PENDAHULUAN
Diabetes melitus (DM) menjadi
salah satu dari penyebab utama
kematian pada banyak negara. Pada
tahun 2000 sekitar 3,2 juta orang
meninggal karena komplikasi terkait
dengan
diabetes
(Putri,
2009).
Berdasarkan data IDF diketahui bahwa
pada tahun 2003 Indonesia masih
menduduki posisi ke 5 dengan jumlah
penduduk penderita DM terbesar di
bawah Amerika. Namun terjadi
peningkatan pada tahun 2005 sehingga
Indonesia bergeser ke posisi ke 3. Di
Indonesia penyakit DM tipe II
merupakan tipe DM yang lebih umum,
lebih
banyak
penderitanya
dibandingkan dengan DM tipe 1
(Susilowati dan Rahayu, 2008).
Sedangkan berdasarkan data
survei dari Dinas Kesehatan Provinsi
Gorontalo bahwa jumlah kasus
penyakit komplikasi Diabetes Melitus
dan hipertensi pada tahun 2014
termasuk dalam 10 besar penyakit
terbanyak, khususnya untuk Daerah
Kabupaten Bone Bolango yang
menjadi lokasi RS tempat penelitian.
Sedangkan data laporan RSUD Toto
Kabila Kabupaten Bone Bolango
ditemukan bahwa penyakit komplikasi
DM tipe 2 dan hipertensi merupakan 5
penyakit terbesar di RS tersebut.
Komplikasi penyakit seperti ini
biasanya yang memicu penggunaan
obat bermacam-macam (polifarmasi)
yang cenderung mendorong terjadinya
pola pengobatan yang tidak rasional
termasuk kejadian interaksi obat
(Syarif dkk, 2007). Selain itu seringkali
Jumlah
n
%
1 Glibenklamid
9
21
2 Glukodex
5
12
3 Metformin
23
53
4 Glimepiride
6
14
Total
43 100%
Berdasarkan hasil penelitian bahwa
obat anti antidiabetik oral yang paling
banyak digunakan adalah metformin
(53%).
Berdasarkan
PERKENI
(Perkumpulan
Endokrinologi
Indonesia)
bahwa
metformin
merupakan antidiabetik oral pilihan
pertama yang diberikan pada proses
awal terapi. Karena metformin dapat
mengendalikan
kondisi
glikemia
menjadi
normal
kembali
serta
menurunkan efek toksik glukosa dan
dapat memperbaiki fungsi sel pada
pankreas. Selain itu penggunaan
metformin tidak dianjurkan untuk
pasien yang berusia > 80 tahun,
sehingga sangat cocok untuk pasien
DM Tipe II yang ada di RSUD Toto
Kabila yang berusia 45 75 tahun
(Lestari, 2013).
3. Distribusi Frekuensi Penggunaan
Obat Antihipertensi
No
No
1
2
3
4
5
6
Jenis Terapi
Jenis
Terapi
Amlodipine
Captopril
Furosemid
Noperten
Dexacap
Propanolol
Total
Jumlah
n
%
10
23
13
30
10
23
4
10
2
5
4
9
43 100%
Jumlah
n
Minor
11
26
Moderate
20
46
Mayor
Terdapat
20
pasien
yang
menerima terapi kombinasi yang
berpotensi interaksi moderate atau
interaksi sedang (46%), diantaranya
adalah metformin dengan captopril,
metformin
dengan
propanolol,
metformin dengan furosemid, dan
glimepiride dengan captopril. Sejumlah
riset penelitian mengatakan bahwa obat
antidiabetik oral (metformin) yang
digunakan bersama ACEI (captopril,
noperten,
lisinopril)
dapat
meningkatkan resiko hipoglikemia.
selain itu penggunaan bersama
captopril akan menyebabkan kadar
glukosa dalam darah naik 2,2 mmol/L
setelah 24 jam serta naik menjadi 2,9
mmol/L setelah 48 jam (Baxter, 2008).
Dalam hal ini, penggunaan obat
captopril bisa diganti dengan valsartan
golongan ARB (angiotensin receptor
blocker), karena valsartan mampu
menurunkan tekanan darah melalui
antagonis sistem renin angiotensin
aldosteron. Selain itu valsartan juga
mampu menurunkan ekskresi albumin
dalam serum, apabila terlalu banyak
albumin yang hilang dari darah
menandakan kadar glukosa darah tinggi
selama bertahun. Sehingga hal ini dapat
diatasi
dengan
valsartan
untuk
menghambat
sekresi
albumin
(Renatasari, 2009).
