Anda di halaman 1dari 41

BAB II

LANDASAN TEORI
2.1 KAJIAN PUSTAKA
Ali Mokhtar (2018) telah melakukan penelitian dengan judul
“Perancangan Pirolisis Untuk Membuat Bahan Bakar Cair Dari Limbah Plastik
Kapasitas 10 Kg”. Pada penelitian ini plastik yang digunakan adalah jenis
polyethylene terephthalate (PET), dengan Spesifikasi alat pirolisis: oven terbuat
dari bahan baja SC 37, diameter 500 mm, tebal 1 mm, tinggi 900 mm. Tungku
terbuat dari bahan baja SC 37. diameter 400 mm, tebal 1 mm, tinggi 150 mm.
Tinggi kondensor 600 mm, pipa uap bahan tembaga ACR type A 20; Diameter
dalam 22,5 mm, Temperatur uap masuk 480 oC; Temperatur uap keluar 30 oC;
Temperatur air masuk (To) 25 oC; Temperatur air keluar (Ti) 55 oC; Jarak pipa
spiral (J) 200 mm, Panjang pipa 982 mm, jumlah lilitan 3 lilitan. Kebutuhan bahan
bakar LPG dalam sekali proses adalah 12 kg LPG. Waktu yang dibutuhkan untuk
menghasilkan minyak dalam sekali proses adalah 6 jam.
Taufan Landi dan Arijanto (2017) telah melakukan penelitian dengan
judul “Perancangan Dan Uji Alat Pengolah Plastik Jenis Low Density Polyethilene
(LDPE) Menjadi Bahan Bakar Alternatif”. Tujuan penelitian ini adalah
mengkonversi limbah plastik menjadi bahan bahan bakar alternatif, mengetahui
proses pengolahan sampah plastik, dan mengetahui karakteristik bahan bakar yang
dihasilkan oleh sampah plastik. Bahan limbah plastic adalah Low Density
Polyethylene (LDPE). Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan alat pirolisis
yang terdiri dari reaktor, pipa penghubung, kondensor, dan tempat penampungan
minyak hasil pirolisis. Metode penelitian ini adalah melakukan proses pirolisis
pada temperatur 350 oC, 500 oC, dan 700 oC dan waktu reaksi selama 0-60 menit.
Dari hasil penelitian di dapatkan volume yang dihasilkan dari tiga variasi
temperatur 350 oC, 500 oC, dan 700 oC adalah 140 ml, 210 ml, dan 365 ml.
Densitas yang dihasilkan dari tiga variasi temperature 350 oC, 500 oC, dan 700 oC
yaitu 0,7291 gr/ml, 0,7563 gr/ml, dan 0,7336 gr/ml. Nilai kalor yang dihasilkan
dari tiga variasi temperature 350 oC, 500 oC, dan 700 oC adalah 36,290 J/gr,

5
28,517 J/gr, dan 40,124 J/gr. Dari hasil densitas dan nilai kalor yang dihasilkan
bahan bakar hasil pirolisis nilai ini mendekati densitas dan nilai kalor pada
minyak tanah dan bensin. Dari hasil pengujian untuk suhu optimum diantara tiga
variasi suhu yang dilakukan yaitu pada suhu 700 oC.
Rahmanpiu (2019) telah melakukan penelitian dengan judul “Studi
Pendahuluan Pengembangan Alat Pirolisis Sampah Plastik Polipropilena (PP)
Menggunakan Drum Sisa Pakai”. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan
alat pirolisis sampah plastik PP dengan bahan yang mudah diperoleh dan ramah
lingkungan. Metode digunakan adalah eksperimen melalui tahapan desain,
pembuatan alat pirolisis dan uji coba alat pirolisis. Hasil yang diperoleh
menunjukkan dari tiga Tipe alat pirolisis yang dikembangkan Tipe 2 dengan
kondisi sampel yang bersih memungkinkan utk dikembangkan lebih lanjut.
Pirolisat yang dihasilkan didestilasi dan diperoleh bahan bakar cair sebesar 30-
41%, bahan padat yang mudah terbakar sebanyak 30-40% dan gas yang tidak
terkondensasi sekitar 20%. Gas buang yang dihasilkan selama pirolisis Tipe 3
tidak berbau dibandingkan Tipe 1 dan Tipe 2.
Jatmiko Wahyudi (2018) telah melakukan penelitian dengan judul
“Pemanfaatan Limbah Plastik Sebagai Bahan Baku Pembuatan Bahan Bakar
Alternatif”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan membandingkan
kemampuan minyak hasil pirolisis plastik dengan minyak tanah dan solar dalam
hal massa jenis, lama pembakaran, temperatur air dan volume air yang hilang
(menguap) saat dimasak menggunakan minyak tersebut. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa 1) massa jenis minyak pirolisis adalah 0,8 g/ml. Waktu yang
dibutuhkan untuk membakar habis suatu benda adalah 4,02 menit. Pemasakan air
menggunakan bahan bakar minyak pirolisis menghasilkan temperatur 75°C pada
waktu pemasakan 4 menit dengan volume air yang hilang (menguap) sebesar 12,6
ml. 2) Dari 4 parameter yang diamati, kualitas minyak pirolisis berada di bawah
minyak tanah namun di atas minyak solar.
Dari kajian pustaka diatas dapat disimpulkan bahwa untuk dapat
menghasilkan bahan bakar cair yang mempunyai densitas dan nilai kalor diats
minyak tanah namun masih dibawah bensin, pada proses pirolisis dengan

6
menggunakan bahan plastik dibutuhkan suhu pemanasan pada reaktor sebesar
200-500 0C, sedangkan material pipa kondensor yang digunakan adalah stainless
steel dengan ketebalan 1 mm.

2.2 KAJIAN TEORI


2.2.1 Plastik
Plastik adalah bahan polimer sintetis yang terbagi menjadi banyak jenis
berdasarkan sifat fisis, mekanis, dan kimia. Plastik umumnya ringan, bersifat
isolator, dan proses pembuatannya lebih murah di bandingkan dengan bentuk
kemasan lainnya. Menurut identifikasi, jenis plastik yang banyak terdapat di
masyarakat banyak berasaldari bahan polyethilene. Polyethilene sendiri terbagi
menjadi dua, yaitu High Density Polyethilene (HDPE) dan Low Density
Polyethilene (LDPE), HDPE banyak di gunakan sebagai botol minuman, sedangkan
LDPE banyak di gunakan sebagai kantong plastik. (Indonesia students, 2017)
Plastik di bedakan menjadi beberapa jenis, diantaranya yaitu :
1. Polyethylene Terephtalate (PET/PETE)
Pada jenis plastik ini biasanya tertera logo daur ulang dengan angka 1
di tengahnya serta tulisan PETE atau PET (Polyethylene Terephthalate) di
bawah segitiga. Biasa dipakai untuk botol plastik berwarna jernih, tembus
pandang/transparan seperti botol air mineral, botol minuman, botol jus, botol
minyak goreng, botol kecap, botol sambal, dan hampir semua botol minuman
lainnya. Untuk pertekstilan, PET digunakan untuk bahan serat sintetis atau
lebih dikenal dengan polyester PETE/PET direkomendasikan HANYA
UNTUK SEKALI PAKAI. Penggunaan berulang kali terutama pada kondisi
panas dapat menyebabkan melelehnya lapisan polimer dan keluarnya zat
karsinogenik dari bahan plastik tersebut, sehingga dapat menyebabkan kanker
untuk penggunaan jangka panjang, kepekatannya adalah sekitar 1,35 –
1,38 gram/cc, ini membuatnya kokoh, rumus molekulnya adalah (-CO-C6H5-
COO-CH2-CH2-O-)n seperti terlihat pada Gambar 2.1.

