Anda di halaman 1dari 41

TUGAS AKHIR

ANALISIS TIMBULAN MINYAK JELANTAH RUMAH TANGGA DI


KELURAHAN KEBUMEN, KECAMATAN BANYUBIRU, KABUPATEN
SEMARANG
Diajukan Kepada Universitas Islam Indonesia untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Derajat
Sarjana (S1) Teknik Lingkungan

MUHAMMAD GHULAM PRATAMA


18513134

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2022
TUGAS AKHIR
ANALISIS TIMBULAN MINYAK JELANTAH RUMAH TANGGA DI
KELURAHAN KEBUMEN, KECAMATAN BANYUBIRU, KABUPATEN
SEMARANG

Diajukan Kepada Universitas Islam Indonesia untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh


Derajat Sarjana (S1) Teknik Lingkungan

MUHAMMAD GHULAM PRATAMA


18513134

Disetujui,

Dosen Pembimbing 1 Dosen Pembimbing 2

Yebi Yuriandala, S.T., M.Eng, Dr. Hijrah Purnama Putra, S.T., M.Eng
NIK. 135130503 NIK. 095130404
Tanggal: Tanggal:

Mengetahui,
Ketua Prodi Teknik Lingkungan FTSP UII

Dr. Ir. Kasam, M.T.


NIK. 925110102
Tanggal:
HALAMAN PENGESAHAN

ANALISIS TIMBULAN MINYAK JELANTAH RUMAH TANGGA DI KELURAHAN


KEBUMEN, KECAMATAN BANYUBIRU, KABUPATEN SEMARANG

Telah diterima dan disahkan oleh Tim Penguji

Hari :
Tangggal :

Disusun Oleh:

MUHAMMAD GHULAM PRATAMA


18513134

Tim Penguji:

Yebi Yuriandala, S.T., M.Eng,

Dr. Hijrah Purnama Putra, S.T., M.Eng

Dr. Ir. Kasam, M.T.


ABSTRAK

Dengan adanya kegiatan menggoreng minyak goreng menjadi sebuah kebutuhan dapur. Dalam
penggunaanya minyak goreng akan menghasilkan limbah domestik dalam bentuk cairan yaitu
minyak jelantah. Minyak jelantah dihasilkan dari proses memasak yang berulang kali sehingga
minyak tersebut sudah tidak layak digunakan lagi. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penelitian ini
sebagai studi awal guna mengetahui jumlah timbulan minyak jelantah beserta dengan
karakteristiknya sehingga dapat dibandingkan dengan baku mutu minyak jelantah sawit yaitu
pada SNI 7709:2019. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan acuan SNI 19-
3964-1994 yang telah dimodifikasi sedemikian rupa. Hasil yang didapatkan adalah total
timbulan minyak jelantah pada semua klasifikasi rumah tangga di Desa Kebumen, Kecamatan
Banyubiru, Kabupaten Semarang dengan totala berat 11.113 kg/8hari, rata-rata berat timbulan
perhari yaitu sebesar 0.463 kg/hari, rata-rata timbulan berat perumah adalah 0.0287
kg/hari/rumah, dan rata-rata berat perorang adalah 0.007 kg/hari/rumah/orang. Selain berat
didapatkan hasil timbulan volume dengan volume total 12.752 L/8hari, rata-rata volume
timbulan perhari yaitu sebesar 0.531 L/hari, rata-rata timbulan berat perumah adalah 0.033
L/hari/rumah, dan rata-rata berat perorang adalah 0.008 L/hari/rumah/orang. Dari total 43
sampel memiliki warna yang beragam mulai dari hitam kecoklatan, coklat kemerahan, dan
kuning kecoklatan. Bau yang dihasilan pada sampel dari yang berbau tengik dan ada juga yang
berbau amis. Hasil kadar air yang didapatkan bervariasi antara…., sehingga … persen sampel
tidak memenuhi baku mutu Hasil asam lemak bebas juga bervariasi antara ……, sehinga…
persen sampel tidak memenuhi baku mutu. Hasil dari angka peroksida antara…., sehingga…
persen sampel tidak memenuhi baku mutu.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada masa sekarang ini masyarakat di Indonesia sangat bergantung terhadap minyak goreng.
Minyak goreng banyak digunakan untuk memasak bahan makanan dikarenakan minyak goreng dapat
menambah cita rasa. Penggunaan minyak goreng pada skala rumahan akan menimbulkan sampah
domestik berupa minyak jelantah.

Minyak jelantah merupakan minyak hasil dari proses penggorengan yang dipanaskan berulang
kali (Ardhany Syahrida Dian & Lamsiyah, 2018). Minyak jelantah sangat berbahaya bagi tubuh
dikarenakan mengandung lemak jenuh yang dapat menimbulkan berbagai penyakit berbahaya. Selain
lemak jenuh minyak jelantah juga mengandung zat karsiogenik seperti seperti peroksida, epioksida jika
dipanaskan secara berulang yang tentunya juga akan membahayakan bagi tubuh, (Julianus,2006).
Penelitian ini akan dilakukan di Kelurahan Kebumen, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten
Semarang, Jawa Tengah. Kelurahan ini dipilih karena merupakan pemukiman padat penduduk dengan
mayoritas rumah tangga dibandingkan dengan kelurahan lainnya di Kecamatan Banyubiru, kesadaran
dan pengetahuan masyarakat terkait minyak jelantah juga masih rendah. Kelurahan Kebumen
memiliki luas 380.578 Ha dimana dihuni sebanyak 5862 jiwa yang mengalami peningkatan setiap
tahunnya. Pada penelitian ini mengacu pada SNI 19-3964-1994 tentang Metode Pengambilan dan
Pengukuran Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan yang telah dimodifikasi. Metode yang
digunakan pada penelitian ini dengan melakukan penelitian secara langsung sehingga nantinya akan
dilakukan pengambilan dan pengukuran timbulan minyak jelantah selama 8 hari berturut-turut pada
waktu dan tempat yang sama. Dengan dilakukan penelitian ini diharapkan untuk mengetahui seberapa
banyak jumlah timbulan minyak jelantah yang dihasilkan di skala rumah tangga dalam satuan berat
L/Hari. Hasil sampel yang sudah didapatkan nantinya akan dilakukan uji lab guna mengetahui
karakteristik sampel sehingga dapat dibandingkan dengan baku mutu minyak goreng sawit yaitu SNI
7709:2019.

2
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana analisi mengenai timbulan minyak jelantah skala rumah tangga yang dihasilkan di
Kelurahan Kebumen berdasarkan tiga kriteria bangunan?
2. Bagaimana karakteristik minyak jelantah yang dihasilkan dari rumah tangga di Kelurahan
Kebumen ditinjau dari parameter kadar air, bilangan asam, bilangan peroksida?
3. Apakah kualitas karakteristik limbah minyak jelantah yang dihasilkan dari rumah tangga di
Kelurahan Kebumen yang telah diuji sesuai dengan baku mutu SNI 7709:2019 tentang Minyak
Goreng sawit?

1.3 Tujuan
1. Mengidentifikasi banyaknya timbulan minyak jelantah yang dihasilkan dari tiga kriteria
bangunan yaitu bangunan fisik permanen, semi permanen, dan non permanen di Kelurahan
Kebumen dalam satuan berat dan volume.
2. Mengidentifikasi karakteristik minyak jelantah yang dihasilkan dari rumah tangga di Kelurahan
Kebumen berupa parameter kadar air, bilangan asam, bilangan peroksida
3. Mengidentidikasi kualitas karakteristik minyak jelantah yang telah diuji dibandingkan dengan
baku mutu SNI 7709:2019 tentang Minyak Goreng

1.4 Manfaat Penelitian


1. Dapat mengetahui banyaknya jumlah timbulan minyak jelantah yang dihasilkan oleh kegiatan
rumah tangga berdasarkan klasifikasi tipe bangunan fisik rumah, yaitu rumah permanen, semi
permanen dan non permanen dalam satuan volume dan berat di Kelurahan Kebumen
2. Dapat mengetahui karakteristik minyak jelantah berupa parameter kadar air, bilangan asam,
bilangan peroksida, yang dihasilkan oleh kegiatan rumah tangga berdasarkan klasifikasi tipe
bangunan fisik rumah, yaitu rumah permanen, semi permanen dan non permanen
3. Dapat mengetahui kualitas karakteristik minyak jelantah yang telah diuji dibandingkan dengan
SNI 7709:2019 tentang Baku mutu Minyak Goreng Sawit di Indonesia
4. Menjadikan hasil penelitian timbulan minyak jelantah di Kelurahan Kebumen sebagai data yang
digunakan dalam penelitian lebih lanjut.