Penggunaan metformin dengan
-bloker
(propanolol)
dapat
meningkatkan risiko hipoglikemia
(gula darah rendah). Selain itu -bloker
mungkin menutupi beberapa gejala
hipoglikemia seperti tremor, palpitasi,
detak jantung yang cepat, sehingga
Signifikansi
Jumlah
interaksi
n
%
(Dokumentation)
Minor Possible
11
35
Moderat Established 16
52
Moderat Possible
3
10
Moderat Suspected
1
3
31 100%
Total
Berdasarkan
buku
drug
interaction fact bahwa signifikansi
interaksi obat ditinjau dari beberapa
faktor
salah
satunya
adalah
dokumentation yang berupa establish,
probable, possible, suspected dan
unlikely. Dari hasil penelitian interaksi
moderate established adalah interaksi
yang paling banyak terjadi sebesar
(52%),
dimana
obat-obat
yang
berpotensi interaksi tersebut berupa
metformin dan captopril.
Interaksi moderat established
artinya interaksi sedang yang sudah
terbukti
terjadi
dengan
adanya
beberapa hasil penelitian dan riset yang
telah dilaporakan. Kombinasi obat
metformin
dan
captopril
dapat
menyebabkan efek metformin akan
meningkat dengan mekanisme interaksi
yang belum diketahui, sehingga
mengakibatkan terjadinya utilisasi
glukosa dan sensitivitas insulin
meningkat (Utami, 2013). Hal ini dapat
diatasi dengan mengontrol gula darah
sesering
mungkin
atau
bahkan
menyesuaikan dosis obat tersebut
(Tatro, 2001 dan Baxter, 2008).
Kemudian interaksi obat yang
ditemukan adalah interaksi minor
possible sebanyak (35%), dimana
terdapat 11 pasien yang menerima
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013 Laporan SIRS. RSUD
Toto Kabila Kabupaten Bone
Bolango.
_______ 2015. Situs resmi. Interaksi
Obat. (www.drugs.com)
Baxter, K. 2008. Stockleys Drug
Interaction. 8th Ed. Published byb
the Pharmaceutical Press: Great
Britain.
Dinkes Provinsi Gorontalo. 2014.
Jumlah Kasus Baru, Kasus Lama
dan Kematian Penyakit Diabetes
Melitus
Provinsi
Gorontalo.
Gorontalo.
Kuniawan., I. 2010. Diabetes Melitus
Tipe 2 pada Usia Lanjut Vul. 60.
Kepulauan
Bangka
Belitung
(http://jurnal-DM-usialanjut.pdf.)
Jurnal. (diakses 23 Juni 2015).
Piscitelli, S., C., Rodvold, K, A., 2005.
Drug Interaction in Infection
Disease. Second Edition. Humana
Press: New Jersey.
Putri, W, K., 2009. Analisis Efektifitas
Biaya Penggunaan Antidiabetik
Kombinasi Pada Paisen Diabetes
Melitus Tipe 2 Rawat Jalan Di
RSU Pandan Arang Boyolali
Tahun
2008.
http://skrpsifarmasi23.antidiabetik
oral10.com. Diakses 05 Januari
2014.
Renatasari, D., A. 2009 Evaluasi
Penggunaan Obat Antihipertensi
Pada Penderita Hipertensi dengan
Diabetes Melitus di Instalasi
Rawat Inap Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. M. Ashari Pemalang
Tahun
2008.
Skripsi
http://skriipsi.Evaluasiterapihipert
ensi//pdf. Diakses 28 Juli 2015.
Sari, P, S., Jufri, M., Sari, P,D., 2008.
Analisis
Interaksi
Obat
Antidiabetik Oral pada Pasien
Rawat Jalan di Rumah Sakit X
Depok. Jurnal FarmasiIndonesia.
http://jfionline.org/index.jurnal/art
icle. Diakses 20 November 2014.
Setiawan, N., 2005. Diklat Metodologi
Penelitian Sosial. Universitas
Padjajaran: Parung Bogor.
Sevilla, C. G. et. al. 2007. Research
Methods. Rex printing Company.
Quezon City.
Susilowati, S., Rahayu, P, W., 2008.
Identifikasi
Drug
Related
Problems (DRPs) Yang Potensial
Mempengaruhi Efektivitas Terapi
pada Pasie Diabetes Mellitus Tipe
II Rawat Inap Di SRUD Tugurejo
Semarang Periode 2007 2008.
Jurnal
Farmasi.
http://drps.diabetesmelitustipeII29pdf. Diakses 20 Desember 2014.
Syarif, A., Estuningtyas, A., 2007.
Farmakologi dan Terapi Edisi V.
Fakultas Kedokteran UI: Jakarta.
Tatro, D., 2001. Drug Interaction
Facts. 6th Ed. Facts dan
Comparisons Louis.
Utami, G, M., 2013. Analisis Potensi
Interaksi Obat Antidiabetik Oral
pada Pasien di Instalasi Rawat
Jalan Asks Rumah Sakit Dokter
Soedarso
Pontianak
Periode
JanuariMaret 2013. Naskah
Publikasi Skripsi. https://potensiinteraksiobat.com. Diakses 20
November
2011.