Anda di halaman 1dari 12

PROPOSAL TUGAS AKHIR.

ANALISIS KUALITAS MINYAK

HASIL PIROLISIS SAMPAH POPOK

Diajukan Oleh : Hatta Gutama (1713025)

Dosen Pembimbing Proposal : Yebi Yuriandala S.T.,M.Eng

Proposal ini sudah diperiksa dan layak untuk diajukan ke tahapan evaluasi proposal.

Yogyakarta, 6 Februari 2020.

Yebi Yuranadala S.T., M.Eng.

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN, UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

TAHUN 2020
LATAR BELAKANG.
Sampah merupakan masalah yang belum bisa teratasi hingga saat ini. Aktivitas
manusia mempengaruhi timbulan sampah yang ada. Komposisi sampah yang dihasilkan dari
aktivitas manusia berupa sampah organik sebesar 60-70%, sedangkan sisanya yaitu sampah
non-organik sebesar 30-40%. Dari komposisi sampah yang ada, sampah plastik berada di
peringkat dua sampah terbanyak setelah sampah organik (Pramiati, 2016).
Banyak perusahaan yang menggunakan plastik sebagai pilihan utama sebagai bahan
kemasan produk. Semakin berkembangnya teknologi maka semakin banyak inovasi plastik
pada setiap kemasan yang dijual di pasaran. Plastik yang digunakan sebagai kemasan
berfungsi untuk melindungi produk yang ada agar tidak terkontaminasi. Secara umum plastik
ini terdiri dari beberapa komponen seperti plastik berjenis LDPE, PP, PE, bahan adhesive dan
juga aluminium foil (Hamdi dkk, 2018).
Material plastik bukan hanya digunakan pada kemasan produk, tetapi juga sebagai
salah satu bahan pembuatan popok bayi sekali pakai. Orang tua saat ini lebih memilih
menggunakan popok bayi sekali pakai yang cepat, praktis dan instan penggunaanya. Padahal
di dalam popok bayi tersebut terkandung bahan-bahan berjenis plastik yang jika digunakan
dalam jumlah yang banyak dapat mencemari lingkungan karena tidak dapat terdekomposisi
secara alami.
Sampah plastik sangat sulit terurai dan termasuk material yang tidak bisa
terdekomposisi secara alami (nonbiodegradable). Pengelolaan sampah yang ada saat ini
dengan metode landfill dianggap kurang tepat, pasalnya plastik akan hancur di tanah menjadi
butiran plastik dalam waktu 20 sampai 100 tahun. Pengelolaan sampah plastik dengan
metode pembakaran (inceneration) juga akan menimbulkan dampak negatif berupa
pencemaran udara. Pengelolaan plastik dengan mengubah bentuknya menjadi kerajinan
bukan merupakan solusi, karena mengubah plastik menjadi bentuk baru hanya akan
memperpanjang usia pakai produk. Dimana jika kerajinan tersebut rusak, maka akan menjadi
sampah plastik kembali. Oleh karena itu dibutuhkan suatu alternative lain untuk mengurangi
jumlah dari sampah plastik yang ada.
Salah satu alternative yang dapat dilakukan untuk mengurangi sampah plastik adalah
pirolisis. Pirolisis merupakan salah satu bentuk daur ulang dengan mengubah plastik menjadi
bahan bakar. Selain berguna untuk mengurangi jumlah sampah plastik, pirolisis ini juga
berguna untuk menyediakan bahan bakar minyak dengan nilai energi yang cukup tinggi. Jenis
plastik PP, PE dan LDPE (Low-Density Polyethylene) merupakan jenis-jenis plastik yang
sering digunakan sebagai bahan pembuatan plastik kemasan dan (popok bayi). Plastik
berjenis PP (Polypropylene) dan PE (Polyethylene), dalam 1 kg plastik dapat menghasilkan
950ml bahan bakar (Thorat dkk, 2013). Sedankan nilai kalor dari jenis plastik Polypropylene
dan Polyethylene sendiri cukup tinggi yaitu 46,4 MJ/kg dan 46,3 MJ/kg (Das dan Pande,
2007).

