Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

PERCOBAAN V
PENGENDAPAN PROTEIN DAN PENGUKURAN KADAR PROTEIN

OLEH :

NAMA : NIRMALA SARI

NIM : O1A114098

KELAS : D

KELOMPOK : V (LIMA)

ASISTEN : WULAN PURNAMASARI, S.Si

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2016
PERCOBAAN V
PENGENDAPAN PROTEIN DAN PENGUKURAN KADAR PROTEIN

A. TUJUAN
Tujuan dari percobaan pengendapan protein dan pengukuran kadar
protein yaitu untuk mengetahui cara mengendapkan protein dengan
ammonium sulfat dan mengukur kadar protein setiap bahan uji yang
digunakan dengan metode biuret.

B. LANDASAN TEORI
Protein merupakan polimer asam-asam amino (polipeptida) yang
bermacam-macam fungsi penting seperi biokatalisator (enzim) reaksi-reaksi
fisiologis, sebagai bagian dari sistem pengaturan ekspersi genetik (protein
regulator) serta sebagai komponen penyusun sel. Protein tersusu atas satuan
yang berupa asam amino. Jumlah asam amino yang umum terdapat pada
jasad hidup ada 20 macam. Satu asam amino terdiri atas satu gugus amino,
satu gugus karboksil, satu atom hidrogen dan satu rantai samping yang terikat
pada atom karbon (Yuwono, 2007).
Penggolongan protein berdasarkan strukturnya, protein dapat
dibedakan menjadi dua golongan besar, yaitu protein sederhana dan protein
gabungan. Protein sederhana adalah protein yang hanya terdiri atas molekul-
molekul asam amino. Protein sederhana dibedakan menjadi dua, yaitu protein
serat dan protein globular. Sedangkan protein gabungan adalah protein
gabungan antara lain : mukoprotein, lipoprotein dan nukleoprotein (Marzuki
dkk., 2010).
Telur merupakan bahan pangan hasil ternak unggas yang memiliki
sumber protein hewani yang memiliki rasa lezat, mudah dicerna dan bergizi
tinggi. Kandungan protein pada telur terdapat pada putih telur dan kuning
telur. Putih telur merupakan salah satu bagian dari sebuah telur utuh yang
mempunyai persentase sekitar 58-60 % dari berat telur itu dan mempunyai
dua lapisan, yaitu lapisan kental dan lapisan encer. Lapisan kental terdiri atas
lapisan kental dalam dan lapisan kental luar dimana lapisan kental dalam
hanya 3% dari volume total putih telur dan lapisan kental putih telur
mengandung protein dengan karakteristik gel yang berhubungan dengan
jumlah ovomucin protein (Agustina dkk., 2013).
Secara kolorimetri, protein dapat ditetapkan kadarnya dengan metode
biuret. Prinsipnya adalah bahwa ikatan peptida dapat membentuk senyawa
kompleks berwarna ungu dengan penambahan garam kupri dalam suasana
basa. Pereaksi biuret terdiri dari campuran protein dengan sodium hidroksida
(berupa larutan) dan tembaga sulfat. Warna violet adalah hasil dari reaksi ini.
Reaksi ini positif untuk 2 atau lebih ikatan peptida. Spektrum absorbansi
suatu larutan protein bervariasi tergantung pada pH dan sesuai dengan
susunan residu asam amino. Kerugian dari metode ini adalah hasil pembacaan
tidak murni menunjukkan kadar protein saja, melainkan bisa saja kadar
senyawa yang mengandung benzena, gugus fenol, gugus sulfhidrin, ikut
terbaca kadarnya. Selain itu, waktu pelaksanaan yang lama sering kali dirasa
kurang efisien (Purwanto, 2014).
Prinsip reaksi Biuret adalah reaksi antara tembaga sulfat dalam alkali
dengan senyawayang berisi dua atau lebih ikatan pepetida seperti protein
yang memberikan warna ungu biru yang khas. Fungsi reagen biuret adalah
untuk membentuk kompleks sehingga yang dikandung dapat diidentifikasi.
Reaksi biuret ini bersifat spesifik, artinya hanya senyawa yang mengandung
ikatan pepetida saja yang akan bereaksi dengan pereaksi Biuret (Machin,
2012).
Analisa kandungan protein dilakukan dengan metode Biuret, metode
ini memanfaatkan reaksi antara logam Cu2+ dengan ikatan peptida pada
protein. Kadar protein dihitung dalam satuan g/mL enzim. Kadar protein
diukur berdasarkan indikator spektrum warna menggunakan spektrofotometer
pada panjang gelombang 520 nm. Kurva standard dibuat menggunakan
Larutan Bovine Serume Albumin (BSA) 0; 100; 200; 300; 400; dan 500
g/mL (Wahyuningtyas dkk., 2013).
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat

No Nama alat Fungsi alat


1 Batang pengaduk Digunakan untuk memindahkan cairan dari
bejana satu kebejana lain
2 Gelas ukur Di gunakan untuk menyimpan larutan dalam
jumlah tertentu
3 Gelas kimia Digunakan untuk menyimpan putih telur
(albumin)
4 Kuvet Digunakan untuk menyimpan larutan sampel
yang akan ditentukan absorbansinya
5 Pipet tetes Digunakan untuk memindahkan larutan dari
suatu tempat ketempat lain
6 Rak tabung Digunakan untuk menyimpan tabung reaksi
7 spektrofotometr Digunakan untuk mengukur absorbansi
sampel
8 Tabung reaksi Digunakan untuk menyimpan larutan sampel

2. Bahan

No Nama bahan Fungsi bahan


1 Telur (putih Digunakan untuk sebagai sampel yang akan
telur/albumin) ditentukan absorbansinya
2 Akuades Digunakan dalam pembuatan larutan blanko
yang dicampur dengan reagen biuret
3 Reagen biuret Digunakan untuk membuat kompleks
sehingga yang di kandung dapat
diidentifikasi
D. PROSEDUR KERJA
1. Pembuatan larutan blanko

Akuades
- Dimasukan 1 mL kedalam gelas kimia
- Ditambahkan 5 mL reagen biuret
- Diinkubasi selama 30 menit
- Dikur absorbansinya

Absorbansi = 0,817 A

2. Pengukuran kadar protein sampel

Sampel albumin

- Dimasukan kedalam 5 tabung reaksi


berbeda masing-asing 0,5 mL: 1 mL:
1,5 mL: 2 mL:2,5 mL

Sampel I Sampel Sampel Sampel Sampel


II III IV V

- Ditambahkan 5 mL biuret pada


masing-masing sampel
- Dihomogenkan
- Diinkubasi selama 30 menit
- Dikur absorbansinya pada 660 nm

Sampel I = 0, 912 A
Sampel II= 0, 859 A
Sampel III= 0, 844 A
Sampel IV= 0, 782 A
Sampel V= 0,797 A
E. HASIL PENGAMATAN
1. Tabel pengamatan

No Perlakuan Absorbansi
1 0,5 mL albumin + 5 mL Biuret 0,912 A
2 1 mL albumin + 5 mL Biuret 0,859 A
3 1,5 mL albumin + 5 mL Biuret 0,844 A
4 2 mL albumin + 5 mL Biuret 0,782 A
5 2,5 mL albumin + 5 mL Biuret 0,797 A
6 1 mL albumin + 5 mL Biuret 0,817 A

