Anda di halaman 1dari 4

JKK, tahun 2012, volume 1 (1), halaman 31-34 ISSN 2303-1077

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP AKTIVITAS ENZIM PROTEASE


DARI DAUN SANSAKNG (Pycnarrhena cauliflora Diels)

Tri Noviyanti1*, Puji Ardiningsih1, Winda Rahmalia1


1
Program Studi Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi,
*
email: trinoviyanti62@yahoo.com

ABSTRAK
Daun sansakng (P. cauliflora Diels) telah dimanfaatkan sejak lama sebagai penyedap rasa dan
pengempuk daging oleh masyarakat pedalaman Kalimantan Barat karena mengandung enzim protease.
Salah satu faktor yang mempengaruhi laju reaksi enzim protease adalah temperatur. Dalam penelitian
ini dilakukan penentuan temperatur optimum reaksi enzimatis protease dari daun sansakng. Temperatur
divariasi dari 30, 40, 50 dan 60oC. Aktivitas unit enzim ditentukan dengan substrat kasein menggunakan
spektrofotometer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas ekstrak kasar mencapai optimum pada
temperatur 50oC yaitu sebesar 1,1170 U/mL.

Kata Kunci: sansakng, P. cauliflora Diels, protease, temperatur optimum

PENDAHULUAN beberapa faktor yang menyebabkan enzim


dapat bekerja dengan optimal dan efisien.
Perkembangan ilmu bioteknologi telah Faktor-faktor utama yang mempengaruhi
menempatkan penggunaan enzim sebagai aktivitas enzim adalah konsentrasi enzim,
salah satu alternatif untuk berbagai keperluan, substrat, senyawa inhibitor dan aktivator, pH
misalnya bidang industri dan pengobatan. serta temperatur lingkungan (Muchtadi dkk.,
Salah satu enzim yang telah banyak dipelajari 1992).
adalah enzim protease yang berfungsi Temperatur mempengaruhi aktivitas enzim.
mengkatalis hidrolisis ikatan peptida pada Pada temperatur rendah, reaksi enzimatis
protein. Enzim protease merupakan enzim berlangsung lambat, kenaikan temperatur akan
penting dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi mempercepat reaksi, hingga suhu optimum
karena aplikasinya sangat luas. Contoh industri tercapai dan reaksi enzimatis mencapai
pengguna enzim protease antara lain industri maksimum. Kenaikan temperatur melewati
deterjen, kulit, tekstil, makanan, pengolahan temperatur optimum akan menyebabkan enzim
susu, farmasi, bir dan limbah (Moon and terdenaturasi dan menurunkan kecepatan reaksi
Parulekar, 1993). Protease yang digunakan enzimatis (Wuryanti, 2004). Oleh karena itu,
mencapai 59% dari total enzim yang pada penelitian ini dilakukan studi pengaruh
diperjualbelikan di seluruh dunia (Gaur and temperatur terhadap aktivitas ekstrak kasar
Wadhwa, 2008). enzim protease daun sansakng.
Sumber enzim protease yang telah diketahui
berasal dari hewan, mikroba, dan tanaman. METODOLOGI PENELITIAN
Tanaman merupakan sumber enzim protease
terbesar (43,85%) diikuti oleh bakteri (18,09%), Bahan dan alat
jamur (15,08%), hewan (11.15%), alga (7,42%) Bahan baku yang digunakan dalam penelitian
dan virus (4,41%) (Mahajan dan Shamkant, ini adalah daun sansakng segar yang di dapat
2010). Enzim protease dari tanaman memiliki dari Dusun Aping Desa Pasti Jaya Kecamatan
spesifisitas substrat yang luas, aktivitas dan Samalantan, Kalimantan Barat. Bahan-bahan
stabilitas yang tinggi pada berbagai variasi kimia yang digunakan adalah akuades,
temperatur, pH, ion logam, inhibitor serta ammonium sulfat ((NH4)2SO4), asam
pelarut organik. Hal ini membuat protease dari trikhloroasetat (TCA), kasein dan tirosin.
tanaman merupakan pilihan yang sangat baik Alat-alat yang digunakan adalah alat-alat
untuk industri makanan, medis, bioteknologi dan gelas, blender, mikropipet, penangas air,
farmakologi (Mehrnoush et al., 2011). sentrifus, spektrofotometer Genesys, dan
Sansakng merupakan salah satu tanaman termometer.
yang diindikasikan mengandung enzim
protease. Masyarakat suku Dayak dan Melayu Preparasi ekstrak kasar enzim (El-Tanboly,
di pedalaman Kalimantan Barat memanfaatkan 2001 dan Al-Sayed, 2003)
daun sansakng sebagai pengempuk daging Sebanyak 200 gram daun sangsank
dan penyedap rasa. Kemampuan protease dihomogenisasi dengan 1 L buffer fosfat pH 7
dalam mempercepat reaksi dipengaruhi selama 15 menit pada temperatur ruang dan