2
Oleh karena itu, pada penelitian kali ini akan menganalisis bagaimana kualitas dan
kuantitas minyak hasil pirolisis sampah popok dan plastic dari perbandingan berat kedua
sampel dan suhu pirolisis yang telah ditentukan.

3
TINJAUAN PUSTAKA.
Pirolisis
Pirolisis adalah proses penguraian biomassa melalui proses pemanasan dengan suhu
lebih dari 150 oC (Jatmiko dkk, 2018). Terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses
pirolisis yaitu suhu, heating rate, waktu tinggal, tekanan, ukuran partikel, kelembaban dan
komposisi bahan. Pirolisis dapat disebut juga sebagai proses perengkahan atau cracking yaitu
proses pemecahan rantai polimer menjadi senyawa yang berat molekulnya lebih rendah.
Cracking terbagi dua yaitu ada proses thermal cracking dan ada proses catalytic
cracking. Thermal cracking merupakan proses pemecahan rantai polimer menjadi senyawa yang
lebih sederhana dengan proses thermal (pemanasan) tanpa ataupun sedikit oksigen dengan
tidak menggunakan katalis. Sedangkan catalytic cracking merupakan proses perengkahan atau
cracking dengan menggunakan katalis (Surono, 2013).
Material yang digunakan dalam proses pirolisis yaitu plastik. Bahan plastik yang
mengalami proses pirolisis atau thermal cracking akan terdekomposisi pada tiga fase pirolisis.
Tiga fase tersebut adalah fase cair, fase gas dan fase padat. Dimana pada fase cair, plastik akan
ter-dekomposisi menjadi bentuk minyak bakar. Pada fase gas, plastik akan terdekomposisi
menjadi material-material campuran gas yang dapat terkondensasi ataupun tidak terkondensasi.
Sedangkan pada fase padat akan berupa residu arang maupun tar (Hamidi dkk, 2013). Pada
penelitian Yuriandala (2016) yang menggunakan variasi plastik jenis PS dan plastik multilayer
berlapisan alumunium foil menunjukkan hasil bahwa penambahan dari sampel plastik multilayer
yang semakin banyak dapat mempercepat proses pirolisis untuk mencapai suhu optimal yaitu
450 oC. Namun pruduksi cairan minyak menurun diakibatkan oleh penambahan plastik multilayer.
Pada penelitian Susastriawan (2020) bahwa produksi minyak dari proses pirolisis akan
berlangsung saat suhu mencapai diatas 100°C. Suhu pada proses pirolisis menunjukkan panas
yang diperlukan untuk dekomposisi rantai ikatan plastik, dimana efisiensi konversi meningkat
dengan meningkatnya suhu. Namun, suhu yang sangat tinggi juga dapat mengurangi hasil
produksi minyak. Hal ini karena suhu yang terlalu tinggi memicu menghasilkan gas. Minyak yang
dihasilkan dari proses pirolisis memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan bio-fuel seperti
biodiesel maupun bioethanol. Minyak hasil pirolisis tidak mengandung air dan oksigen, sehingga
nilai kalornya lebih besar dan juga tidak menyebabkan korosi (Hidayah, 2018).
Plastik
Plastik merupakan material yang terbuat dari nafta dan termasuk produk turunan dari
minyak bumi yang diperoleh dari proses penyulingan. Komposisi dan material plastik sendiri
adalah polymer dan zat additive lainnya. Dimana polymer tersusun dari monomer-monomer yang
terikat oleh rantai ikatan kimia. Plastik sendiri dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu
thermoplastic dan termosetting. Thermoplastic merupakan bahan plastik yang jika dipanaskan
hingga mencapai suhu tertentu akan mencair dan apabila dibentuk dapat menjadi bentuk yang
baru sesuai keinginan. Sedangkan termosetting merupakan bahan plastik yang jika sudah dibuat

