Proposal ini sudah diperiksa dan layak untuk diajukan ke tahapan evaluasi proposal.
TAHUN 2020
LATAR BELAKANG.
Sampah merupakan masalah yang belum bisa teratasi hingga saat ini. Aktivitas
manusia mempengaruhi timbulan sampah yang ada. Komposisi sampah yang dihasilkan dari
aktivitas manusia berupa sampah organik sebesar 60-70%, sedangkan sisanya yaitu sampah
non-organik sebesar 30-40%. Dari komposisi sampah yang ada, sampah plastik berada di
peringkat dua sampah terbanyak setelah sampah organik (Pramiati, 2016).
Banyak perusahaan yang menggunakan plastik sebagai pilihan utama sebagai bahan
kemasan produk. Semakin berkembangnya teknologi maka semakin banyak inovasi plastik
pada setiap kemasan yang dijual di pasaran. Plastik yang digunakan sebagai kemasan
berfungsi untuk melindungi produk yang ada agar tidak terkontaminasi. Secara umum plastik
ini terdiri dari beberapa komponen seperti plastik berjenis LDPE, PP, PE, bahan adhesive dan
juga aluminium foil (Hamdi dkk, 2018).
Material plastik bukan hanya digunakan pada kemasan produk, tetapi juga sebagai
salah satu bahan pembuatan popok bayi sekali pakai. Orang tua saat ini lebih memilih
menggunakan popok bayi sekali pakai yang cepat, praktis dan instan penggunaanya. Padahal
di dalam popok bayi tersebut terkandung bahan-bahan berjenis plastik yang jika digunakan
dalam jumlah yang banyak dapat mencemari lingkungan karena tidak dapat terdekomposisi
secara alami.
Sampah plastik sangat sulit terurai dan termasuk material yang tidak bisa
terdekomposisi secara alami (nonbiodegradable). Pengelolaan sampah yang ada saat ini
dengan metode landfill dianggap kurang tepat, pasalnya plastik akan hancur di tanah menjadi
butiran plastik dalam waktu 20 sampai 100 tahun. Pengelolaan sampah plastik dengan
metode pembakaran (inceneration) juga akan menimbulkan dampak negatif berupa
pencemaran udara. Pengelolaan plastik dengan mengubah bentuknya menjadi kerajinan
bukan merupakan solusi, karena mengubah plastik menjadi bentuk baru hanya akan
memperpanjang usia pakai produk. Dimana jika kerajinan tersebut rusak, maka akan menjadi
sampah plastik kembali. Oleh karena itu dibutuhkan suatu alternative lain untuk mengurangi
jumlah dari sampah plastik yang ada.
Salah satu alternative yang dapat dilakukan untuk mengurangi sampah plastik adalah
pirolisis. Pirolisis merupakan salah satu bentuk daur ulang dengan mengubah plastik menjadi
bahan bakar. Selain berguna untuk mengurangi jumlah sampah plastik, pirolisis ini juga
berguna untuk menyediakan bahan bakar minyak dengan nilai energi yang cukup tinggi. Jenis
plastik PP, PE dan LDPE (Low-Density Polyethylene) merupakan jenis-jenis plastik yang
sering digunakan sebagai bahan pembuatan plastik kemasan dan (popok bayi). Plastik
berjenis PP (Polypropylene) dan PE (Polyethylene), dalam 1 kg plastik dapat menghasilkan
950ml bahan bakar (Thorat dkk, 2013). Sedankan nilai kalor dari jenis plastik Polypropylene
dan Polyethylene sendiri cukup tinggi yaitu 46,4 MJ/kg dan 46,3 MJ/kg (Das dan Pande,
2007).
2
Oleh karena itu, pada penelitian kali ini akan menganalisis bagaimana kualitas dan
kuantitas minyak hasil pirolisis sampah popok dan plastic dari perbandingan berat kedua
sampel dan suhu pirolisis yang telah ditentukan.
3
TINJAUAN PUSTAKA.
Pirolisis
Pirolisis adalah proses penguraian biomassa melalui proses pemanasan dengan suhu
lebih dari 150 oC (Jatmiko dkk, 2018). Terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses
pirolisis yaitu suhu, heating rate, waktu tinggal, tekanan, ukuran partikel, kelembaban dan
komposisi bahan. Pirolisis dapat disebut juga sebagai proses perengkahan atau cracking yaitu
proses pemecahan rantai polimer menjadi senyawa yang berat molekulnya lebih rendah.
