LANDASAN TEORI
2.1 KAJIAN PUSTAKA
Ali Mokhtar (2018) telah melakukan penelitian dengan judul
“Perancangan Pirolisis Untuk Membuat Bahan Bakar Cair Dari Limbah Plastik
Kapasitas 10 Kg”. Pada penelitian ini plastik yang digunakan adalah jenis
polyethylene terephthalate (PET), dengan Spesifikasi alat pirolisis: oven terbuat
dari bahan baja SC 37, diameter 500 mm, tebal 1 mm, tinggi 900 mm. Tungku
terbuat dari bahan baja SC 37. diameter 400 mm, tebal 1 mm, tinggi 150 mm.
Tinggi kondensor 600 mm, pipa uap bahan tembaga ACR type A 20; Diameter
dalam 22,5 mm, Temperatur uap masuk 480 oC; Temperatur uap keluar 30 oC;
Temperatur air masuk (To) 25 oC; Temperatur air keluar (Ti) 55 oC; Jarak pipa
spiral (J) 200 mm, Panjang pipa 982 mm, jumlah lilitan 3 lilitan. Kebutuhan bahan
bakar LPG dalam sekali proses adalah 12 kg LPG. Waktu yang dibutuhkan untuk
menghasilkan minyak dalam sekali proses adalah 6 jam.
Taufan Landi dan Arijanto (2017) telah melakukan penelitian dengan
judul “Perancangan Dan Uji Alat Pengolah Plastik Jenis Low Density Polyethilene
(LDPE) Menjadi Bahan Bakar Alternatif”. Tujuan penelitian ini adalah
mengkonversi limbah plastik menjadi bahan bahan bakar alternatif, mengetahui
proses pengolahan sampah plastik, dan mengetahui karakteristik bahan bakar yang
dihasilkan oleh sampah plastik. Bahan limbah plastic adalah Low Density
Polyethylene (LDPE). Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan alat pirolisis
yang terdiri dari reaktor, pipa penghubung, kondensor, dan tempat penampungan
minyak hasil pirolisis. Metode penelitian ini adalah melakukan proses pirolisis
pada temperatur 350 oC, 500 oC, dan 700 oC dan waktu reaksi selama 0-60 menit.
Dari hasil penelitian di dapatkan volume yang dihasilkan dari tiga variasi
temperatur 350 oC, 500 oC, dan 700 oC adalah 140 ml, 210 ml, dan 365 ml.
Densitas yang dihasilkan dari tiga variasi temperature 350 oC, 500 oC, dan 700 oC
yaitu 0,7291 gr/ml, 0,7563 gr/ml, dan 0,7336 gr/ml. Nilai kalor yang dihasilkan
dari tiga variasi temperature 350 oC, 500 oC, dan 700 oC adalah 36,290 J/gr,
5
28,517 J/gr, dan 40,124 J/gr. Dari hasil densitas dan nilai kalor yang dihasilkan
bahan bakar hasil pirolisis nilai ini mendekati densitas dan nilai kalor pada
minyak tanah dan bensin. Dari hasil pengujian untuk suhu optimum diantara tiga
variasi suhu yang dilakukan yaitu pada suhu 700 oC.
Rahmanpiu (2019) telah melakukan penelitian dengan judul “Studi
Pendahuluan Pengembangan Alat Pirolisis Sampah Plastik Polipropilena (PP)
Menggunakan Drum Sisa Pakai”. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan
alat pirolisis sampah plastik PP dengan bahan yang mudah diperoleh dan ramah
lingkungan. Metode digunakan adalah eksperimen melalui tahapan desain,
pembuatan alat pirolisis dan uji coba alat pirolisis. Hasil yang diperoleh
menunjukkan dari tiga Tipe alat pirolisis yang dikembangkan Tipe 2 dengan
kondisi sampel yang bersih memungkinkan utk dikembangkan lebih lanjut.
Pirolisat yang dihasilkan didestilasi dan diperoleh bahan bakar cair sebesar 30-
41%, bahan padat yang mudah terbakar sebanyak 30-40% dan gas yang tidak
terkondensasi sekitar 20%. Gas buang yang dihasilkan selama pirolisis Tipe 3
tidak berbau dibandingkan Tipe 1 dan Tipe 2.
Jatmiko Wahyudi (2018) telah melakukan penelitian dengan judul
“Pemanfaatan Limbah Plastik Sebagai Bahan Baku Pembuatan Bahan Bakar
Alternatif”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan membandingkan
kemampuan minyak hasil pirolisis plastik dengan minyak tanah dan solar dalam
hal massa jenis, lama pembakaran, temperatur air dan volume air yang hilang
(menguap) saat dimasak menggunakan minyak tersebut. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa 1) massa jenis minyak pirolisis adalah 0,8 g/ml. Waktu yang
dibutuhkan untuk membakar habis suatu benda adalah 4,02 menit. Pemasakan air
menggunakan bahan bakar minyak pirolisis menghasilkan temperatur 75°C pada
waktu pemasakan 4 menit dengan volume air yang hilang (menguap) sebesar 12,6
ml. 2) Dari 4 parameter yang diamati, kualitas minyak pirolisis berada di bawah
minyak tanah namun di atas minyak solar.
