Anda di halaman 1dari 22

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Energi Matahari (Surya)


Energi Matahari adalah energi yang didapat dengan mengubah energi
panas Matahari melalui peralatan tertentu menjadi sumber daya dalam bentuk
lain. Energi matahari sangatlah luar biasa karena tidak bersifat polutif, tak dapat
habis, dapat dipercaya dan tidak membeli(Gunadarma.ac.id). Energi matahari
dapat dikonversikan langsung menjadi bentuk energi lain dengan tiga proses, yaitu
:

Proses Helochemical, Proses Helioelectrical, dan proses Heliothermal

(Anynomous,1997).

Proses Helochemical. Reaksi helochemical yang utama adalah proses

foto sintesa. Proses ini adalah sumber dari semua bahan bakar fosil.
Prosesn Helioelectrical. Reaksi Helioelectrical yang utama adalah

produksi listrik oleh sel sel surya.


Proses Heliotermal adalah penyerapan

radiasi

matahari

dan

pengkonversian energi ini menjadi energi termal.


Teknik pemanfaatan energi surya mulai muncul pada tahun 1839,
ditemukan oleh A.C. Becquerel. Ia menggunakan kristal silikon untuk
mengkonversi radiasi Matahari, namun sampai tahun 1955 metode itu belum
banyak dikembangkan. Selama kurun waktu lebih dari satu abad itu, sumber
energi yang banyak digunakan adalah minyak bumi dan batu bara. Upaya
pengembangan kembali cara memanfaatkan energi surya baru muncul lagi pada
tahun 1958. Sel silikon yang dipergunakan untuk mengubah energi surya menjadi
sumber daya mulai diperhitungkan sebagai metode baru, karena dapat digunakan
sebagai sumber daya bagi satelit angkasa luar. Energi matahari merupakan energi
yang utama bagi kehidupan di bumi ini. Berbagai jenis energi, baik yang
terbarukan maupun tak-terbarukan merupakan bentuk turunan dari energi ini baik
secara langsung maupun tidak langsung.

Selain itu energi panas matahari juga berperan penting dalam menjaga kehidupan
di bumi ini. Tanpa adanya energi panas dari matahari maka seluruh kehidupan di
muka bumi ini pasti akan musnah karena permukaan bumi akan sangat dingin dan
tidak ada makluk yang sanggup hidup di bumi.

2.2 Energi Matahari sebagai Energi Alternatif


Di antara sumber energi terbaharukan yang saat ini banyak dikembangkan
seperti turbin angin, tenaga air (hydro power), energi gelombang air laut, tenaga
surya, tenaga panas bumi, tenaga hidrogen, dan bio-energi], tenaga surya atau
solar sel merupakan salah satu sumber yang cukup menjanjikan.
Energi yang dikeluarkan oleh sinar matahari sebenarnya hanya diterima
oleh permukaan bumi sebesar 69 persen dari total energi pancaran matahari.
Suplai energi surya dari sinar matahari yang diterima oleh permukaan bumi sangat
luar biasa besarnya yaitu mencapai 3 x 1024 joule pertahun, energi ini setara
dengan 2 x 1017 Watt. Jumlah energi sebesar itu setara dengan 10.000 kali
konsumsi energi di seluruh dunia saat ini. Dengan kata lain, dengan menutup 0,1
persen saja permukaan bumi dengan divais solar sel yang memiliki efisiensi 10
persen sudah mampu untuk menutupi kebutuhan energi di seluruh dunia saat ini.
Energi panas matahari merupakan salah satu energi yang berpotensi untuk
dikelola dan dikembangkan lebih lanjut sebagai sumber cadangan energi terutama
bagi negara-negara yang terletak di khatulistiwa.
Indonesia berpotensi untuk menjadikan solar sel sebagai salah satu sumber
energi masa depan mengingat posisi Indonesia pada daerah khatulistiwa.
Berdasarkan perhitungan Mulyo Widodo, Dalam kondisi puncak atau posisi
matahari tegak lurus, sinar matahari yang jatuh di permukaan panel surya di
Indonesia seluas 1 m2 mampu mencapai 900 hingga 1000 Watt. Total intensitas
penyinaran perharinya di Indonesia mencapai 4500 watt hour/m 2 yang membuat
Indonesia tergolong kaya sumber energi matahari ini. Dan matahari di Indonesia
mampu bersinar hingga 2.000 jam pertahunnya.

Energi surya disebut-sebut oleh banyak orang sebagai sumber energi


utama di masa depan, jadi mari kita melihat keuggulan dan kelemahan energi
surya.

Energi surya memiliki keunggulan yang lebih banyak dibandingkan

dengan kelemahannya, tapi kelemahan ini masih merupakan batu sandungan


utama untuk pemakaian energi surya yang lebih luas.

