Anda di halaman 1dari 7

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/317339390

PEMBUATAN SABUN LUNAK DARI MINYAK GORENG BEKAS

Conference Paper · October 2015

CITATIONS READS

0 14,091

4 authors, including:

Novy Pralisa Putri


Universitas Mulawarman
11 PUBLICATIONS   17 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Kondisi Optimum Ketinggian untuk Pertumbuhan Produksi buah Ketapang (Terminalia catappa linn) sebagai Bahan Baku Pembuatan Biodiesel dan Tanaman Pokok
pada Pembangunan Kebun Energi View project

All content following this page was uploaded by Novy Pralisa Putri on 04 June 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Abstrak Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia 2015
Sustainable Energy and Mineral Processing for National Competitiveness
Yogyakarta, 12-13 Oktober 2015

PEMBUATAN SABUN LUNAK DARI MINYAK GORENG BEKAS

Novy Pralisa Putri*, Nasra Djabir, Alfridayani Palebangan, Meliza Batti

Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Mulawarman


Jl. Sambaliung No. 9 Kampus Gunung Kelua Samarinda 75119
*Corresponding Author: np.putri@ft.unmul.ac.id

Abstrak
Minyak goreng bekas atau minyak jelantah merupakan limbah yang berasal dari minyak nabati dan
digunakan kembali untuk keperluan memasak. Masyarakat menggunakan minyak goreng bekas
berulangkali karena harga minyak goreng yang terus meningkat. Padahal penggunaan minyak
goreng secara berulang dapat mengakibatkan kerusakan pada struktur minyak. Kerusakan minyak
dapat dipercepat oleh adanya air, protein, karbohidrat dan bahan lain serta peningkatan suhu.
Semakin lama penggunaan minyak untuk menggoreng semakin tinggi pula kandungan asam lemak
bebas yang terbentuk sehingga mempengaruhi bahan pangan yang digoreng. Minyak goreng bekas
banyak mengandung senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik yang terbentuk selama proses
penggorengan sehingga dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker. Selain berbahaya
untuk kesehatan, minyak goreng bekas juga bisa menjadi limbah yang dapat merusak kelestarian
lingkungan jika langsung dibuang tanpa adanya pengolahan. Sehingga perlu adanya alternatif
pengolahan minyak goreng bekas menjadi barang yang bernilai ekonomis. Beberapa cara telah
dilakukan seperti mengolah minyak goreng bekas menjadi bahan bakar alternatif seperti biodiesel
atau mengolahnya menjadi bahan baku pembuatan sabun. Pada penelitian ini, minyak goreng bekas
diolah menjadi sabun lunak melalui reaksi saponifikasi dimana hidrolisis asam lemak menjadi asam
lemak dan gliserol dalam KOH sampai terhidrolisis sempurna. Sebelum diolah, minyak goreng bekas
dimurnikan terlebih dahulu dengan serbuk mengkudu, kemudian dicampurkan dengan larutan KOH
dan diaduk hingga terbentuk sabun. Waktu pengadukan divariasikan antara waktu 15, 30 dan 45
menit. Setelah pengadukan selesai, jumlah sabun yang dihasilkan ditimbang, lalu dilakukan analisa
terhadap kadar asam lemak bebas dan kadar air. Analisa kadar asam lemak bebas dilakukan dengan
menambahkan indikator phenolphthalein dan dititrasi dengan larutan KOH hingga berwarna merah
muda. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa waktu pengadukan berbanding lurus dengan jumlah
sabun dimana semakin lama waktu pengadukan maka jumlah sabun yang dihasilkan semakin banyak.
Jumlah sabun yang dihasilkan pada pada percobaan 1 dengan waktu pengadukan 15 menit,
percobaan 2 dengan pengadukan 30 menit dan percobaan 3 dengan waktu pengadukan 45 menit
berturut-turut adalah 27,66; 41,82; dan 48,95 gram. Hasil analisa menunjukkan bahwa waktu
pengadukan berbanding terbalik terhadap kadar asam lemak bebas dan kadar airnya dimana semakin
lama waktu pengadukan maka kadar airnya semakin kecil. Kadar asam lemak bebas pada sabun yang
dihasilkan untuk masing-masing waktu pengadukan adalah 0,0028; 0,0023 dan 0,0019%. Kadar air
yang dihasilkan berkisar 37,21% - 53,61%. Kadar air terbesar adalah 53,61% yang diperoleh pada
percobaan 1 dengan waktu pengadukan 15 menit sedangkan kadar air pada percobaan 2 dengan
waktu pengadukan 30 menit yaitu 47,16%. Kadar air terendah adalah 37,21% pada percobaan 3
dengan waktu pengadukan 45 menit.

