Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

PERCOBAAN I
PENGARUH KONDISI LAPAR (KEADAAN PUASA) TERHADAP
KANDUNGAN GLIKOGEN HEPAR AYAM

OLEH:
NAMA

: ISTAR FEBRIANTI

NIM

: F1F1 12 036

KELAS

:A

KELOMPOK: II (DUA)
ASISTEN

: SARIPUDDIN

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2013

PERCOBAAN I
PENGARUH KONDISI LAPAR (KEADAAN PUASA) TERHADAP KADAR
GLIKOGEN HEPAR AYAM
A. TUJUAN
Tujuan dari percobaan Pengaruh Kondisi Lapar (Keadaan
Puasa) terhadap Kadar Glikogen Hepar Ayam adalah untuk
membandingkan perubahan kadar glikogen pada hepar ayam
yang lapar.
B. LANDASAN TEORI
Glikogen merupakan salah satu bentuk simpanan energi di
dalam tubuh yang dapat dihasilkan melalui konsumsi karbohidrat
dalam sehari-hari dan merupakan salah satu sumber energi utama
yang digunakan oleh tubuh pada saat berolahraga. Di dalam
tubuh glikogen akan tersimpan di dalam hati dan otot. Kapasitas
penyimpanan glikogen di dalam tubuh sangat terbatas yaitu
hanya sekitar 350-500 gram atau dapat menyediakan energi
sebesar 1.200-2.000 kkal. Sekitar 67% dari simpanan glikogen
yang terdapat di dalam tubuh akan tersimpan di dalam otot dan
sisanya akan tersimpan di dalam hati. Di dalam otot, glikogen
merupakan simpanan energi utama yang mampu membentuk
hampir 2% dari total massa otot (Anwari, 2007).
Glikogen yang terdapat di dalam otot hanya dapat digunakan
untuk keperluan energi di dalam otot tersebut dan tidak dapat
dikembalikan ke dalam aliran darah dalam bentuk glukosa apabila
terdapat bagian tubuh lain yang membutuhkannya. Berbeda
dengan glikogen hati dapat dikeluarkan apabila terdapat bagian

tubuh lain yang membutuhkan. Glikogen yang terdapat di dalam


hati

dapat

dikonversi

melalui

proses

glikogenolisis

menjadi

glukosa dan kemudian dapat dibawa oleh aliran darah menuju


bagian tubuh yang membutuhkan seperti otak, sistem saraf,
jantung, otot dan organ tubuh lainnya (Anwari, 2007).
Pasokan glukosa dalam tubuh tidak tidak selalu cukup, antara
makanan dan selama puasa, atau setelah olahraga berat,
sehingga

glikogen

habis.

Pada

keadaan

ini,

organisme

memerlukan metode untuk sintesis glukosa dari prekursor non


karbohidrat. Hal ini dicapai dengan jalur disebut glukoneogenesis
(pembentukan

baru

gula),

yang

mengubah

piruvat

yag

mengaitkan tiga sampai empat senyawa karbon glukosa (Nelson


dan Michael, 2004).
Glukoneogenesis

melibatkan

banyak

tahap

reaksi

yang

dikatalisis oleh enzim yang sama digunakan dalam glikolisis.


Enzim lain yang khusus untuk glukoneogenesis dan hanya
disintesis adalah enzim di bawah pengaruh kortisol dan glukagon.
Glikolisis

terjadi

secara

eksklusif

saat

dibutuhkan

dalam

sitoplasma, tetapi glukoneogenesis juga melibatkan mitokondria


dan retikulum endoplasma (RE). Glukoneogenesis membutuhkan 4
ATP (3 ATP + 1 GTP) per glukosa yaitu dua kali lebih banyak dari
glikolisis (Koolman dan Roehm, 2005).
Karbohidrat mewakili bagian terbesar dari diet, seperti
seorang atlet harus memastikan karbohidrat yang memadai dalam
diet mereka untuk mengoptimalkan cadangan glikogen. Beberapa

studi menunjukkan bahwa asupan karbohidrat yang besar dapat


mengoptimalkan otot dan sediaan glikogen hati. Kurangnya
asupan karbohidrat meningkatkan pemanfaatan protein untuk
kebutuhan

energi.

Bahkan,

selama

aktivitas

fisik

yang

berkepanjangan, atlet dengan sediaan glikogen rendah akan


memetabolisme dua kali lebih banyak protein dibandingkan
dengan

mereka

yang

memadai

akibat

meningkatnya

glukoneogenesis (Maughan dalam Borrioene et al., 2009).


Hepar

berfungsi

sebagai

penyimpan

glikogen

dalam

sitoplasma. Sel-sel hepatosit yang mengalami kerusakan struktur


mengakibatkan

gangguan

dalam

metabolisme,

diantaranya

metabolisme dan mobilisasi glikogen dalam hepatosit (Ernawati


dalam Dewi dan Tyas, 2009).
Produksi ATP dari fosforilasi oksidatif tidak selalu cocok
dengan tingkat hidrolisis ATP. Kekurangan pasokan energi oksidatif
dipenuhi oleh fosforilasi substrat. Substrat fosforilasi menyediakan
energi melalui pemanfaatan phosphocreatine dan metabolisme
glikogen otot melalui jalur glikolisis dengan formasi laktat (Saltin
dalam Stellingwerff et al., 2007).
Penyerapan
merangsang

glukosa

penyerapan

dilakukan
glukosa,

oleh
insulin

insulin.

Selain

mempromosikan

fosforilasi dan menghambat glikogen sintase kinase 3 (GSK3) dan


komponen insulin (Lee dan Kim dalam June et al., 2012). GSK3
pertama kali dijelaskan dalam metabolisme glikogen sebagai

enzim yang memfosforilasi dan menginaktivasi glikogen sintase,


membatasi tingkat enzim dalam sintesis glikogen sebagai respon
terhadap insulin. Meskipun GSK3 adalah konstitutif aktif dalam sel,
ia aktif dalam menanggapi rangsangan insulin sintesis glikogen di
otot (Wang dalam June et al., 2012). Kandungan glikogen
ditentukan oleh reaksi warna dengan reagen antron dan diukur
secara spektrofotometri pada panjang gelombang 590 nm (June et
al, 2012).
Diabetes mellitus adalah penyakit metabolik yang ditandai
oleh

metabolisme

abnormal

tingkat

tinggi

glukosa

darah

(Internasional Diabetes Federation dalam June et al., 2012). Salah


satu gejala utama pada diabetes adalah penurunan kapasitas
penyimpanan

glukosa

dikaitkan

dengan

kurangnya

aktivitas

glikogen sintase, pembatasan tingkat enzim dalam glikogenesis,


selain cacat aktivitas penyerapan glukosa dari sel-sel (Cline dalam
June et al, 2012).

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan pengaruh
kondisi lapar (keadaan puasa) terhadap kadar glikogen
hepar ayam adalah:
- Lumpang dan alu
- Tabung sentrifugas 50 ml
- Pipet tetes
- Sendok tanduk
- Sentrifugas
- Labu Erlenmeyer 100 ml
- Cawan porselin
- Penangas air
- Gelas kimia 500 ml
- Gegep
- Tabung reaksi
- Batang pengaduk
- Kuvet
- Spektrofotometer
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan percobaan
pengaruh kondisi lapar (keadaan puasa) terhadap kadar
glikogen hepar ayam adalah:
- Hepar ayam yang dipuasakan dan hepar ayam yang
-

tidak dipuasakan
Akuades
Etanol 96% dingin
Larutan Iodin 0,01 M
Larutan DNS
H2SO4 pekat
Tissue

D. URAIAN BAHAN
1. NaCl (Ditjen POM, 1979, halaman 403)
E.

Nama resmi

F.

BM

G.

RM : NaCl

H.
I.

: natrii chloridum

: 58,44

Rumus struktur: Na-Cl


Kelarutan : larut dalam 2,8 bagian air, dalam
2,7 bagian air mendidih dan dalam lebih
kurang 10 bagian gliserol P; sukar larut dalam
etanol (95%) P.

J.

Pemerian :

hablur

heksahedral

tidak

berwarna atau serbuk hablur putih; tidak


berbau; rasa asin.
K.

Penyimpanan

L.

Kegunaan

: dalam wadah tertutup rapat.

: sumber ion klorida dan ion natrium.

2. Etanol (Ditjen POM, 1979, halaman 65).


M.

Nama resmi

N.

Sinonim

O.

RM : C2H6O

P.

BM

Q.

Rumus struktur:

S.

Pemerian

: Aethanolum absolutum

: Etanol

: 46,07

R.
:cairan tak berwarna, jernih,

mudah menguap dan mudah bergerak; bau

khas; rasa panas. Mudah terbakar dengan


memberikan nyala biru yang tidak berasap.
T.

Kelarutan : sangat mudah larut dalam air,


dalam kloroform P dan dalam eter.

U.

Penyimpanan

dalam

wadah

tertutup

rapat, terlindung dari cahaya ditempat sejuk,


jauh dari nyala api.
3. TCA (Ditjen POM, 1979, halaman 59)
V.

Nama resmi

W.

Sinonim

X.

BM

Y.

RM : C2HCl3O2

Z.

Rumus struktur:

: acidum trichloroaceticum

: asa, triklorasetat

: 163,39

AA.
AB.
AC.

Kelarutan : sangat mudah larut dalam air,


dalam etanol (95%) P dan dalam eter P.

AD.

Pemerian : hablur atau massa hablur; sangat


rapuh; tidak berwarna; rasa lemah atau getir
dan khas.

AE.

Penyimpanan

: dalam wadah tertutup baik

AF.

Kegunaan : kaustikum

4. Larutan iodin (Ditjen POM, 1995)


AG.
Nama Lain : Iodium
AH.
BM : 126,90

AI.
AJ.
AK.
AL.
AM.

RM : I
Rumus struktur:
Kelarutan :Sangat

sukar

larut

dalam

air;

mudah larut dalam karbon


disulfida, dalam kloroform, dalam karbon
tetraklorida dan dalam eter; larut dalam
etanol dan dalam larutan iodide; agak sukar

AN.

larut dalam gliserin.


Pemerian :Keping atau granul, berat, hitam

AO.
AP.

keabu-abuan,; bau khas;


berkilau seperti metal.
Penyimpanan
: Dalam wadah

tertutup

rapat.
AQ.
Kegunaan
: Zat tambahan.
5. H2SO4 pekat (Ditjen POM, 1979, halaman 58).
AR.

Nama resmi

: Acidum Sulfuricum

AS.

Rumus struktur:

AT.
AU.
AV.
AW.

RM : H2SO4

AX.

BM

AY.

Pemerian :

: 98,07

korosif,

cairan

kental

tidakberwarna:

seperti

jika

minyak,

ditambahkann

kedalam air menimbulkan panas.


AZ.

Penyimpanan

dalam

wadah

rapat.
BA.

Penggunaan

: zat tambahan.

tertutup

6. Akuades (Ditjen POM, 1979, halaman 96).


BB.

Nama resmi

BC.

RM : H2O

BD.

Rumus struktur:

: Aqua destilata

BE.

BF.
BG.

BM

: 18,02

BH.

Pemerian : cairan jenuh, tidak berwarna,


tidak berbau.

BI.

Penyimpanan

dalam

wadah

tertutup

rapat.
BJ.

Penggunaan

: sebagai pelarut.

7. Larutan DNS (MSDS : 1,9)


BK.
Sinonim
: dinitrosalicylic acid, 2-hydroxy-3,
BL.

5-dinitrobenzoic Acid
rumus struktur:

BQ.
BR.
BS.

BP.
Rumus kimia : C7-H4-N2-O7
berat molekul : 228,12
Pemerian : cairan berwarna gelap, berbau

BT.
BU.

khas.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : sebagai pengompleks.

BM.
BN.
BO.

8. Dietil eter (MSDS : 1,2)


BV.
Nama lain :eter, etil eter, etoksietana, 1,1 'oxybis etana, dietil oksida, ether, etil oksida,

ether, anestesi eter, RCRA limbah nomor


U117, pelarut eter, 3-oxapentane
BW.
BX.
BZ.
CA.

Rumus molekul: C4H10O


Rumus struktur:
BY.
Berat molekul : 74,12
Pemerian : cairan jernih,

tak

berwarna,

Jauhkan dari nyala api terbuka, permukaan


panas, dan sumber api.
CB.

Penyimpanan

Simpan

di

daerah

yang

memiliki ventilasi pembuangan yang baik.


Hindari kontak dengan kulit dan mata. Jangan
mengirup uap atau gas semprotan. Tinakan
pencegahan terhadap listrik statis.
CC.

Kegunaan ;anestetika

CD. CARA KERJA


CE.
CF.

- ayam
Dibersihkan dari selaput dan seratHepar
-

serat yang menempel


Dihaluskan dengan mortar dan alu
sambil ditambahkan akuades sedikit

demi sedikit
Dimasukkan

sentrifugas
Ditambahkan

volumenya 50 ml
Disentrifus pada

ke

dalam
akuades
kecepatan

tabung
hingga
7000

rpm selama 5 menit


CG. Filtrat
- Dimasukkan dalam Erlenmeyer
- Diambil sebanyak 15 ml ke dalam

CI.

tabung sentrifugas
Ditambahkan etanol 96% dingin 30

ml
Dikocok hingga homogeny
Disentrifus pada kecepatan

7000

rpm selama 5 menit


CH. Residu
- Ditambah 10 ml akuades
- Diaduk
- Dipipet 1 ml ke dalam tabung reaksi
- Ditambahkan akuades 1 ml
- Ditambahkan H2SO4 pekat 2 ml
- Dipanaskan selama 5 menit
- Ditambahkan larutan DNS 0,5 ml
- Dipanaskan kembali selama 5 menit
- Diukur absorbansnya pada 540 nm.
Hasil Pengamatan???

CJ. HASIL PENGAMATAN


1. Tabel Pengamatan
No
.
-

Hasil
- Hepar
- Hepar
Perlakuan
ayam
ayam tidak
puasa
puasa
Hepar ayam dibersihkan, Filtr Filtr

dihaluskan,

ditambahkan

at

at

sedikit demi sedikit akuades


secukupnya,

disentrifugas

dengan kecepatan 7000 rpm


selama

menit,

residunya.
Filtrat

dibuang

hepar

ayam -

diambil 15 ml, ditambahkan

End

End

apan

apan

30 ml etanol dingin, dikocok,


disentrifugas

dengan

kecepatan 7000 rpm selama 5


menit, dibuang filtratnya.
Endapan
glikogen -

dilarutkan

dengan

10

ml

Filtr

Filtr

at

at

akuades, dikocok, dipipet 1 ml


ke

dalam

tabung

reaksi,

ditambahkan 2 pipet H2SO4,


dipanaskan selama 5 menit,
ditambahkan larutan DNS 0,5
ml,

dipanaskan

selama

menit.
Penetapan

kadar

glikogen
Filtrat hasil pengamatan
diukur

absorbansnya

pada

panjang gelombang 540 nm.

0,6

12

1,0

90

2. Perhitungan
-

Kurva Standar Glukosa


0.5
0.4
0.3

0.29
0.29

0.39

Absorbans 0.2
0.1
0

Linear (Absorba
0.13
0.08
0
0 2 4 6 8 10 12
Glukosa (mg/ml)

Dik.
y
= 0,078x 0,078
absorbans = ayam puasa
: 0,612
ayam tidak puasa
: 1,090
Dit. kadar glikogen (x)
: .??
Penyelesaian:
Subtitusi absorbans sebagai nilai y.
a) Kadar glikogen hepar ayam puasa
y
= 0,078x - 0,078
- 0,612 = 0,078x 0,078
- 0,69 = 0,078x
x
= 8,846 ppm
b) Kadar glikogen hepar ayam tidak puasa
y
= 0,078x 0,078
- 1,090 = 0,078x 0,078
- 1,168 = 0,078x
x
= 14,974 ppm
PEMBAHASAN
-

CK.