Dari kajian pustaka diatas dapat disimpulkan bahwa untuk dapat
menghasilkan bahan bakar cair yang mempunyai densitas dan nilai kalor diats
minyak tanah namun masih dibawah bensin, pada proses pirolisis dengan
6
menggunakan bahan plastik dibutuhkan suhu pemanasan pada reaktor sebesar
200-500 0C, sedangkan material pipa kondensor yang digunakan adalah stainless
steel dengan ketebalan 1 mm.
7
Gambar 2.1 jenis plastik PET/PETE
8
plastik pembungkus (cling wrap), untuk mainan, selang, pipa bangunan, taplak
meja plastik, botol kecap, botol sambal, botol sampo dll. PVC mengandung
DEHA yang berbahaya bagi kesehatan. Makanan yang dikemas dengan plastik
berbahan dapat terkontaminasi karena DEHA lumer pada suhu -15oC. rumus
molekulnya adalah (-CH2-CHCl-)n. Reaksi yang terjadi antara PVC dengan
makanan yang dikemas dengan plastik ini berpotensi berbahaya untuk ginjal,
hati dan berat badan seperti terlihat pada Gambar 2.3.
9
Gambar 2.4 Jenis plastik LDPE
5. Polypropilene (PP)
Tertera logo daur ulang dengan angka 5 di tengahnya, serta tulisan PP
di bawah segitiga. Karakteristik adalah biasa botol transparan yang tidak jernih
atau berawan. Jenis ini adalah pilihan bahan plastik terbaik, terutama untuk
tempat makanan dan minuman seperti tempat menyimpan makanan, tutup
botol, cup plastik, mainan anak, botol minum dan terpenting botol minum
untuk bayi. Polipropilen lebih kuat dan ringan dengan daya tembus uap yang
rendah, ketahanan yang baik terhadap lemak, stabil terhadap suhu tinggi dan
cukup mengkilap. Bahan yang terbuat dari PP bila ditekan akan kembali ke
bentuk semula. rumus molekulnya adalah (-CHCH3-CH2-)n. Carilah dengan
kode angka 5 bila membeli barang berbahan plastik untuk menyimpan kemasan
berbagai makanan dan minuman seperti terlihat pada Gambar 2.5.
10
ketika makanan tersebut bersentuhan. Bahan ini harus dihindari, karena selain
berbahaya untuk kesehatan otak, mengganggu hormon estrogen pada wanita
yang berakibat pada masalah reproduksi, dan pertumbuhan dan sistem syaraf,
selain itu bahan ini sulit didaur ulang. Pun bila didaur ulang, bahan ini
memerlukan proses yang sangat panjang dan lama. Bahan ini dapat dikenali
dengan kode angka 6, namun bila tidak tertera kode angka tersebut pada
kemasan plastik, bahan ini dapat dikenali dengan cara dibakar (cara terakhir
dan sebaiknya dihindari). Ketika dibakar, bahan ini akan mengeluarkan api
berwarna kuning-jingga, dan meninggalkan jelaga.Banyak negara bagian di
Amerika sudah melarang pemakaian tempat makanan berbahan styrofoam
termasuk negara China rumus molekulnya adalah (-CHC6H5-CH2-)n. jenis
plastik ini seperti terlihat pada Gambar 2.6.
11
dan minuman, termasuk kaleng susu formula. Dapat mengeluarkan bahan
utamanya yaitu Bisphenol-A ke dalam makanan dan minuman yang
berbahaya bagi kesehatan sehingga dianjurkan untuk tidak digunakan sebagai
tempat makanan ataupun minuman. Ironisnya banyak botol susu yang terbuat
dari PC dan sangat mungkin mengalami proses pemanasan untuk tujuan
sterilisasi dengan cara merebus, dipanaskan dengan microwave, atau dituangi
air mendidih atau air panas seperti terlihat pada Gambar 2.7.
12
Gambar 2.8 Plastik Daur Ulang Primer
2. Daur ulang sekunder
Daur ulang sekunder adalah daur ulang yang menghasilkan produk yang
sejenis dengan produk aslinya tetapi dengan kualitas di bawahnya seperti
terlihat pada Gambar 2.9.
13
Gambar 2.10 Plastik Daur Ulang Tersier
4. Daur ulang quarter
Daur ulang quarter adalah proses untuk mendapatkan energi yang terkandung
di dalam sampah plastik seperti terlihat pada Gambar 2.11.