Kata kunci: asam lemak bebas, minyak bekas, mengkudu, sabun

1. Pendahuluan
Minyak goreng merupakan salah satu bentuk dari minyak nabati, berupa senyawa gliserida
dari berbagai asam lemak yang ada dalam gliserida itu sendiri. Dalam teknologi makanan, minyak dan
lemak memegang peranan penting karena minyak dan lemak memilliki titik didih yang tinggi (sekitar
200°C) maka biasa dipergunakan untuk menggoreng makanan sehingga bahan yang digoreng akan
kehilangan sebagian besar air yang dikandungannya dan menjadi kering. Minyak dan lemak juga
Abstrak Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia 2015
Sustainable Energy and Mineral Processing for National Competitiveness
Yogyakarta, 12-13 Oktober 2015

memberi rasa gurih spesifik minyak yang lain dari gurihnya protein dan memberi aroma spesifik.
Dengan kondisi harga minyak goreng yang semakin melambung tinggi, membuat sejumlah kalangan
masyarakat untuk berpikir kreatif mendaur ulang minyak goreng bekas pakai atau yang biasa disebut
dengan minyak jelantah (Ramdja, dkk, 2010).Minyak goreng bekas merupakan limbah yang bisa
berasal dari jenis-jenis minyak goreng seperti halnya minyak sawit, minyak jagung, minyak sayur,
minyak samin dan sebagainya yang telah digunakan berulang kali (Naomi, dkk, 2013; Ningrum dan
Kusuma, 2013; Putra, dkk, 2012). Penggunaan minyak goreng berulang berpengaruh terhadap
persentase kadar asam lemak bebas (Fauziah dkk, 2013). Suhu penggorengan telah menyebabkan
berbagai perubahan ikatan kimia dari minyak, salah satu perubahan nyata adalah terjadinya perubahan
struktur asam lemak (Priani dan Lukmayani, 2010). Peningkatan persentase asam lemak bebas ini
disebabkan adanya pertukaran komponen air pada bahan pangan yang digoreng dengan minyak yang
dijadikan media penggorengan. Kerusakan yang terjadi pada minyak goreng yang digunakan berulang
kali dalam proses penggorengan disebabkan adanya reaksi kompleks yang terjadi pada saat bahan
pangan digoreng (Ketaren, 2008). Adanya kandungan air dan udara pada bahan pangan semakin
meningkatkan kerusakan yang terjadi pada minyak yang dapat dianalisa dengan menghitung kadar
asam lemak bebas dari minyak tersebut. Semakin lama penggunaan minyak untuk menggoreng
semakin tinggi pula kandungan asam lemak bebas yang terbentuk. Hal ini sesuai dengan hasil studi
tentang kerusakan minyak yang menyatakan bahwa komposisi bahan pangan yang digoreng
mempengaruhi kerusakan minyak. Kerusakan minyak dapat dipercepat oleh adanya air, protein,
karbohidrat dan bahan lain (Dewandari, 2001).Penggunaan minyak nabati yang lebih dari empat kali
sangat membahayakan kesehatan karena mengandung senyawa-senyawa karsinogenik (Pakpahan,
dkk, 2013; Putra, dkk, 2012). Konsumsi minyak goreng bekas yang sudah tidak layak pakai terbukti
menyebabkan kerusakan sel pembuluh darah, liver, jantung maupun ginjal (Rukmini, 2007).
Oleh karena itu, minyak goreng bekas tidak baik untuk digunakan namun minyak goreng
bekas ini juga tidak dapat langsung dibuang karena dapat mencemari lingkungan. Metode yang dapat
dilakukan adalah mengurangi penggunaan minyak goreng atau mengolah kembali minyak goreng
bekas menjadi barang yang memliki nilai ekonomis seperti bahan bakar (biodiesel) dan sabun. Minyak
goreng bekas dapat diolah menjadi sabun mandi organik dengan penambahan abu kulit buah kapuk
randu atau soda qie. Sebelum diolah menjadi sabun, maka minyak goreng bekas dimurnikan terlebih
dahulu agar bau tengik dan warnanya hilang. Penjernihan minyak jelantah meliputi tahap penyaringan,
pemucatan, dan deodorisasi. Setelah melalui proses penyaringan dengan menggunakan kertas saring,
minyak goreng bekas dikontakkan dengan karbon aktif agar zat pewarna dan impurities lain dapat
terserap. (Ningrum dan Kusuma, 2013). Putra, dkk, 2012, menggunakan mengkudu untuk mengurangi
kadar asam lemak bebas dalam minyak goreng bekas. Penambahan mengkudu menghasilkan
penurunan asam lemak bebas hingga 83% dari kadar asam lemak minyak murni. Serabut kelapa dan
jerami juga dapat digunakan sebagai adsorben dalam pemurnian minyak goreng bekas (Pakpahan,
dkk, 2013).
Naomi, dkk (2013) membuat sabun lunak dari minyak goreng bekas dengan menambahkan
alkali KOH. Proses pemurnian dilakukan dengan menggunakan absorben yang terbuat dari tempurung
kelapa sebanyak 7% dari berat minyak jelantah yang akan dimurnikan. Kemudian diperoleh 90 gram
sabun lunak dengan penambahan KOH sebanyak 30 mL dan diaduk selama 50 menit. Berdasarkan
penelitian-penelitian sebelumnya, maka dalam penelitian ini akan dilakukan pembuatan sabun dari
minyak goreng bekas dengan penambahan KOH. Minyak goreng bekas ini terlebih dahulu dimurnikan
dengan serbuk mengkudu untuk mengurangi asam lemak bebas dan bau tengik yang ditimbulkan.
Mengkudu (Morinda citrifolia) dipercaya dapat memurnikan minyak goreng bekas karena memiliki
zat antioksidan yang dapat menangkap radikal bebas dan mencegah terjadinya reaksi berantai
(Mahmudatussa, 2013).

