Oleh :
1. PUTU DEVANANDA P.A
15700024
15700026
3. KELVIN SUNARYO
15700028
15700030
15700032
15700034
7. KADEK YULIANTI
15700036
15700040
15700044
15700048
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
2015/2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan kesempatan sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
makalah ini tepat pada waktunya. Laporan makalah ini merupakan laporan hasil
diskusi dan analisis dari skenario yang telah diberikan. Makalah ini merupakan
suatu kewajiban tiap kelompok untuk menyampaikan hasil dari diskusinya dalam
FGD (Focus Group Disscussion) mengenai hal-hal yang berkenaan dengan
skenario yang telah diberikan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang baik secara
langsung maupun tidak langsung membantu hingga terselesaikannya laporan
makalah ini, antara lain Tutor kami dalam FGD (Focus Group Discussion)
Kelompok 2, dr. Ayu Cahyani.
Kami menyadari bahwa laporan makalah ini masih jauh dari
sempurna.Oleh karena itu saran atau kritik yang bersifat positif dan membangun
sangat kami harapkan untuk menyempurnakan laporan ini.Terima kasih.
Surabaya, 28 September 2016
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul..............................................................................................
Kata Pengantar.............................................................................................
Daftar isi.......................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang...............................................................................
B.
Rumusan Masalah..........................................................................
C.
Tujuan............................................................................................
1.
Tujuan Umum.........................................................................
2.
Tujuan Khusus........................................................................
1.
2.
Tinjauan Teoritis.....................................................................
3.
Konsep Fishbone....................................................................
14
B. Pembahasan......................................................................................
14
16
BAB IV PENUTUP
A.
Kesimpulan....................................................................................
20
B.
Saran..............................................................................................
22
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demam Berdarah Dengue banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama
dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak
tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat
negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia
Tenggara. (WHO,1998)
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu
masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Jumlah penderita
dan luas daerah penyebarannya semakin bertambah seiring dengan
meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk. Di Indonesia Demam
Berdarah pertama kali ditemukan di kota Surabaya pada tahun 1968, dimana
sebanyak 58 orang terinfeksi dan 24 orang diantaranya meninggal dunia
(Angka Kematian (AK) : 41,3 %). Dan sejak saat itu, penyakit ini menyebar
luas ke seluruh Indonesia. (Kemenkes R.I., 2010).
Penyebab DD/DBD adalah oleh virus dengue anggota genus Flavivirus,
diketahui empat serotipe virus dengue yaitu DEN-1, DEN- 2, DEN-3 dan
DEN-4. Nyamuk penular disebut vektor, yaitu nyamuk Aedes (Ae) dari
subgenus Stegomya. Vektor adalah hewan arthropoda yang dapat berperan
sebagai penular penyakit. Vektor DD dan DBD di Indonesia adalah nyamuk
Aedes aegypti sebagai vektor utama dan Aedes albopictus sebagai vektor
sekunder. Spesies tersebut merupakan nyamuk pemukiman, stadium
pradewasanya
mempunyai
habitat
perkembangbiakan
di
tempat
B. Rumusan Masalah
1.
2.
C. Tujuan
1.
Tujuan Umum
a.
b.
Bagi Masyarakat
Sebagai dasar pengetahuan dan pemikiran serta menjadi informasi
dalam upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD.
2.
Tujuan Umum
a.
b.
BAB II
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. ANALISIS
1. Kasus Demam Berdarah
Seperti telah diketahui bahwa dalam sebuah skenario kasus
dipaparkan bahwa di sebuah wilayah di lingkungan Puskesmas Antah
Kecamatan Berantah terdapat sebuah perusahaan vulkanisir ban yang
berlokasi 2 km dari perkampungan Desa Pinutur. Perusahaan tersebut
memiliki 100 orang karyawan yang sebagaian besar berdomisili di Desa
Pinutur tersebut. Desa Pinutur saat ini sedang terjangkit endemi wabah
demam berdarah. Dari 100 orang karyawan didapati 15 orang tenaga kerja
perusahaan vulkanisir ban tersebut sedang dirawat di Puskesmas karena
menderita demam berdarah.
Dari hasil survey di lapangan didapati data bahwa di lingkungan
perusahaan terdapat bahan baku berupa ban bekas yang melebihi kapasitas
gudang sehingga tertumpuk di luar gudang sehingga menjadi tempat
genangan air sebagai habitat sarang nyamuk Aedes aegypti. Secara umum
juga ditemukan fakta bahwa perusahaan vulkanisir ban kurang peduli
terhadap kebersihan dan kesehatan di lingkungan kerja yang dibuktikan
berdasarkan hasil survey ditemukan pakaian kerja yang bergantungan di
ruang produksi dalam kondisi kotor, sampah produksi maupun limbah
individu berserakan, rumput liar tumbuh tanpa perawatan lingkungan
menambah kesan kumuh pada perusahaan. Saluran air tidak lancar
sehingga di musim penghujan banyak genangan di sekitar perusahaan.
2. Tinajauan Teoritis (Kemenkes R.I, 2010)
a. Definisi DBD
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi virus akut
yang disebabkan oleh virus Dengue. DBD menyerang semua golongan
umur terutama anak - anak dengan ciri demam tinggi mendadak
wilayah
Indonesia.
Hasil
penelitian
di
Indonesia
E. PROTEIN
M.
PROTEIN
C. PROTEIN
+ ssRNA
6
Spheres
Diameter: 40-60 nm
Gambar 2 : Virus Dengue
c. Penularan dan masa inkubasi
1) Vektor DBD
Penyakit DBD ditularkan melalui dua jenis nyamuk pembawa
(vektor) yaitu Aedes aegypti dan Aedes albopictus, kedua jenis
nyamuk ini terdapat hampir di seluruh Indonesia kecuali daerah
dengan ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut
(Hiswani, 2003). Jarak terbang nyamuk Aedes aegypti antara 40
hingga 100 meter.
sampai 5 hari setelah demam timbul. Nyamuk menjadi infektif 812 hari sesudah mengisap darah penderita yang sedang viremia
(periode inkubasi ekstrinsik) dan tetap infektif selama hidupnya
Setelah melalui periode inkubasi ekstrinsik tersebut, kelenjar
ludah nyamuk bersangkutan akan terinfeksi dan virusnya akan
ditularkan ketika nyamuk tersebut menggigit dan mengeluarkan
cairan ludahnya ke dalam luka gigitan ke tubuh orang lain. Setelah
masa inkubasi di tubuh manusia selama 3 - 4 hari (rata-rata
selama 4-6 hari) timbul gejala awal penyakit secara mendadak,
yang ditandai demam, pusing, myalgia (nyeri otot), hilangnya
nafsu makan dan berbagai tanda atau gejala lainnya.
Viremia biasanya muncul pada saat atau sebelum gejala
awal penyakit tampak dan berlangsung selama kurang lebih lima
hari. Saat-saat tersebut penderita dalam masa sangat infektif untuk
vektor nyamuk yang berperan dalam siklus penularan, jika
penderita tidak terlindung terhadap kemungkinan digigit nyamuk.
Hal tersebut merupakan bukti pola penularan virus secara vertikal
dari nyamuk-nyamuk betina yang terinfeksi ke generasi berikutnya.
4) Host
Virus dengue menginfeksi manusia dan beberapa spesies
dari primata rendah. Tubuh manusia adalah reservoir utama bagi
virus tersebut, meskipun studi yang dilakukan di Malaysia dan
Afrika menunjukkan bahwa monyet dapat terinfeksi oleh virus
dengue sehingga dapat berfungsi sebagai host reservoir.
Semua orang rentan terhadap penyakit ini, pada anak-anak
biasanya menunjukkan gejala lebih ringan dibandingkan dengan
orang dewasa. Penderita yang sembuh dari infeksi dengan satu
jenis serotipe akan memberikan imunitas homolog seumur hidup
tetapi tidak memberikan perlindungan terhadap terhadap infeksi
serotipe lain dan dapat terjadi infeksi lagi oleh serotipe lainnya.
5) Faktor Resiko DBD
Beberapa faktor yang berisiko terjadinya penularan dan
semakin berkembangnya penyakit DBD adalah pertumbuhan
jumlah penduduk yang tidak memiliki pola tertentu, faktor
urbanisasi yang tidak berencana dan terkontrol dengan baik,
semakin
majunya
sistem
sangat
mudah,
penduduk
transportasi
sehingga
sistem pengelolaan
mobilisasi
limbah
dan
dan
kepadatan
nyamuk,
kurangnya
sistem
Skunder
Tersier
Promosi kesehatan :
Program
Upayakan
Penyuluhan
pemeriksaan
kesehatan
tentang
penyakit
DBD
dan
cara
memelihara
seperti
berkala pemberian
cairan
lingkungan
tempat Menganjurkan
makanan
kesehatan lingkungan.
seperti
melakukan
Melakukan
usahakan
3M
pemberantasan
dalam
tindakan
(menguras, mengubur,
menutup)
sarangnya
Upaya
pencegahan
DBD
Pemberian
ditunjukkan
pada
demam bedarah.
Memberikan
jambu.
perkembang biakannya
kuantitas
banyak
untuk
pemberantasan
makan
banyak
obat mengandung
protein
jus Mengusahakan
pasien yang dalam
masa
pemulihan
nyamuk
lagi.
Melakukan
donor darah
10
No
Kegiatan
1
2
3
4
Kerja bakti
Membuat locker
Membuat gudang ban bekas
Fogging
4
3
4
5
Efektifitas
I
V
4
2
3
4
Efesiensi
C
Hasil
2
3
4
4
16
6
12
20
2
3
4
4
kegiata
n
Sasaran
Target
me
Rincian
kegi
kegiatan
Mengumpul
Pemben Kepala
1.
atan
1x
tukan
Desa,
terbentuk
tim
Pihak
tim yang
Lokasi
Tenaga
pelaksa
pelaksan
na
Kebutuhan
jadwal
pelaksanaa
n
Balai
Kepala
desa
Desa,
dilakukann
um
Kepala
Pitutur
Pihak
ya rapat,
penyedi akan
kegi
Desa, Pihak
penyedia
konsumsi
a jasa
melakuka
atan
penyedia
jasa
Foggin
n fogging
dilak jasa
Fogging,
g,
2.
sana
Fogging,
kepala
kepala
menentuk
kan
kepala
puskesm
puskes
an
puskesmas,
as,
mas,
wilayah
Warga desa
Warga
Warga
yang akan
pitutur,
desa
desa
di
Pemilik
pitutur,
pitutur,
fogging
Perusahaan
Pemilik
Pemilik
3.
Perusaha
Perusah menyepak
aan
an
ati
pembiaya
an dalam
melakuka
11
January
Lokasi
Foggin
Rumah
n fogging
1. seluruh
3-4x
Menyiapkan Rumah
Tim
Februar
Bahan
warga
rumah
dala
keperluan
seluruh
pelaksan
y-
serta alat
desa
warga
dalam
warga
a fogging April
pitutur,
desa
semi
melakukan
desa
melakukan
lingkun
Pitutur
nggu fogging
pitutur
fogging
gan
telah
meliputi
serta
yang
bebas dari
bahan, alat
lingkun
diduga
nyamuk
dan tim
gan di
tempat
2.
yang
sekitarn
perkem
lingkunga
melakukan
ya, dan
bang
n sekitar
fogging
lingkun
biakan
perusahaa
untuk
gan di
nyamuk n bebas
sekitar
dari
perusah
lingkun
nyamuk
aan
gan
3. angka
sekitar
penderita
perusah
wabah
aan
DBD
dapat
menurun
Evaluas Menyus Seluruh
1x
Menyusun
Balai
Kepala
un
rumah
setel
laporan
desa
Desa,
laporan
dan
ah
kegiatan,
Pitutur
Pihak
kegiata
lingkunga
kegi
menghitung
penyedia
n,
n sekitar
ataa
persentase
jasa
melaks
desa
penderita
Fogging,
anakan
pitutur
seles
wabah DBD
kepala
evaluas
dan
ai
sebelum
puskesm
lingkunga
12
as,
Mei
Alat tulis
n sekitar
sana
dilakukan
Warga
perusahaa
kan
fogging
desa
n bebas
pitutur,
dari
Pemilik
nyamuk
Perusaha
an
Problem Solving
Demam Berdarah Dengue sedang merebak sedang merebak di wilayah desa
Pitutur, bahkan 15 orang tenaga kerja perusahaan dirawat di puskesmas karena
Demam Berdarah Dengue. Dari kasus tersebut di dapatkan penyebabnya adalah :
1. Sampah berserakan dan rumput-rumput liar banyak tumbuh di halaman
perusahaan
2. Genangan air cukup banyak di sekitar perusahaan dan perkampungan.
3. Tumpukan ban bekas melebihi kapasitas gudang
Alternatif kegiatan untuk memecahkan kasus tersebut adalah :
1. Kerja bakti
2. Membangun locker
3. Membuat gudang ban bekas
LINGKUNGAN
Kepedulian Persh Rendah
Minim Pengetahuan
Randah PHBS
DBD, Bahaya DBD,
Pencegahan, Tindakan
Dini
13
KLB DBD
SARPRAS KESEHATAN
METODE
B. PEMBAHASAN
Dalam hubungan sebab akibat, KLB DBD sebagai akibat dipicu oleh
beberapa faktor sebagai berikut :
1.
Faktor manusia,
a.
b.
2. Faktor
lingkungan,
rendahnya
kepedulian
perusahaan
terhadap
4.
14
15
BAB III
RENCANA PROGRAM
Rencana program kesehatan masyarakat disusun berdasarka faktor-faktor
yang berhasil diidentifikasi sehingga memiliki kemampuan untuk memecahkan
masalah dalam hal pengendalian KLB DBD yaitu :
1.
2.
3.
b.
16
Manajemen Program
1.
Pemaksimalan Fogging
Planing
Organizing
Actualing
(Perencanaan)
(Pengorganisasian)
(Pelaksanaan Program)
1. Menentukan wilayah 1. Membentuk tim kerja 1. Melaksanakan
yang akan menjadi
fogging di lingkungan
foging di lingkungan
target pengasapan.