Absorbansi

Glikogen merupakan simpanan karbohidrat dalam

bentuk glukosa di dalam tubuh yang berfungsi sebagai salah


satu sumber energi. Terbentuk dari mokekul glukosa yang
saling

mengikat

dan

membentuk

molekul

yang

lebih

kompleks, simpanan glikogen memilik fungsi sebagai sumber


energi tidak hanya bagi kerja otot namun juga merupakan
sumber energi bagi sistem syaraf pusat dan otak.
Karbohidrat yang ada dalam makanan

akan

dikonversikan

yang

menjadi

glukosa

terlebih

dahulu,

merupakan sumber energi bagi kelangsungan hidup semua


jenis sel tubuh, termasuk sel otak dan otot tubuh. Kalau
sumber karbohidrat berlebihan, maka jumlah glukosa yang
diproduksi juga akan berlebihan, sehingga untuk tujuan
efisiensi, maka tubuh akan mengkonversikan jumlah glukosa
yang berlebihan ini menjadi bentuk glikogen yang lebih
kompleks, dan glikogen ini akan disimpan dalam sel hati dan
sel otot sebagai cadangan energi bagi tubuh.
Hati memiliki keistimewaan yaitu dapat menyimpan
sejumlah besar glukosa sebagai glikogen. Hati berfungsi
sebagai penyangga glukosa untuk darah karena hati dapat
menyimpan

glikogen.

Pembntukan

glikogen

disebut

glikogenesis yang berlangsung setelah makan saat kadar


glukosa tinggi.

Penentuan

membedakan

kadar

kadar

glikogen

glikogen

dilakukan

pada

hepar

ayam

untuk
yang

dipuasakan selama 24 jam dengan kadar glikogen hepar


ayam yang tidak dipuasakan. Hepar ayam dibersihkan dari
selaput yang menempel agar tidak ada zat pengotor dalam
hepar ayam. Hepar ayam dihaluskan, ditambah akuades dan
disentrifus
filtratnya.

untuk
Filtrat

menyaring
ditambah

hepar
etanol

hingga
96%

diperoleh

dingin

untuk

mengendapkan glikogennya tanpa merusak struktur glikogen


itu sendiri. Untuk mendapatkan endapan glikogen, dilakukan
sentrifus dengan kecepatan 7000 rpm selama 5 menit.
Glikogen pada kecepatan 7000 rpm dapat mengendap
dengan sempurna, sehingga diperoleh endapan glikogen
yang utuh dari hepar ayam. Endapan atau residu yang
diperoleh ditambahkan akuades dan H2SO4 pekat. H2SO4
pekat

ini

glikogen

berfungsi
menjadi

sebagai

bagian

pemotong

yang

lebih

molekul-molekul

kecil.

Pemanasan

dilakukan pada endapan glikogen dan ditambahkan dengan


peraksi DNS (Dinitro salisilat) yang dapat membuat warna
endapan berubah menjadi agak kemerahan karena pereaksi
DNS mengikat gugus OH pada glikogen dan membentuk
senyawa yang warna gelombangnya setara dengan warna
merah kecoklatan. Dari perubahan warna ini, dapat dilakukan

pengukuran absorbans pada glikogen hepar ayam untuk


mengukur kadar glikogen yang terkandung pada masingmasing hepar ayam.
Absorbans yang diperoleh pada hepar ayam yang
puasa adalah 0,612, sedangkan absorbans hepar ayam yang
tidak puasa diperoleh 1,090. Kadar glikogen dapat diperoleh
dengan

mensubtitusikan

nilai

absorbans

masing-masing

hepar sebagai nilai y pada persamaan kurva standar glukosa.


Kurva standar glukosa digunakan untuk menentukan kadar
glikogen

pada

makromolekul

hepar,
yang

sebab

tersusun

glikogen
dari

merupakan

monomer-monomer

glukosa. Sehingga penentuan kadar glikogen dapat diperoleh


dari kurva standar glukosa.
Kadar glikogen yang diperoleh untuk hepar ayam
puasa adalah 8,846 ppm, sedangkan kadar glikogen pada
hepar ayam tidak puasa adalah 14,974 ppm. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa kadar glikogen hepar ayam puasa lebih
sedikit dibanding kadar glikogen hepar ayam yang tidak
puasa. Hal ini disebabkan karena pada keadaan puasa, ayam
tidak mengkonsumsi asupan karbohidrat yang dibutuhkan
sebagai energi utama. Sehingga, untuk mendapatkan energi
bagi tubuh, glikogen yang ada dalam hati dirombak menjadi
glukosa yang dapat digunakan sebagai sumber energi melalui
proses glukoneogenesis.

Glukoneogenesis

adalah

sintesis

glukosa

dari

senyawa bukan karbohidrat, misalnya asam laktat dan


beberapa

asam

amino

termasuk

glikogen.

Proses

glukoneogenesis berlangsung terutama dalam hati. Di sini


senyawa-senyawa non karbohidrat diubah menjadi glukosa
kembali melalui serangkaian reaksi dalam suatu proses yaitu
glukoneogenesis (pembentukan gula baru).
Glikogen memiliki arti penting bagi manusia.
Glikogen merupakan molekul yang sangat baik sebagai
sistem

penyimpanan

energi

berlebih.

Saat

tubuh

membutuhkan energi sementara kadar karbohidrat dalam


tubuh telah habis, maka glikogen berperan penting sebagai
cadangan yang dapat dirombak kembali menjadi pengganti
karbohidrat dengan mengubahnya menjadi glukosa.

CL.

KESIMPULAN
Dari percobaan Pengaruh Kondisi Puasa (Keadaan

Lapar) terhadap Kandungan Glikogen Hepar Ayam yang


telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kadar glikogen
pada hepar ayam puasa lebih sedikit dibanding dengan kadar
glikogen pada hepar ayam yang tidak puasa. Kadar glikogen
hepar ayam puasa sebesar 8,846 ppm, sedangkan kadar
glikogen hepar ayam tidak puasa adalah 14,974 ppm.
-

DAFTAR PUSTAKA
Anwari, I., 2007, Karbohidrat, Jurnal Polton Sport Science
and Performance Lab Vol. 1 No.3.

Borrione, P., Loredana G., Federico Q., Attilio P., 2009,


Vegetarian Diet and Athletes, Jurnal Internasional
Sportmed Vol.10 No.1.

Dewi, U.K., Tyas R.S., 2009, Efek Rebusan Daun Tapak Dara
pada Dosis dan Frekuensi yang Berbeda terhadap Kerusakan
dan Akumulasi Glikogen pada Hepar Mencit (Mus
musculus), Jurnal Bioma Vol.11 No.1.

Ditjen POM, 1979, Farmakope Indonesia Edisi


Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

III,

Ditjen POM, 1995, Farmakope Indonesia Edisi


Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

IV,

June, C.C., Lee H.W., Halimah A.S., Jalifah L., 2012,


Hypoglycemic Effects of Gynura procumbens Fractions on
Streptozotocin-induced
Diabetic
Rats
involved
Phosphorylation of GSK3 (Ser-9) in Liver, Jurnal Sains
Malaysiana Vol. 41 No.8.

Koolman, J., Roehm K.H., 2005, Color Atlas of Biochemistry


Second Edition, Flexibook, New York; Hal. 154.

Nelson, D.L., Michael M.C., 2004, Lehninger Principles of


Biochemistry Fourth Edition, Penerbit W. H. Freeman, United
States; Hal. 543.

Stellingwerff T., Mike K.B.,Peter T., 2007, Nutritional


strategies to optimize training and racing in middle-distance
athletes, Jurnal of Sport and Science Vol.25.

Anda mungkin juga menyukai