Disetujui,
Yebi Yuriandala, S.T., M.Eng, Dr. Hijrah Purnama Putra, S.T., M.Eng
NIK. 135130503 NIK. 095130404
Tanggal: Tanggal:
Mengetahui,
Ketua Prodi Teknik Lingkungan FTSP UII
Hari :
Tangggal :
Disusun Oleh:
Tim Penguji:
Dengan adanya kegiatan menggoreng minyak goreng menjadi sebuah kebutuhan dapur. Dalam
penggunaanya minyak goreng akan menghasilkan limbah domestik dalam bentuk cairan yaitu
minyak jelantah. Minyak jelantah dihasilkan dari proses memasak yang berulang kali sehingga
minyak tersebut sudah tidak layak digunakan lagi. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penelitian ini
sebagai studi awal guna mengetahui jumlah timbulan minyak jelantah beserta dengan
karakteristiknya sehingga dapat dibandingkan dengan baku mutu minyak jelantah sawit yaitu
pada SNI 7709:2019. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan acuan SNI 19-
3964-1994 yang telah dimodifikasi sedemikian rupa. Hasil yang didapatkan adalah total
timbulan minyak jelantah pada semua klasifikasi rumah tangga di Desa Kebumen, Kecamatan
Banyubiru, Kabupaten Semarang dengan totala berat 11.113 kg/8hari, rata-rata berat timbulan
perhari yaitu sebesar 0.463 kg/hari, rata-rata timbulan berat perumah adalah 0.0287
kg/hari/rumah, dan rata-rata berat perorang adalah 0.007 kg/hari/rumah/orang. Selain berat
didapatkan hasil timbulan volume dengan volume total 12.752 L/8hari, rata-rata volume
timbulan perhari yaitu sebesar 0.531 L/hari, rata-rata timbulan berat perumah adalah 0.033
L/hari/rumah, dan rata-rata berat perorang adalah 0.008 L/hari/rumah/orang. Dari total 43
sampel memiliki warna yang beragam mulai dari hitam kecoklatan, coklat kemerahan, dan
kuning kecoklatan. Bau yang dihasilan pada sampel dari yang berbau tengik dan ada juga yang
berbau amis. Hasil kadar air yang didapatkan bervariasi antara…., sehingga … persen sampel
tidak memenuhi baku mutu Hasil asam lemak bebas juga bervariasi antara ……, sehinga…
persen sampel tidak memenuhi baku mutu. Hasil dari angka peroksida antara…., sehingga…
persen sampel tidak memenuhi baku mutu.
BAB I
PENDAHULUAN
Pada masa sekarang ini masyarakat di Indonesia sangat bergantung terhadap minyak goreng.
Minyak goreng banyak digunakan untuk memasak bahan makanan dikarenakan minyak goreng dapat
menambah cita rasa. Penggunaan minyak goreng pada skala rumahan akan menimbulkan sampah
domestik berupa minyak jelantah.
Minyak jelantah merupakan minyak hasil dari proses penggorengan yang dipanaskan berulang
kali (Ardhany Syahrida Dian & Lamsiyah, 2018). Minyak jelantah sangat berbahaya bagi tubuh
dikarenakan mengandung lemak jenuh yang dapat menimbulkan berbagai penyakit berbahaya. Selain
lemak jenuh minyak jelantah juga mengandung zat karsiogenik seperti seperti peroksida, epioksida jika
dipanaskan secara berulang yang tentunya juga akan membahayakan bagi tubuh, (Julianus,2006).
Penelitian ini akan dilakukan di Kelurahan Kebumen, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten
Semarang, Jawa Tengah. Kelurahan ini dipilih karena merupakan pemukiman padat penduduk dengan
mayoritas rumah tangga dibandingkan dengan kelurahan lainnya di Kecamatan Banyubiru, kesadaran
dan pengetahuan masyarakat terkait minyak jelantah juga masih rendah. Kelurahan Kebumen
memiliki luas 380.578 Ha dimana dihuni sebanyak 5862 jiwa yang mengalami peningkatan setiap
tahunnya. Pada penelitian ini mengacu pada SNI 19-3964-1994 tentang Metode Pengambilan dan
Pengukuran Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan yang telah dimodifikasi. Metode yang
digunakan pada penelitian ini dengan melakukan penelitian secara langsung sehingga nantinya akan
dilakukan pengambilan dan pengukuran timbulan minyak jelantah selama 8 hari berturut-turut pada
waktu dan tempat yang sama. Dengan dilakukan penelitian ini diharapkan untuk mengetahui seberapa
banyak jumlah timbulan minyak jelantah yang dihasilkan di skala rumah tangga dalam satuan berat
L/Hari. Hasil sampel yang sudah didapatkan nantinya akan dilakukan uji lab guna mengetahui
karakteristik sampel sehingga dapat dibandingkan dengan baku mutu minyak goreng sawit yaitu SNI
7709:2019.
2
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana analisi mengenai timbulan minyak jelantah skala rumah tangga yang dihasilkan di
Kelurahan Kebumen berdasarkan tiga kriteria bangunan?
2. Bagaimana karakteristik minyak jelantah yang dihasilkan dari rumah tangga di Kelurahan
Kebumen ditinjau dari parameter kadar air, bilangan asam, bilangan peroksida?