14
proses pencairan. Jika suhu di naikan di atas temperatur lebur, plastik akan mudah
mengalir dan strukturnya akan mengalami dekomposisi. Dekomposisi terjadi
karena energi thermal melampaui energi yang mengikat rantai molekul. Secara
umum polimer akan mengalami dekomposisi pada suhu di atas 1,5 kali dari
temperatur transisinya. (Untoro Budi S. 2013) Proses daur ulang plastik bisa di
lihat pada Tabel 2.1 dan 2.2 :
Tabel 2.1 Data temperatur transisi dan temperatur lebur plastik
15
2.3 PIROLISIS
Pirolisis berasal dari kata pyro (fire/api) dan Lyo (Loosening/pelepasan)
untuk dekomposisi thermal dari suatu bahan organik. Pirolisis merupakan suatu
bentuk penguraian bahan organik secara kimia melalui pemanasan tanpa atau
sedikit oksigen atau reagen lainnya. Proses pirolisis atau devolatilisasi merupakan
roses perengkahan plastik pada temperatur tinggi, di mulai pada temperatur sekitar
230°C. Perengkahan plastik pada temperatur tinggi adalah proses suling sederhana
untuk daur ulang plastik. Pada senyawa yang berderajat polimerisasi tinggi,
pirolisis merupakan reaksi depolimerisasi dan pada suhu tinggi mengikuti
mekanisme radikal bebas. Reaksi ini melalui 3 tahap, yaitu tahap memulai, tahap
perambatan dan tahap penghentian, pada proses ini material polimer atau plastik
di panaskan pada suhu tinggi. Proses pemanasan ini menyebabkan struktur makro
molekul yang lebih kecil dan hidrokarbon rantai pendek terentuk. Produk yang di
hasilkan berupa fraksi gas, residu padat dan fraksi cair yang mengandung parafin,
olefin, naphta, dan aromatis. (Taufan Landi. 2017). Setelah melewati kondensor,
uap cair yang berwarna coklat terbentuk dari proses pembakaran yang memiliki
nilai kalori tinggi. Pada pirolisis ini wax yang dihasilkan cukup banyak dan
menghasilkan sedikit abu. Kandungan abu dan pemisah char/residu memiliki efek
katalis pada pemecahan uap. Asap cair yang dihasilkan dari proses pirolisis
berwarna coklat gelap, hal tersebut dipengaruhi oleh bahan baku dan proses
pirolisis cepat. Asap cair juga dapat berwarna merah kecoklatan atau hijau gelap
tergantung dari adanya mikro karbon pada cairan dan komposisi kimianya.
Kandungan nitrogen yang tinggi memberikan warna hijau gelap pada asap cair.
Teknologi pirolisis ini dapat di katakan sebagai metode yang ramah lingkungan
sebab produk akhirnya menghasilkan CO2 da H2O, yang merupakan gas non
toksik. Proses pirolisis menghasilkan senyawa – senyawa hidrokarbon cair mulai
dari C1 hingga C4 dan senyawa rantai panjang seperti parafin dan olefin. Alat
pirolisis seperti terlihat pada Gambar 2.12.
16
Gambar 2.12 Alat pirolisis
17
tidak memerlukan teknik pra-pengolahan sampel yang mahal yang melibatkan
kondensasi dan penguapan kembali.
2.3.2 Proses Pirolisis
Pirolisis berasal dari dua kata yaitu pyro yang berarti panas dan lysis
berarti penguraian atau degradasi, sehingga pirolisis berarti penguraian biomassa
karena panas pada suhu lebih dari 150 oC (Kamaruddin et al, 1999).
Pirolisis adalah proses pemanasan suatu zat tanpa adanya oksigen sehingga
terjadi penguraian komponen-komponen penyusun kayu keras. Istilah lain dari
pirolisis adalah penguraian yang tidak teratur dari bahan-bahan organik yang
disebabkan oleh adanya pemanasan tanpa berhubungan dengan udara luar. Hal
tersebut mengandung pengertian bahwa apabila tempurung dan cangkang
dipanaskan tanpa berhubungan dengan udara dan diberi suhu yang cukup tinggi,
maka akan terjadi reaksi penguraian dari senyawa-senyawa kompleks yang
menyusun kayu keras dan menghasilkan zat dalam tiga bentuk yaitu padatan,
cairan dan gas (Widjaya, 1982).
Pembakaran tidak sempurna pada tempurung kelapa, sabut, serta cangkang
sawit menyebabkan senyawa karbon kompleks tidak teroksidasi menjadi karbon
dioksida dan peristiwa tersebut disebut sebagai pirolisis. Pada saat pirolisis, energi
panas mendorong terjadinya oksidasi sehingga molekul karbon yang kompleks
terurai, sebagian besar menjadi karbon atau arang. Istilah lain dari pirolisis adalah
“destructive distillation” atau destilasi kering, dimana merupakan proses
penguraian yang tidak teratur dari bahan-bahan organik yang disebabkan oleh
adanya pemanasan tanpa berhubungan dengan udara luar. Hal tersebut
mengandung pengertian bahwa apabila tempurung dipanaskan tanpa berhubungan
dengan udara dan diberi suhu yang cukup tinggi maka akan terjadi rangkaian
reaksi penguraian dari senyawa-senyawa kompleks yang menyusun tempurung
dan menghasilkan zat dalam tiga bentuk yaitu padatan, cairan dan gas (Anonim,
1983).
Tempurung kelapa dan kayu keras memiliki komponen-komponen yang
hampir sama. Kandungan selulosa, hemiselulosa dan lignin dalam kayu berbeda-
beda tergantung dari jenis kayu. Pada umumnya kayu mengandung dua bagian
18
selulosa, satu bagian hemiselulosa serta satu bagian lignin. Girard (1992)
menyatakan bahwa produk dekomposisi termal yang dihasilkan melalui reaksi
pirolisis komponen-komponen kayu adalah sebanding dengan jumlah komponen-
komponen tersebut dalam kayu.
Salah satu cara untuk meningkatkan efektivitas pengasapan yaitu dengan
menggunakan asap cair yang diperoleh dengan cara pirolisis kayu atau serbuk
kayu kemudian dilakukan kondensasi. Menurut Maga (1987) asap cair merupakan
suatu campuran larutan dan dispersi koloid dari asap kayu dalam air yang dapat
diperoleh dari hasil pirolisis kayu. Asap cair merupakan campuran larutan dari
dispersi asap kayu dengan mengkondensasikan asap cair hasil pirolisis kayu yang
merupakan proses dekomposisi dari komponenkomponen penyusun kayu seperti
lignin, selulosa dan hemiselulosa akibat panas tanpa adanya oksigen (Tahir,
1992).