7
Gambar 2.1 jenis plastik PET/PETE

2. High Density Polyethilene (HDPE)


Pada plastik jenis ini biasanya di bagian bawah kemasan tertera logo
daur ulang dengan angka 2 di tengahnya, serta tulisan High Density Polyethilene
(HDPE) di bawah segitiga. Jenis ini memiliki sifat bahan yang lebih kuat,
keras, buram dan lebih tahan terhadap temperatur yang tinggi. HDPE biasa di
gunakan sebagai botol kosmetik, botol obat, botol minuman, botol susu yang
berwarna putih susu, tupperware, galon air, kursi lipat, jerigen pelumas dan
lain-lain. Walaupun demikian sama halnya seperti PET, HDPE juga
direkomendasikan hanya untuk sekali peakaian, karena pelepasan senyawa
antimoni trioksida terus meningkat seiring waktu. Bahan HDPE bila ditekan
tidak kembali ke bentuk semula. Rumus molekulnya adalah (-CH2-CH2-)n.
Logo plastik HDP seperti terlihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Jenis Plastik HDPE


3. Polyvinyl Chloride (PVC)
Plastik jenis ini biasanya memiliki logo daur ulang dengan angka 3 di
tengahnya, serta tulisan V di bawah logo daur ulang. PVC adalah jenis plastik
yang paling sulit didaur ulang. Jenis plastik PVC ini bisa ditemukan pada

8
plastik pembungkus (cling wrap), untuk mainan, selang, pipa bangunan, taplak
meja plastik, botol kecap, botol sambal, botol sampo dll. PVC mengandung
DEHA yang berbahaya bagi kesehatan. Makanan yang dikemas dengan plastik
berbahan dapat terkontaminasi karena DEHA lumer pada suhu -15oC. rumus
molekulnya adalah (-CH2-CHCl-)n. Reaksi yang terjadi antara PVC dengan
makanan yang dikemas dengan plastik ini berpotensi berbahaya untuk ginjal,
hati dan berat badan seperti terlihat pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Jenis plastik PVC


4. Low Density Poly Ethilene (LDPE)
Logo daur ulang dengan angka 4 di tengahnya, serta tulisan LDPE di
bawah segitiga. LDPE (low density polyethylene), yaitu plastik tipe cokelat
(thermoplastic/dibuat dari minyak bumi) dan rumus molekulnya adalah (-CH2-
CH2)n. LDPE banyak dipakai untuk tutup plastik, kantong/tas kresek dan
plastik tipis lainnya. Sifat mekanis jenis LDPE ini adalah kuat, tembus
pandang, Fleksibel dan permukaan agak berlemak, pada suhu 60 derajat sangat
resisten terhadap reaksi kimia, daya proteksi terhadap uap air tergolong baik,
dapat didaur ulang serta baik untuk barang-barang yang memerlukan
fleksibelitas tapi kuat. Walaupun baik untuk tempat makanan, barang berbahan
LDPE ini sulit dihancurkan. Selain itu pada suhu di bawah 60oC sangat resisten
terhadap senyawa kimia. Barang berbahan LDPE ini sulit dihancurkan, tetapi
tetap baik untuk tempat makanan karena sulit bereaksi secara kimiawi dengan
makanan yang dikemas dengan bahan ini seperti terlihat pada Gambar 2.4.

9
Gambar 2.4 Jenis plastik LDPE
5. Polypropilene (PP)
Tertera logo daur ulang dengan angka 5 di tengahnya, serta tulisan PP
di bawah segitiga. Karakteristik adalah biasa botol transparan yang tidak jernih
atau berawan. Jenis ini adalah pilihan bahan plastik terbaik, terutama untuk
tempat makanan dan minuman seperti tempat menyimpan makanan, tutup
botol, cup plastik, mainan anak, botol minum dan terpenting botol minum
untuk bayi. Polipropilen lebih kuat dan ringan dengan daya tembus uap yang
rendah, ketahanan yang baik terhadap lemak, stabil terhadap suhu tinggi dan
cukup mengkilap. Bahan yang terbuat dari PP bila ditekan akan kembali ke
bentuk semula. rumus molekulnya adalah (-CHCH3-CH2-)n. Carilah dengan
kode angka 5 bila membeli barang berbahan plastik untuk menyimpan kemasan
berbagai makanan dan minuman seperti terlihat pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5 Jensi plastik PP


6. Polystryrene (PS)
Tertera logo daur ulang dengan angka 6 di tengahnya, serta tulisan PS
di bawah segitiga. Biasanya dipakai sebagai bahan tempat makan styrofoam, tempat
minum sekali pakai seperti sendok, garpu gelas, dan lain-lain. Polystyrene merupakan
polimer aromatik yang dapat mengeluarkan bahan styrene ke dalam makanan

10
ketika makanan tersebut bersentuhan. Bahan ini harus dihindari, karena selain
berbahaya untuk kesehatan otak, mengganggu hormon estrogen pada wanita
yang berakibat pada masalah reproduksi, dan pertumbuhan dan sistem syaraf,
selain itu bahan ini sulit didaur ulang. Pun bila didaur ulang, bahan ini
memerlukan proses yang sangat panjang dan lama. Bahan ini dapat dikenali
dengan kode angka 6, namun bila tidak tertera kode angka tersebut pada
kemasan plastik, bahan ini dapat dikenali dengan cara dibakar (cara terakhir
dan sebaiknya dihindari). Ketika dibakar, bahan ini akan mengeluarkan api
berwarna kuning-jingga, dan meninggalkan jelaga.Banyak negara bagian di
Amerika sudah melarang pemakaian tempat makanan berbahan styrofoam
termasuk negara China rumus molekulnya adalah (-CHC6H5-CH2-)n. jenis
plastik ini seperti terlihat pada Gambar 2.6.

Gambar 2.6 Jenis plastik PS


7. Jenis plastik lain
Tertera logo daur ulang dengan angka 7 di tengahnya, serta tulisan
OTHER di bawah segitiga. Untuk jenis plastik 7 Other ini terdapat 4 macam,
yaitu : SAN (styrene acrylonitrile), ABS (acrylonitrile butadiene styrene), PC
(polycarbonate), dan Nylon. SAN dan ABS memiliki resistensi yang tinggi
terhadap reaksi kimia dan suhu, kekuatan, kekakuan, dan tingkat kekerasan
yang telah ditingkatkan sehingga merupakan salah satu bahan plastik yang
sangat baik untuk digunakan dalam kemasan makanan ataupun minuman.
Biasanya terdapat pada mangkuk mixer, pembungkus termos, piring, alat
makan, penyaring kopi, dan sikat gigi, sedangkan ABS biasanya digunakan
sebagai bahan mainan lego dan pipa.
PC atau Polycarbonate dapat ditemukan pada botol susu bayi, gelas
anak batita (sippy cup), botol minum polikarbonat, dan kaleng kemasan makanan

11
dan minuman, termasuk kaleng susu formula. Dapat mengeluarkan bahan
utamanya yaitu Bisphenol-A ke dalam makanan dan minuman yang
berbahaya bagi kesehatan sehingga dianjurkan untuk tidak digunakan sebagai
tempat makanan ataupun minuman. Ironisnya banyak botol susu yang terbuat
dari PC dan sangat mungkin mengalami proses pemanasan untuk tujuan
sterilisasi dengan cara merebus, dipanaskan dengan microwave, atau dituangi
air mendidih atau air panas seperti terlihat pada Gambar 2.7.

Gambar 2.7 Logo plastik lainnya

2.2.2 Daur Ulang Sampah Plastik


Daur ulang merupakan proses pengolahan kembali barang-barang
yang sudah tidak memiliki nilai ekonomis lagi melalui proses fisik maupun
kimiawi, sehingga di peroleh produk yang dapat di manfaatkan atau di perjual
belikan lagi. (Untoro Budi S.2013) Daur ulang (recycle) sampah plastik dapat di
bedakan menjadi 4 cara yaitu :
1. Daur ulang primer
Daur ulang primer adalah daur ulang limbah plastik menjadi produk yang
memiliki kualitas yang hampir setara dengan produk aslinya. Daur ulang cara
ini dapat di lakukan pada sampah yang bersih, tidak terkontaminasi dengan
material lain dan terdiri dari satu jenis plastik saja seperti terlihat pada Gambar
2.8.

12
Gambar 2.8 Plastik Daur Ulang Primer
2. Daur ulang sekunder
Daur ulang sekunder adalah daur ulang yang menghasilkan produk yang
sejenis dengan produk aslinya tetapi dengan kualitas di bawahnya seperti
terlihat pada Gambar 2.9.

Gambar 2.9 Plastik Daur Ulang Sekunder


3. Daur ulang tersier
Daur ulang tersier adalah daur ulang sampah plastik menjadi bahan kimia atau
menjadi Bahan Bakar Minyak (BBM) seperti terlihat pada Gambar 2.10.

13
Gambar 2.10 Plastik Daur Ulang Tersier
4. Daur ulang quarter
Daur ulang quarter adalah proses untuk mendapatkan energi yang terkandung
di dalam sampah plastik seperti terlihat pada Gambar 2.11.

