SKRIPSI
Oleh
Tissa Silvia
NIM. 13417144004
MOTTO
ii
HALAMAN PERSEMBAHAN
iii
Oleh:
Tissa Silvia
NIM 13417144004
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pemberdayaan
masyarakat mantan buruh migran di Kampung Buruh Migran Desa Tracap
Kecamatan Kaliwiro Wonosobo.
Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Informan
penelitian adalah Ketua Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) cabang
Wonosobo, Kepala Desa Tracap, Kepala Sub Bidang Pemberdayaan Perempuan di
Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak,
Staf Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Wonosobo, Kasi
Pengelolaan Pemasaran Hasil Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten
Wonosobo dan Mantan Buruh Migran. Intrumen penelitian adalah peneliti dibantu
dengan pedoman wawancara, pedoman observasi dan dokumentasi. Teknik
pemeriksaan keabsahan data menggunakan triangulasi sumber. Teknik analisis data
menggunakan model dari Miles dan Huberman yaitu pengumpulan data, reduksi
data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan Pemberdayaan masyarakat mantan buruh migran
korban trafficking di Kampung Buruh Migran Desa Tracap Kecamatan Kaliwiro
Wonosobo, merupakan keberlanjutan dari didirikannya Kampung Buruh Migran
Indonesia oleh BNP2TKI. Kampung Buruh Migran Indonesia berada
dibawah naungan SBMI DPC Kab. Wonosobo. Pemberdayaan dilaksanakan
dengan tujuh tahapan pemberdayaan yaitu: persiapan, assessment, perencanaan,
perumusan rencana aksi, implementasi, evaluasi dan terminasi, melalui kegiatan
peternakan, pertanian, koperasi, dan simpan pinjam. Faktor penghambat yang
muncul adalah kualitas SDM yang masih rendah, kurangnya koordinasi dengan
pemerintah, harapan masyarakat sasaran mendapatkan bantuan dalam bentuk
barang atau uang dan minimnya campur tangan pemerintah dalam keberlanjutan
program.
Kata kunci : pemberdayaan, mantan buruh migran, kampung buruh migran
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Pemberdayaan
Masyarakat Mantan Buruh Migran Korban Trafficking Di Kampung
Buruh
Migran Desa Tracap Kecamatan Kaliwiro Wonosobo dengan baik dan sebagai
wujud persyaratan memperoleh gelar sarjana.
Peneliti tertarik dan menganggap penting untuk melakukan penelitian terkait
pemberdayaan masyarakat mantan buruh migran korban trafficking di Kampung
Buruh Migran Desa Tracap Kecamatan Kaliwiro Wonosobo tidak terlepas dari
pentingnya peran masyarakat dalam kemajuan suatau negara. Selain itu
dibentuknya Kampung Buruh Migran Indonesia merupakan pilot project
pemerintah untuk membentuk desa buruh migran percontohan Nasional.
Pemberdayaan masyarakat mantan buruh migran merupakan upaya untuk
membangun masyarakat yang diarahkan guna mencapai kondisi dan kualitas
kehidupan yang lebih baik sehingga dapat mengurangi jumlah tenaga kerja
Indonesia di Desa Tracap yang kebanyakan merupakan korban tindak pidana
perdagangan orang.
Penulisan skripsi ini terwujud berkat pengarahan, bimbingan dorongan dan
bantuan baik moril maupun materiil dari berbagai pihak . Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1.
2.
Prof. Dr. Ajat Sudrajat, M. Ag., Dekan Fakultas Ilmu Sosial yang telah
memberi kemudahan izin dalam melakukan penelitian.
3.
Bapak Argo Pambudi, M.Si., Ketua Jurusan Ilmu Admnistrasi Negara FIS
UNY.
4.
Ibu Sugi Rahayu, M.Pd., M.Si., Pembimbing skripsi yang telah memberikan
bimbingan, motivasi dan pengarahan pada penulisan tugas akhir.
5.
Ibu Utami Dewi, M.PP., Penguji Utama yang terus memberikan bimbingan,
arahan-arahan, dan pengujian dalam skripsi.
6.
7.
8.
Ibu Maizidah, Ibu Hartati, Ibu Miskiah, Bapak Bejo, Ibu Ranti, Ibu Nita dan
Bapak Heri yang telah membantu dan memberikan informasi sebagai data
penelitian ini.
9.
Keluargaku tersayang Ayah Hasta Lukito, Ibu Umi Faizatun dan kedua adikadik ku atas kasih saying dan motivasi yang diberikan.
10. Orang-orang terdekatku Eliv, Liya, Asri, Imas, Yosefin, Dita, Lusi, Indah,
Atika kalian yang telah memberikan semangat dorongan terimakasih untuk
banyak hal yang telah kalian ajarkan.
11. Teman seperjuangan masa kuliah Elli, Puput, Rizah, Nurul, Wanda, Nurwi
terimakasih untuk pengalaman masa kuliah yang tak terlupakan.
12. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, atas kontribusinya
dalam penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih sangat jauh
dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan karya-karya berikutnya.
Tissa Silvia
vi
DAFTAR ISI
ii
iii
ABSTRAK .....................................................................................................
iv
vii
10
10
10
13
13
13
15
15
18
20
20
23
26
vii
27
30
31
35
36
36
37
37
38
39
40
42
43
46
46
46
49
53
56
56
60
97
101
B. Pembahasan ..............................................................................................
103
103
105
129
135
viii
138
A. Kesimpulan ..............................................................................................
138
B. Implikasi ..................................................................................................
140
C. Saran ........................................................................................................
140
142
LAMPIRAN ...................................................................................................
DOKUMENTASI ..........................................................................................
ix
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1.
19
2.
47
3.
48
4.
48
5.
54
6.
86
7.
8.
98
100
DAFTAR GAMBAR
Tabel
1.
Halaman
xi
34
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
pembangunan
di
Indonesia
adalah
adanya
permasalahan
Kong
32.144
orang
dan
Singapura
(http://www.bnp2tki.go.id/read/9704/11-Bulan-BNP2TKI-MencatatPenempatan-TKI-390.473-Orang)
27.870
Tingginya jumlah TKI juga diiringi oleh beberapa permasalahan yang ada,
salah satu permasalahan yang cukup banyak terjadi di Indonesia adalah
banyaknya TKI illegal. Salah satu negara tujuan utama TKI yaitu Malaysia.
Data terakhir yang tercatat pada bulan April 2016 terdapat sejumlah 250 ribu
pekerja yang merupakan TKI illegal. Adanya TKI illegal tersebut justru
ditakutkan nantinya mereka tidak akan mendapat perlakuan yang sama dengan
TKI legal dan juga dapat terjadi tindak kecurangan oleh majikan.
