ABSTRAK
Palm cooking oil is widely used for food processing at the same time, oil prices
are currently soaring and its use is increasing. Hence, most of street vendors
utilize the same oil repeatedly to cook. In addition to the waste produced will
affect the environment, the use of cooking oil repeatedly may accelerate the
formation of free fatty acids that will be dangerous for human body. The quality of
oil is greatly influenced by the acid value which shows the level of free fatty acids
contained in the oil. Acid value can be reduced by adsorption process. Sugarcane
dregs contains of cellulose and lignin compounds so that it can assist the process
of absorption of free fatty acids in used cooking oil. This study aims to determine
the effectiveness of the absorption of free fatty acids in waste cooking oil by using
sugarcane dregs by means of particle measuring 150 µm, 106 µm and 75 µm.
This is an Pre-Experimental using the One-Group Pretest-Posttest Design
approach. The oil sampling, and the sugarcane dregs were obtained from street
vendors. Whereas, analyzed by using univariate analysis technique. This research
was conduted from 17 July to 19 August 2019. The used cooking oil that soaked
with sugarcane dregs by particle size of 150 µm decreased by 0,04%, it was from
0,37% to 0,33%. Used cooking oil soaked with sugarcane dregs by particle 106
µm decreased by 0,13%, it was from 0,37% to 0,24%. By the same token, used
cooking oil soaked with sugarcane dregs by smallest particle size of 75 µm was
able to reduce free fatty acids most effectively as much as 0,2% from 0,37% to
0,17%. It is expected that traders will not use oil repeatedly.
0.40%
Berdasarkan diatas dapat kita lihat
0.35%
bahwa perubahan warna dengan ukuran
0.30%
partikel ampas tebu 150 µm, 106 µm
0.25%
150µm dan 75 µm sebelum perlakuan berwarna
0.20%
106µm
0.15% coklat keruh dan setelah diberi
75µm
0.10% perlakuan perendaman selama 3x24 jam
0.05% menjadi coklat jernih.
0.00% Interprestasi dan Hasil Diskusi
0 Hari 3 Hari
Kandungan asam lemak bebas pada
minyak jelantah dengan ukuran partikel
Berdasarkan Grafik di atas
ampas tebu 150 µm diketahui sebelum diberi
dapat dilihat bahwa perendaman
perlakuan adalah 0,37% dan setelah diberi
minyak jelantah menggunakan ampas perlakuan menggunakan ampas tebu dengan
perendaman 3x24 jam asam lemak bebas
tebu dengan ukuran partikelnya 150
menjadi 0,33%, yang artinya mengalami
µm, 106 µm dan 75 µm mengalami
penurunan sebanyak 0,04% asam lemak
penurunan yang signifikan, tetapi bebas. Kandungan asam lemak bebas pada
minyak jelantah dengan ukuran partikel
perendaman minyak jelantah dengan
ampas tebu 106 µm diketahui sebelum diberi
menggunakan ukuran partikel yang
perlakuan adalah 0,37% dan setelah diberi
terkecil yaitu 75 µm paling efektif perlakuan menggunakan ampas tebu dengan
perendaman 3x24 jam asam lemak bebas
menjadi 0,24%, yang artinya mengalami
penurunan sebanyak 0,13%. Kandungan media untuk diadsopsi. Menurut Endah dkk,
asam lemak bebas pada minyak jelantah semakin kecil ukuran butir, maka semakin
dengan ukuran partikel ampas tebu 75 µm besar permukaan sehingga dapat menjerap
diketahui sebelum diberi perlakuan adalah kontaminan makin banyak. Secara umum
0,37% dan setelah diberi perlakuan kecepatan adsorbsi ditujukan oleh kecepatan
menggunakan ampas tebu dengan perpindahan zat terlarut ke dalam pori-pori
perendaman 3x24 jam asam lemak bebas partikel adsorben. Hal ini sependapat dengan
menjadi 0,17%, yang artinya mengalami penelitian A. Fuadji Ramdja dkk (2010) yang
penurunan sebanyak 0,2% asam lemak menyatakan bahwa semakin kecil partikel
bebas. Kadar tersebut sudah melebihi nilai yang digunakan maka hasil penyerapan akan
ambang batas yang sudah ditentukan oleh semakin efektif. Hal ini juga sejalan dengan
SNI 01-3741-2002. penelitian Winda dan Mia (2017) yang
Hasil penelitian ini membuktikan menyatakan bahwa ampas tebu cukup efektif
bahwa ukuran partikel ampas tebu turut digunakan untuk pemurnian minyak jelantah
mempengaruhi daya adsorbsinya untuk yang sudah teroksidasi
menyerap sejumlah asam lemak bebas yang Perubahan warna dengan ukuran
terikat pada minyak jelantah. Artinya, partikel ampas tebu 150 µm, 106 µm dan 75
semakin kecil ukuran partikel ampas tebu, µm sebelum perlakuan berwarna coklat
maka kemampuan adsorbsi akan semakin keruh dan setelah diberi perlakuan
baik. Ada beberapa faktor yang perendaman selama 3x24 jam menjadi coklat
mempengaruhi kecepatan adsorpsi dan jernih. Secara kasat mata dapat dilihat
berapa banyak adsorbat yang dapat diserap minyak jelantah mengalami sedikit
oleh adsorben. Cheremisinoff dalam perubahan warna dari coklat keruh menjadi
Yuniarto menjabarkan beberapa faktor-faktor coklat jernih walaupun tidak terlalu
tersebut antara lain karakteristik adsorben. signifikan. Minyak goreng yang memiliki
Faktor yang cukup penting dalam warna lebih gelap cenderung memiliki kadar
proses adsorpsi ialah karakteristik media asam lemak bebas dan kadar air yang tinggi.
