Anda di halaman 1dari 1

PEMANFAATAN MINYAK JELANTAH SEBAGAI BAHAN BAKU SABUN

1.1 Latar Belakang


Menurut Kapitan (2013), minyak goreng bisa digunakan tiga hingga empat kali
penggorengan sebelum asam lemak di dalamnya menjadi jenuh dan berubah warna. Minyak
goreng yang telah digunakan berkali-kali disebut minyak jelantah dan tidak ideal untuk
dikonsumsi, sesuai dengan penjelasan Lipoeto (2011). Menggoreng makanan pada suhu
tinggi dengan minyak yang memiliki tingkat asam lemak jenuh yang tinggi dapat
mengakibatkan bahaya kesehatan. Selain itu, memanaskan minyak goreng yang sudah lama
dan sering digunakan dapat menghasilkan senyawa peroksida yang beracun bagi tubuh.
Minyak jelantah telah banyak mengalami perubahan struktur. Suhu penggorengan
menyebabkan berbagai perubahan ikatan kimia minyak. Salah satu perubahan aktual pada
adalah perubahan struktur asam lemak. Minyak jelantah mengandung asam lemak
jenuh/asam lemak trans yang tinggi yang telah terbukti secara ilmiah meningkatkan risiko
penyakit jantung koroner (Mozaffarian, 2006; Willet, 1993). Dari data tersebut, terdapat
tindakan yang perlu dilakukan untuk mencegah konsumsi atau pemanfaatan minyak jelantah
di masyarakat untuk keperluan menggoreng.
Minyak jelantah dapat menimbulkan beberapa penyakit, seperti kerongkongan gatal atau
serak dan memicu penyakit kardiovaskuler atau jantung. Hal itu terjadi karena Minyak
jelantah mengandung lebih banyak asam lemak jenuh/trans fatty acid yang secara ilmiah
terbukti dapat meningkatkan resiko munculnya penyakit jantung koroner. Beberapa faktor
yang membuat minyak jelantah mengandung lebih banyak asam lemak jenuh, salah satunya
adalah suhu penggorengan. Suhu penggorengan ini telah menyebabkan berbagai perubahan
ikatan kimia dari minyak. Perubahan nyata yang terjadi adalah perubahan struktur asam
lemak. Maka dari itu, sudah seharusnya dilakukan tindakan untuk mencegah penggunaan
minyak jelantah di masyarakat untuk keperluan menggoreng dengan cara diolah kembali
menjadi bahan bakar ataupun sabun.
Untuk dapat digunakan sebagai bahan baku dasar produksi sabun, minyak jelantah yang
dikumpulkan harus melalui tahapan khusus untuk meningkatkan kualitas minyak jelantah.
Proses pengolahannya dilakukan dalam dua tahap, tahap pertama dengan perlakuan zeolit
dan tahap kedua dengan perlakuan karbon aktif. Pada tahap pertama proses pemurnian yang
dilakukan dengan menggunakan zeolit aktif di laboratorium, diketahui bahwa proses
pengolahan dengan zeolit tidak mengubah warna minyak goreng yang lolos penggunaan.
Demikianlah dilakukan pengolahan tahap kedua yaitu pengolahan dengan karbon aktif.
Perlakuan karbon aktif meningkatkan kejernihan, mengubah warna menjadi lebih kekuningan
dan menghilangkan aroma makanan pada minyak jelantah. Karbon aktif atau disebut juga
karbon aktif merupakan salah satu jenis arang dengan aktivitas yang beragam.
Sabun padat transparan merupakan salah satu inovasi sabun yang menjadikan sabun lebih
menarik. Sabun trannsparan mempunyai busa yang lebih halus dibandingkan dengan sabun
opaque sabun yang tidak transparan (Qisty, 2009). Faktor yang dapat mempengaruhi
transparansi sabun adalah kandungan alkohol, gula, dan gliserin dalam sabun. Ketika sabun
akan dibuat jernih dan bening, maka hal yang paling penting adalah kualitas gula, alkohol,
dan gliserin. Kandungan gliserin baik untuk kulit karena berfungsi sebagai pelembab pada
kulit dan membentuk fasa gel pada sabun (Rahadiana dkk., 2014).

Anda mungkin juga menyukai