3. Apakah kualitas karakteristik limbah minyak jelantah yang dihasilkan dari rumah tangga di
Kelurahan Kebumen yang telah diuji sesuai dengan baku mutu SNI 7709:2019 tentang Minyak
Goreng sawit?
1.3 Tujuan
1. Mengidentifikasi banyaknya timbulan minyak jelantah yang dihasilkan dari tiga kriteria
bangunan yaitu bangunan fisik permanen, semi permanen, dan non permanen di Kelurahan
Kebumen dalam satuan berat dan volume.
2. Mengidentifikasi karakteristik minyak jelantah yang dihasilkan dari rumah tangga di Kelurahan
Kebumen berupa parameter kadar air, bilangan asam, bilangan peroksida
3. Mengidentidikasi kualitas karakteristik minyak jelantah yang telah diuji dibandingkan dengan
baku mutu SNI 7709:2019 tentang Minyak Goreng
3
3. Pengambilan sampel dilakukan 8 hari berturut-turu dan diukur dalam satuan berat dan volume
4. Pengambilan data mengacu pada SNI 19-3964-1994 yang telah dimodifikasi tentang Metode
Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan
5. Uji karakteristik timbulan minyak jelantah dari rumah tangga di Kelurahan Kebumen ditinjau
dari parameter asam lemak bebas dan kadar air mengacu pada SNI 7709:2019 tentang Minyak
Goreng.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA.
Minyak Jelantah merupakan minyak goreng yang sudah berulangkali digunakan (Menurut
Sartika 2012),. Komposisi senyawa yang terdapat pada minyak jelantah mengandung senyawa kimia
karsinogenik yang terjadi selama proses penggorengan (Julianus, 2006). Pemakaian minyak jelantah
secara berkelanjutan akan menyebabkan dampak pada kesehatan manusia salah satunya kanker. Maka
dari itu penggunaan minyak jelantah harus dilakukan penanganan khusus agar tidak menimbulkan
dampak yang lebih besar untuk manusia.
Minyak jelantah mengandung senyawa yang bersifat karsinogenik yaitu asam lemak bebas, lipid
peroksida dan bilangan iod. Zat karsiogenik ini adalah zat yang dapat memicu pertumbuhan zat kanker
dan penyakit berbahaya pada tubuh manusia. Kadar asam lemak bebas dalam minyak jelantah akan
mengalami peningkatan seiring dengan lamanya proses penggorengan. (Muchtadi,2009)
Ketika minyak goreng dipanaskan kembali pada suhu 200 derajat celcius akan menyebabkan
rusaknya minyak goreng sehingga minyak sudah tidak layak untuk digunakan kembali (Ardiana,2011).
Pada proses pemanasan kembali ini dapat menyebabkan putusnya rantai kimia pada minyak goreng
sehingga akan terjadi reaksi kimia seperti hidrolisis, oksidasi, polimerisasi, dan perpindahan material
yang terjadi selama penggorengan.
Perubahan karakteristik minyak goreng terjadi jika terdapat perubahan bau, wara, kadar asam
lemak bebas, struktur kimia, dan bilangan peroksida (Rukmini,2007). Di Indonesua standar baku mutu
minyak goreng sawit yang diatur oleh SNI 7709:2019 adalah sebagai berikut:
5
( Sumber : SNI 7709:2019)
Sifat minyak jelantah dibagi menjadi sifat fisik dan kimia (Ketaren, 2005)yaitu:
- Warna terbagi menjadi dua golongan yaitu warna alamiah dan warna hasil degradasi zat
alamiah, untuk warna alamiah merupakan warna yang dihasilkan secara alamiah
biasanya warna ini terdapat pada zat/bahan yang mengandung minyak dan juga ikut
terekstrak bersama minyak pada proses ekstrasi. Contoh zat warna alamiah adalah α
dan β, klorofil yang memiliki warna kehijauan, xantofil yang memiliki warna kuning
kecoklatan, antosyanin yang memiliki warna kemerahan, dan karoten yang memiliki
warna kuning. Untuk zat warna hasil degradasi dari zat warna alamiah, yaitu warna-
warna gelap, hal itu dikarenakan terjadi proses oksidasi terhadap tokoferol (vitamin E),
warna cokelat menunjukan minyak yang telah busuk atau rusak sedangkan warna
kuning umumnya terjadi pada minyak yang tidak jenuh.
- Odor dan flavor, zat ini terdapat secara alami pada minyak dan juga terjadi karena
pembentukan asam-asam yang berantai sangat pendek.
6
- Kelarutan, semua minyak tidak larut dalam air tetapi ada beberapa minyak yang larut
dengan air seperti minyak jarak (castor oil), dan beberapa minyak juga sedikit larut
dalam alcohol seperti etil eter, karbon disulfida dan pelarut-pelarut halogen.
- Titik cair dan polymorphism, pada umumnya minyak tidak akan mencair dengan tepat
pada temperatur tertentu. Keadaan Polymorphism merupakan keadaan dimana pada
minyak tersebut terdapat lebih dari satu bentuk kristal
- Titik didih (boiling point), titik didih pada minyak tanah ini tergantung dengan rantai
karbon asam lemak, semakin panjang rantai karbon maka titik didih akan semakin
meningkat/tinggi.
- Shot melting point, yaitu temperatur ketika terjadi tetesan pertama dari minyak atau
lemak terjadi.