2. Metodologi
Pada penelitian ini digunakan bahan-bahan berupa minyak goreng bekas yang telah
dimurnikan dengan serbuk mengkudu, larutan KOH, larutan NaOH, aquades, indikator
phenolphthalein (PP), alkohol netral. Sedangkan peralatan yang digunakan dapat dilihat pada Gambar
1.
Abstrak Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia 2015
Sustainable Energy and Mineral Processing for National Competitiveness
Yogyakarta, 12-13 Oktober 2015

Gambar 1. Rangkaian Alat

Minyak goreng bekas sebanyak 300 mL dimurnikan dengan serbuk mengkudu sebanyak 50
gram dipanaskan pada rentang suhu 70-80 °C, kemudian dicampurkan 30 gram minyak yang telah
dimurnikan dengan larutan KOH lalu diaduk selama 15 menit. Setelah terbentuk sabun, dilakukan
pemisahan antara gliserin dan sabun yang dihasilkan. Kemudian dilakukan analisa terhadap jumlah
sabun yang dihasilkan, kandungan asam lemak bebas dan kadar air. Langkah ini diulangi untuk waktu
pengadukan 30 dan 45 menit.
Asam lemak bebas dianalisa dengan metode titrasi asam basa dengan menambahkan 50 mL
alkohol netral 95% pada 5 gram sampel dan dipanaskan. Setelah mendidih ditambahkan 2 mL
indikator PP lalu dititrasi dengan menggunakan NaOH 0,1 N hingga terbentuk warna merah muda.
Volume NaOH yang digunakan dicatat dan diulang sebanyak 3 kali dan dihitung dengan persamaan
2.1. Ramdja (2010) menyebutkan bahwa untuk minyak goreng terbuat dari kelapa sawit, persen asam
lemak bebas dinyatakan sebagai palmitat sehingga berat molekul yang digunakan adalah berat
molekul asam palmitat 256 g/mol.