Gambar 2.11 Plastik Daur Ulang Quarter

2.2.3 Sifat Thermal Bahan Plastik


Pengetahuan sifat thermal dari bahan plastik sangat penting dalam
proses pembuatan dan daur ulang plastik. Sifat-sifat thermal yang penting adalah
titik lebur (Tm), temperatur transisi (Tg) dan temperatur dekomposisi. Temperatur
transisi adalah temperatur di mana plastik mengalami perenggangan struktur
sehingga terjadi perubahan dari kondisi kaku menjadi lebih fleksibel. Di atas titik
lebur plastik mengalami pembesaran volume sehingga molekul bergerak lebih
bebas yang di tandai dengan peningkatan kelenturannya.
Temperatur lebur adalah temperatur dimana plastik mulai melunak
dan berubah menjadi cair. Temperatur dekomposisi merupakan batasan dari

14
proses pencairan. Jika suhu di naikan di atas temperatur lebur, plastik akan mudah
mengalir dan strukturnya akan mengalami dekomposisi. Dekomposisi terjadi
karena energi thermal melampaui energi yang mengikat rantai molekul. Secara
umum polimer akan mengalami dekomposisi pada suhu di atas 1,5 kali dari
temperatur transisinya. (Untoro Budi S. 2013) Proses daur ulang plastik bisa di
lihat pada Tabel 2.1 dan 2.2 :
Tabel 2.1 Data temperatur transisi dan temperatur lebur plastik

Jenis Temperatur Kerja


No. Tm (°C) Tg (°C)
Bahan Maksimal (°C)
1 PP 168 5 80
2 HDPE 134 -110 82
3 LDPE 330 -115 260
4 PA 260 50 100
5 PET 250 70 100
6 ABS 110 85
7 PS 90 70
8 PMMA 100 85
9 PC 150 246
10 PVC 90 71

Plastik juga mempunyai nilai kalor. Nilai kalor ini yang


mengidentifikasikan banyaknya panas yang dapat dilepaskan oleh setiap kilogram
plastik jika dibakar sempurna. Nilai kalor ini bisa dilihat pada Tabel 2.2 :
Tabel 2.2 Nilai kalor plastik dan bahan lainnya
No. Material Nilai Kalor (Mj/Kg)
1 Polyethilene 46,3
2 Polypropilene 46,4
3 Polyvinyl chloride 18,0
4 Polystyrene 41,4
5 Coal 24,3
6 Petrol 44,0
7 Diesel 43,0
8 Heavy fuel oil 41,1
9 Light fuel oil 41,9
10 LPG 46,1
11 Kerosene 43,4

15
2.3 PIROLISIS
Pirolisis berasal dari kata pyro (fire/api) dan Lyo (Loosening/pelepasan)
untuk dekomposisi thermal dari suatu bahan organik. Pirolisis merupakan suatu
bentuk penguraian bahan organik secara kimia melalui pemanasan tanpa atau
sedikit oksigen atau reagen lainnya. Proses pirolisis atau devolatilisasi merupakan
roses perengkahan plastik pada temperatur tinggi, di mulai pada temperatur sekitar
230°C. Perengkahan plastik pada temperatur tinggi adalah proses suling sederhana
untuk daur ulang plastik. Pada senyawa yang berderajat polimerisasi tinggi,
pirolisis merupakan reaksi depolimerisasi dan pada suhu tinggi mengikuti
mekanisme radikal bebas. Reaksi ini melalui 3 tahap, yaitu tahap memulai, tahap
perambatan dan tahap penghentian, pada proses ini material polimer atau plastik
di panaskan pada suhu tinggi. Proses pemanasan ini menyebabkan struktur makro
molekul yang lebih kecil dan hidrokarbon rantai pendek terentuk. Produk yang di
hasilkan berupa fraksi gas, residu padat dan fraksi cair yang mengandung parafin,
olefin, naphta, dan aromatis. (Taufan Landi. 2017). Setelah melewati kondensor,
uap cair yang berwarna coklat terbentuk dari proses pembakaran yang memiliki
nilai kalori tinggi. Pada pirolisis ini wax yang dihasilkan cukup banyak dan
menghasilkan sedikit abu. Kandungan abu dan pemisah char/residu memiliki efek
katalis pada pemecahan uap. Asap cair yang dihasilkan dari proses pirolisis
berwarna coklat gelap, hal tersebut dipengaruhi oleh bahan baku dan proses
pirolisis cepat. Asap cair juga dapat berwarna merah kecoklatan atau hijau gelap
tergantung dari adanya mikro karbon pada cairan dan komposisi kimianya.
Kandungan nitrogen yang tinggi memberikan warna hijau gelap pada asap cair.
Teknologi pirolisis ini dapat di katakan sebagai metode yang ramah lingkungan
sebab produk akhirnya menghasilkan CO2 da H2O, yang merupakan gas non
toksik. Proses pirolisis menghasilkan senyawa – senyawa hidrokarbon cair mulai
dari C1 hingga C4 dan senyawa rantai panjang seperti parafin dan olefin. Alat
pirolisis seperti terlihat pada Gambar 2.12.

16
Gambar 2.12 Alat pirolisis

2.3.1 Jenis Pirolisis


Jenis atau proses pirolisis dikategorikan menjadi 4 tipe yaitu :
1. Pirolisis lambat (Slow Pyrolysis)
Pirolisis yang dilakukan pada pemanasan rata-rata lambat (5-7 K/menit).
Pirolisis ini menghasilkan cairan yang sedikit sedangkan gas dan arang lebih
banyak dihasilkan.
2. Pirolisis cepat (Fast Pyrolysis)
Pirolisis ini dilakukan pada lama pemanasan 0,5-2 detik, suhu 400-600oC dan
proses pemadaman yang cepat pada akhir proses. Pemadaman yang cepat
sangat penting untuk memperoleh produk dengan berat molekul tinggi sebelum
akhirnya terkonversi menjadi senyawa gas yang memiliki berat molekul
rendah. Dengan cara ini dapat dihasilkan produk minyak pirolisis yang hingga
75 % lebih tinggi dibandingkan dengan pirolisis konvensional.
3. Pirolisis Kilat (Flash Pyrolysis)
Proses pirolisis ini berlangsung hanya beberapa detik saja dengan pemanasan
yang sangat tinggi. Flash pyrolysis pada biomassa membutuhkan pemanasan
yang cepat dan ukuran partikel yang kecil sekitar 105 -250 μm.
4. Pirolisis katalitik biomassa
Pirolisis katalitik biomassa untuk membuktikan kualitas minyak yang
dihasilkan. Minyak tersebut diperoleh dengan cara pirolisis katalitik biomassa

17
tidak memerlukan teknik pra-pengolahan sampel yang mahal yang melibatkan
kondensasi dan penguapan kembali.
2.3.2 Proses Pirolisis
Pirolisis berasal dari dua kata yaitu pyro yang berarti panas dan lysis
berarti penguraian atau degradasi, sehingga pirolisis berarti penguraian biomassa
karena panas pada suhu lebih dari 150 oC (Kamaruddin et al, 1999).
Pirolisis adalah proses pemanasan suatu zat tanpa adanya oksigen sehingga
terjadi penguraian komponen-komponen penyusun kayu keras. Istilah lain dari
pirolisis adalah penguraian yang tidak teratur dari bahan-bahan organik yang
disebabkan oleh adanya pemanasan tanpa berhubungan dengan udara luar. Hal
tersebut mengandung pengertian bahwa apabila tempurung dan cangkang
dipanaskan tanpa berhubungan dengan udara dan diberi suhu yang cukup tinggi,
maka akan terjadi reaksi penguraian dari senyawa-senyawa kompleks yang
menyusun kayu keras dan menghasilkan zat dalam tiga bentuk yaitu padatan,
cairan dan gas (Widjaya, 1982).
Pembakaran tidak sempurna pada tempurung kelapa, sabut, serta cangkang
sawit menyebabkan senyawa karbon kompleks tidak teroksidasi menjadi karbon
dioksida dan peristiwa tersebut disebut sebagai pirolisis. Pada saat pirolisis, energi
panas mendorong terjadinya oksidasi sehingga molekul karbon yang kompleks
terurai, sebagian besar menjadi karbon atau arang. Istilah lain dari pirolisis adalah
“destructive distillation” atau destilasi kering, dimana merupakan proses
penguraian yang tidak teratur dari bahan-bahan organik yang disebabkan oleh
adanya pemanasan tanpa berhubungan dengan udara luar. Hal tersebut
mengandung pengertian bahwa apabila tempurung dipanaskan tanpa berhubungan
dengan udara dan diberi suhu yang cukup tinggi maka akan terjadi rangkaian
reaksi penguraian dari senyawa-senyawa kompleks yang menyusun tempurung
dan menghasilkan zat dalam tiga bentuk yaitu padatan, cairan dan gas (Anonim,
1983).
Tempurung kelapa dan kayu keras memiliki komponen-komponen yang
hampir sama. Kandungan selulosa, hemiselulosa dan lignin dalam kayu berbeda-
beda tergantung dari jenis kayu. Pada umumnya kayu mengandung dua bagian

18
selulosa, satu bagian hemiselulosa serta satu bagian lignin. Girard (1992)
menyatakan bahwa produk dekomposisi termal yang dihasilkan melalui reaksi
pirolisis komponen-komponen kayu adalah sebanding dengan jumlah komponen-
komponen tersebut dalam kayu.
Salah satu cara untuk meningkatkan efektivitas pengasapan yaitu dengan
menggunakan asap cair yang diperoleh dengan cara pirolisis kayu atau serbuk
kayu kemudian dilakukan kondensasi. Menurut Maga (1987) asap cair merupakan
suatu campuran larutan dan dispersi koloid dari asap kayu dalam air yang dapat
diperoleh dari hasil pirolisis kayu. Asap cair merupakan campuran larutan dari
dispersi asap kayu dengan mengkondensasikan asap cair hasil pirolisis kayu yang
merupakan proses dekomposisi dari komponenkomponen penyusun kayu seperti
lignin, selulosa dan hemiselulosa akibat panas tanpa adanya oksigen (Tahir,
1992).