(https://bisnis.tempo.co/read/news/2016/04/05/092760077/ini-saran-oesmansapta-terkait-dengan-banyaknya-tki-ilegal)
Kabupaten Wonosobo adalah salah satu Kabupaten yang menyumbang
angka tinggi dalam penempatan TKI hal ini dinyatakan oleh BNP2TKI
Wonosobo merupakan Kabupaten pengirim TKI kedua terbesar di Jawa
Tengah. Tidak ada data konkrit terkait jumlah pasti TKI yang berasal dari
Kabupaten Wonosobo hal ini dikarenakan banyaknya TKI yang berangkat
melalui jalur illegal dan tidak melalui jalur resmi pemerintah sehingga dinas
tenaga kerja dan transmigrasi belum dapat memiliki jumlah pasti TKI dari
Kabupaten Wonosobo. (http://kotakita.weebly.com/tki.html) Terdapat banyak
resiko yang didapat oleh para TKI illegal seperti majikan yang membayar upah
lebih rendah atau bahkan tidak membayar sama sekali, majikan terkadang
dapat memperlakukan TKI secara tidak manusiawi dan melewati batas hak-hak
kemanusiaan sampai dengan resiko TKI yang tertangkap oleh aparat
berwenang akan dipenjarakan sesuai dengan hukuman negara yangditempati.
(http://disnakertransKabwonosobo.blogspot.co.id/p/sistem-mekanismepenempatan-tki-yang.html)
Penempatan TKI keluar negeri mengundang banyak persoalan seperti resiko
yang telah dipaparkan. Banyak TKI yang mengalami tindak kekerasan,
pembayaran gaji tidak sesuai kontrak, kriminalitas sampai dengan praktek
trafficking atau tindak pidana perdagangan orang. Dalam melindungi para
tenaga kerja dari praktik trafficking pemerintah telah memiliki peraturan
perundangan yaitu Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2007
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang. Didalamnya
terdapat tiga unsur dimana seorang TKI dianggap telah mengalami tindakan
trafficking yaitu dari segi proses, cara dan tujuan. Kabupaten Wonosobo
termasuk daerah yang memiliki banyak TKI dengan tindakan trafficking, salah
satunya ada di Desa Tracap Kecamatan
perempuan di desa tersebut bekerja sebagai TKI dan hampir 90 persen dari TKI
atau buruh migran yang ada merupakan korban tindakan trafficking. (Serikat
Buruh Migran Indonesia Kab Wonosobo 2016)
Permasalahan trafficking tersebut merupakan salah satu contoh dampak dari
pemerintah yang belum dapat memberikan lapangan pekerjaan bagi
masyarakat untuk mencapai taraf kehidupan yang layak. Dalam hal ini tugas
pemerintah tidak hanya melakukan penempatan dan perlindungan terhadap
para TKI namun juga melakukan pemberdayaan kepada para mantan buruh
migran. Pemerintah Kabupaten Wonosobo sendiri dibantu oleh lembaga
swadaya masyarakat yaitu serikat buruh migran Indonesia (SBMI) Kabupaten
Pengadaan forum diskusi terkait isu buruh migran setiap bulan juga
dilakukan dalam upaya pemberdayaan para mantan buruh migran agar lebih
aktif. Semua kegiatan pemberdayaan yang dilakukan di Desa Tracap
diharapkan tidak hanya memberikan dampak kepada para mantan buruh
migran namun juga berdampak pada lingkungan dan masyarakat desa sekitar.
Dulunya mantan buruh migran hanya dipandang sebelah mata oleh
masyarakat luas, mereka dianggap sudah tidak dapat bekerja produktif lagi
ketika selesai masa kerjanya di luar negeri. Adanya pemberdayaan di kampung
buruh migran di Desa Tracap ini menunjukan eksistensi para mantan buruh
migran. Mereka yang aktif mengikuti program pemberdayaan pada kampung
buruh migran mendapat tambahan ketrampilan, penghasilan dan juga dapat
aktif berpartisipasi dalam organisasi.
Dilain pihak adanya pemberdayaan yang diprakarsai oleh pengurus
kampung buruh migran yaitu serikat buruh migran Wonosobo belum dapat
mengurangi jumlah mantan buruh migran yang kembali bekerja keluar negeri.
Pasalnya diadakan kampung buruh migran tersebut adalah untuk mengurangi
jumlah warga Desa Tracap yang bekerja keluar negeri namun senyatanya
masih terdapat mantan buruh migran yang kembali bekerja diluar negeri.
Pemikiran terkait mendapat penghasilan yang lebih banyak jika bekerja di luar
negeri membuat mantan buruh migran bekerja kembali keluar negeri.
Kondisi ekonomi dan kesejahteraan para mantan buruh migran di Desa
Tracap tergolong masih rendah meskipun sudah diadakan beberapa kegiatan
berupaya untuk memberdayakan mantan buruh migran agar lebih mandiri
Tingginya jumlah tenaga kerja Indonesia di luar negeri yang melalui jalur
illegal.
2.
3.
4.
5.
6.
C. Pembatasan Masalah
Melihat begitu banyaknya permasalahan yang telah dipaparkan maka
peneliti melakukan pembatasan masalah agar penelitian lebih fokus dan dapat
mencapai sasaran. Berdasarkan identifikasi masalah penelitian ini akan
membatasi pada Pemberdayaan Masyarakat Mantan Buruh Migran Korban
Trafficking di Kampung Buruh Migran Desa Tracap Kecamatan Kaliwiro
Kabupaten Wonosobo. Pembatasan masalah tersebut dikarenakan sudah
terdapat upaya pemberdayaan yang dilakukan melalui berbagai jenis kegiatankegiatan namun belum dapat meningkatkan perekonomian mantan buruh
10
migran dan belum menurunkan minat mantan buruh migran untuk kembali
bekerja di luar negeri.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas peneliti
merumuskan permasalahan sebagai berikut:
1.
2.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang akan dicapai pada penelitian ini berdasarkan rumusan masalah
diatas adalah untuk mendeskripsikan:
1.
2.
F. Manfaat Penelitian
Penelitain ini diharapkan nantinya akan bermanfaat, yang dapat
digolongkan menjadi manfaat teoritis dan manfaat praktis.
11
1.
Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi bagi perkembangan Ilmu administrasi Negara khususnya mata
kuliah teori pembangunan dan pembangunan regional. Selain itu adanya
penelitian ini dapat menambah kajian dan wawasan terkait bidang
pemberdayaan masyarakat mantan buruh migran korban trafficking di
Kampung Buruh Migran Desa Tracap Kecamatan Kaliwiro Kabupaten
Wonosobo.
2.
Manfaat Praktis
a.
Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan peneliti
tentang pemberdayaan masyarakat mantan buruh migran korban
trafficking di Kampung Buruh Migran Desa Tracap Kecamatan
Kaliwiro Kabupaten Wonosobo dan dengan penelitian ini dapat
meningkatkan kepedulian peneliti terhadap mantan buruh migran
korban trafficking di Kampung Buruh Migran.
b.
Bagi Pemerintah
Hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan dan
pertimbangan bagi pemerintah Kabupaten Wonosobo dalam
memberdayakan masyarakat mantan buruh migran korban trafficking
di Kampung Buruh Migran di Desa Tracap Kecamatan Kaliwiro.
12
c.
Bagi masyarakat
Dengan penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan
wawasan tentang pemberdayaan masyarakat mantan buruh migran
korban trafficking di Kampung Buruh Migran Desa Tracap
Kecamatan Kaliwiro Kabupaten Wonosobo dan meningkatkan
partisipasi masyarakat dalam program pemberdayaan.