V×N×BM
Asam Lemak Bebas (%)= ×100% .......................................................................... 2.1
M×1000

Kadar air dianalisa dengan memanaskan 5 gram sampel dalam oven pada suhu 105°C selama
120 menit. Lalu didinginkan dalam desikator dan ditimbang hingga kadar air bahan tetap. Perhitungan
kadar air dilakukan dengan persamaan 2.2

M-(B-A)
Kadar air (%)= ×100% ........................................................................................... 2.2
M

3. Hasil dan Pembahasan


3.1 Pengaruh Waktu Pengadukan Terhadap Asam Lemak Bebas

0.0030
0.0028
0.0025
0.0023
0.0020
0.0019
0.0015
0.0010
0.0005
0.0000
15 menit 30 menit 45 menit

Gambar 3.1 Pengaruh waktu pengadukan terhadap asam lemak bebas


Abstrak Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia 2015
Sustainable Energy and Mineral Processing for National Competitiveness
Yogyakarta, 12-13 Oktober 2015

Hasil analisa menunjukkan percobaan 1 dengan waktu pengadukan 15 menit, percobaan ke-2 dengan
waktu pengadukan 30 menit dan percobaan ke-3 dengan waktu pengadukan 45 menit memiliki kadar
asam lemak bebas berturut-turut yaitu 0,0028; 0,0023 dan 0,0019%. Ketiga percobaan menghasilkan
kadar asam lemak bebas yang sesuai dengan standar SNI – 06 – 3532 – 1994 dimana kadar asam
lemak bebas yang diperbolehkan yaitu < 2,5%. Semakin lama waktu pengadukan maka semakin
banyak jumlah sabun lunak yang dihasilkan. Hal ini disebabkan karena pada saat proses pengadukan,
akan semakin banyak jumlah ALB yang bereaksi dengan KOH membentuk sabun.

3.2 Pengaruh Waktu Pengadukan Terhadap Kadar Air

64.30
54.30 53.61
47.16
kadar air, %

44.30
34.30 37.21

24.30
14.30
4.30
15 menit 30 menit 45 menit
waktu pengadukan, menit

Gambar 3.2 Pengaruh waktu pengadukan terhadap kadar air

Kadar air yang dihasilkan pada penelitian berkisar 37,21% - 53,61%. Kadar air terbesar adalah
53,61% yang diperoleh dari percobaan 1 dengan waktu pengadukan 15 menit sedangkan kadar air
dengan waktu pengadukan 30 menit yaitu 47,16%. Kadar air terkecil adalah 37,2% pada percobaan 3
dengan waktu pengadukan 45 menit. Semakin lama pengadukan maka kadar air juga menurun, hal ini
dapat disebabkan karena pengadukan memperbesar probabilitas tumbukan sehingga reaksi
pembentukan sabun semakn besar dan kadar air semakin kecil. Kadar ini sesuai dengan SNI – 06 –
3532 – 1994 karena memiliki kadar air lebih besar dari 15%. Naomi (2013) menyebutkan bahwa
kadar air di atas 15% menyebabkan sifat sabun lunak. Menurut Spitz (1996), semakin banyak kadar
air dalam sabun maka sabun akan mudah menyusut ketika digunakan.

3.2 Pengaruh Waktu Pengadukan Terhadap Jumlah Sabun yang Dihasilkan

60.0000
jumlah sabun, gram

50.0000 48.9465
40.0000 41.8212
30.0000 27.6581
20.0000
10.0000
0.0000
15 menit 30 menit 45 menit
waktu pengadukan, menit

Gambar 3.3 Pengaruh waktu pengadukan terhadap jumlah sabun


Abstrak Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia 2015
Sustainable Energy and Mineral Processing for National Competitiveness
Yogyakarta, 12-13 Oktober 2015

Dari Gambar 3.3 dapat dilihat bahwa jumlah sabun yang dihasilkan semakin banyak seiring dengan
bertambah lamanya waktu pengadukan. Pada percobaan 1 dengan waktu pengadukan 15 menit,
percobaan ke-2 dengan waktu pengadukan 30 menit dan percobaan ke-3 dengan waktu pengadukan 45
menit menghasilkan sabun berturut-turut yaitu 27,6581; 41,8212; 48,9465 gram. Hal ini disebabkan
pada saat proses pengadukan, tumbukan antar reaktan terjadi sehingga energi aktivasi reaksi tercapai
dengan cepat, sehingga sabun yang dihasilkan juga semakin banyak (Naomi, dkk, 2013).