19
umum berlangsungnya pirolisis primer biomassa ditampilkan pada gambar seperti
terlihat pada Gambar 2.13.
.
20
1. Hidro cracking
Hidro cracking adalah proses perekahan dengan mereaksikan plastik
dengan hidrogen di dalam wadah tertutup yang di lengkapi dengan pengaduk
pada temperatur antara 425-673°K, dan tekanan hidrogen 3-10 Mpa. Dalam
proses Hydro cracking ini di bantu dengan katalis. Untuk membantu
pencampuran dan reaksi biasanya di gunakan bahan pelarut 1-methyl
naphtalene, tetraline, dan decaline. Beberapa katalis yang sudah di teliti
anatara lain alumina, amorphous silica alumina, xeolite dan zulphate zirconia.
2. Thermal cracking
Thermal cracking adalah termasuk proses pirolisis, yaitu dengan cara
memanaskan bahan polimer tanpa oksigen. Proses ini biasanya di lakukan pada
temperatur anatara 350°C sampai 900°C. Dari proses ini akan di hasilkan
arang, minyak dari kondensasi gas seperti, parafin, idoparafin, olefin, naphtene
dan aromatik, serta gas yang memang tidak bisa terkondensasi.
3. Catalyc cracking
Cara ini menggunakan katalis untuk melakukan reaksi perekahan,
dengan adanya katalis dapat mengurangi temperatur dan waktu reaksi.(Untoro
Budi S. 2013)
2.3.5 Faktor yang Mempengaruhi Kualitas dan Kuantitas Minyak Hasil Pirolisis
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas minyak hasil
pirolisis, di antaranya yaitu :
1. Temperatur dan waktu
Semakin tinggi temperatur dan semakin lama proses pirolisisnya maka
akan semakin banyak jumlah minyak yang di hasilkan. Di lihat dari produk yang
dihaslikan, pirolisis juga menghasilkan gas tetapi di minimalkan dengan
peningkatan suhu sehingga minyak yang terbentuk lebih banyak.
2. Jenis plastik
Jenis plastik yang di gunakan dalam konversi sampah menjadi bahan bakar
menentukan kualitasnya, hal ini di karenakan monomer penyusunnya yang berbeda.
21
3. Penggunaan berbagai jenis katalis
Penggunaan katalis dalam proses pirolisis mampu mempercepat konversi
yang menghasilkan minyak dengan kualitas lebih baik. Katalis mampu
meningkatkan perekahan yang terjadi dalam proses pirolisis. Rantai hidro karbon
yang panjang mampu di konversi menjadi gas hidro karbon lebih cepat sehingga
minyak yang terbentuk dari kondensasi akan semakin banyak.
Sifat fisik dan sifat kimia dari etanol hasil pirolisis menurut Kirk seperti
ditunjukan pada Tabel 2.3
Tabel 2.3 Sifat Fisik dan Kimia Etanol
Parameter Nilai
22
Sementara dibawah ini merupakan tabel parameter kualitas bioethanol
berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) seperti ditunjukan pada Tabel 2.4
Tabel 2.4 Standar Nasional Indonesia Kualitas Bioetanol (SNI 7390-2008)
23
Gambar 2.14 Reaktor Pirolisis
3. Kondensor
Kondensor berfungsi sebagai tempat untuk merubah uap atau gas menjadi cairan
atau minyak. Didalam kondensor terdapat pipa-pipa untuk proses kondensasi.
Bentuk kondensor secara umum seperti ditunjukan pada gambar seperti terlihat
pada Gambar 2.16.
24
Gambar 2.16 Kondensor Pirolisis
4. Pipa Penyalur Air
Pipa penyalur air berfungsi untuk mengalirkan air selama proses pirolisis
berlangsung. Pipa penyalur biasanya menggunakan pipa atau selang plastik
seperti terlihat pada Gambar 2.17.
5. Tabung Penampung
Tabung penampung berfungsi sebagai tempat untuk menampung minyak hasil
pirolisis. Ukuran tabung penampung ini disesuaikan dengan kapasitas produksi alat
25
pirolisis. Pada umumnya tabung ini berupa tabung yang terbuat dari kaca yang
kedap udara agar dapat menjaga kualitas minyak hasil pirolisis tidak mudah
menguap seperti terlihat pada Gambar 2.18.
6. Tungku
Tungku berfungsi sebagai tempat pembakaran yang berasal dari gas untuk
memanaskan sampah plastik didalam reaktor seperti terlihat pada Gambar 2.19.
26
merusak lingkungan dan hemat energi.perancangan dan pembuatan produk merupakan
kegiatan yang sangat penting dari kegiatan teknik. Perancangan dimulai dengan di
dapatkannya persepsi tentan kebutuhan manusia, kemudian di susul oleh pencipta
produk dan diakhiri dengan pembuatan dan pendistribusian produk.