2.3.3 Tingkatan Pirolisis


Menurut Kamaruddin et al.(1999) dalam pirolisis terdapat dua tingkatan
proses, yaitu pirolisis primer dan pirolisis sekunder. Pirolisis primer adalah
pirolisis yang terjadi pada bahan baku dan berlangsung pada suhu kurang dari
600 oC, hasil penguraian yang utama adalah karbon (arang). Pirolisis primer
dibedakan atas pirolisis primer lambat dan cepat. Pirolisis primer lambat terjadi
pada proses pembuatan arang. Pada laju pemanasan lambat (suhu 150 oC –
300 oC) reaksi utama yang terjadi adalah dehidrasi (kehilagan kandungan air), dan
hasil reaksi keseluruhan adalah karbon padatan (C=arang), air (H2O), karbon
monoksida (CO) dan karbondioksida (CO2). Pirolisis primer cepat terjadi pada
suhu lebih dari 300 oC dan menghasilkan gas, karbon padatan (arang) dan uap
(Kamaruddin et al. 1999). Secara umum reaksi tersebut sebagai berikut :
Biomassa = uap + gas + arang + air
(100 g) (50-70g) (4-10g) (10-20g) (13-25g)
Pirolisis sekunder yaitu pirolisis yang terjadi atas partikel dan gas/uap hasil
pirolisis primer dan berlangsung diatas suhu 600 oC. hasil pirolisis pada suhu ini
adalah karbonmonoksida (CO), hydrogen (H2), dan hidrokarbon. Sedangkan tar
(secondary pyrolysis tar =SPT) sekitar 1-6% (Kamaruddin et al. 1999). Secara

19
umum berlangsungnya pirolisis primer biomassa ditampilkan pada gambar seperti
terlihat pada Gambar 2.13.
.

Gambar 2.13 Diagram penguraian bahan bakar padat karena pirolisis


(Kamaruddin et al. 1999)

Menurut Girard (1992), pirolisis kayu merupakan reaksi pembakaran tidak


sempurna yang meliputi reaksi-reaksi dekomposisi dari polimer organik menjadi
senyawa organic dengan berat molekul rendah, reaksi oksidasi dan kondensasi.
Reaksi-reaksi yang terjadi selama proses pirolisis kayu adalah penghilangan air
dari kayu pada suhu 120-150 oC (Girard, 1992); 100-150 oC (Zaitsev et al. 1969),
o
pirolisis hemiselulosa pada suhu 200-250 C, pirolisis selulosa pada suhu
280-320 C dan pirolisis lignin mulai terjadi pada suhu 400 oC.
o

2.3.4 Konversi Sampah Plastik Menjadi Bahan Bakar Minyak


Mengkonversi sampah plastik menjadi bahan bakar minyak termasuk daur
ulang tersier. Mengubah sampah plastik menjadi bahan bakar minyak dapat di
lakukan dengan proses Cracking (perekahan). Cracking adalah proses memecah
rantai polimer menjadi senyawa dengan berat molekul yang lebih rendah. Hasil
dari proses cracking plastik ini dapat di gunakan sebagai bahan kimia atau bahan
bakar ada 3 jenis proses cracking, di antaranya yaitu :

20
1. Hidro cracking
Hidro cracking adalah proses perekahan dengan mereaksikan plastik
dengan hidrogen di dalam wadah tertutup yang di lengkapi dengan pengaduk
pada temperatur antara 425-673°K, dan tekanan hidrogen 3-10 Mpa. Dalam
proses Hydro cracking ini di bantu dengan katalis. Untuk membantu
pencampuran dan reaksi biasanya di gunakan bahan pelarut 1-methyl
naphtalene, tetraline, dan decaline. Beberapa katalis yang sudah di teliti
anatara lain alumina, amorphous silica alumina, xeolite dan zulphate zirconia.
2. Thermal cracking
Thermal cracking adalah termasuk proses pirolisis, yaitu dengan cara
memanaskan bahan polimer tanpa oksigen. Proses ini biasanya di lakukan pada
temperatur anatara 350°C sampai 900°C. Dari proses ini akan di hasilkan
arang, minyak dari kondensasi gas seperti, parafin, idoparafin, olefin, naphtene
dan aromatik, serta gas yang memang tidak bisa terkondensasi.
3. Catalyc cracking
Cara ini menggunakan katalis untuk melakukan reaksi perekahan,
dengan adanya katalis dapat mengurangi temperatur dan waktu reaksi.(Untoro
Budi S. 2013)
2.3.5 Faktor yang Mempengaruhi Kualitas dan Kuantitas Minyak Hasil Pirolisis
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas minyak hasil
pirolisis, di antaranya yaitu :
1. Temperatur dan waktu
Semakin tinggi temperatur dan semakin lama proses pirolisisnya maka
akan semakin banyak jumlah minyak yang di hasilkan. Di lihat dari produk yang
dihaslikan, pirolisis juga menghasilkan gas tetapi di minimalkan dengan
peningkatan suhu sehingga minyak yang terbentuk lebih banyak.
2. Jenis plastik
Jenis plastik yang di gunakan dalam konversi sampah menjadi bahan bakar
menentukan kualitasnya, hal ini di karenakan monomer penyusunnya yang berbeda.

21
3. Penggunaan berbagai jenis katalis
Penggunaan katalis dalam proses pirolisis mampu mempercepat konversi
yang menghasilkan minyak dengan kualitas lebih baik. Katalis mampu
meningkatkan perekahan yang terjadi dalam proses pirolisis. Rantai hidro karbon
yang panjang mampu di konversi menjadi gas hidro karbon lebih cepat sehingga
minyak yang terbentuk dari kondensasi akan semakin banyak.

Sifat fisik dan sifat kimia dari etanol hasil pirolisis menurut Kirk seperti
ditunjukan pada Tabel 2.3
Tabel 2.3 Sifat Fisik dan Kimia Etanol
Parameter Nilai

Rumus Kimia C2H5OH


Berat Molekul (gr/mol) 46,070
Densitas (gr/mL) 0,7851
Titik Didih (0C) +78,4
Titik Nyala (0C) 13
Titik Beku (0C) -112,4
Entalpi pembakaran (∆Ho) kJ mol-1 -1368
Suhu Kritis (0C) 243,1
Tekanan Kritis (kPa) 6.383,48
Volume kritis, L mol-1 0,167
Indeks Bias 1,3633
Panas Evaporasi (cal/gr) 204
Viskositas pada 200 C (Poise) 1,0122
Kelarutan dalam air pada 20 oC Saling larut
Temperatur autosulutan (0C) 793,0
Konstanta kesetimbangan (Ka) 10-18
Spesifik Gravitasi pada suhu 20 oC 0,7851
(Sumber : Kirk, 1951)

22
Sementara dibawah ini merupakan tabel parameter kualitas bioethanol
berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) seperti ditunjukan pada Tabel 2.4
Tabel 2.4 Standar Nasional Indonesia Kualitas Bioetanol (SNI 7390-2008)

Unit, Metode Uji


Parameter Spesifikasi
Min/Max (SNI 7390-2008)
99,5 (sebelum denaturasi)
Kadar etanol %-v, min Sub 11,1
94,0 (sesudah denaturasi)
Kadar metanol Mg/L,max 300 Sub 11,1
Kadar air %-v, min 1 Sub 11,2
%-v, min 2
Kadar denaturan Sub 11,3
%-V, max 5
Kadar Cu Mg/kg, max 0,1 Sub 11,4
Keasaman sbg
Mg/L,max 30 Sub 11,5
CH3COOH
Tampakan Ion Jernih & tidak ada endapan Peng. visual
Mg/L,max
klorida 40 Sub 11,6
Kandungan
Mg/L,max 50 Sub 11,7
Sulfur
Getah (gum) Mg/100 mL,
5,0 Sub 11,8
dicuci max
pH 6,5-9,0 Sub 11,9
(Sumber : Ahmad Budi Junaidi, 2012)
2.3.6 Komponen Alat Pirolisis
Pada alat pirolisis ini mempunyai beberapa komponen yang berkaitan
untuk bisa menghasilkan suatu produk hasil proses pirolisa. Adapun komponen-
komponen tersebut adalah sebagai berikut :
1. Reaktor
Reaktor adalah tempat dimana pembakaran terjadi. Dibawah reaktor terdapat
tungku untuk memanaskan reaktor yang didalamnya berisi sampah plastik.
Ukuran dan dimensi reaktor bervariasi berdasarkan kebutuhan. secara
umumbentuk reaktor seperti ditunjukan pada seperti terlihat pada Gambar 2.14.