- Bobot jenis, bobot jenis minyak biasanya ditentukan pada temperature sekitar 250
derajat celcius , kemudian juga diperlukan pengukuran pada temperature 400 derajat
celcius.
- Titik asap, titik nyala dan titik api, ketiga titik ini dapat didapatkan ketika minyak
sedang dipanaskan. Ketiga titik ini merupakan kriteria mutu yang penting dalam
hubungannya dengan minyak yang akan digunakan untuk menggoreng.
B. Sifat Kimia
- Hidrolisa, pada reaksi hidrolisa ini minyak akan diubah menjadi asam lemak bebas dan
gliserol akibat dari reaksi ini adalah dapat menyebabkan kerusakan pada minyak itu
sendiri karena adanya sejumlah air pada minyak tersebut.
- Oksidasi, pada proses oksidasi berlangsung maka akan terjadi kontak antara oksigen
dengan minyak. Reaksi oksidasi ini akan mengakibatkan bau yang tidak sedap pada
minyak.
7
- Hidrogenasi, tujuan dari proses hidrogenasi adalah untuk menumbuhkan ikatan rangkap
tujuh dari rantai karbon asam lemak pada minyak.
- Esterifikasi, tujuan dari proses proses esterifikasi adalah untuk mengubah asam-asam
lemak dari trigliserida sehingga berubah menjadi bentuk ester. Mengacu pada prinsip
reaksi ini maka hidrokarbon rantai pendek pada asam lemak yang menyebabkan bau
tidak enak akan ditukar dengan rantai panjang yang memiliki sifat tidak menguap.
Karakteristik minyak yang pertama adalah kadar air, kadar air diperlukan untuk
mengukur baku mutu pada minyak. Semakin kecil kadar air pada minyak maka akan
semakin baik juga kualitas minyak tersebut. Ketika kualitas minyak semakin baik maka
akan memperkecil terjadinya reaksi hidrolisis yang nantinya dapat memicu kenaikan kadar
asam lemak bebas pada minyak. (Nurfadillah, 2011)
B. Bilangan Asam
Karakteristik minyak yang kedua adalah bilangan asam, bilangan asam adalah jumlah
milligram senyawa KOH yang dibutuhkan untuk menahan asam lemak bebas dalam satuan
gram minyak. Fungsi bilangan asam adalah untuk mengukur jumlah asam lemak bebas
pada minyak. Ketika kandungan asam besar/tinggi pada minyak bahan bakar maka juga
akan berakibat buruk pada kinerja mesin pembakar seperti korosi bahkan dapat
menghambat proses pembakaran. (Nurfadilla, 2011)
C. Bilangan Peroksida
Bilangan peroksida terbentuk dikarenakan reaksi hidrolisis atau oksidasi dari asam
lemak tidak jenuh, dimana Ketika dilakukan pemanasan dalam jangka waktu yang lama
pada minyak goreng akan menyebabkan tingginya angka peroksida. Bilangan peroksida
yang tinggi berdampak buruk bagi tubuh jika terus digunakan dalam proses penggorengan.
Oleh karena itu semakin tinggi bilangan oksida maka kualitas minyak juga akan semakin
buruk. (Eva Yulia dkk, 2017)
Penelitian terdahulu merupakan salah satu sumber yang digunakan oleh peneliti
untuk memperoleh sejumlah besar informasi yang berkaitan dengan teori
8
penelitian yang dilakukan. Dalam penelitian sebelumnya, peneliti menemukan
hal yang terkait mengenai analisis timbulan minyak jelantah yaitu dengan lokasi
yang berada di Kelurahan Kebumen. Pada tabel 2.4 adalah penelitian terdahulu
yang dilakukan
9
memenuhi standarsyarat
mutu minyak goreng, dan
pada angka asam tidak ada
sampel yang masih
memenuhi standar syarat
mutu minyak goreng.
10
total volume keseluruhan
selama melakukan
pengukuran sampel
sebesar 0,165
L/rumag/hari dan berat
total keseluruhan selama
melakukan pengukuran
sampel sebesar 0,142
kg/rumah/hari.
11
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian akan melakukan observasi langsung di lapangan untuk melihat kondisi timbulan
minyak jelantah rumah tangga di Kelurahan Kebumen Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang.
Dalam penelitian ini dalam mendapatkan data peneliti mengacu pada SNI 19-3964-1994 tentang
Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan yang
telah dimodifikasi. Metode pengambilan dan pengukuran sampel akan dilakukan di rumah yang
berpotensi menghasilkan minyak jelantah yang terdiri dari tiga kriteria bangunan yaitu yaitu bangunan
fisik permanen, semi permanen, dan non permanen pada Kelurahan Kebumen. Lokasi kelurahan
Kebumen dipilih dikarenakan kelurahan ini termasuk dalam kelurahan yang memiliki penduduk
terbanyak di Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis timbulan minyak jelantah di Kelurahan Kebumen,
Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang. Berikut merupakan penjelasan prosedur penelitian.
12
3.2.2 Tahap Penelitian
13
digunakan pada penelitian ketika jumlah sampel yang ada sangat banyak
sehingga dibutuhkan rumus untuk mendapatkan sampel yang sedikit yang dapat
mewakili kesuluruhan populasi yang ada, (Umar, 1997). Peneliti menggunakan
nilai derajad kepercayaan sebesar 85% sehingga tingkat kesalahan sebesar 15%.