adsorben yang meliputi luas permukaan, Meskipun demikian, warna tidak dapat
ukuran partikel, serta komposisi kimia. dijadikan sebagai tolok ukur kualitas dari
Namun pada proses adsorpsi faktor yang minyak goreng (Ika FU, Qurrota A, 2018).
paling dominan ialah luas permukaan Indikator kualitas pada minyak jelantah yang
spesifik dan ukuran partikel. Distribusi mengandung asam lemak bebas tidak hanya
ukuran partikel menentukan distribusi ditunjukkan pada warna tetapi aroma juga
ukuran molekul yang dapat masuk ke dalam dapat menjadi tolok ukur kandungan asam
lemak bebas yaitu penurunan dari bau tengik dari 0,37% menjadi 0,33%. Minyak jelantah
yang signifikan pada minyak jelantah yang yang direndam ampas tebu dengan ukuran
direndam ampas tebu pada setiap ukuran partikelnya 106 µm mengalami penurunan
partikel, dan partikel 75 µm mampu sebanyak 0,13% yaitu dari 0,37% menjadi
menurukan bau tengik dengan efektif. 0,24% dan minyak jelantah yang direndam
Menurut peneliti penurunan angka ampas tebu dengan ukuran partikel terkecil
asam lemak bebas pada minyak jelantah yaitu 75 µm mampu menurunkan asam
menggunakan ampas tebu cukup efektif lemak bebas paling efektif yaitu sebanyak
terutama dengan memperkecil ukuran ampas 0,2%, dari 0,37% menjadi 0,17%. Hasil
tebu sebagai adsorben yang ditunjukkan penelitian ini menunjukkan bahwa semakin
dengan adanya perubahan warna dan kecil ukuran partikel yang digunakan maka
kekeruhan, secara kualitatif dapat dilihat semakin efektif penyerapan asam lemak
minyak jelantah mengalami penurunan bebas pada minyak jelantah dikarenakan
warna walaupun tidak begitu signifikan dan semakin kecil ukuran butir, maka semakin
juga dapat dilihat dari aroma yang besar permukaan sehingga dapat menyerap
mengalami penurunan bau tengik yang kontaminan makin banyak.
signifikan Saran
Saran dari penelitian ini antara lain :
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 1. Bagi Pedagang Pecel Lele
KEBIJAKAN Berdasarkan hasil penelitian ini,
Kesimpulan didapatkan kadar asam lemak bebas
yang tinggi pada minyak jelantah yaitu
Berdasarkan hasil analisis efektivitas
0,37%. Diharapkan kepada pedagang
penyerapan asam lemak bebas pada minyak
agar tidak menggunakan minyak
jelantah pecel lele menggunakan ampas tebu
berulang kali terutama bila sudah
dengan ukuran partikelnya 150µm, 106µm
mengalami perubahan warna menjadi
dan 75µm menunjukkan bahwa minyak
coklat keruh yang dapat
jelantah sebelum di beri perlakuan
mengindikasikan tingginya kandungan
mengandung 0,37% asam lemak bebas.
asam lemak bebas pada minyak yang
Setelah di beri perlakuan perendaman
digunakan.
menggunakan ampas tebu selama 3x24 jam,
2. Bagi Dinas Kesehatan
minyak jelantah yang direndam ampas tebu
Hasil analisis kandungan asam
dengan ukuran partikelnya 150 µm
lemak bebas pada minyak jelantah pada
mengalami penurunan sebanyak 0,04% yaitu
pedagang pecel lele telah melebihi dari
SNI 01-3741-2002. Dengan begitu harus Bermerek Dan Tidak Bermerek
Terhadap Nekrosis Sel Hati.
dilakukan pengawasan ketat,
memberikan penyuluhan dan diharapkan Balai Besar Penelitian & Pengembangan
Industri Selulosa, 1986 dalam Erna
metode penurunan asam lemak bebas
Wati IH, Sirril M. (2016). Penurunan
menggunakan ampas tebu ini dapat di asam lemak bebas pada minyak
goreng bekas menggunakan ampas
aplikasikan ke para pedagang atau
tebu untuk pembuatan sabun.
masyarakat dengan menyediakan 6(1):22-27.
fasilitas ampas tebu yang sudah siap
Budiman, B.T(2004). Penggunaan Biodiesel
pakai guna untuk mengurangi limbah Sebagai Bahan Bakar Alternatif.
Rumusan Hasil Seminar Prospek
dan penyebab penyakit pada tubuh
Biodiesel di Indonesia. Jakarta.
manusia.
Djaeni, M. (2002). Pengolahan limbah
minyak goreng bekas menjadi
3. Bagi Peneliti Selanjutnya gliserol dan minyak diesel melalui
proses transesteifikasi. Prosiding.
Diharapkan dapat menjadi
Seminar teknik kimia. Yogyakarta.
pedoman bagi peneliti selanjutnya untuk
Endah RD, Agus G, Barkah RS, Nurul W.
mengembangkan penelitian dengan
Pembuatan Ethanol Fuel Grade
melakukan proses pengolahan ampas Dengan Metode Adsorbsi
Menggunakan Adsorbent Granulated
tebu yang dapat diaplikasikan secara
Natural Zeolite Dan CAO.
sederhana menggunakan peralatan yang
Hidayat, A.A. 2007, Metode Penelitian
mudah didapatkan.
Keperawatan dan teknik Analisa
Data, Penerbit Salemba medika