13
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
14
masyarakat
erat
kaitannya
dengan
partisipasi
15
Tujuan Pemberdayaan
Seperti halnya konsep program yang lain pemberdayaan juga memiliki
tujuan yang akan dicapai dimana tujuan utama dari pemberdayaan adalah
untuk membentuk individu dan masyarakat yang lebih mandiri tidak
berketergantungan. Kemandirian tersebut dilihat dari kemandirian dalam
berpikir, bertindak dan mengendalikan apa yang dilakukannya (Ambar
2004:80).
Menurut World Bank dalam Totok (2013:27) pemberdayaan lebih
kepada upaya memberikan kesempatan kepada kelompok masyarakat
untuk mampu dan berani bersuara dalam memilih suatu konsep atau
tindakan yang terbaik bagi masyarakatnya sendiri dalam bentuk ide atau
gagasan yang disampaikan.
Bertolak dari kedua konsep tersebut tujuan utama dari pemberdayaan
adalah bagaimana upaya dalam pemberian kesempatan kepada individu
maupun kelompok untuk turut serta berpartisipasi sehingga menciptakan
kemandirian baik individu maupun masyarakat itu sendiri.
3.
Tahapan pemberdayaan
Pemberdayaan memiliki tahapan yang harus dilakukan. Menurut Sri
Kuntari (2009:12) terdapat beberapa proses dalam pemberdayaan yang di
dalamnya meliputi penguatan kapasitas masyarakat (empowering),
menciptakan suasana kondusif (enabling), bimbingan dan dukungan
16
(eforesting).
Menurut Ambar (2007:84) terdapat tahapan-tahapan yang harus
ditempuh dalam pemberdayaan masyarakat dimulai dari penyadaran dan
pembentukan perilaku sadar, tahap transformasi kemampuan, dan tahap
peningkatan kemampuan intelektual. Diperinci dengan penjelasan sebagai
berikut:
a.
b.
c.
17
b.
c.
d.
e.
f.
18
19
Pemerintah
Swasta
Masyarakat
Peran dalam
pemberdayaan
Formulasi dan
penetapan
policy,
implementasi,
monitoring
dan evaluasi
mediasi
Kontribusi
pada
formulasi,
implementasi,
monitoring
dan evaluasi
Partisipasi
dalam
formulasi,
implementasi,
monitoring
dan evaluasi
Fasilitas
Dana,
jaminan,
alat,
teknologi,
network,
sistem
manajemen
informasi,
edukasi
Dana, alat,
teknologi,
tenaga ahli
dan sangat
terampil
Tenaga
terdidik,
tenaga
terlatih,
setengah
terdidik
dan
setengah
terlatih
20
Migrasi bertahap
Migrasi bertahap pada umumnya terjadi arus migrasi menuju ke
pusat-pusat perdagangan industri yang dapat menyerap banyak tenaga
kerja dan para migran tersebut. Penduduk berbondong-bondong
21
Arus balik
Arus migrasi akan menimbulkan arus balik sebagai penggantinya,
hal ini terjadi dikarenakan kebutuhan migran yang tidak dapat terpenuhi
kembali ketika berada di daerah asal sehingga kembali ke negara tujuan
migran tersebut untuk dapat memenuhi kebutuhannya baik ketrampilan
maupun kekayaan.
c.
d.
22
e.
f.
g.
23
administrasi baik lintas daerah maupun lintas negara, dimana hal tersebut
terjadi karena adanya faktor-faktor yang mempengaruhi baik dari kondisi
individu sendiri maupun kondisi diluar individu migran tersebut. Jadi
adanya migrasi internasional yang ada dilakukan oleh buruh migran di Desa
Tracap dapat disebabkan oleh faktor-faktor tersebut.
2. Migrasi Internasional Tenaga Kerja
Migrasi internasional merupakan migrasi yang dilakukan dengan
melewati batas antar negara. (Mantra 2003:31) migrasi internasional
meliputi:
a. Imigrasi
Imigrasi adalah masuknya warga negara lain dengan maksud untuk
menetap.
b. Emigrasi
Emigrasi adalah perpindahan penduduk atau keluarnya penduduk dari
negara satu ke negara lain dengan maksud untuk menetap.
c. Remigrasi
Remigrasi adalah kembalinya penduduk dari negara satu ke negara
asalnya.
Terdapat beberapa alasan dan motif yang mendasari para tenaga kerja
untuk melakukan migrasi internasional. Menurut Mulyadi (2003:98) hal ini
dapat digolongkan menjadi dua bagian:
a. Para tenaga kerja yang melakukan migrasi internasional dengan tujuan
untuk menjual tenaga, ketrampilan atau kepandaian yang dimiliki. Arus
24
25
dimana para professional biasanya bekerja sebagai tenaga ahli, staf atau
karyawan dari organisasi internasional dan perusahaan multinasional.
Migrasi tenaga kerja adalah bagian dari adanya migrasi internasional
dimana migrasi tenaga kerja internasional bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan tenaga kerja jangka pendek atau sementara di negara penerima.
Secara teori volume suatu migrasi dalam suatu negara ditentukan oleh
beberapa faktor. Faktor pertama adalah faktor ekonomi dimana meliputi dari
latar belakang perekonomian para migran tersebut, biaya dari migrasi dan
berapa upah yang didapatkan oleh para migran. Kedua adalah faktor politik
baik dari birokrasi dan berbagai prosedur yang harus dilalui oleh imigran.
Ketiga adalah faktor aksesbilitas dimana di dalamnya memuat akses bilitas
transportasi dan berapa jarak tempuh migrasi. Tekanan ekonomi biasanya
menjadi faktor utama yang menyebabkan migran mencari solusi alternative
untuk tetap bertahan hidup (Haris, 2005:90)
Dari pemaparan teori di atas peneliti menarik kesimpulan bahwa migrasi
internasional adalah migrasi yang dilakukan oleh penduduk baik untuk
menetap ataupun untuk bekerja antar negara. Hal yang mendasari
perpindahan tenaga kerja digolongkan menjadi dua baik untuk menjual
ketrampilan dan keahlian ataupun untuk melakukan penanaman modal ke
negara lain yang memiliki potensi lebih. Sedangkan migrasi yang dilakukan
oleh para buruh migran di Desa Tracap tergolong migrasi yang didasari oleh
menjual ketrampilan atau tenaga yang dimiliki.
26
Upah dari sektor pertanian yang rendah, hal inilah yang mendorong
penduduk daerah pedesaan untuk melakukan mobilitas dengan harapan
mendapat upah yang lebih banyak dibandingkan upah dari daerah
asalnya.
b.
c.
d.
b.
c.
27
a.
b.
c.
adalah tindakan
28
29
memberi harapan tinggi terkait kehidupan yang akan mereka dapatkan saat
menjadi buruh migran. Selain itu cara perekrutannya juga menggunakan
dokumen palsu. Kedua adalah unsur proses dimana dalam proses sebelum para
calon tenaga kerja ditempatkan terdapat proses yang cukup rumit dari calon
para tenaga kerja yang dipindah-pindahkan, diasramakan ditempat yang
tertutup dan diharuskan melakukan pekerjaan yang tidak sesuai dengan
pekerjaan nantinya di tempat negara penerima. Ketiga adalah unsur tujuan
dimana tindakan trafficking
tenaga kerja, bentuk eksploitasinya juga beragam dari upah yang tidak
diberikan sampai dengan pekerjaan yang tidak sesuai dengan kontrak
sebelumnya. Tindakan trafficking harus memenuhi ketiga unsur tersebut jika
belum memenuhi maka belum dapat dikatakan tindakan trafficking atau
perdagangan orang.