Dalam perancangan terdapat beberapa fase yang harus di lalui oleh seorang
perancang, yaitu :
2.4.1 Fase definisi proyek, perancangan proyek dan penyusunan spesifikasi
teknis proyek
Pada fase ini di kumpulkan semua informasi tentang semua persyaratan atau
requirement yang harus di penuhi oleh produk dan kendala-kendala yang merupakan
batas-batas untuk produk. Hasil fase ini adalah spesifikasi produk yang di muat dalam
daftar spesifikasi teknis. Definisi proyek dan kegiatan lain dalam fase ini menghasilkan
antara lain :
1. Pernyataan tentang masalah atau produk yang akan di rancang.
2. Beberapa kendala atau constraints yang membatasi masalah tersebut.
3. Spesifikasi teknis produk.
1. Kinerja atau performance yang akan di capai produk.
2. Kondisi lingkungan.
3. Kondisi operasi lain.
4. Jumlah produk yang akan di buat.
5. Dimensi produk.
6. Berat produk.
7. Ergonomik.
8. Keamanan / safety
9. Harga produk.
4. Kriteria keterterimaan yang harus dipenuhi oleh produk.
5. Rencana proyek.
Untuk ide produk maka akan di lakukan survei diantara penggunaan dan
pelanggan untuk mengetahui keinginan pengguna tentang produk tersebut, dari
keinginan tersebut kemudian disusun spesifikasi produk yang selanjutnya akan di
27
jadikan sebagai dasar dari langkah-langkah perancangan berikutnya. Spesifikasi
perubahan selama proses perancangan dan pembuatan produk berlangsung.
2.4.2 Fase perancangan konsep produk
Berdasarkan spesifikasi produk hasil fase pertama, dicarilah beberapa konsep
produk yang dapat memenuhi persyaratan dalam spesifikasi tersebut. Konsep tersebut
merupakan solusi masalah perancangan yang harus di pecahkan. Beberapa alternatif
produk dapat di temukan.
Tujuan dari langkah perancangan konsep produk adalah menghasilkan
alternatif konsep produk sebanyak mungkin. Konsep produk yang di hasilkan pada
langkah ini berupa skema atau dalam bentuk sketsa (sekeleton).
Pada prinsipnya semua alternatif konsep produk tersebut memenuhi spesifikasi
teknis produk. Pada akhirnya perancangan konsep produk di lakukan evaluasi pada
hasil rancangan konsep produk untuk memilih salah satu atau beberapa konsep produk
yang terbaik untuk di kembangkan pada langkah ketiga, yaitu langkah perancangan
produk atau langkah pemberian bentuk (embodiment design) pada konsep produk.
2.4.3 Fase perancangan produk
Langkah perancangan produk terdiri dari beberapa langkah, tetapi intinya pada
langkah ini solusi-solusi alternatif dalam bentuk skema atau skets di kembangkan lebih
lanjut menjadi produk atau benda teknik yang lebih dari satu solusi alternatif, maka
harus di tentukan satu solusi akhir yang terbaik melalui suatu proses evaluasi terbaik.
Solusi terbaik tersebut dituangkan dalam bentuk general arrangement drawing atau
gambar susunan umum.
2.4.4 Fase gambar dan spesifikasi pembuatan produk
Pada fase gambar dan pembuatan spesifikasi produk, susunan komponen
produk, bentuk, dimensi, kehalusan permukaan, material dan setiap komponen produk
ditetapkan. Demikian kemungkinan juga cara perancangan alat sudah di buat dan
perkiraan biaya sudah dihitung dan disiapkan. Hasil akhir fase ini adalah gambar
rancangan lengkap dengan spesifikasi rancangan alat untuk pembuatan, kedua hal
tersebut merupakan dokumen untuk pembuatan alat tersebut.
28
Gambar hasil rancangan produk terdiri dari :
1. Gambar semua elemen produk lengkap dengan bentuk geometri dimensi, kekasaran
atau kehalusan permukaan dan material.
2. Gambar susunan komponen.
3. Gambar susunan produk.
4. Spesifikasi yang memuat keterangan-keterangan yang tidak dapat dimuat dalam
gambar.
29
2. Biaya produk
Biaya produk modal peralatan dan biaya produksi setiap unit adalah biaya
manufaktur dari produk. Biaya produk menentukan berapa besar laba ysng
dihasilkan oleh perusahaan pada volume penjualan dan harga penjualan.
3. Waktu pengembangan produk
Waktu pengembangan produk menetukan kemampuan perusahaan dalam
kompetisi, menunjukkan daya tanggap perusahaan terhadap perubahan teknologi
dan akhirnya menentukan kecepatan perusahaan untuk menerima pengembalian
ekonomis dari usaha yang dlakukan tim pengembalian.
4. Biaya pengembangan
Biaya pengembangan biasanya merupakan salah satu komponen yang
penting dari inovasi yang dibutuhkan untuk mencapai profit.
30
temperatur yang tinggi, sampah plastik yang berada di dalam reaktor akan mencair
dan berudah wujud menjadi uap, uap tersebut akan mengalir melalui pipa menuju ke
kondensor, di dalam kondensor uap tersebut akan di dinginkan dan berubah menjadi
cair, lalu cairan akan mengalir menuju wadah yang telah di sediakan di bawah
kondensor seperti terlihat pada Gambar 2.20.
31
4. Biaya pembuatan : diharapkan biaya pembuatan rancangan alat ini
ekonomis.
5. Konstruksi sederhana : komponen-komponen alat ini mudah dirancang dan
dicari dipasaran.
