TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi
Ketuban pecah dini (KPD) adalah keadaan pecahnya selaput ketuban
sebelum persalinan.1-4 Berdasarkan umur kehamilan, kejadian KPD dapat
diklasifikasikan menjadi:
a. KPD Preterm (Preterm Premature Rupture of Membranes)
Ketuban pecah dini preterm adalah pecahnya ketuban yang terbukti
dengan vaginal pooling, tes nitrazin (+), tes fern (+), dan terjadi pada usia
<37 minggu sebelum onset persalinan. KPD sangat preterm adalah
pecahnya ketuban saat umur kehamilan ibu antara 24 sampai kurang dari
34 minggu, sedangkan KPD preterm saat umur kehamilan ibu antara 34
sampai kurang dari 37 minggu. Definisi preterm bervariasi pada berbagai
kepustakaan, namun yang paling diterima dan tersering digunakan adalah
persalinan kurang dari 37 minggu.1,2
b. KPD Aterm (Premature Rupture of Membranes)
Ketuban pecah dini aterm adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya
yang terbukti dengan vaginal pooling, tes nitrazin (+), tes fern (+), dan
terjadi pada usia kehamilan 37 minggu.
2.2
Epidemiologi
Ketuban pecah prematur terjadi pada 6-20 % kehamilan. 4 Insiden KPD
di Indonesia berkisar antara 2 5 %.3 Kejadian KPD aterm terjadi pada
sekitar 6,46-15,6% kehamilan aterm dan PPROM terjadi pada terjadi pada
sekitar 2-3% dari semua kehamilan tunggal dan 7,4% dari kehamilan
kembar.2 Kurang lebih dua pertiga dari pasien dengan ketuban pecah
prematur sebelum kehamilan 37 minggu akan bersalin dalam waktu 4 hari
dan kurang lebih 90 % akan bersalin dalam waktu satu minggu.4
Dalam keadaan normal 8-10 % perempuan hamil aterm akan mengalami
ketuban pecah dini. KPD preterm terjadi 1% dari seluruh kehamilan. KPD
preterm menyebabkan terjadinya1/3 persalinan preterm dan merupakan
penyebab utama morbiditas damortalitas perinatal.4 KPD iatrogenik yang
Etiologi
Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan
membran atau meningkatnya tekanan intrauterin atau oleh kedua factor
tersebut.Berkurangnya kekuatan membran disebabkan oleh adanya
infeksiyang dapatberasal dari vagina dan serviks Penyebab ketuban pecah
dini secara individual pada kebanyakan kasus masih sulit diketahui, namun
biasanya ketuban pecah dini disebabkan oleh :3
1) Kelemahan selaput ketuban
a) Abnormalitas atau rendahnya struktur kolagen, akibat :
-
Endoktoksin bakteri
Faktor Resiko
Faktor resiko KPD adalah:2,3
1. Riwayat kehamilan sebelumnya dengan ketuban pecah dini
Riwayat KPD sebelumnya beresiko 2-4 kali mengalami ketuban pecah
dini kembali. Wanita yang pernah mengalami KPD pada kehamilan atau
menjelang persalinan maka pada kehamilan berikutnya akan lebih
beresiko dari pada wanita yang tidak pernah mengalami KPD
sebelumnya karena komposisi membran yang menjadi rapuh dan
kandungan kolagen yang semakin menurun pada kehamilan berikutnya.
2. Flora servikovaginal
Bila terjadia ascending infection oleh bakteri flora servikovaginal akan
meningkatkan aktivitas enzim fosfolipase A2 yang merangsang pelepasan
prostaglandin, sel interleukin
3. Defisiensi Cu, Zn, Vitamin C
Cu, Zn, Vitamin C diperlukan dalam pembentukan struktur kolagen yang
normal dan berperan dalam pembentukan kolagen. Asam askorbat yang
berperan dalam pembentukan struktur triple helix dari kolagen. Kolagen
merupakan komponen utama dari selaput ketuban. Gangguan dari
pembentukan kolagen akan menyebabkan selput ketuban menjadi tidak
elastis dan mudah pecah.
4. Merokok
Merokok menyebabkan penurunan kadar Cu dan vitamin C.
5. Aktivitas seksual
Sperma mengandung senyawa prostaglandin sehingga dapat memicu
kontraksi uterus.
6. Trauma
Trauma dapat meningkatkan tekanan intra uterin secara mendadak dan
menyebabkan pecahnya selaput ketuban.
2.5
Patofisiologi
Penelitian terbaru mengatakan KPD terjadi karena meningkatnya
apoptosis dari komponen sel dari membrane fetal dan juga peningkatan
enzim protease tertentu. Kekuatan membrane fetal adalah dari matriks
ekstraselular amnion. Kolagen amnion interstitial terutama tipe I dan tipe III
yang dihasilkan oleh sel masenkim juga penting dalam mempertahankan
kekuatan membrane fetal. Matriks metalloproteinase (MMP) adalah
kumpulan proteinase yang terlibat dalam remodeling tissue dan degradasi
dari kolagen MMP-2, MMP-3 dan MMP-9 ditemukan dengan konsentrasi
yang tinggi pada kehamilan dengan ketuban pecah dini. Aktivitas MMP ini
diregulasi oleh tissue inhibitor of matrix metalloproteinase (TIMPs). TIMPs
ini pula ditemukan rendah dalam cairan amnion pada wanita dengan KPD.