31
JKK, tahun 2012, volume 1 (1), halaman 45-48 ISSN 2303-1077

disaring. Endapan dibuang, filtrat ditambahkan Indonesia Pusat Penelitian BIOLOGI Bogor
ammonium sulfat pada tingkat kejenuhan 50% Bidang Botani diketahui bahwa daun sansakng
dan distirer pada temperatur 4oC selama 20 yang digunakan merupakan spesies:
menit sampai tercampur rata. Sampel lalu Pycnarrhena cauliflora Diels dari keluarga
disentrifus pada temperatur 4oC dengan Menispermaceae (Ardiningsih dan Risa, 2010).
kecepatan 4000 rpm selama 15 menit. Endapan
yang terbentuk setelah sentrifugasi, dilarutkan
dalam 0,5 mL larutan 0,05 M buffer fosfat pH 7,0
dan digunakan sebagai ekstrak kasar enzim
protease daun sansakng.

Pengujian aktivitas protease


Pengukuran aktivitas protease dilakukan
menggunakan metode Enggel et al (2004).
Sebanyak 0,1 mL larutan enzim ditambahkan
dengan 0,1 mL larutan 0,05 M buffer fosfat pH
7, dipreinkubasikan pada temperatur 37C
selama 5 menit. Selanjutnya ditambahkan 0,1
mL substrat (2% kasein dalam 0,05 M larutan Gambar 2. Tumbuhan sangsakng
buffer fosfat pH 7), diinkubasikan pada
temperatur 37C selama 10 menit. Reaksi Ekstrak kasar enzim protease dari daun
dihentikan dengan menambahan 0,2 mL asam sansangk diperoleh melalui pemecahan sel-sel
trikhloroasetat (TCA) 0,4 M dan disentrifus. secara mekanis dengan cara memblender daun
Sebanyak 0,2 mL filtrat hasil sentrifus sansakng yang telah dicampur dengan buffer
ditambahkan dengan 1 mL natrium karbonat 0,5 fosfat pH 7. Penggunaan buffer pH 7 dalam
M, dipreinkubasikan selama 10 menit, dan proses ekstraksi enzim bertujuan untuk menjaga
kemudian ditambahkan 1 mL reagen ninhidrin pH lingkungan sehingga diharapkan mampu
dan didiamkan selama 30 menit. Absorbansi meminimalkan denaturasi dan inaktivasi protein
diukur menggunakan spektrofotometer pada enzim yang terekstrak (Astuti, 2008).
panjang gelombang 578 nm. Aktivitas proteolitik Filtrat yang diperoleh kemudian ditambahkan
enzim dihitung dengan rumus: ammonium sulfat dengan konsentrasi 50%.
tirosin x V
Aktivitas protease = p x q x Fp Pada pemurnian enzim kitinase dari jamur
Keterangan : Scleroderma columnare dan Trichoderma
[tirosin]: konsentrasi tirosin yang terbentuk harzianum oleh Wijaya (2002) menggunakan
ammonium sulfat, aseton dan alkohol sebagai
v : volume total sampel pada tiap tabung
q : waktu inkubasi presipitat diperoleh bahwa enzim memiliki
p : jumlah enzim (mL) aktivitas tertinggi dengan menggunakan
Fp: faktor pengenceran ammonium sulfat sebagai presipitat.
Sebagaimana yang diketahui bahwa ammonium
Penentuan temperatur optimum enzim sulfat merupakan garam yang umum digunakan
protease (El-Sayed, 2001) dalam metode pemurnian dan pemekatan
Aktivitas enzim protease sansakng diukur enzim. Hal ini disebabkan ammonium sulfat
pada variasi temperatur inkubasi 30, 40, 50 dan memiliki beberapa kelebihan antara lain
60oC. kelarutannya yang tinggi, murah, rendahnya
toksisitas terhadap sebagian besar enzim dan
mempunyai efek menstabilkan pada beberapa
HASIL DAN PEMBAHASAN enzim (Mutiah, 2005). Kumanaung dan Vanda
(2011) telah menggunakan ammonium sulfat
Preparasi ekstrak kasar enzim untuk mengekstrak enzim bromelin dari kulit
Sansakng memiliki bunga-bunga aksilar yang nanas (Ananas comosus L.merr) dengan variasi
tumbuh disepanjang tangkai berdaun atau konsentrasi 10-60%, sedangkan Witono, dkk
tangkai tak berdaun, permukaan daun licin dan (2006) menggunakan ammonium sulfat pada
mengkilat.. Tumbuhan sangsakng disajikan variasi konsentrasi 35, 50, 65 dan 80% untuk
pada Gambar 2. Sansakng biasanya hidup pemurnian parsial enzim protease getah
diantara pohon-pohon besar. Nama lain tanaman biduri (Calotropis gigantae). Selain itu
sansakng adalah sengkubak. Hasil determinasi El Sayed (2001) telah menggunakan ammonium
daun sansakng di Lembaga Ilmu Pengetahuan sulfat dengan variasi konsentrasi 30-80% untuk

32
JKK, tahun 2012, volume 1 (1), halaman 45-48 ISSN 2303-1077

memurnikan enzim rapanin dari daun lobak


putih (Raphanus sativus).
Penambahan ammonium sulfat dilakukan
secara perlahan-lahan pada temperatur 4oC
sambil di-stirrer karena peningkatan temperatur
akibat proses pelarutan yang dibantu magnetic
stirrer dapat menyebabkan denaturasi dan
perubahan kelarutan. Pemilihan temperatur 4oC
dilakukan untuk mencegah kerusakan enzim.
Supernatan yang diperoleh kemudian
dipisahkan dari endapan enzim dengan cara Gambar 1. Aktivitas relatif enzim protease pada
sentrifugasi pada temperatur 4oC kecepatan variasi temperature
4.000 rpm selama 15 menit. Sentrifugasi
merupakan sistem pemisahan berdasarkan Tabel 1.Pengaruh variasi temperatur terhadap
ukuran dan berat. Hasil setrifugasi merupakan aktivitas enzim
ekstrak kasar enzim protease. Partikel dengan Temperatur Aktivitas enzim
berat, ukuran dan bentuk yang berbeda akan (oC) (U/mL)
mengendap dengan kecepatan yang berbeda
(Yuningsih, 2006 & Rachmadani, 2007). 30 0,86600,0556
Pada penelitian ini pengukuran aktivitas 40 0,99860,0059
protease dilakukan dengan mengadopsi metode
50* 1,11700,0105
Enggel (2004). Prinsip kerja metode ini adalah
60 0,94390,0028
pengukuran asam amino tirosin yang
terhidrolisis dari substratnya. Enzim akan Nilai adalah rata-rata standar deviasi.
menghidrolisis substrat kasein dengan bantuan * Aktivitas enzim tertinggi
air menjadi asam amino dan peptida. Reaksi
dihentikan dengan menambahkan Aktivitas enzim optimum pada temperatur
Trichloroaceticacid (TCA). Filtrat dan endapan 50oC dan menurun 15,5% pada temperatur
yang terbentuk dipisahkan dengan cara 60oC, hal ini dikarenakan sebagian protein telah
sentrifugasi. Penambahan Na2CO3 bertujuan mengalami kerusakan atau terdenaturasi.
untuk mendapatkan pH sekitar 11,5 yang Temperatur lingkungan yang meningkat di
merupakan pH optimum untuk intensitas dan sekitar enzim akan menyebabkan putusnya
stabilitas warna. Warna yang terbentuk ikatan hidrogen, ikatan ion atau interaksi
kemudian diukur serapannya pada panjang hidrofobik sehingga struktur tersier enzim
gelombang 578 nm. berubah, yang menyebabkan struktur lipatan
enzim membuka pada bagian permukaan
Pengaruh temperatur terhadap aktivitas sehingga sisi aktif enzim berubah
enzim protease mengakibatkan terjadi penurunan aktivitas
Uji pengaruh temperatur terhadap aktivitas enzim (Whitaker, 1994). Aktivitas enzim di
enzim dilakukan untuk mengetahui kondisi bawah temperatur optimum yaitu pada
optimum enzim dalam mendegradasi substrat. temperatur 30 dan 40oC aktivitas enzim secara
Setiap enzim memiliki aktivitas maksimum pada berurutan sebesar 0,8660 dan 0,9986 U/mL.
temperatur tertentu, aktivitas enzim akan Rendahnya aktivitas enzim pada kedua
semakin meningkat dengan bertambahnya temperatur tersebut dibandingkan temperatur
temperatur hingga temperatur optimum tercapai. optimum, disebabkan rendahnya energi aktivasi
Kenaikan temperatur di atas temperatur yang tersedia. Energi aktivasi dibutuhkan untuk
optimum akan menyebabkan aktivitas enzim menciptakan kondisi tingkat kompleks aktif, baik
menurun (Baehaki, 2008). Pengaruh suhu molekul enzim maupun molekul substrat.
terhadap aktivitas protease ekstrak kasar daun Peningkatan energi molekul substrat akan
sangsangk dapat dilihat pada Gambar 1 dan meningkatkan laju reaksi enzim. Kenaikan
Tabel 1. temperatur menyebabkan aktivitas enzim
meningkat, karena temperatur yang semakin
tinggi akan meningkatkan energi kinetik yang
mempercepat gerak vibrasi, translasi dan rotasi
enzim dan substrat, sehingga menambah
intensitas tumbukan antara substrat dan enzim.
Tumbukan yang sering terjadi akan
mempermudah pembentukan kompleks enzim-