4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan semakin lama waktu pengadukan maka kadar asam
lemak bebas dan kadar air semakin rendah, namun jumlah sabun yang dihasilkan semakin banyak.
Pada waktu pengadukan 45 menit menghasilkan asam lemak bebas 0,00148%, kadar air 37,21% , dan
sabun sebanyak 48,9465 gram.

Daftar Simbol
A : berat cawan petri kosong (gr)
B : berat sabun yang sudah kering (gr)
BM : berat molekul (gr/mol)
M : berat sampel sabun cair (gr)
N : normalitas (N)
V : volume tritrasi (mL)

Daftar Pustaka

Dewandari, K. T. 2001. Studi Tingkat Kerusakan Minyak Goreng Bekas dari Perbedaan Jenis Bahan
Pangan yang Digoreng. Undergraduate, Universitas Brawijaya.

Fauziah, Sirajuddin, S., Najamuddin, U. 2013. Analisis Kadar Asam Lemak Bebas dalam Gorengan
dan Minyak Goreng Bekas Hasil Penggorengan Makanan Jajanan di Workshop
Unhas. http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/5650

Ketaren, S. 2008. Pengantar Teknologi Minyak Dan Lemak Pangan, Jakarta, Universitas Indonesia
(UI-Press).

Mahmudatussa, AI. 2013. Modul minyak. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. 1-35.

Naomi, Phatalina, Gaol, Anna M. L. dan Toha, M. Yusuf. 2013. Pembuatan Sabun Lunak dari Minyak
Goreng Bekas Ditinjau dari Kinetika Reaksi Kimia. Jurnal Teknik Kimia. Volume 19. No.2. 42-48

Ningrum, N. P. dan Kusuma, Muhammad A.I. 2013. Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas dan Abu
Kulit Buah Kapuk Randu (Soda Qie) Sebagai Bahan Pembuatan Sabun Mandi Organik Berbabis
Teknologi Ramah Ligkungan. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri. Volume 2. Nomor 2. 275-285

Pakpahan, J.F., Tambunan T., Harimby A., Ritonga, Y. 2013. Pengurangan FFA Dan Warna Dari
Minyak Jelantah Dengan Adsorben Serabut Kelapa Dan Jerami. Jurnal Teknik Kimia USU. Volume 2.
Nomor 1. 31-36

Priani, S.E., Lukmayani, Y. 2010. Pembuatan Sabun Transparan Berbahan Dasar Minyak Jelantah
Serta Hasil Uji Iritasinya Pada Kelinci. Prosiding SNaPP. Edisi Eksakta. 31-48.
Abstrak Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia 2015
Sustainable Energy and Mineral Processing for National Competitiveness
Yogyakarta, 12-13 Oktober 2015

Putra, A., Silvia, M., Dewi, A., Saptia, E. 2012. Recovery Minyak Jelantah Menggunakan Mengkudu
Sebagai Absorben. Prosiding Seminar Nasional PERTETA. 585-589.

Ramdja, A.F., Febrina L., Kristiando D. 2010. Pemurnian Minyak Jelantah Menggunakan Ampas
Tebu Sebagai Adsorben. Jurnal Teknik Kimia. Volume 17. No.1. 7–14.

Rukmini, A. 2007. Regenerasi Minyak Goreng Bekas Dengan Arang Sekam Menekan Kerusakan
Organ Tubuh. Prosiding Seminar Nasional Teknologi. Yogyakarta. A-1 – A-9.

SNI – 06 – 3532 – 1994. Dewan Standarisasi Nasional Sabun Mandi. Jakarta

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai