Anda di halaman 1dari 7

PROJECT LINGKUNGAN CSR PT.

KERETA API
INDONESIA (PERSERO) DAOP 2 BANDUNG

PEMANFAATAN LIMBAH PLASTIK


SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN PELAPIS (UPHOLSTERY)
PADA PRODUK INTERIOR

Oleh:

Kelompok 5

Arifa Rizki Syahputra 29120549


Muhammad Raihan Iqbal 29120619
Rizqi Ghani Faturrahman 29120382
Abshar Naufan 29120365
PENDAHULUAN

Plastik secara bertahap mulai menggantikan bahan lain seperti kayu, besi, kertas, kain, kulit
dan bahan lainnya. Hal ini terlihat pada berbagai macam produk berbahan dasar plastik, mainan anak,
perabot rumah tangga, elektronik, kemasan produk dan masih banyak lagi. Tidak ada barang yang
luput dari penggunaannya, termasuk produk furniture seperti kursi, meja dan aksesoris rumah. Salah
satu alasannya adalah plastik memiliki banyak keunggulan dibandingkan bahan lain, seperti tekstur
yang kuat dan mengkilat, licin, tahan air, tahan karat, tahan bahan kimia, fleksibel dan dapat ditekuk,
serta biaya produksi yang relatif murah.

Sayangnya, plastik bukanlah bahan yang sempurna. Plastik juga memiliki kelemahan fatal dari
segi ekologi. Artinya, hampir setengah dari jenis plastik yang diproduksi industri tidak dapat dengan
mudah dibongkar di alam. Ada juga jenis plastik yang tidak bisa dicairkan atau dihancurkan. Ini akan
meningkat saat Anda membuang plastik yang tidak larut dan menumpuk sampah. Lambat laun,
sampah plastik yang tidak bisa dicairkan atau dimusnahkan menjadi sampah yang mencemari
lingkungan secara tak terkendali.

Telah dilakukan beberapa cara untuk mengurangi limbah plastik yang makin banyak
jumlahnya, diantaranya dengan melakukan metode 3R yaitu Reuse, Reduce, dan Recycle. Metode ini
sudah banyak dilakukan oleh beberapa industri, lembaga swadaya dan individu yang peduli
lingkungan untuk membantu mengurangi dampak limbah plastik bagi lingkungan. Dari ketiga metode
tersebut, metode yang dinilai cukup efektif dalam mengurangi dampak limbah plastik adalah metode
recycle (daur ulang).

Metode daur ulang adalah prosedur yang mengubah sumber daya bekas menjadi bahan baru
untuk mengurangi limbah. Hal ini bertujuan agar dengan melakukan proses daur ulang ini, sampah
plastik dapat dijadikan sebagai bahan yang dapat digunakan kembali, sehingga membantu
meminimalisir sampah yang ada. Metode daur ulang juga dapat membantu melestarikan sumber daya
alam dan meminimalkan ketergantungan pada bahan baku tertentu.

METODE PENELITIAN
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah observasi (observasi penelitian) dan studi
pustaka. Pengamatan dilakukan terhadap potensi sampah plastik dan ciri-ciri bentuk plastik yang ada.
Kemudian, amati bagaimana sampah plastik ditangani dan barang apa saja yang bisa dibuat darinya.
Teknik penelitian dilanjutkan dengan tinjauan literatur tentang plastik dan kesulitannya dari buku,
artikel surat kabar, dan internet. Untuk mencapai suatu kesimpulan, sumber informasi dipilih dan
diteliti. Data hasil observasi dan studi pustaka dianalisis secara kualitatif.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Jenis Plastik

Menurut Lambert & Halliwell (2004) plastik digolongkan menjadi 2 jenis yaitu: termoplastik
dan thermosetting (penyetel suhu). Ketiga jenis ini memiliki struktur dan karakteristik yang berbeda-
beda. Termoplastik merupakan jenis plastik yang umumnya digunakan untuk kemasan bahan baku
dengan type LDPE, PP dan ACETATE. Karakteristik dari termoplastik dapat dibentuk kembali dengan
mudah dan diproses menjadi bentuk lain, ringan, hemat energi serta murah. Sedangkan jenis
thermosetting, bila telah mengeras tidak dapat dilunakkan kembali. Plastik yang paling umum
digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah dalam bentuk termoplastik.