1.5 Ruang Lingkup Batasan Penelitian


1. Penelitian ini akan dilakukan di 3 kategori klasifikasi rumah di daerah Kelurahan Kebumen
2. Pengambilan sampel dilakukan di rumah yang berpotensi menimbulkan timbulan minyak yang
terdiri dari tiga kriteria yaitu bangunan fisik permanen, semi permanen, dan non permanen pada
Kelurahan Kebumen

3
3. Pengambilan sampel dilakukan 8 hari berturut-turu dan diukur dalam satuan berat dan volume
4. Pengambilan data mengacu pada SNI 19-3964-1994 yang telah dimodifikasi tentang Metode
Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan
5. Uji karakteristik timbulan minyak jelantah dari rumah tangga di Kelurahan Kebumen ditinjau
dari parameter asam lemak bebas dan kadar air mengacu pada SNI 7709:2019 tentang Minyak
Goreng.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA.

2.1 Minyak Jelantah

Minyak Jelantah merupakan minyak goreng yang sudah berulangkali digunakan (Menurut
Sartika 2012),. Komposisi senyawa yang terdapat pada minyak jelantah mengandung senyawa kimia
karsinogenik yang terjadi selama proses penggorengan (Julianus, 2006). Pemakaian minyak jelantah
secara berkelanjutan akan menyebabkan dampak pada kesehatan manusia salah satunya kanker. Maka
dari itu penggunaan minyak jelantah harus dilakukan penanganan khusus agar tidak menimbulkan
dampak yang lebih besar untuk manusia.

Minyak jelantah mengandung senyawa yang bersifat karsinogenik yaitu asam lemak bebas, lipid
peroksida dan bilangan iod. Zat karsiogenik ini adalah zat yang dapat memicu pertumbuhan zat kanker
dan penyakit berbahaya pada tubuh manusia. Kadar asam lemak bebas dalam minyak jelantah akan
mengalami peningkatan seiring dengan lamanya proses penggorengan. (Muchtadi,2009)

Ketika minyak goreng dipanaskan kembali pada suhu 200 derajat celcius akan menyebabkan
rusaknya minyak goreng sehingga minyak sudah tidak layak untuk digunakan kembali (Ardiana,2011).
Pada proses pemanasan kembali ini dapat menyebabkan putusnya rantai kimia pada minyak goreng
sehingga akan terjadi reaksi kimia seperti hidrolisis, oksidasi, polimerisasi, dan perpindahan material
yang terjadi selama penggorengan.

Perubahan karakteristik minyak goreng terjadi jika terdapat perubahan bau, wara, kadar asam
lemak bebas, struktur kimia, dan bilangan peroksida (Rukmini,2007). Di Indonesua standar baku mutu
minyak goreng sawit yang diatur oleh SNI 7709:2019 adalah sebagai berikut:

Tabel 1 Baku Mutu Minyak Goreng Sawit

5
     ( Sumber : SNI 7709:2019)

·         2.2 Sifat dan Karakteristik Minyak Jelantah

Sifat minyak jelantah dibagi menjadi sifat fisik dan kimia (Ketaren, 2005)yaitu:

A.  Sifat Fisik

-    Warna terbagi menjadi dua golongan yaitu warna alamiah dan warna hasil degradasi zat
alamiah, untuk warna alamiah merupakan warna yang dihasilkan secara alamiah
biasanya warna ini terdapat pada zat/bahan yang mengandung minyak dan juga ikut
terekstrak bersama minyak pada proses ekstrasi. Contoh zat warna alamiah adalah α
dan β, klorofil yang memiliki warna kehijauan, xantofil yang memiliki warna kuning
kecoklatan, antosyanin yang memiliki warna kemerahan, dan karoten yang memiliki
warna kuning. Untuk  zat warna hasil degradasi dari zat warna alamiah, yaitu warna-
warna gelap, hal itu dikarenakan terjadi proses oksidasi terhadap tokoferol (vitamin E),
warna cokelat menunjukan minyak yang telah busuk atau rusak sedangkan warna
kuning umumnya terjadi pada minyak yang tidak jenuh.

-    Odor dan flavor, zat ini terdapat secara alami pada minyak dan juga terjadi karena
pembentukan asam-asam yang berantai sangat pendek.

6
- Kelarutan, semua minyak tidak larut dalam air tetapi ada beberapa minyak yang larut
dengan air seperti minyak jarak (castor oil), dan beberapa  minyak juga sedikit larut
dalam alcohol seperti etil eter, karbon disulfida dan pelarut-pelarut halogen.

-  Titik cair dan polymorphism, pada umumnya minyak tidak akan mencair dengan tepat
pada temperatur tertentu. Keadaan Polymorphism merupakan keadaan dimana pada
minyak tersebut terdapat lebih dari satu bentuk kristal

-  Titik didih (boiling point), titik didih pada minyak tanah ini tergantung dengan rantai
karbon asam lemak, semakin panjang rantai karbon maka titik didih akan semakin
meningkat/tinggi.

- Titik lunak (softening point), dimaksudkan untuk identifikasi minyak tersebut.

- Sliping point, digunakan untuk pengenalan minyak serta pengaruh kehadiran


komponen-komponennya.

- Shot melting point, yaitu temperatur ketika terjadi tetesan pertama dari minyak atau
lemak terjadi.

- Bobot jenis, bobot jenis minyak biasanya ditentukan pada temperature sekitar  250
derajat celcius , kemudian juga diperlukan pengukuran pada temperature 400 derajat
celcius.

-  Titik asap, titik nyala dan titik api, ketiga titik ini dapat didapatkan ketika minyak
sedang dipanaskan. Ketiga titik ini merupakan kriteria mutu yang penting dalam
hubungannya dengan minyak yang akan digunakan untuk menggoreng.

- Titik kekeruhan (turbidity point), ditetapkan dengan cara mendinginkan campuran


minyak dengan pelarut lemak.

B.   Sifat Kimia

- Hidrolisa, pada reaksi hidrolisa ini minyak akan diubah menjadi asam lemak bebas dan
gliserol akibat dari reaksi ini adalah dapat menyebabkan kerusakan pada minyak itu
sendiri karena adanya sejumlah air pada minyak tersebut.

- Oksidasi, pada proses oksidasi berlangsung maka akan terjadi kontak antara oksigen
dengan minyak. Reaksi oksidasi ini akan mengakibatkan bau yang tidak sedap pada
minyak.

7
- Hidrogenasi, tujuan dari proses hidrogenasi adalah untuk menumbuhkan ikatan rangkap
tujuh dari rantai karbon asam lemak pada minyak.

- Esterifikasi, tujuan dari proses proses esterifikasi adalah untuk mengubah asam-asam
lemak dari trigliserida sehingga berubah menjadi bentuk ester. Mengacu pada prinsip
reaksi ini maka hidrokarbon rantai pendek pada asam lemak yang menyebabkan bau
tidak enak akan ditukar dengan rantai panjang yang memiliki sifat tidak menguap.

Karakteristik minyak jelantah adalah sebagai berikut:

A.  Kadar Air

Karakteristik minyak yang pertama adalah kadar air, kadar air diperlukan untuk
mengukur baku mutu pada minyak. Semakin kecil kadar air pada minyak maka akan
semakin baik juga kualitas minyak tersebut. Ketika kualitas minyak semakin baik maka
akan memperkecil terjadinya reaksi hidrolisis yang nantinya dapat memicu kenaikan kadar
asam lemak bebas pada minyak. (Nurfadillah, 2011)

B.   Bilangan Asam

Karakteristik minyak yang kedua adalah bilangan asam, bilangan asam adalah jumlah
milligram senyawa KOH yang dibutuhkan untuk menahan asam lemak bebas dalam satuan
gram minyak. Fungsi bilangan asam adalah untuk mengukur jumlah asam lemak bebas
pada minyak. Ketika kandungan asam besar/tinggi pada minyak bahan bakar maka juga
akan berakibat buruk pada kinerja mesin pembakar seperti korosi bahkan dapat
menghambat proses pembakaran. (Nurfadilla, 2011)

C.   Bilangan Peroksida

Bilangan peroksida terbentuk dikarenakan reaksi hidrolisis atau oksidasi dari asam
lemak tidak jenuh, dimana Ketika dilakukan pemanasan dalam jangka waktu yang lama
pada minyak goreng akan menyebabkan tingginya angka peroksida. Bilangan peroksida
yang tinggi berdampak buruk bagi tubuh jika terus digunakan dalam proses penggorengan.
Oleh karena itu semakin tinggi bilangan oksida maka kualitas minyak juga akan semakin
buruk. (Eva Yulia dkk, 2017)