6. Pengoperasian mudah : alat ini dapat di operasikan dengan mudah.
7. Perawatan mudah : diharapkan perawatannya tidak sulit.
8. Kemungkinan produksi masal : diharapkan alat yang dirancang inidapat
diproduksi secara masal.
9. Komponen tidak banyak : alat ini memiliki komponen yang tidak terlalu
banyak, sehingga tidak memerlukan waktu yang lama untuk perancangan
dan pembuatannya.
10. Mudah dipindahkan : diharapkan alat pirolisis ini dimensinya tidak terlalu
besar dan bobotnya tidak terlalu berat sehingga mudah untuk dipindah.
32
bahan dan sifat-sifat bahan yang akan di gunaka, misalnya tahan terhadap
keausan, korosi dan sebagainya.
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bahan untuk
komponen mesin ini adalah :
1. Bahan yang digunakan sesuai dengan fungsinya
Dalam pemilihan bahan, bentuk, fungsi dan syarat dari bagian alat
bantu sangat perlu diperhatikan. Untuk perancangan harus memiliki pengetahuan
yang memadai tentang sifat mekanik, kimia, dan thermal. Bahan tersebut
biasanya berupa baja, besi cor, logam non ferro, dan lain sebagainya. Hal-hal
tersebut berhubungan erat dengan sifat material yang mempengaruhi keamanan
alat yang direncanakan.
2. Bahan mudah ditemukan
Yang dimagsud mudah ditemukan adalah bagaimana agar bahan yang
dipilih untuk mengimplementasikan rancangan selain memenuhi syarat juga
harus mudah didapat dipasaran. Pada saat pembuatan alat terkadang memiliki
kendala pada saat menemukan bahan yang akan digunakan. Maka dari itu,
bahan yang digunakan harus mudah ditemukan dipasaran agar tidak
menghambat proses pembuatan alat.
3. Efisien dalam perencanaan dan penggunaan
Dalam rancang bangun ini harus di perhatikan bahan yang seefisien
mungkin. Dimana hal ini tidak mengurangi fungsi dari komponen tersebut
sehingga material yang digunakan tidak terbuang percuma.
4. Sifat teknik bahan
Untuk mengetahui bahan yang akan digunakan dapat dikerjakan
menggunakan proses permesinan atau tidak. Untuk itu kita perlu mengetahui
sifat teknik bahan tersebut.
Macam-macam bahan atau material yang umum digunakan dalam
perancangan antara lain sebagai berikut :
1. Alumunium
Alumunium merupakan unsur yang sangat melimpah di kerak
bumi. Alumunium termasuk logam yang bersofat amfoter dan ringan.
33
Kekerasan dan kekuatan alumunium tidak begitu tinggi, namun dengan
perlakuan heat treatment dapat meningkatkan kekuatan dan kekerasannya.
Sifat-sifat yang penting dimiliki alumunium sehingga banyak digunakan di
bidang teknik yaitu :
1. Berat jenisnya ringan (hanya 2,7 gr/cm2).
2. Tahan korosi.
3. Penghantar listrik dan panas yang baik.
4. Mudah dibentuk.
2. Besi (iron)
Besi (iron) merupakan salah satu unsur pembentuk bermacam-
macam logam dan baja paduan. Dalam ilmu bahan teknik, besi memiliki
peranan penting dalam sejarah teknologi. Kandungan biji besi berdasarkan
prosentasenya, terbagi menjadi 4 macam dengan ciri yang berbeda pula,
seperti pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.3 Senyawa besi berupa kandungan besi
Iron Core Colour Iron Content %
Magnetite (Fe2 O3) Black 72 %
Heamatite (Fe2 O4) Red 70 %
Limonite (Fe2 CO3) Brown 60 % - 65 %
Siderite [(Fe2 CO3
brown 48 %
(HO3)]
(Sumber : Khurni, R.S. Gupta, j.k. 1982)
Besi untuk perkakas merupakan hasil dari beberapa paduan dan
unsur seperti karbon, silicon, mangan, kromium dan lain-lain. Beberapa
unsur paduan itulah yang mampu membentuk sifat-sidat tertentu pada besi
untuk digunakan sebagai perkakas. Berdasarkan unsur paduannya besi
terbagi menjadi dua jenis yaitu sebagai berikut :
1. Wrought Iron
Wrought Iron adalah besi yang memiliki kemurnian besi mendekati
100 %. Komposisi kimia bahan tersebut yaitu 99,5 % - 99,9 % besi, 0,02
% karbon, 0,120 % silicon, 0,08 % sulfur, 0,02 % fosfor dan 0,07 %
kerak besi. Bahan tersebut bersifat lunak, liat dan tidak mampu menahan
34
beban kejut secara tiba-tiba serta berlebihan. Kekuatan tarik wrought iron
berkisar 2500 – 5000 kg/cm2 dan ekuatan tekannya 3000 kg/cm2.