Cracking terbagi dua yaitu ada proses thermal cracking dan ada proses catalytic
cracking. Thermal cracking merupakan proses pemecahan rantai polimer menjadi senyawa yang
lebih sederhana dengan proses thermal (pemanasan) tanpa ataupun sedikit oksigen dengan
tidak menggunakan katalis. Sedangkan catalytic cracking merupakan proses perengkahan atau
cracking dengan menggunakan katalis (Surono, 2013).
Material yang digunakan dalam proses pirolisis yaitu plastik. Bahan plastik yang
mengalami proses pirolisis atau thermal cracking akan terdekomposisi pada tiga fase pirolisis.
Tiga fase tersebut adalah fase cair, fase gas dan fase padat. Dimana pada fase cair, plastik akan
ter-dekomposisi menjadi bentuk minyak bakar. Pada fase gas, plastik akan terdekomposisi
menjadi material-material campuran gas yang dapat terkondensasi ataupun tidak terkondensasi.
Sedangkan pada fase padat akan berupa residu arang maupun tar (Hamidi dkk, 2013). Pada
penelitian Yuriandala (2016) yang menggunakan variasi plastik jenis PS dan plastik multilayer
berlapisan alumunium foil menunjukkan hasil bahwa penambahan dari sampel plastik multilayer
yang semakin banyak dapat mempercepat proses pirolisis untuk mencapai suhu optimal yaitu
450 oC. Namun pruduksi cairan minyak menurun diakibatkan oleh penambahan plastik multilayer.
Pada penelitian Susastriawan (2020) bahwa produksi minyak dari proses pirolisis akan
berlangsung saat suhu mencapai diatas 100°C. Suhu pada proses pirolisis menunjukkan panas
yang diperlukan untuk dekomposisi rantai ikatan plastik, dimana efisiensi konversi meningkat
dengan meningkatnya suhu. Namun, suhu yang sangat tinggi juga dapat mengurangi hasil
produksi minyak. Hal ini karena suhu yang terlalu tinggi memicu menghasilkan gas. Minyak yang
dihasilkan dari proses pirolisis memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan bio-fuel seperti
biodiesel maupun bioethanol. Minyak hasil pirolisis tidak mengandung air dan oksigen, sehingga
nilai kalornya lebih besar dan juga tidak menyebabkan korosi (Hidayah, 2018).
Plastik
Plastik merupakan material yang terbuat dari nafta dan termasuk produk turunan dari
minyak bumi yang diperoleh dari proses penyulingan. Komposisi dan material plastik sendiri
adalah polymer dan zat additive lainnya. Dimana polymer tersusun dari monomer-monomer yang
terikat oleh rantai ikatan kimia. Plastik sendiri dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu
thermoplastic dan termosetting. Thermoplastic merupakan bahan plastik yang jika dipanaskan
hingga mencapai suhu tertentu akan mencair dan apabila dibentuk dapat menjadi bentuk yang
baru sesuai keinginan. Sedangkan termosetting merupakan bahan plastik yang jika sudah dibuat
4
dalam bentuk padat, maka tidak akan bisa dicairkan kembali dengan cara dipanaskan. Dilihat
dari kedua sifat kelompok plastik tersebut, dapat dikatakan bahwa thermoplastic adalah
kelompok plastik yang memungkinkan untuk didaur ulang. Jenis plastik yang dapat di daur ulang
diberi nomor untuk memudahkan penggunaannya dan mudah untuk diidentifikasi
(Pramiati,2016). Karakteristik dari jenis plastik ditunjukkan pada Tabel.
Tabel Karakteristik Jenis Plastik
Kode Tipe Plastik Beberapa Penggunaan Plastik
PET atau PETE Botol minuman ringan dan air mineral,
bahan pengisi kantong tidur dan serat
tekstil
HDPE Kantong belanja, kantong freezer,
botol susu dan krim, botol sampo dan
pembersih
PVC atau V Botol juice, kotak pupuk, pipa saluran
5
berupa sampah dari dapur, sisa makanan, sampah sayuran dan buah-buahan, daun dan ranting,
serta pembungkus. Selain itu juga terdapat sampah anorganik kantong plastik, plastic kemasan
produk seperti pembungkus makanan, kemasan detergen, kemasan sabun mandi, kemasan
bumbu makanan dan kemasan lainnya.