Di Desa Tracap tindakan trafficking hampir dirasakan oleh keseluruhan
mantan buruh migran. Namun skala tindak trafficking yang ada masih
tergolong rendah dimana para buruh migran di Desa Tracap mengalami
tindakan trafficking seperti pemalsuan dokumen negara baik visa maupun
passport, perlakuan yang tidak sewajarnya di penampungan dimana para calon
buruh migran diwajibkan untuk melakukan pekerjaan yang tidak sesuai
kompetensinya nanti ketika bekerja di luar negeri, dan terdapat beberapa
korban trafficking s kala berat dimana ketika bekerja di luar negeri mereka
tidak mendapatkan gaji sama sekali.
30
Penelitian yang dilakukan oleh Vandy Yoga Swara (2012) dengan judul
Perubahan Habitus TKI Korban Perdagangan Manusia Melalui
Pemberdayaan di Kampung Buruh Migran Desa Tracap Kabupaten
Wonosobo. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengidentifikasi hadirnya
perubahan habitus pada kelompok mantan Tenaga Kerja Indonesia (TKI)
korban perdagangan manusia (human trafficking) di Desa Tracap
Kabupaten Wonosobo dan menjabarkan proses pemberdayaan mantan
TKI korban perdagangan manusia dan bagaimana kemudian konstruk
pemberdayaan yang dimaksud dapat mampu hadir sebagai arena bagi
mantan TKI untuk melakukan perubahan habitu. Hasil penelitian tersebut
menunjukan terdapat dampak yang cukup kuat terhadap perubahan cara
pandang lebih jauh lagi habitus mantan TKI korban perdagangan manusia
melalui serangkaian pemberdayaan yang dilaksanakan.
Relevansi dengan penelitian ini adalah terdapat pada pengkajian yang sama
31
2.
32
yang masih di luar negeri maupun mantan buruh migran yang ada di Desa
Tracap merupakan korban trafficking atau korban perdagangan orang. Mantan
buruh migran di Desa Tracap memiliki keterbatasan dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya sehingga kebanyakan mantan buruh migran kembali
bekerja di luar negeri meskipun menjadi korban perdagangan orang.
Resiko yang didapatkan oleh korban trafficking ini sangat beragam dimulai
dari gaji yang tidak dibayarkan, bekerja tidak sesuai kontrak sampai dengan
adanya tindakan kekerasan yang diterima para buruh migran baik dalam
kekerasan fisik maupun psikis dari majikan tempat para buruh migran bekerja.
Keadaan ekonomi yang mendesak para buruh migran untuk tetap bekerja di
luar negeri karena pada kenyataanya mereka tidak bisa memenuhi kebutuhanya
jika masih menggantungkan pekerjaan di desa. Sudah selayaknya menjadi
tugas pemerintah untuk mensejahterakan masyarakat dan memberikan peluang
kesempatan kerja sebesar-besarnya namun hal ini belum dapat terpenuhi
seperti di Desa Tracap, hal inilah yang menjadikan dorongan terjadinya
mobilitas tenaga kerja di Desa Tracap Kecamatan Kaliwiro Kabupaten
Wonsobo.
Adanya Kampung Buruh Migran di Desa Tracap yang merupakan salah
satu upaya untuk dapat memberdayakan mantan buruh migran korban
trafficking yang ada disana. Upaya pemberdayaan dimaknai sebagai upaya
memberikan kemampuan dan keberdayaan kepada masyarakat mantan buruh
migran korban trafficking agar dapat lebih mandiri dan dapat berdaya tanpa
perlu kembali bekerja sebagai buruh migran. Pelaksanaan pemberdayaan
33
34
a. Masih tingginya jumlah tenaga kerja Indonesia diluar negeri dari Kabupaten Wonosobo
yang merupakan korban perdagangan orang (trafficking).
b. Hampir keseluruhan mantan buruh migran di Desa Tracap merupakan korban trafficking.
c. Kondisi ekonomi dan kesejahteraan mantan buruh migran di Desa Tracap tergolong
rendah.
Tahapan Pemberdayaan
Masyarakat
a. Tahap Persiapan
b. Tahap Pengkajian
c. Tahap Perencanaan
Alternative Program
pemberdayaan masyarakat
d. Tahap Pemformulasian
Rencana Aksi
e. Tahap Pelaksanaan
f.
Tahap Evaluasi
g. Tahap Terminasi
Hambatan-Hambatan
pelaksanaan program
pemberdayaan di
Kampung Buruh
Migran
35
F. Pertanyaan Penelitian
1.
tahapan-tahapan
pemberdayaan,
(tahap
pengkajian,
tahap
3.
Apa
saja
hambatan-hambatan
dalam
pelaksanaan
pemberdayaan
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deksriptif, yaitu
penelitian yang bermaksud untuk mengeksplorasi terkait kenyataan sosial,
dengan cara mendeskripsikan sejumlah variabel yang berhubungan dengan
masalah yang diteliti untuk memecahkan masalah-masalah aktual yang
dihadapi serta mengumpulkan data dan informasi untuk dianalisis (Sanapiah
Faisal, 2007:20)
Sedangkan pendekatan yang digunakan merupakan pendekatan kualitatif,
penelitian kualitatif adalah penelitian dengan filsafat postpovitisme digunakan
pada kondisi objek yang alamiah dan peneliti sebagai informan kunci, teknik
pengumpulan dengan triangulasi dan analisis data bersifat kualitatif sehingga
hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi
(Sugiyono, 2015:9). Prosedur penelitian menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata atau lisan dari orang yang perilakunya diamati sesuai dengan
pendapat Bogdan dan Taylor dalam (Lexy, J Moleong, 2014:3). Penggunaan
desain penelitian deskriptif kualitatif dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui dan mendeskripsikan pemberdayaan masyarakat mantan buruh
migran korban trafficking di Kampung Buruh Migran Desa Tracap Kecamatan
Kaliwiro Kabupaten Wonosobo.
37
C. Informan Penelitian
Subjek penelitian yang digunakan sebagai informan penelitian adalah
orang yang pada latar penelitian digunakan untuk memberikan informasi
tentang situasi dan kondisi penelitian (Moleong, 2014:132). Adapun yang
dijadikan sebagai informan dalam penelitian ini adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
38
7.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Selain itu data
dikumpulkan menggunakan instrumen pedoman wawancara dan pedoman
observasi. Peneliti berperan sebagai perencana pelaksana dan pengumpul data
di lapangan secara langsung. Peneliti juga melakukan analisis data sampai
dengan penyimpulan data.
