
LDPE 5 200 10,093
LDPE 6 200 14,211

A.2. Volume Bahan Bakar Cair Hasil Pirolisis setiap 10 menit

Tabel A.5 Volume bahan bakar cair pada proses pirolisis styrofoam tanpa katalis

Waktu Operasi Volume Minyak


Temperatur (°C)
(Menit) (mL)
0 25 0
10 70 0
20 125 0
30 180 0
40 210 0
50 240 2
60 290 22
70 300 36
80 315 43
90 320 57
100 328 76
110 330 86
120 335 94
130 340 103
140 340 104
150 345 104
160 345 105
170 345 105
Tabel A.6 Volume bahan bakar cair pada proses pirolisis styrofoam katalis tidak
teraktivasi 20 gram

Waktu Operasi Volume Minyak


Temperatur (°C)
(Menit) (mL)
0 25 0
10 80 0
20 150 0
30 170 0
40 220 8
50 265 30
60 275 46
70 285 62
80 310 76
90 315 94
100 320 102
110 330 105
120 335 107
130 337 108
140 340 109
150 345 109
160 345 110
170 345 110
180 345 111
190 345 112
200 345 112
Tabel A.7 Volume bahan bakar cair pada proses pirolisis styrofoam katalis
teraktivasi 20 gram

Waktu Operasi
Temperatur (°C) Volume Minyak (mL)
(Menit)
0 25 0
10 78 0
20 130 0
30 200 0
40 230 9
50 275 28
60 280 62
70 300 84
80 310 98
90 315 106
100 320 114
110 330 118
120 340 119
130 345 119
140 345 119

Tabel A.8 Volume bahan bakar cair pada proses pirolisis styrofoam katalis tidak
teraktivasi 50 gram

Waktu Operasi
Temperatur (°C) Volume Minyak (mL)
(Menit)
0 28 0
10 95 0
20 165 0
30 235 0
40 270 16
50 295 32
60 320 66
70 330 97
80 340 112
90 345 129
100 350 136
110 355 137
120 360 138
130 360 138
Tabel A.9 Volume bahan bakar cair pada proses pirolisis styrofoam katalis
teraktivasi 50 gram

Waktu Operasi
Temperatur (°C) Volume Minyak (mL)
(Menit)
0 25 0
10 170 0
20 230 0
30 260 12
40 285 32
50 300 78
60 310 108
70 330 136
80 340 148
90 360 152
100 365 153
110 370 154
120 375 154

Tabel A.10 Volume bahan bakar cair pada proses pirolisis styrofoam katalis tidak
teraktivasi 70 gram

Waktu Operasi
Temperatur (°C) Volume Minyak (mL)
(Menit)
0 25 0
10 110 0
20 195 0
30 235 0
40 275 12
50 300 68
60 320 102
70 330 118
80 350 126
90 355 128
100 358 130
110 360 131
120 360 131
130 360 132
Tabel A.11 Volume bahan bakar cair pada proses pirolisis styrofoam katalis
teraktivasi 70 gram

Waktu Operasi
Temperatur (°C) Volume Minyak (mL)
(Menit)
0 28 0
10 190 0
20 240 0
30 260 0
40 285 14
50 290 26
60 310 34
70 315 38
80 338 44
90 350 48
100 350 50
110 355 52
120 355 52
Tabel A.12 Volume bahan bakar cair pada proses pirolisis Low Density
Polyethylene Tanpa Katalis

Waktu Operasi
Temperatur (°C) Volume Minyak (mL)
(Menit)
0 20 0
10 85 0
20 140 0
30 225 0
40 260 0
50 300 0
60 320 3
70 330 16
80 335 22
90 340 28
100 340 34
110 345 38
120 350 42
130 350 46
140 350 48
150 350 50
160 350 52
170 350 54
180 350 54
190 350 54
Tabel A.13 Volume bahan bakar cair pada proses pirolisis Low Density
Polyethylene katalis tidak teraktivasi 20 gram

Waktu Operasi
Temperatur (°C) Volume Minyak (mL)
(Menit)
0 25 0
10 90 0
20 150 0
30 230 0
40 290 0
50 310 0
60 340 3
70 350 16
80 355 22
90 360 30
100 365 38
110 365 46
120 365 52
130 370 54
140 370 56
150 370 58
160 370 60
170 370 60
Tabel A.14 Volume bahan bakar cair pada proses pirolisis Low Density
Polyethylene katalis teraktivasi 20 gram