2. Kurva BSA

BSA
0.35
0.3 y = 0.0303x + 0.0097
0.25 R = 0.9685
Absorbans

0.2
0.15
0.1
0.05
0
0 2 4 6 8 10 12
Konsentrasi mg/mL
3. Perhitungan
a. Kadar protein untuk sampel I (0,5 mL albumin)
y = 0,912 A
y = 0,0303x + 0,0097
0,912 = 0,0303x + 0,0097
0,0303x = 0,912 - 0,0097
0,0303x = 0,9023
0,0303
x = 29,77 %
b. Kadar protein untuk sampel II (1 mL albumin)
y = 0,859 A
y = 0,0303x + 0,0097
0,859 = 0,0303x + 0,0097
0,0303x = 0,859 - 0,0097
0,0303x = 0,8493
0,0303
x = 28,03 %
c. Kadar protein untuk sampel III (1,5 mL albumin)
y = 0,844 A
y = 0,0303x + 0,0097
0,844 = 0,0303x + 0,0097
0,0303x = 0,844- 0,0097
0,0303x = 0,8343
0,0303
x = 27,52 %
d. Kadar protein untuk sampel IV (2 mL albumin)
y = 0,782 A
y = 0,0303x + 0,0097
0,782 = 0,0303x + 0,0097
0,0303x = 0,782 - 0,0097
0,0303x = 0,7723
0,0303
x = 25,48 %
e. Kadar protein untuk sampel V (2,5 mL albumin)
y = 0,912 A
y = 0,0303x + 0,0097
0,797 = 0,0303x + 0,0097
0,0303x = 0,797 - 0,0097
0,0303x = 0,7873
0,0303
x = 25,98 %
f. Kadar blanko
y = 0,817 A
y = 0,0303x + 0,0097
0,817 = 0,0303x + 0,0097
0,0303x = 0,817 - 0,0097
0,0303x = 0,8073
0,0303
x = 20,64 %
F. PEMBAHASAN
Protein merupakan salah satu unsur makro yang terdapat pada bahan
selain lemak dan karbohidrat. Protein merupakan sumber asam amino yang
mengandung unsur-unsur C, H, O dan N dalam ikatan kimianya. Fungsi
utama protein dalam tubuh adalah sebagai zat pembentuk jaringan baru dan
mempertahankan jaringan yang sudah ada agar tidak mudah rusak.
Percobaan ini dilakukan untuk menganalisis kadar protein secara
kuantitatif dengan menggunakn metode Biuret. Penentuan kadar protein
dengan metode biuret ini, didasarkan pada pengukuran serapan cahaya oleh
ikatan kompleks berwarna ungu. Hal ini terjadi apabila protein bereaksi
dengan tembaga dalam lingkungan alkali.
Percobaan ini digunakan pereaksi biuret sebagai penguji ada atau
tidaknya protein dalam sampel yang digunakan. Pereaksi biuret ini digunakan
utuk menguji adanya ikatan peptida pada sampel dengan membentuk
kompleks berwarna ungu. Adapun sampel yang digunakan pada percobaan ini
ialah sampel putih telur (albumin).
Untuk mengetahui jumlah (konsentrasi) zat dalam hal ini protein
dalam sampel digunakan spektrofotometer, yang dimana prinsip kerja dari
spektrofotometer ini didasarkan pada pengukuran serapan sinar
monokromatis oleh suatu jalur larutan berwarna pada panjang gelombang
spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi
dengan detektor fototube. Metode ini dapat digunakan untuk sampel yang
berupa larutan berwarna maupun tidak berwarna, karena pada umumnya
suatu alat spektrofotometer dilengkapai sumber cahaya untuk mengukur
spektrum panjang gelombang pada daerah tertentu.
Setelah melakukan percobaan ini, diperoleh reaksi positif terjadi
antara sampel putih telur dengan pereaksi biuret. Adanya ikatan peptida pada
sampel albumin (reaksi positif) ditunjukkan denga adanya perubahan warna
larutan yang semula bening berubah menjadi larutan berwarna ungu. Warna
ungu ini berasal dari terbentuknya kompleks akibat terikatnya asam amino
yang satu dengan asam amino yang lain oleh Cu2+. Warna ungu yang
terbentuk dari kompleks larutan protein berbeda-beda bergantung pada
konsentrasi dari masing-masing sampel albumin. Semakin besar konsentrasi
sampel albulmin yang digunakan, maka semakin pekat pula kompleks warna
ungu yang terbentuk dan begitu pula sebaliknya.
Selain diperoleh adanya reaksi positif yang menandakan adanya ikatan
peptida pada sampel, diperoleh pula nilai absorbansi dari masing-masing
sampel albumin dan larutan blanko. Nilai absorbansi dari masing-masing