23
Gambar 2.14 Reaktor Pirolisis

2. Pipa Uap Pirolisis


Pipa uap pirolisis berfungsi untuk mengalirkan uap hasil pirolisis yang
akan dikondensasi didalam reaktor. Pipa uap pirolisis juga menghubungkan
sambungan antara kondensor dengan tabung penampung. Pipa uap pirolisis secara
umum bisa menggunakan bahan steel maupun pipa plastik seperti ditunjukan pada
Gambar 2.15.

Gambar 2.15 Pipa Uap Pirolisis

3. Kondensor
Kondensor berfungsi sebagai tempat untuk merubah uap atau gas menjadi cairan
atau minyak. Didalam kondensor terdapat pipa-pipa untuk proses kondensasi.
Bentuk kondensor secara umum seperti ditunjukan pada gambar seperti terlihat
pada Gambar 2.16.

24
Gambar 2.16 Kondensor Pirolisis
4. Pipa Penyalur Air
Pipa penyalur air berfungsi untuk mengalirkan air selama proses pirolisis
berlangsung. Pipa penyalur biasanya menggunakan pipa atau selang plastik
seperti terlihat pada Gambar 2.17.

Gambar 2.17 Selang Air

5. Tabung Penampung
Tabung penampung berfungsi sebagai tempat untuk menampung minyak hasil
pirolisis. Ukuran tabung penampung ini disesuaikan dengan kapasitas produksi alat

25
pirolisis. Pada umumnya tabung ini berupa tabung yang terbuat dari kaca yang
kedap udara agar dapat menjaga kualitas minyak hasil pirolisis tidak mudah
menguap seperti terlihat pada Gambar 2.18.

Gambar 2.18 Tabung Penampung

6. Tungku
Tungku berfungsi sebagai tempat pembakaran yang berasal dari gas untuk
memanaskan sampah plastik didalam reaktor seperti terlihat pada Gambar 2.19.

Gambar 2.19 Tungku

2.4 TEORI DASAR PERANCANGAN


Kontribusi para ahli teknik dalam meningkatkan kesejahteraan manusia adalah
dalam kegiatan mencipta, merancang, membuat produk dan jasa dalam rangka untuk
menanggulangi permasalahan-permasalahan yan ada pada masyarakat. Produk dan jasa
yang di buat juga harus memenuhi beberapa kriteria persyarata modern seperti tidak

26
merusak lingkungan dan hemat energi.perancangan dan pembuatan produk merupakan
kegiatan yang sangat penting dari kegiatan teknik. Perancangan dimulai dengan di
dapatkannya persepsi tentan kebutuhan manusia, kemudian di susul oleh pencipta
produk dan diakhiri dengan pembuatan dan pendistribusian produk.
Dalam perancangan terdapat beberapa fase yang harus di lalui oleh seorang
perancang, yaitu :
2.4.1 Fase definisi proyek, perancangan proyek dan penyusunan spesifikasi
teknis proyek
Pada fase ini di kumpulkan semua informasi tentang semua persyaratan atau
requirement yang harus di penuhi oleh produk dan kendala-kendala yang merupakan
batas-batas untuk produk. Hasil fase ini adalah spesifikasi produk yang di muat dalam
daftar spesifikasi teknis. Definisi proyek dan kegiatan lain dalam fase ini menghasilkan
antara lain :
1. Pernyataan tentang masalah atau produk yang akan di rancang.
2. Beberapa kendala atau constraints yang membatasi masalah tersebut.
3. Spesifikasi teknis produk.
1. Kinerja atau performance yang akan di capai produk.
2. Kondisi lingkungan.
3. Kondisi operasi lain.
4. Jumlah produk yang akan di buat.
5. Dimensi produk.
6. Berat produk.
7. Ergonomik.
8. Keamanan / safety
9. Harga produk.
4. Kriteria keterterimaan yang harus dipenuhi oleh produk.
5. Rencana proyek.
Untuk ide produk maka akan di lakukan survei diantara penggunaan dan
pelanggan untuk mengetahui keinginan pengguna tentang produk tersebut, dari
keinginan tersebut kemudian disusun spesifikasi produk yang selanjutnya akan di

27
jadikan sebagai dasar dari langkah-langkah perancangan berikutnya. Spesifikasi
perubahan selama proses perancangan dan pembuatan produk berlangsung.
2.4.2 Fase perancangan konsep produk
Berdasarkan spesifikasi produk hasil fase pertama, dicarilah beberapa konsep
produk yang dapat memenuhi persyaratan dalam spesifikasi tersebut. Konsep tersebut
merupakan solusi masalah perancangan yang harus di pecahkan. Beberapa alternatif
produk dapat di temukan.
Tujuan dari langkah perancangan konsep produk adalah menghasilkan
alternatif konsep produk sebanyak mungkin. Konsep produk yang di hasilkan pada
langkah ini berupa skema atau dalam bentuk sketsa (sekeleton).
Pada prinsipnya semua alternatif konsep produk tersebut memenuhi spesifikasi
teknis produk. Pada akhirnya perancangan konsep produk di lakukan evaluasi pada
hasil rancangan konsep produk untuk memilih salah satu atau beberapa konsep produk
yang terbaik untuk di kembangkan pada langkah ketiga, yaitu langkah perancangan
produk atau langkah pemberian bentuk (embodiment design) pada konsep produk.
2.4.3 Fase perancangan produk
Langkah perancangan produk terdiri dari beberapa langkah, tetapi intinya pada
langkah ini solusi-solusi alternatif dalam bentuk skema atau skets di kembangkan lebih
lanjut menjadi produk atau benda teknik yang lebih dari satu solusi alternatif, maka
harus di tentukan satu solusi akhir yang terbaik melalui suatu proses evaluasi terbaik.
Solusi terbaik tersebut dituangkan dalam bentuk general arrangement drawing atau
gambar susunan umum.
2.4.4 Fase gambar dan spesifikasi pembuatan produk
Pada fase gambar dan pembuatan spesifikasi produk, susunan komponen
produk, bentuk, dimensi, kehalusan permukaan, material dan setiap komponen produk
ditetapkan. Demikian kemungkinan juga cara perancangan alat sudah di buat dan
perkiraan biaya sudah dihitung dan disiapkan. Hasil akhir fase ini adalah gambar
rancangan lengkap dengan spesifikasi rancangan alat untuk pembuatan, kedua hal
tersebut merupakan dokumen untuk pembuatan alat tersebut.

28
Gambar hasil rancangan produk terdiri dari :
1. Gambar semua elemen produk lengkap dengan bentuk geometri dimensi, kekasaran
atau kehalusan permukaan dan material.
2. Gambar susunan komponen.
3. Gambar susunan produk.
4. Spesifikasi yang memuat keterangan-keterangan yang tidak dapat dimuat dalam
gambar.

2.5 PERANCANGAN PRODUK


Perancangan disini adalah kegiatan awal dari suatau rangkaian kegiatan
dalam proses pembuatan produk. Di dalam tahap perancangan dibuat keputusan-
keputusan yang akan mempengaruhi kegiatan-kegiatan lainnya. Diantara keputusan-
keputusan penting tersebut keputusan yang akan membawa akibat, apakah dunia
industri dapat berpartisipasi atau tidak dalam suatu pembangunan proyek. Dalam
melaksanakan tugas perancangan, perancang memakai dan menggunakan ilmu
pengetahuan, ilmu dasar teknik, pengetahuan empiris, hasil-hasil penelitian, informasi
dan teknologi.
Metode pengembangan produk berdasarkan kepada permintaan atau
persyaratan serta spesifikasi produk oleh customer adalah metode yang cukup baik,
karena dengan
berbasis keinginan customer maka kemungkinan produk tersebut di tolak customer
menjadu lebih sedikit.
Dari sudut pandan investor pada perusanaan yang berorientasi laba, usaha
pengembangan produk di katakan sukses jika produk dapat di produksi dan dijual
dengan menghasilkan laba. Namun laba seringkali sulit untuk dinilai dengan cepat dan
langsung. Ada 5 dimensi spesifik yang berhubungan dengan laba dan biasa di gunakan
untuk menilai kinerja usaha pengembangan produk, yaitu :
1. Kualitas produk
Seberapa baik produk yang dihasilkan dari upaya pengembangan,
sehongga dapat memuaskan sesuai kebutuhan pelanggan. Kualitas produk pada
akhirnya mempengaruhi pasar dan menentukan harga yang akan dibayar oleh
pelanggan.

29
2. Biaya produk
Biaya produk modal peralatan dan biaya produksi setiap unit adalah biaya
manufaktur dari produk. Biaya produk menentukan berapa besar laba ysng
dihasilkan oleh perusahaan pada volume penjualan dan harga penjualan.
3. Waktu pengembangan produk
Waktu pengembangan produk menetukan kemampuan perusahaan dalam
kompetisi, menunjukkan daya tanggap perusahaan terhadap perubahan teknologi
dan akhirnya menentukan kecepatan perusahaan untuk menerima pengembalian
ekonomis dari usaha yang dlakukan tim pengembalian.
4. Biaya pengembangan
Biaya pengembangan biasanya merupakan salah satu komponen yang
penting dari inovasi yang dibutuhkan untuk mencapai profit.

2.6 LANGKAH-LANGKAH PERANCANGAN


Dalam perancangan suatu mesin atau alat memerlukan beberapa tahapan-
tahapan yang harus di lalui agar mendapatkan hasil yang maksimal dan mampu
menghasilkan suatu mesin atau alat yang sesuai dengan yang diharapkan dan tepat
waktu dalam penyelesaian pengerjaannya.
Berikut adalah tahapan-tahapan yang harus dilalaui dalam proses perancangan :
1. Menyusun spesifikasi teknis
Berikut adalah spesifikasi teknis alat pirolisis yang akan dibuat, yaitu :
1. Alat pirolisis memiliki konstruksi yang kuat dan sederhana, sehingga mudah
dalam perawatannya.
2. Cara pengoperasiannya mudah dipahami dan dimengerti.
3. Alat dan bahan mudah di dapat serta tahan kororsi sehingga masa pakainya kebih
lama.
4. Dapat berfungsi dengan maksimal dan dapat diandalkan.
5. Dimensi proporsional, dan mudah dipindahkan.
2. Membuat diagram blok fungsi
Cara kerja alat pirolisis yang dirancang ini adalah dengan memasukan sampah
plastik ke dalam reaktor lalu tutup dan kunci dengan rapat, reaktor dibakar bagian
bawahnya hingga mencapai temperatur yang telah di tentukan, ketika mendapat

30
temperatur yang tinggi, sampah plastik yang berada di dalam reaktor akan mencair
dan berudah wujud menjadi uap, uap tersebut akan mengalir melalui pipa menuju ke
kondensor, di dalam kondensor uap tersebut akan di dinginkan dan berubah menjadi
cair, lalu cairan akan mengalir menuju wadah yang telah di sediakan di bawah
kondensor seperti terlihat pada Gambar 2.20.

Gambar 2.20 Diagram Blok Fungsi Alat Pirolisis

3. Membuat diagram blok perancangan alat


Sebelum perancang merancang alat, ada baiknya merencanakan mekanisme alat
yang akan dirancang untuk mempermudah proses perancangan seperti terlihat pada
Gambar 2.21.

Gambar 2.21 Diagram Blok Perancangan Alat Pirolisis


4. Menyusun kriteia penilaian konsep
Kriteria penilaian sangan di perlukan dalam rangka untuk menentukan
desain yang terbaik. Berikut adalah beberapa kriteria yang dihgunakan sebagai
bahan pertimbangan pemilihan konsep terbaik :
1. Kuat dan tahan lama : diharapkan produk memiliki life time yang panjang.
2. Kinerja optimal : diharapkan alat ini memiliki efisiensi yang baik.
3. Kosumsi energi : diharapkan alat ini hemat konsumsi bahan bakar untuk
memanaskan reaktor.

31
4. Biaya pembuatan : diharapkan biaya pembuatan rancangan alat ini
ekonomis.
5. Konstruksi sederhana : komponen-komponen alat ini mudah dirancang dan
dicari dipasaran.
6. Pengoperasian mudah : alat ini dapat di operasikan dengan mudah.
7. Perawatan mudah : diharapkan perawatannya tidak sulit.
8. Kemungkinan produksi masal : diharapkan alat yang dirancang inidapat
diproduksi secara masal.
9. Komponen tidak banyak : alat ini memiliki komponen yang tidak terlalu
banyak, sehingga tidak memerlukan waktu yang lama untuk perancangan
dan pembuatannya.
10. Mudah dipindahkan : diharapkan alat pirolisis ini dimensinya tidak terlalu
besar dan bobotnya tidak terlalu berat sehingga mudah untuk dipindah.

2.7 TUNTUTAN ALAT DARI SISI CALON PENGGUNA


Dari perancangan alat pirolisis ini, disesuaikan dengan kebutuhan, manfaat
dan keefektifitasannya untuk digunakan dalam skala rumahan. Berikut adalah
tuntutan dari calon pengguna :
1. Konstruksi yang kuat dan kokoh.
2. Mudah dalam pengoperasian.
3. Mudah dalam perawatan.
4. Efektif untuk mendaur ulang sampah plastik.
5. Konsumsi bahan bakar yang irit.
6. Kemapuan kondensasi yang baik.
7. Harga ekonomis.

2.8 DASAR-DASAR PEMILIHAN KOMPONEN


Bahan merupakan syarat utama sebelum melakukan perhitungan
komponen pada pastinya perencanaan suatu mesin atau alat. Harus di
pertimbangkan terlebih dahulu pemilihan mesin atau peralatan lainnya. Selain itu
pemilihan bahan juga harus selalu sesuai dengan kemampuannya. Jenis-jenis

32
bahan dan sifat-sifat bahan yang akan di gunaka, misalnya tahan terhadap
keausan, korosi dan sebagainya.
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bahan untuk
komponen mesin ini adalah :
1. Bahan yang digunakan sesuai dengan fungsinya
Dalam pemilihan bahan, bentuk, fungsi dan syarat dari bagian alat
bantu sangat perlu diperhatikan. Untuk perancangan harus memiliki pengetahuan
yang memadai tentang sifat mekanik, kimia, dan thermal. Bahan tersebut
biasanya berupa baja, besi cor, logam non ferro, dan lain sebagainya. Hal-hal
tersebut berhubungan erat dengan sifat material yang mempengaruhi keamanan
alat yang direncanakan.
2. Bahan mudah ditemukan
Yang dimagsud mudah ditemukan adalah bagaimana agar bahan yang
dipilih untuk mengimplementasikan rancangan selain memenuhi syarat juga
harus mudah didapat dipasaran. Pada saat pembuatan alat terkadang memiliki
kendala pada saat menemukan bahan yang akan digunakan. Maka dari itu,
bahan yang digunakan harus mudah ditemukan dipasaran agar tidak
menghambat proses pembuatan alat.
3. Efisien dalam perencanaan dan penggunaan
Dalam rancang bangun ini harus di perhatikan bahan yang seefisien
mungkin. Dimana hal ini tidak mengurangi fungsi dari komponen tersebut
sehingga material yang digunakan tidak terbuang percuma.
4. Sifat teknik bahan
Untuk mengetahui bahan yang akan digunakan dapat dikerjakan
menggunakan proses permesinan atau tidak. Untuk itu kita perlu mengetahui
sifat teknik bahan tersebut.
Macam-macam bahan atau material yang umum digunakan dalam
perancangan antara lain sebagai berikut :
1. Alumunium
Alumunium merupakan unsur yang sangat melimpah di kerak
bumi. Alumunium termasuk logam yang bersofat amfoter dan ringan.

33
Kekerasan dan kekuatan alumunium tidak begitu tinggi, namun dengan
perlakuan heat treatment dapat meningkatkan kekuatan dan kekerasannya.
Sifat-sifat yang penting dimiliki alumunium sehingga banyak digunakan di
bidang teknik yaitu :
1. Berat jenisnya ringan (hanya 2,7 gr/cm2).
2. Tahan korosi.
3. Penghantar listrik dan panas yang baik.
4. Mudah dibentuk.
2. Besi (iron)
Besi (iron) merupakan salah satu unsur pembentuk bermacam-
macam logam dan baja paduan. Dalam ilmu bahan teknik, besi memiliki
peranan penting dalam sejarah teknologi. Kandungan biji besi berdasarkan
prosentasenya, terbagi menjadi 4 macam dengan ciri yang berbeda pula,
seperti pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.3 Senyawa besi berupa kandungan besi
Iron Core Colour Iron Content %
Magnetite (Fe2 O3) Black 72 %
Heamatite (Fe2 O4) Red 70 %
Limonite (Fe2 CO3) Brown 60 % - 65 %
Siderite [(Fe2 CO3
brown 48 %
(HO3)]
(Sumber : Khurni, R.S. Gupta, j.k. 1982)
Besi untuk perkakas merupakan hasil dari beberapa paduan dan
unsur seperti karbon, silicon, mangan, kromium dan lain-lain. Beberapa
unsur paduan itulah yang mampu membentuk sifat-sidat tertentu pada besi
untuk digunakan sebagai perkakas. Berdasarkan unsur paduannya besi
terbagi menjadi dua jenis yaitu sebagai berikut :
1. Wrought Iron
Wrought Iron adalah besi yang memiliki kemurnian besi mendekati
100 %. Komposisi kimia bahan tersebut yaitu 99,5 % - 99,9 % besi, 0,02
% karbon, 0,120 % silicon, 0,08 % sulfur, 0,02 % fosfor dan 0,07 %
kerak besi. Bahan tersebut bersifat lunak, liat dan tidak mampu menahan

34
beban kejut secara tiba-tiba serta berlebihan. Kekuatan tarik wrought iron
berkisar 2500 – 5000 kg/cm2 dan ekuatan tekannya 3000 kg/cm2.
2. Cast Carbon
Cast Carbon msrupakan paduan besi dan karbon. Kandungan
karbon pada material ini bervariasi dari 1,7 % sampai 4,5 %, Cast iron
juga mengandung sejumlah unsur lain, sperti silikon, mangan, fosfor, dan
sulfur. Bentuk karbon yang terdapat dalam cast iron terdapat dua macam,
yaitu karbon bebas yang dinamakan graphite dan gabungan karbon yang
dinamakan cementite. Cast iron adalah material yang rapuh , tidak dapat
digunakan untuk elemen mesin yang mengalami pembebanan kejut
(shock loaded). Sifat-sifat yang membuatnya berharga adalah karena
harganya murah, karakteristik coran yang baik, kekuatan kompresinya
lebih tinggi dari pada tegangan tariknya. Variasi cast iron meliputi : grey
cast iron, white cast iron, mellaeble cast iron dan alloy cast. Secara garis
besar baja dibagi menjadi dua macam, yaitu :
1. Baja karbon
Baja karbonmerupakan paduan besi dan karbon serta
mengandung mangan, silikon, fosfor, dan sulfur dalam jumlah tertentu
yang dapat diketahui. Apabila keempat unsur dalam jumlah normal,
maka hasilnya adalah plain carbon steel ata baja karbon biasa.
Kekuatan dari sifat baja karbon dipengaruhi oleh kandungan karbon.
Semakij meningkat kandungan karbon akan meningkatkan kekuatan
dan kekerasan bahan tersebut, namun kemampuan dan keuletannya
dalam menahan beban kejut akan berkurang. Undur lain dalam baja
karbon tidak begiru berpengaruh dalam sifat seperti halnya undur
karbon. Baja karbon terdiri atas bermacam-macam jenis, seperti yang
dijelaskan pada tabel 2.4 di bawah ini :

35
Tabel 2.4 Jenis-jenis baja karbon.
No. Nama C (%) Sifat
1. Dead Mild Steel 0,15 Liat dan tidak mampu di
keraskan dengan perlakuan
panas.
Penggunaan : Bodi mobil.
2. Low Carbon Steel atau 0,15–0,8 Liat, kuat dan cocok untuk
Mild Steel pengolahan.
Penggunaan : Bahan-bahan
permesinan dan pengelasan
3. Medium Carbon Steel 0,45-0,8 Keras dan cocok untuk
pekerjaan panas.
Penggunaan : Rel kereta api,
Crankshaft, Wheels
4. High Carbon Steel 0,8-1,5 Sangat keras, kuat, sedikit liat
dan memiliki responsitas
yang baik terhadap perlakuan
panas.
Penggunaan : Alat-alat potong
pertanian, high tensile strength
wire, pahat potong dan pegas.
(Sumber : Khurmi, R.S. Gupta, j.k. 1982)
2. Baja paduan (alloy steel)
Baja paduan memiliki perbedaan dengan baja karbon,
perbedaannya terdapat pada unsur-unsur pembentuk baja yang
berpengaruh pada sifat ketangguhan baja. Sebagai unsur paduan untuk
baja paduan bagi konstruksi mekanik adalah Ni-Cr, Ini-Cr-Mau, Cr,
Cr-Mo, Mn dan Mn-Cr.
4. Stainless steel
Baja tahan karat atau biasa dikenal dengan Stainless Steel adalah
senyawa besi yang mengandung setidaknya 10,5 % kromium untuk
mencegah korosi (pengkaratn logam). Komposisi ini membentuk
protective layer (lapisan pelindung anti korosi) yang merupakan hasil
oksidasi oksigen terhadap krom yang terjadi secara spontan. Kemampuan
tahan karat diperoleh dari terbentuknya lapisan film oksida kromium.
Dimana lapisan oksida ini menghalangi proses oksidasi besi (ferum)

36
tentunya haus dibedakan dengan coating (misal seng dan cadmium)
ataupun cat.

2.9 KRITERIA PEMILIHAN KOMPONEN


2.9.1 Rangka
Rangka adalah salah satu bagian dari elemen mesin yang selalu
mengikuti dan memiliki betuk yang tidak pasti, tergantung pada kebutuhan.
Fungsi rangka adalah menahan berat keseluruhan dari komponen-komponen yang
terdapat pada alat, untuk itu agar mampu menahan beban yang ditumpu, banyak
profil rangka yang sering digunakan seperti persegi, persegi panjang, bulat,
berbentuk U, berbentuk L dan lain-lain.
Dalam perkembangan, rangka juga memiliki daya tarik tersendiri, karena
bagaimanapun juga setiap orang akan menilai suatu alat awalnya akan menilai
dari rangkanya terlebih dahulu apakah kokoh atau tidak. Kekakuan dan
kekokohan rangka dapat dilihat dari material yang digunakan. Gambar contoh
logam yang digunakan untuk rangka seperti terlihat pada Gambar 2.22.

Gambar 2.22 Bahan rangka besi square galvanis

2.9.2 Reaktor
Reaktor adalah suatu alat proses tempat dimana terjadinya suatu reaksi
berlangsung baik itu secara kimia maupun secara fisika, dengan terjadinya reaksi
inilah suatu bahan berubah ke bentuk bahan lainnya, perubahanya ada yang terjadi
secara spontan atau terjadi dengan sendirinya atau bisa juga menggunakan
bantuan energi panas seperti terlihat pada Gambar 2.23.

37
Gambar 2.23 Reaktor
a) Kapasitas reaktor
kapasitas reaktor harus ditentukan terlebih dahulu. Untuk menentukan
kapasitas reaktor menggunakan persamaan volume tabung seperti berikut :
x d2 x t ....................................................................................... (Pers. 1)
Dimana :
V reaktor = volume tabung reaktor
d = diameter reaktor
t = tinggi reaktor
b) Kekuatan bahan terhadap panas
.................................................................................................... (Pers. 2)

Dimana :
P=ρxRxT
Dengan :
tb = faktor keamanan ketebalan bahan
P = tekanan dalam reaktor
D = diameter reaktor
ρ = massa jenis material
T = temperatur pada reaktor

38
2.9.3 Kondensor
Kondensor adalah suatu alat yang terdiri dari jaringan pipa dan
digunakan untuk mengubah uap menjadi zat cair (air), dapat juga diartikan
sebagai alat penukar kalor (panas) yang berfungsi untuk mengkondensasikan
fluida. Dalam penggunaannya kondensor diletakan diluar ruangan yang sedang
didinginkan supaya panas yang keluar pada saat pengoperasianya dapat dibuang
keluar sehingga tidak mengganggu proses pendinginan. Kondensor memiliki
beberapa jenis menurut cooling medium, diantaranya yaitu : Air Cooled
Condenser, Water Cooled Condenser, Tube and Tubes Condenser, dan Evaporatif
Condenser seperti terlihat pada Gambar 2.24.