Peneliti sebagai intrumen utama melakukan validasi terkait kesiapan dalam
melakukan penelitian di Kampung Buruh Migran. Validasi yang dilakukan
oleh peneliti meliputi pemahaman metode penelitian, validasi terhadap
wawasan objek penelitian, yaitu Pemberdayaan mantan buruh migran. Validasi
dilakukan secara mandiri oleh peneliti sendiri dengan mengevaluasi seberapa
jauh
pemahaman
peneliti
terkait
teori
yang
berhubungan
dengan
39
40
Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan tanya jawab antara pewawancara dengan informan
penelitian baik menggunakan pedoman wawancara ataupun tidak
menggunakan pedoman wawancara (Bungin 2010:108). Hasil dari
wawancara tersebut berupa kata-kata yang didapatkan dari narasumber,
dengan wawancara peneliti dapat menggali informasi sesuai dengan
kebutuhan
dalam
instrumen.
Wawancara
dalam
penelitian
ini
41
Observasi
Inti dari observasi adalah terdapat perilaku yang tampak dan tujuan
yang ingin dicapai, perilaku tersebut dapat berupa sesuatu yang dapat
dilihat, dapat didengar maupun dapat dihitung dan diukur. Tujuan
observasi pada dasarnya untuk mendeskripsikan lingkungan yang diamati,
aktifitas yang berlangsung dan juga individu-individu yang terlibat dalam
kegiatan tersebut (Haris,2015:132).
Observasi dalam penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah
program pemberdayaan masyarakat buruh migran yang diprakarsai oleh
Serikat Buruh Migran Indonesia DCP Wonosobo sudah sesuai dengan
yang seharusnya atau belum. Kemudian observasi dilakukan dengan
mencocokan pada pedoman observasi yang dibuat dengan keadaan yang
ada di Kampung Buruh Migran dan dilingkungan pelaksana kegiatan atau
program pemberdayaan. Observasi juga dilakukan dengan melihat apakah
penyediaan sarana dan prasarana dalam pemberdayaan masyarakat sudah
terpenuhi atau jauh dari cukup, yaitu dengan melihat sarana dan prasarana
di Kampung Buruh Migran Desa Tracap Kecamatan Kaliwiro Kabupaten
Wonosobo.
42
3.
Dokumentasi
Teknik
memperoleh
dokumentasi
data
berupa
dalam
penelitian
dokumen
yang
ini
digunakan
berhubungan
untuk
dengan
43
Pengumpulan Data
Data yang diperoleh dalam penelitian baik dari hasil wawancara,
observasi, dan dokumentasi dicatat dan berisi tentang apa yang dilihat,
didengar dan ditemukan selama berada di lapangan yang dijadikan bahan
rencana pengumpulan data selanjutnya. Data yang dimaksudkan adalah
44
Reduksi Data
Menurut Sugiyono (2015: 247), mereduksi data berarti merangkum,
memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting,
dicari pola temanya. Dalam peneltian dilakukan reduksi data, dan
diperoleh data yang lebih jelas dan data tersebut akan menjadi informasi
yang bermakna. Data yang diperoleh dari penelitian ini semula berupa data
mentah yang berasal dari catatan lapangan, hasil observasi, dan juga
dokumentasi lainnya. Data-data tersebut kemudian direduksi untuk
memperoleh informasi yang lebih bermakna sesuai tujuan penelitian yaitu
megetahui pelaksanaan pemberdayaan masyarakat mantan buruh migran.
3.
Penyajian Data
Penyajian data merupakan langkah setelah dilakukanya reduksi data,
menurut Miles dan Hubberman dalam (Sugiyono, 2015:249) penyajian
data merupakan sekumpulan informasi tersusun sehingga memberi
kemungkinan penarikan kesimpulan. Penyajian data dalam penelitian ini
dilakukan dengan menyusun berbagai informasi terkait pemberdayaan
masyarakat mantan buruh migran korban trafficking agar mempermudah
dalam penarikan kesimpulan sehingga laporan dari lapangan tentang data
akan mudah digunakan.
45
4.
Penarikan Kesimpulan
Langkah terakhir adalah dilakukannya penarikan kesimpulan, menurut
Herdiansyah (2010:17) kesimpulan menjurus pada upaya menjawab
pertanyaan penelitian yang diajukan sebelumnya dan menjawab tentang
apa dan bagaimana hasil temuan dari suatu penelitian. Kesimpulan dalam
penelitian ini diperoleh dari jawaban-jawaban temuan dan hasil penelitian,
data yang telah direduksi disusun sistematis kemudian disanalisis guna
menghasilkan kesimpulan tentang pemberdayaan masyarakat mantan
buruh migran korban traffficking di Kampung Buruh Migran.
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1.
47
1)
Dusun Tracap
2)
Dusun Jojogan
3)
4)
No.
Dusun
L
Jumlah
Jumlah
1.
Tracap
342
378
719
205
29
234
2.
Jojogan
448
486
934
255
20
275
3.
Karangsari
662
445
1105
244
25
269
4.
Wonoroto
399
436
834
236
27
263
1851
1642
3592
940
101
1041
48
Uraian
Jumlah
1.
Kelahiran
12 jiwa
2.
Kematian
14 jiwa
3.
Datang
6 jiwa
4.
Pergi
9 jiwa
Tingkat Pendidikan
Jumlah
1.
655
2.
395
3.
Tamat SD / Sederajat
1.722
4.
SLTP/ Sederajat
540
49
5.
SLTA/ Sederajat
237
6.
Diploma I/II
26
7.
Strata I
Jumlah
3575
50
untuk
buruh
migran,
pertama
adalah
untuk
Visi SBMI
Terwujudnya
harkat,
martabat
dan
kesejahteraan
yang
Misi SBMI
a) Melakukan pendidikan kritis bagi BMI
b) Meningkatkan dan memperkuat posisi tawar BMI
c) Memperjuangkan hak-hak BMI
51
Tugas SBMI
1)
kebijakan,
Undang-Undang
dan
peraturan
Pengorganisasian
Untuk memperkuat posisi buruh migran, SBMI melakukan
pengorganisasian buruh migran dan anggota keluarganya, baik
di negara-negara tujuan penempatan maupun daerah asalnya.
SBMI juga memperjuangkan pengakuan organisasi buruh
migran masuk dalam revisi Undang-Undang Penempatan dan
Perlindungan Buruh Migran Indonesia.
52
Pendidikan
Dalam rangka mencerdaskan anggota, SBMI melakukan
pendidikan atau pelatihan yang bertujuan untuk membangun
kesadaran kritis, kesadaran hak dan kewajiban.
Pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan non formal
dalam bentuk pelatihan-pelatihan. Beberapa pelatihan yang
reguler dilakukan antara lain: training pre departure, training
migrasi aman, training pencegahan dan layanan bagi korban
trafficking, training pengorganisasian (community organizer,
organisasi, kepemimpinan), training paralegal, training hak asasi
manusia,training gender, pengelolaan keuangan dll.
Untuk mempermudah kerja-kerja tersebut, SBMI juga
membuat alat-alat berupa modul, panduan praktis yang mudah
diaplikasikan oleh buruh migran dan keluarganya.
4)
Pemberdayaan Ekonomi
Tidak sedikit buruh migran yang terlanggar haknya, tidak
mendapatkan gaji dll, sehingga kondisinya jauh dari tujuan yang
diamanatkan dalam pasal 3 UU 39/2004 Tentang Penampatan
53
dan
meningkatkan
kesejahteraan
TKI
dan
khusus
namun
sesampai
di
Indonesia
54
Kecamatan
Jumlah
1.