2.3 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan salah satu sumber yang digunakan oleh peneliti
untuk memperoleh sejumlah besar informasi yang berkaitan dengan teori
8
penelitian yang dilakukan. Dalam penelitian sebelumnya, peneliti menemukan
hal yang terkait mengenai analisis timbulan minyak jelantah yaitu dengan lokasi
yang berada di Kelurahan Kebumen. Pada tabel 2.4 adalah penelitian terdahulu
yang dilakukan

No Judul Nama Peneliti, Tahun Hasil

1 Analisis Timbulan Nur Farah, 2020


Total timbulan minyak
Minyak Jelantah
jelantah yang dihasilkan
dari Rumah Makan
adalah 0,236m3 per hari
dan Warung Makan
atau 209,22 Kg per hari.
di Kawasan Pusar
Hasil laboratorium yang
Kota di Kecamatan
memenuhi kriteria standar
Serang, Kota
baku mutu tentang
Serang, Banten
biodisel adalah parameter
massa jenis yaitu 850-890
Kg/m3. Tidak terdapat
sampel yang memenuhi
standar baku mutu.

2 Analisis Timbulan Febriana, Ratna P.P Hasil identifikasi


Minyak Jelantah di (2021) karakteristik angka asam
Tengah Pandemi minyak jelantah yang
COVID-19 di Dukuh diperoleh berkisar antara
Ngringin, 0,678-3,416 mg KOH/gr,
Condongcatur, pada massa jenis berkisar
Depok 0,876-1,065 Kg/L
sedangkan identifikasi
karakteristik pada kadar air
diperoleh berkisar 0,107-
4,817%. Dari hasil
identifikasi karakteristik
kadar air hanya 2 dari 8
sampel yang masi

9
memenuhi standarsyarat
mutu minyak goreng, dan
pada angka asam tidak ada
sampel yang masih
memenuhi standar syarat
mutu minyak goreng.

Hasil pengukuran minyak


3. ANALISIS Dellia Salsabilla P,
jelantah untuk kalsifikasi
TIMBULAN 2021
bangunan rumah
MINYAK
JELANTAH
berdasarkan kriteria

SKALA RUMAH bangunan fisik yaitu


TANGGA DI rumah permanen, rumah
KELURAHAN semi permanen dan rumah
KEDABANG, non permanen diperoleh
KABUPATEN total volume selama
SINTANG, dilakukan pengukuran
KALIMANTAN
sampel untuk klasifikasi
BARAT
rumah permanen sebesar
15,747 dan total berat
selama dilakukan
pengukuran sebesar
14,572 kg/rumah/hari.
Untuk klasifikasi rumah
semi permanen diperoleh
volume total keseluruhan
dari pengukuran sampel
sebesar 3,288
L/rumah/hari dan total
berat keseluruhan dari
pengukuran sampel
sebesar 3,224
kg/rumah/hari. Sedangkan
untuk klasifikasi rumah
non permanen diperoleh

10
total volume keseluruhan
selama melakukan
pengukuran sampel
sebesar 0,165
L/rumag/hari dan berat
total keseluruhan selama
melakukan pengukuran
sampel sebesar 0,142
kg/rumah/hari.

11
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian akan melakukan observasi langsung di lapangan untuk melihat kondisi timbulan
minyak jelantah rumah tangga di Kelurahan Kebumen Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang.
Dalam penelitian ini dalam mendapatkan data peneliti mengacu pada SNI 19-3964-1994 tentang
Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan yang
telah dimodifikasi. Metode pengambilan dan pengukuran sampel akan dilakukan di rumah yang
berpotensi menghasilkan minyak jelantah yang terdiri dari tiga kriteria bangunan yaitu yaitu bangunan
fisik permanen, semi permanen, dan non permanen pada Kelurahan Kebumen. Lokasi kelurahan
Kebumen dipilih dikarenakan kelurahan ini termasuk dalam kelurahan yang memiliki penduduk
terbanyak di Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang.

3.2 Prosedur Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis timbulan minyak jelantah di Kelurahan Kebumen,
Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang. Berikut merupakan penjelasan prosedur penelitian.

3.2.1 Tahap Persiapan

12
3.2.2 Tahap Penelitian

1. Metode Penentuan Jumlah Titik Sampel

Teknik penentuan titik sampel di lapangan untuk rumah tangga yaitu


dengan pengambilan sampel secara proportional stratified atau random sampling,
yaitu sampel pada rumah tangga akan ditentukan secara acak berdasarkan jenis
bangunan rumah tangga. Dijelaskan didalam SNI 19-3964-1994 bahwa rumah
tangga dibagi dalam tiga strata yaitu :

Jenis Rumah Bahan Atap Bahan Dinding Bahan Lantai

Permanen Genteng Tembok Keramik

Semi Permanen Seng atau asbes Kayu atau Bambu Semen

Non Permanen Kayu atau asbes Bambu atau gedek Tanah

Untuk penentuan jumlah sampel dapat dihitung menggunakan rumus


slovin, rumus slovin adalah sebuah rumus atau formula yang digunakan untuk
menghitung jumlah sampel yang tidak diketahui secara pasti. Rumus ini biasanya

13
digunakan pada penelitian ketika jumlah sampel yang ada sangat banyak
sehingga dibutuhkan rumus untuk mendapatkan sampel yang sedikit yang dapat
mewakili kesuluruhan populasi yang ada, (Umar, 1997). Peneliti menggunakan
nilai derajad kepercayaan sebesar 85% sehingga tingkat kesalahan sebesar 15%.
Maka peneliti dapat menentukan batas minimal sampel yang memenuhi syarat
sample error 15% yang nantinya akan dimasukan kedalam rumus slovin, yaitu:

n = N / 1+Ne²

Keterangan :

n = Jumlah sampel yang diperlukan

N = Jumlah Populasi (KK)

e = Sample Error (15%)

Sampel diperoleh di Kelurahan Kebumen, kelurahan ini dipilih karena


merupakan pemukiman padat penduduk dengan mayoritas rumah tangga
dibandingkan dengan kelurahan lainnya di Kecamatan Banyubiru. Berdasarkan
perolehan Data Jumlah KK di Kelurahan Kebumen yaitu sebanyak 2051 KK.
Dengan data KK yang telah diperoleh tersebut maka jumlah sampel yang akan
diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

n = N / 1+Ne²

Jumlah Sampel = 2.051 KK / 1 + 2.051(15%)²

= 43 sampel

No Perumahan Persentase

1. Permanen 75%
2. Semi-Permanen 20%
3 Non-Permanen 5%

14
Sumber : Data Kelurahan Kebumen 2020

Dari Jumlah sampel rumah tangga (n) ditentukan jumlah sampel setiap strata rumah
tangga yaitu :

a. Untuk bangunan permanen (PP) PP = (S1 x K)


= 75% x 43
= 32 KK

b. Untuk bangunan semi permanen (PS) PS = (S2 x K)

= 20% x 43
= 9 KK

c. Untuk bangunan non permanen (PN) PN = (S3 x K)

= 5% x 43

= 2 KK

S1 = Proporsi jumlah KK bangunan permanen dalam (%)

S2 = Proporsi jumlah KK bangunan semi permanen dalam (%)

S3 = Proporsi jumlah KK bangunan non permanen dalam (%)

Jadi, jumlah sampel yang akan diambil yaitu sebanyak 43 Kepala keluarga pada
Kelurahan Kebumen masing masing 32 KK bangunan permanen, 9 KK bangunan semi
permanen, dan 2 KK bangunan non permanen

2. Metode Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel akan dilakukan selama 8 hari pada lokasi yang sama sesuai
dengan SNI 19-3964-1994 mengenai Metode Pengambilan dan Pengukuran
Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan. Peneliti akan memberikan
botol air mineral kosong 600ml yang telah dikeringkan ke masing-masing rumah
kemudian meminta warga untuk mengisi botol tersebut dengan minyak jelantah
yang dihasilkan setiap harinya. Penguukuran berat dan volume akan dilakukan
ketika 8 hari sudah berakhir.