4
dalam bentuk padat, maka tidak akan bisa dicairkan kembali dengan cara dipanaskan. Dilihat
dari kedua sifat kelompok plastik tersebut, dapat dikatakan bahwa thermoplastic adalah
kelompok plastik yang memungkinkan untuk didaur ulang. Jenis plastik yang dapat di daur ulang
diberi nomor untuk memudahkan penggunaannya dan mudah untuk diidentifikasi
(Pramiati,2016). Karakteristik dari jenis plastik ditunjukkan pada Tabel.
Tabel Karakteristik Jenis Plastik
Kode Tipe Plastik Beberapa Penggunaan Plastik
PET atau PETE Botol minuman ringan dan air mineral,
bahan pengisi kantong tidur dan serat
tekstil
HDPE Kantong belanja, kantong freezer,
botol susu dan krim, botol sampo dan
pembersih
PVC atau V Botol juice, kotak pupuk, pipa saluran

LDPE Kotak ice cream, kantong sampah,


lembar plastik hitam
PP Kotak ice cream, kantong kentang
goreng, sedotan, kotak makanan
PS Kotak yoghurt, plastik meja, cangkir
minuman panas, wadah makanan
siap saji, baki kemasan
OTHER Botol minum olahraga, acrylic dan
nylon
Sumber: Surono, 2013
Plastik dengan jenis Polypropylene dan Polyethylene pada proses daur ulang dengan
metode pirolisis dapat menghasilkan bahan bakar minyak dengan nilai energi yang cukup tinggi.
Sebanyak 950 ml minyak dapat dihasilkan dari 1 kg plastik dengan jenis Polypropylene dan
Polyethylene (Thorat dkk, 2013). Selain karakteristik jenis plastik, sifat thermal dari jenis plastik
pun sangat penting untuk diketahui dalam proses pembuatan dan daur ulang plastik. Dimana
sifat thermal yang penting adalah titik lebur (Tm), suhu transisi (Tg) dan suhu dekomposisi. suhu
transisi merupakan suhu dimana plastik mengalami perubahan dari kondisi kaku menjadi lebih
fleksibel, dikarenakan terjadi perengganan struktur. Titik lebur sendiri merupakan kondisi dimana
plastik mengalami pembesaran volume. Pembesaran volume pada plastik mengakibatkan
molekul bergerak lebih bebas dan ditandai dengan peningkatan kelenturan. Sedangkan suhu
lebur merupakan suhu dimana plastik mulai mengalami pelunakan dan berubah menjadi cair.
Suhu dekomposisi adalah batasan dari proses pencairan. Apabila suhu dinaikkan di atas suhu
lebur, maka struktur plastik akan mengalami dekomposisi. Kondisi dimana energi thermal
melampaui energi yang mengikat rantai molekul inilah yang disebut dekomposisi. Rantai molekul
akan mengalami dekomposisi pada suhu 1,5 kali dari suhu transisinya (Budiyantoro, 2010).