Metode yang dapat mengurangi jumlah timbulan sampah rumah tangga dengan
mengubahnya menjadi bahan bakar yaitu pirolisis. Pada Rachmawati dan Herumurti (2015),
sampah plastik berjenis HDPE, PS, dan PET diuji bersama sampah ranting yang merupakan
sampah kebun. Pirolisis dilakukan pada suhu 500°C. Hal ini dikarenakan jenis plastik HDPE, PS,
dan PET dapat cracking pada suhu masing-masing 495°C, 480°C, dan 420°C (Caglar, 2009).
Selain itu sampah plastik yang digunakan masing-masing sebesar 500 gram. Hasil penelitian
yang didapatkan pada penelitian tersebut adalah untuk plastik dengan jenis PET menghasilkan
gas 45,40%; wax 36,42%; dan char 18,18%. Pirolisis dengan plastik jenis PET memang akan
menghasilkan gas yang banyak. Gas yang mendominasi ini dikarenakan sifat dari PET itu sendiri
yaitu mudah menyublim (Scheirs, 2006). Nilai wax yang tinggi pada pirolisis dengan plastik jenis
PS dapat diolah menjadi bahan bakar alternative.
Pada penelitian Nasrun dkk (2015) tas plastik dengan jenis kresek sebesar 500gram
dipirolisis pada suhu 260°C, 270°C, 280°C, 290°C dan 300°C. Hasil yang didapatkan pada
penelitian ini yaitu nilai kalor sebesar 10.541,75 kkal/kg. Nilai kalor yang didapatkan sesuai
dengan standar mutu nilai kalor bahan bakar minyak yaitu berkisar antara 18.300-19.800 BTU/lb
atau 10.160 -11.000 kkal/kg. Nilai titik nyala yang diperoleh dari beberapa sampel produk
memenuhi standar baku mutu bahan bakar minyak di Indonesia. Nilai titik nyala yang paling
mendekati nilai titik minimum pada suhu 300°C yaitu sebesar 57,5°C. Secara teori semakin tinggi
suhu pirolisis, maka semakin rendah titik nyala yang didapatkan. Menurut Tjokrowisastro dkk
(1990), semakin tinggi suhu pirolisis, maka akan semakin kecil kandungan air pada minyak yang
diperoleh sehingga api cepat menyambar dan menghasilkan titik nyala yang semakin menurun.
Daur ulang
Daur ulang merupakan proses pengolahan kembali barang-barang yang sudah dianggap
tidak bernilai atau penggunaan kembali material yang sudah tidak digunakan menjadi sesuatu
yang lebih bernilai. Terdapat empat cara daur ulang untuk limbah plastik. Empat cara tersebut
yaitu daur ulang primer, daur ulang sekunder, daur ulang tersier dan daur ulang quarter. Daur
ulang primer merupakan suatu proses daur ulang plastik menjadi produk baru yang kualitasnya
hampir sama dengan produk aslinya, namun daur ulang ini hanya dapat dilakukan pada satu
jenis plastik saja dan pada limbah plastik yang sudah bersih, serta tidak terkontaminasi bahan
lainnya. Daur ulang sekunder merupakan cara daur ulang plastik yang hasil dari prosesnya
memiliki kualitas di bawah produk aslinya, walaupun produk baru tersebut sejenis dengan produk
aslinya. Daur ulang tersier merupakan daur ulang plastik menjadi bahan kimia atau menjadi
bahan bakar. Sedangkan yang terakhir yaitu daur ulang quarter merupakan daur ulang yang
bertujuan untuk mendapatlan energi yang ada di dalam sampah plastik (Kumar dkk, 2011).
METODE
Penelitian yang akan dilakukan ini diawali dengan perumusan masalah pada masalah-
masalah yang ada pada latar belakang sehingga dapat mencapai hasil penelitian dan
kesimpulan yang diharapkan sejak awal. Setelah melakukan perumusan masalah, dilanjutkan
dengan melakukan studi pustaka dengan tujuan untuk mengetahui data-data, informasi dan
teori-teori dalam rangka pemecahan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya. Selanjutnya
akan dilakukan penelitian dan pengumpulan data dengan variable dan prosedur sesuai pada
studi pustaka yang telah dilakukan. Hasil penelitian berupa data-data yang didapatkan akan
diolah dan dianalisa sehingga akan didapatkan hasil dan kesimpulan dari penelitian ini. Diagram
alir metodologi penelitian yang digunakan ditunjukkan pada Gambar 3.1.
7
Gambar Diagram Alir Metodologi Penelitian
8
DAFTAR PUSTAKA.