15
3. Metode Pengukuran Sampel

Pada metode pengukuran sampel peneliti akan mengukur volume dengan satuan (m3)
dengan gelas ukur dan kemudian ditimbang beratnya dengan satuan (Kg) dengan
menggunakan timbangan digital. Kemudian setelah mendapatkan satuan volume dan
berat maka akan dihitung masa jenisnya dalam satuan (kg/m3) pada timbulan minyak
jelantah tersebut. Pengukuran yang dilakukan mencakup Total berat, rata-rata berat
perhari, total rata-rata berat, total volume, rata-rata volume, dan rata-rata masa jenis
perhari. Pengukuran akan dilakukan pada hari ke-8 setelah melakukan pengambilan
botol sampel.

4. Metode Analisis Data

Analisis data dari uji berat, volume, dan kualitas pada karakteristik minyak jelantah yaitu
sampel dari masing-masing KK dihitung berat dan volume yang selanjutnya akan di teliti
untuk mengetahui Kadar air, Asam lemak bebas, dan bilangan peroksida. Pengujian dan
perhitungan karakteristik minyak jelantah mengacu pada SNI 7709:2019 tentang minyak
goreng sawit. Pengujiam dilakukan di Laboratorium FTSP UII. Hasil uji laboratorium ini
akan dibandingkan dengan baku mutu minyak goreng pada SNI 7709:2019. Untuk
menguji karakteristik minyak jelantah perlu dilakukan tahapantahapan berikut ini :
1. Kadar Air
Prinsip pengukuran ini adalah menggunakan metode oven dengan menghitung massa
yang hilang selama sampel dipanaskan pada oven pada suhu 130 ± 1 °C. Alat yang
dibutuhkan untuk pengujian kadar air ini adalah:
a. Neraca analitik
b. Oven
c. Cawan porselin
d. Desikator
Pada perhitungan kadar air pada minyak jelantah dilakukan sesuai dengan SNI
7709:2019 tentang minyak goreng sawit, Langkah pengujianya dalah sebagai
berikut:
a. Panaskan cawan kedalam oven dengan suhu 130 ± 1 °C selama 30 menit;
b. Dinginkan cawan kedalam desikator selama 30 menit, selanjutnya ditimbang
menggunakan neraca analitik (W0)
c. Memasukkan sampel sebanyak 5 gram kedalam cawan porselin dan kemudian
timbang (W1)
d. Masukkan cawan porselin yang terdapat sampel kedalam oven dalam keadaan tutup
terbuka dan meletakkan tutup cawan disamping cawan selama 30 menit pada suhu
130 ± 1 °C
16
e. Setelah 30 menit buka oven tutup cawan ketika masih di dalam oven kemudian
angkat dan taruh kembali di desikator selama 30 menit
f. Setelah itu timbang cawan porselin tersebut menggunakan neraca analitik (W2)
g. Ulang pekerjaan c dan d hingga bobot tetap diperoleh.
h. Hitung kadar air dan bahan menguap dalam sampel

W 1−W 2
Kadar air (%) = x 100%
W 1−W 0
Dimana
W0 = berat cawan kosong beserta tutup (gr)
W1 = berat cawan berisi sampel beserta tutup sebelum di oven (gr)
W2 = berat cawan berisi sampel beserta tutup seyelah di oven (gr)

(SNI 7709:2019)

2. Asam Lemak Bebas


Prinsip dalam mengukur asam lemak bebas pada sampel minyak goreng sawit
menggunakan metode titrasi asam basa yakni dengan melarutkan sampel dalam
pelarut organik dan menggunakan larutan basa seperti NaOH atau KOH untuk
menetralkannya. Alat dan bahan yang dibutuhkan adalah:
Alat:
a. Neraca analitik;
b. Buret 50ml;
c. Erlenmeyer 250ml;
d. Indikator fenolftalein;
e. Labu ukur kapasitas 100m;

Bahan:
a. Etanol konsentrasi 95%;
b. Larutan KOH dan NaOH 0.1N.

Langkah pembuatan larutan pereaksi pada pengukuran asam lemak bebas


a. Membuat indicator pp 1% dalam etanol 95% dengan cara melarutkan 1gram
larutan fenolftalein dengan etanol 95% pada labu ukur sampai tanda batas
b. Larutan standarisasi KOH 0.1 N atau larutan NaOH 0.1 N dalam etanol

Pengukuran asam lemak bebas berdasarkan SNI 7709:2019 tentang minyak goreng,
langkahnya adalah sebagai berikut

17
a. Timbang sampel 18-56 gram kedalam erlenmeryer 250 ml (W)
b. Larutkan sampel tersebut dengan menambahkan etanol hangat 50ml dan
indikator larutan fenolftalein sebanyak 5 tetes.
c. Lakukan titrasi pada larutan tersebut dengan menggunakan larutan Kalium
Hidroksida atau Natrium Hidroksida 0,1 N sampai larutan berwarna merah muda
(bertahan selama 30 detik)
d. Catat volume KOH dan NaOH yang diperlukan dalam proses titrasi (V)
e. Menghitung nilai asam lemak bebas dengan menggunakan rumus berikut

25,6 x V x N
Asam lemak bebas (%) = x 100%
W

Dimana:
V = Volume larutan KOH atau NaOH yang dibutuhkan (ml);
N = Normalitas larutan KOH atay NaOH;
W = Berat sampel uji

(SNI 7709:2019)

3. Bilangan Peroksida
Penetapan bilangan peroksida dilakukan menggunakan metode titrasi iodometri. Alat
dan bahan yang diperlukan untuk pengujian bilangan peroksida adalah:

Alat:
a. Neraca analitik
b. Erlemneyer 250ml
c. Pipet gondok 25ml
d. Labu takar 100ml
e. Pipet volume 1ml
f. Buret 50 ml

Bahan:
a. Larutan asam asetat-isooktan
b. Larutan kalium iodide jenuh
c. Larutan Na2s2O3 0.1 N

Pengukuran bilangan peroksida berdasarkan SNI 7709:2019 tentang minyak goreng,


langkahnya adalah sebagai berikut

18
a. Timbang minyak jelantah seberat 5 gram kedalam erlenmeyer 250 mL yang sudah
dikeringkan
b. Tambahkan larutan campuran asam asetat sebanyak 15ml dan kloroform sebanyak
10 ml atau (3:2) dan diaduk dengan cara digoyangkan
c. Lalu tambahkan larutan KI jenuh sebanyak 0.5 ml dan diaduk Kembali selama 1
menit
d. Tambahkan Aquades 30 ml dan titrasi dengan larutan Na2S2O3 0.1N hingga warna
kuning hamper hilang
e. Lalu tambahkan amilum 1% sebanyak 0,5 ml dan dititrasi Kembali sampai warna
biru hilang
f. Catat volume natrium tiosufat dan Hitung dengan rumus bilangan peroksida sebagai
berikut

V titrasi ( ml ) x V blanko ( ml ) x N x 1000


Bilangan Peroksida =
Berat Sampel(gr )

Dimana
N = Normalitas Larutan

5. Analisis Hasil

Analisis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu menganalisis hasil pengujian
pemurnian minyak jelantah menggunakan arang sekam padi untuk mengetahui indikator
uji seperti kadar air, bilangan peroksida dan bilangan asam lemak bebas sebelum dan
sesudah dilakukan pemurnian. Hasil pengujian akan dibandingkan dengan SNI
7709:2019 tentang syarat mutu minyak goreng sawit.

19
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Identifikasi Timbulan Minyak Jelantah


Hasil yang didapatkan dalam pengukuran nantinya akan dijelaskan secara
terpisah dan terbagi menjadi timbulan minyak jelantah total, timbulan minyak
jelantah berdasarkan klasifikasi konstruksi bangunan yaitu terdiri dari rumah non
permanen, rumah semi permanen, dan rumah permanen
4.1.1 Timbulan Total Minyak Jelantah
Timbulan total merupakan hasil dari keseluruhan pengukuran minyak jelantah
yang telah dilakukan pengukuran selama 8 hari berturut-turut di lokasi
penelitian yaitu Kelurahan Kebumen yang memiliki 43 total titik sampel yang
telah ditentukan berdasarkan klasifikasi konstruksi bangunan. Pembagian
sampel berdasarkan konstruksi bangunan terdiri dari 2 rumah non permanen,
9 rumah semi permanen, dan 32 rumah permanen. Pengukuran ini merupakan
hasil perhitungan untuk mendapatkan data besaran timbulan total dan rata-
rata berat dan volume, dan juga nilai massa jenis. Analisis perhitungan
timbulan minyak jelantah yang dilakukan berdasarkan dengan pada SNI 19-
3964-1994 tentang Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan
dan Komposisi Sampah Perkotaan. Pada penelitian ini metode tersebut telah
dimodifikasi sehingga dapat digunakan untuk menghitung timbulan minyak
jelantah pada rumah tangga. Berikut merupakan data hasil perhitungan dan
pengukuran yang teah diperoleh pada table 4.1

Berdasarkan table timbulan berat diatas diperoleh hasil timbulan berat minyak
jelantah untuk klasifikasi rumah permanen dengan 32 jumlah total sampel diperoleh
total berat selama 8 hari pengukuran sebesar 8.649 kg/8 hari. Kemudian didapatkan
20
rata-rata berat perhari sebanyak 1.0811 kg/hari. Lalu didapatkan rata-rata berat
perumah 0.0338 kg/rumah/hari sehingga untuk rata-rata berat perorang 0.0082
kg/rumah/orang/hari).
Selanjutnya diperoleh hasil timbulan berat minyak jelantah untuk klasifikasi
rumah semi permanen dengan 9 jumlah total sampel diperoleh total berat selama 8
hari pengukuran sebesar 2.0910 kg/8 hari. Kemudian didapatkan rata-rata berat
perhari sebanyak 0.2614 kg/hari. Lalu didapatkan rata-rata berat perumah 0.0290
kg/rumah/hari sehingga untuk rata-rata berat perorang 0.0078 kg/rumah/orang/hari).