Sampah Rumah Tangga


Sampah rumah tangga secara keseluruhan merupakan sampah organik yang dapat

5
berupa sampah dari dapur, sisa makanan, sampah sayuran dan buah-buahan, daun dan ranting,
serta pembungkus. Selain itu juga terdapat sampah anorganik kantong plastik, plastic kemasan
produk seperti pembungkus makanan, kemasan detergen, kemasan sabun mandi, kemasan
bumbu makanan dan kemasan lainnya.
Metode yang dapat mengurangi jumlah timbulan sampah rumah tangga dengan
mengubahnya menjadi bahan bakar yaitu pirolisis. Pada Rachmawati dan Herumurti (2015),
sampah plastik berjenis HDPE, PS, dan PET diuji bersama sampah ranting yang merupakan
sampah kebun. Pirolisis dilakukan pada suhu 500°C. Hal ini dikarenakan jenis plastik HDPE, PS,
dan PET dapat cracking pada suhu masing-masing 495°C, 480°C, dan 420°C (Caglar, 2009).
Selain itu sampah plastik yang digunakan masing-masing sebesar 500 gram. Hasil penelitian
yang didapatkan pada penelitian tersebut adalah untuk plastik dengan jenis PET menghasilkan
gas 45,40%; wax 36,42%; dan char 18,18%. Pirolisis dengan plastik jenis PET memang akan
menghasilkan gas yang banyak. Gas yang mendominasi ini dikarenakan sifat dari PET itu sendiri
yaitu mudah menyublim (Scheirs, 2006). Nilai wax yang tinggi pada pirolisis dengan plastik jenis
PS dapat diolah menjadi bahan bakar alternative.
Pada penelitian Nasrun dkk (2015) tas plastik dengan jenis kresek sebesar 500gram
dipirolisis pada suhu 260°C, 270°C, 280°C, 290°C dan 300°C. Hasil yang didapatkan pada
penelitian ini yaitu nilai kalor sebesar 10.541,75 kkal/kg. Nilai kalor yang didapatkan sesuai
dengan standar mutu nilai kalor bahan bakar minyak yaitu berkisar antara 18.300-19.800 BTU/lb
atau 10.160 -11.000 kkal/kg. Nilai titik nyala yang diperoleh dari beberapa sampel produk
memenuhi standar baku mutu bahan bakar minyak di Indonesia. Nilai titik nyala yang paling
mendekati nilai titik minimum pada suhu 300°C yaitu sebesar 57,5°C. Secara teori semakin tinggi
suhu pirolisis, maka semakin rendah titik nyala yang didapatkan. Menurut Tjokrowisastro dkk
(1990), semakin tinggi suhu pirolisis, maka akan semakin kecil kandungan air pada minyak yang
diperoleh sehingga api cepat menyambar dan menghasilkan titik nyala yang semakin menurun.

Popok bayi sekali pakai (Disposable Diaper)


Popok semakin banyak digunakan seiring dengan tingginya angka kelahiran. Persentase
penggunaan popok di Indonesia mencapai 97,1%. Dimana tingginya angka pemakaian popok ini
dapat menyebabkan peningkatan pada sampah yang dihasilkan. Sampah popok bayi pun
mempunyai waktu yang sangat lama untuk diurai sempurna di alam yaitu sekitar 250-500 tahun
lamanya.
Popok yang beredar di pasaran terdapat kandungan Super Absorbent Polymer (SAP)
yang akan berubah bentuk menjadi gel apabila terkena air. Zat kimia ini termasuk zat yang
berbahaya bagi lingkungan. Selain terkandung zat SAP, di popok juga terkandung plastik. Jenis-
jenis plastik yang umum terdapat dalam popok bayi sekali pakai antara lain yaitu polyethylene,
polypropylene dan Low-Density Polyethylene (LDPE). Jenis plastik tersebut dapat didaur ulang
dengan salah satu cara alternative yaitu dengan metode pirolisis. Diketahui bahwa kurang lebih
6
950 ml minyak dapat dihasilkan dari 1 kg plastik dengan jenis Polypropylene dan Polyethylene
melalui proses pirolisis (Thorat dkk, 2013). Nilai kalor dari jenis plastik Polypropylene dan
Polyethylene sendiri yaitu 46,4 MJ/kg dan 46,3 MJ/kg (Das dan Pande, 2007).