2.3 Sistem Konversi Energi Surya


Untuk memanfaatkan potensi energi surya tersebut, ada 2 (dua) macam
teknologi yang sudah diterapkan, yaitu:
Teknologi energi surya fotovoltaik, energi surya fotovoltaik digunakan
untuk memenuhi kebutuhan listrik, pompa air, televisi, telekomunikasi, dan lemari
pendingin di Puskesmas dengan kapasitas total 6 MW.
Teknologi energi surya termal, energi surya termal pada umumnya
digunakan untuk memasak (kompor surya), mengeringkan hasil pertanian
(perkebunan, perikanan, kehutanan, tanaman pangan) dan memanaskan air.(dunia
listrik.blogspot.2008)
2.3.1 Teknologi energi surya fotovoltaik

Gambar 1. Panel Surya

Sel photovoltaic ini terbuat dari bahan khusus semikonduktor yang


sekarang banyak digunakan dan disebut dengan silikon. Ketika cahaya mengenai
sel silikon, cahaya tersebut akan diserap oleh sel ini, hal ini berarti bahwa energi
cahaya yang diserap telah ditransfer ke bahan semikonduktor yang berupa silikon.
Energi yang tersimpan dalam semikonduktor ini akan mengakibatkan elektron
lepas dan mengalir dalam semikonduktor. Semua sel photovoltaic ini juga
memiliki medan elektrik yang memaksa elektron yang lepas karena penyerapan
cahaya tersebut untuk mengalir dalam suatu arah tertentu. Elektron yang mengalir
ini adalah arus listrik, dengan meletakkan terminal kontak pada bagian atas dan
bawah dari sel photovoltaic ini akan dapat dilihat dan diukur arus yang mengalir
sehingga dapat digunakan untuk menyuplai perangkat eksternal. Hal diatas adalah
dasar perubahan energi surya menjadi listrik oleh semikonduktor silicon
(Alpensteel.com)
Sel Silikon
Sel silikon mempunyai sifat kimia khusus dalam format kristalnya. Atom silikon
mempunyai 14 elektron yang diatur dalam tiga kulit atom yang berbeda. Dua kulit
atom yang pertama terisi elektron penuh dan sisanya pada kulit terluar yang hanya
terisi empat elektron. Atom silikon ini akan selalu mencari jalan untuk memenuhi
kulit luarnya (ingin memenuhi sampai punya 8 elektron) dengan cara melakukan
ikatan dengan atom silikon lain yang kulit luarnya sama mempunyai 4 elektron.
Gabungan dari dua atom ini adalah struktur kristal murni yang merupakan dasar
pembentuk sel photovoltaic.

Gambar 2. Silikon

Silikon murni bersifat sebagai konduktor karena tidak ada satupun


elektron yang bergerak bebas, artinya elektron berada pada bahan yang
mempunyai sifat konduktor yang bagus seperti tembaga, atau dengan kata lain
elektron terkunci dalam struktur kristal silikon murni. Silikon dalam sel surya
sudah dimodifikasi sedemikian rupa sehingga akan bekerja sebagai sel surya. Sel
surya ini mempunyai silikon dengan impurity atom lain yang dicampur dengan
atom silikon. Dalam hal ini atom silikon tidak akan bekerja tanpa impurity
tersebut. Silikon akan dicampur dengan sebuah atom phospor. Atom phospor
mempunyai 5 elektron di kulit terluarnya.
Ketika energi diberikan ke kristal silikon murni, sebagai contoh misalnya
dalam wujud panas, hal ini akan menyebabkan beberapa elektron akan lepas dan
meninggalkan atomnya. Setiap elektron akan meninggalkan sebuah hole (lobang)
disekitar atom dimana elektron bisa diikat. Elektron ini kemudian lepas secara
acak disekitar kisi kisi dari kristal atom tersebut untuk mencari hole lain yang
kosong untuk ditempati. Elektron ini disebut sebagai elektron bebas dan dapat
membawa arus listrik.
Silikon tak murnian yang dicampur dengan phospor ini membutuhkan
sedikit energi untuk melepaskan salah satu elektron phospor yang tidak diikat
dalam suatu ikatan dengan atom lain tetangganya. Sebagai hasil campuran antara
silikon dan phospor ini, banyak elektron yang lepas dan banyak membawa muatan
arus listrik apabila dibandingkan dengan silikon murni.
Proses penambahan atom phospor ini disebut sebagai proses doping.
Ketika silikon di doping dengan phospor maka silikon disebut sebagai atom ntype (n untuk negatif) karena adanya elektron bebas. Silikon n-type yang telah
didoping ini mempunyai sifat konduktor yang lebih bagus daripada silikon murni.
Pada bagian lain silikon yang didoping dengan boron yang mempunyai elektron
pada kulit terluar 3 elektron maka silikon akan menjadi atom p-type (p untuk
positif) yang banyak memilki hole bebas karena ketiadaan elektron. Sehingga
atom p-type ini akan bertugas berkebalikan dari atom n-type.