Garung
97
2.
Wadaslintang
264
3.
Wonosobo
450
4.
Watumalang
300
5.
Kalikajar
102
6.
Kalibawang
257
7.
Selomerto
261
8.
Kepil
215
9.
Mojotengah
177
10.
Kertek
126
11.
Leksono
361
12.
Sukoharjo
209
13.
Kaliwiro
133
Jumlah
Sumber : BKKBPPA Kab. Wonosobo tahun 2016
2819
55
mencapai 297 orang, hal ini juga dijelaskan oleh Ibu Maizidah Salas selaku
pendiri Kampung Buruh Migran dan Ketua Serikat Buruh Migran Dewan
Pimpinan Cabang Kab. Wonosobo
Disini terdapat 297 mantan buruh migran yang sudah
diorganisir tapi belum dikelompokan karena adanya kendala
seperti melahirkan atau ikut suami setelah menikah bahkan
ada yang bekerja lagi diluar negeri (Wawancara Selasa 28
Juni 2016)
Mantan TKI di Kampung Buruh Migran belum semuanya dapat
dikelompokan, selain itu hampir keseluruhan mantan buruh migran di Desa
Tracap juga merupakan korban tindak pidana perdagangan orang atau
trafficking. Hal ini juga ditegaskan oleh kepala BNP2TKI Bapak Moh
Jumhur Hidayat yang dilansir dalam berita harian kompas.
Sebagai bagian dari program pemberdayaan TKI Purna,
Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia (BNP2TKI) bekerjasama dengan International
Organization for Migration (IOM) Indonesia dan Serikat
Buruh Migran Indonesia (SBMI) Wonosobo membangun
Kampung TKI dan koperasi TKI di Desa Tracap, Kecamatan
Kaliwiro, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Program itu
diikuti 52 orang TKI purna dan 72 mantan TKI korban tindak
pidana
perdagangan
orang
(TPPO)
(http://health.kompas.com/read/2012/12/01/00165623/bnp2
tki-iom.kerja.sama.pemberdayaan.tki.korban.trafficking
diakses pada Senin 24 Oktober 2016)
Jumlah mantan buruh migran yang merupakan korban trafficking di
Kampung Buruh Migran memang cukup besar untuk mengidentifikasikan
seseorang merupakan korban trafficking maka harus memenuhi tiga unsur
sesuai dengan Undang-Undang No 21 Tahun 2007 tentang Tindak Pidana
Perdagangan Orang dimana ketiga unsur tersebut adalah unsur cara, unsur
56
proses, unsur tujuan. Hal ini juga dipertegas oleh pernyataan Ibu Maizidah
Salas selaku ketua Serikat Buruh Migran DPC Kab. Wonosobo
Tergantung memenuhi tiga unsur atau tidak, yang resmi
semuanya juga berpotensi untuk menjadi korban trafficking
asalkan dia terpenuhi tiga unsur itu. Kecuali anak-anak yang
usianya dibawah 18 tahun sudah menjadi tenaga kerja
Indonesia dua unsur lainya sudah tidak perlu diikutsertakan
dia sudah termasuk dari korban trafficking. Tapi kalau bicara
tenaga kerja Indonesia harus sampai dia bekerja dulu jadi
sudah sampai dia bekerja dimana ada tujuannya yaitu tujuan
eksploitasi,kalau baru di Perusahaan jasa tenaga kerja
Indonesia (PJTKI) ya kita belum bisa ngomong kalau dia
korban trafficking karena belum memenuhi tiga unsur.
(Wawancara Selasa 28 Juni 2016)
Keadaan ini yang mendasari dilakukannya upaya-upaya
pemberdayaan oleh Serikat Buruh Migran Indonesia DPC Kab. Wonosobo
kepada para mantan buruh migran di Desa Tracap. Keaktifan dan
produktifitas para mantan buruh migran ini bersama dengan SBMI DPC
Kab. Wonosobo yang kemudian menjadikan Desa Tracap menjadi
Kampung Buruh Migran Pertama di Indonesia. Kampung Buruh Migran
mulai diresmikan pada tanggal 30 November 2012 oleh kepala Badan
Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia
(BNP2TKI)
bapak
Moh
Jumhur
Hidayat
bekerjasama
dengan
Pemberdayaan
Masyarakat
Mantan
Buruh
Migran
di
57
dulunya
merupakan
korban
trafficking
memiliki
di
Desa
Tracap
cukup
banyak
maka
dilakukan
58
59
60
b.
61
hasil
wawancara
diketahui
bahwa
62
Kab.
melaksanakan
dan
mensukseskan
program
pemberdayaan tersebut.
Selain itu dana bantuan modal juga akan diberikan
kepada para mantan buruh migran untuk melakukan
pemberdayaan. Dana ini hanya bersifat stimulan dan
nantinya para mantan buruh migran yang harus dapat
mengelola dengan baik.
63
b) Tahap Perencanaan
Setelah tahapan persiapan selesai dilakukan, tahap
berikutnya dalam pemberdayaan yang ada di Kampung
Buruh Migran adalah tahapan perencanaan, dalam tahapan
ini dilakukan perencanaan jenis pemberdayaan yang tepat
dan
sesuai
dengan
potensi
mantan
buruh
migran.
64
musyawarah
anggota
kelompok,
berdasarkan
65
menyepakati
untuk
melakukan
program
hal
ini
dikarenakan peternakan
ayam
akan
66
67
permintaan
kepada
Dinas
Peternakan
68
69
akan
berternak
kambing
sebagai
upaya
70
mati semakin
71
72
73
Indonesia
DPC
Kab.
Wonosobo
kembali
74
75
kambing
dan
dengan
bantuan
SBMI
76
77
juga
dilaksanakan
oleh
Dinas
maksimal
sehingga
tidak
bisa
menangani
78
dalam
kegiatan
pemberdayaan
evaluasi
dibahas,
keseluruhan
dimana
semua
pemerintah
juga
memungkinkan
adanya
79
tempat
yang
tepat
dan
memiliki
80
pemantauan
secara
langsung
terhadap
81
Kertek
dan
beberapa
kecamatan
di
Kabupaten
Wonosobo.
Dinas peternakan juga melakukan monitoring namun
tidak secara langsung melainkan berdasarkan laporan
yang masuk ke Dinas Peternakan dan Perikanan hal ini
dijelaskan oleh Bapak Heri
Dari laporan yang diberikan kelompok
tersebut kelompok yang tertib melaporkan ke
dinas nanti dinas memonitor dari laporan
tersebut, jika misal ini harusnya berkembang
dari katakan misal 50 ekor seharusnya satu
tahun kan berkembang menjadi 70 tapi kok
hanya menjadi 55 nah ada apa ini mungkin itu
monitoring melalui laporan, kalau monitoring
yang langsungnya jadi saat kita melakukan
pengobatan masal gratis kita kan juga mendata
ternak disana berkembang engga dari seperti itu
kita bisa memantau (Wawancara Kamis 27
Oktober 2016)
Berdasarkan hasil wawancara campur tangan dinas
belum dapat keseluruhan karena terdapat kendala
minimnya anggaran dan cakupan dinas yang besar tidak
hanya satu kelompok sasaran saja.
2) Pemberdayaan Melalui Koperasi dan Simpan Pinjam
a) Tahap Persiapan
Usaha pemberdayaan perekonomian mantan buruh
migran juga dilakukan melalui pembentukan kelompok
simpan pinjam, kelompok simpan pinjam ini terbentuk atas
hasil musyawarah anggota kelompok mantan buruh migran.
82
terkait pendekatan
83
84
85
86
anggota
yang
mengikuti
simpan
pinjam
Nama
1.
Muhajir
2.
Hartati
3.
Juminah
4.
Istirohah
5.
Wiji
6.
Saripah
7.
Rifgaten
8.
Holifah
87
9.
Siti yauni
10.
Aan
11.
Niyaton
12.
Bariyah H
13.
Sutiyah
14.
Lasmini
15.
Misliyati
16.
Karinah
17.
Miskiyah
18.
Fatimah
19.
Aminah
20.
Bariyah S
21.
Idah
22.
Sri Mulyani
Sumber : Bendahara Simpan Pinjam 2016
Berdasarkan tabel 5 tersebut memang yang terdaftar
menjadi anggota kelompok simpan pinjam tersisa 22 orang
namun berdasarkan wawancara dengan bendahara simpan
pinjam diketahui bahwa terdapat beberapa orang yang ikut
namun diatasnamakan oleh salah satu nama anggota
kelompok yang sudah terdaftar.
Bentuk pertanggungjawaban dari peminjaman orang
yang berada diluar kelompok simpan pinjam ini ditanggung
88
terkait
setoran
anggota,
beberapa
anggota
89
tambahan
ketrampilan.
Menurut
hasil
pelatihan didominasi
oleh Badan
Keluarga
90
91
Kendalanya
masih
dalam
jangka
permasalahan klasik mba, jadi misal yang
diberi pelatihan sejumlah 20-30 orang
peserta namun nantinya yang akan
meneruskan untuk menjadi peluang usaha
dan mengimplikasikan ilmunya sejumlah 2
atau 3 orang saja mba (Wawancara Rabu 26
Oktober 2016)
(2)
414.4/250/2011
Tentang
Pembentukan
92
jenis-jenis
pelatihan
sosialisasi
juga
93
mempertahankan
keharmonisasian keluarganya.
(4)
mengantisipasi
kembalinya
tindakan
94
bentuk
pelatihan
yang
diberikan
95
berdasarkan
negara
tujuan.dan
diharapkan.
Berbeda
dengan
simpan
pinjam,
96
monitoring
dilakukan
bersamaan
dengan
digunakan
untuk
pertimbangan
berjalanya
97
Indonesia
DPC
Wonosobo
melibatkan
beberapa
Kab.
Wonosobo,
Badan
Keluarga
Berencana
98
Tahap Penyelenggaraan
Tahap Persiapan
Tahap Perencanaan
99
d.
e.
Tahap Pelaksanaan
a.
b.
c.
d.
e.
f.
a.
b.
100
c.
pemberdayaan
apakah
mengalami kemajuan.
Dinas
peternakan
dan
perikanan:
melakukan
monev melalui kegiatan
pengobatan hewan gratis
satu tahun sekali.
Tahap Penyelenggaraan
Tahap Persiapan
Tahap Perencanaan
Tahap Pelaksanaan
101
d.
e.
4 Tahap Monitoring dan
Evaluasi
a.
b.
c.
102
103
Pemberdayaan
Masyarakat
Mantan
Buruh
Migran
Korban
Trafficking
Prijono dan Pranarka (1996:77) memiliki dua makna pengertian
pemberdayaan yang pertama adalah to give power authority dimana hal ini
dimaknai meliputi memberikan kekuasaan, memindahkan kekuatan atau
mendelegasikan kewenangan kepada pihak yang kurang atau bahkan
belum berdaya. Kemudian pemaknaan yang kedua adalah to give ability to
enable dimana arti dari makna yang kedua ini adalah memberikan
kemampuan atau keberdayaan serta memberikan peluang kepada pihakpihak lain untuk melakukan sesuatu. Dalam pemberdayaan mantan buruh
migran di bawah naungan Serikat Buruh Migran Indonesia DPC Kab.
104
105
106
107
pemberdayaan-pemberdayaan
yang
ada,
dimana
guna
kesuksesan
program
pemberdayaan.
108
109
110
penting bagi para mantan buruh migran hal ini juga dijelaskan
oleh Ambar (2007: 82) bahwa untuk melengkapi sebuah
komunitas yang baik perlu ditambahkan kompetensi salah
satunya adalah mampu berkerjasama rasional dalam bertindak
mencapai tujuan.
Dari hasil pengidentifikasian masalah didapatkan hasil
bahwa permasalahan mantan buruh migran yakni belum adanya
pemasukan setelah kembali ke Indonesia. Sedangkan potensi
yang dimiliki adalah kemauan para mantan buruh migran untuk
bergerak dan bekerja secara gotong royong. Dalah tahap ini
SBMI DPC Kab. Wonosobo memberikan pendampingan kepada
para buruh migran untuk dapat menentukan prioritas yang ingin
dikembangkan untuk mengatasi permasalahan yang dirasakan
oleh buruh migran yang nantinya akan dimasukan dalam tahapan
perencanaan program, selain itu SBMI DPC Kab. Wonosobo
juga akan menjadi penghubung atau fasilitator dalam
mendapatkan akses kepada pemerintah ataupun lembaga
swadaya masyarakat.
3) Tahap Perencanaan
Menurut
Isbandi
(2008:244-258)
tahap
perencanaan
dapat
lebih
partisipatif
untuk
berfikir
tentang
111
112
Sehingga
diharapkan
dapat
mengantarkan
113
Organization
for
Migration
(IOM)
untuk
pembelian 100 ekor kambing Ciamis dan 500 ekor ayam petelur.
Kemudian teknis pengelolaan mulai dibahas dalam tahapan ini,
berdasarkan
musyawarah
ditentukan
untuk
teknik
114
petelur
dilaksanakan
sesuai
dengan
perencanaan
115
mantan buruh migran banyak yang sakit dan mati karena stress.
Kemudian
diambil
langkah
musyawarah
anggota
dan
116
yang
gagal,
meskipun
masih
dalam
117
118
hal
tersebut
belum
dapat
dipastikan
waktu
dari
program
tersebut.
Keberlanjutan
program
persiapan
yang
dilakukan
dalam
program
119
persepsi
anggota
tim
sebagai
pelaku
120
2) Tahap Assesment
Tahap berikutnya adalah tahapan pengkajian tahapan ini
menurut Isbandi (2008:244-258) adalah dilakukan identifikasi
masalah ataupun kebutuhan dan juga sumber daya yang dimiliki
oleh kelompok sasaran. Pengkajian dilakukan secara bersamasama dengan
agar
dapat
menggali
lebih
dalam
terkait
harus
dapat
menentukan
masalahnya,
membantu
dan
juga
masyarakat
melakukan
dalam
analisis
agar
para
buruh
migran
dapat
mengikuti
121
dapat
lebih
partisipatif
untuk
berfikir
tentang
SMI
DPC
Kab.