Gambar 2.24 Kondensor


Pada perencanaan kondensor ada beberapa hal yang perlu
diperhitungkan, antara lain :
a) Menghitung volume kondensor
Vt = π x r x r x t...................................................................................................... (Pers. 3)
Dimana :
r = jari-jari kondensor
t = tinggi kondensor
b) Menghitung luas permukaan tabung
Lt = 2 x π x r (r+t) ................................................................................................. (Pers. 4)

39
c) Perhitungan heat capacity
Terlebih dahulu menghitung heat capacity cold (Cc) dan heat capacity hot
(Ch), dengan persamaan berikut :
Cc = ṁc × Cp,f ............................................................................................ (Pers. 5)
Dimana :
ṁc = laju aliran massa air (kg/s)
Cp,f = specific heat
Untuk mencari laju aliran uap panas (ṁh), didapat dari perhitungan kalor
sebagai berikut
Qhot = Qcold ................................................................................................ (Pers. 6)
ṁh × hf,g = ṁc × Cp,f × ∆T ........................................................................ (Pers. 7)

ṁh =

maka :
Ch = ṁh x Cp,g .......................................................................................... (Pers. 8)
Dimana :
Cc = heat capacity cold (kJ/s.K )
ṁc = Laju aliran massa air laut (kg/s)
Cp,f = specific heat (kJ/kg.K)
Ch = heat capacity hot (kJ/s.K )
ṁh = Laju aliran massa steam (kJ/s)
Cp,g = specific heat (kJ/kg.K)
d) Perhitungan specific heat ratio(Cr)

Cr = ............................................................................................... (Pers. 9)

e) Efisiensi kondensor

Q= x 100% ...................................................................................... (Pers. 10)

2.10 SIFAT-SIFAT UDARA BERTEKANAN


Sifat udara bertekanan umumnya hampir sama dengan ukuran udara biasa,
secara rinci sifat-sifat udara bertekanan antara lain :

40
1. Jumlah udara tersedia di alam secara bebas dengan jumlah yang tidak
terhingga.
2. Transportasi udara dapat dengan mudah diangkut dalam pipa-pipa saluran,
sekalipun dalam jarak yang jauh tidak berkurang.
3. Suhu udara terkompresi tidak terpengaruh terhadap perubahan suhu yang
rendah sekalipun.
4. Tahan ledakan, karena udara bertekanan tidak terlalu bersih sehingga
kebocoran yang gterjadi tidak akan menimbulkan pencemaran udara.
5. Kebersihan, penggunaan udara bertekanan selalu bersih sehingga kebocoran
yang terjadi tidak akan menimbulkan pencemaran udara.
6. Konstruksi bagian-bagian yang ada di buat sederhana sehingga akan lebih
efidien.
7. Udara bertekanan merupakan fluida yang sangat cepat.
8. Udara memiliki fleksibilitas yang tinggi, dengan komponen udara bertekanan,
kecepatan dan daya mampu disesuaikan.

2.11 ALAT PENGUKUR TEMPERATUR


Suhu merupakan derajat panas suatu benda. Benda yang panas memiliki
suhu yang lebih tinggi daripada dengan benda yang dingin. Pada dasarnya alat
indera (kulit) tidak dapat menentukan suhu benda dengan akurat, hanya menurut
perkiraan dan perasaan subjeknya saja. Hal ini disebabkan karena alat inderea
memiliki keterbatasan, salah satunya tidak dapat dipakai untuk menyenyuk benda
yang terlalu panas atau terlalu dingin
Alat ukur suhu adalah thermometer. Thermometer menggunakan sifat
thermometrik suatu zat, yaitu perubahan sifat-sifat zat karena perubahan suhu zat
tersebut. Thermometer pada awalnya ditemukan oleh Galileo Galilei (1564-1642).
Thermometer ini dinamakan dengan thermometer udara. Thermometer udara
tersusun atas sebuah boa kaca yang sudah lengkap dengna sebatang pipa kaca
panjang. Selanjutnya pipa tersebut dicelupkan ke dalam cairan berwarna.
Ketika bola kaca dipanaskan, maka udar didalam pipa akan mengembang
menjadikan sebagian udara keluar dari pipa. Tetapi, ketika bola didinginkan udara
yang ada dalam pipa akan menyusut menjadikan sebagian air naik ke dalam pipa.

41
Termometer udara sangat peka terhadap perubahan suatu suhu sehingga suhu
udara ketika itu dapat segera diketahui. Meskipun peka terhadap perubahan suhu,
tetapi termometer ini harus dikoreksi setiap terjadi perubahan tekanan udara.
Thermometer yang sering digunakan saat ini adalah thermometer raksa. Dapat
disebut dengan thermometer raksa karena terdapat air raksa didalam thermometer
tersebut. Fungsi air raksa adalah sebagai penunjuk suhu. Raksa akan mengembang
apabila thermometer menyentuh benda yang lebih dari air raksa. Raksa memiliki
beberapa keunggulan, diantaranya :
1. Peka terhadap perubahan suhu. Suhu air raksa akan sama dengan suhu benda
yang hendak diukur.
2. Tidak membuat basah dinding kaca menjadikan pengukuran bisa menjadi lebih
teliti
3. Dapat dipakai untuk mengukur suhu rendah (-40 0C) sampai suhu tinggi
(360 0C). Hal ini dikarenakan titik beku raksa mencapai -40 0C dan titik
didihnya mencapai 360 0C.
4. Mengembang dan memuai dengan teratur
5. Mengkilap layaknya perak menjadikan lebih mudah terlihat
Selain air raksa, alkohol juga dapat digunakan untuk mengisi thermometer,
dengan kelebihan yakni dapat mengukur suhu yang sangat rendah (mencapai -
130 0C) karena titik beku alcohol yang lebih rendah jika dibanding raksa. Tetapi
thermometer alkohol tidak dapat digunakan untuk mengukur air mendidih karena
titik didih alkohol hanya 78 0C.
Ada beberapa jenis alat untuk mengukur suhu, salah satunya adalah
Thermometer bimetal. Thermometer bimetal menggunakan logam untuk
menunjukan jika suatu perubahan suhu dengan prinsip logam akan memuai jika
dipanaskan dan menyusut jika didinginkan. Kepala bimetal dibentuk spiral dan
tipis, sedangkan ujung spiral bimetal ditahan maka tidak bisa bergerak dan ujung
lainnya menempel dipinggir penunjuk.
Semakin besar suhu, maka keping bimetal semakin melengkung dan
menjadikan jarum penunjuk menuju ke kanan kea rah yang lebih besar.

42
Thermometer bimetal sering terdapat disebuah mobil seperti terlihat pada Gambar
2.25.

Gambar 2.25 Thermometer Bimetal

2.12 ALAT PENGUKUR TEKANAN


Tekana udara diartikan sebagai energy yang dikeluarkan dalam setiap satuan luas
tertentu untuk menggerakan massa udara. Prinsipnya sama seperti tekanan pada zat cair.
Tekanan udara ini bisa diukur menggunakan alat pengukur tekanan udara yaitu barometer
dan manometer. Mengukur tekanan udara bisa menggunakan barometer ataupun
manometer, namun kedua alat tersebut memiliki fungsi yang berbeda meskipun sama
digunakan untuk mengukur tekanan udara. Perbedaannya terletak pada skala ruang udara
yang akan diukur.
Barometer merupakan alat pengukur tekanan udara yang biasa digunakan
dalam peramalan cuaca. Ketika hari semakin dingin tekanan udara akan menjadi
semakin tinggi, begitu juga sebaliknya. Dengan menggunakan barometer bisa
digunakan untuk mengukur tekanan udara tersebut. Barometer juga bisa
digunakan dengan baik sebagai alat pengukur tekanan udara ruangan.
Udara pada ruang tertutup juga akan memilikin tekanan. Tekanan ini dapat
diukur menggunakan alat pengukur tekanan udara yang disebut manometer.
Fungsi utama manometer adalah unutk mengukur tekanan udara pada ruangan
tertutup, seperti didalam tabung tertutup. Contoh penggunaannya adalah sebagai
pengukur tekanan udara ban mobil.

43
Manometer memiliki beberapa jenis yang biasa digunakan untuk
mengukur tekanan udara,yaitu :
1. Manometer raksa terbuka
Untuk mengukur tekanan udara diruang tertutup yang bertekanan rendah
bisa menggunakan manometer raksa terbuka. Besar tekanan gasnya bisa dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Pgas = (Po + Δh) cmHg ...................................................................................... Pers.1
Dimana :
Pgas : Tekanan gas diruang tertutup (Pa atau N/m2)
Po : tekanan udara luar (cmHg)
Δh : selisih tinggi raksa dalam kedua kaki pipa U (cm)

Gambar 2.26 Manometer raksa terbuka


2. Manometer raksa tertutup
Manometer raksa tertutup terbuat dari tabung kaca berbentuk U dengan
salah satu ujungnya tertutup dan pada bagian bawah ujung yang tertutup terbentuk
ruang hampa. Tekanan gas pada ruang tertutup dapat diketahui dengan
menghubungkan ujung lain pada ruang tertutup yang berisi gas seperti terlihat
pada Gambar 2.27.

Gambar 2.27 Manometer raksa tertutup


3. Manometer logam

44
Manometer logam biasa digunakan untuk mengukur tekanan gas yang
sangat tinggi seperti pada tangki uap, gas pada tabung gas dan gas didalam ban
seperti terlihat pada Gambar 2.28.

Gambar 2.28 Manometer logam

45

Anda mungkin juga menyukai