Kemudian diperoleh hasil timbulan berat minyak jelantah untuk klasifikasi rumah
non permanen dengan 2 jumlah total sampel diperoleh total berat selama 8 hari
pengukuran sebesar 0.3730 kg/8 hari. Kemudian didapatkan rata-rata berat perhari
sebanyak 0.0466 kg/hari. Lalu didapatkan rata-rata berat perumah 0.0233
kg/rumah/hari sehingga untuk rata-rata berat perorang 0.0052kg/rumah/orang/hari).

Berdasarkan table timbulan volume diatas diperoleh hasil timbulan volume


minyak jelantah untuk klasifikasi rumah permanen dengan 32 jumlah total sampel
diperoleh total volume selama 8 hari pengukuran sebesar 9.9080 L/8 hari. Kemudian
didapatkan rata-rata volume perhari sebanyak 1.2385 L/hari. Lalu didapatkan rata-
rata volume perumah 0.0387 L/rumah/hari sehingga untuk rata-rata volume perorang
0.0094 L/rumah/orang/hari).

Selanjutnya diperoleh hasil timbulan volume minyak jelantah untuk klasifikasi


rumah semi permanen dengan 9 jumlah total sampel diperoleh total volume selama 8
hari pengukuran sebesar 2.4040 L/8 hari. Kemudian didapatkan rata-rata volume
perhari sebanyak 0.3005 L/hari. Lalu didapatkan rata-rata volume perumah 0.0334
L/rumah/hari sehingga untuk rata-rata volume perorang 0.0090 L/rumah/orang/hari).

Kemudian diperoleh hasil timbulan volume minyak jelantah untuk klasifikasi


rumah non permanen dengan 2 jumlah total sampel diperoleh total volume selama 8
hari pengukuran sebesar 0.4400 L/8 hari. Kemudian didapatkan rata-rata volume
perhari sebanyak 0.0550 L/hari. Lalu didapatkan rata-rata volume perumah 0.0275
L/rumah/hari sehingga untuk rata-rata volume perorang 0.0061 L/rumah/orang/hari).

21
Dari pengukuran yang telah diperoleh dengan menentukan klasifikasi konstruksi
banguunan yaitu rumah permanen, semi permanen, dan non permanen maka
diperoleh total berat pengukuran yaitu sebesar 11.113 kg/8hari dan total volume
sebesar 12.532 L/8hari. Lalu diperoleh hasil rata-rata berat perhari yaitu sebesar
0.463041667 kg/hari dan rata-rata volume perhari sebesar 0.53133 L/hari.
Selanjutnya diperoleh rata-rata berat perumah yaitu sebesar 0.028713108
kg/hari/rumah dan rata-rata volume perumah sebesar 0.331973 L/hari/rumah. Pada
penelitian (Dellia, 2021) total timbulan berat dan volume yang diperoleh juga
memiliki urutan yang sama dimana rumah permanen memiliki total timbulan
terbanyak dan non permanen memiliki total timbulan paling sedikit.

4.1.2 Perbandingan Timbulan Berdasarkan Klasifikasi Rumah


Dari hasil sampling yang telah didapatkan selama 8 hari pada setiap klasifikasi
rumah berdasarkan konstruksi dan bentuk fisik bangunan maka diperoleh volume
dan juga berat sehingga memengaruhi jumlah massa jenis yang diperoleh, berikut
adalah diagram hasil timbulan berat dan volume:

0.045

0.04

0.035

0.03

0.025

0.02

0.015

0.01

0.005

0
Permanen Semi Permanen Non Permanen

Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Berat dan Volume

Berdasarkan grafik diatas perbandingan berat dan volume minyak jelantah


berdasarkan klasifikasi bangunan memperoleh data sebagai berikut:

1. Rumah Permanen
22
Pada rumah permanen sebagian penghuninya merupakan pegawai kantoran
yang bekerja dari pagi hingga sore, oleh sebab itu penggunaan minyak untuk
kebutuhan memasak cenderung sedikit sehingga menghasilkan minyak
jelantah yang sedikit pula. Penghuni rumah permanen hanya menggunakan
minyak jelantah sesuai kebutuhan dan juga lebih sering membeli makanan
dari luar. Hasil penelitian pada rumah permanen yang terdapat pada gambar
4.1 menyatakan bahwa kategori rumah permanen menghasilkan minyak
jelantah sebesar 0.038703125 L/hari/rumah dan juga menghasilkan
0.033785156 kg/hari/rumah. Selanjutnya akan dilakukan pengerucutan
timbulan berat dan volume pada setiap anggota keluarga. Data timbulan
anggota keluarga pada klasifikasi rumah permanen yang didapatkan
bervariasi adalah sebagai berikut:

0.0140

0.0120

0.0100

0.0080

0.0060

0.0040

0.0020

0.0000
P1 P3 P5 P7 P9 1 3 5 7 9 1 3 5 7 9 1
P1 P1 P1 P1 P1 P2 P2 P2 P2 P2 P3

Rata-rata berat per orang (kg/orang/hari) Rata-rata volume per orang (L/orang/hari)

2. Rumah Semi Permanen


Pada rumah semi permanen para penghuninya merupakan pekerja yang
bekerja cukup lama sehingga kebutuhan memasak juga tidak terlalu banyak
hamper sama seperti klasifikasi rumah permanen. Penggunaan minyak pada
klasifikasi rumah semi permanen ini juga cenderung hemat dan tidak
berlebihan. Hasil penelitian pada rumah semi permanen pada gambar 4.1
menghasilkan minyak jelantah sebesar 0.033388889 L/hari/rumah dan juga
menghasilkan 0.029041667 kg/hari/rumah. Selanjutnya akan dilakukan
pengerucutan timbulan berat dan volume pada setiap anggota keluarga. Data
23
timbulan anggota keluarga pada klasifikasi rumah semi permanen yang
didapatkan bervariasi adalah sebagai berikut:
0.0120

0.0100

0.0080

0.0060

0.0040

0.0020

0.0000
SP1 SP2 SP3 SP4 SP5 SP6 SP7 SP8 SP9

Rata-rata berat per orang (kg/orang/hari) Rata-rata volume per orang (L/orang/hari)

3. Rumah Non Permanen


Pada rumah klasifikasi non permanen Sebagian besar penghuninya adalah
lansia atau masyarakat yang kurang mampu oleh karena itu minyak
jelantah yang dihasilkan juga lebih sedikit. Penghuni rumah non
permanen ini jarang untuk memasak dan lebih menghemat penggunaan
minyak. Hasil penelitian yang didapatkan pada gambar 4.1 kategoru
rumah non permanen menghasilkan rata-rata minyak jelatah sebanyak
0.0275 L/hari/rumah dan berat sebesar 0.233125 kg/hari/rumah.
Selanjutnya akan dilakukan pengerucutan timbulan berat dan volume
pada setiap anggota keluarga. Data timbulan anggota keluarga pada
klasifikasi rumah semi permanen yang didapatkan bervariasi adalah
sebagai berikut:

24
0.0070

0.0060

0.0050

0.0040

0.0030

0.0020

0.0010

0.0000
Rata-rata berat per orang Rata-rata volume per orang
(kg/orang/hari) (L/orang/hari)

NP1 NP2

Berdasarkan pada gambar 4.1 dapat dilihat bahwa untuk rumah kategori
permanen dan semi permanen memiliki perbedaan yang tidak jauh untuk
rata-rata volume maupun berat per hari. Sedangkan untuk rumah non
permanen terlihat jauh lebih rendah untuk rata-rata volume dan berat
dibanding dua klasifikasi lalinya. Pada penelitian terdahulu oleh (Dellia,
2021) timbulan berat dan volume pada ketiga kategori rumah yakni rumah
permanen mempunyai timbulan tertinggi, kedua merupakan rumah semi
pemanen, dan yang terakhir adalah rumah non permanen. Maka dapat
disimpulkan rumah permanen memiliki timbulan terbesar dikarenakan
kebutuhan memasak yang tinggi dan untuk rumah non permanen
memiliki timbulan sedikit dikarenakan aktifitas memasak yang terbatas
dan lebih menghemat penggunaan minyak. Perbedaan dari ketiga kategori
rumah tersebut adanya perbedaan dimana perbedaan tersebut disebabkan
oleh kebutuhan memasak rumah tangga yang berbeda-beda. Dapat kita
lihat pada gambar 4.1 bahwa berat pada minyak jelantah lebih kecil
dibandingkan dengan volume minyak jelantah. Hal ini bukan tanpa alsan
dikarenakan minyak jelatah yang sudah digunakan secara berulang dapat
menyebabkan perubahan warna dan kemudian akan menimbulkan
endapan sehingga minyak jelantah tersebut lebih kental daripada minyak
goreng yang masih baru (Vanessa, 2017).

4.1.3 Perbandingan Massa Jenis Minyak Jelantah Berdasarkan Klasifikasi


Rumah

25
Pada pengukuran massa jenis pada sampel yang diperoleh yaitu dengan
melakukan perhitungan berat timbulan minyak jelantah kemudian dibagi
dengan volume minyak jelantah, Berikut merupakan hasil yang diperoleh
berdasarkan 3 klasifikasi rumah :

875 872.930964876867
869.800332778702
870

865
Massa Jenis (Kg/m3)

860

855

850 847.727272727273

845

840

835
Permanen Semi Permanen Non Permanen

Gambar 4.2 Grafik Perbandingan Massa Jenis

Pada gambar grafik massa jenis diatas dapat dilihat untuk klasifikasi
rumah permanen sebesar 872.9309649 Kg/m3, kemudian untuk rumah semi
permanen sebesar 869.8003328 Kg/m3, dan untuk rumah non permanen sebesar
847.7272727 Kg/m3. Rumah non permanen memiliki massa jenis yang paling
rendah dan untuk kategori rumah permanen dan semi permanen mempunyai
perbedaan massa jenis yang tidak terlalu jauh. Pada penelitian (Dellia, 2021)
rumah non permanen juga memiliki massa jenis paling rendah. Massa jenis yang
dihasilkan setiap klasifikasi berbeda dikarenakan factor kebiasaan rumah tangga
dalam memasak.
Hal ini diakibatkan rumah non permanen lebih cenderung sering
memasak sehingga penggunaan minyak secara berulang lebih sering. Minyak
goreng yang belum terpakai memiliki nilai massa jenis yang lebih besar
dibandingkan dengan minyak yang sudah terpakai. Minyak yang dipanaskan
menyebabkan molekul pada minyak akan berkurang sehingga menyebabkan
kerapatan minyak juga akan berkurang. Hal ini yang menyebabkan massa jenis
pada rumah non permanen lebih kecil daripada kategori rumah lainya, karena
kebiasaan penghuni kategori rumah permanen yang lebih sering menggunakan
Kembali minyak pada proses memasak (Warsito, et al. 2013)

26
4.2 Karakteristik Minyak Jelantah
Setelah selesai melakukan pengukuran timbulan minyak jelantah, maka sampel uji akan
dilakukuan pengujian di laboratorium untuk mendapatkan hasil karakteristik kimia.
Karakteristik kimia yang dilakukan pada penelitian ini adalah kadar air, asam lemak
bebas, dan angka peroksida. Selain karakteristik kimia minyak jelantah juga memiliki
karakteristik fisika seperti warna, endapan, dan bau

4.2.1 Karakteristik Fisika


1. Warna
Minyak jelantah memiliki warna yang bervariasi dari warna coklat
sampai kehitaman. Perubahan warna yang terjadi yaitu salah satu tanda fisik
kerusakan pada minyak goreng, hal ini disebabkan oleh beberapa hal seperti
suhu pada saat penggorengan dan proses penggorengan minyak beberapa kali
(Neswita, 2021). Berikut hasil pengamatan warna yang didapatkan berdasarkan
3 kategori
a. Permanen
Pada klasifikasi rumah permanen terdapat variasi warna yang didapatkan.
Total sampel rumah permanen yaitu sebanyak 32 sampel, dari 32 sampel …
persen berwarna kuning kecoklatan, … persen berwarna coklat kemerahan,
dan ,,,, persen coklat kehitaman
b. Semi Permanen
Pada klasifikasi rumah semi permanen terdapat variasi warna yang
didapatkan. Total sampel rumah semi permanen yaitu sebanyak 9 sampel,
dari 9 sampel … persen berwarna kuning kecoklatan, … persen berwarna
coklat kemerahan, dan ,,,, persen coklat kehitaman
c. Non Permanen
Pada klasifikasi rumah nonpermanen terdapat 2 warna yang didapatkan.
Total sampel rumah non permanen yaitu sebanyak 2 sampel, dari 2 sampen
50% persen berwarna coklat kemerahan, dan 50% persen coklat kehitaman
Pada proses penggorengan minyak akan terjadi beberapa reaksi kimia
seperti hidrolisis, oksidasi, isomerisasi, dan juga polimerisasi (Dewi & Ulfah,
2021). Pemanasan yang terlalu tinggi akan menyebabkan minyak teroksidasi dan
minyak yang terdapat dalam suatu bahan, dalam keadaan panas akan
mengekstrasi zat warna yang terdapat dalam bahan tersebut sehingga berangsur
warna minyak jelantah akan menjadi semakin gelap (Latif et al, 2021)
2. Bau
Minyak jelantah pada 3 kategori tersebut memiliki bau yang bervariasi, dari 43

27
sampel sebanyak 72% memiliki bau tengik dan sisana yang 28% sampel
memiliki bau amis. Bau yang dihasilkan disebabkan adanya reaksi oksidasi.
Oksidasi yang terjadi adalah Ketika kontak sejumlah oksigen dengan minyak
atau lemak. Terjadinya proses oksidasi ini dimulai dengan pembentukan
peroksida dan hidroperoksida (Ketaren, 1986 dalam Oktaviani, 2009).
Ketengikan minyak jelantah ini dapat menyebabkan rasa dan juga tekstur
makanan menjadi kurang sedap dan rusak (Sabarella, 2018).

4.2.2 Karakteristik Kimia


1. Kadar Air
Kadar air merupakan salah satu factor penting yang dapat menentukan
kualitas minyak, Semakin tinggi tingkat kadar air pada minyak semakin
buruk pula kualitas minyak goreng tersebut, karena keberadaan air ini
akan dapat mempermudah terjadinya reaksi hidrolisis (Lempeng et al,
2016). Keberadaan air pada minyak goreng sangat dihindari seminim
mungkin dengan baku mutu SNI 7709:2019 sebesar 0,1%. Berdasarka uji
laboratorium yang telah dilakuka maka didapatkan uji kadar air dalam
sampel minyak jelantah sebagai berikut:
Sampel Nama Kategori W0 W1 W2 Kadar Air
NP1 Faris Non Permanen 50.5634 55.6358 54.4114 0.24
NP1 DUPLO 50.5636 55.5974 54.2802 0.26
NP2 Fatimah Non Permanen 51.0313 56.0907 54.5304 0.31
NP2 DUPLO 51.0311 56.0811 54.2912 0.35

SP1 Kardi Semi Permanen 51.2723 56.0935 54.9131 0.24


DUPLO SP1 51.2725 56.0899 54.8916 0.25
SP2 Hanafi Semi Permanen 55.9157 60.6164 59.7148 0.19
DUPLO SP2 55.916 60.6112 59.8137 0.17
SP3 Mb Al Semi Permanen 50.6352 55.5487 55.1523 0.08
DUPLO SP3 50.6348 55.5915 55.275 0.06
SP4 Ari H Semi Permanen 54.3422 59.2118 58.6992 0.11
DUPLO SP4 54.3419 59.1191 58.5183 0.13
SP5 Wahyu Semi Permanen 50.5639 55.5711 54.0282 0.31
DUPLO SP5 50.5641 55.6128 54.0411 0.31
SP6 Muhromi Semi Permanen 51.0318 56.0334 55.574 0.09
DUPLO SP6 51.032 56.0586 55.7521 0.06
SP7 Anis Semi Permanen 51.2725 56.301 54.799 0.30
DUPLO SP7 51.2721 56.351 54.6344 0.34
SP8 Mb Tut Semi Permanen 55.9159 60.9512 60.4942 0.09
DUPLO SP8 55.9162 61.0154 60.7121 0.06
SP9 Fitri Semi Permanen 50.6356 55.5951 53.4123 0.44