Wonosobo
melakukan
tindakan
bertindak
secara
aktif
mencari
solusi
terhadap
122
123
pelasanaan
merupakan
tahapan
inti
dari
124
125
ketrampilan
tersebut
diharapkan
anggota
informasinya
kepada
anggota
lain
untuk
pemberdayaan, evaluasi
juga harus
126
sebagaimana
mestinya
maka
BKBPPA
akan
127
7) Tahap Terminasi
Menurut Isbandi (2008:257) tahapan terminasi merupakan
tahap akhir pemberdayaan masyarakat dimana sudah selesainya
hubungan secara formal dengan komunitas sasaran. Tahap
terminasi yang merupakan tahap akhir dari pemberdayaan ini
belum dapat dilaksanakan oleh SBMI DPC Kab. Wonosobo
dimana hal ini didasarkan atas tujuan utama yaitu menjadikan
Kampung Buruh Migran sebagai kampung BMI percontohan
belum dapat terwujud, pendampingan masih dilaksanakan oleh
SBMI DPC Kab. Wonosobo sampai dengan dapat dikatakan
telah mandiri atau swadaya.
Keadaan tersebut yang mendasari belum dapat dipastikannya
waktu
Kab.
maka
ini
merupakan
kesempatan
untuk
dilakukan
oleh
Vandy
(2012)
dimana
program
128
pada
penanaman
kepercayaan,
menempatkan
pemberdayaan
menggunakan
pendekatan
129
Swasta
1) Serikat Buruh Migran Indonesia DPC Kabupaten Wonosobo
SBMI DPC Kab. Wonosobo merupakan Lembaga Swadaya
Masyarakat
yang
bertanggungjawab
dalam
konsultasi,
130
pendampingan
dalam
keseluruhan
kegiatan
program
131
kebijakan
pemberdayaan
juga
mencakup
Pemerintah
1) Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia (BNP2TKI)
BNP2TKI merupakan lembaga pemerintah yang menangani
penempatan dan perlindungan TKI selain itu, pemberdayaan
purna TKI juga menjadi salah satu program yang digaungkan
oleh BNP2TKI hal ini juga dilakukan dibeberapa daerah kantong
TKI di Indonesia. Dalam pemberdayaan masyarakat mantan
buruh migran BNP2TKI berperan dalam peresmian Kampung
Buruh Migran dan memberi dana stimulan dalam salah satu
pemberdayaan yaitu pembentukan koperasi BMI. Hal ini sesuai
dengan Ambar (2007: 97) peran pemerintah yang paling
132
133
salah
satu
tugas
dari
BKKBPPA
adalah
134
Masyarakat
1) Masyarakat Mantan Buruh Migran Korban Trafficking
Menurut Ambar (2007:99) secara umum peran masyarakat
diberikan dalam bentuk partisipasi baik pada level formulasi,
implementasi, monitoring maupun evaluasi. Masyarakat mantan
buruh migran korban trafficking merupakan penentu utama
proses pengambilan keputusan yang ada di Kampung Buruh
Migran. Masyarakat yang dimaksudkan adalah para mantan
buruh migran korban trafficking yang ada di Desa Tracap.
Dimana mantan buruh migran terlibat secara penuh dalam setiap
program pemberdayaan. Meskipun terdapat beberapa usaha
135
4.
Namun
a.
136
c.
dan dapat
137
d.
138
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas maka peneliti menyimpulkan sebagai
berikut:
1.
2.
melalui
tahapan
yaitu:
persiapan,
assesment,
139
4.
kurangnya
koordinasi
dengan
140
uang,
minimnya
campur
B. Implikasi
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pelaksanaan pemberdayaan mantan
buruh migran korban trafficking tidak dapat dikatakan gagal dan belum dapat
dikatakan berhasil, hal ini tidak terlepas dari beberapa kegiatan pemberdayaan
yang harus diberhentikan dan terdapat pula kegiatan pemberdayaan yang
berhasil. Koordinasi antar stakeholder mutlak diperlukan dalam setiap tahapan
pemberdayaan yang dilaksanakan. Hasil penelitian ini memberikan implikasi
bahwa pemberdayaan masyarakat mantan buruh migran korban trafficking di
Kampung Buruh Migran dapat membantu memperbaiki kehidupan para
mantan buruh migran baik sosial maupun ekonomi melalui program
pemberdayaan peternakan, pertanian, koperasi dan simpan pinjam sehingga
dapat mencapai kemandirian yang diharapkan dari pelaksanaan pemberdayaan.
C. Saran
1. SBMI DPC Kabupaten Wonosobo sebagai pihak pendamping dalam
pemberdayaan masyarakat mantan buruh migran korban trafficking
sebaiknya memiliki sistem pendataan yang tertib dan jelas terkait
pelaksanaan pemberdayaan sehingga dalam melakukan pemantauan
pemberdayaan akan lebih mudah. Selain itu sebagai pihak yang memiliki
hubungan terdekat dengan mantan buruh migran sebaiknya SBMI DPC
141
nantinya para mantan buruh migran korban trafficking dapat mandiri tanpa
menggantungkan bantuan pemberdayaan dari pihak lain. Mantan buruh
migran juga harus lebih aktif dalam forum sehingga menjadi media untuk
belajar dan memajukan Kampung Buruh Migran. Selain itu mantan buruh
migran perlu untuk memaksimalkan setiap pelatihan dan sosialisasi yang
diberikan agar wawasan dan ilmu yang didapat dapat diaplikasikan dengan
baik nantinya.
142
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Abdul Haris 2005. Gelombang Migrasi dan Jaringan Perdagangan Manusia.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Abu Ahmadi. Ilmu Sosial Dasar.2003. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya
Andi Prastowo.2012. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan
Penelitian. Jakarta: A r-Ruzz Media
Anwar. 2007. Manajemen Pemberdayaan Perempuan (Perubahan Sosial Melalui
Pembelajaran Vocational Skills Pada Keluarga Nelayan). Bandung :
Alfabeta.
Ambar Teguh Sulistyani. 2007. Kemitraan dan Model-model Pemberdayaan.
Yogyakarta: Gava Media.
Burhan Bungin. 2010. Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik dan Ilmu Sosial lainya. Jakarta: Kencana Prenama Media Group
Edi Suharto. 2005. Membangun Masyarakat Pemberdayaan Rakyat, kajian
Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerja Sosial.
Bandung: Refika Aditama
Haris Herdiansyah. 2010. Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial.
Jakarta: Selemba Humanika
Haris Herdiansyah.2015. Wawancara, Observasi dan Focus Groups. Jakarta: Raja
Grafindo Persada
Ida Bagoes Mantra. 2003. Demografi Umum. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
143
144
145
Sumber Internet:
https://bisnis.tempo.co/read/news/2016/04/05/092760077/ini-saran-oesman-saptaterkait-dengan-banyaknya-tki-ilegal diunduh pada 3 Juli 2016 19.40
http://disnakertransKabwonosobo.blogspot.co.id/p/sistem-mekanismepenempatan-tki-yang.html diunduh pada 3 Juli 2016 21.00
http://kotakita.weebly.com/tki.html diunduh pada 3 Juli 2016 20.30
http://www.bnp2tki.go.id/read/9704/11-Bulan-BNP2TKI-Mencatat-PenempatanTKI-390.473-Orang diunduh pada 3 Juli 2016 18.30