Caglar, A., Aydinli, B. 2009. Isothermal Co –Pyrolysis of Hazelnut Shell and Ultra High
Molecular Weight Polyethylene: The Effect of Temperature and Composition on
the Amount of Pyrolysis Products. Journal of Analytical and Applied Pyrolysis,
86, 304-309.
Das, S. dan Pande, S. 2007. Pyrolysis and Catalytic Cracking of Municipal Plastic Waste for
Recovery of Gasoline Range Hydrocarbons. Thesis. Chemical Engineering
Department National Institute of Technology Rourkela.
Hamdi, W., Enri, D., dan Haryo, S. T. 2018. Proses Pemulihan Sampah Plastik Multilayer
Pada Variasi Temperatur Dan Dosis Katalis Zeolit Alam. Thesis. Program
Magister Teknik Lingkungan Institut Teknologi Bandung.
Hamidi, N., Tebyanian, F., Massoudi, R., Whitesides, L. 2013. Pyrolysis of Household Plastic
Wastes. British Journal of Applied Science & Technology, 3(3), 417-439
Hidayah, N., Syafrudin. 2018. A Review on Landfill Management in the Utilization of Plastic
Waste as an Alternative Fuel. Proceeding The 2nd International Conference on
Energy, Environmental and Information System (ICENIS 2017). Semarang.
Universitas Diponegoro
Jatmiko, W., Hermain, T. P., dan Arieyanti, D. A. 2018. Pemanfaatan Limbah Plastik Sebagai
Bahan Baku Pembuatan Bahan Bakar Alternatif. Jurnal Litbang, 14(1), 58-67.
Kumar, S., Panda, A.K., dan Singh, R.K. 2011. A Review on Tertiary Recycling of High-
Density Polyethylene to Fuel, Resources, Conservation and Recycling, 55, 893–
910
Nasrun. Kurniawan, E., dan Sari, I. 2015. Pengolahan Limbah Kantong Plastik Jenis Kresek
Menjadi Bahan Bakar Menggunakan Proses Pirolisis. Jurnal Energi Listrik, 4(1),
1-5
Pramiati, P. 2016. Upaya Mengurangi Timbulan Sampah Plastik di Lingkungan. Jurnal Teknik
Lingkungan, 8(2), 141-147
9
Rachmawati, Q., dan Herumurti, W. 2015. Pengolahan Sampah Secara Pirolisis dengan
Variasi Rasio Komposisi Sampah dan Jenis Plastik. Jurnal Teknik ITS, 4(1), 27-
29.
Scheirs. 2006. Pyrolysis of Plastic Waste: Engineering Principles And Issues. McGraw Hill
International Editions
Susastriawan, A.A.P., Purnomo, dan Sandria, A. 2020. Experimental study the influence of
zeolite size on low-temperature pyrolysis of low-density polyethylene plastic
waste. Journal of Thermal Science and Engineering Progress, 17
Thorat, P.V., Warulkara, S dan Sathone, H. 2013. Thermofuel – “Pyrolysis of waste plastic to
produce Liquid Hydroocarbons”. Advances in Polymer Science and Technology:
An International Journal, 3(1), 14-18
Tjokrowisastro, E. H. 1990. Teknik Pembakaran Dasar Dan Bahan Bakar. Diktat ITS-
Surabaya.
Surono, U. B. 2013. Berbagai Metode Konversi Sampah Plastik Menjadi Bahan Bakar Minyak,
Jurnal Teknik, 3(1), 32–40.
Yuriandala, Y., Syamsiah. S., dan Saptoadi, H. 2016. Pirolisis Campuran Sampah Plastik
Polistirena Dengan Sampah Plastik Berlapisan Aluminium Foil (Multilayer).
Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan, 8(1), 10-20.
LAMPIRAN.
Lampiran pendukung proposal, diberi nomor dengan angka arab tanpa nomor halaman.
1
0
Petunjuk Penulisan Proposal TA
Aturan tata tulis dalam proposal tugas akhir mengikuti petunjuk teknis penulisan laporan tugas
akhir di prodi Teknik Lingkungan UII.
Judul TA: Perancangan Teknologi Pengolahan Air Minum Untuk Kondisi Darurat
Menggunakan Proses Filtrasi Nanopartikel Perak.
Rubrik Peniliaian Proposal Tugas Akhir
Rubrik penilaian proposal TA
Bobot 1 2 3 4
No Kategori unsatisfactory satisfactory good excellent