33
JKK, tahun 2012, volume 1 (1), halaman 45-48 ISSN 2303-1077

substrat, sehingga produk yang terbentuk Kosim, M., Surya, R.P., 2010, Pengaruh Suhu
semakin banyak. Pada temperatur optimum, pada Protease dari Bacillus subtilis,
tumbukan antara enzim dan substrat sangat Fakultas MIPA ITS, Surabaya.
efektif, sehingga pembentukan kompleks enzim- Kumanaung, M., dan Vanda, K., 2011, Aktivasi
substrat makin mudah dan produk yang Enzim Bromelin dari Ekstrak Kulit Nenas
terbentuk meningkat. Peningkatan temperatur (Ananas comosus), Jurnal Ilmiah Sains,
mengakibatkan enzim mengalami denaturasi Vol. 11, No. 2: 198-201
dan substrat mengalami perubahan konformasi Mahajan, R. T. dan Shamnkant, B.B., 2010,
sehingga sisi aktif substrat tidak dapat lagi atau Biological aspects of proteolytic enzymes: A
mengalami hambatan dalam memasuki sisi aktif Review, India J. Pharm., research, 3(9),
enzim dan menyebabkan turunnya aktivitas 2048-2068.
enzim (Kosim & Surya, 2010). Mehrnous et al., 2011, Optimization of the
Conditions for Extraction of Serine
SIMPULAN Protease from Kesinai Plant (Streblus
asper) Leaves Using Response Surface
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat Methodology, J. Mol., 2011, 16: 9245-9260.
disimpulkan bahwa ekstrak kasar enzim Moon, S.H. and S.J., Parulekar, 1993, Some
protease daun sansakng mencapai aktivitas observation on protease producing in
optimum pada temperatur 50oC yakni sebesar continuous suspention cultures of Bacillus
1,1170 U/mL. firmus. Biotechnology and Bioengineering
41, 43-45.
DAFTAR PUSTAKA Muchtadi, D., S.R Palupi dan M. Astawan, 1992,
Al-Sayed Al-Tanboly, 2003, Production of Plant Enzim dalam Industri Pangan, PAU Pangan
Proteinase from Jack Fruit (Artocarpus dan Gizi IPB, Bogor.
integrifolis) as a Source of Dairy Enzyme I. Mutiah, D., 2005, Ultrafiltrasi, Presipitasi
Isolation, Partial Purification and Some Bertingkat dan Kromatografi Penukar Ion
Properties, J. Bio. Sci., 6(16): 1435-1441. sebagai Tahapan Pemurnian Enzim
Ardiningsih, P., dan Risa, N., 2010, Eksplorasi Protease Bacillus megaterium MS-961,
Daun Sangsakng sebagai Enhancer Fakultas Teknologi Pertanian Institut