Daur ulang
Daur ulang merupakan proses pengolahan kembali barang-barang yang sudah dianggap
tidak bernilai atau penggunaan kembali material yang sudah tidak digunakan menjadi sesuatu
yang lebih bernilai. Terdapat empat cara daur ulang untuk limbah plastik. Empat cara tersebut
yaitu daur ulang primer, daur ulang sekunder, daur ulang tersier dan daur ulang quarter. Daur
ulang primer merupakan suatu proses daur ulang plastik menjadi produk baru yang kualitasnya
hampir sama dengan produk aslinya, namun daur ulang ini hanya dapat dilakukan pada satu
jenis plastik saja dan pada limbah plastik yang sudah bersih, serta tidak terkontaminasi bahan
lainnya. Daur ulang sekunder merupakan cara daur ulang plastik yang hasil dari prosesnya
memiliki kualitas di bawah produk aslinya, walaupun produk baru tersebut sejenis dengan produk
aslinya. Daur ulang tersier merupakan daur ulang plastik menjadi bahan kimia atau menjadi
bahan bakar. Sedangkan yang terakhir yaitu daur ulang quarter merupakan daur ulang yang
bertujuan untuk mendapatlan energi yang ada di dalam sampah plastik (Kumar dkk, 2011).

METODE
Penelitian yang akan dilakukan ini diawali dengan perumusan masalah pada masalah-
masalah yang ada pada latar belakang sehingga dapat mencapai hasil penelitian dan
kesimpulan yang diharapkan sejak awal. Setelah melakukan perumusan masalah, dilanjutkan
dengan melakukan studi pustaka dengan tujuan untuk mengetahui data-data, informasi dan
teori-teori dalam rangka pemecahan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya. Selanjutnya
akan dilakukan penelitian dan pengumpulan data dengan variable dan prosedur sesuai pada
studi pustaka yang telah dilakukan. Hasil penelitian berupa data-data yang didapatkan akan
diolah dan dianalisa sehingga akan didapatkan hasil dan kesimpulan dari penelitian ini. Diagram
alir metodologi penelitian yang digunakan ditunjukkan pada Gambar 3.1.

7
Gambar Diagram Alir Metodologi Penelitian

JADWAL TUGAS AKHIR.


Bulan Maret Bulan April Bulan Mei
No. Kegiatan
4 5 1 2 3 4 1 2 3
1. Survey alat dan bahan                  
2. Persiapan alat dan bahan                  
3. Pelaksanaan penelitian                  
Pengujian sampel minyak
(nilai densitas, nilai kalor,
4.                  
flash point, dan pour
point)
5. Penyusunan laporan                  

RENCANA ANGGARAN BIAYA TUGAS AKHIR.


Jumla
No. Jenis Pengeluaran Satuan Biaya Total
h
1. Biaya pirolisis 3 kali Rp 160.000 Rp 480.000
Pengujian sampel  
sampe
a. Nilai kalor 3 Rp 196.000 Rp 588.000
l
2. sampe
b. Titik Nyala (Flash Point) 3 Rp 168.000 Rp 504.000
l
sampe
c. Titik Tuang (Pour Point) 3 Rp 135.000 Rp 405.000
l
3. Administrasi 1 - Rp 650.000 Rp 650.000
4. Transportasi 6 kali Rp 20.000 Rp 120.000
Total RAB Rp 2.747.000

8
DAFTAR PUSTAKA.

Budiyantoro, C. 2010. Thermoplastik dalam Industri. Teknika Media. Surakarta

Caglar, A., Aydinli, B. 2009. Isothermal Co –Pyrolysis of Hazelnut Shell and Ultra High
Molecular Weight Polyethylene: The Effect of Temperature and Composition on
the Amount of Pyrolysis Products. Journal of Analytical and Applied Pyrolysis,
86, 304-309.

Das, S. dan Pande, S. 2007. Pyrolysis and Catalytic Cracking of Municipal Plastic Waste for
Recovery of Gasoline Range Hydrocarbons. Thesis. Chemical Engineering
Department National Institute of Technology Rourkela.
Hamdi, W., Enri, D., dan Haryo, S. T. 2018. Proses Pemulihan Sampah Plastik Multilayer
Pada Variasi Temperatur Dan Dosis Katalis Zeolit Alam. Thesis. Program
Magister Teknik Lingkungan Institut Teknologi Bandung.

Hamidi, N., Tebyanian, F., Massoudi, R., Whitesides, L. 2013. Pyrolysis of Household Plastic
Wastes. British Journal of Applied Science & Technology, 3(3), 417-439

Hidayah, N., Syafrudin. 2018. A Review on Landfill Management in the Utilization of Plastic
Waste as an Alternative Fuel. Proceeding The 2nd International Conference on
Energy, Environmental and Information System (ICENIS 2017). Semarang.
Universitas Diponegoro

Jatmiko, W., Hermain, T. P., dan Arieyanti, D. A. 2018. Pemanfaatan Limbah Plastik Sebagai
Bahan Baku Pembuatan Bahan Bakar Alternatif. Jurnal Litbang, 14(1), 58-67.

Kumar, S., Panda, A.K., dan Singh, R.K. 2011. A Review on Tertiary Recycling of High-
Density Polyethylene to Fuel, Resources, Conservation and Recycling, 55, 893–
910

Nasrun. Kurniawan, E., dan Sari, I. 2015. Pengolahan Limbah Kantong Plastik Jenis Kresek
Menjadi Bahan Bakar Menggunakan Proses Pirolisis. Jurnal Energi Listrik, 4(1),
1-5

Pramiati, P. 2016. Upaya Mengurangi Timbulan Sampah Plastik di Lingkungan. Jurnal Teknik
Lingkungan, 8(2), 141-147

9
Rachmawati, Q., dan Herumurti, W. 2015. Pengolahan Sampah Secara Pirolisis dengan
Variasi Rasio Komposisi Sampah dan Jenis Plastik. Jurnal Teknik ITS, 4(1), 27-
29.

Scheirs. 2006. Pyrolysis of Plastic Waste: Engineering Principles And Issues. McGraw Hill
International Editions
Susastriawan, A.A.P., Purnomo, dan Sandria, A. 2020. Experimental study the influence of
zeolite size on low-temperature pyrolysis of low-density polyethylene plastic
waste. Journal of Thermal Science and Engineering Progress, 17

Thorat, P.V., Warulkara, S dan Sathone, H. 2013. Thermofuel – “Pyrolysis of waste plastic to
produce Liquid Hydroocarbons”. Advances in Polymer Science and Technology:
An International Journal, 3(1), 14-18

Tjokrowisastro, E. H. 1990. Teknik Pembakaran Dasar Dan Bahan Bakar. Diktat ITS-
Surabaya.

Surono, U. B. 2013. Berbagai Metode Konversi Sampah Plastik Menjadi Bahan Bakar Minyak,
Jurnal Teknik, 3(1), 32–40.

Yuriandala, Y., Syamsiah. S., dan Saptoadi, H. 2016. Pirolisis Campuran Sampah Plastik
Polistirena Dengan Sampah Plastik Berlapisan Aluminium Foil (Multilayer).
Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan, 8(1), 10-20.

LAMPIRAN.

Lampiran pendukung proposal, diberi nomor dengan angka arab tanpa nomor halaman.

1
0
Petunjuk Penulisan Proposal TA

Aturan tata tulis dalam proposal tugas akhir mengikuti petunjuk teknis penulisan laporan tugas
akhir di prodi Teknik Lingkungan UII.

Contoh Gambar skema kerangka berpikir penelitian/perencanaan

Judul TA: Perancangan Teknologi Pengolahan Air Minum Untuk Kondisi Darurat
Menggunakan Proses Filtrasi Nanopartikel Perak.
Rubrik Peniliaian Proposal Tugas Akhir
Rubrik penilaian proposal TA
Bobot 1 2 3 4
No Kategori unsatisfactory satisfactory good excellent