Berdasarkan table diatas terlihat bahwa kadar air tertinggi berdasarkan uji
laboratorium adalah pada kategori rumah non permanen yaitu pada
sampel SP 9 dimana kadar air mencapai 0.44%, sedangkan untuk kadar
air terendah berada pada SP 3 dimana kadar air mencapai 0.07%. Pada
(Pradina,201) kadar air tertinggi berasal dari proses penggorengan
28
makanan rumahan dan kadar air terendah berasasl dari hasil
penggorengan friedchicken. Beradasarkan SNI 7709:2019 tentang
Minyak Goreng Sawit baku mutu kadar air yang telah ditetapkan adalah
0.1%
Pada Sampel rumah non permanen semua sampel memiliki kadar air yang
diatas baku mutu. Menurut (Ulfindrayani & A’yuni, 2018), semakin
tinggi kadar air pada bahan pangan yang digoreng maka kadar air dalam
minyak juga akan semakin tinggi. Sedangkan untuk sampel rumah semi
permanen dari total 9 sampel sebanyak 33% atau 3 sampel yang berada
pada bawah baku mutu kadar air dan sebanyak 67% memiliki kadar air di
atas baku mutu. Untuk rumah permanen dari 32 sampel sebanyak …%
berada di bawah baku mutu dan sebanyak …% berada diatas baku mutu
kadar air.

2. Asam Lemak Bebas


Asam lemak bebas atau nama lainya free fatty acid (FFA) menunjukan
tingkat kualitas minyak goreng. Semakin tinggi asam lemak bebas maka
kualitas minyak goreng tersebut juga semakin buruk. Asam lemak
berfungsi untuk menghitung jumlah asam lemak bebas yang terdapat pada
minyak goreng (Kusnandar, 2010). Metode yang dilakukan dalam untuk
mengukur asam lemak bebas pada minyak jelantah adalah dengan titrasi
asam basa mengacu pada SNI 7709:2019 tentang minyak goreng sawit.
Hasil uji laboratorium yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:
No Nama Kategori Berat Sampel Volume Titrasi Normalitas KOH Asam Lemak Bebas
NP1 Faris Non Permanen 30.0112 4.8 0.103 0.42
NP1 DUPLO 30.0084 4.5 0.103 0.40
NP2 Fatimah Non Permanen 30.0057 3.5 0.103 0.31
NP2 DUPLO 30.0015 3.6 0.103 0.32

SP1 Kardi Semi Permanen 30.0034 3.5 0.103 0.31


DUPLO SP1 30.0011 3.6 0.103 0.32
SP2 Hanafi Semi Permanen 30.0121 3.5 0.103 0.31
DUPLO SP2 30.0091 3.6 0.103 0.32
SP3 Mb Al Semi Permanen 30.0012 2.7 0.103 0.24
DUPLO SP3 30.0057 2.9 0.103 0.25
SP4 Ari H Semi Permanen 30.0091 2.6 0.103 0.23
DUPLO SP4 30.0048 2.4 0.103 0.21
SP5 Wahyu Semi Permanen 30.0213 3.4 0.103 0.30
DUPLO SP5 30.0196 3.2 0.103 0.28
SP6 Muhromi Semi Permanen 30.0401 2.9 0.103 0.25
DUPLO SP6 30.0117 3.2 0.103 0.28
SP7 Anis Semi Permanen 30.0066 3.5 0.103 0.31
DUPLO SP7 30.0012 3.4 0.103 0.30
SP8 Mb Tut Semi Permanen 30.0103 3 0.103 0.26
DUPLO SP8 30.0003 3.3 0.103 0.29
SP9 Fitri Semi Permanen 30.0045 3.6 0.103 0.32

29
Berdasarkan table diatas diperoleh hasil asam lemak bebas paling tinggi
pada uji laboratorium adalah pada kategori rumah non permanen pada SP
1 yaitu sebesar 0.42% dan hasil asam lemak terendah adalah pada
kategori rumah semi permanen SP 4 yaitu sebesar 0.21%. Dari kategori
rumah non permanen kedua sampel memiliki asam lemak bebas diatas
baku mutu, untuk kategori rumah semi permanen dari 9 sampel sebanyak
4 sampel memiliki asam lemak diatas baku mutu dan 5 sampel memiliki
asam lemak dibawah baku mutu.
3. Bilangan Peroksida
Bilangan peroksida adalah salah satu indicator kualitas minyak untuk
mengetahui tingkat oksidasi pada minyak. Ketika berlangsungnya reaksi
oksidasi nilai angka peroksida akan mengalami peningkatan, kemudian
menurun sehingga terdapat keadaan dimana jumlah angka peroksida yang
terbentuk mencapai jumlah yang maksimum (Panagan, 2010). Uji asam
lemak bebas ini dilakukan dengan metode titrasi asam basa menganut
pada SNI 7709:2019 tentang Minyak Goreng Sawit. Berikut merupakan
hasil uji bilangan peroksida pada minyak jelanah yang telah dilakukan:
No Nama Kategori Berat Sampel Vol Titrasi Vol Blanko N Na2S203 Bilangan Peroksida
NP1 Faris Non Permanen 5.0012 0.7 0.3 0.102 8.16
NP1 DUPLO 5.0021 0.8 0.3 0.102 10.20
NP2 Fatimah Non Permanen 5.0014 0.7 0.3 0.102 8.16
NP2 DUPLO 5.0018 0.6 0.3 0.102 6.12

SP1 Kardi Semi Permanen 5.0014 0.8 0.3 0.102 10.20


DUPLO SP1 5.0007 0.6 0.3 0.102 6.12
SP2 Hanafi Semi Permanen 5.0006 0.6 0.3 0.102 6.12
DUPLO SP2 5.0005 0.7 0.3 0.102 8.16
SP3 Mb Al Semi Permanen 5.0019 0.6 0.3 0.102 6.12
DUPLO SP3 5.0011 0.5 0.3 0.102 4.08
SP4 Ari H Semi Permanen 5.0007 0.6 0.3 0.102 6.12
DUPLO SP4 5.0004 0.5 0.3 0.102 4.08
SP5 Wahyu Semi Permanen 5.0003 0.7 0.3 0.102 8.16
DUPLO SP5 5.0009 0.6 0.3 0.102 6.12
SP6 Muhromi Semi Permanen 5.0012 0.6 0.3 0.102 6.12
DUPLO SP6 5.0007 0.6 0.3 0.102 6.12
SP7 Anis Semi Permanen 5.0005 0.7 0.3 0.102 8.16
DUPLO SP7 5.0002 0.6 0.3 0.102 6.12
SP8 Mb Tut Semi Permanen 5.0008 0.6 0.3 0.102 6.12
DUPLO SP8 5.0011 0.5 0.3 0.102 4.08
SP9 Fitri Semi Permanen 5.0022 0.7 0.3 0.102 8.16
DUPLO SP9 5.0013 0.6 0.3 0.102 6.12

P1 Suwarnah Permanen 5.0027 0.7 0.3 0.102 8.16


5.0013 0.7 0.3 0.102 8.16
P2 Arif Sasongko Permanen 5.0005 0.5 0.3 0.102 4.08
5.0009 0.6 0.3 0.102 6.12
P3 Nanang S Permanen 5.0007 0.7 0.3 0.102 8.16
5.0005 0.6 0.3 0.102 6.12
P4 Muhsinan Permanen 5.0013 0.4 0.3 0.102 2.04

Beradasarkan table hasil lab angka peroksida pada ketiga jenis kategori

30
angka peroksida tertinggi berada pada kategori rumah non permanen yaitu
pada NP 1 dan angka peroksida terendah berada pada kategori rumah
permanen yaitu pada P4.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian Analisis Timbulan Minyak Jelantah Di Kelurahan
Kebumen, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang yang dilakukan berdasarkan
klasifikasi konstruuksi bangunan rumah dan bentuk fisik bangunan maka dapat
disimpulkan
1.