Flavour Alamiah, Laporan Penelitian. Pertanian Bogor. (Skripsi).
Fakultas Matematika dan Ilmu Rachmadani, D., 2007, Mempelajari Pemurnian
Pengetahuan Alam, Pontianak. Enzim Kitosanase Termostabil dari Isolat
Astuti, W., 2008, Suhu Optimum Protease dari Bacillus licheniformis MB-2 asal Tompaso,
Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc), J. Manado, Sulawesi Utara, Fakultas
Kimia Mulawarman, Vol. 5 No. 2, ISSN: Teknologi Pertanian Institut Pertanian
1693-5616. Bogor. (Skripsi).
Baehaki, A., dkk., 2008, Purifikasi dan Wijaya, S.K.S. 2002. Isolasi Kitinase dari
karakterisasi protease dari bakteri patogen Scleroderma columnare dan Trichoderma
Pseudomonas aeruginosa, Jurnal Teknologi harzianum (Isolation of Chitinase From
dan Industri Pangan, Vol. XIX No. 1: 80-87 Scleroderma columnare and Trichoderma
Enggel, J.; Meriandini, A. dan Natalia, L., 2004. harzianum). J. Ilmu Dasar, 3 (1): 30-35.
Karakterisasi Protease Ekstraseluler Witono, Y., dkk., 2006, Pemurnian Parsial
Clostridiun bifermentans R14-1-b. J. Enzim Protease dari Getah Tanaman Biduri
Mikrobiologi Indonesia, 9 (1): 912. (Calotropis gigantae) Menggunakan
El-Sayed, S.T., 2001, Purification and Ammonium Sulphat, Jurnal Teknologi
Characterization of Rhapanin, A Neutral Pertanian, Vol. 7 No. 1: 20-26.
Protease, from Raphanus sativus Leaves, Whitaker, J.,R., 1994, Principle of Enzymology
J. Bio. Sci., 4(5): 564-568. for The Food Science, Second Edition. New
El-Tanboly, E., 2001, The B-galactosidase York: Marcel Decker
System of a Novel Plant from Durian Seeds Wuryanti, 2004, Isolasi dan Penentuan Aktivasi
(Durio zibethinus). I, Isolation and Partial Spesifik Enzim Bromelin dari Buah Nanas
Characterization Pak. J. Bio. Sci., 12: 1531- (Ananas comosus L.,), Artikel: JKSA, Vol.
1534. VII No. 3: 83-87
Gaur, S. and Wadhwa, N., 2008, Alkaline Yuningsih, S., 2006, Isolasi dan Pencirian
protease from senesced leaves of invasive Protease dari Bakteri Isolat Natto, Fakultas
weed Lantana camara, African Journal of MIPA Institut Pertanian Bogor, (Skripsi).
Biotechnology, 7 (24): 4602-4608.

34

Anda mungkin juga menyukai