Plastik adalah bahan elastomer yang digunakan secara komersial oleh masyarakat dan industri
antara lain untuk pembuatan barang, pengemasan, atau pengemasan komoditas. Berbagai perusahaan
plastik berlomba-lomba mengembangkan bentuk plastik baru yang lebih sesuai dengan aplikasinya.
Misalnya, sektor makanan dan minuman instan membuat dan menggunakan plastik yang dilapisi
aluminium foil atau plastik multilayer sebagai kemasan karena dianggap aman dan dapat menjaga
kebersihan produk. Kaca, kaleng, dan kertas digunakan sebagai bahan baku kemasan dalam kemasan
plastik berlapis aluminium foil. Namun, plastik tetap menjadi bahan baku yang paling sering
digunakan.

Akibatnya, sejauh mana plastik digunakan sangat bervariasi dari satu varietas ke varietas
berikutnya. Setiap plastik memiliki kepribadian dan aplikasinya sendiri. Setiap plastik memiliki kode
yang mengidentifikasi penggunaannya. Penandaan ini memudahkan konsumen untuk melihat karakter
plastik yang digunakan, dan kode pada setiap plastik bahkan dapat menunjukkan daur ulang. Kode
yang tertera pada plastik tersebut dapat digunakan untuk menentukan jenis plastik yang digunakan
sebagai bahan dasar suatu produk. Kode adalah bilangan bulat antara 1 dan 7. Alasan di balik ini
adalah sebagai berikut:

PET/PETE, atau Polyethylene Terephthalate, adalah plastik dengan kode 1. Plastik ini biasa
digunakan pada botol minuman seperti botol air mineral dan botol jus. Botol jenis ini hanya
dimaksudkan untuk digunakan sekali. Penggunaannya sebagai bahan kemasan menyumbang 30% dari
konsumsi global. Selain itu, digunakan sebagai serat sintetis atau polyester, yang menyumbang 60%
dari penggunaan global. Jenis plastik ini bening, transparan, atau tembus cahaya, kokoh, kuat, dan
tahan panas. Stabil secara dimensi, tidak beracun, dan dapat didaur ulang menjadi pakaian, tas,
furniture, dan karpet.

HDPE, atau polietilen densitas tinggi, adalah plastik dengan sebutan kode 2. Berikut contoh
plastik serbaguna yang dapat didaur ulang. Botol, keramik, pipa, dan furnitur luar ruangan semuanya
bisa dibuat darinya. Kendi susu putih, Tupperware, galon air minum, dan kursi lipat adalah contoh
umum. Sifat material termasuk lebih kuat, buram, tahan terhadap suhu tinggi, dan mudah diterima dan
dibentuk. Jenis plastik ini aman digunakan karena kekuatannya. PVC, atau Polyvinyl chloride, adalah
plastik dengan kode 3. Ini adalah jenis plastik yang paling sulit didaur ulang. Cling wrap, botol
deterjen, dan bahan spanduk vinyl semuanya termasuk. Kualitas plastik ini meliputi keserbagunaan,
kemudahan pencampuran, kekuatan, ketahanan minyak, ketahanan kimia, dan kejernihan.

LDPE, atau polietilen densitas rendah, adalah plastik dengan kode 4. Secara khusus, plastik
berbasis minyak bumi dari varietas coklat (termoplastik). Wadah makanan, kemasan plastik, dan botol
lunak adalah contoh dari bahan ini. Plastik ini memiliki kualitas mekanik yang tinggi, sedikit tembus
cahaya, fleksibel, tahan panas, tahan bahan kimia, dan permukaannya sedikit berminyak. Bentuk
plastik ini dapat didaur ulang, cocok untuk objek yang membutuhkan fleksibilitas sekaligus kokoh dan
tahan terhadap reaksi kimia.
Plastik dengan kode 5 adalah PP atau Polypropylene. Fitur transparan, non-transparan dan
buram, lebih tahan lama, lebih ringan dengan ketahanan rendah terhadap penetrasi uap air. Ini
memiliki ketahanan lemak yang baik, stabil pada suhu tinggi dan cukup mengkilap. Ditemukan di
tutup botol, botol makanan, sedotan. Ini memiliki titik leleh yang tinggi dan dapat digunakan untuk
cairan panas. Polypropylene adalah bahan plastik terbaik untuk wadah makanan dan minuman serta
untuk makanan, botol susu dan botol susu bayi.

Plastik dengan kode 6 adalah PS atau polystyrene. Dikenal dengan nama dagang polystyrene
(gabus sintetis). Ada kekhawatiran bahwa plastik ini melepaskan racun ke dalam makanan.
Multi-fungsi, bening, mudah berbusa. Itu dapat didaur ulang dan digunakan untuk membuat isolasi.
Plastik dengan kode 7 adalah polikarbonat. Adalah non plastik dengan simbol 16. Ini adalah plastik
yang banyak digunakan untuk DVD, kacamata hitam, anti peluru, galon air 5 liter. Ini memiliki
berbagai sifat, tergantung pada kombinasi bahan baku penyusunnya. Ini adalah jenis plastik yang tidak
mudah didaur ulang, tetapi sangat bisa dilakukan.

Potensi Limbah Plastik


Melimpahnya sampah plastik memiliki potensi yang besar jika dapat didaur ulang sebagai
bahan baku pengganti bahan baku alam. Sampah plastik dapat diubah menjadi bahan baku atau diisi
(stuffed) tanpa harus melalui proses pra peleburan. Proses ini lebih mudah dan lebih murah daripada
melelehkan plastik dengan aditif. Proses daur ulang sampah plastik menjadi kain pelapis dilakukan
dengan mengolah sampah plastik dengan beberapa cara, yaitu dengan memasukkan lembaran plastik
ke dalam bahan dasar, dengan menjahitnya atau dengan merekatkannya ke bahan baku lainnya.
Hasilnya tersedia dalam bentuk lembaran atau sheet, dan siap diterapkan pada produk yang dirancang.

Cara lain untuk mendaur ulang sampah plastik menjadi bahan baku alternatif tekstil adalah
dengan memotong lembaran plastik menjadi lembaran-lembaran kecil yang panjang, menenun dan
kemudian merekatkan pada produk yang dirancang. Lembaran dan tali plastik juga dapat digunakan
sebagai bahan isian atau isian kursi, bantal, berang-berang, peti, kotak dan lain-lain.

Plastik daur ulang memiliki beberapa keunggulan, antara lain: (1) sangat keras, karena hanya
dapat terurai sempurna dalam waktu 80 hingga 300 tahun, sehingga kekuatannya tidak perlu diragukan
lagi; (2) plastik juga tahan air, karena dirancang untuk melindungi produk di dalam dari udara dan air;
(3) memiliki desain dan warna yang menarik. Kemasan plastik didesain untuk menarik perhatian
konsumen dengan warna yang eye-catching (kemasan murah), terutama plastik, digunakan sebagai
kemasan atau kemasan sekali pakai, sehingga dibuang jika tidak digunakan lagi. Sampah kemasan
plastik ini dapat diambil secara gratis jika Anda memiliki strategi pengumpulan; (5) Dilipat dan
fleksibel. Plastik merupakan bahan yang mudah dibentuk dan mudah ditekuk. Dengan sifat tersebut
dapat digunakan karena memiliki sifat yang sama dengan kain dan kertas.

Proses Pengolahan Limbah Plastik


Menurut Syafitrie dalam Macklin (2009), sampah plastik dapat didaur ulang menjadi produk
plastik, namun hanya 80% plastik yang dapat diubah dengan teknik pencampuran dengan bahan baku
baru dan bahan tambahan untuk meningkatkan kualitasnya. Namun untuk selebihnya masih sangat
sulit untuk didaur ulang, walaupun memungkinkan, namun membutuhkan biaya yang cukup besar dan
proses yang lebih lama. Untuk menyelesaikan proses daur ulang plastik, ikuti langkah-langkah berikut:

Langkah pertama adalah memisahkan sampah plastik dari kotoran, bahan kimia dan sampah
lainnya seperti sampah organik, kemudian menggabungkannya dengan plastik sejenis. Pemisahan ini
dapat dilakukan secara manual. Metode pemisahan manual ini merupakan metode yang sederhana,
mudah dan murah. Hal ini sangat dimungkinkan karena pemisahan secara manual dapat dilakukan di
Indonesia yang merupakan negara padat karya, sehingga pemisahan tidak perlu dilakukan dengan
peralatan canggih seperti negara maju, karena membutuhkan biaya yang tinggi. Kondisi ini
memudahkan perkembangan industri daur ulang plastik di Indonesia.

Gambar 1 Pemisahan limbah plastik

Langkah kedua adalah mencuci. Pada titik ini, limbah yang dipisahkan dibersihkan dan dicuci
untuk menghilangkan bahan kimia dan kotoran yang menempel. Kemudian limbah tersebut
dikeringkan dengan kain.

Gambar 2 Pembersihan limbah plastic

Langkah terakhir dalam proses limbah ini adalah pemotongan plastik yang sudah dibersihkan.
Pada titik ini, plastik siap untuk diproses dan masuk ke produksi. Sebelum plastik dipotong-potong,
desain produk yang akan diproduksi disiapkan. Artinya, bagian plastik akan disesuaikan dengan
desain yang akan dibuat. Bagian plastik memiliki panjang dan ketebalan yang bervariasi tergantung
pada kebutuhan desain dan produk yang akan diproduksi.
Gambar 3 Pengolahan Limbah plastik

Strategi Desain Produk


Menurut Oborne (1982), produksi produk yang berkualitas baik dari segi fungsi dan tampilan
selalu berkaitan erat dengan pemilihan bahan baku dan proses produksi. Pengetahuan tentang sifat
material dan proses manufaktur menentukan keberhasilan produk. Sebelum memulai proses
perancangan suatu produk, maka perlu diterapkan strategi perancangan yang berkaitan dengan produk
yang akan diproduksi. Strategi yang harus diperhatikan menyangkut bahan yang digunakan, komposisi
produk, proses pembuatan, biaya produksi yang dikeluarkan, dan kualitas produk yang dihasilkan.

Strategi perancangan yang dapat dilakukan desainer dalam hal ini adalah dengan melakukan
penelitian model mencari metode baru yang bisa mendapatkan solusi terbaik dari produk yang ada
karena produk lama sudah tidak relevan lagi atau tidak sesuai dengan keadaan saat ini. Hal ini
dilakukan dengan merancang produk baru yang lebih baik dari segi kegunaan, desain, dan harga.
Strategi desain lain yang dapat diterapkan adalah dengan memanfaatkan limbah plastik sebagai bahan
penyangga atau pelapis untuk produk desain yang sudah ada. Aplikasi ini akan membedakan 2 produk
sejenis dengan menggunakan bahan yang berbeda. Misalnya, kursi berlengan, pelapis dan bantalan
kursi sering kali dilapisi kain, dan kulit dapat diganti dengan sampah plastik (Gambar 6).

Produk Hasil Limbah

Gambar 4 Bantal kursi (dyrt design product) Gambar 5 Ottoman (dyrt design product)
Gambar 6 Kursi puff (dyrt design product)

SIMPULAN

Dapat disimpulkan bahwa sampah plastik masih memiliki potensi yang sangat besar. Banyak
produk telah digunakan dari sampah plastik, seperti tas dan peralatan rumah tangga. Namun sedikit
orang yang menggunakannya sebagai bahan baku yang dapat digunakan dalam desain produk,
terutama produk interior, sedangkan karakteristik limbah bahan plastik sangat cocok digunakan pada
industri lain. Kendala yang ditemui adalah tidak banyak pengrajin yang mau menggunakan sampah
plastik untuk produk interior. Memang, tanpa konsep produk yang jelas, pemanfaatan sampah plastik
sepertinya tidak akan maksimal. Peran desainer dalam proses penggunaan plastik bekas harus dapat
meningkatkan kualitas barang yang dihasilkan oleh perajin, jenis barang yang dihasilkan akan lebih
beragam. Desainer dapat memberikan informasi berupa ide dan saran selama pengembangan produk,
sehingga produk yang dihasilkan berkualitas tinggi. Diharapkan kedepannya produk furniture lebih
ramah lingkungan dan dapat menggunakan bahan daur ulang dalam setiap desainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Greenpress Network. (2009, Mei 5). KLH akan Hitung Cepat Data Sampah. Greenpress Network, dari
http://greenpressnetwork.blogspot.com/2009/05/klh-akan-hitung-cepat-data-sampah.html

Lambert, B., & Halliwell, J. (2004). Revise for Product Design: Resistant Materials Technology.
UK: Heinemann.

Macklin, B. (2009, Januari 20). Pengolahan Limbah Plastik Dengan Metode Daur Ulang (Recycle),
dari http://onlinebuku.com/2009/01/20/pengolahan-limbah-plastik-dengan-metode-daur-ulang-
recycle/

Anda mungkin juga menyukai