< 60% 60-70% 70-80% > 80%


Latar
belakang/peru Penulisan latar belakang penelitian tidak Penulisan latar belakang penelitian kurang Penulisan latar belakang penelitian cukup Penulisan latar belakang penelitian
1 musan masalah 20 komprehensif komprehensif komprehensif komprehensif
Permumusan masalah penelitian tidak jelas Permumusan masalah penelitian kurang jelas Permumusan masalah penelitian cukup jelas Permumusan masalah penelitian sangat jelas
Ide penelitian kurang orisinil Ide penelitian kurang orisinil Ide penelitian kurang orisinil Ide penelitian cukup orisinil
Hasil penelitian kurang memberikan Hasil penelitian kurang memberikan Hasil penelitian memberikan kontribusi positif Hasil penelitian memberikan kontribusi
Manfaat hasil kontribusi positif terhadap pengembangan kontribusi positif terhadap pengembangan terhadap pengembangan bidang ilmu teknik positif terhadap pengembangan bidang ilmu
2 penelitian 10 bidang ilmu teknik lingkungan bidang ilmu teknik lingkungan lingkungan teknik lingkungan
Hasil penelitian kurang memiliki potensi Hasil penelitian kurang memiliki potensi Hasil penelitian kurang memiliki potensi untuk Hasil penelitian memiliki potensi untuk
untuk dikembangkan menjadi HKI untuk dikembangkan menjadi HKI dikembangkan menjadi HKI dikembangkan menjadi HKI
Tinjauan Tinjauan pustaka tidak relevan dengan Tinjauan pustaka kurang relevan dengan
3 pustaka 20 penelitian penelitian Tinjauan pustaka relevan dengan penelitian Tinjauan pustaka relevan dengan penelitian
Jurnal ilmiah yang digunakan dalam tinjauan Jurnal ilmiah yang digunakan dalam tinjauan Jurnal ilmiah yang digunakan dalam tinjauan Jurnal ilmiah yang digunakan dalam tinjauan
pustaka sejumlah < 20% dari total pustaka pustaka sejumlah (20-40%) dari total pustaka pustaka sejumlah (40-60%) dari total pustaka pustaka sejumlah >60% dari total pustaka
Pengutipan pustaka tidak sesuai standar Pengutipan pustaka kurang sesuai standar Pengutipan pustaka kurang sesuai standar Pengutipan pustaka sesuai standar
Metode Rancangan penelitian kurang sesuai dengan Rancangan penelitian sesuai dengan Rancangan penelitian sesuai dengan Rancangan penelitian sesuai dengan
4 Penelitian 30 permasalahan penelitian permasalahan penelitian permasalahan penelitian permasalahan penelitian
Pemilihan instrumen penelitian tidak tepat Pemilihan instrumen penelitian kurang tepat
sasaran sasaran Pemilihan instrumen penelitian tepat sasaran Pemilihan instrumen penelitian tepat sasaran
Metode analisis yang digunakan tidak tepat Metode analisis yang digunakan kurang tepat Metode analisis yang digunakan kurang tepat Metode analisis yang digunakan tepat
Kelayakan Jadwal pelaksanaan tugas akhir tidak sesuai Jadwal pelaksanaan tugas akhir kurang sesuai Jadwal pelaksanaan tugas akhir sesuai dengan Jadwal pelaksanaan tugas akhir sesuai
5 Penelitian 10 dengan kewajaran dengan kewajaran kewajaran dengan kewajaran
Anggaran biaya tugas akhir tidak sesuai Anggaran biaya tugas akhir kurang sesuai Anggaran biaya tugas akhir kurang sesuai Anggaran biaya tugas akhir sesuai dengan
dengan kewajaran dengan kewajaran dengan kewajaran kewajaran
Format Format penulisan proposal tidak sesuai Format penulisan proposal kurang sesuai Format penulisan proposal sesuai dengan Format penulisan proposal sesuai dengan
6 Penulisan 10 dengan juknis dengan juknis juknis juknis
Penulisan proposal tidak sesuai dengan Penulisan proposal kurang sesuai dengan Penulisan proposal kurang sesuai dengan Penulisan proposal sesuai dengan kaidah anti
kaidah anti plagiarisme kaidah anti plagiarisme kaidah anti plagiarisme plagiarisme
100

Anda mungkin juga menyukai