Peningkatan enzim protease dan penurunan dari inhibitor mendukung teori
bahwa enzim ini mempengaruhi kekuatan dari membrane fetal.
Mendekati waktu persalinan, keseimbangan antara MMP dan TIMP-1
mengarah pada degradasi proteolitik dari matriks ekstraselular dan membran
janin. Aktivitas degradasi proteolitik ini meningkat menjelang persalinan.
Semua mekanisme yang menyebabkan terjadinya peningkatan MMP,
cenderung mencetuskan terjadinya KPD. Selaput ketuban sangat kuat pada
kehamilan muda namun pada trimester ketiga selaput ketuban mudah pecah.
Melemahnya
kekuatan
selaput
ketuban
ada
hubungannya
dengan
Diagnosis
2.6.1 Anamnesis
Dari anamnesis bisa menegakkan 90% dari diagnosis. Penderita
merasa basah pada vagina atau mengeluarkan cairan yang banyak secara
tiba-tiba dari jalan lahir. Dari anamnesis perlu diketahui waktu dan
kuantitas dari cairan yang keluar, usia gestasi dan taksiran persalinan,
riwayat KPD aterm sebelumnya, dan faktor risikonya. Normalnya ketuban
berwarna jernih dan berbau amis.2,4
2.6.2 Pemeriksaan Fisik
Apabila ada keluhan ketuban pecah dalam kehamilan, maka harus
dilakukan pemeriksaan untuk membuktikan bahwa memang benar yang
mengalir keluar adalah air ketuban.
Beberapa cara untuk membuktikan air ketuban:1-4
1. Inspeksi:
Pengamatan dengan mata biasa akan tampak keluarnya cairan dari
vagina, bila ketuban baru pecah dan jumlah air ketuban masih banyak,
pemeriksaan ini akan lebih jelas.
2. Inspekulo5:
Spekulum yang digunakan dilubrikasi terlebih dahulu dengan lubrikan
yang dilarutkan dengan cairan steril dan sebaiknya tidak menyentuh
serviks. Pada KPD didapatkan:
a. Keadaan umum dari serviks, juga dinilai dilatasi dan pendataran
dari serviks. Dilihat juga dari prolapse dari tali pusat atau
ekstermitas bayi. Bau dari cairan amnion yang khas juga
diperhatikan.
Penatalaksanaan
Prinsip utama penatalaksanaan KPD adalah untuk mencegah
mortalitas dan morbiditas perinatal pada ibu dan bayi yang dapat
meningkat karena infeksi atau akibat kelahiran preterm pada kehamilan
dibawah 37 minggu. Prinsipnya penatalaksanaan ini diawali dengan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan beberapa pemeriksaan penunjang yang
mencurigai tanda-tanda KPD. Setelah mendapatkan diagnosis pasti, dokter
kemudian melakukan penatalaksanaan berdasarkan usia gestasi. Hal ini
berkaitan dengan proses kematangan organ janin, dan bagaimana
morbiditas serta mortalitas apabila dilakukan persalinan maupun tokolisis.2
Adapun langkah dalam penatalaksanaan KPD adalah:1
Pastikan diagnosis
10
11
Bila
air
ketuban
kurang
(oligohidramnion),
Terminasi kehamilan :
1)
2)
Seksio sesaria bila prasyarat drip oksitosin tidak terpenuhi atau bila
drip oksitosin gagal.
2.8
Komplikasi
Komplikasi yang timbul akibat KPD bergantung pada usia
kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal ataupun neonatal, persalinan
prematur, hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin,
meningkatnya insiden seksio sesarea, atau gagalnya persalinan normal.
1. Persalinan Prematur
Persalinan prematur merupakan komplikasi tersering dari KPD. Setelah
ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode laten
tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan anrara 28 - 34 minggu 50 %
persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang dari 26 minggu
persalinan terjadi dalam 1 minggu.1,2
2.
Infeksi
Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada KPD. Adapun resiko infeksi
yang dapat terjadi adalah:1-3
12
Pada KPD preterm infeksi lebih sering daripada aterm. Secara umum
insiden infeksi sekunder pada KPD meningkat sebanding dengan
lamanya periode laten. Penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa
angka kejadian korioamninitis pada ibu hamil adalah 3,5 6,4%. 3 Pada
penelitian lain didapatkan 6,8% ibu hamil dengan KPD mengalami
endomyometritis purpural, 1,2% mengalami sepsis, namun tidak ada
yang meninggal dunia. Diketahui bahwa yang mengalami sepsis pada
penelitian ini mendapatkan terapi antibiotik spektrum luas, dan sembuh
tanpa sekuele. Sehingga angka mortalitas belum diketahui secara pasti.
40,9% pasien yang melahirkan setelah mengalami KPD harus dikuret
untuk mengeluarkan sisa plasenta, 4% perlu mendapatkan transfusi darah
karena kehilangan darah secara signifikan. Tidak ada kasus terlapor
mengenai kematian ibu ataupun morbiditas dalam waktu lama.2
3.