Ketika diletakkan silikon n-type dengan silikon p-type, maka setiap sel
photovoltaic ini memiliki minimal satu medan listrik. Tanpa medan listrik maka
sel tidak akan bekerja, dan pada fase ini antara silikon n-type dan silikon p-type
sedang melakukan ikatan. Dan kemudian elektron pada slilikon n-type akan
mencari hole pada silikon p-type untuk ditempati elektron tersebut.
Sebelumnya silikon ini memiliki muatan yang netral. Elektron lebih pada
phospor akan diseimbangkan oleh proton. Ketika hole dan elektron digabung jadi
satu dalam sambungan antara n-type dan p-type maka kenetralan dari silikon ini
akan terganggu. Pada sambungan akan membentuk suatu campuran elektron dan
akhirnya keseimbangan tercapai lagi dan akan terbentuk suatu medan elektrik
yang memisahkan kedua sisi tersebut.

A = n-type ; B = p-type
Medan elektrik ini bekerja seperti dioda, membiarkan (bahkan mendorong)
elektron untuk mengalir dari sisi P ke sisi N, dan elektron hanya memiliki satu
arah.(Alpensteel.com)
Listrik yang yang dihasilkan sel photovoltaic
Ketika cahaya dalam hal ini adalah photon (satuan energi dalam cahaya)
mengenai sel surya, maka energinya akan membebaskan pasangan elektron dan
hole.
Setiap photon dengan energi yang cukup secara normal akan
membebaskan elektron, dan akan menghasilkan hole bebas juga. Apabila hal ini
terjadi cukup dekat dengan medan listrik, atau jika elektron bebas dan hole bebas
masih berada pada range pengaruhnya, maka medan listrik ini akan mengirimkan
elektron pada sisi N dan hole pada sisi P. Hal ini akan mengakibatkan kenetralan
8

terganggu, dan jika disediakan alur arus luar, maka elektron akan mengalir
sepanjang alur, kembali ke asalnya yaitu sisi P untuk bersatu dengan hole yang
dikirim oleh medan listrik. Elektron yang mengalir ini akan menghasilkan arus
sedangkan medan listrik akan menghasilkan tegangan. Dengan kedua unsur arus
dan tegangan tersebut, akan didapatkan power.(Alpensteel.com)

A = n-type ; B = p-type
. Semua sel photovoltaic mempunyai paling tidak dua lapisan semi
konduktor seperti itu, satu bermuatan positif dan satu bermuatan negatif. Ketika
cahaya bersinar pada semi konduktor, lading listrik menyeberang sambungan
diantara dua lapisan menyebabkan listrik mengalir, membangkitkan arus DC.
Makin kuat cahaya, makin kuat aliran listrik.Sistem photovoltaic tidak
membutuhkan cahaya matahari yang terang untuk beroperasi. Sistem ini juga
membangkitkan listrik di saat hari mendung, dengan energi keluar yang sebanding
ke berat jenis awan. Berdasarkan pantulan sinar matahari dari awan, hari-hari
mendung dapat menghasilkan angka energi yang lebih tinggi dibandingkan saat
langit biru sedang yang benar-benar cerah (Greenpeace.org)
Struktur Sel Surya
Sesuai dengan perkembangan sains & teknologi, jenis-jenis teknologi sel
surya pun berkembang dengan berbagai inovasi. Ada yang disebut sel surya
generasi satu, dua, tiga dan empat, dengan struktur atau bagian-bagian penyusun
sel yang berbeda pula (Jenis-jenis teknologi surya akan dibahas di tulisan Sel
Surya : Jenis-jenis teknologi). Dalam tulisan ini akan dibahas struktur dan cara
kerja dari sel surya yang umum berada dipasaran saat ini yaitu sel surya berbasis

material silikon yang juga secara umum mencakup struktur dan cara kerja sel
surya generasi pertama (sel surya silikon) dan kedua (thin film/lapisan tipis).

Gambar 3 Struktur sel surya. (Gambar:HowStuffWorks)


Gambar diatas menunjukan ilustrasi sel surya dan juga bagian-bagiannya. Secara
umum terdiri dari :
1. Substrat/Metal backing
Substrat adalah material yang menopang seluruh komponen sel surya.
Material substrat juga harus mempunyai konduktifitas listrik yang baik karena
juga berfungsi sebagai kontak terminal positif sel surya, sehinga umumnya
digunakan material metal atau logam seperti aluminium atau molybdenum. Untuk
sel surya dye-sensitized (DSSC) dan sel surya organik, substrat juga berfungsi
sebagai tempat masuknya cahaya sehingga material yang digunakan yaitu material
yang konduktif tapi juga transparan sepertii ndium tin oxide (ITO) dan flourine
doped tin oxide (FTO).
2. Material semikonduktor
Material semikonduktor merupakan bagian inti dari sel surya yang
biasanya mempunyai tebal sampai beberapa ratus mikrometer untuk sel surya
generasi pertama (silikon), dan 1-3 mikrometer untuk sel surya lapisan tipis.
Material semikonduktor inilah yang berfungsi menyerap cahaya dari sinar
matahari. Untuk kasus gambar diatas, semikonduktor yang digunakan adalah
material silikon, yang umum diaplikasikan di industri elektronik. Sedangkan
untuk sel surya lapisan tipis, material semikonduktor yang umum digunakan dan

10

telah masuk pasaran yaitu contohnya material Cu(In,Ga)(S,Se) 2 (CIGS), CdTe


(kadmium telluride), dan amorphous silikon, disamping material-material
semikonduktor potensial lain yang dalam sedang dalam penelitian intensif
seperti Cu2ZnSn(S,Se)4 (CZTS) dan Cu2O (copper oxide).
Bagian semikonduktor tersebut terdiri dari junction atau gabungan dari
dua material semikonduktor yaitu semikonduktor tipe-p (material-material yang
disebutkan diatas) dan tipe-n (silikon tipe-n, CdS,dll) yang membentuk p-n
junction. P-n junction ini menjadi kunci dari prinsip kerja sel surya. Pengertian
semikonduktor tipe-p, tipe-n, dan juga prinsip p-n junction dan sel surya akan
dibahas dibagian cara kerja sel surya.
3. Kontak Metal / Contact Grid
Selain substrat sebagai kontak positif, diatas sebagian material
semikonduktor biasanya dilapiskan material metal atau material konduktif
transparan sebagai kontak negatif.
4. Lapisan Antireflektif
Refleksi cahaya harus diminimalisir agar mengoptimalkan cahaya yang
terserap oleh semikonduktor. Oleh karena itu biasanya sel surya dilapisi oleh
lapisan anti-refleksi. Material anti-refleksi ini adalah lapisan tipis material dengan
besar indeks refraktif optik antara semikonduktor dan udara yang menyebabkan
cahaya dibelokkan ke arah semikonduktor sehingga meminimumkan cahaya yang
dipantulkan kembali.
5. Enkapsulasi / Cover Glass
Bagian ini berfungsi sebagai enkapsulasi untuk melindungi modul surya
dari hujan atau kotoran. Penerapan Sel surya telah banyak digunakan untuk suplai
energi listrik di gedung-gedung dan perumahan di kota-kota besar. Pada umumnya
modul fotovoltaik dipasarkan dengan kapasitas 50 Watt-peak (Wp) dan
kelipatannya. Unit satuan Watt-peak adalah satuan daya (Watt) yang dapat
dibangkitkan oleh modul fotovoltaik dalam keadaan standar uji (Standard Test
Condition - STC). Efisiensi pembangkitan energi listrik yang dihasilkan modul
fotovoltaik pada skala komersial saat ini adalah sekitar 14 - 15 %.

11

Cara Kerja Sel Surya


Sel surya konvensional bekerja menggunakan prinsip p-n junction, yaitu
junction antara semikonduktor tipe-p dan tipe-n. Semikonduktor ini terdiri dari
ikatan-ikatan atom yang dimana terdapat elektron sebagai penyusun dasar.
Semikonduktor

tipe-n

mempunyai

kelebihan

elektron

(muatan

negatif)

sedangkan semikonduktor tipe-p mempunyai kelebihan hole (muatan positif)


dalam struktur atomnya. Kondisi kelebihan elektron dan hole tersebut bisa terjadi
dengan mendoping material dengan atom dopant. Sebagai contoh untuk
mendapatkan material silikon tipe-p, silikon didoping oleh atom boron, sedangkan
untuk mendapatkan material silikon tipe-n, silikon didoping oleh atom fosfor.
Ilustrasi dibawah menggambarkan junction semikonduktor tipe-p dan tipe-n.

Gambar 4. Junction antara semikonduktor tipe-p (kelebihan hole) dan tipe-n


(kelebihan elektron). (Gambar : eere.energy.gov)
Peran dari p-n junction ini adalah untuk membentuk medan listrik
sehingga elektron (dan hole) bisa diekstrak oleh material kontak untuk
menghasilkan listrik. Ketika semikonduktor tipe-p dan tipe-n terkontak, maka
kelebihan elektron akan bergerak dari semikonduktor tipe-n ke tipe-p sehingga
membentuk kutub positif pada semikonduktor tipe-n, dan sebaliknya kutub negatif
pada semikonduktor tipe-p. Akibat dari aliran elektron dan hole ini maka
terbentuk medan listrik yang mana ketika cahaya matahari mengenai susuna p-n
junction ini maka akan mendorong elektron bergerak dari semikonduktor menuju

12

kontak negatif, yang selanjutnya dimanfaatkan sebagai listrik, dan sebaliknya hole
bergerak menuju kontak positif menunggu elektron datang, seperti diilustrasikan
pada gambar dibawah.

Gambar 5. Ilustrasi cara kerja sel surya dengan prinsip p-n junction. (Gambar :
sun-nrg.org)

2.3.2 Teknologi Energi Surya Termal


Selama ini, pemanfaatan energi surya termal di Indonesia masih dilakukan
secara tradisional. Para petani dan nelayan di Indonesia memanfaatkan energi
surya untuk mengeringkan hasil pertanian dan perikanan secara langsung.
Berbagai teknologi pemanfaatan energi surya termal untuk aplikasi skala
rendah (temperatur kerja lebih kecil atau hingga 60oC) dan skala menengah
(temperatur kerja antara 60 hingga 120oC) telah dikuasai dari rancang-bangun,
konstruksi hingga manufakturnya secara nasional.
Secara umum, teknologi surya termal yang kini dapat dimanfaatkan
termasuk dalam teknologi sederhana hingga madya. Beberapa teknologi untuk
aplikasi skala rendah dapat dibuat oleh bengkel pertukangan kayu/besi biasa.
Untuk aplikasi skala menengah dapat dilakukan oleh industri manufaktur
nasional.

13

Beberapa peralatan yang telah dikuasai perancangan dan produksinya


seperti sistem atau unit berikut:
Pengering Pasca Panen (Berbagai Jenis Teknologi);
Hal ini biasanya dilakukan petani di desa-desa daerah tropis dengan menjemur
hasil panennya dibawah terik sinar matahari. Cara ini sangat menguntungkan bagi
para petani karena mereka tidak perlu mengeluarkan biaya untuk mengeringkan
hasil panennya. Berbeda dengan petani di negara-negara empat musim yang harus
mengeluarkan biaya untuk mengeringkan hasil panennya dengan menggunakan
oven yang menggunakan bahan bakar fosil maupun menggunakan listrik.
Pemanas Air Domestic;
Dalam sistem pemanas air, panas matahari merupakan sumber utama yang
dibutuhkan,

serta

sebuah

kolektor

pengumpul

panas

yang

berfungsi

mengumpulkan panas matahari serta memperbesar suhu dari panas matahari


dalam suatu ruangan tertutup yang didalamnya terdapat pipa tembaga yang
dirancang sedemikian rupa sebagai tempat air melakukan sirkulasi. Pemanas air
dengan tenaga surya dapat digunakan dalam kebutuhan sehari-hari seperti
mencuci, mandi, dan lain sebagainya.
Karena menggunakan panas matahari sebagai sumber energinya, maka
hasilnya bergantung pada keadaan cuaca dalam mempengaruhi radiasi panas
matahari yang sampai ke bumi.
Panas dari matahari masuk kedalam kolektor melalui kaca kristal yang
akan menyebarkan panas tersebut secara merata di dalam kolektor, lalu air yang
mengalir melalui pipa tembaga di dalam kolektor akan menyerap panas tersebut,
sehingga dihasilkan panas yang sebanding dengan panas yang berada di dalam
kolektor.

Gambar 6. Mekanisme kerja pemanas air tenaga surya (Sumber :


ejournal.undip.ac.id)
14

Menunjukan arah aliran air, warna biru adalah air dingin setalah melewati
kolektor bagian bawah akan mengalami pemasanan di gambarkan berwarna
merah. Gambar diatas menunjukan mekanisme kerja pemanas air tenaga surya,
dimana terdapat sebuah pompa yang mengalirkan air dingin masuk melalui bagian
bawah kolektor sehingga berubah menjadi air panas yang keluar melalui bagian
atas kolektor menuju tangki penampungan air panas yang sudah di rancang untuk
mencegah radiasi panas keluar.
Kompor Tenaga Surya;
Kompor tenaga surya adalah perangkat masak yang menggunakan sinar
matahari sebagai sumber energi. Kompor jenis ini tidak menggunakan bahan
bakar konvensional dan biaya operasinya rendah sehingga sangat disayangkan jika
tidak dimanfaatkan. Terdapat tiga prinsip dasar kompor surya yaitu, pemusatan
cahaya matahari, mengubah cahaya menjadi panas dan memerangkap panas.
Kompor dengan prinsip kerja mengubah cahaya menjadi panas menggunakan
bahan panci yang berwarna hitam hal ini dapat meningkatkan efektivitas
pengubahan cahaya menjadi panas. Panci berwarna hitam dapat menyerap hampir
semua cahaya matahari dan mengubahnya menjadi panas, secara mendasar
meningkatkan efektivitas kerja kompor surya. Semakin baik kemampuan panci
menghantarkan panas, semakin cepat kompor bekerja.

Prinsip kerja kompor

memerangkap panas merupakan upaya mengisolasi udara di dalam kompor dari


udara diluarnya akan menjadi penting. Penggunaan bahan yang keras dan bening
seperti kantong plastik atau tutup panci berbahan kaca memungkinkan cahaya
untuk masuk ke dalam panci. Setelah cahaya terserap dan berubah jadi panas,
kantong plastik atau tutup berbahan gelas akan memerangkap panas didalamnya
seperti efek rumah kaca. Hal ini memungkinkan kompor untuk mencapai
temperatur yang sama ketika hari dingin dan berangin seperti halnya ketika hari
cerah dan panas. Sedangkan prinsip kerja yang digunakan pada praktikum ini
adalah pemusatan cahaya matahari. Pada kompor ini terdapat bahan metal/logam
yang memantulkan cahaya, digunakan untuk memusatkan cahaya dan panas
matahari ke arah area memasak yang kecil, membuat energi lebih terkonsentrasi
dan lebih berpotensi menghasilkan panas yang cukup untuk memasak. Kompor

15

berbentuk parabola, sehingga pemusatan cahaya matahari dapat menghasilkan


panas yang cukup untuk memanaskan air.
Prinsip kerja dari kompor matahari adalah dengan memfokuskan panas yang
diterima dari matahari pada suatu titik menggunakan sebuah cermin cekung besar
sehingga didapatkan panas yang besar yang dapat digunakan untuk menggantikan
panas dari kompor minyak atau kayu bakar.

Gambar 7. Kompor Matahari


Untuk diameter cermin sebesar 1,3 meter kompor ini memberikan daya
thermal sebesar 800 watt pada panci. Dengan menggunakan kompor ini maka
kebutuhan akan energi fosil dan energi listrik untuk memasak dapat dikurangi.
Selain teknologi pemanfaatan diatas, energi surya juga dapat dimanfaatkan
dalam peralatan seperti Pompa air (dengan Siklus Rankine dan fluida kerja
Isopentane), Penyuling air ( Solar Distilation/Still ), Pendingin (radiatif, absorpsi,
evaporasi, termoelektrik, kompressip, tipe jet), Sterilisator surya dan Pembangkit
listrik dengan menggunakan konsentrator dan fluida kerja dengan titik didih
rendah.

16

2.4 Penerapan energi surya


Pembangkit Listrik
Prinsipnya hampir sama dengan pemanasan air hanya pada pembangkitan listrik,
sinar matahari diperkuat oleh kolektor pada suatu titik fokus untuk menghasilkan
panas yang sangat tinggi bahkan bisa mencapai suhu 3800 C. Pipa yang berisi air
dilewatkan tepat pada titik fokus sehingga panas tersebut diserap oleh air di dalam
pipa. Panas yang sangat besar ini dibutuhkan untuk mengubah fase cair air di
dalam pipa menjadi uap yang bertekanan tinggi. Uap bertekanan tinggi yang di
hasilkan ini kemudian digunakan untuk menggerakkan turbin uap yang kemudian
akan memutar turbo generator untuk menghasilkan listrik.

Ada dua jenis kolektor yang biasa digunakan untuk pembangkitan listrik yaitu
kolektor parabolik memanjang dan kolektor parabolik cakram.

Gambar 8. Kolektor Parabolik Memanjang

17

Gambar 9. Kolektor Parabolik Cakram


Di California, Amerika Serikat, alat ini telah mampu menghasilkan 354 MW
listrik. Dengan memproduksi kolektor ini secara massal, maka harga satuan energi
matahari ini di AS, sekitar Rp 100/KWh lebih murah dibandingkan energi nuklir
dan sama dengan energi dari tenaga pembangkit dengan bahan baku energi fosil.
(Ivan A Hadar, 2005).
Di India dengan area seluas 219.000 meter persegi maka kolektor mampu
menghasilkan listrik sebesar 35-40 MW dengan rata-rata intensitas penyinaranya
adalah sebesar 5.8 KWH per meter persegi per hari.(Gordon Feller).
Kita dapat juga membangkitkan listrik langsung dari energi surya, yaitu dengan
menggunakan photovoltaic. Alat ini terbuat dari bahan semikonduktor yang sangat
peka dalam melepaskan elektron ketika terkena panjang gelombang sinar matahari
tertentu. Akan tetapi alat ini masih sangat mahal dan efisiensinya masih sangat
rendah, yaitu sekitar 10%.
Pembangkitan listrik berdasarkan perbedaan tekanan pada gas juga bisa
dilakukan, yaitu dengan menggunakan chimney. Ini sebuah sistem tower yang
terdiri turbin gas dan jalinan kaca tertutup yang luas untuk memerangkap panas
matahari.
Prinsipnya: sinar matahari akan menembus kaca dari alat ini kemudian
memanaskan gas yang terperangkap di bawah kaca. Gas suhu tinggi ini akan
memasuki tower tertutup yang tingginya bisa mencapai 1000 meter vertikal. Oleh
karena perbedaan suhu gas pada permukaan bumi dan 1000 meter diatas
18

permukaan bumi, maka gas akan mengalir ke atas melalui tower ini. Aliran
gas/udara tersebut akan memutar turbin gas. Skema sederhana dapat dilihat pada
gambar dibawah.

Di wilayah yang disinari matahari, Pembangkit Listrik Tenaga matahari dapat


menjamin pembagian besar produksi listrik
Berdasarkan proyeksi dari tingkat arus hanya 354MW, pada tahun 2015 kapasitas
total pemasangan pembangkit tenaga panas matahari akan melampaui 5000 MW.
Pada tahun 2020, tambahan kapasitas akan naik pada tingkat sampai 4500 MW
setiap tahunnya dan total pemasangan kapasitas tenaga panas matahari di seluruh
dunia dapat mencapai hampir 30.000 MW- cukup untuk memberikan daya untuk
30 juta rumah.

PLTS di Indonesia
Penerapan PLTS oleh BPPT dimulai dengan pemasangan 80 unit PLTS
(Solar Home System, Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya untuk Lampu
Penerangan Rumah) di Desa Sukatani, Jawa Barat pada tahun 1987. Setelah itu
pada tahun 1991 dilanjutkan dengan proyek Bantuan Presiden (Banpres Listrik
Tenaga Surya masuk Desa) untuk pemasangan 3.445 unit SHS di 15 propinsi yang
dinilai layak dari segi kebutuhan (tidak terjangkau oleh PLN), kemampuan
masyarakat setempat (pembayaran dengan cara mencicil) dan persyaratan teknis
lainnya.

19

Semenjak tahun 2005, Pemerintah optimis terhadap program-program


energi yang dirancangnya melalui Blueprint Pengelolaan Energi Nasional.Banyak
jenis energi baru dan terbarukan (EBT) mulai dinyatakan untuk dikelola secara
resmi dan serius di tataran nasional.Salah satunya energi surya, dimana
merupakan salah satu perhatian pemerintah dalam meningkatkan aplikasi energi
alternatif di Indonesia.Energi surya difokuskan untuk memenuhi kebutuhan energi
pada sektor Pembangkitan Tenaga Listrik serta menangani kebutuhan energi
Rumah Tangga dan Bangunan Komersial. Pemerintahpun telah membuat
Roadmap Energi Surya untuk mendeskripsikan target-target spesifik dalam
mewujudkan keinginan negara ini.
Umumnya pemanfaatan energi matahari melalui Pembangkit Listrik Tenaga
Surya digunakan pada daerah pedesaan dengan skala kecil yakni menggunakan
Solar Home System (SHS). Solar Home System adalah pembangkit listrik skala
kecil yang dipasang secara desentralisasi (satu rumah satu pembangkit). Listrik
harian yang dihasilkannya berkisar antara 150-300 Wp.Sedangkan untuk untuk
Pembangkit Listrik Tenaga Surya skala besar, jumlahnya masih sangat sedikit.
Dan dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Indonesia yang telah beroperasi
tersebut hanya mampu memproduksi puluhan hingga ratusan kiloWattpeak (kWp)
listrik. Dua Pembangkit Listrik Tenaga Surya Terbesar di Indonesia, yakni di
Karangasem dan Bangli (Bali) masing-masing kapasitasnya hanya 1 MW.

Gambar 10. PLTS Kabaena (Sulawesi Tenggara) dengan kapasitas 200 kWp.
Sumber : trooperpergikp.wordpress.com

20

2.5 Keuntungan dan Kerugian Energi Matahari


2.5.1 Keuntungan dari penggunaan energi panas matahari antara lain:

Energi panas matahari merupakan energi yang tersedia hampir

diseluruh bagian permukaan bumi dan tidak habis (renewable energy).


Penggunaan energi panas matahari tidak menghasilkan polutan dan

emisi yang berbahaya baik bagi manusia maupun lingkungan.


Penggunaan energi panas matahari untuk pemanas air, pengeringan

hasil panen akan dapat mengurangi kebutuhan akan energi fosil.


Pembanguan pemanas air tenaga matahari cukup sederhana dan
memiliki nilai ekonomis.

2.5.2 Kerugian dari penggunaan energi panas matahari antara lain:

Sistem pemanas air dan pembangkit listrik tenaga panas matahari tidak
efektif digunakan pada daerah memiliki cuaca berawan untuk waktu

yang lama.
Pada musim dingin, pipa-pipa pada sistem pemanas ini akan pecah

karena air di dalamnya membeku.


Membutuhkan lahan yang sangat luas yang seharusnya digunakan
untuk pertanian, perumahan, dan kegiatan ekonomi lainya. Hal ini

karena rapat energi matahari sangat rendah.


Lapisan kolektor yang menyilaukan bisa

membahayakan penglihatan, misalnya penerbangan.


Sistem hanya bisa digunakan pada saat matahari bersinar dan tidak bisa

digunakan ketika malam hari atau pada saat cuaca berawan.


Penyimpanan air panas untuk perumahan bukan merupakan masalah,

mengganggu

dan

tetapi penyimpanan uap air pada pembangkit listrik memerlukan


teknologi yang sulit.

2.6 Kendala dalam Pengembangan Energi Surya

21

Dalam pengembangan energi surya, tentunya akan dijumpai berbagai


kendala. Berikut ini adalah kendala dalam pengembangan energi surya fotovoltaik
dan juga energi surya termal.
A. Kendala Pengembangan Energi Surya Fotovoltaik
Dalam pengembangan energi surya fotovoltaik terdapat banyak kendala,
kendala-kendala tersebut antara lain yaitu :
Harga modul surya yang merupakan komponen utama SESF masih
tergolong mahal, sehingga kurangnya minat lembaga keuangan untuk
memberikan kredit bagi pengembangan SESF itu sendiri.
Sulit untuk mendapatkan suku cadang dan air accu , khususnya di daerah
perdesaan dan hal ini dapat memicu kerusakan pada SESF.
Pemasangan SESF di daerah perdesaan pada umumnya tidak memenuhi
standar teknis yang telah ditentukan, sehingga kinerja sistem tidak optimal
dan cepat rusak.
Pada umumnya, penerapan SESF dilaksanakan di daerah perdesaan yang
sebagian besar daya belinya masih rendah, sehingga pengembangan SESF
sangat tergantung pada program Pemerintah.
Belum ada industri pembuatan sel surya di Indonesia, sehingga
ketergantungan pada impor sangat tinggi. Akibatnya, dengan menurunnya
nilai tukar rupiah terhadap dolar menyebabkan harga modul surya menjadi
semakin mahal.
B. Kendala Pengembangan Surya Termal
Berikut ini berbagai kendala yang dialami dalam pengembangan energi surya
termal, yaitu :

Teknologi energi surya termal untuk memasak dan mengeringkan hasil


pertanian masih sangat terbatas. Teknologi surya termal masih belum
berkembang karena sosialisasi ke masyarakat luas masih sangat rendah

Meskipun harganya relatif murah, daya beli masyarakat masih rendah.

22

Sumber daya manusia (SDM) di bidang surya termal masih sangat terbatas.
Saat ini, SDM hanya tersedia di Pulau Jawa dan terbatas lingkungan
perguruan.

2.7 Contoh Perhitungan Sederhana Pembangkit Listrik Tenaga Surya


Perhitungan keperluan daya adalah sebagai berikut :
Langkah Pertama :
Menentukan jumlah total beban di rumah yang akan menggunakan tenaga dari
solar panel.
Dari tagihan listrik, bisa dilihat tingkat konsumsinya dalam bentuk kWh (kilowatt
per jam) setiap bulan. Sehingga dari situ kita bisa identifikasikan berapa kWh
yang dibutuhkan tiap hari, misalnya 200 watt.
Langkah Kedua :
Menentukan lama beban yang totalnya 200 watt tersebut akan dihidupkan dengan
menggunakan sistem solar panel.
Boleh diasumsikan misalnya 12 jam. Jika 12 jam, berarti total konsumsi daya
beban dalam sehari adalah 12 x 200 kWh = 2.400 watt.
Tentunya lebih diuntungkan jika beban yang menggunakan solar panel dinyalakan
pada malam hari. Dengan begini, penggunaan baterai relatif tidak berat dan
dimungkinkan jumlah baterai dapat pula dikurangi jumlahnya, karena listrik yang
disupply tidak hanya oleh baterai tetapi sinar matahari masih turut memberikan
supply.
Mari kita ambil contoh penggunaan sistem solar panel adalah pada pukul 18.00
s/d 06.00 (12 jam).
Langkah Ketiga :
Menghitung berapa besar dan jumlah baterai yang dibutuhkan untuk mensupply
beban sejumlah total 2.400 watt:
Jumlah total 2.400 watt perlu ditambahkan sekitar 20% yang adalah listrik yang
digunakan oleh perangkat selain panel surya, yakni inverter sebagai pengubah
arus DC (searah) menjadi AC (bolak balik) (karena pada umumnya peralatan
23

rumah tangga menggunakan arus AC), dan controller (sebagai pengatur arus)
yakni menutup arus ke baterai jika tegangan sudah berlebih di baterai dan
memberhentikan pengambilan arus dari baterai jika baterai sudah hampir kosong.
Sehingga jika ditambahkan 20%, maka total daya yang dibutuhkan adalah 2.400 x
(2.400 x 20%) = 2.880 watt.
Dari 2.880 watt tersebut, jika dibagi 12 V ( tegangan umum yang dimiliki baterai)
maka kuat arus yang dibutuhkan adalah 240 Ampere. Maka, jika kita
menggunakan baterai yang sebesar 65 Ah 12 V, maka kita membutuhkan 4 baterai
(65 x 12 x 4 = 3.120 watt).
Dengan mendapatkan 3.120 watt ini, akan didapatkan jumlah panel yang
dibutuhkan, termasuk besarannya yakni sebagai berikut. Jika menggunakan
ukuran panel yang 100 wp (watt peak), maka dalam sehari panel ini kurang lebih
menghasilkan supply sebesar 100wp x 5 (jam) = 500 watt.
Adapun 5 jam didapat dari efektivitas rata-rata waktu sinar matahari bersinar di
negara tropis seperti Indonesia, dan 5 jam ini sudah menjadi semacam perhitungan
rumus baku efektivitas sinar matahari yang diserap oleh panel surya. Maka jika 1
panel yang 100 wp mampu memberikan listrik sejumlah 500 watt, didapatkan
total panel yang dibutuhkan adalah sejumlah 3.120 watt / 500 watt = 7 panel
(baiknya kita lebihkan).
Kesimpulan
Telah berhasil didapatkan kombinasi antara jumlah panel surya dan baterai
untuk mensupply listrik sejumlah total 3.120 watt yang dinyalakan selama 12 jam
sehari dimana beban yang menggunakannya dinyalakan pada malam hari antara
pukul 18.00 s/d 06.00 yakni : 7 PANEL SURYA YANG 100 WP DAN 4 BUAH
BATERAI 65Ah 12 V.
Mengenai harga, 1 buah panel surya dengan daya 100 wp adalah sebesar
Rp.2.100.000, sehingga total uang yang harus dikeluarkan untuk pembelian panel
surya adalah Rp.14.700.000,-

24

Anda mungkin juga menyukai