Thomas Alfa Edison, penemu lampu, pada mulanya dianggap bodoh oleh gurunya,
sehingga dia dikeluarkan dari sekolahnya. Ibunya memutuskan untuk mengajari sendiri
anaknya, karena tak ada sekolah yang mau menerimanya.
Karier penemuannya diawali setelah membaca buku School of Natural Philosophy karya RG
Parker (isinya petunjuk praktis untuk melakukan eksperimen di rumah) dan Dictionary Of
Science. Ibunya lalu membuatkan sebuah Laboratorium kecil buat dia.
Penemuan terbesarnya adalah Lampu pijar. Namun sebenarnya Thomas Alfa Edison telah
menemukan banyak alat dan telah dipatenkan. Penemuan yang dipatenkannya tercatat
sebanyak 1.093 buah.
Pada saat menemukan Lampu Pijar ini Thomas Alfa Edison mengalami kegagalan sebanyak
9.998 kali. Baru pada percobaannya yang ke 9.999 dia berhasil secara sukses menciptakan
lampu pijar yang benar-benar menyala terang. Pada saat keberhasilan dicapainya, dia sempat
ditanya: Apa kunci kesuksesannya. Thomas Alfa Edison menjawab: SAYA SUKSES,
KARENA SAYA TELAH KEHABISAN APA YANG DISEBUT KEGAGALAN.
Bayangkan dia telah banyak sekali mengalami kegagalan yang berulang-ulang. Bahkan saat
dia ditanya apakah dia tidak bosan dengan kegagalannya, Thomas Alfa Edison menjawab:
DENGAN KEGAGALAN TERSEBUT, SAYA MALAH MENGETAHUI RIBUAN
CARA AGAR LAMPU TIDAK MENYALA. Luar biasa, Thomas Alfa Edison
memandang kegagalan dari kaca mata yang sangat positif. Kegagalan bukan sebagai
kekalahan tapi dipandang dari sisi yang lain dan bermanfaat, yaitu mengetahui cara agar
lampu tidak menyala.
Cara pandang positifThomas Alfa Edison, tidak menyurutkan semangat, bahkan tetap mampu
meyakinkan orang lain untuk mendanai Proyek Gagal nya yang berulang-ulang. Ini juga
satu hal yang luar biasa. Adakah kita mampu menyakinkan orang untuk mendanai riset kita
yang telah gagal berulang-ulang? Tentu bukan pekerjaan yang mudah bukan?