Puskesmas
terdampak
digunakan.
lingkungan masyarakat
terdampak
sekitarnya
penanggung
jawab
di
foging
DBD
bersama
rencana.
4. Menentukan
2. Penyusun
anggaran kegiatan
format
rencana
laporan
yang
pelaksana kegiatan
5. Menyusun
relawan
laporan
kepada
Dinas Kesehatan
pertanggungjawaban
kegiatan
berbasis
anggaran
Pengendalian secara kimiawi masih paling populer baik bagi program
pengendalian DBD dan masyarakat. Penggunaan insektisida dalam pengendalian
vektor DBD bagaikan pisau bermata dua, artinya bisa menguntungkan sekaligus
merugikan. Insektisida kalau digunakan secara tepat sasaran, tepat dosis, tepat
waktu dan cakupan akan mampu mengendalikan vektor dan mengurangi dampak
negatif terhadap lingkungan dan organisme yang bukan sasaran.
Penggunaan insektisida dalam jangka tertentu secara akan menimbulkan
resistensi vektor. Data penelitian yang dilakukan pada tahun 2006 di Jakarta dan
Denpasar pada tahun 2009 yang dilakukan oleh Shinta dkk menunjukkan
resistensi vektor terhadap insektisida yang digunakan oleh program. Insektisida
untuk pengendalian DD/DBD harus digunakan dengan bijak dan merupakan
17
senjata pamungkas.
2.
(Perencanaan)
1. Menyusun draft MOu
perusahaan
dan
masyarakat
untuk
mengendalikan
kebersihan
(Pengorganisasian)
(Pelaksanaan Program)
Kepala puskesmas dan 1. Puskesmas memantau
jajarannya bersama sama
pelaksanaan foging di
dengan
lingkungan internal.
pemilik
kesehatan lingkungan
dan
pengelola
dan
Actualing
merumuskan
langkah
2. Menyusun
pelaksanaan
pengendalian
kebersihan
permohonan
kesahatan
dan
dalam
dukungan
anggaran
pelaksanaan 3m dan
untuk
kegiatan
3m plus di lingkungan
pengendalian DBD
perusahaan
3.
(Pengorganisasian)
18
(Pelaksanaan Program)
1. Menyusun
materi
sosialisasi berdasakan
brosur
panduan
Dinas
kelompok
Bahaya
Kesehatan
terkait
dan
manajemen DBD
2. Merencanakan media
sosialisasi
3. Menggalang
masyarakat
LSM
penggiat
Sosialisasi
Demam
Berdarah
dan
pencegahannya
melalui
DBD
kelompok, komunitas
target
dan
sosialisasi
kelompokperkumpulan-
perkumpulan
ada
di
yang
masyarakat
oleh
petugas
Puskesmas
2.
Pemberdayaan
masyarakat melalui
pelatihan PHBS dan
pemberantasan
jentik
nyamuk
19
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan infentarisir permasalahan terhadap kejadian DBD di
lingkungan perusahaan vulkanisir ban yang berdekatan dengan pemukiman
padat penduduk yang telah di dianalisa dengan metode fish bone dapat
disimpulkan bahwa Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian DBD di
Kecamatan Berantah adalah :
1.
Faktor manusia,
a.
b.
2.
Faktor
lingkungan,
rendahnya
kepedulian
perusahaan
terhadap
20
kematian.
Sedangkan pengendalian DBD oleh Puskemas Antah sebagai
pelaksana Dinas Kesehatan di Kecamatan Berantah adalah sebagai berikut:
1.
Pemaksimalan
tindakan
fogging
(pengasapan)
di
lingkungan
3.
21
B. SARAN
1.
2.
22
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI., 2004c. Kebijakan Program P-2 DBD danSituasiTerkini DBD di
Indonesia.Dirjen PPM & PL DepartemenKesehatanRepublik Indonesia, Jakarta.
WHO, 1998, Dengue in the WHO Western Pacific Region. Weekly Epidemiology
Record
Kemenkes R.I., 2010.Buletin Jendela Epidemiologi
Siregar, F.A., 2004, Epidemiologi dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue
di Indonesia, Digitized by USU Digital Library.
Hiswani. 2003. Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue
(DBD).
Tersedia
di
http://www.library.usu.ac.id/download/
fkm/fkm-
hiswani9.pdf
Hadinegoro, Sri Rezeki H. Soegianto, Soegeng. Suroso, Thomas. Waryadi,
Suharyono.
TATA
LAKSANA
DEMAM
BERDARAH
DENGUE
DI
INDONESIA.
Depkes&KesejahteraanSosialDirjenPemberantasanPenyakitMenular&Penyehatan
LingkunganHidup 2001. Hal 1 33.
Soeroso, T., 2003.Perkembangan DBD, EpidemiologidanPemberaantasannya di
Indonesiaa, Jakarta.
23