Waktu Operasi
Temperatur (°C) Volume Minyak (mL)
(Menit)
0 28 0
10 130 0
20 180 0
30 220 0
40 275 1,7
50 305 12
60 310 26
70 325 30
80 330 32
90 335 36
100 340 42
110 345 46
120 350 48
130 350 52
140 350 54
150 350 56
160 350 58
170 355 58
180 355 59
190 360 60
200 360 60
Tabel A.15 Volume bahan bakar cair pada proses pirolisis Low Density
Polyethylene katalis tidak teraktivasi 50 gram

Waktu Operasi
Temperatur (°C) Volume Minyak (mL)
(Menit)
0 25 0
10 95 0
20 160 0
30 230 0
40 280 0
50 310 4
60 320 12
70 320 18
80 330 26
90 335 30
100 340 34
110 340 38
120 345 44
130 350 48
140 355 52
150 360 54
160 360 56
170 360 58
180 360 58
Tabel A.16 Volume bahan bakar cair pada proses pirolisis Low Density
Polyethylene katalis teraktivasi 50 gram

Waktu Operasi
Temperatur (°C) Volume Minyak (mL)
(Menit)
0 20 0
10 110 0
20 165 0
30 225 0
40 280 0
50 310 12
60 320 20
70 325 28
80 325 35
90 330 48
100 335 56
110 340 74
120 345 78
130 350 80
140 350 82
150 355 83
160 360 84
170 360 84
Tabel A.17 Volume bahan bakar cair pada proses pirolisis Low Density
Polyethylene katalis tidak teraktivasi 70 gram
Waktu Operasi
Temperatur (°C) Volume Minyak (mL)
(Menit)
0 25 0
10 90 0
20 155 0
30 200 0
40 280 0
50 310 10
60 320 18
70 330 28
80 335 40
90 335 58
100 340 68
110 340 76
120 350 80
130 355 84
140 360 88
150 365 92
160 370 96
170 370 98
180 370 98
Tabel A.18 Volume bahan bakar cair pada proses pirolisis Low Density
Polyethylene katalis teraktivasi 70 gram
Waktu Operasi
Temperatur (°C) Volume Minyak (mL)
(Menit)
0 25 0
10 90 0
20 155 0
30 200 0
40 280 0
50 310 9
60 320 26
70 330 42
80 335 56
90 335 68
100 340 80
110 340 92
120 350 94
130 355 96
140 360 100
150 365 102
160 370 104
170 370 104
180 370 104

A.3. Densitas Bahan Bakar Cair Hasil Pirolisis

Tabel A.19 Densitas bahan bakar cair pada proses pirolisis polystyrene
Massa Massa Massa densitas
Sampel Pinomete Piknometer piknometer densitas rata-
Plastik r Kosong + Air + sampel (g/mL) rata
(gram) (gram) (gram) (g/mL)
Polystyrene 1 53,7910 0,8754
Polystyrene 2 53,9870 0,8828
Polystyrene 3 54,1160 0,8877
Polystyrene 4 30,521 57,002 53,8410 0,8773 0,8793
Polystyrene 5 53,7310 0,8732
Polystyrene 6 53,7310 0,8732
Polystyrene 7 54,0620 0,8856
Tabel A.20 Densitas bahan bakar cair pada proses pirolisis Low Density
Polyethylene
Massa Massa Massa
desitas
Sampel Pinometer Piknometer piknometer densitas
rata-rata
Plastik Kosong + Air + sampel (g/mL)
(g/mL)
(gram) (gram) (gram)
LDPE 1 50,3120 0,7446
LDPE 2 50,4260 0,7488
LDPE 3 53,8460 0,8023
LDPE 4 30,521 57,002 50,6380 0,7568 0,7558
LDPE 5 50,3420 0,7457
LDPE 6 50,3310 0,7453
LDPE 7 50,3840 0,7473

A.4. Viskositas Bahan Bakar Cair Hasil Pirolisis

Tabel A.21 Viskositas Dinamis bahan bakar cair pada proses Styrofoam
Viskositas
Waktu Waktu
Sampel Viskositas Dinamis
Viskosita Viskositas
Plastik Dinamis (cP) Rata-rata
s Air (s) Minyak (s)
(cP)
Polystyrene 1 4,6967 1,5700
Polystyrene 2 4,6400 1,5567
Polystyrene 3 4,9700 1,6714
Polystyrene 4 5,08 4,9133 1,6440 1,6438
Polystyrene 5 5,2350 1,7480
Polystyrene 6 4,8325 1,6236
Polystyrene 7 5,0500 1,6932
Tabel A.22 Viskositas Dinamis bahan bakar cair pada proses pirolisis Low
Density Polyethylene
Viskositas
Waktu Waktu
Sampel Viskositas Dinamis
Viskositas Viskositas
Plastik Dinamis (cP) Rata-rata
Air (s) Minyak (s)
(cP)
LDPE 1 4,9633 1,5519
LDPE 2 4,7475 1,4877
LDPE 3 4,7033 1,5739
LDPE 4 5,08 4,9300 1,5514 1,5624
LDPE 5 4,9700 1,5549
LDPE 6 5,0900 1,5921
LDPE 7 5,1900 1,6251

Tabel A.23 Viskositas Kinematis bahan bakar cair pada proses pirolisis Styrofoam
Viskositas
Waktu Waktu
Sampel Viskositas Kinematis
Viskositas Viskositas
Plastik Kinematis (cSt) Rata-rata
Air (s) Minyak (s)
(cSt)
Polystyrene 1 4,6967 0,7758
Polystyrene 2 4,6400 0,7665
Polystyrene 3 4,9700 0,8210
Polystyrene 4 5,08 4,9133 0,8116 0,8095
Polystyrene 5 5,2350 0,8648
Polystyrene 6 4,8325 0,7927
Polystyrene 7 5,0500 0,8342

Tabel A.24 Viskositas Kinematis bahan bakar cair pada proses pirolisis Low
Density Polyethylene
Viskositas
Waktu Waktu
Sampel Viskositas Kinematis
Viskositas Viskositas
Plastik Kinematis (cSt) Rata-rata
Air (s) Minyak (s)
(cSt)
LDPE 1 4,9633 0,8199
LDPE 2 4,7475 0,7842
LDPE 3 4,7033 0,7769
LDPE 4 5,08 4,9300 0,8144 0,8164
LDPE 5 4,9700 0,8210
LDPE 6 5,0900 0,8408
LDPE 7 5,1900 0,8573
A.5. Flash Point, Smoke Point dan Ignition Point Bahan Bakar Cair Hasil
Pirolisis

Tabel A.25 Flash Point, Smoke Point dan Ignition Point bahan bakar cair pada
proses pirolisis Styrofoam

Sampel Plastik Flash Point (K) Smoke Point (cm) Ignition Point (oC)

Polystyrene 1 309 15 65
Polystyrene 2 314 9 80
Polystyrene 3 308 12 80
Polystyrene 4 313 11 70
Polystyrene 5 311 13 60
Polystyrene 6 307 5 80
Polystyrene 7 304 10 96

Tabel A.26 Flash Point, Smoke Point dan Ignition Point bahan bakar cair pada
proses pirolisis Low Density Polyethylene

Sampel Plastik Flash Point (K) Smoke Point (cm) Ignition Point (oC)

LDPE 1 309 4 75
LDPE 2 322 5 65
LDPE 3 310 3 75
LDPE 4 327 8 50
LDPE 5 318 6 55
LDPE 6 313 7 47
LDPE 7 311 10 45
LAMPIRAN B
DATA HASIL UJI ANALISA

B.1. Hasil Uji Metode Brunauer-Emmet-Teller (BET)

Tabel B.1 Volume Pori Abu Vulkanik

Sampel Volume Pori Total (mL/g)


Aktivasi 0,0140
Abu Vulkanik
Non-Aktivasi 0,0106

Tabel B.2 Data hasil uji Abu Vulkanik untuk perhitungan


Luas Volume
Sampel Kapasitas Bilangan
Penampang Molar
Abu Slope intercept Monolayer Avogadro
Adsorbat Gas
Vulkanik (Xm) (Lav)
(Am) (Mv)
Aktivasi 911,787 -6,65849 0,0011048 6,023E+23 1,62E-19 22,4
Non-
3202,11 -89,2928 0,0003212 6,023E+23 1,62E-19 22,4
Aktivasi

Tabel B.3 Luas Permukaan Abu Vulkanik

Luas Permukaan Spesifik (m2/g)


Sampel
Hasil Uji Perhitungan
Abu Aktivasi 3,8475 4,8125
Vulkanik Non-Aktivasi 1,1188 1,3993

Tabel B.4 Diameter Pori Abu Vulkanik

Sampel Diameter Pori (nm)


Aktivasi 18,9600
Abu Vulkanik
Non-Aktivasi 7,2826
B.2. Hasil Uji Scanning Electron Microscopy (SEM)

Format : JEOL/EO
Version : 1.1
Date : 2022-04-13
Time : 2.59.30 PM
Operator General : INTRUMENT JSM-6360
ACCEL_VOLT 20
MAG 500
SIGNAL SEI
MICRON_MARKER 50µm
FILM_NUMBER 0001
TITLE PC-SEM
WD 10
SPOT_SIZE 30
VACUUM
PHOTO ON
MERGE ON
B.3. Hasil Uji Gas Chromatography-Mass Spectrometry (GC-MS)

Tabel B.5 Peak Report TIC Bahan Bakar Cair Styrofoam


Peak R I F Area Nama Senyawa Formula
Area
# Time Time Time % Kimia
Dimethylsiloxane C6H18O3S
1 2.435 2.400 2.460 84260 0.32
cyclic trimer I3
2 2.493 2.460 2.535 54635 0.21 cyclobutane C8H16
3 2.576 2.535 2.625 158898 0.61 1-octene C10H20
3-ethyl-2-
4 2.664 2.625 2.700 73025 0.28 C9H20
methylhexane
5 2.724 2.700 2.775 73344 0.28 1-nonene C9H18
6 2.895 2.860 2.930 76455 0.29 n-decane C10H22
7 3.093 3.060 3.125 80490 0.31 1-decene C10H20
methylbenzene /
8 3.205 3.125 3.270 2040670 7.84 C7H8
toluene
9 3.726 3.645 3.800 2395174 9.21 ethylbenzene C8H10
10 4.062 4.015 4.115 309868 1.19 isopropilbenzene C9H12
1829732 ethenybenzene /
11 4.841 4.755 4.935 70.32 C8H8
0 styrene
12 4.976 4.935 5.015 82253 0.32 n-dodecane C12H26
isopropenyllbenz
13 5.566 5.510 5.645 1928073 7.41 C9H10
ene
1,3-
14 16.175 16.120 16.235 208414 0.80 C15H16
diphenylpropane
15 17.249 17.190 17.305 155930 0.60 3-butenylbenzene C10H12
2601880
100
9

Tabel B.6 Peak Report TIC Bahan Bakar Cair LDPE


Peak R I F Area Nama Formula
Area
# Time Time Time % Senyawa Kimia
1 2.319 2.200 2.345 2499261 7.96 n-Heptane C7H16
2 2.376 2.345 2.400 2070025 6.59 n-nonane C9H20
3 2.427 2.400 2.460 2285605 7.28 n-dekane C10H22
2-Methyl-1-
4 2.490 2.460 2.500 2025379 6.45 C9H18
octene
n-
5 2.520 2.500 2.545 3477444 11.07 C9H18
propilcyclohexa
ne
6 2.573 2.545 2.615 8113618 25.83 1-octene C10H20
2-Methyl-1-
7 2.630 2.615 2.640 540656 1.72 C9H18
octene
8 2.662 2.640 2.690 1392550 4.43 2-pentane C10H18
9 2.718 2.690 2.730 669020 2.13 1-n-nonane C8H16
4-n-
10 2.745 2.730 2.785 813245 2.59 C10H22
methylnonane
3,5,5-trimethyl-
11 2.840 2.785 2.860 690965 2.20 C9H16
1-cyclohexene
12 2.888 2.860 2.915 576283 1.83 n-dodecane C12H26
13 2.925 2.915 2.950 171656 0.55 octane C8H14
14 2.981 2.950 3.045 351394 1.12 cyclopentane C11H22
15 3.083 3.045 3.115 330761 1.05 cyclopropane C10H20
16 3.130 3.115 3.150 67287 0.21 2-undecene C13H26
methylbenzene
17 3.199 3.150 3.270 1163943 3.71 C7H8
/ toluene
18 3.363 3.270 3.385 155930 0.50 n-undecane C11H24
19 3.424 3.385 3.480 176358 0.56 2-undecene C13H26
20 3.660 3.605 3.680 91482 0.29 cyclopentane C11H22
21 3.718 3.680 3.790 1400297 4.46 ethylbenzene C8H10
22 3.825 3.790 3.890 81299 0.26 ethylbenzene C8H10
2-
23 4.051 4.000 4.125 329662 1.05 C9H12
phenylpropane
24 4.185 4.155 4.215 44522 0.14 ethylbenzene C8H10
25 4.290 4.215 4.310 56170 0.18 ethanone C11H20
1,2,5-
26 4.693 4.660 4.730 32613 0.10 C9H12
trimetilbenzene
ethenylbenzene
27 4.810 4.755 4.865 1280542 4.08 C8H8
/ etyrene
2-
28 5.156 5.110 5.195 38985 0.12 C10H22
propylheptane
2-
29 5.549 5.500 5.620 427429 1.36 C9H10
phenylpropane
3-
30 16.169 16.110 16.220 56267 0.18 phenylpropylbe C15H16
nzene
31410648 100
LAMPIRAN C
CONTOH PERHITUNGAN

C.1. Luas Permukaan Abu Vulkanik Teraktivasi


Data yang digunakan :
Slope (S) = 3,8475
Intercept (i) = -6,6584
Xm = 0,0011
Lav = 6,023 x 1023
Am = 1,62 x 10-19
Mv = 22,4

𝑖 −6,6584
Xm = = = 0,0011
𝑠+1 3,8475 + 1

Xm Lav Am (0,0011)(6,023 x 1023 )(1,62 x 10−19 )


S = = = 4,8125 m2/g
Mv 22,4

C.2. Yield (% v/w) Bahan Bakar Cair sampel styrofoam dengan katalis
teraktivasi 50 gram
Data yang digunakan :
Vminyak = 154 mL
Massa Umpan = 200 gram
154
Yield minyak (% v/w) = x 100% = 77 %
200

C.3. Densitas Bahan Bakar Cair sampel styrofoam dengan katalis teraktivasi
50 gram
Data yang digunakan :
Densitas air pada 28oC =0,996 g/mL (Appendix A.2-3 Geankoplis)
massa pikno kosong = 30,521 gram
massa pikno + air = 57,002 gram
massa pikno + minyak = 53,731 gram
Massa air = (massa pikno + air) – (massa pikno kosong)
= 57,002 gram – 30,521 gram
= 26,481 gram
Massa minyak = (massa pikno + minyak) – (massa pikno kosong)
= 53,731 gram – 30,521 gram
= 23,210 gram
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑖𝑟 26,481
Volume Pikno = = = 26,587 mL
𝑑𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑎𝑖𝑟 0,996

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 23,210


Densitas minyak= = = 0,873 g/mL
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 26,587

C.4. Viskositas Dinamis dan Kinematis Bahan Bakar Cair sampel styrofoam
dengan katalis teraktivasi 50 gram
Data yang digunakan :
Viskositas air pada 28oC = 8,36 g/cm.s
Densitas air pada 28oC = 0,996 g/mL
Densitas minyak = 0,873 g/mL
Waktu viskos air = 5,08 s
Waktu viskos minyak = 5,235 s
μ air × ρ air × t air (8,36)(0,996)(5,08)
Viskositas Dinamis, 𝜇 = ρ minyak × t minyak =
(0,873)(5,235)

= 7,550 g/cm.s = 1,748 cP


𝜇 𝑑𝑖𝑛𝑎𝑚𝑖𝑠 7,550
Viskositas Kinematis, 𝜇 = 𝜌 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 =
0,873

= 8,647 g/cm.s = 0,864 cSt


C.5. Nilai Kalor (High Heating Value) Bahan Bakar Cair sampel styrofoam
dengan katalis teraktivasi 50 gram
Data yang digunakan :
Densitas minyak = 0,873 g/mL
Viskositas minyak = 0,864 cSt
Flash Point minyak = 311

HHV = 0,4527μ – 0,0008𝜌 – 0,0003FP + 40,3667


= (0,4527 x 0,864) – (0,0008 x 0,873) – (0,0003 x 311) + 40,3667
= 40,6642 MJ/Kg
LAMPIRAN D
DOKUMENTASI

C.1 Proses Persiapan Bahan

(a) (b)

Gambar C.1 Bahan baku untuk pirolisis, (a) Polystyrene (b) LDPE

(a) (b)
Gambar C.2 Katalis Abu Vulkanik untuk pirolisis, (a) teraktivasi (b) tidak teraktivasi

C.2 Proses Pirolisis

Gambar C.4 Bahan bakar minyak mulai menetes dari


Gambar C.3 Alat pirolisis pipa output
Gambar C.5 Proses pirolisis

C.3 Produk Pirolisis

(a) (b)

Gambar C.6 Bahan bakar minyak hasil pirolisis, (a) plastik Polysthyrene (b) plastik
LDPE

Gambar C.7 Char (residu) hasil proses pirolisis Gambar C.8 Katalis abu vulkanik gunung tangkuban perahu
setelah melalui proses pirolisis
C.4 Uji Densitas dan Viskositas Sampel

Gambar C.10 Uji densitas sampel Gambar C.11 Uji viskositas sampel
minyak minyak

C.5 Uji Sifat Bakar

(a) (b) (c)

Gambar C.9 Uji sifat bakar minyak pirolisis, (a) Flash point (b) Smoke point
(c) Ignition Point

Anda mungkin juga menyukai