Maka peneliti dapat menentukan batas minimal sampel yang memenuhi syarat
sample error 15% yang nantinya akan dimasukan kedalam rumus slovin, yaitu:
n = N / 1+Ne²
Keterangan :
n = N / 1+Ne²
= 43 sampel
No Perumahan Persentase
1. Permanen 75%
2. Semi-Permanen 20%
3 Non-Permanen 5%
14
Sumber : Data Kelurahan Kebumen 2020
Dari Jumlah sampel rumah tangga (n) ditentukan jumlah sampel setiap strata rumah
tangga yaitu :
= 20% x 43
= 9 KK
= 5% x 43
= 2 KK
Jadi, jumlah sampel yang akan diambil yaitu sebanyak 43 Kepala keluarga pada
Kelurahan Kebumen masing masing 32 KK bangunan permanen, 9 KK bangunan semi
permanen, dan 2 KK bangunan non permanen
Pengambilan sampel akan dilakukan selama 8 hari pada lokasi yang sama sesuai
dengan SNI 19-3964-1994 mengenai Metode Pengambilan dan Pengukuran
Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan. Peneliti akan memberikan
botol air mineral kosong 600ml yang telah dikeringkan ke masing-masing rumah
kemudian meminta warga untuk mengisi botol tersebut dengan minyak jelantah
yang dihasilkan setiap harinya. Penguukuran berat dan volume akan dilakukan
ketika 8 hari sudah berakhir.
15
3. Metode Pengukuran Sampel
Pada metode pengukuran sampel peneliti akan mengukur volume dengan satuan (m3)
dengan gelas ukur dan kemudian ditimbang beratnya dengan satuan (Kg) dengan
menggunakan timbangan digital. Kemudian setelah mendapatkan satuan volume dan
berat maka akan dihitung masa jenisnya dalam satuan (kg/m3) pada timbulan minyak
jelantah tersebut. Pengukuran yang dilakukan mencakup Total berat, rata-rata berat
perhari, total rata-rata berat, total volume, rata-rata volume, dan rata-rata masa jenis
perhari. Pengukuran akan dilakukan pada hari ke-8 setelah melakukan pengambilan
botol sampel.
Analisis data dari uji berat, volume, dan kualitas pada karakteristik minyak jelantah yaitu
sampel dari masing-masing KK dihitung berat dan volume yang selanjutnya akan di teliti
untuk mengetahui Kadar air, Asam lemak bebas, dan bilangan peroksida. Pengujian dan
perhitungan karakteristik minyak jelantah mengacu pada SNI 7709:2019 tentang minyak
goreng sawit. Pengujiam dilakukan di Laboratorium FTSP UII. Hasil uji laboratorium ini
akan dibandingkan dengan baku mutu minyak goreng pada SNI 7709:2019. Untuk
menguji karakteristik minyak jelantah perlu dilakukan tahapantahapan berikut ini :
1. Kadar Air
Prinsip pengukuran ini adalah menggunakan metode oven dengan menghitung massa
yang hilang selama sampel dipanaskan pada oven pada suhu 130 ± 1 °C. Alat yang
dibutuhkan untuk pengujian kadar air ini adalah:
a. Neraca analitik
b. Oven
c. Cawan porselin
d. Desikator
Pada perhitungan kadar air pada minyak jelantah dilakukan sesuai dengan SNI
7709:2019 tentang minyak goreng sawit, Langkah pengujianya dalah sebagai
berikut:
a. Panaskan cawan kedalam oven dengan suhu 130 ± 1 °C selama 30 menit;
b. Dinginkan cawan kedalam desikator selama 30 menit, selanjutnya ditimbang
menggunakan neraca analitik (W0)
c. Memasukkan sampel sebanyak 5 gram kedalam cawan porselin dan kemudian
timbang (W1)
d. Masukkan cawan porselin yang terdapat sampel kedalam oven dalam keadaan tutup
terbuka dan meletakkan tutup cawan disamping cawan selama 30 menit pada suhu
130 ± 1 °C
16
e. Setelah 30 menit buka oven tutup cawan ketika masih di dalam oven kemudian
angkat dan taruh kembali di desikator selama 30 menit
f. Setelah itu timbang cawan porselin tersebut menggunakan neraca analitik (W2)
g. Ulang pekerjaan c dan d hingga bobot tetap diperoleh.
h. Hitung kadar air dan bahan menguap dalam sampel
W 1−W 2
Kadar air (%) = x 100%
W 1−W 0
Dimana
W0 = berat cawan kosong beserta tutup (gr)
W1 = berat cawan berisi sampel beserta tutup sebelum di oven (gr)
W2 = berat cawan berisi sampel beserta tutup seyelah di oven (gr)
(SNI 7709:2019)
Bahan:
a. Etanol konsentrasi 95%;
b. Larutan KOH dan NaOH 0.1N.