31
JADWAL TUGAS AKHIR.

Adapun rancangan jadwal pelaksaan tugas akhir adalah sebagai berikut :

Bulan
No Kegiatan
III IV V VI VII VIII
1 Pendaftaran Proposal
2 Penentuan Pembimbing
3 Review dan Revisi Proposal
4 Survey Kondisi Lapangan Awal
5 Pengumpulan Data
6 Analisis Data
7 Penyusunan Laporan Tugas Akhir

RENCANA ANGGARAN BIAYA TUGAS AKHIR.

Adapun Rancangan Nggaran Biaya yang diperlukan untuk melakukan penelitian adalah sebagai
berikut :

No Nama Alat / Kegiatan Harga satuan Jumlah Harga Total


1 Alat ukur (Jerigen 5L) Rp10,000.00 3 Rp30,000.00
2 Print out laporan Rp50,000.00 1 Rp50,000.00
3 Penjilidan laporan Rp30,000.00 1 Rp30,000.00
4 Print out kuisioner Rp50,000.00 1 Rp50,000.00
5 ATK Rp50,000.00 1 Rp50,000.00
6 Transportasi Rp100,000.00 1 Rp100,000.00
7 Masker Rp2,000.00 8 Rp16,000.00
8 Face Shield Rp30,000.00 1 Rp30,000.00

32
DAFTAR PUSTAKA.

Ardhany Syahrida Dian & Lamsiyah. 2018. Journal Tingkat Pengetahuan Pedagang Warung Tenda di
Jaln Yos Sudarso Palangkaraya Tentang Bahaya Penggunaan Minyak. Palangkararaya.
Universitas Muhammadiyah Palangkararaya.

Ayu, Dewi Sartika, Ratu. 2012. Asam Lemak Trans Penyebab Timbulnya Jantung Koroner. Diakses
dari : http://www.gizinet.com pada 29 November 2015

Djaeni, M. (2002). Pengolahan limbah minyak goreng bekas menjadi gliserol dan minyak diesel
melalui proses transesteifikasi. Prosiding. Seminar nasional teknik kimia. Yogyakarta.

Kamel dan El Sheikh. 2012. Quality Evaluation Of Some Commercially Fried Fast Food. Foot
Sciense Anda Quality Management. Egypt. ISSN 2225-0557. Hal 28.

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003 Tentang Baku Mutu Air
Limbah Domestik.

Ketaren, 2005. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta : UI Press

Kusumaningtyas, R. D., Qudus, N., Putri, R. D. A., & Kusumawardani, R. (2018). Penerapan
teknologi pengolahan limbah minyak goreng bekas menjadi sabun cuci piring untuk
pengendalian pencemaran dan pemberdayaan masyarakat. Abdimas, 22(2), 201–208.

Mardiana, S., Mulyasih, R., Tamara, R, & Sururi, A. 2020. Pemanfaatan Limbah Rumah Tangga
Minyak Jelantah dengan Ekstrak Jeruk dalam Perspektif Komunikasi Lingkungan di
Kelurahan Kaligandu. Jakarta. Universitas Serang Raya

Muchtadi, 2009. Pengantar Ilmu Gizi. Bandung : CV. Alfabeta

Nugraheni, Dyaning Tiyas. 2011. Analisis Penurunan Bilangan Iod Terhadap Pengulangan
Penggorengan Minyak Kelapa dengan Metode Titrasi Iodometri. Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam negreri Sultan Syarif Kasim. Riau Pekanbaru

Rukmini,Ambar. 2007. Regenerasi Minyak Goreng Bekas Dengan Arang Sekam Menekan Kerusakan
Organ Tubuh. Jurnal Teknologi Pertanian. ISSN 1978-9777. Universitas Widya Mataram
Yogyakarta

33
SNI 7709:2019 tentang standar baku mutu Minyak Goreng Sawit

Wardhana, W.A. (1990). Dampak Pencemaran Lingkungan. Penerbit Andi Offset. Yogyakarta.

PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG


KECAMATAN BANYUBIRU

DESA/KELURAHAN KEBUMEN

REKAPITULASI JUMLAH KEPALA KELUARGA BERDASARKAN JENIS KELAMIN


Tgl. 13-09-2022
34
NO RW : 000
JUMLAH KEPALA KELUARGA
NO NO RT
LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
1 RT. 041 0 1 1
JUMLAH RW : 000 0 1 1

NO RW : 001 GENTAN
JUMLAH KEPALA KELUARGA
NO NO RT
LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
2 RT. 001 33 6 39
3 RT. 002 47 3 50
4 RT. 003 29 6 35
JUMLAH RW : 001 1 09 15 1 24

NO RW : 002 KAYUWANGI
JUMLAH KEPALA KELUARGA
NO NO RT
LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
5 RT. 001 35 11 46
6 RT. 002 49 4 53
JUMLAH RW : 002 84 15 99

NO RW : 003 KAYUMAS
JUMLAH KEPALA KELUARGA
NO NO RT
LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
7 RT. 001 52 7 59
8 RT. 002 25 11 36
9 RT. 003 33 6 39
10 RT. 008 1 0 1
JUMLAH RW : 003 1 11 24 1 35

NO RW : 004 KEPIL
JUMLAH KEPALA KELUARGA
NO NO RT
LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
11 RT. 001 76 13 89
12 RT. 002 65 12 77
13 RT. 003 63 6 69
JUMLAH RW : 004 2 04 31 2 35

Tgl.
SMARD Cetak 13/09/2022 11:48:53 Halaman 1 dari 3

35
NO RW : 005 BONWAGE
JUMLAH KEPALA KELUARGA
NO NO RT
LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
14 RT. 001 85 9 94
15 RT. 002 64 7 71
16 RT. 003 70 6 76
JUMLAH RW : 005 2 19 22 2 41

NO RW : 006 KRAJANSARI
JUMLAH KEPALA KELUARGA
NO NO RT
LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
17 RT. 001 12 3 15
18 RT. 002 53 9 62
19 RT. 003 53 9 62
20 RT. 004 43 3 46
JUMLAH RW : 006 1 61 24 1 85

NO RW : 007 KRAJAN
JUMLAH KEPALA KELUARGA
NO NO RT
LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
21 RT. 001 38 7 45
22 RT. 002 34 4 38
23 RT. 003 35 6 41
24 RT. 004 38 10 48
25 RT. 005 66 13 79
JUMLAH RW : 007 2 11 40 2 51

NO RW : 008 BENDOSARI
JUMLAH KEPALA KELUARGA
NO NO RT
LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
26 RT. 001 67 21 88
27 RT. 002 37 12 49
28 RT. 003 31 11 42
29 RT. 004 58 10 68
JUMLAH RW : 008 1 93 54 2 47

NO RW : 009 TEGARON WETAN


JUMLAH KEPALA KELUARGA
NO NO RT
LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
30 RT. 001 91 24 1 15
31 RT. 002 49 17 66
32 RT. 003 25 4 29

36
33 RT. 004 61 15 76
JUMLAH RW : 009 2 26 60 2 86

Tgl.
SMARD Cetak 13/09/2022 11:48:53 Halaman 2 dari 3

NO RW : 010 SUKODONO
JUMLAH KEPALA KELUARGA
NO NO RT
LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
34 RT. 001 50 11 61
35 RT. 002 31 6 37
36 RT. 003 37 8 45
37 RT. 004 30 8 38
38 RT. 005 26 4 30
39 RT. 006 29 7 36
JUMLAH RW : 010 2 03 44 2 47

JUMLAH TOTAL 1.7 21 3 30 2.0 51

37
No Nama Kategori W0 W1 W2 Kadar Air
50.563 55.635 54.611 0.20195 0.19866
1 Faris Non Permanen 4 8 4 6 2
51.031 56.090 55.530 0.11074 0.10242
2 Fatimah Non Permanen 3 7 4 4 3

Semi 51.272 56.093 55.133 0.19920 0.21457


Kardi
1 Permanen 3 5 1 4 3
Semi 55.915 60.616 60.104 0.10883 0.09196
Hanafi
2 Permanen 7 4 8 5 3
Semi 50.635 55.548 55.152 0.08067 0.00973
Mb Al
3 Permanen 2 7 3 6 2
Semi 54.342 59.211 58.699 0.10526 0.11982
Ari H
4 Permanen 2 8 2 5 1
Semi
Wahyu
5 Permanen
Muhrom Semi
6 i Permanen
Semi
Anis
7 Permanen
Semi
Mb Tut
8 Permanen
Semi
Fitri
9 Permanen

38

Anda mungkin juga menyukai