2. Cast Carbon
Cast Carbon msrupakan paduan besi dan karbon. Kandungan
karbon pada material ini bervariasi dari 1,7 % sampai 4,5 %, Cast iron
juga mengandung sejumlah unsur lain, sperti silikon, mangan, fosfor, dan
sulfur. Bentuk karbon yang terdapat dalam cast iron terdapat dua macam,
yaitu karbon bebas yang dinamakan graphite dan gabungan karbon yang
dinamakan cementite. Cast iron adalah material yang rapuh , tidak dapat
digunakan untuk elemen mesin yang mengalami pembebanan kejut
(shock loaded). Sifat-sifat yang membuatnya berharga adalah karena
harganya murah, karakteristik coran yang baik, kekuatan kompresinya
lebih tinggi dari pada tegangan tariknya. Variasi cast iron meliputi : grey
cast iron, white cast iron, mellaeble cast iron dan alloy cast. Secara garis
besar baja dibagi menjadi dua macam, yaitu :
1. Baja karbon
Baja karbonmerupakan paduan besi dan karbon serta
mengandung mangan, silikon, fosfor, dan sulfur dalam jumlah tertentu
yang dapat diketahui. Apabila keempat unsur dalam jumlah normal,
maka hasilnya adalah plain carbon steel ata baja karbon biasa.
Kekuatan dari sifat baja karbon dipengaruhi oleh kandungan karbon.
Semakij meningkat kandungan karbon akan meningkatkan kekuatan
dan kekerasan bahan tersebut, namun kemampuan dan keuletannya
dalam menahan beban kejut akan berkurang. Undur lain dalam baja
karbon tidak begiru berpengaruh dalam sifat seperti halnya undur
karbon. Baja karbon terdiri atas bermacam-macam jenis, seperti yang
dijelaskan pada tabel 2.4 di bawah ini :
35
Tabel 2.4 Jenis-jenis baja karbon.
No. Nama C (%) Sifat
1. Dead Mild Steel 0,15 Liat dan tidak mampu di
keraskan dengan perlakuan
panas.
Penggunaan : Bodi mobil.
2. Low Carbon Steel atau 0,15–0,8 Liat, kuat dan cocok untuk
Mild Steel pengolahan.
Penggunaan : Bahan-bahan
permesinan dan pengelasan
3. Medium Carbon Steel 0,45-0,8 Keras dan cocok untuk
pekerjaan panas.
Penggunaan : Rel kereta api,
Crankshaft, Wheels
4. High Carbon Steel 0,8-1,5 Sangat keras, kuat, sedikit liat
dan memiliki responsitas
yang baik terhadap perlakuan
panas.
Penggunaan : Alat-alat potong
pertanian, high tensile strength
wire, pahat potong dan pegas.
(Sumber : Khurmi, R.S. Gupta, j.k. 1982)
2. Baja paduan (alloy steel)
Baja paduan memiliki perbedaan dengan baja karbon,
perbedaannya terdapat pada unsur-unsur pembentuk baja yang
berpengaruh pada sifat ketangguhan baja. Sebagai unsur paduan untuk
baja paduan bagi konstruksi mekanik adalah Ni-Cr, Ini-Cr-Mau, Cr,
Cr-Mo, Mn dan Mn-Cr.
4. Stainless steel
Baja tahan karat atau biasa dikenal dengan Stainless Steel adalah
senyawa besi yang mengandung setidaknya 10,5 % kromium untuk
mencegah korosi (pengkaratn logam). Komposisi ini membentuk
protective layer (lapisan pelindung anti korosi) yang merupakan hasil
oksidasi oksigen terhadap krom yang terjadi secara spontan. Kemampuan
tahan karat diperoleh dari terbentuknya lapisan film oksida kromium.
Dimana lapisan oksida ini menghalangi proses oksidasi besi (ferum)
36
tentunya haus dibedakan dengan coating (misal seng dan cadmium)
ataupun cat.
2.9.2 Reaktor
Reaktor adalah suatu alat proses tempat dimana terjadinya suatu reaksi
berlangsung baik itu secara kimia maupun secara fisika, dengan terjadinya reaksi
inilah suatu bahan berubah ke bentuk bahan lainnya, perubahanya ada yang terjadi
secara spontan atau terjadi dengan sendirinya atau bisa juga menggunakan
bantuan energi panas seperti terlihat pada Gambar 2.23.
37
Gambar 2.23 Reaktor
a) Kapasitas reaktor
kapasitas reaktor harus ditentukan terlebih dahulu. Untuk menentukan
kapasitas reaktor menggunakan persamaan volume tabung seperti berikut :
x d2 x t ....................................................................................... (Pers. 1)
Dimana :
V reaktor = volume tabung reaktor
d = diameter reaktor
t = tinggi reaktor
b) Kekuatan bahan terhadap panas
.................................................................................................... (Pers. 2)
Dimana :
P=ρxRxT
Dengan :
tb = faktor keamanan ketebalan bahan
P = tekanan dalam reaktor
D = diameter reaktor
ρ = massa jenis material
T = temperatur pada reaktor
38
2.9.3 Kondensor
Kondensor adalah suatu alat yang terdiri dari jaringan pipa dan
digunakan untuk mengubah uap menjadi zat cair (air), dapat juga diartikan
sebagai alat penukar kalor (panas) yang berfungsi untuk mengkondensasikan
fluida. Dalam penggunaannya kondensor diletakan diluar ruangan yang sedang
didinginkan supaya panas yang keluar pada saat pengoperasianya dapat dibuang
keluar sehingga tidak mengganggu proses pendinginan. Kondensor memiliki
beberapa jenis menurut cooling medium, diantaranya yaitu : Air Cooled
Condenser, Water Cooled Condenser, Tube and Tubes Condenser, dan Evaporatif
Condenser seperti terlihat pada Gambar 2.24.
39
c) Perhitungan heat capacity
Terlebih dahulu menghitung heat capacity cold (Cc) dan heat capacity hot
(Ch), dengan persamaan berikut :
Cc = ṁc × Cp,f ............................................................................................ (Pers. 5)
Dimana :
ṁc = laju aliran massa air (kg/s)
Cp,f = specific heat
Untuk mencari laju aliran uap panas (ṁh), didapat dari perhitungan kalor
sebagai berikut
Qhot = Qcold ................................................................................................ (Pers. 6)
ṁh × hf,g = ṁc × Cp,f × ∆T ........................................................................ (Pers. 7)
ṁh =
maka :
Ch = ṁh x Cp,g .......................................................................................... (Pers. 8)
Dimana :
Cc = heat capacity cold (kJ/s.K )
ṁc = Laju aliran massa air laut (kg/s)
Cp,f = specific heat (kJ/kg.K)
Ch = heat capacity hot (kJ/s.K )
ṁh = Laju aliran massa steam (kJ/s)
Cp,g = specific heat (kJ/kg.K)
d) Perhitungan specific heat ratio(Cr)
Cr = ............................................................................................... (Pers. 9)
e) Efisiensi kondensor
40
1. Jumlah udara tersedia di alam secara bebas dengan jumlah yang tidak
terhingga.
2. Transportasi udara dapat dengan mudah diangkut dalam pipa-pipa saluran,
sekalipun dalam jarak yang jauh tidak berkurang.
3. Suhu udara terkompresi tidak terpengaruh terhadap perubahan suhu yang
rendah sekalipun.
4. Tahan ledakan, karena udara bertekanan tidak terlalu bersih sehingga
kebocoran yang gterjadi tidak akan menimbulkan pencemaran udara.
5. Kebersihan, penggunaan udara bertekanan selalu bersih sehingga kebocoran
yang terjadi tidak akan menimbulkan pencemaran udara.
6. Konstruksi bagian-bagian yang ada di buat sederhana sehingga akan lebih
efidien.
7. Udara bertekanan merupakan fluida yang sangat cepat.
8. Udara memiliki fleksibilitas yang tinggi, dengan komponen udara bertekanan,
kecepatan dan daya mampu disesuaikan.
41
Termometer udara sangat peka terhadap perubahan suatu suhu sehingga suhu
udara ketika itu dapat segera diketahui. Meskipun peka terhadap perubahan suhu,
tetapi termometer ini harus dikoreksi setiap terjadi perubahan tekanan udara.
Thermometer yang sering digunakan saat ini adalah thermometer raksa. Dapat
disebut dengan thermometer raksa karena terdapat air raksa didalam thermometer
tersebut. Fungsi air raksa adalah sebagai penunjuk suhu. Raksa akan mengembang
apabila thermometer menyentuh benda yang lebih dari air raksa. Raksa memiliki
beberapa keunggulan, diantaranya :
1. Peka terhadap perubahan suhu. Suhu air raksa akan sama dengan suhu benda
yang hendak diukur.
2. Tidak membuat basah dinding kaca menjadikan pengukuran bisa menjadi lebih
teliti
3. Dapat dipakai untuk mengukur suhu rendah (-40 0C) sampai suhu tinggi
(360 0C). Hal ini dikarenakan titik beku raksa mencapai -40 0C dan titik
didihnya mencapai 360 0C.
4. Mengembang dan memuai dengan teratur
5. Mengkilap layaknya perak menjadikan lebih mudah terlihat
Selain air raksa, alkohol juga dapat digunakan untuk mengisi thermometer,
dengan kelebihan yakni dapat mengukur suhu yang sangat rendah (mencapai -
130 0C) karena titik beku alcohol yang lebih rendah jika dibanding raksa. Tetapi
thermometer alkohol tidak dapat digunakan untuk mengukur air mendidih karena
titik didih alkohol hanya 78 0C.
Ada beberapa jenis alat untuk mengukur suhu, salah satunya adalah
Thermometer bimetal. Thermometer bimetal menggunakan logam untuk
menunjukan jika suatu perubahan suhu dengan prinsip logam akan memuai jika
dipanaskan dan menyusut jika didinginkan. Kepala bimetal dibentuk spiral dan
tipis, sedangkan ujung spiral bimetal ditahan maka tidak bisa bergerak dan ujung
lainnya menempel dipinggir penunjuk.
Semakin besar suhu, maka keping bimetal semakin melengkung dan
menjadikan jarum penunjuk menuju ke kanan kea rah yang lebih besar.
42
Thermometer bimetal sering terdapat disebuah mobil seperti terlihat pada Gambar
2.25.
43
Manometer memiliki beberapa jenis yang biasa digunakan untuk
mengukur tekanan udara,yaitu :
1. Manometer raksa terbuka
Untuk mengukur tekanan udara diruang tertutup yang bertekanan rendah
bisa menggunakan manometer raksa terbuka. Besar tekanan gasnya bisa dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Pgas = (Po + Δh) cmHg ...................................................................................... Pers.1
Dimana :
Pgas : Tekanan gas diruang tertutup (Pa atau N/m2)
Po : tekanan udara luar (cmHg)
Δh : selisih tinggi raksa dalam kedua kaki pipa U (cm)
44
Manometer logam biasa digunakan untuk mengukur tekanan gas yang
sangat tinggi seperti pada tangki uap, gas pada tabung gas dan gas didalam ban
seperti terlihat pada Gambar 2.28.
45