Pengukuran asam lemak bebas berdasarkan SNI 7709:2019 tentang minyak goreng,
langkahnya adalah sebagai berikut
17
a. Timbang sampel 18-56 gram kedalam erlenmeryer 250 ml (W)
b. Larutkan sampel tersebut dengan menambahkan etanol hangat 50ml dan
indikator larutan fenolftalein sebanyak 5 tetes.
c. Lakukan titrasi pada larutan tersebut dengan menggunakan larutan Kalium
Hidroksida atau Natrium Hidroksida 0,1 N sampai larutan berwarna merah muda
(bertahan selama 30 detik)
d. Catat volume KOH dan NaOH yang diperlukan dalam proses titrasi (V)
e. Menghitung nilai asam lemak bebas dengan menggunakan rumus berikut
25,6 x V x N
Asam lemak bebas (%) = x 100%
W
Dimana:
V = Volume larutan KOH atau NaOH yang dibutuhkan (ml);
N = Normalitas larutan KOH atay NaOH;
W = Berat sampel uji
(SNI 7709:2019)
3. Bilangan Peroksida
Penetapan bilangan peroksida dilakukan menggunakan metode titrasi iodometri. Alat
dan bahan yang diperlukan untuk pengujian bilangan peroksida adalah:
Alat:
a. Neraca analitik
b. Erlemneyer 250ml
c. Pipet gondok 25ml
d. Labu takar 100ml
e. Pipet volume 1ml
f. Buret 50 ml
Bahan:
a. Larutan asam asetat-isooktan
b. Larutan kalium iodide jenuh
c. Larutan Na2s2O3 0.1 N
18
a. Timbang minyak jelantah seberat 5 gram kedalam erlenmeyer 250 mL yang sudah
dikeringkan
b. Tambahkan larutan campuran asam asetat sebanyak 15ml dan kloroform sebanyak
10 ml atau (3:2) dan diaduk dengan cara digoyangkan
c. Lalu tambahkan larutan KI jenuh sebanyak 0.5 ml dan diaduk Kembali selama 1
menit
d. Tambahkan Aquades 30 ml dan titrasi dengan larutan Na2S2O3 0.1N hingga warna
kuning hamper hilang
e. Lalu tambahkan amilum 1% sebanyak 0,5 ml dan dititrasi Kembali sampai warna
biru hilang
f. Catat volume natrium tiosufat dan Hitung dengan rumus bilangan peroksida sebagai
berikut
Dimana
N = Normalitas Larutan
5. Analisis Hasil
Analisis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu menganalisis hasil pengujian
pemurnian minyak jelantah menggunakan arang sekam padi untuk mengetahui indikator
uji seperti kadar air, bilangan peroksida dan bilangan asam lemak bebas sebelum dan
sesudah dilakukan pemurnian. Hasil pengujian akan dibandingkan dengan SNI
7709:2019 tentang syarat mutu minyak goreng sawit.
19
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan table timbulan berat diatas diperoleh hasil timbulan berat minyak
jelantah untuk klasifikasi rumah permanen dengan 32 jumlah total sampel diperoleh
total berat selama 8 hari pengukuran sebesar 8.649 kg/8 hari. Kemudian didapatkan
20
rata-rata berat perhari sebanyak 1.0811 kg/hari. Lalu didapatkan rata-rata berat
perumah 0.0338 kg/rumah/hari sehingga untuk rata-rata berat perorang 0.0082
kg/rumah/orang/hari).
Selanjutnya diperoleh hasil timbulan berat minyak jelantah untuk klasifikasi
rumah semi permanen dengan 9 jumlah total sampel diperoleh total berat selama 8
hari pengukuran sebesar 2.0910 kg/8 hari. Kemudian didapatkan rata-rata berat
perhari sebanyak 0.2614 kg/hari. Lalu didapatkan rata-rata berat perumah 0.0290
kg/rumah/hari sehingga untuk rata-rata berat perorang 0.0078 kg/rumah/orang/hari).
Kemudian diperoleh hasil timbulan berat minyak jelantah untuk klasifikasi rumah
non permanen dengan 2 jumlah total sampel diperoleh total berat selama 8 hari
pengukuran sebesar 0.3730 kg/8 hari. Kemudian didapatkan rata-rata berat perhari
sebanyak 0.0466 kg/hari. Lalu didapatkan rata-rata berat perumah 0.0233
kg/rumah/hari sehingga untuk rata-rata berat perorang 0.0052kg/rumah/orang/hari).
21
Dari pengukuran yang telah diperoleh dengan menentukan klasifikasi konstruksi
banguunan yaitu rumah permanen, semi permanen, dan non permanen maka
diperoleh total berat pengukuran yaitu sebesar 11.113 kg/8hari dan total volume
sebesar 12.532 L/8hari. Lalu diperoleh hasil rata-rata berat perhari yaitu sebesar
0.463041667 kg/hari dan rata-rata volume perhari sebesar 0.53133 L/hari.
Selanjutnya diperoleh rata-rata berat perumah yaitu sebesar 0.028713108
kg/hari/rumah dan rata-rata volume perumah sebesar 0.331973 L/hari/rumah. Pada
penelitian (Dellia, 2021) total timbulan berat dan volume yang diperoleh juga
memiliki urutan yang sama dimana rumah permanen memiliki total timbulan
terbanyak dan non permanen memiliki total timbulan paling sedikit.
0.045
0.04
0.035
0.03
0.025
0.02
0.015
0.01
0.005
0
Permanen Semi Permanen Non Permanen
1. Rumah Permanen
22
Pada rumah permanen sebagian penghuninya merupakan pegawai kantoran
yang bekerja dari pagi hingga sore, oleh sebab itu penggunaan minyak untuk
kebutuhan memasak cenderung sedikit sehingga menghasilkan minyak
jelantah yang sedikit pula. Penghuni rumah permanen hanya menggunakan
minyak jelantah sesuai kebutuhan dan juga lebih sering membeli makanan
dari luar. Hasil penelitian pada rumah permanen yang terdapat pada gambar
4.1 menyatakan bahwa kategori rumah permanen menghasilkan minyak
jelantah sebesar 0.038703125 L/hari/rumah dan juga menghasilkan
0.033785156 kg/hari/rumah. Selanjutnya akan dilakukan pengerucutan
timbulan berat dan volume pada setiap anggota keluarga. Data timbulan
anggota keluarga pada klasifikasi rumah permanen yang didapatkan
bervariasi adalah sebagai berikut:
0.0140
0.0120
0.0100
0.0080
0.0060
0.0040
0.0020
0.0000
P1 P3 P5 P7 P9 1 3 5 7 9 1 3 5 7 9 1
P1 P1 P1 P1 P1 P2 P2 P2 P2 P2 P3
Rata-rata berat per orang (kg/orang/hari) Rata-rata volume per orang (L/orang/hari)
0.0100
0.0080
0.0060
0.0040
0.0020
0.0000
SP1 SP2 SP3 SP4 SP5 SP6 SP7 SP8 SP9
Rata-rata berat per orang (kg/orang/hari) Rata-rata volume per orang (L/orang/hari)
24
0.0070
0.0060
0.0050
0.0040
0.0030
0.0020
0.0010
0.0000
Rata-rata berat per orang Rata-rata volume per orang
(kg/orang/hari) (L/orang/hari)
NP1 NP2
Berdasarkan pada gambar 4.1 dapat dilihat bahwa untuk rumah kategori
permanen dan semi permanen memiliki perbedaan yang tidak jauh untuk
rata-rata volume maupun berat per hari. Sedangkan untuk rumah non
permanen terlihat jauh lebih rendah untuk rata-rata volume dan berat
dibanding dua klasifikasi lalinya. Pada penelitian terdahulu oleh (Dellia,
2021) timbulan berat dan volume pada ketiga kategori rumah yakni rumah
permanen mempunyai timbulan tertinggi, kedua merupakan rumah semi
pemanen, dan yang terakhir adalah rumah non permanen. Maka dapat
disimpulkan rumah permanen memiliki timbulan terbesar dikarenakan
kebutuhan memasak yang tinggi dan untuk rumah non permanen
memiliki timbulan sedikit dikarenakan aktifitas memasak yang terbatas
dan lebih menghemat penggunaan minyak. Perbedaan dari ketiga kategori
rumah tersebut adanya perbedaan dimana perbedaan tersebut disebabkan
oleh kebutuhan memasak rumah tangga yang berbeda-beda. Dapat kita
lihat pada gambar 4.1 bahwa berat pada minyak jelantah lebih kecil
dibandingkan dengan volume minyak jelantah. Hal ini bukan tanpa alsan
dikarenakan minyak jelatah yang sudah digunakan secara berulang dapat
menyebabkan perubahan warna dan kemudian akan menimbulkan
endapan sehingga minyak jelantah tersebut lebih kental daripada minyak
goreng yang masih baru (Vanessa, 2017).
25
Pada pengukuran massa jenis pada sampel yang diperoleh yaitu dengan
melakukan perhitungan berat timbulan minyak jelantah kemudian dibagi
dengan volume minyak jelantah, Berikut merupakan hasil yang diperoleh
berdasarkan 3 klasifikasi rumah :
875 872.930964876867
869.800332778702
870
865
Massa Jenis (Kg/m3)
860
855
850 847.727272727273
845
840
835
Permanen Semi Permanen Non Permanen
Pada gambar grafik massa jenis diatas dapat dilihat untuk klasifikasi
rumah permanen sebesar 872.9309649 Kg/m3, kemudian untuk rumah semi
permanen sebesar 869.8003328 Kg/m3, dan untuk rumah non permanen sebesar
847.7272727 Kg/m3. Rumah non permanen memiliki massa jenis yang paling
rendah dan untuk kategori rumah permanen dan semi permanen mempunyai
perbedaan massa jenis yang tidak terlalu jauh. Pada penelitian (Dellia, 2021)
rumah non permanen juga memiliki massa jenis paling rendah. Massa jenis yang
dihasilkan setiap klasifikasi berbeda dikarenakan factor kebiasaan rumah tangga
dalam memasak.
Hal ini diakibatkan rumah non permanen lebih cenderung sering
memasak sehingga penggunaan minyak secara berulang lebih sering. Minyak
goreng yang belum terpakai memiliki nilai massa jenis yang lebih besar
dibandingkan dengan minyak yang sudah terpakai. Minyak yang dipanaskan
menyebabkan molekul pada minyak akan berkurang sehingga menyebabkan
kerapatan minyak juga akan berkurang. Hal ini yang menyebabkan massa jenis
pada rumah non permanen lebih kecil daripada kategori rumah lainya, karena
kebiasaan penghuni kategori rumah permanen yang lebih sering menggunakan
Kembali minyak pada proses memasak (Warsito, et al. 2013)
26
4.2 Karakteristik Minyak Jelantah
Setelah selesai melakukan pengukuran timbulan minyak jelantah, maka sampel uji akan
dilakukuan pengujian di laboratorium untuk mendapatkan hasil karakteristik kimia.
Karakteristik kimia yang dilakukan pada penelitian ini adalah kadar air, asam lemak
bebas, dan angka peroksida. Selain karakteristik kimia minyak jelantah juga memiliki
karakteristik fisika seperti warna, endapan, dan bau
27
sampel sebanyak 72% memiliki bau tengik dan sisana yang 28% sampel
memiliki bau amis. Bau yang dihasilkan disebabkan adanya reaksi oksidasi.
Oksidasi yang terjadi adalah Ketika kontak sejumlah oksigen dengan minyak
atau lemak. Terjadinya proses oksidasi ini dimulai dengan pembentukan
peroksida dan hidroperoksida (Ketaren, 1986 dalam Oktaviani, 2009).
Ketengikan minyak jelantah ini dapat menyebabkan rasa dan juga tekstur
makanan menjadi kurang sedap dan rusak (Sabarella, 2018).
Berdasarkan table diatas terlihat bahwa kadar air tertinggi berdasarkan uji
laboratorium adalah pada kategori rumah non permanen yaitu pada
sampel SP 9 dimana kadar air mencapai 0.44%, sedangkan untuk kadar
air terendah berada pada SP 3 dimana kadar air mencapai 0.07%. Pada
(Pradina,201) kadar air tertinggi berasal dari proses penggorengan
28
makanan rumahan dan kadar air terendah berasasl dari hasil
penggorengan friedchicken. Beradasarkan SNI 7709:2019 tentang
Minyak Goreng Sawit baku mutu kadar air yang telah ditetapkan adalah
0.1%
Pada Sampel rumah non permanen semua sampel memiliki kadar air yang
diatas baku mutu. Menurut (Ulfindrayani & A’yuni, 2018), semakin
tinggi kadar air pada bahan pangan yang digoreng maka kadar air dalam
minyak juga akan semakin tinggi. Sedangkan untuk sampel rumah semi
permanen dari total 9 sampel sebanyak 33% atau 3 sampel yang berada
pada bawah baku mutu kadar air dan sebanyak 67% memiliki kadar air di
atas baku mutu. Untuk rumah permanen dari 32 sampel sebanyak …%
berada di bawah baku mutu dan sebanyak …% berada diatas baku mutu
kadar air.
29
Berdasarkan table diatas diperoleh hasil asam lemak bebas paling tinggi
pada uji laboratorium adalah pada kategori rumah non permanen pada SP
1 yaitu sebesar 0.42% dan hasil asam lemak terendah adalah pada
kategori rumah semi permanen SP 4 yaitu sebesar 0.21%. Dari kategori
rumah non permanen kedua sampel memiliki asam lemak bebas diatas
baku mutu, untuk kategori rumah semi permanen dari 9 sampel sebanyak
4 sampel memiliki asam lemak diatas baku mutu dan 5 sampel memiliki
asam lemak dibawah baku mutu.
3. Bilangan Peroksida
Bilangan peroksida adalah salah satu indicator kualitas minyak untuk
mengetahui tingkat oksidasi pada minyak. Ketika berlangsungnya reaksi
oksidasi nilai angka peroksida akan mengalami peningkatan, kemudian
menurun sehingga terdapat keadaan dimana jumlah angka peroksida yang
terbentuk mencapai jumlah yang maksimum (Panagan, 2010). Uji asam
lemak bebas ini dilakukan dengan metode titrasi asam basa menganut
pada SNI 7709:2019 tentang Minyak Goreng Sawit. Berikut merupakan
hasil uji bilangan peroksida pada minyak jelanah yang telah dilakukan:
No Nama Kategori Berat Sampel Vol Titrasi Vol Blanko N Na2S203 Bilangan Peroksida
NP1 Faris Non Permanen 5.0012 0.7 0.3 0.102 8.16
NP1 DUPLO 5.0021 0.8 0.3 0.102 10.20
NP2 Fatimah Non Permanen 5.0014 0.7 0.3 0.102 8.16
NP2 DUPLO 5.0018 0.6 0.3 0.102 6.12
Beradasarkan table hasil lab angka peroksida pada ketiga jenis kategori
30
angka peroksida tertinggi berada pada kategori rumah non permanen yaitu
pada NP 1 dan angka peroksida terendah berada pada kategori rumah
permanen yaitu pada P4.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian Analisis Timbulan Minyak Jelantah Di Kelurahan
Kebumen, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang yang dilakukan berdasarkan
klasifikasi konstruuksi bangunan rumah dan bentuk fisik bangunan maka dapat
disimpulkan
1.
31
JADWAL TUGAS AKHIR.
Bulan
No Kegiatan
III IV V VI VII VIII
1 Pendaftaran Proposal
2 Penentuan Pembimbing
3 Review dan Revisi Proposal
4 Survey Kondisi Lapangan Awal
5 Pengumpulan Data
6 Analisis Data
7 Penyusunan Laporan Tugas Akhir
Adapun Rancangan Nggaran Biaya yang diperlukan untuk melakukan penelitian adalah sebagai
berikut :
32
DAFTAR PUSTAKA.
Ardhany Syahrida Dian & Lamsiyah. 2018. Journal Tingkat Pengetahuan Pedagang Warung Tenda di
Jaln Yos Sudarso Palangkaraya Tentang Bahaya Penggunaan Minyak. Palangkararaya.
Universitas Muhammadiyah Palangkararaya.
Ayu, Dewi Sartika, Ratu. 2012. Asam Lemak Trans Penyebab Timbulnya Jantung Koroner. Diakses
dari : http://www.gizinet.com pada 29 November 2015
Djaeni, M. (2002). Pengolahan limbah minyak goreng bekas menjadi gliserol dan minyak diesel
melalui proses transesteifikasi. Prosiding. Seminar nasional teknik kimia. Yogyakarta.
Kamel dan El Sheikh. 2012. Quality Evaluation Of Some Commercially Fried Fast Food. Foot
Sciense Anda Quality Management. Egypt. ISSN 2225-0557. Hal 28.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003 Tentang Baku Mutu Air
Limbah Domestik.
Ketaren, 2005. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta : UI Press
Kusumaningtyas, R. D., Qudus, N., Putri, R. D. A., & Kusumawardani, R. (2018). Penerapan
teknologi pengolahan limbah minyak goreng bekas menjadi sabun cuci piring untuk
pengendalian pencemaran dan pemberdayaan masyarakat. Abdimas, 22(2), 201–208.
Mardiana, S., Mulyasih, R., Tamara, R, & Sururi, A. 2020. Pemanfaatan Limbah Rumah Tangga
Minyak Jelantah dengan Ekstrak Jeruk dalam Perspektif Komunikasi Lingkungan di
Kelurahan Kaligandu. Jakarta. Universitas Serang Raya
Nugraheni, Dyaning Tiyas. 2011. Analisis Penurunan Bilangan Iod Terhadap Pengulangan
Penggorengan Minyak Kelapa dengan Metode Titrasi Iodometri. Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam negreri Sultan Syarif Kasim. Riau Pekanbaru
Rukmini,Ambar. 2007. Regenerasi Minyak Goreng Bekas Dengan Arang Sekam Menekan Kerusakan
Organ Tubuh. Jurnal Teknologi Pertanian. ISSN 1978-9777. Universitas Widya Mataram
Yogyakarta
33
SNI 7709:2019 tentang standar baku mutu Minyak Goreng Sawit
Wardhana, W.A. (1990). Dampak Pencemaran Lingkungan. Penerbit Andi Offset. Yogyakarta.
DESA/KELURAHAN KEBUMEN
NO RW : 001 GENTAN
JUMLAH KEPALA KELUARGA
NO NO RT
LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
2 RT. 001 33 6 39
3 RT. 002 47 3 50
4 RT. 003 29 6 35
JUMLAH RW : 001 1 09 15 1 24
NO RW : 002 KAYUWANGI
JUMLAH KEPALA KELUARGA
NO NO RT
LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
5 RT. 001 35 11 46
6 RT. 002 49 4 53
JUMLAH RW : 002 84 15 99
NO RW : 003 KAYUMAS
JUMLAH KEPALA KELUARGA
NO NO RT
LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
7 RT. 001 52 7 59
8 RT. 002 25 11 36
9 RT. 003 33 6 39
10 RT. 008 1 0 1
JUMLAH RW : 003 1 11 24 1 35
NO RW : 004 KEPIL
JUMLAH KEPALA KELUARGA
NO NO RT
LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
11 RT. 001 76 13 89
12 RT. 002 65 12 77
13 RT. 003 63 6 69
JUMLAH RW : 004 2 04 31 2 35
Tgl.
SMARD Cetak 13/09/2022 11:48:53 Halaman 1 dari 3
35
NO RW : 005 BONWAGE
JUMLAH KEPALA KELUARGA
NO NO RT
LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
14 RT. 001 85 9 94
15 RT. 002 64 7 71
16 RT. 003 70 6 76
JUMLAH RW : 005 2 19 22 2 41
NO RW : 006 KRAJANSARI
JUMLAH KEPALA KELUARGA
NO NO RT
LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
17 RT. 001 12 3 15
18 RT. 002 53 9 62
19 RT. 003 53 9 62
20 RT. 004 43 3 46
JUMLAH RW : 006 1 61 24 1 85
NO RW : 007 KRAJAN
JUMLAH KEPALA KELUARGA
NO NO RT
LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
21 RT. 001 38 7 45
22 RT. 002 34 4 38
23 RT. 003 35 6 41
24 RT. 004 38 10 48
25 RT. 005 66 13 79
JUMLAH RW : 007 2 11 40 2 51
NO RW : 008 BENDOSARI
JUMLAH KEPALA KELUARGA
NO NO RT
LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
26 RT. 001 67 21 88
27 RT. 002 37 12 49
28 RT. 003 31 11 42
29 RT. 004 58 10 68
JUMLAH RW : 008 1 93 54 2 47
36
33 RT. 004 61 15 76
JUMLAH RW : 009 2 26 60 2 86
Tgl.
SMARD Cetak 13/09/2022 11:48:53 Halaman 2 dari 3
NO RW : 010 SUKODONO
JUMLAH KEPALA KELUARGA
NO NO RT
LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
34 RT. 001 50 11 61
35 RT. 002 31 6 37
36 RT. 003 37 8 45
37 RT. 004 30 8 38
38 RT. 005 26 4 30
39 RT. 006 29 7 36
JUMLAH RW : 010 2 03 44 2 47
37
No Nama Kategori W0 W1 W2 Kadar Air
50.563 55.635 54.611 0.20195 0.19866
1 Faris Non Permanen 4 8 4 6 2
51.031 56.090 55.530 0.11074 0.10242
2 Fatimah Non Permanen 3 7 4 4 3
38