sampel albumin dan larutan blanko. Nilai absorbansi untuk larutan blanko
ialah sebesar 0,817 A. Adapun nilai absorbansi dari masing-masing sampel,
yaitu pada sampel I (0,5 mL albumin) sebesar 0,912 A, sampel II (1 mL
albumin) sebesar 0,859 A, sampel III (1,5 mL albumin) sebesar 0,782 A dan
pada sampel V (2,5 mL albumin) ialah sebesar 0,797 A.
Hal tersebut tidak begitu sesuai dengan teori yang dijelaskan oleh
Tristanto dkk (2014) dalam jurnalnya yang berjudul Optimalisasi
Pemanfaatan Daun Lamun Thalassia Hemprichi sebagai Sumber Anti
Oksidan Alami yang menyatakan bahwa semakin besar konsentrasi maka
akan semakin kecil nilai absorbansinya. Adapun ketidaksesuaian antara teori
dan praktik ini dapat terjadi karena adanya beberapa kemungkinan kesalahan,
antara lain : kemungkinan ketidaksesuaian volume sampel yang digunakan
atau mungkin juga disebabkan karena adanya kesalahan tekhnis pada saat
menggunakan spektrofotometer, yang dimana kemungkinan adanya zat lain
yang menempel pada kuvet sehingga menyebabkan pembacaan nla
absorbansi tidak tepat.
Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan persamaan linear
kurva absorbansi standar, yaitu y = 0,0303x + 0,0097, diperoleh kadar protein
yang terkandung dalam masing-masing sampel albumin dengan cara
mensubtitusikan nilai y dengan nilai absorbansi masing-masing sampel
albumin. Adapun kadar untuk sampel I (0,5 mL albumin) adalah sebesar
29,77%, sampel II (1 mL albumin) sebesar 28,03%, sampel III (1,5 mL
albumin) sebesar 27,53%, sampel IV (2 mL albumin) sebesar 25,48% dan
sampel V (2,5 mL albumin) memiliki kadar protein sebesar 25,98%.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
bahwa albumin dalam hal ini disebut sampel, mengandung protein dan
memiliki ikatan peptida. Hal ini ditunjukkan dengan adanya kompleks
berwarna ungu setelah direaksikan dengan pereaksi biuret dimaa kompleks
berwarna ungu ini, semakin besar konsentrasi sampel semakin pekat pula
warna ungu yang terbentuk. Dan dengan menggunakaan spektrofotometer,
nilai absorbansi sampel dapat diukur, sehingga kadar protein yang terkandung
dalam sampel dapat dihitung, dimana semakin besar nilai absorbansinya
maka kadar protein yang terkandung pun semakin besar.
G. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa kadar protein pada sampel 0,5 mL albumin adalah 29,77 %, pada
sampel 1 mL albumin 28,03%, pada sampel 1,5 mL albumin adalah 27,53%,
pada sampel 2 mL albumin adalah 25,48%, pada sampel 2,5 mL albumin
adalah 25, 98%, serta pada sampel larutan blanko diperoleh kadar protein
sevesar 26,64%.
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, N., Imam T. dan Djalal R., 2013, Evaluasi Sifat Putih Telur Ayam
Pasteurisasi Ditinjau dari pH, Kadar Air, Sifat Emulsi dan Daya
Kembang Angel Cake, Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan, Vol. 23(2).
Machin, A., 2012, Potensi Hidrolisat Tempe sebagai Penyedap Rasa melalui
Pemanfaatan Ekstrak Buah Nanas, Biosaintifika, Vol. 4(2).
Marzuki, I., Amirullah dan Fitriana, 2010, Kimia dalam Keperawatan, Pustaka
As-Salam : Takalar.
Purwanto, M. G. M., 2014, Perbandingan Analisa Kadar Protein Terlarut dengan
Berbagai Metode Spektroskopi UV-Visible, Jurnal Ilmiah Sains dan
Teknologi, Vol. 7(2).
Tristanto, R., Megawati A. P. dan Wahyunanto A. N., 2013, Optimalisasi
Pemanfaatan Daun Lamun Thalassia Hemprichii sebagai Sumber
Antioksidan Alami, Jurnal Bioproses Komoditas Tropis, Vol. 1(1).
Yuwono, T., 2007, Biologi Molekular, Erlangga : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai