Anda di halaman 1dari 207

Iskandar Muda

TEKNIK SURVEI
DAN PEMETAAN
JILID 3
SMK

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan


Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional

Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional


Dilindungi Undang-undang

TEKNIK SURVEI
DAN PEMETAAN
JILID 3

Untuk SMK
Penulis

: Iskandar Muda

Perancang Kulit

: TIM

Ukuran Buku

MUD
t

18,2 x 25,7 cm

MUDA, Iskandar.
Teknik Survei dan Pemetaan Jilid 3 untuk SMK oleh
Iskandar Muda ---- Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan
Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
x, 175 hlm
Daftar Pustaka : Lampiran. A
Glosarium
: Lampiran. B
Daftar Tabel
: Lampiran. C
Daftar Gambar : Lampiran. D
ISBN
: 978-979-060-151-2
ISBN
: 978-979-060-154-3

Diterbitkan oleh

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan


Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional

Tahun 2008

KATA SAMBUTAN

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia
Nya, Pemerintah, dalam hal ini, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional, pada tahun 2008, telah melaksanakan
penulisan pembelian hak cipta buku teks pelajaran ini dari penulis untuk
disebarluaskan kepada masyarakat melalui website bagi siswa SMK.
Buku teks pelajaran ini telah melalui proses penilaian oleh Badan Standar
Nasional Pendidikan sebagai buku teks pelajaran untuk SMK yang
memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam proses pembelajaran
melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 tahun 2008.
Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada seluruh
penulis yang telah berkenan mengalihkan hak cipta karyanya kepada
Departemen Pendidikan Nasional untuk digunakan secara luas oleh para
pendidik dan peserta didik SMK di seluruh Indonesia.
Buku teks pelajaran yang telah dialihkan hak ciptanya kepada Departemen
Pendidikan Nasional tersebut, dapat diunduh (download), digandakan,
dicetak, dialihmediakan, atau difotokopi oleh masyarakat. Namun untuk
penggandaan yang bersifat komersial harga penjualannya harus memenuhi
ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah. Dengan ditayangkannya soft
copy ini akan lebih memudahkan bagi masyarakat untuk mengaksesnya
sehingga peserta didik dan pendidik di seluruh Indonesia maupun sekolah
Indonesia yang berada di luar negeri dapat memanfaatkan sumber belajar
ini.
Kami berharap, semua pihak dapat mendukung kebijakan ini. Selanjutnya,
kepada para peserta didik kami ucapkan selamat belajar dan semoga dapat
memanfaatkan buku ini sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa buku ini
masih perlu ditingkatkan mutunya. Oleh karena itu, saran dan kritik sangat
kami harapkan.

Jakarta,
Direktur Pembinaan SMK

ii

PENGANTAR PENULIS
Penulis mengucapkan puji syukur ke Hadirat Allah SWT karena atas ridho-Nya buku
teks Teknik Survei dan Pemetaan dapat diselesaikan dengan baik. Buku teks Teknik
Survei dan Pemetaan ini dibuat berdasarkan penelitian-penelitian yang pernah dibuat,
silabus mata kuliah Ilmu Ukur Tanah untuk mahasiswa S1 Pendidikan Teknik Sipil dan D3
Teknik Sipil FPTK UPI serta referensi-referensi yang dibuat oleh penulis dalam dan luar
negeri.
Tahap-tahap pembangunan dalam bidang teknik sipil dikenal dengan istilah SIDCOM
(survey, investigation, design, construction, operation and mantainance). Ilmu Ukur Tanah
termasuk dalam tahap studi penyuluhan (survey) untuk memperoleh informasi spasial
(keruangan) berupa informasi kerangka dasar horizontal, vertikal dan titik-titik detail yang
produk akhirnya berupa peta situasi.
Buku teks ini dibuat juga sebagai bentuk partisipasi pada Program Hibah Penulisan
Buku Teks 2006 yang dikoordinir oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Penulis mengucapkan terima kasih :
1. Kepada Yth. Prof.Dr. H. Sunaryo Kartadinata, M.Pd, selaku Rektor Universitas
Pendidikan Indonesia di Bandung,
2. Kepada Yth. Drs. Sabri, selaku Dekan Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
Universitas Pendidikan Indonesia di Bandung,
atas perhatian dan bantuannya pada proposal buku teks yang penulis buat.
Sesuai dengan pepatah Tiada Gading yang Tak Retak, penulis merasa masih
banyak kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam proposal buku teks ini, baik
substansial maupun redaksional. Oleh sebab itu saran-saran yang membangun sangat
penulis harapkan dari para pembaca agar buku teks yang penulis buat dapat terwujud
dengan lebih baik di masa depan.
Semoga proposal buku teks ini dapat bermanfaat bagi para pembaca umumnya dan
penulis khususnya serta memperkaya khasanah buku teks bidang teknik sipil di perguruan
tinggi (akademi dan universitas). Semoga Allah SWT juga mencatat kegiatan ini sebagai
bagian dari ibadah kepada-Nya. Amin.

Bandung, 26 Juni 2008


Penulis,

Dr.Ir.H.Iskandar Muda Purwaamijaya, MT


NIP. 131 930 250

ii

Diunduh dari BSE.Mahoni.com


DAFTAR ISI
JILID 1
Pengantar Direktur Pembinaan SMK
Pengantar Penulis
Daftar Isi
Deskripsi Konsep
Peta Kompetensi

1. Pengantar Survei dan Pemetaan


1.1. Plan Surveying dan Geodetic
Surveying
1.2. Pekerjaan Survei dan Pemetaan
1.3. Pengukuran Kerangka Dasar
Vertikal
1.4. Pengukuran Kerangka Dasar
Horizontal
1.5. Pengukuran Titik-Titik Detail
2. Macam-Macam Kesalahan dan
Cara Mengatasinya
2.1. Kesalahan-Kesalahan pada
Survei dan Pemetaan
2.2. Kesalahan Sistematis
2.3. Kesalahan Acak
2.4. Kesalahan Besar

i
ii
iv
xvi
xvii

1
5
6
11
18

25

25
46
50
50

3. Pengukuran Kerangka Dasar


Vertikal

60

3.1. Pengertian
3.2. Pengukuran Sipat Datar Optis
3.3. Pengukuran Trigonometris
3.4. Pengukuran Barometris

60
60
78
81

4. Pengukuran Sipat Datar Kerangka


Dasar Vertikal
90
4.1. Tujuan dan Sasaran Pengukuran
Sipat Datar Kerangka Dasar
Vertikal
4.2. Peralatan, Bahan dan Formulir
Ukuran Sipat Datar Kerangka

90

iii

Dasar Vertikal
4.3. Prosedur Pengukuran Sipat Datar
Kerangka Dasar Vertikal
4.4. Pengolahan Data Sipat Datar
Kerangka Dasar Vertikal
4.5. Penggambaran Sipat Datar
Kerangka Dasar Vertikal

91
95
103
104

5. Proyeksi Peta, Aturan Kuadran dan


Sistem Kordinat
120
5.1. Proyeksi Peta
5.2. Aturan Kuadran
5.3. Sistem Koordinat
5.4. Menentukan Sudut Jurusan

120
136
137
139

JILID 2
6. Macam Besaran Sudut
6.1. Macam Besaran Sudut
6.2. Besaran Sudut dari Lapangan
6.3. Konversi Besaran Sudut
6.4. Pengukuran Sudut

144
144
144
145
160

7. Jarak, Azimuth dan Pengikatan ke


Muka
189
7.1. Mengukur Jarak dengan Alat
Sederhana
7.2. Pengertian Azimuth
7.3. Tujuan Pengikatan ke Muka
7.4. Prosedur Pengikatan Ke muka
7.5. Pengolahan Data Pengikatan
Kemuka
8. Cara Pengikatan ke Belakang
Metoda Collins

8.1. Tujuan Cara Pengikatan ke


Belakang Metode Collins
8.2. Peralatan, Bahan dan Prosedur
Pengikatan ke Belakang Metode
Collins
8.3. Pengolahan Data Pengikatan ke
Belakang Metode Collins
8.4. Penggambaran Pengikatan ke
Belakang Metode Collins

189
192
197
199
203

208

210

211
216
228

iv

9. Cara Pengikatan ke Belakang Metoda


Cassini
233
9.1. Tujuan Pengikatan ke Belakang
Metode Cassini
9.2. Peralatan, Bahan dan Prosedur
Pengikatan ke Belakang Metode
Cassini
9.3. Pengolahan Data Pengikatan ke
Belakang Metode Cassini
9.4. Penggambaran Pengikatan ke
Belakang Metode Cassini
10. Pengukuran Poligon Kerangka
Dasar Horisontal
10.1. Tujuan Pengukuran Poligon
Kerangka Dasar Horizontal
10.2. Jenis-Jenis Poligon
10.3. Peralatan, Bahan dan Prosedur
Pengukuran Poligon
10.4. Pengolahan Data Pengukuran
Poligon
10.5. Penggambaran Poligon
11. Pengukuran Luas

234

235
240
247

252

252
254
264
272
275
306

11.1. Metode-Metode Pengukuran Luas 306


11.2. Prosedur Pengukuran Luas
dengan Perangkat Lunak
AutoCAD
331

JILID 3
12. Pengukuran Titik-titik Detail Metoda
Tachymetri
337
12.1.Tujuan Pengukuran Titik-Titik
Detail Metode Tachymetri
12.2.Peralatan, Bahan dan Prosedur
Pengukuran Tachymetri

337
351

12.3. Pengolahan Data Pengukuran


Tachymetri
359
12.4. Penggambaran Hasil Pengukuran
Tachymetri
360

13. Garis Kontur, Sifat dan


Interpolasinya

378

13.1. Pengertian Garis Kontur


13.2. Sifat Garis Kontur
13.3. Interval Kontur dan Indeks Kontur
13.4. Kemiringan Tanah dan Kontur
Gradient
13.5. Kegunaan Garis Kontur
13.6. Penentuan dan Pengukuran Titik
Detail untuk Pembuatan Garis
Kontur
13.7. Interpolasi Garis Kontur
13.8. Perhitungan Garis Kontur
13.9. Prinsip Dasar Penentuan Volume
13.10. Perubahan Letak Garis Kontur
di Tepi Pantai
13.11. Bentuk-Bentuk Lembah dan
Pegunungan dalam Garis Kontur
13.12.Cara Menentukan Posisi, Cross
Bearing dan Metode
Penggambaran
13.13 Pengenalan Surfer
14. Perhitungan Galian dan
Timbunan

378
379
381
382
382

384
386
387
387
388
390

392
393

408

14.1. Tujuan Perhitungan Galian dan


Timbunan
408
14.2. Galian dan Timbunan
409
14.3. Metode-Metode Perhitungan
Galian dan Timbunan
409
14.4. Pengolahan Data Galian dan
Timbunan
421
14.5. Perhitungan Galian dan Timbunan 422
14.6. Penggambaran Galian dan
Timbunan
430
15. Pemetaan Digital
15.1. Pengertian Pemetaan Digital
15.2. Keunggulan Pemetaan Digital
Dibandingkan Pemetaan
Konvensional
15.3. Bagian-Bagian Pemetaan Digital
15.4. Peralatan, Bahan dan Prosedur
Pemetaan Digital
15.5. Pencetakan Peta dengan Kaidah
Kartografi

435
435

435
436
440
463

16. Sistem Informasi Geografis


16.1. Pengertian Dasar Sistem
Informasi Geografis
16.2. Keuntungan SIG
16.3. Komponen Utama SIG
16.4. Peralatan, Bahan dan Prosedur
Pembangunan SIG
16.5. Jenis-Jenis Analisis Spasial
dengan Sistem Informasi
Geografis dan Aplikasinya pada
Berbagai Sektor Pembangunan
Lampiran
Daftar Pustaka
...........
Glosarium ...............................
Daftar Tabel ............................
Daftar Gambar ........................

469

469
469
474
479

488

A
B
C
D

vi

DESKRIPSI
Buku Teknik Survei dan Pemetaan ini menjelaskan ruang lingkup Ilmu ukur
tanah, pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan pada Ilmu Ukur tanah untuk
kepentingan studi kelayakan, perencanaan, konstruksi dan operasional pekerjaan
teknik sipil. Selain itu, dibahas tentang perkenalan ilmu ukur tanah, aplikasi teori
kesalahan pada pengukuran dan pemetaan, metode pengukuran kerangka dasar
vertikal dan horisontal, metode pengukuran titik detail, perhitungan luas, galian
dan timbunan, pemetaan digital dan sistem informasi geografis.
Buku ini tidak hanya menyajikan teori semata, akan tetapi buku ini
dilengkapi dengan penduan untuk melakukan praktikum pekerjaan dasar survei.
Sehingga, diharapkan peserta diklat mampu mengoperasikan alat ukur waterpass
dan theodolite, dapat melakukan pengukuran sipat datar, polygon dan tachymetry
serta pembuatan peta situasi.

vii

PETA KOMPETENSI
Program diklat
Tingkat
Alokasi Waktu
Kompetensi

No
1

:
:
:
:

Pekerjaan Dasar Survei


x (sepuluh)
120 Jam pelajaran
Melaksanakan Dasar-dasar Pekerjaan Survei

Sub Kompetensi
Pengantar survei dan
pemetaan

a.
b.

c.
d.
e.
2

Teori Kesalahan

a.

b.
c.
d.
e.
f.
3

Pengukuran kerangka
dasar vertikal

a.
b.
c.

Pengukuran sipat dasar


kerangka dasar vertikal

a.

b.

c.

d.

Pembelajaran
Pengetahuan
Keterampilan
Memahami ruang lingkup plan Menggambarkan diagram
alur ruang lingkup pekerjaan
surveying dan geodetic
survei dan pemetaan
Memahami ruang lingkup
pekerjaan survey dan
pemetaan
Memahami pengukuran
kerangka dasar vertikal
Memahami Pengukuran
kerangka dasar horisontal
Memahami Pengukuran titiktitik detail
Mengidentifikasi kesalahankesalahan pada pekerjaan
survey dan pemetaan
Mengidentifikasi kesalahan
sistematis (systematic error)
Mengidentifikasi Kesalahan
Acak (random error)
Mengidentifikasi Kesalahan
Besar (random error)
Mengeliminasi Kesalahan
Sistematis
Mengeliminasi Kesalahan
Acak
Dapat melakukan
Memahami penggunaan sipat
pengukuran kerangka dasar
datar kerangka dasar vertikal
vertikal dengan
Memahami penggunaan
menggunakan sipat datar,
trigonometris
trigonometris dan
Memahami penggunaan
barometris.
barometris
Dapat melakukan
Memahami tujuan dan
pengukuran kerangka dasar
sasaran pengukuran sipat
vertikal dengan
datar kerangka dasar vertikal
menggunakan sipat datar
Mempersiapkan peralatan,
kemudian mengolah data
bahan dan formulir
dan menggambarkannya.
pengukuran sipat datar
kerangka dasar vertikal
Memahami prosedur
pengukuran sipat datar
kerangka dasar vertikal
Dapat mengolah data sipat
datar kerangka dasar vertikal
Dapat menggambaran sipat
datar kerangka dasar vertikal

viii

No
5

Sub Kompetensi
Proyeksi peta, aturan
kuadran dan sistem
koordinat

a.

b.
c.
d.
e.

Macam besaran sudut

a.
b.
c.
d.

Pembelajaran
Pengetahuan
Keterampilan
Membuat Proyeksi peta
Memahami pengertian
berdasarkan aturan kuadran
proyeksi peta, aturan kuadran
dan sisten koordinat
dan sistem koordinat
Memahami jenis-jenis
proyeksi peta dan aplikasinya
Memahami aturan kuadran
geometrik dan trigonometrik
Memahami sistem koordinat
ruang dan bidang
Memahami orientasi survei
dan pemetaan serta aturan
kuadran geometrik
Mengaplikasikan besaran
Mengetahui macam besaran
sudut dilapangan untuk
sudut
pengolahan data.
Memahami besaran sudut
dari lapangan
Dapat melakukan konversi
besaran sudut
Memahami besaran sudut
untuk pengolahan data

Jarak, azimuth dan


pengikatan kemuka

a. Memahami pengertian jarak


pada survey dan pemetaan
b. Memahami azimuth dan sudut
jurusan
c. Memahami tujuan pengikatan
ke muka
d. Mempersiapkan peralatan,
bahan dan prosedur
pengikatan ke muka
e. Memahami pengolahan data
pengikatan ke muka
f. Memahami penggambaran
pengikatan ke muka

Mengukur jarak baik dengan


alat sederhana maupun
dengan pengikatan ke
muka.

Cara pengikatan ke
belakang metode
collins

a. Tujuan Pengikatan ke
Belakang Metode Collins
b. Peralatan, Bahan dan
Prosedur Pengikatan ke
Belakang Metode Collins
c. Pengolahan Data Pengikatan
ke Belakang Metoda Collins
d. Penggambaran Pengikatan ke
Belakang Metode Collins

Mencari koordinat dengan


metode Collins.

Cara pengikatan ke
belakang metode
Cassini

a. Memahami tujuan pengikatan


ke belakang metode cassini
b. Mempersiapkan peralatan,
bahan dan prosedur
pengikatan ke belakang
metode cassini
c. Memahami pengolahan data
pengikatan ke belakang
metoda cassini
d. Memahami penggambaran
pengikatan ke belakang
metode cassini

Mencari koordinat dengan


metode Cassini.

ix

No
10

Sub Kompetensi
Pengukuran poligon
kerangka dasar
horisontal

a.
b.
c.
d.

e.
f.
11

Pengukuran luas

a.
b.

c.

d.

12

Pengukuran titik-titik
detail

a.

b.

c.
d.

Pembelajaran
Pengetahuan
Keterampilan
Dapat melakukan
Memahami tujuan
pengukuran kerangka dasar
pengukuran poligon
horisontal (poligon).
Memahami kerangka dasar
horisontal
Mengetahui jenis-jenis poligon
Mempersiapkan peralatan,
bahan dan prosedur
pengukuran poligon
Memahami pengolahan data
pengukuran poligon
Memahami penggambaran
poligon
Menghitung luas
Menyebutkan metode-metode
bedasarkan hasil dilapangan
pengukuran luas
dengan metoda saruss,
Memahami prosedur
planimeter dan autocad.
pengukuran luas dengan
metode sarrus
Memahami prosedur
pengukuran luas dengan
planimeter
Memahami prosedur
pengukuran luas dengan
autocad
Melakukan pengukuran titikMemahami tujuan
titik dtail metode tachymetri.
pengukuran titik-titik detail
metode tachymetri
Mempersiapkan peralatan,
bahan dan prosedur
pengukuran tachymetri
Memahami pengolahan data
pengukuran tachymetri
Memahami penggambaran
hasil pengukuran tachymetri

13

Garis kontur, sifat dan


interpolasinya

a. Memahami pengertian garis


kontur
b. Menyebutkan sifat-sifat garis
kontur
c. Mengetahui cara penarikan
garis kontur
d. Mengetahui prosedur
penggambaran garis kontur
e. Memahami penggunaan
perangkat lunak surfer

Membuat garis kontur


berdasarkan data yang
diperoleh di lapangan.

14

Perhitungan galian dan


timbunan

a. Memahami tujuan
perhitungan galian dan
timbunan
b. Memahami metode-metode
perhitungan galian dan
timbunan
c. Memahami pengolahan data
galian dan timbunan
d. Mengetahui cara
penggambaran galian dan
timbunan

Menghitung galian dan


timbunan.

No
15

Sub Kompetensi
Pemetaan digital

a.
b.

c.

d.
16

Sisitem informasi
geografik

a.
b.

c.

d.

Pembelajaran
Pengetahuan
Memahami pengertian
pemetaan digital
Mengetahui keunggulan
pemetaan digital
dibandingkan pemetaan
konvensional
Memahami perangkat keras
dan perangkat lunak
pemetaan digital
Memahami pencetakan peta
dengan kaidah kartografi
Memahami pengertian sistem
informasi geografik
Memahami keunggulan
sistem informasi geografik
dibandingkan pemetaan
digital perangkat keras dan
perangkat lunak sistem
informasi geografik
Mempersiapkan peralatan,
bahan dan prosedur
pembangunan sistem
informasi geografik
Memahami jenis-jenis analisis
spasial dengan sistem
informasi geografik dan
aplikasinya pada berbagai
sektor pembangunan

Keterampilan

337

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

12. Pengukuran Titik-titik Detail Metode Tachymetri


Metode

12. 1. Tujuan pengukuran titiktitik detail metode


tachymetri

offset

menggunakan

peralatan

sederhana, seperti pita ukur, jalon, meja


ukur,

mistar,

busur

sebagainya.

derajat,

dan

Metode

lain

tachymetri

Untuk keperluan pengukuran dan pemetaan

menggunakan peralatan dengan teknologi

selain pengukuran kerangka dasar vertikal

lensa

yang menghasilkan tinggi titik-titik ikat dan

Pengukuran metode tachymetri mempunyai

pengukuran kerangka dasar horizontal yang

keunggulan

menghasilkan koordinat titik-titik ikat juga

kecepatan dibandingkan metode offset.

perlu dilakukan pengukuran titik-titik detail

Pengukuran

untuk menghasilkan titik-titik detail yang

tachymetri ini relatif cepat dan mudah

tersebar

karena yang diperoleh dari lapangan adalah

di

permukaan

menggambarkan

bumi

situasi

yang
daerah

pengukuran.
Pengukuran
sesudah

optis

pembacaan

hal

tiitk-titik

rambu,

digital.

ketepatan

detail

sudut

dan

metode

horizontal

(azimuth magnetis), sudut vertikal (zenith


titik-titik

detail

pengukuran

dilakukan

kerangka

dasar

atau inklinasi) dan tinggi alat. Hasil yang


diperoleh

dari

adalah

horizontal dilakukan. Pengukuran titik-titik

ketinggian Z.

rendah

elektronis

dalam

vertikal dan pengukuran kerangka dasar

detail

dan

mempunyai

orde

dibandingkan

ketelitian

orde

lebih

posisi

pengukuran
planimetris

tachymetri
X,

Y,

dan

12.1.1 Sejarah Tachymetri

pengukuran

kerangka dasar.

Metode Stadia yang disebut Tachymetri


di Eropa, adalah cara yang cepat dan

Pengukuran titik-titik detail dengan metode


tachymetri pada dasarnya dilakukan dengan
menggunakan peralatan dengan teknologi
lensa optis dan elektronis digital.

efisien dalam mengukur jarak yang cukup


teliti

untuk

sipat

datar

trigonometri,

beberapa poligon dan penentuan lokasi


detail-detail fotografi. Lebih lanjut, di dalam

Dalam pengukuran titik-titik detail pada

metode ini cukup dibentuk regu 2 atau 3

prinsipnya adalah menentukan koordinat

orang,

dan tinggi titik titik detail dari titik-titik ikat.

dengan transit dan pita biasanya diperlukan

Pengukuran titik-titik detail pada dasarnya

3 atau 4 orang.

dapat dilakukan dengan 2 metode, yaitu


offset dan tachymetri.

sedangkan

pada

pengukuran

Stadia berasal dari kata Yunani untuk


satuan

panjang

yang

asal-mulanya

338

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

diterapkan dalam pengukuran jarak-jarak

cara

untuk pertandingan atletik dari sinilah

mengukur arah dan sekaligus mengukur

muncul kata stadium (stadio) dalam

jarak, yaitu Teodolite Kompas atau BTM

pengertian modern. Kata ini menyatakan

(Boussole Tranche Montage). Pada alat-

600 satuan Yunani (sama dengan feet),

alat tersebut arah-arah garis di lapangan

atau 606 ft 9 in dalam ketentuan Amerika

diukur dengan jarum kompas sedangkan

sekarang.

untuk

Istilah stadia sekarang dipakai untuk benang


silang dan rambu yang dipakai dalam
pengukuran, maupun metodenya sendiri.
Pembacaan optis (stadia) dapat dilakukan

ini

diperlukan

jarak

alat

digunakan

yang

benang

dapat

silang

diafragma pengukur jarak yang terdapat


pada teropongnya. Salah satu theodolite
kompas yang banyak digunakan misalnya
theodolite WILD TO.

dengan transit, theodolite, alidade dan alat

Tergantung dengan jaraknya, dengan cara

sipat datar.

ini titik-titik detail dapat diukur dari titik

Peralatan

stasiun

menggabungkan

kota

theodolite,

yang

baru,

EDM,

dan

kemampuan mencatat-menghitung hingga


reduksi jarak lereng secara otomatis dan
sudut

vertikal.

Yang

dihasilkan

elevasi, bahkan koordinat. Jadi peralatan


baru tadi dapat memperkecil regu lapangan
mengambil

alih

tachymetri.

Namun

pengukuran

tachymetri

banyak

proyek

demikian,

prinsip

dan

yang diikatkan pada titik kerangka dasar.


12.1.3 Pengukuran

tachymetri

untuk

titik bidik horizontal

adalah

pembacaan jarak horizontal dan selisih

dan

kerangka dasar atau dari titik-titik penolong

metodenya

memberikan konsepsi-konsepsi dasar dan


sangat mungkin dipakai terus menerus.

Selain benang silang tengah, diafragma


transit atau theodolite untuk tachymetri
mempunyai

dua

benang

horizontal

tambahan yang ditempatkan sama jauh dari


tengah (gambar 22). Interval antara benang
benang stadia itu pada kebanyakan
instrumen memberikan perpotongan vertikal
1 ft pada rambu yang dipasang sejauh 100
ft ( 1 m pada jarak 100 m ). Jadi jarak ke

12.1.2 Pengenalan Tachymetri

rambu yang dibagi secara desimal dalam

Pengukuran titik-titik detail dengan metode

feet, persepuluhan dan perseratusan dapat

Tachymetri ini adalah cara yang paling

langsung dibaca sampai foot terdekat. Ini

banyak digunakan dalam praktek, terutama

sudah cukup seksama untuk menentukan

untuk pemetaan daerah yang luas dan

detail-detail

untuk detail-detail yang bentuknya tidak

jembatan, dan jalan yang akan digambar

beraturan. Untuk dapat memetakan dengan

pada peta dengan skala lebih kecil daripada

fotografi,

seperti;

sungai,

339

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

1 in = 100 ft, dan kadang-kadang untuk

f =

skala lebih besar misalnya; 1 in = 50 ft.

jarak pumpun lensa (sebuah tatapan


untuk

gabungan

lensa

objektif

tertentu). Dapat ditentukan dengan

f1

C
c
i

b'

R
a

a'

Prinsip tachymetri; teropong pumpunan luar

Gambar 321. Prinsip tachymetri

Metode tachymetri didasarkan pada prinsip


bahwa pada segitiga-segitiga sebangun, sisi

pumpunan pada objek yang jauh dan

yang sepihak adalah sebanding. Pada

mengukur jarak antara pusat lensa

gambar

menggambarkan

objektif

teropong pumpunan-luar, berkas sinar dari

simpul

titik

pumpun = focal length).

321,

dan

yang

melewati

pusat

lensa

membentuk sepasang segitiga sebangun

f1 =

(sebenarnya
dengan

adalah

diafragma),

titik
(jarak

jarak bayangan atau jarak dari pusat

AmB dan amb. Dimana ; AB = R adalah

(titik simpul) lensa obyektif ke bidang

perpotongan rambu (internal stadia) dan ab

benang

adalah

terpumpun pada suatu titik tertentu.

selang

antara

benang-benang

stadia.

silang

sewaktu

teropong

F2 = jarak obyek atau jarak dari pusat (titik


simpul) dengan titik tertentu sewaktu

Simbol-simbol baku yang dipakai dalam


pengukuran tachymetri :

teropong terpumpun pada suatu titik


itu. Bila f2 tak terhingga atau amat
besar, maka f1 = f.

340

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

i. = selang antara benang benang

adalah 4,27 ft, jarak dari instrumen ke

Stadia.

rambu adalah 427 + 1 = 428 ft.

f/i .= faktor penggali, biasanya 100 (stadia


interval factor).
c

pumpunan luar jenis lama, karena dengan

= jarak dari pusat instrumen (sumbu I)


ke pusat lensa obyektif. Harga c
sedikit

beragam

sewaktu

lensa

obyektif bergerak masuk atau keluar


untuk

pembidikan

Yang telah dijelaskan adalah teropong

berbeda,

tetapi

biasa dianggap tetapan.

gambar

sederhana

dapat

ditunjukkan

hubungan-hubungan yang benar. Lensa


obyektif teropong pumpunan dalam (jenis
yang dipakai sekarang pada instrumen ukur
tanah) mempunyai kedudukan terpasang
tetap sedangkan lensa pumpunan negatif

C = c + f. C disebut tetapan stadia,


walaupun sedikit berubah karena c
d. = jarak dari titik pumpun di depan
teropong ke rambu.

dapat digerakkan antara lensa obyektif dan


bidang benang silang untuk mengubah arah
berkas sinar. Hasilnya, tetapan stadia
menjadi demikian kecil sehingga dapat

D = C + d = jarak dari pusat instrumen ke

dianggap nol.

permukaan rambu
Benang
Dari gambar 321, didapat :

d
R
=
f
i.

stadia

yang

menghilang

dulu

dipakai pada beberapa instrumen lama

f
atau d = R
i

untuk

menghindari

kekacauan

dengan

benang tengah horizontal. Diafragma dari


kaca yang modern dibuat dengan garis-

f
+C
dan D = R
i

garis stadia pendek dan benang tenaga


yang penuh (gambar 2) memberikan hasil

Benang-benang silang jarak optis tetap

yang sama secara lebih berhasil guna.

pada transit, theodolite, alat sipat datar dan

Faktor

dengan cermat diatur letaknya oleh pabrik

pertama

instrumennya agar faktor pengali f/i. Sama

walaupun harga tepatnya dari pabrik yang

dengan 100. Tetapan stadia C berkisar dari

ditempel di sebelah dalam kotak pembawa

kira-kira 0,75 sampai 1,25 ft untuk teropong-

tak akan berubah kecuali benang silang,

teropong pumpunan luar yang berbeda,

diafragma, atau lensa-lensa diganti atau

tetapi biasanya dianggap sama dengan 1 ft.

diatur pada model-model lama.

Satu-satunya

Untuk

variabel

di

ruas

kanan

persamaan adalah R yaitu perpotongan R

pengali

harus

kali

instrumen

menentukan

ditentukan
yang

faktor

pada

dipakai,

pengali,

perpotongan rambu R dibaca untuk bidikan


horizontal berjarak diketahui sebesar D.

341

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

Kemudian, pada bentuk lain persamaan

Pada gambar, sebuah transit dipasang

faktor pengali adalah f/i.= (D-C)/R.

pada suatu titik dan rambu dipegang pada

Sebagai contoh:

titik tertentu. Dengan benang silang tengah

Pada jarak 300,0 ft interval rambu terbaca

dibidikkan pada rambu ukur sehingga tinggi

3,01. Harga-harga untuk f dan c terukur

t sama dengan tinggi theodolite ke tanah.

sebesar 0,65 dan 0,45 ft berturut-turut;

sudut

karenanya, C =1,1 ft. Kemudian f/i. = (300,0

terbaca sebesar D. Perhatikan bahwa

1,1)/3,01

dalam

menentukan

99,3.
f/i.

Ketelitian

Meningkat

dalam

vertikalnya

pekerjaan

(sudut

kemiringan)

tachymetri

tinggi

dengan

instrumen adalah tinggi garis bidik diukur

mengambil harga pukul rata dari beberapa

dari titik yang diduduki (bukan TI, tinggi di

garis yang jarak terukurnya berkisar dari r

atas datum seperti dalam sipat datar)

100500 ft dengan kenaikan tiap kali 100 ft.


12.1.4 Pengukuran

tachymetri

untuk

m = sudut miring.
Beda tinggi

sin 2m + i t; t = BT

bidikan miring
Kebanyakan pengukuran tachymetri adalah
dengan garis bidik miring karena adanya
keragaman topografi, tetapi perpotongan
benang stadia dibaca pada rambu tegak
lurus dan jarak miring direduksi menjadi
jarak horizontal dan jarak vertikal.

Gambar 322. Sipat datar optis luas

= D HAB = 50 (BA BB) .

Jarak datar = dAB = 100(BA BB)


cos2m

342

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

Tabel-tabel, diagram, mistar hitung khusus,

horizontal dan vertikal berturut-turut adalah

dan kalkulator elektronik telah dipakai oleh

99,45 dan 7,42 ft. Selanjutnya

para

H = (99,45 x 5,28) + 1 = 526 ft

juru

ukur

penyelesaiannya.

untuk
Dalam

memperoleh
Apendiks

V =(7,42 x 5,28)-0,08 =39,18+0,08 = 39,3 ft

memuat jarak-jarak horizontal dan vertikal

Elevasi titik O adalah

untuk perpotongan rambu 1 ft dan sudut-

Elevasi O = 268,2 + 5,6 + 39,3 5,6

sudut vertikal dari 0 sampai 16q, 74q sampai


90q,

dan

90q

sampai

106q

untuk

= 307,5 ft
Rumus lengkap untuk menentukan selisih
elevasi antara M dan O adalah

pembacaan-pembacaan dari zenit).


Sebuah tabel tak dikenal harus selalu
diselidiki dengan memasukkan harga-harga

Elevo- elevM = t.i. + V pembacaan


rambu

di dalamnya yang akan memberikan hasil

Keuntungan bidikan dengan pembacaan

yang telah diketahui. Sebagai contoh; sudut-

sebesar t.i agar terbaca sudut vertikal,

sudut 1, 10 dan 15q dapat dipakai untuk

sudah jelas. Karena pembacaan rambu dan

mengecek
Misalnya

hasil-hasil
sebuah

sudut

memakai

tabel.

t.i berlawanan tanda, bila harga mutlaknya

vertikal

15q00

sama akan saling menghilangkan dan

(sudut zenit 75q), perpotongan rambu 1,00 ft


dan tetapan stadia 1ft, diperoleh hasil-hasil

dapat dihapuskan dari hitungan elevasi.


Jika t.i tak dapat terlihat karena terhalang,
sembarang pembacaan rambu dapat dibidik

sebagai berikut.

dan persamaan sebelumnya dapat dipakai.


Dari tabel E-1:

Memasang benang silang tengah pada

H = 93,30 x 1,00 +1 = 94,3 atau 94 ft

tanda satu foot penuh sedikit di atas atau di

Contoh :

bawah t.i menyederhanakan hitungannya.

untuk sudut sebesar 4q16, elevasi M adalah

Penentuan beda elevasi dengan tachymetri

268,2 ft ; t.i. = EM = 5,6; perpotongan rambu

dapat dibandingkan dengan sipat datar

AB = R = 5,28 ft; sudut vertikal a ke titik D

memanjang t.i. sesuai bidikan plus, dan

5,6 ft pada rambu adalah +4q16; dan C = 1

pembacaan rambu sesuai bidikan minus.

ft. Hitunglah jarak H, beda elevasi V dan

Padanya ditindihkan sebuah jarak vertikal

elevasi titik O.

yang dapat plus atau minus, tandanya

Penyelesaian :

tergantung pada sudut kemiringan. Pada

Untuk sudut 14q16(sudut zenith 85q44) dan

bidikan-bidikan penting ke arah titik-titik dan

perpotongan

patok-patok kontrol, galat-galat instrumental

rambu

ft,

jarak-jarak

akan dikurangi dengan prosedur lapangan

343

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

yang baik menggunakan prinsip timbal balik

Rambu-rambu tachymetri biasa berbentuk

yaitu,

satu

membaca

sudutsudut

vertikal

batang,

lipatan

atau

potongan-

dengan kedudukan teropong biasa dan luar

potongan dengan panjang 10 atau 12 ft.

biasa.

kalau

Pembacaan langsung pada rambu dengan


garis bidik horizontal (seperti pada sipat
datar), bukan sudut vertikal, dikerjakan bila
keadaan

memungkinkan

untuk

menyederhanakan reduksi catatan-catatan.


Tinjauan pada suatu tabel menunjukkan
bahwa untuk sudut-sudut vertikal di bawah
kira-kira 4q, selisih antara jarak mirng dan
jarak horizontal dapat diabaikan kecuali
pada bidikan jauh (dimana galat pembacaan
jarak juga lebih besar).

dibuat

lebih

panjang

dapat

meningkatkan jarak bidik tetapi makin berat


dan

sulit

ditangani.

Seringkali

bagian

bawah satu atau dua dari rambu 12 ft akan


terhalang oleh rumput atau semak, tinggal
sepanjang hanya 10 ft yang kelihatan.
Panjang

bidikan

maksimum

dengan

demikian adalah kira-kira 1000 ft. Pada


bidikan yang lebih jauh, setengah interval
(perpotongan

antara

benang

tengan

dengan benang stadia atas atau bawah)


dapat dibaca dan dilipatgandakan untuk
dipakai

dalam

persamaan

reduksi

Dengan demikian teropong boleh miring

tachymetri yang baku. Bila ada benang

beberapa derajat untuk pembacaan jarak

perempatan antara benang tengah dengan

optis setelah membuat bidikan depan yang

benang stadia atas, secara teoritis dapat

datar untuk memperoleh sudut vertikal.

ditaksir jarak sejauh hampir 4000 ft. Pada


bidikan pendek, mungkin sampai 200 ft,
rambu sipat datar biasa seperti jenis

12.1.5 Rambu tachymetri


Berbagai jenis tanda dipakai pada rambu
tachymetri tetapi semua mempunyai bentukbentuk geometrik yang menyolok dirancang
agar jelas pada jarak jauh. Kebanyakan
rambu tachymetri telah dibagi menjadi feet
dan persepuluhan (perseratusan diperoleh
dengan interpolasi), tetapi pembagian skala
sistem metrik sedang menjadi makin umum.
Warna-warna

berbeda

membantu

membedakan angka-angka dan pembagian


skala.

philania sudah cukup memuaskan.


12.1.6 Busur Beaman
Busur beaman adalah sebuah alat yang
ditempatkan pada beberapa transit dan
alidade
hitungan

untuk

memudahkan

tachymetri.

Alat

hitunganini

dapat

merupakan bagian dari lingkaran vertikal


atau sebuah piringan tersendiri. Skala-skala
H dan V busur itu dibagi dalam persen.
Skala V menunjukkan selisih elevasi tiap
100 f jarak lereng, sedangakn skala H

344

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

memberikan koreksi tiap 100 ft untuk

Instrumen-instrumen lain mempunyai busur

dikurangkan dari jarak tachymetri. Karena V

serupa disebut lingkaran stadia dengan

berbanding lurus dengan sin 2D dan

skala V yang sama, tetapi skala H tidak

D,

memberikan koreksi presentase melainkan

koreksi untuk H tergantung pada sin

selang-selang pembagian skala makin rapat


bila sudut vertikal meningkat. Oleh karena
itu nonius tidak dapat dipakai disini, dan

sebuah pengali (multiplier)


12.1.7 Tachymetri swa-reduksi

pembacaan tepat hanya dapat dilakukan

Tachymetri swa-reduksi dan alidade telah

dengan memasang busur pada pembacaan

dikembangkan dimana garis-garis lengkung

angka bulat.

stadia nampak bergerak memisah atau

Penunjuk skala V (indeks) terpasang agar


terbaca 50 (mungkin 30 atau 100 pada
beberapa

instrumen)

bila

teropong

horizontal untuk menghindari harga-harga


minus. Pembacaan lebih besar dari pada 50
diperoleh untuk bidikan-bidikan di atas

saling mendekat sewaktu teropong diberi


elevasi atau junam. Sebenarnya garis-garis
itu digoreskan pada sebuah piringan kaca
yang berputar mengelilingi sebuah rambu
(terletak di luar teropong) sewaktu teropong
dibidikkan ke sasaran.

horizon, lebih kecil dari 50 di bawahnya.

Pada gambar dibawah garis-garis atas dan

Ilmu

dalam

bawah (dua garis luar) melengkung untuk

pemakaian busur beaman disederhanakan

menyesuaikan dengan keragaman dalam

dengan memasang skala V pada sebuah

fungsi trigonometri cos2D dan dipakai untuk

angka bulat dan membiarkan benang silang

pengukuran

tengah terletak di tempat dekat t.i. Skala H

menentukan

Kemudian umumnya tak akan terbaca pada

melengkung untuk menggambarkan fungsi

angka bulat dan harga-harganya harus

sin D cos D. Sebuah garis vertikal, tanda

diinterpolasi. Ini penting karena hitungannya

silang

tetap sederhana.

pendek merupakan tanda pada piringan

Elevasi sebuah titik B yang dibidik dengan

gelas

transit terpasang di titik A didapat dengan

terumpun

rumus :

lengkung.

Elev B = elev A + t.i. + (pembacaan busur

Sebuah tetapan faktor pengali 100 dipakai

50) ( perpotongan rambu) pembacaan

untuk jarak horizontal. Faktor 20, 50, atau

rambu dengan benang tengah

100 diterapkan pada pengukuran beda

hitung

yang

diperlukan

jarak.

tengah,

kedua

Dua

selisih

dan

yang

serentak

garis

dalam

elevasi

dan

garis-garis

terpasang
dengan

stadia

tetap,

garis-garis

tinggi. Harganya tergantung pada sudut

345

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

lereng dan ditunjukkan oleh garis-garis

pada langkah 7 pembacaan-pembacaan

pendek ditempatkan antara kurva-kurva

skala-H dan skala-V dicatat.

elevasi.

Sewaktu membaca jarak optis setelah

Tachymetri diagram lainnya pada dasarnya


bekerja atas bekerja atas prinsip yang
sama:

Sudut

vertikal

secara

otomatis

dipampas oleh pisahan garis stadia yang


beragam. Sebuah tachymetri swa-reduksi
memakai sebuah garis horizontal tetap pada
sebuah diafragma dan garis horizontal
lainnya pada diafragma kedua yang dapat
bergerak,

yang

perubahan
alidade

sudut

planset

bekerja
vertikal.
memakai

atas

dasar

Kebanyakan
suatu

jenis

benang bawah ditempatkan pada sebuah


tanda foot bulat, benang tengah tidak tepat
pada t.i. atau pembagian skala terbaca
untuk sudut vertikal. Ini biasanya tidak
menyebabkan galat yang berarti dalam
proses reduksi kecuali pada bidikan-bidikan
panjang dan sudut-sudut vertikal curam.
Bila rambu tidak tegak lurus tentu saja akan
menyebabkan galat-galat yang berarti dan
untuk mengatasi masalah ini dipakai nivo
rambu.
Urutan pembacaan yang paling sesuai

prosedur reduksi tachymetri.

untuk
Sebuah rambu topo khusus yang berkaki
dapat dipanjangkan dengan angka nol
terpasang pada t.i. biasanya dianjurkan

tachymetri

yang

melibatkan sudut vertikal adalah sebagai


berikut :
a. Bagi

untuk dipakai agar instrumen tachymetri


sepenuhnya swa-baca.

pekerjaan

dua

rambu

dengan

benang

vertikal.
b. Dengan benang tengah kira-kira t.i.
letakkan benang bawah pada tanda

12.1.8 Prosedur Lapangan

sebuah foot bulat, atau desimeter pada


Prosedur yang benar menghemat waktu dan
mengurangi

sejumlah

kesalahan

dalam

semua pekerjaan ukur tanah.


Prosedur

ini

menyebabkan

pemegang

dua atau tiga petugas rambu di tanah


di

mana

titik-titik

c.

Baca benang atas, dan di luar kepala


kurangkan pembacaan benang bawah

instrumen dapat membuat sibuk sekaligus

terbuka

rambu metrik.

yang

akan

ditetapkan lokasinya terpisah jauh. Urutan


yang sama dapat dipakai bila menggunakan

untuk memperoleh perpotongan rambu,


catat perpotongan rambu.
d. Gerakan benang tengah ke t.i. dengan
memakai

sekrup

penggerak

halus

vertikal.
e. Perintahkan pemegang rambu untuk

busur Beaman, tetapi pada langkah 4 skala

pindah

titik

ke

berikutnya

V ditepatkan pada sebuah angka bulat, dan

tenggara yang benar.

dengan

346

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

f.

Baca dan catatlah sudut horizontalnya.

daripada

Baca dan catatlah sudut vertikalnya.

pembuatan sketsa oleh pencatat.

pencatatan

pengukuran

dan

12.1.11 Sipat Datar Tachymetri


12.1.9 Poligon Tachymetri
Metode tachymetri dapat dipakai untuk
Dalam poligon transit-optis, jarak, sudut
horizontal dan sudut vertikal diukur pada
setiap

titik.

Reduksi

catatan

sewaktu

pengukuran berjalan menghasilkan elevasi


untuk dibawa dari patok ke patok. Harga
jarak optis rata-rata dan selisih elevasi
diperoleh dari bidikan depan dan belakang
pada tiap garis. Pengecekan elevasi harus
diadakan dengan jalan kembali ke titik awal
atau tititk tetap duga didekatnya untuk
poligon terbuka. Walaupun tidak seteliti
poligon dengan pita, sebuah regu yang

sipat

datar

trigonometris.

TI

tinggi

instrumen di atas datum) ditentukan dengan


membidik pada stasiun yang diketahui
elevasinya,

atau

dengan

memasang

instrumen pada titik semacam itu dan


mengukur tinggi sumbu II di atasnya
dengan

rambu

tachymetri.

Selanjutnya

elevasi titik sembarang dapat dicari dengan


hitungan dari perpotongan rambu dan sudut
vertikal. Jika dikehendaki dapat dilakukan
untai sipat datar untuk menetapkan dan
mengecek elevasi dua titik atau lebih.

terdiri atas tiga anggota seorang pemegang


instrumen, pencatat, dan petugas rambu-

12.1.12 Kesaksamaan (Precision)

merupakan kebiasaan. Seorang petugas

Sebuah perbandingan galat (ratio or error)

rambu dapat mempercepat pekerjaan bila

1/300 sampai 1/500 dapat diperoleh untuk

banyak detail tersebar luas.

poligon

Sudut-sudut horizontal juga harus dicek

dengan kecermatan biasa dan pembacaan

kesalahan penutupnya. Bila ada kesalahan

baik bidikan depan dan bidikan belakang.

penutup sudut harus diratakan, 'Y dan 'X

Ketelitian dapat lebih baik jika bidikan-

dihitung dan keseksamaan poligon dicek.

pendek

yang

pada

dilaksanakan

poligon

panjang

dengan prosedur-prosedur khusus. Galatgalat dalam pekerjaan tachymetri biasanya

12.1.10 Topografi
Metode tachymetri itu paling bermanfaat
dalam penentuan lokasi sejumlah besar
detail topografik, baik horizontal maupun
vetikal, dengan transit atau planset. Di
wilayah-wilayah

bidikan

transit-optis

perkotaan,

pembacaan

sudut dan jarak dapat dikerjakan lebih cepat

bukan karena sudut-sudut tidak benar tetapi


karena pembacaan rambu yang kurang
benar. Galat 1 menit pada pembacaan
rambu

sebuah

sudut

vertikal

tidak

memberikan pengaruh yang berarti pada


jarak

horizontal.

Galat

menit

tadi

347

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

menyebabkan selisih elevasi kurang dari 0,1


ft pada bidikan 300 ft untuk sudut-sudut
vertikal ukuran biasa.

arah nivo teropong.


b. Galat-galat pribadi
x

Bila jarak optis ditentukan sampai foot


terdekat

(kasus

Garis bidik transit tidak sejajar garis

umum),

sudut-sudut

Rambu tak dipegang tegak (hindari


dengan pemakaian nivo rambu).

horizontal ke titik-titik topografi hanya perlu


dibaca sampai batas 5 atau 6 menit untuk

Salah pembacaan rambu karena


bidikan jauh.

memperoleh kesaksamaan yang sebanding


pada bidikan 300 ft. Jarak optis yang

Kelalaian

mendatarkan

untuk

pembacaan busur vertikal.

diberikan sampai foot terdekat dianggap


benar sampai batas kira-kira ft. Dengan
galat jarak memanjang ft itu, arahnya
dapat menyimpang sebesar 5 menit (mudah
dihitung dengan 1 menit = 0.00029). Bila
dipakai transit Amerika, karenanya sudutsudut dapat dibaca tanpa nonius, hanya
dengan

mengira

kedudukan

Kebanyakan

galat

dalam

pekerjaan

tachymetri dapat dihilangkan dengan:


a. Menggunakan instrumen dengan benar
b. Membatasi panjang bidikan
c.

Memakai rambu dan nivo yang baik

d. Mengambil harga rata-rata pembacaan


dalam arah ke depan dan ke belakang.

penunjuk

Galat garis bidik tidak dapat dibetulkan

nonius.
Ketelitian sipat datar trigonometris dengan
jarak optis tergantung pada panjang bidikan
dan ukuran sudut vertiak yang diperlukan.

dengan prosedur lapangan instrumen harus


diatur.
12.1.14 Kesalahan kesalahan besar

12.1.13 Sumber-sumber galat dalam


pekerjaan tachymetri

Beberapa kesalahan yang biasa terjadi


dalam pekerjaan tachymetri adalah :

Galat-galat yang terjadi pada pekerjaan

a. Galat indeks diterapkan dengan tanda

dengan transit dan theodolitee, juga terjadi


pada pekerjaan tachymetri.

yang salah.
b. Kekacauan tanda plus dan minus pada
sudut-sudut vertikal.

Sumber-sumber galat adalah :


a. Galat-galat instrumental
x

Benang tachymetri yang jaraknya


tidak benar.

Galat indeks.

Pembagian skala rambu yang tidak


benar.

c.

Kesalahan aritmetik dalam menghitung


perpotongan rambu.

d. Pemakaian faktor pengali yang tidak


benar.
e. Mengayunkan rambu (rambu harus
selalu dipegang tegak lurus).

348

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

c.
12.1.15 Pengukuran untuk pembuatan

Keseluruhan data ini dicatat dalam satu


buku ukur.

peta topografi cara tachymetri


12.1.16 Tata cara pengukuran detail cara
Salah

satu

unsur

penting

pada

peta

tachymetri menggunakan

topografi adalah unsur ketinggian yang

theodolite berkompas

biasanya disajikan dalam bentuk

garis

kontur.

cara

Pengukuran detil cara tachymetri dimulai

tachymetry, selain diperoleh unsur jarak,

dengan penyiapan alat ukur di atas titik ikat

juga diperoleh beda tinggi. Bila theodolite

dan penempatan rambu di titik bidik.

yang digunakan untuk pengukuran cara

Setelah alat siap untuk pengukuran, dimulai

tachymetry juga dilengkapi dengan kompas,

dengan perekaman data di tempat alat

maka sekaligus bisa dilakukan pengukuran

berdiri,

untuk

pengamatan azimuth dan pencatatan data

Menggunakan

pengukuran

pengukuran

detil

topografi

dan

pengukuran untuk pembuatan kerangka

pembidikan

ke

rambu

ukur,

di rambu BT, BA, BB serta sudut miring m.

peta pembantu pada pengukuran dengan


kawasan yang luas secara efektif dan

a. Tempatkan alat

di atas

titik

kerangka dasar atau titik kerangka

efisien.
a. Alat

ukur

ukur

pengukuran

yang

digunakan

pada

penolong dan atur sehingga alat siap

untuk

pembuatan

peta

untuk pengukuran, ukur dan catat tinggi


alat di atas titik ini.

topografi cara tachimetry menggunakan


theodolite berkompas adalah: theodolite

b. Dirikan rambu di atas titik bidik dan

berkompas lengkap dengan statif dan

tegakkan rambu dengan bantuan nivo

unting-unting,

kotak.

rambu

ukur

yang

dilengkapi dengan nivo kotak dan pita


ukur untuk mengukur tinggi alat.

c.

Arahkan

teropong

sehingga

ke

bayangan

rambu
tegak

ukur
garis

b. Data yang harus diamati dari tempat

diafragma berimpit dengan garis tengah

berdiri alat ke titik bidik menggunakan

rambu. Kemudian kencangkan kunci

peralatan ini meliputi: azimuth magnet,

gerakan mendatar teropong.

benang atas, tengah dan bawah pada

d. Kendorkan

kunci

rambu yang berdiri di atas titik bidik,

sehingga

jarum

sudut miring, dan tinggi alat ukur di atas

Setelah

titik tempat berdiri alat.

bergerak, baca

jarum

jarum

magnet

bergerak

bebas.

setimbang
dan

tidak

catat azimuth

magnetis dari tempat alat ke titik bidik.

349

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

e. Kencangkan
teropong,

kunci

gerakan

kemudian

baca

tegak
bacaan

a. Kesalahan pengukur, misalnya:


1. Pengaturan alat tidak sempurna

benang tengah, atas dan bawah serta

(temporary adjustment).

catat

2. Salah taksir dalam pemacaan

dalam

buku

ukur.

Bila

memungkinkan, atur bacaan benang


tengah pada rambu di titik bidik setinggi
alat,

sehingga

beda

tinggi

yang

3. Salah catat, dll. nya.


b. Kesalahan akibat faktor alam,
misalnya:

diperoleh sudah merupakan beda tinggi

1. Deklinasi magnet.

antara titik kerangka tempat berdiri alat

2. Refraksi lokal.

dan titik detil yang dibidik.

f. Titik detil yang harus diukur meliputi


semua

titik

alam

maupun

buatan

manusia yang mempengaruhi bentuk


topografi peta daerah pengukuran.
12.1.17 Kesalahan
tachymetri
berkompas

pengukuran
dengan

12.1.18 Pengukuran Tachymetri Untuk


Pembuatan Peta Topografi Cara
Polar.
Posisi horizontal dan vertikal titik detil

cara

theodolite

Kesalahan

alat,

misalnya:

diperoleh

dari

pengukuran

cara

polar

langsung diikatkan ke titik kerangka dasar


pemetaan atau titik (kerangka) penolong
yang juga diikatkan langsung dengan cara
polar ke titik kerangka dasar pemetaan.

1. Jarum kompas tidak benar-benar lurus

Unsur yang diukur:

2. Jarum kompas tidak dapat bergerak


bebas pada prosnya.Garis bidik tidak
tegak lurus sumbu mendatar (salah
kolimasi).
3. Garis skala 0 - 180 atau 180 - 0
tidak sejajar garis bidik.
4. Letak teropong eksentris.
5. Poros penyangga magnet tidak sepusat
dengan skala lingkaran mendatar.

a. Azimuth magnetis titik ikat ke titik


detail
b. Bacaan benang atas, tengah,
dan bawah
c. Sudut miring, dan
d. Tinggi alat di atas titik ikat.

350

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

b.

Gambar 323. Pengukuran sipat datar luas

A dan B adalah titik kerangka dasar

Berdasar skema pada gambar, maka:

pemetaan,

a. Titik 1 dan 2 diukur dan diikatkan

H adalah titik penolong,

langsung dari titik kerangka dasar A,

1, 2 ... adalah titik detil,

b. Titik H, diukur dan diikatkan langsung

Um adalah arah utara magnet di tempat

dari titik kerangka dasar B,

pengukuran.

c.

Titik 3 dan 4 diukur dan diikatkan

langsung dari titik penolong H.


12.1.19 Pengukuran tachymetri untuk
pembuatan peta topografi cara
poligon

kompas.

Gambar 324. Tripod pengukuran vertikal

351

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

Letak

titik

berjauhan,

kerangka
sehingga

dasar

pemetaan

diperlukan

1. Azimuth,

titik

2. Bacaan benang tengah, atas dan

penolong yang banyak. Titik-titik penolong

bawah,

ini diukur dengan cara poligon kompas yang

3. Sudut miring, dan

titik awal dan titik akhirnya adalah titik

4. Tinggi alat.

kerangka dasar pemetaan. Unsur jarak dan


beda tinggi titik-titik penolong ini diukur

12.1.21 Tata cara hitungan dan


penggambaran poligon kompas:

dengan menggunakan cara tachymetri.


Posisi horizontal dan vertikal titik detil diukur

a. Hitung koreksi Boussole di K3 = AzG.

dengan cara polar dari titik-titik penolong.


Berdasarkan skema pada gambar, maka:

K31 - AzM K31


b. Hitung koreksi Boussole di K4 = AzG.
K42 - AzM K42

a. Titik K1, K3, K5, K2, K4 dan K6 adalah


titik-titik kerangka dasar pemetaan,

c.

boussole di K3 dan K4

b. Titik H1, H2, H3, H4 dan H5 adalah titik-

d. Hitung jarak dan azimuth geografis

titik penolong
c.

setiap sisi poligon.

Titik a, b, c, ... adalah titik detil.

Pengukuran poligon kompas K3, H1, H2, H3,

e. Hitung koordinat H1, ... H5 dengan cara


BOWDITH atau TRANSIT.

H4 , H5, K4 dilakukan untuk memperoleh


posisi

horizontal

Koreksi Boussole C = Rerata koreksi

dan

vertikal

titik-titik

penolong, sehingga ada dua hitungan:

f.

Plot

poligon

berdasarkan

koordinat

definitif.

a. Hitungan poligon dan


b. Hitungan beda tinggi.
12.1.20 Tata cara pengukuran poligon
kompas:
a. Pengukuran koreksi Boussole di titik K3
dan K4,
b. Pengukuran cara melompat (spring
station) K3, H2, H4dan K4.
c.

Pada setiap titik pengukuran dilakukan


pengukuran:

12. 2 Peralatan, bahan dan


prosedur pengukuran
titik titik detail metode
tachymetri
12.2.1 Peralatan yang dibutuhkan :
1. Pesawat Theodolite
Alat

pengukur

Theodolitee

dapat

mengukur sudut-sudut yang mendatar


dan

tegak.

Alat

pengukur

sudut

theodolitee dibagi dalam 3 bagian yaitu :


a. Bagian bawah, terdiri atas tiga
sekrup

penyetel

SK

yang

352

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

menyangga suatu tabung dan pelat

Jika dilihat dari cara pengukuran dan

yang berbentuk lingkaran. Pada tepi

konstruksinya, bentuk alat ukur Theodolitee

lingkaran ini dibuat skala lms yang

di bagi dalam dua jenis, yaitu

dinamakan limbus.

a. Theodolitee

yaitu

jenis

b. Bagian tengah, terdiri atas suatu

theodolitee yang pelat lingkaran skala

sumbu yang dimasukkan kedalam

mendatar dijadikan satu dengan tabung

tabung bagian bawah. Sumbu ini

yang letaknya diatas tiga sekerup. Pelat

sumbu tegak atau sumbu kesatu S1.

nonius dan pelat skala mendatar dapat

Diatas sumbu S1 diletakkan lagi

diletakkan menjadi satu dengan sekerup

suatu

berbentuk

kl, sedangkan pergeseran kecil dari

lingkaran dan mempunyai jari-jari

nonius terhadap skala lingkaran, dapat

kurang dari jari-jari pelat bagian

digunakan sekerup fl. Dua sekerup kl

bawah. Pada dua tempat di tepi

dan fl merupakan satu pasang ; sekerup

lingkaran di buat pembaca nomor

fl dapat menggerakkan pelat nonius bila

yang

sekerup kl telah dikeraskan.

pelat

yang

berbentuk

alat

pembaca

b. Theodolitee

nonius.

c.

reiterasi,

repetisi,

yaitu

jenis

Diatas nonius ini ditempatkan dua kaki

theodolitee yang pelatnya dengan skala

yang penyangga sumbu mendatar.

lingkaran

Suatu nivo diletakkan di atas pelat

sedemikian rupa sehingga pelat dapat

nonius untuk membuat sumbu kesatu

berputar sendiri dengan tabung pada

tegak lurus.

sekerup penyetel sebagai sumbu putar.

Bagian

atas,

terdiri

dari

Perbedaan

sumbu

mendatar

jenis

ditempatkan

repetisi

dengan

mendatar atau sumbu kedua yang

reiterasi adalah jenis repetisi memiliki

diletakkan

penyangga

sekerup k2 dan f2 yang berguna pada

sumbu kedua S2. Pada sumbu kedua

penukuran sudut mendatar dengan cara

diatas

kaki

ditempatkan suatu teropong


mempunyai

difragma

dan

repetisi.

tp yang
dengan

Selain

menggunakan

Theodolite,

demikian mempunyi garis bidik gb. Pada

pengukuran

sumbu kedua diletakkan pelat yang

tachymetri dapat menggunakan Topcond

berbentuk lingkaran dilengkapi dengan


skala lingkaran tegak ini ditempatkkan
dua nonius pada kaki penyangga sumbu
kedua.

titik-titik

detail

metode

353

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

atas digantungkan pada seutas tali.


Unting-unting

berguna

untuk

memproyeksikan suatu titik pada pita


ukur

di

permukaan

tanah

atau

sebaliknya.

Gambar 325. Theodolite Topcon

2. Statif

Gambar 327. Unting-unting

Statif merupakan tempat dudukan alat


dan untuk menstabilkan alat seperti
Sipat datar. Alat ini mempunyai 3 kaki
yang sama panjang dan bisa dirubah
ukuran

ketinggiannya.

Statip

saat

didirikan harus rata karena jika tidak rata


dapat mengakibatkan kesalahan saat
pengukuran

4. Patok
Patok dalam ukur tanah berfungsi untuk
memberi tanda batas jalon, dimana titik
setelah diukur dan akan diperlukan lagi
pada

waktu

ditanam

lain.

didalam

Patok
tanah

biasanya
dan

yang

menonjol antara 5 cm-10 cm, dengan


maksud agar tidak lepas dan tidak
mudah dicabut. Patok terbuat dari dua
macam bahan yaitu kayu dan besi atau
beton.
x Patok kayu
Patok kayu yang terbuat dari kayu,
berpenampang bujur sangkar dengan
ukuran r 50 mm x 50 mm, dan bagian
atasnya diberi cat.
x Patok beton atau besi

Gambar 326. Statif

Patok yang terbuat dari beton atau


3. Unting-unting

besi biasanya merupakan patok tetap

Unting-unting terbuat dari besi atau


kuningan

yang

berbentuk

kerucut

dengan ujung bawah lancip dan di ujung

yang akan masih pada waktu lain.

354

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

Gambar 330. Rambu ukur

7. Payung
Payung ini berfungsi sebagai pelindung
dari panas dan hujan untuk alat ukur itu
Gambar 328. Jalon di atas patok

sendiri. Karena bila alat ukur sering


kepanasan atau kehujanan, lambat laun

5. Pita ukur (meteran)


Rambu ukur dapat terbuat dari kayu,

alat tersebut pasti mudah rusak (seperti;

campuran alumunium yang diberi skala

jamuran, dll).

pembacaan. Ukuran lebarnya r 4 cm,


panjang

antara

3m-5m

pembacaan

dilengkapi dengan angka dari meter,


desimeter, sentimeter, dan milimeter.

Gambar 331. Payung

12.2.2 Bahan yang Digunakan :


1. Formulir ukur
Formulir pengukuran digunakan untuk
mencatat kondisi di lapangandan hasil
Gambar 329. Pita ukur

perhitungan-perhitungan/ pengukuran di
lapangan. (terlampir)

6. Rambu Ukur
Rambu ukur dapat terbuat dari kayu,
campuran alumunium yang diberi skala
pembacaan. Ukuran lebarnya r 4 cm,
panjang

antara

3m-5m

pembacaan

dilengkapi dengan angka dari meter,


desimeter, sentimeter, dan milimeter.
Gambar 332. Formulir Ukur

355

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

2. Peta wilayah studi


Peta digunakan agar mengetahui di
daerah

mana

akan

melakukan

pengukuran.
3. Cat dan kuas
digunakan untuk menandai dimana kita
mengukur

dan

dimana

pula

meletakan rambu ukur. Tanda ini tidak


boleh
selesai

hilang
karena

sebelum
akan

Gambar 334. Benang

kita

perhitungan

mempengaruhi

perhitungan dalam pengukuran.

Paku
Paku terbuat dari baja (besi) dengan
ukuran 10 mm. Digunakan sebagai
tanda apabila cat mudah hilang dan
patok kayu tidak dapat digunakan,
dikarenakan rute (jalan) yang digunakan
terbuat dari aspal.

12.2.3 Formulir Pengukuran


Formulir

pengukuran

digunakan

untuk

mencatat kondisi di lapangan dan hasil


perhitungan-perhitungan/

pengukuran

di

lapangan. (terlampir)
12.2.4 Prosedur pengukuran :
Gambar 333. Cat dan Kuas

4. Alat tulis
Alat tulis digunakan untuk mencatat
hasil pengkuran di lapangan.
x

Benang
Benang berfungsi sebagai:

Pengukuran

metode

tachymetri

menggunakan alat theodolite, baik yang


bekerja secara optis maupun elektronis
digital yang sering dinamakan dengan Total
Station. Alat theodolite didirikan di atas
patok yang telah diketahui koordinat dan

a. menentukan garis lurus


b. menentukan garis datar
c.

menentukan pasangan yang kurus

ketinggiannya hasil pengukuran kerangka


dasar. Patok tersebut mewakili titik-titik ikat
pengukuran.

d. mekuruskan plesteran
e. menggantungkan unting-unting

Rambu ukur atau target diletakkan di atas


titik-titik detail yang akan disajikan di atas

356

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

peta. Titik-titik detail dapat berupa unsur

vertikal berupa sudut miring atau

alam atau unsur buatan manusia. Unsur

sudut

alam misalnya adalah perubahan slope

tersebut. Jika sudut vertikal yang

(kemiringan) tanah yang dijadikan titik-titik

dibaca relatif kecil antara 0o 5o

tinggi (spot heights) sebagai acuan untuk

maka

penarikan dan interpolasi garis kontur.

tersebut

Unsur buatan manusia misalnya adalah

(miring) dan jika berada di sekitar

pojok-pojok bangunan.

sudut 90o maka dapat dipastikan

terbaca

buatlah

titik ikat pada awal pengukuran

sudut

inklinasi

semua

data

sebanyak-banyaknya

sedemikian rupa sehingga informasi

(patok pertama).
gelembung

dari

nivo

berikutnya,

6. Selanjutnya
tachymetri

atas target tersebut, kemudian baca

datar

benang bawah dari rambu ukur

7.
yang

menunjukan azimuth magnetis dari


titik detail satu dan baca pula sudut

dengan

dan

pengukuran

polygon

koordinat dan tinggi titik-titik detail.

bantuan sekrup kasar dan halus

horizontal

dipindahkan

data

sedemikian rupa sehingga diperoleh

dengan

pergerakan vertikal.

pengolahan

pengolahan data pengukuran sipat

benang atas, benang tengah, dan

satu

lakukan

detail lainnya.

diarahkan teropong titik detail satu

detail

selanjutnya

pengukuran tachymetri ke titik-titik

biasa

yang telah didirikan rambu ukur di

planimetris

5. Pindahkan alat theodolite ke titik ikat

atau ke kiri saja.


teropong

baik

secara lengkap di atas peta.

kaki kiap ke dalam dan keluar saja


dan satu sekrup kaki kiap ke kanan

lapangan

maupun ketinggian dapat disajikan

dengan prinsip pergerakan 2 sekrup

sudut

adalah

sudut

diatas. Dalam membuat titik detail

theodolite pada titik (patok) sebagai

4. Bacalah

dipastikan

dan lakukan hal yang sama seperti

pengukuran poligon, dirikan alat

titik

detail

rambu ukur ke titik detail berikutnya

pada pengukuran sipat datar dan

pada

titik

tersebut kemudian kita pindahkan

yang telah ada yang digunakan

posisi

dapat

Setelah

1. Dengan menggunakan patok-patok

3. Pada

pada

sudut tersebut adalah sudut zenith.

a. Urutan pengaturan serta pemakaian :

2. Ketengahkan

zenith

Pengukuran

tachymetri

selesai.

Hasil yang diperoleh dari prakek


pengukuran tachymetri di lapangan
adalah koordinat planimetris X,Y,
dan ketinggian Z titik-titik detail yang

357

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

diukur

sebagai

pengukuran

situasi

untuk

daerah

pembacaan

satuan

menit

atau

keperluan

satuan centigrade per kolom, atau

penggambaran titik detail dan garis-

ada yang mempunyai harga 2 menit

garis kontur dalam pemetaan.

(2c) per kolom.


5. Sistim pembacaan lingkaran vertikal

b. Pembacaan sudut mendatar :

ada 2 macam yaitu:

1. Terlebih dahulu kunci boussole atau


pengencang magnet kita lepaskan,
kemudian

akan

terlihat

skala

pembacaan bergerak; sementara


bergerak kita tunggu sampai skala
pembacaan diam, kemudian kita
kunci lagi.
2. pembacaan
dengan

bersifat

koinsidensi

mempergunkan

tromol

Sistim sudut zenith.

Sistim sudut miring.

6. Sudut miring yang harganya negatif,


pembacaan dilakukan dari kanan ke
kiri, sedangkan untuk harga positif
pembacaan dari kiri ke kanan.
7. Perlu diyakinkan harga sudut miring
positif atau negatif.
d. Pembacaan Rambu

mikrometer.

1. Untuk pembacaan jarak, benang


c. Keterangan:

atas kita tempatkan di 1 m atau 2 m

1. Pada pembacaan sudut miring perlu


diperhatikan

tanda

positif

atau

negatif, sebab tidak setiap angka


mempunyai

tanda

positif

atau

negatif.

Kemudian baca benang bawah dan


tengah.
2. Untuk pembacaan sudut miring,
arahkan

2. Pada pembacaan sudut miring di


dekat 0o (0gr) perlu diperhatikan
tanda positif atau negatif, sebab
tandanya tidak terlihat, sehingga
meragukan sipembaca.
3. Perlu

diperhatikan

tersebut:

Sistim centisimal (grade).

Sistim sexagesimal (derajat).


diperhatikan,

pembacaan

skala

tromol

bahwa
untuk

benang

tengah

dari

teropong ke tinggi alatnya, sebelum


pembacaan dilakukan, gelembung
nivo vertikal harus diketengahkan
dahulu.
(Tinggi

sistim

pembacaan dari pos alat ukur tanah

4. Perlu

pada satuan meter dari rambu.

dicatat).

alat

harus

diukur

dan

358

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

12.2.5 Penurunan Rumus Titik Detail


Tachymetri

BT

Secara umum rumus yang digunakan dalam


tachymetri adalah sebagai berikut :

1. BA' BT COSi

BA' BT
BA  BT

( BA  BT ) COSi

BA' BT

BA' ( BA  BT ) COSi  BT

2. BT  BB' COSi

BT  BB'
BT  BB

( BT  BB) COSi

BT  BB '

BB' BT  ( BT  BB) COSi

3. BA

= (BA BT) . COS i + BT

BB

= BT (BT BB) . COS i

(BA BB) = (BA BT+ BT BB) . COSi

O'

Gambar 335. Segitiga O BT O

7. Sini

O' BT
d AB

dAbx

= dAB . COS i . 100


= (BA BB) . COS i . COS i . 100

d AB Sini

8. 'HAB = Tinggi alat + OBT BT


'HAB = Tinggi alat + dAB . Sin i BT
o Tinggi alat +(BA BB) . Cos i . Sin i .
100 BT

'HAB = Tinggi alat + (BA BB) . Sin 2i

= (BA BB) . COS i

4. dAbx

O' BT

. i 100 BT
'HAB = Tinggi alat + (BA- BB) i Sin 2i i
50 BT

dABx = (BA BB) . COS2 i . 100


Jadi :

5. dABx

= dAB . COS i . 100

dABx = (BA BB) . COS i . COS i . 100

dABx = (BA BB) . COS2 i . 100

XA dan YA = Hasil pengolahan data


polygon.
= Hasil pengolahan data
tachymetry.
DAB

Catatan :
Tinggi alat = Hasil pengolahan data
sipat datar

6. Catatan :

dABx

TB = Tinggi alat + 'HAB

= Hasil pembacaan sudut


horizontal (azimuth)
theodolitee

'HAB

= Hasil pengolahan data


Tachymetri

359

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

1
BA
i
Z

BT
i

Z
Z

BB

d AB

? HAB

O'
i

Ta

dABX

Titik Nadir

Gambar 336. Pengukuran titik detail tachymetri

12. 3. Pengolahan Data


Pengukuran Tachymetri
Data yang diambil dari lapangan semakin

Data yang diperoleh dari lapangan harus

banyak semakin baik. Data yang diperoleh di

diolah untuk menghilangkan kesalahan

tempat alat berdiri meliputi azimuth magnetis,

sistematis dan acak yang terjadi serta

sudut vertikal inklinasi (miring) atau zenith dan

membuang

tinggi alat. Data yang diperoleh dari tempat

mungkin timbul. Pengolahan data sipat

berdiri rambu atau target adalah bacaan

datar kerangka dasar vertical dan polygon

benang diafragma (benang atas, benang

kerangka dasar horizontal dapat diolah

tengah, dan benang bawah) atau jarak

secara manual dengan bantuan mesin

langsung. Pada alat theodolite dengan fasilitas

hitung atau secara tabelaris menggunakan

total station koordinat dan ketinggian tinggi

bantuan computer.

titik-titik detail dapat langsung diperoleh dan


direkam ke dalam memori penyimpanan.

kesalahan

besar

yang

360

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

Titik kontrol vertikal dan horizontal dapat

12. 4. Penggambaran hasil


pengukuran tachymetri

diperoleh dengan cara:


a. Penentuan benchmark yang ada dari
lapangan

Sebelum hasil praktek pengukuran digunakan


untuk

keperluan

pembuatan

hasil

pengukuran

sebelumnya.

peta

b. Hasil pengamatan diatas peta, untuk

(penggambaran) maka data dari lapangan

koordinat dari hasil interpolasi grid-grid

diolah terlebih dahulu. Dari hasil pengukuran

peta.

Tachymetri diperoleh data mentah yang


harus

diolah

sesuai

dengan

metoda

pengukuran yang dilakukan.

Sedangkan untuk tinggi definitif diperoleh


dari hasil interpolasi garis-garis kontur
yang ada diatas peta. Koordinat definitif

Data yang telah diolah kemudian disajikan di

kemudian dibuat gambarnya baik secara

atas kertas (2 dimensi) dalam bentuk peta

manual

yang disebut sebagai pekerjaan pemetaan

komputer

yang

informasi luas wilayah pengukuran. Tinggi

menghasilkan

informasi

spasial

titik-titik

(keruangan) berupa peta.


Penggambaran hasil pengukuran tachymetri
hampir

sama

pengukuran
vertikal

dengan

sipat

dan

datar

penggambaran
kerangka

penggambaran

dasar

pengukuran

poligon kerangka dasar horizontal.


Informasi yang diperoleh dari pengolahan data
sipat datar kerangka dasar vertical adalah
tinggi

definitif

titik-titik

ikat,

sedangkan

informasi yang diperoleh dari pengolahan data


kerangka dasar horizontal adalah koordinat
titik-titik ikat. Titik awal dan akhir pengukuran
juga diberikan sebagai kontrol vertikal dan
horizontal.

maupun

digital

sehingga

ikat

memanjang

dapat

digambar

sehingga

menggunakan
diperoleh

pada

dapat

arah

diperoleh

turun naiknya permukaan tanah sepanjang


jalur pengukuran.

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

Gambar 337.Theodolitee O BT O

361

Gambar 338. siteplan pengukuran titik-titik detail Tachymetri


Gedung PKM

Jalan

Garis Kontur

Rute Pengukuran

Titik Detail

Tiang Listrik

Pohon

Pohon

LEGENDA

SKALA 1 : 100

TACHYMETRI

SITE PLAN PENGUKURAN TITIK-TITIK DETAIL

DIPERIKSA

JUDUL GAMBAR

DI GAMBAR

MATA PELAJARAN

INSTITUSI

CATATAN

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

362

363

DIPERIKSA
KONTUR TEMPAT PENGUKURAN TITIK-TITIK
DETAIL TACHYMETRI

JUDUL GAMBAR

DI GAMBAR

MATA PELAJARAN

INSTITUSI

CATATAN

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

Gambar 339. Kontur tempat pengukuran titik detail tachymetri

GOR

DIREKSI KEET

PKM

FPBS

Gambar 340. Pengukuran titik detail tachymetri dengan garis kontur 1


SKALA 1 : 100

PENGUKURAN TITIK-TITIK DETAIL


TACHYMETRI DENGAN GARIS KONTUR

Gedung PKM

Jalan

Garis Kontur

Rute Pengukuran

Titik Detail

Tiang Listrik

Pohon

Pohon

LEGENDA

DIPERIKSA

JUDUL GAMBAR

DI GAMBAR

MATA PELAJARAN

INSTITUSI

CATATAN

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

364

Gambar 341. Pengukuran titik detail tachymetri dengan garis kontur 2


SKALA 1 : 100

PENGUKURAN TITIK-TITIK DETAIL


TACHYMETRI DENGAN GARIS KONTUR

Garis Kontur

Rute Pengukuran

Titik Detail

LEGENDA

DIPERIKSA

JUDUL GAMBAR

DI GAMBAR

MATA PELAJARAN

INSTITUSI

CATATAN

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

365

366

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

Tabel 30. Formulir pengukuran titik detail

P E N G U K U R A N S IT U A S I D E T A IL
L abo ratorium Ilm u U ku r T anah Juru san T ekn ik B an gunan

N o.L em bar

P eng u ku ran

C uaca

M end ung

A lat U k ur

T .0 W ild 138 402

T ach ym etri

L okasi

G edu ng O lah R aga

D iuk ur O leh
T ingg i
A lat/
P atok

T itik
U kur
D ari

K elom pok 8

Ke

S ketsa :

T ang gal

B acaan S u dut
o ' ''

Instruktur
B enang

Jarak
(m )

T engah
H o rizon tal

V ertikal

d ari

M iring

D atar

B eda T inggi

A tas
B aw ah

T inggi
A tas
L aut
(m )

K et

367

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

Tabel 31. Formulir pengukuran titik detail posisi 1

PENGUKURAN SITUASI DETAIL


No.Lembar

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah Jurusan Teknik Bangunan


Tachymetri

Pengukuran
Lokasi

Gedung Olah Raga

Diukur Oleh
Tinggi
Alat/
Patok

Titik
Ukur
Dari
1

Kelompok 8

Tanggal

Bacaan Sudut
o ' ''

Mendung

Alat Ukur

T.0 Wild 138402

Instruktur
Benang

Jarak
(m)

Tengah
Miring

Datar

Bawah

Vertikal

31334'

9222'

1.314

4414'

9200'20''

1.1285

230'

87

1.234

1312'

87

1.307

2054'

8630'

1.2565

13240'

9812'

0.6795

15259'

9618'

0.609

19047'

9618'

0.0865

2123'

9216'

1.16

1.22

10

2527'

9218'

1.245

1.345

1.42

1.336
1.292
1.3
0.957
1.72
0.748
1.472
1.142
1.35
1.163
0.719
0.64
0.7
0.518
0.97
0.76
1.1
1.145

Sketsa :
2

3
4

10

6
9

Beda Tinggi

Atas

Horizontal

Ke
1

dari

Cuaca

Tinggi
Atas
Laut
(m)

Ket

368

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

Tabel 32. Formulir pengukuran titik detail posisi 2

PENGUKURAN SITUASI DETAIL


Laboratorium Ilmu Ukur Tanah Jurusan Teknik Bangunan

No.Lembar

Pengukuran

Cuaca

Mendung

Alat Ukur

T.0 Wild 138402

Tachymetri

Lokasi

Gedung Olah Raga

Diukur Oleh
Tinggi
Alat/
Patok

Titik
Ukur
Dari
2

Kelompok 8

Tanggal

Instruktur

Bacaan Sudut
o ' ''

Benang

Jarak
(m)

Tengah
Miring

Datar

Beda Tinggi

Atas
Bawah

Horizontal

Vertikal

714'

933'

0.597

9130'

934'

0.484

0.55

1349'

9033'

1.006

1.056

17245'

9035'

1.5

1.1

21230'

9215'

0.634

0.688

24256'

918'

0.915

2455'

9120'

0.938

Ke
1

1.30

dari

0.658
0.535
0.418
0.955
1
0.58
0.98
0.85
1.035
0.84

27256'

9120'

1.223

2919'

8819'

1.12

1.16

10

143'

9118'

1.111

1.126

1.266
1.18
1.08
1.095

Sketsa :

10
9
1

8
2

6
7

3
4

Tinggi
Atas
Laut
(m)

Ket

369

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

Tabel 33. Formulir pengukuran titik detail posisi 3

PENGUKURAN SITUASI DETAIL


Laboratorium Ilmu Ukur Tanah Jurusan Teknik Bangunan

No.Lembar

Pengukuran

Cuaca

Mendung

Alat Ukur

T.0 Wild 138402

Tachymetri

Lokasi

Gedung Olah Raga

Diukur Oleh
Tinggi
Alat/
Patok

Titik
Ukur
Dari
3

Kelompok 8

Tanggal

Instruktur
Jarak
(m)

Bacaan Sudut
o ' ''

Benang
Tengah

Miring

Datar

Vertikal

8447'

9280'

0.75

14023'

948'

0.753

15055'

948'

0.688

1.28

0.8
0.7
0.78
0.725
0.725
0.65

19437'

945'

22136'

0.547

0.625

9128'

0.51

0.61

23451'

892'

1.29

2449'

892'

0.839

0.908

26217'

892'

1.117

1.203

28257'

8819'

1.808

10

4457'

8819'

1.499

0.522
0.41
1.38
1.2
0.77
1.03
1.85
1.765
1.95
1.048

Sketsa :
1
2
3
4
5
6
7
10
9 8

Beda Tinggi

Atas
Bawah

Horizontal

Ke
1

dari

Tinggi
Atas
Laut
(m)

Ket

370

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

Tabel 34. Formulir pengukuran titik detail posisi 4

PENGUKURAN SITUASI DETAIL


Laboratorium Ilmu Ukur Tanah Jurusan Teknik Bangunan

No.Lembar

Pengukuran

Cuaca

Mendung

Alat Ukur

T.0 Wild 138402

Tachymetri

Lokasi

Gedung Olah Raga

Diukur Oleh
Tinggi
Alat/
Patok

Titik
Ukur
Dari
4

Kelompok 8

Tanggal

Instruktur

Bacaan Sudut
o ' ''

Jarak
(m)

Benang
Tengah

Miring

Datar

Vertikal

1502'

938'

0.853

17249'

9218'

0.56

20429'

9212'

0.843

1.25

0.905
0.805
0.608
0.502
0.878
0.808

340

9212'

2.145

2.18

34214'

8918'

1.437

1.514

35427'

8919'

1.288

13'

8919'

1.565

2.11
1.36
1.39
1.185
1.645
1.485
8

1229'

8918'

1.051

4131'

8919'

1.22

10

9143'

8918'

1.401

1.092
1.01
1.35
1.09
1.413
1.388

Sketsa :

5
4

6
7
8
9
10
1
2

Beda Tinggi

Atas
Bawah

Horizontal

Ke
1

dari

Tinggi
Atas
Laut
(m)

Ket

371

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

Tabel 35. Formulir pengukuran titik detail posisi 5

PENGUKURAN SITUASI DETAIL


No.Lembar

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah Jurusan Teknik Bangunan


Tachymetri

Pengukuran
Lokasi

Gedung Olah Raga

Diukur Oleh
Tinggi
Alat/
Patok

Titik
Ukur
Dari
5

Kelompok 8

Tanggal

Mendung

Alat Ukur

T.0 Wild 138402

Instruktur
Benang

Jarak
(m)

Bacaan Sudut
o ' ''

Tengah
Miring

Datar

Bawah

Vertikal

19024'

9417'

0.810

24149'

9415'

1.263

1.55

34151'

9425'

0.85

0.876

38'

9425'

0.528

0.57

2020'

905'

0.9

0.98

3244'

905'

0.692

6037'

905'

0.881

7018'

903'

0.925

917'

904'

1.005

11316'

907'

1.442

1.30

0.86
0.76
0.975
0.823
0.485
0.82
0.763
0.62
0.938
0.823
0.51
0.34
1.15
0.86

10

1.468
1.416

Sketsa :

6
7

2
9

1
10

Beda Tinggi

Atas

Horizontal

Ke
1

dari

Cuaca

Tinggi
Atas
Laut
(m)

Ket

372

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

Tabel 36. Formulir pengukuran titik detail posisi 6

PENGUKURAN SITUASI DETAIL


No.Lembar

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah Jurusan Teknik Bangunan


Tachymetri

Pengukuran
Lokasi

Gedung Olah Raga

Diukur Oleh
Tinggi
Alat/
Patok

Titik
Ukur
Dari
6

Kelompok 8

Tanggal

Bacaan Sudut
o ' ''

Alat Ukur

T.0 Wild 138402

Benang

Jarak
(m)

Tengah
Miring

Datar

901'

1.07

12112'

902'

1.24

1339'

896'

1.39

1.105
1.034
1.34
1.14
1.495
1.285

14254'

896'

1.077

1.15

22131'

899'

1.205

1.255

35152'

8910'

1.222

30442'

8910'

1.405

31242'

8917'

1.84

3002'

8918'

1.51

10

32220'

8915'

1.554

1.003
1.155
1.262
1.182
1.138
1.672
1.898
1.782
1.555
1.465
1.586
1.5225

Sketsa :

10

2
4

5
6

Beda Tinggi

Atas
Bawah

Vertikal

901'

1.30

Mendung

Instruktur

Horizontal

Ke
1

dari

Cuaca

Tinggi
Atas
Laut
(m)

Ket

373

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

Tabel 37. Formulir pengukuran titik detail posisi 7

PENGUKURAN SITUASI DETAIL


No.Lembar

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah Jurusan Teknik Bangunan


Tachymetri

Pengukuran
Lokasi

Gedung Olah Raga

Diukur Oleh
Tinggi
Alat/
Patok

Titik
Ukur
Dari
7

Kelompok 8

Tanggal

Bacaan Sudut
o ' ''

Mendung

Alat Ukur

T.0 Wild 138402

Instruktur
Benang

Jarak
(m)

Tengah
Miring

Datar

Bawah

Vertikal

26036'

8919'

0.697

32136'

968'

0.59

33136'

9219'

0.653

34215'

9220'

0.734

0.782

119'

9112'

0.387

0.437

3152'

9112'

0.467

5415'

910'

0.815

11218'

910'

1.45

18014'

910'

1.609

10

19419'

932'

1.727

1.30

0.723
0.67
0.625
0.555
0.705
0.6
0.685
0.337
0.515
0.418
0.85
0.78
1.482
1.418
1.652
1.565
1.769
1.685

Sketsa :

6
7

1
8
10 9

Beda Tinggi

Atas

Horizontal

Ke
1

dari

Cuaca

Tinggi
Atas
Laut
(m)

Ket

374

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

Tabel 38. Formulir pengukuran titik detail posisi 8

PENGUKURAN SITUASI DETAIL


Laboratorium Ilmu Ukur Tanah Jurusan Teknik Bangunan

No.Lembar

Pengukuran

Cuaca

Mendung

Alat Ukur

T.0 Wild 138402

Tachymetri

Lokasi

Gedung Olah Raga

Diukur Oleh
Tinggi
Alat/
Patok

Titik
Ukur
Dari
8

Kelompok 8

Tanggal

Bacaan Sudut
o ' ''

Instruktur
Benang

Jarak
(m)

Tengah
Miring

Datar

Bawah

Vertikal

3517'

8914'

1.371

305'

8916'

0.879

4037'

8916'

1.125

6023'

8916'

1.328

1.363

9444'

9116'

1.599

1.632

14156'

9116'

1.975

16219'

9125'

2.219

1.31

1.33
1.213
0.946
0.811
1.17
1.08
1.293
1.565
2.02
1.93
2.305
2.132
1.363

18323'

9628'

1.268

19410'

9629'

1.031

1.082

10

20348'

9629'

1.796

1.826

1.173
0.98
1.765

Sketsa :

10

1
4
3

Beda Tinggi

Atas

Horizontal

Ke
1

dari

Tinggi
Atas
Laut
(m)

Ket

375

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

Model DiagramModel
Alir IlmuDiagram
Ukur TanahAlir
Pertemuan ke-12
Pengukuran
Titik-Titik Detail
Detail Metode
Tachymetri
Pengukuran
titik-titik
Metode
Tachymetri

Dosen Penanggung Jawab : Dr.Ir.Drs.H.Iskandar Muda Purwaamijaya, MT

Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal


Orde-1

Pengukuran Kerangka Dasar Horisontal


Orde-1

Pengukuran Titik-Titik Detail


Orde-2

Metode Offset

Metode Tachymetri

Peralatan :
- Teknologi lensa optis
- Elektronis digital

Peralatan sederhana
- Pita ukur
- Jalon
- Meja ukur
- Mistar
- Busur derajat

Keunggulan :
- Kecepatan
- Ketepatan

Theodolite

Elektronis Digital
Total Station

Optis

X, Y, Z
(Titik-titik detail)

- Azimuth Magnetis
- Sudut Vertikal (Inklinasi/Zenith)
- Benang Atas, Tengah, Bawah
- Tinggi Alat

Dij = (BA-BA).100.(cos i)^2


dHij = Talat + (BA-BB).50.sin 2i-BT

Unsur Alam :
Perubahan slope

Xj = Xi + Dij . Sin Aij


Yj = Yi + Dij . Cos Aij
Hj = Hi + dHij

Gambar 342. Diagram alir Pengukuran titik-titik detail metode tachymetri

Unsur Buatan :
Pojok-pojok
bangunan

376

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

Rangkuman

Berdasarkan uraian materi bab 12 mengenai pengukuran titik detail (tachymetri),


maka dapat disimpulkan sebagi berikut:
1. Untuk keperluan pengukuran dan pemetaan selain pengukuran kerangka dasar vertikal
yang menghasilkan tinggi titik-titik ikat dan pengukuran kerangka dasar horizontal yang
menghasilkan koordinat titik-titik ikat juga perlu dilakukan pengukuran titik-titik detail
untuk

menghasilkan

titik-titik detail yang tersebar di

permukaan bumi yang

menggambarkan situasi daerah pengukuran.


2. Pengukuran titik-titik detail dilakukan sesudah pengukuran kerangka dasar vertikal dan
pengukuran kerangka dasar horizontal dilakukan. Pengukuran titik-titik detail mempunyai
orde ketelitian lebih rendah dibandingkan orde pengukuran kerangka dasar.
3. Pengukuran titik-titik detail dengan metode tachymetri pada dasarnya dilakukan dengan
menggunakan peralatan dengan teknologi lensa optis dan elektronis digital. Pengukuran
titik-titik detail dengan metode Tachymetri ini adalah cara yang paling banyak digunakan
dalam praktek, terutama untuk pemetaan daerah yang luas dan untuk detail-detail yang
bentuknya tidak beraturan.
4. Pengukuran tiitk-titik detail metode tachymetri ini relatif cepat dan mudah karena yang
diperoleh dari lapangan adalah pembacaan rambu, sudut horizontal (azimuth magnetis),
sudut vertikal (zenith atau inklinasi) dan tinggi alat. Hasil yang diperoleh dari pengukuran
tachymetri adalah posisi planimetris X, Y, dan ketinggian Z.
5. Metode tachymetri didasarkan pada prinsip bahwa pada segitiga-segitiga sebangun, sisi
yang sepihak adalah sebanding.
6. Penentuan beda elevasi dengan tachymetri dapat dibandingkan dengan sipat datar
memanjang t.i. sesuai bidikan plus, dan pembacaan rambu sesuai bidikan minus.
7. Menggunakan pengukuran cara tachymetry, selain diperoleh unsur jarak, juga diperoleh
beda tinggi.
8. Pengukuran metode tachymetri menggunakan alat theodolite, baik yang bekerja secara
optis maupun elektronis digital yang sering dinamakan dengan Total Station.
9. Penggambaran hasil pengukuran tachymetri dapat dengan manual ataupun dengan
komputerisasi (AutoCAD).
10. Data yang diambil dari lapangan semakin banyak semakin baik.

377

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

Soal Latihan
Jawblah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini !
1. Apa yang dimaksud dengan pengukuran Tachymetri ?
2. Jelaskan tujuan pengukuran titik-titik detail metode tachymetri!
3. Sebutkan perbedaan dari pengukuran tachymetri untuk titik bidik horizontal dengan
pengukuran tachymetri untuk bidikan miring?
4. Sebutkan peralatan apa saja yang dibutuhkan dalam pengukuran titik-titik detail metode
tachymetri! Jelaskan!
5. Diketahui : Xa = 100,64 ; Ya = 100,46 ; Ta = +800
Target
B

Tinggi

Benang

Benang

Benang

Alat

Atas

Tengah

Bawah

1.54

1.654

1.543

1.432

Azimuth

Inklinasi

DA
o

47 4747

01 0101

1.52

1.726

1.585

1.444

100 2757

02o0202

1.55

1.744

1.663

1.583

179o0909

-1o0101

1.58

1.932

1.745

1.558

269o3636

-2o0202

1.52

1.832

1.738

1.644

358o2324

-3o0201

Ditanyakan : Koordinat dan Tinggi titik B, C, D, E, dan F ?

I
o

378

13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya

13. Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya


13.1 Pengertian garis kontur

Aplikasi lebih lanjut dari garis kontur adalah


untuk

Garis kontur adalah garis khayal dilapangan


yang

menghubungkan

titik

dengan

ketinggian yang sama atau garis kontur


adalah garis kontinyu diatas peta yang
memperlihatkan titik-titik diatas peta dengan
ketinggian yang sama. Nama lain garis
kontur adalah garis tranches, garis tinggi
dan garis tinggi horizontal. Garis kontur + 25
m, artinya garis kontur ini menghubungkan
titik-titik yang mempunyai ketinggian sama +
25 m terhadap tinggi tertentu. Garis kontur
disajikan di atas peta untuk memperlihatkan
naik turunnya keadaan permukaan tanah.

memberikan

informasi

slope

(kemiringan tanah rata-rata), irisan profil


memanjang

atau

melintang

permukaan

tanah terhadap jalur proyek (bangunan) dan


perhitungan galian serta timbunan (cut and
fill)

permukaan

tanah

asli

terhadap

ketinggian vertikal garis atau bangunan.


Garis

kontur

membuat
perpotongan

dapat

proyeksi
bidang

dibentuk
tegak

dengan

garis-garis

mendatar

dengan

permukaan bumi ke bidang mendatar peta.


Karena peta umumnya dibuat dengan skala
tertentu, maka untuk garis kontur ini juga
akan mengalami pengecilan sesuai skala
peta.

+ 41 m
+ 40 m
+ 39 m

Kontur ( Khayal )

Gambar 343. Pembentukan garis kontur dengan


mendatar dengan permukaan bumi.

membuat proyeksi tegak garis perpotongan bidang

379

13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya

Garis-garis kontur merupakan cara yang

baik. Cara lain untuk melukiskan bentuk

banyak dilakukan untuk melukiskan bentuk

permukaan

permukaan tanah dan ketinggian pada peta,

hachures dan shading.

karena memberikan ketelitian yang lebih

Bentuk

tanah

garis

yaitu

kontur

dengan

dalam

cara

dimensi

Alam
Peta

Gbr.3

Gambar 344. Penggambaran kontur

g.

13.2 Sifat garis kontur

Garis kontur yang rapat menunjukan


keadaan permukaan tanah yang terjal.

h.
Garis kontur memiliki sifat sebagai berikut :
a.

Berbentuk kurva tertutup.

b.

Garis kontur yang jarang menunjukan


keadaan permukaan yang landai
Penyajian

interval

Tidak bercabang.

tergantung

pada

c.

Tidak berpotongan.

disajikan, jika datar maka interval garis

d.

Menjorok ke arah hulu jika melewati

kontur tergantung pada skala peta yang

sungai.

disajikan, jika datar maka interval garis

Menjorok ke arah jalan menurun jika

kontur adalah 1/1000 dikalikan dengan

melewati permukaan jalan.

nilai skala peta , jika berbukit maka

e.

f.

Tidak

tergambar

bangunan.

jika

i.

melewati

interval

garis

garis

skala

kontur

peta

adalah

kontur
yang

1/500

dikalikan dengan nilai skala peta dan


jika bergunung maka interval garis

380

13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya

kontur adalah 1/200 dikalikan dengan

j.

Garis kontur berharga lebih rendah

nilai skala peta.

mengelilingi garis kontur yang lebih

Penyajian indeks garis kontur pada

tinggi.

daerah datar adalah setiap selisih 3

m. Rangkaian garis kontur yang berbentuk

garis kontur, pada daerah berbukit

huruf "U" menandakan punggungan

setiap selisih 4 garis kontur sedangkan

gunung.

pada daerah bergunung setiap selisih 5


garis kontur.
k.

l.

Satu

garis

n.

Rangkaian garis kontur yang berbentuk


huruf

kontur

mewakili

satu

"V"

menandakan

lembah/jurang

ketinggian tertentu..

Gambar 345. Kerapatan garis kontur pada daerah curam dan daerah landai

Gambar 346. Garis kontur pada daerah sangat curam.

suatu

381

13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya

Gambar 347. Garis kontur pada curah dan punggung bukit.

Gambar 348. Garis kontur pada bukit dan cekung

Rumus untuk menentukan interval kontur

13.3 Interval kontur dan indeks


kontur

pada suatu peta tofografi adalah :


I = (25 / jumlah cm dalam 1 km) meter, atau

Interval kontur adalah jarak tegak antara

I = n log n tan a, dengan n = (0.01 s + 1)1/2

dua garis kontur yang berdekatan dan

meter.

merupakan

Atau :

jarak

antara

dua

bidang

mendatar yang berdekatan. Pada suatu peta


tofografi

interval

kontur

dibuat

sama,

25
meter
jumlah cm dalam 1 km

i=

berbanding terbalik dengan skala peta.

i = n. log n. tan

banyak informasi yang tersajikan, interval

dimana : n =

0.01S  1

kontur semakin kecil. Indeks kontur adalah

garis kontur yang penyajiannya ditonjolkan

dipetakan

setiap kelipatan interval kontur tertentu.

S = Angka skala

Semakin besar skala peta, jadi semakin

= kemiringan rata rata daerah yang

382

13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya

Tabel 39. Bentuk muka tanah dan interval kontur.

Skala
1 : 1000
dan Lebih
besar
1 : 1 000
s/d
1 : 10 000
1 : 10 000
dan
lebih kecil

Bentuk Muka
Tanah
Datar
Bergelombang
Berbukit
Datar
Bergelombang
Berbukit
Datar
Bergelombang

Interval
Kontur

13.4 Kemiringan tanah dan


kontur gradient

0.2 - 0.5 m
0.5 - 1.0 m
1.0 - 2.0 m
0.5 - 1.5 m
1.0 - 2.0 m

Kemiringan tanah D adalah sudut miring


antara dua titik.

DhAB

sAB

2.0 - 3.0 m

D = tan-1

1.0 - 3.0 m
2.0 - 5.0 m

Dimana :

D = Kemiringan tanah

5.0 - 10.0 m

Berbukit
Bergunung

D = arc tan

0.0 - 50.0 m

'h
S

Gambar 349. Kemiringan tanah dan kontur gradient

Pada gambar diatas titik-titik A, B, C, dan


D harus dipillih untuk menggambarkan

13.5 Kegunaan garis kontur

garis kontur. Dengan demikian kita dapat


menginterpolasi secara linear ketinggian

Selain menunjukan bentuk ketinggian

titik-titik

detail

gradient

yang

diukur.

Kontur

permukaan tanah, garis kontur juga dapat

adalah

sudut

antara

digunakan untuk:

permukaan tanah dan bidang mendatar

a.

Menentukan

profil

tanah

memanjang,

longitudinal

(profil

sections)

antara dua tempat. (Gambar 350)


b. Menghitung luas daerah genangan
dan

volume

(gambar 351)

suatu

bendungan

383

13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya

c.

Menentukan
jalan

atau

route/trace
saluran

suatu
yang

mempunyai kemiringan tertentu

d. Menentukan kemungkinan dua titik


di

lahan sama tinggi dan saling

terlihat (gambar 353.)

(gambar 352)

Gambar 350. Potongan memanjang dari potongan garis kontur

Gambar 351. Bentuk, luas dan volume daerah genangan berdasarkan garis kontur.

Gambar 352. Rute dengan kelandaian tertentu

384

13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya

Gambar 353. Titik dengan ketinggian sama berdasarkan garis kontur.

kerapatan titik detil ditentukan oleh

13.6 Penentuan dan pengukuran


titik detail untuk pembuatan
garis kontur
x

skala peta dan ketelitian (interval) kontur


yang diinginkan.
x

Semakin rapat titik detil yang diamati,


maka semakin teliti informasi yang
tersajikan dalam peta.

Dalam batas ketelitian teknis tertentu,

Pengukuran

titik-titik

detail

untuk

penarikan garis kontur suatu peta dapat


dilakukan secara langsung dan tidak
langsung.

Gambar 354. Garis kontur dan titik ketinggian.

385

13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya

a.

Pengukuran tidak langsung

dilakukan dengan cara tachymetry pada

Titik-titik detail yang tidak harus sama tinggi,

semua

medan

dipilih mengikuti pola tertentu yaitu: pola

menggunakan

kotak-kotak (spot level) dan profil (grid) dan

ataupun sipat datar profil pada daerah yang

pola radial. Dengan pola-pola tersebut garis

relatif datar. Pola radial digunakan untuk

kontur dapat dibuat dengan cara interpolasi

pemetaan topografi pada daerah yang luas

dan pengukuran titik-titik detailnya dapat

dan permukaan tanahnya tidak beraturan.

sipat

Gambar 355. Pengukuran kontur pola spot level dan


pola grid.

Gambar 356. Pengukuran kontur pola radial.

dan
datar

dapat

pula

memanjang

386

13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya

b.

Pengukuran langsung

Titik

detail

ketinggian

dicari

yang

pengukuran garis kontur cara langsung,

yang

sama

mempunyai

dan

ditentukan

garis-garis

kontur

merupakan

garis

penghubung titik-titik yang diamati dengan

posisinya dalam peta dan diukur pada

ketinggian yang sama,

ketinggian tertentu. cara pengukurannya

pengukuran garis kontur cara tidak langsung

bisa menggunakan cara tachymetry, atau

umumnya titik-titik detail itu pada titik

kombinasi antara sipat datar memanjang

sembarang tidak sama.

dan pengukuran polygon.


Cara

pengukuran

sedangkan pada

Bila titik-titik detail yang diperoleh belum

langsung

sulit

mewujudkan titik-titik dengan ketinggian

dibanding dengan cara tidak langsung,

yang sama, posisi titik dengan ketinggian

namun ada jenis kebutuhan tertentu yang

tertentu dicari, berada diantara 2 titik tinggi

harus

tersebut

menggunakan

lebih

cara

pengukuran

kontur cara langsung, misalnya pengukuran


dan pemasanngan tanda batas daerah
genangan.

dan

diperoleh

dengan

prinsip

perhitungan 2 buah segitiga sebangun.


Data yang harus dimiliki untuk melakukan
interpolasi garis kontur adalah jarak antara 2
titik tinggi di atas peta, tinggi definitif kedua
titik tinggi dan titik garis kontur yang akan
ditarik. Hasil perhitungan interpolasi ini
adalah posisi titik garis kontur yang melewati
garis hubung antara 2 titik tinggi.
Posisi ini berupa jarak garis kontur terhadap
posisi titik pertama atau kedua. Titik hasil

Gambar 357. Pengukuran kontur cara langsung

interpolasi

tersebut

kemudian

kita

hubungkan untuk membentuk garis kontur

13.7 Interpolasi garis kontur

yang kita inginkan. maka perlu dilakukan


interpolasi linear untuk mendapatkan titik-

Penarikan

garis

kontur

perolehan

posisi

titik-titik

berdasarkan
tinggi

(spots

titik yang sama tinggi. Interpolasi linear bisa


dilakukan dengan cara : taksiran, hitungan

height) maka akan semakin mudah dan

dan grafis.

halus penarikan garis konturnya.

a. Cara taksiran (visual)

Penarikan garis kontur diperoleh dengan

Titik-titik dengan ketinggian yang sama,

cara

sedangkan

perhitungan

interpolasi,

pada

pada

pengukuran

dan

387

13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya

diinterprestasikan langsung diantara titik-titik

planimeter dengan interval h. Volume total

yang diketahui ketinggiannya.

6V dapat dihitung.

Rumus umum :

V = 3 A  A
0

 4 A2r1  2 A2r .(i)

r 0
r 0

n2
2

n2
2

atau

Gambar 358. Interpolasi kontur cara taksiran

V
b. Cara hitungan (Numeris)
Cara ini pada dasarnya juga menggunakan
dua

titik

yang

ketinggiannya,
dikerjakan

diketahui
hitungan

secara

posisi

numeris

(eksak)

menggunakan perbandingan linear.


c.

atau

dan

interpolasinya

n1
r

r n
2
1
h
2


A0  AN  2 Ar  Ar1.Ar ....(ii)

3
r 0
r 1

n 1
r

2
h
A0  AN  2 Ar ............(iii)

2
r 0

Rumus (i) disebut rumus prisma dan


digunakan apabila n = genap

Cara grafis

Cara grafis dilakukan dengan bantuan garisgaris sejajar yang dibuat pada kertas

Rumus (ii) disebut rumus piramida dan


digunakan apabila n = ganjil

transparan (kalkir atau kodatrace). Garis-

Rumus (iii) disebut rumus rata-rata awal

garis sejajar dibuat dengan interval yang

dan akhir dan digunakan apabila n =

sama disesuaikan dengan tinggi garis kontur

ganjil

yang akan dicari.

13.9 Prinsip dasar penentuan


volume

13.8 Perhitungan garis kontur

Garis-garis kontur pada peta topografi dapat

Dalam pengerjaan teknik sipil, antara lain

digunakan untuk menghitung volume, baik

diperlukan perhitungan volume tanah, baik

volume bahan galian (gunung kapur, bukit,

untuk pekerjaan galian maupun pekerjaan

dan lain-lain).

timbunan.

Luas yang dikelilingi oleh masing-masing


garis

kontur

diukur

luasnya

dengan

Dibawah

ini

secara

singkat

diuraikan prinsip dasar yang digunakan


untuk bentuk-bentuk tanah yang sederhana.
Pada

dasarnya

volume

tanah

dihitung

388

13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya

dengan cara menjumlahkan volume setiap


bagian yang dibatasi oleh dua bidang.
Pada gambar bidang dimaksud merupakan
bidang mendatar. Banyak metode yang
dapat digunakan untuk menghitung volume.
Disini

hanya

akan

diberikan

metode

vr = h A0  A1 .......... .......... .......... .......... (vi )


2
Contoh lain penggunaan garis kontur untuk
perhitungan volume dalam pekerjaan teknik
sipil yaitu perhitungan volume dari galian
atau timbunaan.

menggunakan rumus prisma dan rumus

Volume tanah yang digali didalam daerah

piramida.

ABCD yang dibatasi oleh permukaan tanah

Prisma adalah suatu benda yang dibatasi


oleh dua bidang sejajar pada bagian-bagian
atas dan bawahnya serta dibatasi oleh
beberapa

bidang

datar

asli dan bidang permukaan rencana (dasar


saluran), dapat dihitung dengan rumus:

h
^ A0  A1  A1  A2
2

2h
A0  4 A1  A2
6

disekelilingnya.

Apabila bidang-bidang datar disekelilingnya


sesuai dengan sisi bidang atas atau bawah

disebut piramida.
Volume prisma :

h
A0  A0 .A1  A1  A1  A1.A2  A2
3

VR = h A0  4 Am  A1 .......... .......... .......... .(iv )


6

Keterangan :

Volume piramida:

Ai : diukur dengan planimeter atau dihitung

VR = h A0  A0 A1  A1 ...........................(V )
3

H : jarak antara dua profil yang berdekatan.

dengan cara koordinat.

Didalam peta topografi, garis-garis batas


bidang datar A0, Am dan A1 ditunjukan oleh
garis-garis kontur sedangkan h merupakan

13.10 Perubahan letak garis


kontur di tepi pantai

interval konturnya. Jadi apabila h dibuat


kecil, garis kontur ditarik dari data-data
ketinggian tanah yang cukup rapat serta
pengukuran

luas

bidang-bidang

yang

dibatasi oleh garis kontur diukur hingga v


mendekati volume sebenarnya.

Cara perhitungan tersebut di atas sedang


digunakan oleh GSI (Geography Survey
Institute Jepang, di Thailand) untuk ukuran
yang sangat kasar.
secara

detail,

ada

Tetapi, kalau dilihat


beberapa

masalah

perhitungan, seperti :
Rumus lain yang dapat digunakan adalah
rumus rata-rata awal dan akhir yaitu:

a. Di daerah yang akan hilang akibat


kenaikan muka air laut sebesar T meter,

389

13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya

kehilangan terhitung sebagai jumlah

penyelidikan

nilai

kehilangan akibat pasang laut dan

yang

sekarang

berada.

kehilangannya bukan hanya di daerah

lapangan

mengenai

banjir.

antara batas pantai dan garis kontur 1m

Jika tinggi tanah yang sekarang kena banjir

sekarang, tetapi antara batas pantai

berada di antara batas pantai dan tinggi B

sekarang dan garis kontur 1+T meter

m, maka daerah yang akan kena banjir

(contoh di Makassar 1.64 m).

terletak di daerah antara garis kontur 1+T m

b. Di daerah yang akan lebih sering


terkena
sekarang,

banjir

dari

kehilangan

pada

kondisi

bisa

diukur

berdasarkan data yang terdapat melalui

dan garis kontur 1 +T+B m sekarang. Di


daerah sini, kehilangan akan terjadi secara
sebagian dari nilai total, yang dihitung terkait
tinggi tanah setempat.

Gambar 359. Letak garis pantai dan garis kontur 1m

Gambar 360. Perubahan garis pantai dan garis


kontur sesudah kenaikan muka air laut

390

13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya

Col

13.11 Bentuk-bentuk lembah dan


pegunungan dalam garis
kontur

Daerah rendah antara dua buah ketinggian.

Jalan menuju puncak umumnya berada di

Hampir sama dengan col, tetapi daerah

atas

punggung

sedangkan

(lihat

disisinya

Saddle

garis

titik-titik

rendahnya

luas

dan

ketinggian

terdapat

lembah

mengapit tidak terlalu tinggi.

yang

umumnya berisi sungai (lihat garis gelap).

Pass

Plateau

Celah memanjang yang membelah suatu

Daerah dataran tinggi yang luas

daerah ketinggian.

gambar 361. Garis kontur lembah, punggungan dan


perbukitan yang memanjang.

391

13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya

Gambar 362. Plateau.

Gambar 363. Saddle

Gambar 364. Pass

392

13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya

Deviasi Barat sudut kompas - sudut =

13.12 Cara menentukan posisi,


cross bearing dan metode
penggambaran

sudut peta.
c.

Setelah

mengukur

utara

kompas,

sesuaikan garis bujur dengan utara


1. Hitung deviasi pada peta:

kompas kurang lebih deviasi.

A=B+(CxD)
Keterangan :
A = deklinasi magnetis pada saat tertentu

4. Membuat cross bearing


1. Hitung sudut dari dua kenampakan

B = deklinasi pada tahun pembuatan peta

alam atau lebih yang dapat kita kenali di

C = selisih tahun pembuatan.

alam dan di peta.

D = variasi magnetis.

2. Buat garis sudut dengan menghitung


deviasi sehingga menjadi sudut peta

Contoh:
Diketahui bahwa:
- Deklinasi magnetis tahun 1943 (pada
saat peta dibuat) adalah: 0 30'(=B).

pada kertas transparan


3. Letakkan di atas peta sesuai dengan
kedudukannya.
4. Tumpuklah.

- Variasi magnet pertahun: 2'(=D)


5. Merencanakan rute
Pertanyaan:
Berapa deviasi bila pada peta tersebut
digunakan pada tahun 1988 (=A)
Perhitungannya:
A = B + (CxD)
= 0 30' + {(88-43)x 2'}
= 0 30' + 90'
=120'
=20'
2. Mengukur sudut
a. Mengukur dari peta : Sudut peta

1. Pilihlah jalur perjalanan yang mudah


denganmemperhatikan sistem kontur.
2. Bayangkan kemiringan lereng dengan
memperhatikan kerapatan kontur
(makin rapatmakin terjal).
3. Hitung jarak datar (perhatikan
kemiringan lereng).
4. Hitung waktu tempuh dengan prinsip :
- jalan datar 1 jam untuk kemiringan
lebih 4 km
- kemiringan 1 jam tiap kenaikkan 100m

deviasi (jika deviasi ke Timur) =

Metode penggambaran:

sudut Sudut peta + deviasi kompas.

1. Tarik garis transis yang dikehendaki

(jika deviasi ke Barat)=sudut kompas


b. Mengukur dari kompas: deviasi timur
sudut kompas + deviasi = sudut peta.

diatas peta, bisa berupa garis lurus


maupun mengikuti rute perjalanan.
2. Beri tanda (huruf atau angka) pada titik
awal dan akhir.

393

13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya

3. Buat grafik pada milimeter blok. untuk

5. Pindahkan setiap angka beda tinggi dan

sumbu x dipakai sekala horizontal dan

jarak sebenarnya tadi sebanyak-

sumbu y sekala vertikal.

banyaknya pada grafik.

4. Ukur pada peta jarak sebenarnya (jarak


pada peta x angka penyebut skala peta)

6. Hubungkan setiap titik pada grafik (lihat


gambar).

dan ketinggian (beda tinggi) pada jarak


yang diukur tadi.

gambar 365. menggambar penampang.

vertikal dan horisontal ini memiliki titik-titik

13.13 Pengenalan surver

perpotongan. Pada titik perpotongan ini


disimpan nilai Z yang berupa titik ketinggian

Surfer adalah salah satu perangkat lunak

atau

yang digunakan untuk pembuatan peta

proses pembentukan rangkaian nilai Z yang

kontur dan pemodelan tiga dimensi yang

teratur dari sebuah data XYZ. Hasil dari

berdasarkan pada grid. Perangkat lunak ini

proses gridding ini adalah file grid yang

melakukan plotting data tabular XYZ tak

tersimpan pada file .grd.

beraturan menjadi lembar titik-titik segi


empat (grid) yang beraturan. Grid adalah
serangkaian garis vertikal dan horisontal
yang dalam Surfer berbentuk segi empat
dan digunakan sebagai dasar pembentuk
kontur dan surface tiga dimensi. Garis

kedalaman.

Gridding

merupakan

1. Sistem operasi dan perangkat keras


Surfer tidak mensyaratkan perangkat keras
ataupun sistem operasi yang tinggi. Oleh
karena itu surfer relatif mudah dalam
aplikasinya. Surfer bekerja pada sistem
operasi Windows 9x dan Windows NT.

394

13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya

Berikut adalah spesifikasi minimal untuk

Untuk memulai salah satu lembar kerja

aplikasi Surfer:

tersebut

Tersedia ruang untuk program minimal

menu File - New. Surfer akan menampilkan

4 MB.

kotak dialog berikut:

dapat

dilakukan

menggunakan

Menggunakan sistem operasi Windows


3.1 Surface plot

9.x atau Windows NT.


x

RAM minimal 4 MB.

Monitor VGA atau SVGA.

Surface plot adalah lembar kerja yang


digunakan untuk membuat peta atau file
grid. Pada saat awal dibuka, lembar kerja

2. Pemasangan program surfer (instal)


x Masukkan master program Surfer

ini

berada

pada

kondisi

lembar

yang

plot

ini

masih

kosong.

Pada

peta

pada CD ROM atau media lain.

dibentuk

dan

Buka melalui eksplorer dan klik

disajikan. Lembar plot digunakan untuk

dobel pada Setup.

mengolah dan membentuk peta dalam dua

diolah untuk selanjutnya

lokasi

dimensional, seperti peta kontur, dan peta

pemasangan. Jawab drive yang

tiga dimensional seperti bentukan muka

diinginkan.

tiga dimensi.

x Surfer

menanyakan

Jawab

pertanyaan

selanjutnya dengan Yes.

Lembar plot ini menyerupai lembar layout di


mana

3. Lembar Kerja Surfer


Lembar kerja Surfer terdiri

dari

tiga

bagian, yaitu:
x Surface plot,
x Worksheet,
x Editor.

Gambar 366. Kotak dialog persiapan Surfer

operator

melakukan

pengaturan

ukuran, teks, posisi obyek, garis, dan


berbagai properti lain. Pada lembar ini pula
diatur ukuran kertas kerja yang nanti akan
digunakan sebagai media pencetakan peta.

13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya

Gambar 367.Peta tiga dimensi

Gambar 368. Peta kontur dalam bentuk dua dimensi

395

396

13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya

3.2 Worksheet
Worksheet merupakan lembar kerja yang
digunakan untuk melakukan input data XYZ.
Data XYZ adalah modal utama dalam
pembuatan peta pada surfer. Dari data XYZ
ini dibentuk file grid yang selanjutnya
diinterpolasikan menjadi peta-peta kontur

Lembar worksheet memiliki antarmuka yang


hampir mirip dengan lembar kerja MS
Excel. Worksheet pada Surfer terdiri dari
sel-sel

yang

merupakan

perpotongan

baris dan kolom. Data yang dimasukkan


dari worksheet ini akan disimpan dalam file
.dat.

atau peta tiga dimensi.

Gambar 369. Lembar worksheet.

Gambar 370. Data XYZ dalam koordinat kartesian.

397

13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya

Gambar 371. Data XYZ dalam koordinat decimal degrees.

3.3 Editor
Jendela

jendela editor dapat dikopi dan ditempel


editor

adalah

tempat

yang

digunakan untuk membuat atau mengolah


file teks ASCII. Teks yang dibuat dalam

dalam

jendela

plot.

memungkinkan
kelompok
dipasangkan

Kemampuan

penggunaan

teks

yang

pada

ini

sebuah

sama

untuk

berbagai

peta.

Gambar 372. Jendela editor menampilkan hasil perhitungan volume.

398

13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya

Jendela

editor

menangkap

juga

hasil

digunakan

untuk

perhitungan

volume.

serta teks. Simbolisasi yang ada pada


peta

ini

memungkinkan

peta

yang

Sekelompok teks hasil perhitungan volume

dihasilkan surfer dapat dengan mudah

file grid akan ditampilkan dalam sebuah

dibaca dan lebih komunikatif.

jendela

6. Editing peta kontur

editor.

Jendela

tersebut

dapat

disimpan menjadi sebuah file ASCII dengan


ekstensi .txt.
4.

Editing

peta kontur dimaksudkan untuk

mendapatkan

GS Scripter

bentuk

peta

kontur

yang

sesuai dengan syarat-syarat pemetaan

GS Scripter adalah makro yang dapat

tertentu ataupun sesuai dengan keinginan

digunakan

pembuat

otomasi

untuk
dalam

membuat

peta.

Beberapa

hal

yang

Dengan

berkaitan dengan hal ini misalnya adalah

menggunakan GS Scripter ini tugas-tugas

penetapan nilai kontur interval (Interval

yang

dapat

Contour), labelling garis indeks, kerapatan

diringkas menjadi sebuah makro. Makro dari

label, pengubahan warna garis indeks,

GS Scripter ini mirip dengan interpreter

pengaturan blok warna kelas ketinggian

bahasa BASIC. Makro disimpan dalam

lahan, dan lain-lain.

dilakukan

surfer.

sistem

secara

manual

ekstensi .bas.

Gambar berikut adalah contoh penggunaan

5. Simbolisasi peta

kontur interval yang berbeda dari sebuah

Simbolisasi digunakan untuk memberikan

peta

keterangan pada peta yang dibentuk pada


lembar plot. Simbolisasi yang digunakan
berupa simbol point, garis, ataupun area,

Gambar 373. Jendela GS scripter.

kontur

yang

sama.

13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya

Gambar 374. Simbolisasi pada peta kontur dalam surfer.

Gambar 375. Peta kontur dengan kontur interval I.

399

400

13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya

Gambar 376. Peta kontur dengan interval 3

Secara umum, pengaturan kontur interval

7. Overlay peta kontur

mengikuti aturan berikut:

Overlay peta kontur dimaksudkan adalah

Kontur Interval = 1/2000 x skala peta dasar


Jadi jika menggunakan dasar dengan
skala 1 : 50.000 maka seharusnya kontur
interval peta adalah 25 meter. Beda tinggi
antar garis kontur tersebut terpaut 25
meter.

Seandai

peta

dasar

tersebut

diperbesar menjadi skala 1: 25.000, maka


kontur intervalnya pun juga harus diubah
menjadi 12,5 meter.

menampakkan sebuah peta kontur dengan


sebuah data raster, atau sebuah peta
kontur dengan model tiga dimensi. Overlay
ini memudahkan analisis sebuah wilayah
dalam kaitannya dengan kontur atau bentuk
morfologi lahan setempat.

13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya

Gambar 377. Gambar peta kontur dan model 3D.

Gambar 378. Overlay peta kontur dengan model 3D.

401

402

13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya

8. Penggunaan peta dasar

Proses kedua ini sering disebut dengan

Peta dasar yang digunakan pada Surfer

istilah

dapat berasal dari peta-peta lain ataupun

menghasilkan sebuah file grid. File grid

data citra seperti foto udara ataupun citra

digunakan sebagai dasar pembuatan peta

satelit. Peta dasar tersebut dinamakan Base

kontur dan model tiga dimensi. Berikut

Map.

adalah diagram alur secara garis besar

grid-ding.

Proses

gridding

pekerjaan dalam Surfer.

Gambar 379. Base map foto udara

9. Alur Kerja surfer


Pembuatan peta kontur ataupun model
tiga

dimensi

dalam

Surfer

diawali

pembuatan data tabular XYZ. Dapat juga


digunakan data DEM (Digital Elevation
Models) sebagai pengganti data XYZ
tersebut.

Data

XYZ

selanjutnya

diinterpolasikan dalam sebuah file grid.

Gambar 380. Alur garis besar pekerjaan pada


surfer.

403

13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya

Dan bagan di atas dapat diketahui bahwa

Desktop

sebuah data pengukuran lapangan akan

pertama kali saat masuk pada program

terlebih dahulu dimasukkan menjadi data

Surfer. Pada saat masuk pertama kali, kita

XYZ. Selanjutnya melalui proses gridding

akan menemukan lembar plot kosong.

data tersebut dapat diinterpolasi menjadi


peta kontur ataupun model tiga dimensional.
Dalam proses analisis, kedua bentuk hasil
interpolasi, yaitu peta kontur dan model tiga
dimensi, dapat dianalisis secara terpisah
ataupun

bersama-sama

melalui

proses

di

atas

adalah

antarmuka

Obyek-obyek tertentu seperti lingkaran, segi


empat, titik, dan berbagai simbol dapat
dibuat secara langsung pada lembar plot
tersebut. Digitasi secara langsung tersebut
menggunakan

fasilitas

ikon-ikon

yang

tersedia pada baris toolbar (gambar 382).

overlay.

Gambar 381. Lembar plot surfer.

10. Memulai Surfer

Lembar kerja lain dari surfer adalah

Jika program surfer telah terpasang, maka

worksheet. Lembar kerja ini merupakan

surfer

untuk

tempat input data XYZ. Lembar kerja ini

bekerja. Untuk memulai pekerjaan dengan

mirip dengan lembar kerja MS Excel. Data

surfer

yang berasal dari worksheet ini adalah data

dapat

segera

dilakukan

digunakan

dengan

masuk

pada

program tersebut melalui langkah berikut:

XYZ yang pada proses selanjutnya akan

Klik start.

digunakan

Pilih program.

pembuatan kontur.

Pilih Goden Software.

Pilih Surfer 32.

sebagai

dasar

interpolasi

404

13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya

Gambar 382. Obyek melalui digitasi

Pencetakan hasil dapat dilakukan melalui


surfer secara langsung. Hasil cetakan dari
surfer berupa hardcopy dalam sebuah
kertas dengan ukuran yang sesuai dengan
skala peta.
Hasil

pengolahan

dalam

surfer

dapat

diekspor ke dalam bentuk atau format lain.


Surfer akan mengekspor peta ke dalam
bentuk vektor dengan format .DXF, serta
format raster dalam banyak tipe seperti
.JPG, .BMP, .GIF, .TIFF, dan lain-lain.

405

13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya

Model Diagram
Alir IlmuDiagram
Ukur Tanah Pertemuan
Model
Alir ke-13
Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya
Garis
Kontur,
Sifat
dan
Interpolasinya
Dosen Penanggung Jawab : Dr.Ir.Drs.H.Iskandar Muda Purwaamijaya, MT

Garis Kontur

Garis khayal di lapangan yang


menghubungkan titik-titik dengan
ketinggian yang sama

Garis kontinyu di atas peta yang


memperlihatkan titik-titik di atas peta
dengan ketinggian yang sama

Tujuan :
Untuk memperlihatkan naik turunnya keadaan permukaan tanah

Irisan profil memanjang dan


melintang permukaan tanah
terhadap jalur proyek

Informasi slope
(kemiringan tanah rata-rata)

Perhitungan galian dan


timbunan (cut and fill)
permukaan tanah asli
terhadap ketinggian vertikal
garis proyek atau bangunan

Sifat-Sifat Garis Kontur :


(1) Berbentuk kurva tertutup
(2) Tidak bercabang
(3) Tidak berpotongan
(4) Menjorok ke arah hulu jika melewati sungai
(5) Menjorok ke arah jalan menurun jika melewati permukaan jalan
(6) Tidak tergambar jika melewati bangunan
(7) Garis kontur yang rapat menunjukkan keadaan permukaan tanah yang terjal
(8) Garis kontur yang jarang menunjukkan keadaan permukaan tanah yang landai
(9) Penyajian interval garis kontur bergantung pada skala peta yang disajikan ;
* Datar : 1/1.000 x nilai skala peta
* Bukit : 1/500 x nilai skala peta
* Gunung : 1/200 x nilai skala peta
(10) Indeks garis kontur (pemberian teks nilai kontur)
* Datar : berselisih setiap 3 garis kontur
* Bukit : berselisih setiap 4 garis kontur
* Gunung : berselisih setiap 5 garis kontur

Input :
Posisi Spot Heights
(Titik-Titik Tinggi)

Interpolasi Garis Kontur


(Prinsip Segitiga Sebangun)
dj = di ( Tj - To) / ( Ti - To)

Gambar 383. Model diagram alir garis kontur, sifat dan interpolasinya

Input :
* Tinggi Spot
Heights
* Jarak antar
spot heights di
atas kertas

406

13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya

Rangkuman
Berdasarkan uraian materi bab 13 mengenai garis kontur, sifat, dan interpolasinya,
maka dapat disimpulkan sebagi berikut:
1. Garis kontur adalah garis khayal yang mengubungkan titik titik dengan ketinggian yang
sama. Tujuan pembuatan garis kontur di atas peta adalah untuk memperlihatkan naik
turunnya keadaan permukaan tanah.
2. Aplikasi dari garis kontur adalah untuk memberikan informasi slope ( kemiringan tanah
rata-rata), irisan profil memanjang atau melintang permukaan tanah terhadap jalur
proyek ( bangunan ) dan perhitungan galian serta timbunan ( cut and fill ).
3. Sifat sifat garis kontur :
a. Berbentuk kurva tertutup, tidak bercabang dan tidak berpotongan.
b. Menjorok ke arah hulu jika melewati sungai, menjorok ke arah jalan menurun jika
melewati permukaan jalan dan tidak tergambar jika melewati bangunan.
c.

Garis kontur yang rapat menunjukan keadaan permukaan tanah yang terjal, garis
kontur yang jarang menunjukan keadaan permukaan yang landai dan satu garis
kontur mewakili satu ketinggian tertentu..

d. Penyajian interval garis kontur tergantung pada skala peta yang disajikan, jika datar
maka interval garis kontur adalah 1/1000 dikalikan dengan nilai skala peta , jika
berbukit maka interval garis kontur adalah 1/500 dikalikan dengan nilai skala peta
dan jika bergunung maka interval garis kontur adalah 1/200 dikalikan dengan nilai
skala peta.
e. Penyajian indeks garis kontur pada daerah datar adalah setiap selisih 3 garis kontur,
pada daerah berbukit setiap selisih 4 garis kontur sedangkan pada daerah
bergunung setiap selisih 5 garis kontur.
f.

Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf "U" menandakan punggungan


gunung. Dan rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf "V" menandakan suatu
lembah/jurang.

4. Interval kontur adalah jarak tegak antara dua garis kontur yang berdekatan dan
merupakan jarak antara dua bidang mendatar yang berdekatan. Interpolasi garis kontur
menggunakan prinsip segitiga sebangun yaitu :dj = di (Tj To ) / ( Ti To )

407

13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya

Soal latihan
Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini !
1. Apa yang dimaksud dengan garis kontur ?
2. Apa tujuan pembuatan garis kontur dan sebutkan aplikasi dari garis kontur ?
3. Sebutkan dan jelaskan sifat-sifat garis kontur?
4. Sebutkkan dan lengkapi dengan gambar kegunaan garis kontur ?
5. Apa yang dimaksud dengan Interval kontur dan Indeks kontur?
6. Sebutkan bentuk muka tanah dengan interval konturnya ?
7. Apa yang dimaksud dengan interpolasi garis kontur?
8. Jelaskan bagaimana cara menginterpolasi garis kontur ?
9. Perangkat lunak yang digunakan untuk pembuatan peta kontur ?
10. Hal hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam pembuatan garis kontur ?

408

14 Perhitungan Galian dan Timbunan

14. Perhitungan Galian Timbunan

Galian dan timbunan atau yang lebih di

letak permukaan tanah asli dan permukaan

kenal oleh orang-orang lapangan adalah Cut

tanah rencana yang disebabkan topografi

and Fill dimana pekerjaan ini sangat penting

daerah yang berbeda-beda.

baik

pada

pekerjaan

pembuatan

jalan,

bendungan, bangunan, dan reklamasi.

Sekalipun

permukaan

tanah

asli

sama

dengan permukaan tanah rencana, akan

Galian dan timbunan dapat diperoleh dari

tetapi tanah asli tersebut belum tentu

peta situasi yang dilengkapi dengan garis -

memenuhi

garis kontur atau diperoleh langsung dari

Dalam hal ini galian dan timbunan perlu

lapangan melalui pengukuran sipat datar

diperhitungkan secara seksama sehingga

profil

biaya pekerjaan konstruksi dapat dibuat

melintang

sepanjang

koridor

jalur

syarat

daya

dukung

tanah.

lebih ekonomis.

proyek atau bangunan.


Galian dan timbunan dapat diperoleh dari
peta situasi dengan metode penggamba ran
profil melintang sepanjang jalur proyek atau

14.1 Tujuan perhitungan galian


dan timbunan

metode grid-grid (griding) yang meninjau


galian dan timbunan dari tampak atas dan

Mengingat pentingnya pekerjaan galian dan

menghitung

kontur

timbunan, apalagi untuk proyek berskala

ditempat

besar dapat berdampak langsung terhadap

terhadap

selisih

tinggi

ketinggian

perpotongan

garis

garis

proyek

kontur

dengan

garis

biaya total pekerjaan. Maka, perlu dilakukan

proyek.

perhitungan galian dan timbunan.

Feet kubik, yard kubik dan meter kubik

Adapun Tujuan lain dari perhitungan galian

dipakai dalam hitungan pengukuran tanah,

dan timbunan sebagai berikut :

walaupun yard kubik adalah satuan yang


paling umum dalam pekerjaan tanah 1yd =
27 ft, 1 m = 35,315 ft. Namum biasanya di
indonesia di gunakan meter kubik sebagai
satuan dalam menentukan jumlah volume.
Pada suatu proyek konstruksi, pekerjaan
galian dan timbunan tanah (cut and fill)
hampir tidak pernah dapat dihindarkan. Hal
tersebut diakibatkan adanya perbedaan.

1. Meminimalkan
galian

dan

penggunaan
timbunan

volume

pada

tanah,

sehingga pekerjaan pemindahan tanah


dan pekerjaan stabilitas tanah dasar
dapat dikurangi, waktu penyelesaian
proyek dapat dipercepat, dan biaya
pembangunan
mungkin.

dapat

se-efisien

409

14 Perhitungan Galian dan Timbunan

2. Untuk menentukan peralatan (alat- alat


berat) yang digunakan pada pekerjaan
galian

maupun

timbunan,

informasi grafis beserta luas dan nilai galian


timbunannya.

dengan

mempertimbangkan kemampuan daya


operasional alat tersebut.

14.3 Metode-metode perhitungan


galian dan timbunan
Pengukuran

14.2 Galian dan timbunan

volume

langsung

jarang

dikerjakan dalam pengukuran tanah, karena


Galian dan timbunan berdimensi volume
(meter

kubik).

Volume

dapat

diperoleh

secara teoritis melalui perkalian luas dengan


panjang.

Galian

dan

timbunan

untuk

keperluan teknik sipil dan perencanaan


diperoleh melalui perolehan luas rata-rata
galian atau timbunan di dua buah profil
melintang

yang

dikalikan

dengan

jarak

sulit untuk menerapakan dengan sebenarbenarnya sebuah satuan tehadap material


yang terlibat. Sebagai gantinya dilakukan
pengukuran

Untuk

dan luas yang mempunyai kaitan dengan


volume yang diinginkan.
Namun sebelum membahas lebih lanjut
marilah

tersebut.

dimaksud

untuk kepentingan pembuatan jalan raya,

langsung.

memperolehnya dilakukan pengukuran garis

mendatar antara kedua profil melintang

Galian dan timbunan banyak digunakan

tidak

baik

itu

kita

ketahui

dengan
tampang

tentang

apa

yang

tampang/penampang
memanjang,

maupun

tampang melintang serta kegunaanya.

saluran irigasi, dan aplikasi lain, seperti

Penampang

pembangunan ka vling untuk perumahan.

tegak. Bila pada peta topografi bisa dilihat

Teknologi pengukuran dan pemetaan yang


digunakan saat ini sudah sangat demikian
berkembang.
diperoleh

Survei

secara

lapangan
cepat

dapat

dan

tepat

menggunakan perlatan Total Station atau

merupakan

gambar

irisan

bentuk proyeksi tegak model bangunan,


maka pada gambar penampang bisa dilihat
model potongan tegak bangunan dalam
arah memanjang ataupun melintang tegak
lurus arah potongan memanjang.

GPS (Global Positioning System) dan diikuti

Bisa dipahami bahwa gambar penampang

oleh sistem perekaman data yang dapat

merupakan gambaran dua dimensi dengan

langsung diolah oleh komputer dan dengan

elemen unsur jarak (datar) dan ketinggian.

menggunakan berbagai macam perangkat

Unsur-unsur rupa bumi alamiah ataupun

lunak

unsur-unsur buatan manusia yang ada dan

CAD

dapat

langsung

disajikan

yang akan dibuat disajikan dalam gambar

410

14 Perhitungan Galian dan Timbunan

penampang.

Pada

gambar

penampang

dibuat dan disajikan rencana dan rancangan


bangunan

dalam

horizontal

pada

arah

tegak.

gambar

Skala

penam pang

Pengukuran

penampang

bisa

dilakukan

P


umumnya lebih kecil dibanding skala tegak.

dengan mode teristris, fotografis ataupun

pengukuran

penampang

dengan

cara

pada

kondisi

langsung

bisa

jenis

medannya,

FP


Tergantung

dan

FP


teristris.

pekerjaan

dilakukan

ataupun

FP


ekstra

tidak

langsung menggunakan alat sipat datar,


theodolite

atau

alat

sounding

untuk

Gambar 385. Tongkat sounding

pengukuran pada daerah berair yang dalam.


Penampang memanjang

Penampang memanjang umumnya dikaitkan


dengan rencana dan rancangan memanjang
suatu rute jalan, rel, sungai atau saluran
perahu pengukuran

irigasi misalnya. Irisan tegak penampang

"

memanjang mengikuti sumbu rute.


a

Pada rencana jalan, potongan memanjang


b

umumnya bisa diukur langsung dengan cara


Gambar 384. Sipat datar melintang

sipat datar kecuali pada lokasi perpotongan


dengan sungai, yaitu potongan memanjang
jalan

merupakan

potongan

melintang

sungai,

potongan

sungai.
Pada

perencanaan

memanjang umumnya tidak diukur langsung


tetapi diturunkan dari data ukuran potongan
melintang.

411

14 Perhitungan Galian dan Timbunan

Skala jarak horizontal gambar penampang

ditambah daerah penguasaan bangunan

memanjang mengikuti skala peta rencana

atau hingga sejauh jarak tertentu di kanan

rute

tegak

dan kiri rute agar bentuk dan kandungan

(ketinggian) dibuat pada skala 1 : 100 atau

elemen rupa bumi cukup tersajikan untuk

1 : 200. Gambar potongan memanjang

informasi perencanaan.

sedangkan

gambar

skala

suatu rute umumnya digambar pada satu


lembar bersama-sama dengan peta.

Gambar 386. Potongan tipikal jalan

Cara pengukuran penampang melintang

bisa

Penampang melintang

menggunakan

alat

sipat

datar,

theodolite atau menggunakan echo sounder


Penampang melintang merupakan gambar

untuk sounding pada tempat berair yang

irisan tegak arah tegak lurus potongan

dalam.

memanjang.

Pada

Gambar penampang melintang secara rinci

sungai bisa dipahami bahwa sumbu sungai

menyajikan

unsur

unsur

tidak selalu merupakan b agian terdalam

rancangan

sehingga

sebagai

sungai. Data lain yang harus disajikan pada

alamiah

dan

digunakan

pengukuran

potongan

dasar hitungan kuantitas pekerjaan.

potongan

melintang

sungai

melintang

adalah

ketinggian muka air terendah dan ketinggian


penampang
digunakan

melintang
sebagai

juga

data

umum

muka air tertinggi atau banjir.

penggambaran
Pada perencanaan rute juga dikenal gambar

peta totografi sepanjang rute.

penampang melintang baku - PMB (typical


Penampang melintang
selebar

rencana

umumnya

melintang

diukur

bangunan

cross section), yaitu bakuan rancangan

412

14 Perhitungan Galian dan Timbunan

melintang

yang

rancangan

arah

misalnya,

menunjukkan

perkerasan

menunjukkan
melintang.

jalan,

penimbunan

serta

PMB

tebal

cara

struktur

struktur

penggalian

sarana

jalan

dan

drainase

kanan/kiri jalan (side ditch) bila diperlukan.


Tergantung dari jenis tanah maka akan ada
beberapa tipe potongan normal.

potongan normal adalah ketinggian rencana


arah vertikal. Berdasarkan tipe potongan
normal yang digunakan, dibuat gambar
sehingga

kelihatan

bentuk gambar konstruksi selengkapnya


sesuai keadaan muka tanah setempat.
Gambar

konstruksi

(stak ing out)


Sebelum memulai perhitungan galian dan
timbunan,

pekerjaan

pematokan

(stake

diawali
out).

dengan

Pematokan

bertujuan untuk menandai wilayah mana


saja

yang

akan

terkena

galian

dan

timbunan, atau bagian-bagian di lapangan

Ketinggian sumbu pada permukaan tipe

konstruksi melintang

Pematokan dan prosedur pematokan

pada

potongan

yang menjadi bakal proyek.


Pematokan untuk jalan dilakukan sepanjang
sumbu alignment horizontal biasanya selalu
setiap
setiap

kelipatan
100

jarak

genap,

pada

misalnya

perencanaan

pendahuluan, setiap 50 m pada detailed


design

dan

tiap

25

pada

saat

pelaksanaan konstruksi.

melintang ini harus dipatok di lapangan


untuk dikerjakan dan digunakan sebagai

Pada bagian lurus, bila tidak ada halangan

dasar hitungan volume pekerjaan.

maka pematokan bisa dilakukan langsung


dengan menarik meteran mendatar.

Dalam perhitungan Galian dan timbunan


sebaiknya terlebih dahulu di buat rencana
pekerjaan

misalnya

rencana

pembuatan

atau pengembangan jalan.

Gambar 387. Contoh penampang galian dan


timbunan

413

14 Perhitungan Galian dan Timbunan

Misal stasion awal proyek berada pada sta


12 + 357.50, maka patok pertama untuk
pematokan tiap 50 meter adalah :
sta 12 + 400.00 yang berjarak 42.50 meter
dari sta 12 + 357.50.
Patok-patok berikutnya pada bagian lurus
adalah sta 12 + 450.00, 12 + 500.00 dst.
Cara pematokan sepanjang bagian tangent
dan sepanjang lengkung lingkaran biasa
dilakukan

menggunakan

theodolite,

Gambar 391. Jalon

pita

ukur, jalon, patok dan atau paku untuk


menandai dan membuat titik pengikatan
patok stasion.
Prose dur pematokan:
1. Alat yang digunakan: sipat datar dengan
sepasang rambu, pita ukur, mistar, kuas.

Gambar 392. Rambu ukur

2. Dirikan sipat datar di lokasi pematokan


dan bidikkan ke titik rujukan ketinggian.
Gambar 389. Meteran gulung

Gambar 390. Pesawat theodolite EDM

Gambar 393. Stake out pada bidang datar

414

14 Perhitungan Galian dan Timbunan

diperoleh dari lapangan untuk selanjutnya


diolah.
Ada tiga sistem utama yang dipakai: metode
tampang melintang, metode luas satuan
atau lubang galian sumbang dan metode
luas garis tinggi.
1. Metode tampang (irisan) melintang
(cross section method)
Gambar 394. Stake out pada bidang yang berbeda

Metode tampang melintang dipakai hampir


khusus untuk menghitung volume pada

ketinggian

proyek-proyek konstruksi yang memanjang


misalnya jalan raya, jalan baja, dan kanal
(saluran).
Dalam prosedur ini, setelah sumbu diberi
pancang,

profil

tanah

yang

disebut

penampang melintang dibuat (tegak lurus


pada sumbu, biasanya dengan selang 50
atau 100 ft. Pembuatan tampang melintang
terdiri

atas

pengukuran

elevasi-elevasi

tanah dan jaraknya yang bersangkutan


secara

orthogonal

kekiri

dan

kekanan

sumbu, titik tinggi dan rendah, dan lokasiGambar 395. Stake out beberapa titik sekaligus

3. Hitung ketinggian garis bidik dan hitung


bacaan rambu pada suatu titik rencana.
4. Pasang tanda ketinggian pada patok
pengikat sumbu di kanan dan kiri rute

pekerjaan
dimulai

pekerjaan
galian
dengan

untuk menentukan dengan teliti profil tanah.


Pekerjaan

i ni

dapat

dilaksanakan

di

lapangan memakai sebuah alat sipat datar,


rambu sipat datar dan pita ukur tanah.
a. Metode potongan melintang rata-rata

sesuai rencana.
Setelah

lokasi dimana perubahan lereng terjadi

stake
dan

out

selesai,

timbunan

mengolah

data

dapat
yang

Luas potongan melintang A1 dan A2 pada


kedua

ujung

menganggap

diukur
bahwa

dan
perubahan

dengan
luas

potongan melintang antara kedua ujung itu

415

14 Perhitungan Galian dan Timbunan

L + L2
V = A0 1

sebanding dengan jaraknya, luas A1 dan A2


tersebut dirata -rata. Akhirnya volume tanah
dapat diperoleh dengan mengalikan luas
rata -rata tersebut dengan jarak L dengan
kedua ujung.
A + A2
V = 1
L
2

Keterangan :
V

= Volume

A1

= Luas penampang kesatu

A2

= Luas penampang kedua

= Panjang dari luas tampang ke satu


ke luas tampang dua

Gambar 397. Volume cara jarak rata-rata

Pada daerah datar di mana perubahan


profil-profil

melintang

dan

memanjang

biasanya kecil sekali, harga jarak rata -rata


adalah titik pengukuran (L).

L1 + L 2
V = A
= AL
2
c. Volume prisma dan piramid kotak
Rumus volume prisma yaitu:
Gambar 396. Volume cara potongan melintang

V =

rata-rata

b. Metode jarak rata-rata


Jarak L1 dan L2 sebelum dan sesudah
potongan

A1 dan A2 di rata - rata dan untuk

menghitung volume tanahnya, har ga ratarata ini dikalikan dengan luas potongan
lintang Ao.

h
( A1 + 4 Am + A2 )
6

Di mana:
h

= tinggi prisma

A1 = luas bidang atas prisma


A2 = luas bidang bawah prisma
Am = luas bidang yang melalui tengahtengah tinggi h

416

14 Perhitungan Galian dan Timbunan

Gambar 398. Volume cara prisma

Rumus volume piramid kotak yaitu:

V =

h
A1 + A1 A2 + A2
3

Gambar 400. Volume cara dasar sama bujur


sangkar

Cara dasar ketinggian sama areal segitiga:


V = A/3( h1 + 2S h2 + 3S h3 + 4S h4 + 5S
h5 + 6S h 6 + 7S h 7 + 8S h 8)
.

Dimana : h1 = ketinggian titik-titik yang


digunakan i kali dalam hitungan volume.
Gambar 399. Volume cara piramida kotak

d. Cara ketinggian sama

Pelaksanaan hitungan menggunakan cara


sama dengan cara bujur sangkar.

Cara dasar ketinggian sama areal bujur


sangkar .
V = A/4( h1 + 2 S h2 + 3 S h 3 + 4 S h4)
Dimana :
h1 = ketinggian titik-titik yang digunakan i
kali dalam hitungan volume

Gambar 401. Volume cara dasar sama segitiga

417

14 Perhitungan Galian dan Timbunan

e. Cara Garis Kontur

V = h/3{ Ao + An + 2S Ar + S( Ar-1Ar)1/2
r pada 2SAr berselang ;
1 <= r <= n - 1,
r pada S(Ar-1 Ar)1/2 berselang ;
1 <= r <= n.
Untuk n = 1 diperoleh :
V = h/3 {Ao + A1 + (A0 A1)1/2}
= h/3 { Ao + ( A0 A1)1/2 + A1 }
Cara garis kontur dengan luas rata -rata
V = h/2 { Ao + An + 2S Ar }
r bernilai 1 <= r <= n - 1 .
Untuk n = 1 diperoleh :
V = h/2 ( Ao + A1 )

Gambar 402. Volume cara kontur

Jenis-jenis irisan tampang melintang,

Cara garis kontur dengan rumus prisma

Jenis-jenis irisan tampang melintang yang

V = h/3{ Ao + An + 4SA2r+1 + 2SA2r }

biasa dipakai pada pengukuran jalur lintas

r pada 2r + 1 berselang ;

ditunjukkan pad a gambar 14.7. Pada tanah

0 <= r <= 1/2( n - 2)

datar irisan (tampang) datar (a) adalah yang


sesuai. Tampang tiga tingkat (b) biasanya

r pada 2r berselang ;
0 <= r <= 1/2( n - 2).

yang dipakai dimana keadaan tanah biasa.


Topografi

yang

bergelombang

mungkin

Untu k n = 2 diperoleh r = 0, sehingga :

memerlukan tampang lima tingkat (c), atau

V = h/3(Ao + A2 + 4 A1)

lebih praktis sebuah tampang tak beraturan

= h/3(Ao + 4 A1 + A2).
Bila n adalah ganjil, bagian yang terakhir
dihitung dengan cara piramida kotak atau
cara rerata luas penampang awal dan akhir.
Cara garis kontur dengan rumus piramida
kotak :

(d), tampang transisi (e), dan tampang


lereng bukit (f), terjadi dalam perubahan dari
galian ke timbunan pada lokasi lereng bukit.

a. Luas ujung dengan koordinat


Metode koordinat untuk menghitung luas
ujung dapat dipakai untuk sembarang

418

14 Perhitungan Galian dan Timbunan

jenis tampang dan mempunyai banyak

untuk menyeimbangkan pekerjaan tanah,

pemakaian teknis.

ini harus dipertimbangkan.


Untuk menganalisa pemindahan kuantitas

b. Luas prismoidal
Luas prismoidal berlaku untuk volume-

pekerjaan

volume semua benda pejal geometris

besar, dibuat diagram massa. Ini adalah

yang

penggambaran volume komulatif untuk

dapat

Kebanyakan
termasuk

dianggap
volume

klasifikasi

prismoidal .

pekerjaan
ini,

tanah

tetapi

nisbi

beberapa saja daripadanya memerlukan


keseksamaan rumus prismoidal. Tanah
itu tidak seragam dari tampang melintang
lain, dan sudut tegak lurus dari sumbu
yang dibuat dengan prisma pentagon

tanah

pada

proyek-proyek

masing-masing stasiun sebagai ordinat,


terhadap stasiun-stasiun pada absis.
Garis-garis
pada

horizontal

diagram

(keseimbangan)

massa

kemudian

menentukan batas angkutan dan arah


pembuangan

material

yang

masih

ekonomis.

atau dengan metode lengan.


Jika tidak ada material cukup dari galian

c. Hitungan volume

untuk membuat galian yang diperlukan,

Dalam konstruksi jalan raya dan jalan

selisihnya harus dipinjam (diperoleh dari

baja, material penggalian atau galian

lubang galian sumbang atau sumber-

dipakai untuk membangun penimbunan

sumber lain seperti membuat lengkungan

atau timbunan. Kecuali ada faktor-faktor

tambahan).

pengendali lainnya, garis gradien yang


bagus
hampir

perencanaanya
memberi

seharusnya

timbangan

volume

jumlah galian dengan volume jumlah

Jika ada kelebihan galian, maka dibuang


atau

barangkali

dipakai

untuk

memperluas dan meratakan timbunan.


2. Metode luas satuan atau lubang galian

timbunan.
Untuk mencapai keseimbangan, volume

sumbang (boroow pit method)

volume

Untuk mengetahui kualitas tanah, kerikil,

galian dikecilkan. Ini perlu karena kecuali

batu atau material lain yang digali atau

untuk galian-galian batu dan penimbunan

yang ditimbunkan pada sebuah proyek

dimampatkan sampai suatu kepekatan

konstruksi dapat ditentukan dengan sipat

yang lebih besar daripada material yang

datar lubang galian sumbang (borrow pit

digali dari keadaan alamiahnya, dan

method ).

timbunan

dikembangkan

atau

419

14 Perhitungan Galian dan Timbunan

3. Metode luas garis tinggi (contour area

Yang kedua umumnya diberikan bidang


persamaan, yaitu hasil desain pada satu

method)
Volume berdasarkan garis tinggi dapat
diperoleh dari peta garis tinggi dengan
pengukuran luas memakai planimeter
terhadap wilayah yang dibatasi masingmasing garis tinggi dan meng alikan luas
perata garis tinggi yang berdampingan

rancang bangun konstruksi diatas ketinggian


yang tertentu, sehingga dengan demikian
mungkin terjadi galian dan timbunan. Galian
terjadi apabila bidang persamaanya lebih
tinggi dari profil yang ada. Timbunan yang
lebih

rendah

dari

profil

yang

ada,

sedangkan timbunan yang terjadi apabila

dengan interval garis tinggi.

bidang persamaan lebih tinggi daripada


Selain metode-metode di atas volume dapat

profil

dicari dengan menggunakan rumus integral

potongan melintang tersebut telah dihitung,

simpson, prisma, dan sebagainya.

maka dengan sendirinya volume pekerjaan

a.

tersebut akan segera pula didapat yaitu

Hitungan isi cara Simpson

yang

ada.

Apabila

luas

semua

dengan metode Simpson.


Dari keempat bentuk yang memanfaatkan
potongan melintang, baik untuk bentuk

b. Hitungan isi cara prisma

sederhana, seksi tiga level, kemudian seksi

Sebuah

prisma

didefinisikan

dengan kemiringan diketahui, dan akhirnya

sebuah

bentuk

padat

sisi kemiringan bukit, maka selanjutnya hasil

mempunyai dua bidang paralel, baik dalam

hitungan

dapat

ukuran tertentu atau tak tentu bentuknya.

dilakukan baik dengan menggunakan rumus

Kedua permukaan ini dihubungkan oleh

Simpson ataupun rumus prisma.

permukaan

luas

Perhitungan
Simpson,

(volume).

volume
yaitu

Hal

ini

dengan

pekerjaan

metode

galian

dan

bidang

(solid)

ataupun

sebagai
yang

lengkungan

yang dari satu ujung kelainnya, misalnya


prisma.

timbunan umumnya dilakukan berdasarkan

Menurut Simpson:

potongan

Volume = (1/3) x (D/2) x {A1 +A2 + (2XA0)

melintang,

yang

mempunyai

interval yang sama, misalnya 100m, atau

+ 4M}

50m. demikian pula rentangan garis tengah

= (1/6) x D x (A1 + A2 +4M)

juga belum tentu sama panjang, baik ke kiri


maupun ke kanan, sehinnga untuk setiap
potongan melintang yang dihasilkan akan
didapatkan beberapa bentuk luas potongan
melintang.

Ini adalah cara Simpson yang digunakan


pada prisma ini, sehingga dapat digunakan
untuk

menghitung

sembarang

pisma

melintang dengan mempersiapkan terlebih

420

14 Perhitungan Galian dan Timbunan

dahulu luas M yaitu potongan melintang

Kontur pertama, kedua, dan ketiga,

tengah dari bentuk prisma tersebut. Patut

merupakan suatu set perhitungan yang

diperhatikan bahwa luas M belum tentu

akan

merupakan

lapisan

harga

rata-rata

dari

luas

kita
perhitungan

yaitu

kedua

dibatasi oleh

oleh lapisan pertama dan ketiga. Maka

Volume pekerjaan be sar


dapat

tersebut,

volume

lapisan pertama tersebut, yaitu dibatasi

potongan awal dan akhir.

Hitungan

menghasilkan

dilakukan

titik-titik

dengan

ketinggian

dapatkan

untuk

kedua

lapisan

tersebut:

atau

perhitungan melalui kontur. Sehingga perlu


dilakukan pekerjaan sipat datar luas, baik

Volume = (2H/6) x (A1 + 4A2 + A3)


Kalau naik lagi selanjutnya didapatkan
persamaan lain, yaitu :

secara langsung ataupun tak langsung.

Volume = (2H/6) x (A3 + 4A4 + A5)

1. Volume dari titik tinggi


Dalam cara A yaitu volume dengan

Kalau

menghitung

titik

ketinggian,

maka

lapisan

pengukuran

yang

dilakukan

adalah

ukuran sipat datar luas, yaitu sipat datar

dijumlahkan,
kontur

ini

kedua
akan

volume

didapatkan

bahwa penjumlahannya Volume total :


(H/3) x {A1 + A5 + 2A3 + 4 x (A2 + A4)}

luas tak langsung membuat patok-patok


persil serta mengukur ketinggian titik

Rumus di atas sangat mirip dengan


rumus Simpson yang umum, yaitu luas

sudut setiap persil.

potongan
2. Volume garis kontur

awal

ditambah

dua

kali

potongan ganjil ditambah jumlah empat

Cara untuk menghitung daerah yang


luas ini adalah dengan menggunakan
kontur. Setelah diperhatikan ternyata

kali potongan genap. Sehingga yang


mudah kita dapat menghitung volume
tersebut.

bentuk kontur tersebut mirip dengan


bentuk

prisma.

bahwa

bidang

Sehingga
yang

andaikan

dibentuk

oleh

Sumber-sumber galat
Beberapa Galat yang biasa ada pada

sepasang kontur merupakan potongan-

penentuan

potongan yang ada dalam perhitungan

pekerjaan tanah adalah:

di muka. Sehing ga volume suatu daerah

1. Membuat

dapat dihitung dengan menggunakan


rumus prisma dengan mengambil 3
bidang kontur.

luas

tampang

Galat

dan

dalam

volume

pengukuran

tampang melintang
2. Kelalaian

memakai

dimana dibenarkan.

rumus

prismoidal

421

14 Perhitungan Galian dan Timbunan

3. Memakai angka luas tampang melintang

2. Gambarkan

melebihi ft persegi terdekat, atau melebihi

penampang

batas

bersangkutan

yang

dimungkinkan

oleh

data

perbedaan

lapangan.
4. Memakai angka volume melebihi yard

masing-masing

irisan

melintang

yang

dan

tinggi

perlihatkan

muka

tanah

asli

dengan tinggi permukaan perkerasan


yang direncanakan.

persegi terdekat.

3. Dengan menggunakan Planimetri atau

Kesalahan-kesalahan besar

milimeter kolom hitung masing -masing


Beberapa

kesalahan

khas

yang

dibuat

dalam hitungan pekerjaan tanah adalah:


1. Mengacaukan

tanda-tanda

dengan cermat.

aljabar

dalam hitungan luas ujung memakai

2. Memakai persamaan untuk hitungan


volume stasiun angka bulat padahal
yang ada adalah stasiun angka pecahan

bentuk

Sebagai pedoman dalam perhitungan luas


bidang

metode koordinat

3. Memakai

luas penampang galian dan timbunan

volume

luas

ujung

pyramidal

atau

bentuk

galian

beberapa

dan

bentuk

timbunan
gambar

di

atas,

penampang

melintang untuk pekerjaan jalan raya yang


kiranya perlu dicermati dengan seksama.

untuk
paju

(wedgeshaped)
4. Mencampur adukkan kuantitas galian
dan timbunan

14.4 Pengolahan data g alian dan

Gambar 403. Penampang melintang jalan ragam 1

timbunan
Untuk menghitung galian dan timbunan
tanah

berdasarkan

melintang.

irisan

Pengolahan

data

penampang
dilakukan

dengan cara sebagai berikut :


1. Tempatkan
digunakan
melintang.

titik
untuk

mana
irisan

yang

akan

penampang
Gambar 404. Penampang melintang jalan ragam 2

422

14 Perhitungan Galian dan Timbunan

= Volume galian atau timbunan


3

tanah (m )
A1 = Luas

bidang

galian

atau

timbunan pada titik awal proyek


(m 2)
A2 = Luas

bidang

timbunan

galian

atau

pada

irisan
2

penampang berikutnya (m )
d

Gambar 405. Penampang melintang jalan ragam 3

= Panjang antara 2 (dua) titik irisan


melintang (m)

4. Setelah

luas

penampang
selanjutnya

masing -masing
melintang

hitung

volume

irisan

diperoleh,

5. Hitung total jumlah volume galian dan


timbunan tanah tersebut.

timbunan

masing-masing dengan rumus sebagai

Untuk

berikut :

perhitungan digunakan format tabel

Volume = ( a1 + a2 ) x d
2

mempermudah

14.1 berikut sebagai salah satu contoh.

Keterangan :
Tabel 40. Tabel perhitungan galian dan timbunan

STA

dalam

Luas Penampang (m2)


Galian

Timbunan

Sta. awal

G1

T1

Sta. A

Ga

Ta

Sta. B

Gb

Tb

Sta. C

Gc

Tc

:
:

Volume (m3)

Jarak
(meter)

Galian

Timbunan

d1

G1 + Ga
.d 1
2

T1 + Ta
.d1
2

d2

Gb + Gc
.d 2
2

Tb + Tc
.d2
2

dst

dst

dst

dst

dst

dst

Total

? Gn

? Tn

? dn

?Vol G

? Vol T

423

14 Perhitungan Galian dan Timbunan

= Berat jenis tanah dalam

14.5 Perhitungan galian

keadaan asli.

dan timbunan
a.

= Berat jenis tanah dalam


keadaan lepas.

Perubahan volume tanah akibat

Cara lain yang digunakan adalah dengan

galian
Materi yang terdapat di alam itu berada

menggunakan load factor , yaitu persentase


pengurangan dalam berat jenis (density)

dalam keadaan padat dan terkonsolidasi.

dari suatu material pada keadaan asli


dengan baik, sehingga hanya sedikit bagian-

menjadi pemindahan tanah didasarkan pada

bagian yang kosong atau terisi udara di

pengukuran material dalam keadaan asli.

antara butir-butirnya, terutama bila butir-butir


Persamaan yang digunakan adalah :

tersebut sangat halus.


Tetapi jika material tersebut digali, maka
akan

terjadi

pengembangan

Load factor =

Berat jenis tanah gambur (lb/curf)


Berat jenis tanah asli (lb/curf)

Load factor =

volume jenis tanah asli (curf/lb)


volume jenis tanah lepas (curf/lb)

volume

(swelling). Besarnya swelling ini tidak sama


untuk setiap jenis tanah, bergantung pada
berat jenis tanah. Pengembangan volume ini

Atau volume tanah keadaan asli = load

dinyatakan dengan swell factor

factor x volume tanah gembur.

yang

dalam

persen.

Sebagai

contoh

misalnya untuk tanah liat. Bila tanah liat

Sw = B 1 x100 % = 1 1 x 100 %
L

tersebut di alam mempunyai volume 1 m ,


maka setelah digali menjadi 1,25 m3. Artinya

Swell (%)

B/ L

1
%
Load factor 100

terjadi penambahan volume sebesar 25 %.


Dengan

demikian

tanah

liat

tersebut

mempunyai S
welling Factor 0,80 atau 80
%.

b. Perubahan

volume

tanah

akibat

timbunan
Dalam pekerjaan tanah yang dimaksud

Untuk menentukan besarnya swell factor ini

dengan

digunakan persamaan :

dipadatkan untuk tujuan tertentu. Misalkan

Sw =

(B L ) 100 %
L

Dimana : SW = Swelling factor.

untuk

timbunan

membuat

adalah

badan

tanah

jalan,

yang

tanggul,

bendunga n dan lain-lain, dengan demikian


akan terjadi perubahan volume. Volume ini
sering

disebut

(shringkage)

volume

penyusutan

424

14 Perhitungan Galian dan Timbunan

Tabel 41. Daftar load factor dan procentage swell dan berat dari berbagai bahan

MATERIAL

Lb/BCY

% Selt

Lb/LCY

Load factor
(%)

Bauksit
Caliche
Cinders
Karnotit, Bijih Uranium
Lempung, Tanah Liat Asli
Kering untuk digali

3200
3800
1450
3700
3400
3100

33
82
52
35
22
11

2400
2100
950
2750
2800
2500

75
55
66
74
82
81

Basah untuk digali


Lempung dan kerikil
kering

350

25

2800

80

2800

41

2000

74

3100

11

2800

74

2700
2500
2150

35
35
35

2000
1850
1600

74
74
74

1900

35

1400

74

4700

43

3300

70

3850

33

2900

75

3300

25

2550

80

3200
3400
2600
4600
3650
2850
3200
3800
3400
3550

25
27
23
64
12
12
12
12
27
75

2550
2700
2100
2800
3250
2550
2850
3400
2700
4050
3050

80
79
81
61
89
89
89
89
79
57

4700

75

2700

57

Lempung dan kerikil


Basah
Batu bara : antrasit muda
Batu bara : Tercuci
Batu bara : Bitumen
muda
Batu bara : Tercuci
Batuan lapukan
75%
batu
25%tanah
biasa
50% batu 50% tanah
biasa
25% batu
75% tanah
biasa
Tanah-Kering Padat
Tanah-Basah
Tanah-Lanau (Loam)
Batu granit-pecah
Kerikil, siap pakai
Kering
Kering , 2 (6-51mm)
Basah , 2 (6-51mm)
Pasir dan tanah liat-lepas
Pasir dan tanah liat-pa dat
Gips dengan pecahan
besar
Gips dengan pecahan
kecil

425

14 Perhitungan Galian dan Timbunan

Tabel 42. Daftar load factor dan procentage swell dan berat dari berbagai bahan

MATERIAL

Lb/BCY

% Selt

Lb/LCY

Load factor
(%)

Hematit, bijih besi


Batu kapur-pecah

4900
4400

18
69

4150
2600

85
59

Magnetit, bijih besi


Pyrit, bijih besi
Pasir batu
Pasir-Kering lepas
Pasir-Sedikit basah
Pasir-Basah
Pasir & Kerikil-Kering
Pasir & Kerikil-Basah
Slag-Pecah
Batu-Pecah
Takonit

5500
5100
4250
2700
3200
3500
3250
3750
4950
4950
71009450

18
18
67
12
12
12
12
10
67
67
75 7 2

4700
4350
2550
2400
2850
2900
2900
3400
2950
2700
41005400

85
85
60
89
89
89
89
91
60
60

2300

43

1600

70

4400

49

2950

67

Tanah permukaan
(Top soil)
Traprock - pecah

Besarnya persentase shringkage adalah :


Sh =

1 x100 %
C

menjadi bentuk segitiga, persegi panjang


atau trapesium.

Sh = % Penyusutan (shringkage).
= Berat jenis tanah keadaan asli
(Lb/curf)
C

Perhitungan Luas Penampang,


Pada cara sederhana penampang dibagi

Dimana :

57 5 8

Berat

Contoh :
Misal akan dihitung volume dari galian
sebagai berikut :

jenis

tanah

pada

(lb/curf)
X1

c.

X2

Perhitungan Galian dan Timbunan

Untuk

menghitung

volume

galian

atau

timbunan dari suatu badan jalan atau

h2

d
h1

saluran misalnya, maka harus diketahui dulu


luas penampangnya. Dalam menghitung

a
b

luas penampang dapat dilakukan beberapa


cara

seperti:

cara

koordinat dan lain-lain.

sederhana,

cara

Gambar 406. Penampang trapesium

426

14 Perhitungan Galian dan Timbunan

= ( [y1 (x4 - x2) + y2 (x1 - x3) + y3 (x2

Luas galian :
L = [d (X1 + X2) + aha1 + (b-a) h 2]

+ x4) + y4 (x3 + x1)]


atau : (yn (xn- 1 xn+1))

Kalau a = b maka,

cara lain untuk 2 kali luas adalah:

L= [d (X1 + X2) + b (ha1+ h 2)]

2A = (x1y2 + x2y3 + x3y4 + x4y1) - (y1x2


Untuk menghitung luas timbunan :

+ y2x3 + y3x4 + y 4x1)


2A = xn Xn+1 yn xn+1

b
C

B
h2

1
A m

atau dapat juga dinyatakan sebagai berikut:

b + 2mh2

y1 y 2 y 3 y 4 y1
/
/
/
/
x1 x 2 x 3 x 4 x1

h1

Perbanyaklah

yang

menurut

ditandai

dan

diagonal-diagonal
jumlahkan

semua

Gambar 407. Penampang timbunan

perbanyakan ini (semua positif). Kemudian

Luas = h 2 (2b + 2 mh2) + (h1 h2) x

perbanyak menurut diagonal-diagonal yang


tidak ditandai dan jumlahkan perbanyakan

(b + 2 mh 2)

ini (semua negatif). Selisih dari kedua hasil

= bh2 + hi (b+2mh2)
Hitungan luas dengan cara koordinat,

penjumlahan ini merupakan 2 kali luas


bidang 12341.

Pada perhitungan penampang yang hanya

terdiri galian saja atau timbunan saja,


sebagai sumbu-sumbu diambil canter-line

dan dasar jalan.

Pada penampang di lereng yang terdiri dari

1
X

galian dan timbunan, maka sumbu vertikal


diambil pada perpotongan dasar jalan dan
lereng. Jadi cut (galian) dan fill (timbunan)

Gambar 408. Koordinat luas penampang

dihitung tersendiri.

Luas 12341 adalah :

Biasanya pada hitungan di dapat harga

= ( [(x1 + x2) (y2 + y1) + (x2 + x3) (y3 +


y2) (x1 + x4) (y4 y1) + (x2 + x4) (y3 +y4)

positif untuk cut dan negatif untuk fill.

427

14 Perhitungan Galian dan Timbunan

Kalau kita bandingkan antara VA dan VP

d. Perhitungan Volume
Cara yang paling mudah untuk menghitung
volume adalah dengan mengambil luas ratarata bidang awal dan bidang akhir kemudian
dikalikan dengan jarak L.

pasti ada perbedaan yang disebut dengan


koreksi prismoida Kv. Jika Kv ditambahkan
pada VA , maka hasilnya akan mendekati VP .
Jadi : Kv = VP - VA

Jadi volume adalah :


Kv =

VA = (A1 + A2) L m 3

L
3
(D1 D 2 ) (x1 x2) m
12

Dimana besaran-besaran d, x dan L adalah

Dimana : A1 = luas bidang awal

seperti gambar dibawah ini :

A2 = luas bidang akhir


L = jarak antara A1 dan A 2

X2
Hasil ini cukup baik kalau daerahnya rata,

jadi penampang-penampang antara A1 dan


A2

tidak

jauh

beda.

Karena

cara

ini

sederhana sekali, maka sering dipakai dan

D2

dianggap sebagai formula standar untuk


pemindahan tanah.

D1
X1

Cara yang lebih teliti adalah dengan rumus


prismoida :

VP =

L
( A1 + 4 Am + A1 )
B

Dimana :
VP

= Volume dengan rumus prismoida.

= Jarak antar bidang awal A1 dan


bidang akhir A2.

Am

= Bidang tengah antara A1 dan A2 dan


sejajar dengan kedua bidang ini.

Cat : Am bukan rata-rata dari A1 dan A2


Am (A1 + A2)

Gambar 409. Volume trapesium

Contoh Soal:
1.

Gambar berikut ini merupakan suatu


penampang galian. Penampang dibagi
dalam dua bidang A1 dan A2, masingmasing mempunyai koordinat seperti
tergambar.

Hitunglah

penampang galian !

seluruh

luas

428

14 Perhitungan Galian dan Timbunan

3/12

2,5/8

2/0
1,5/10

A1
0/6

A2

Gambar 410. Penampang galian

Penyelesaian :
Untuk sebelah kiri,

0 0 3 2,5 2 0
/ / /
/ /
0 6 12 8 0 0
Luas 2 A1 = 0 + 18 + 30+ 16+ 0 (0 + 0 + 24 + 0 + 0)
= 64 24
= 40 m 2
Untuk sebelah kanan,

0 0 1,5 2 0
/ /
/ /
0 6 10 80 0
Luas 2 A2 = 0 + 9 + 20+ 0 (0 + 0 + 0 + 0)
= 29 0
= 29 m 2
Luas seluruh penampang :

A=

1
( 40 + 29)
2

= 34,50 m 2

0/6

0/0
6

429

14 Perhitungan Galian dan Timbunan

2.

Gambar berikut ini merupakan suatu

Untuk sebelah kanan,

penampang

0 2 2 ,5 1,5 0 0
/ /
/
/ /
0 0 3 9 6 0

timbunan.

Penampang

dibagi dalam dua bidang A1 dan A2,


masing-masing

mempunyai

koordinat

seperti tergambar. Hitunglah seluruh


luas penampang timbunan !

Y
0/0

0/6

0/6

1
2
1,5/9
A1

A2
2,5/3

2,5/11
2/2
Gambar 411. Penampang timbunan

Luas 2 A2 = 0 + 0 + 4,5+ 0 + 0 (0 + 9 +
Penyelesaian :

22,5 + 37,5)

Untuk sebelah kiri,

= 4,5 37,5
= 29 m

0 2 2,5 0 0
/ /
/ /
0 0 11 6 0

Luas seluruh penampang :

Luas 2 A1 = 0 + 0 + 0+ (0 + 15 +
+0)
= 64 24
= - 37 m

22

A=

1
( 37 33 ) = - 35 m 2
2

Berdasarkan gambar diatas, luas timbunan


sebesar 35 m 2.

430

14 Perhitungan Galian dan Timbunan

3. Berdasarkan gambar berikut ini hitunglah luas galian dan timbunan

C
3/4

2,5/9
1,5/4
6 cm

6 cm
0/7

0/0
0/5

2/6

3/13

Gambar 412. Penampang galian dan timbunan

Luas 2 A2 = 0 + 15 + 27,5 + 13,5 (0 +


0 + 27 + 10 + 0)

Penyelesaian :

= 56 37
Untuk timbunan ,

2 A2 = 19 m

A2 = 9,5 m 2

0 2 3 0 0
/ / / /
0 6 13 7 0

Sehingga diperoleh luas penampang

Luas 2 A1 = 0 + 18 + 0+ 0 (0 + 26 +

galian (A2) = 9,5 m

21 + 0)
= 18 47
2 A1 = - 29 m
A1

14.6

Penggambaran Galian

dan Timbunan

= -14,5 m 2

Sehingga diperoleh luas penampang


timbunan (A1) = -14,5 m

Penggambaran

galian

dan

timbunan

dilakukan pada setiap titik irisan penampang


melintang,

sejumlah

titik

yang

telah

Untuk galian,

ditentukan sebelumnya. Berikut beberapa

0 0 3 2 ,5 1,5 0
/ / /
/ /
0 5 11 9 4 0

contoh penggambaran galian dan timbunan.

14 Perhitungan Galian dan Timbunan

Gambar 413. Penampang melintang galian dan timbunan

431

432

14 Perhitungan Galian dan Timbunan

Model Diagram Model


Alir IlmuDiagram
Ukur Tanah
AlirPertemuan ke-14
Perhitungan Galian dan Timbunan
Perhitungan
Galian dan Timbunan
Dosen Penanggung
Jawab : Dr.Ir.Drs.H.Iskandar
Muda Purwaamijaya, MT

Peta Situasi
dengan GarisGaris Kontur

Galian dan Timbunan

Pengukuran
Sipat Datar Profil
Memanjang dan
Melintang di
Lapangan

Luas Rata-Rata Galian dan


Timbunan 2 Profil Melintang
dikalikan dengan jarak
mendatar antara 2 profil
melintang

Gridding (Kotak-Kotak Bujur


Sangkar)

meter
kubik

Perencanaan Kavling
Perumahan

Perencanaan Jalan dan


Jembatan

Perencanaan Bangunan Air

Teknologi Pemetaan Canggih


(Sophisticated Mapping)

Perangkat Lunak
CAD dan GIS

GPS
(Global Positioning System)

Total Station

Gambar 414. Diagram alir perhitungan galian dan timbunan

433

14 Perhitungan Galian dan Timbunan

Rangkuman
Berdasarkan uraian materi bab 14 mengenai perhitungan galian dan timbunan,
maka dapat disimpulkan sebagi berikut:
1.

Galian dan timbunan dapat diperoleh dari peta situasi yang dilengkapi dengan garisgaris kontur atau diperoleh langsung dari lapangan melalui pengukuran sipat datar profi l
melintang sepanjang koridor jalur proyek atau bangunan.

2.

Adapun Tujuan lain dari perhitungan galian dan timbunan sebagai berikut :
a.

Meminimalkan penggunaan volume galian dan timbunan pada tanah, sehingga


pekerjaan pemindahan tanah dan pekerjaan stabilitas tanah dasar dapat dikurangi,
waktu penyelesaian proyek dapat dipercepat, dan biaya pembangunan dapat seefisien mungkin.

b.

Untuk menentukan peralatan (alat-alat berat) yang digunakan pada pekerjaan galian
maupun timbunan, dengan mempertimbangkan kemampuan daya operasional alat
tersebut.

4.

Sebelum memulai perhitungan galian dan timbunan, pekerjaan diawali dengan


pematokan (stake out). Pematokan bertujuan untuk menandai wilayah mana saja yang
akan terkena galian dan timbunan, atau bagian-bagian di lapangan yang menjadi bakal
proyek. Setelah pekerjaan stake out selesai, pekerjaan galian dan timbunan dapat
dimulai dengan mengolah data yang diperoleh dari lapangan untuk selanjutnya diolah.
Ada tiga sistem utama yang dipakai: metode tampang melintang, metode luas satuan
atau lubang galian sumbang dan metode luas garis tinggi.

5.

Beberapa kesalahan khas yang dibuat dalam hitungan pekerjaan tanah adalah:
a.

Mengacaukan tanda-tanda aljabar dalam hitungan luas ujung memakai metode


koordinat.

b.

Memakai persamaan untuk hitungan volume stasiun angka bulat padahal yang ada
adalah stasiun angka pecahan.

c.

Memakai volume luas ujung untuk bentuk pyramidal atau bentuk paju
(wedgeshaped). Mencampur adukkan kuantitas galian dan timbunan.

434

14 Perhitungan Galian dan Timbunan

Soal Latihan
Jawablah pertanyaan pertanyaan dibawah ini!
1.

Sebutkan beberapa kesalahan khas yang dibuat dalam hitungan pekerjaan tanah?

2.

Penggambaran galian dan timbunanan dilakukan pada setiap titik irisan penampang
melintang. Berikan beberapa contoh penggambaran galian dan timbunan?

3.

Apa tujuan lain dari perhitungan galian dan timbunan?

4.

Sebelum memulai perhitungan galian dan timbunan, pekerjaan diawali dengan


pematokan. Apa tujuan dari pematokan? Serta sebutkan cara dan prosedur-prosedur
pematokan?

5.

Materi yang terdapat di alam berada dalam keadaan padat dan terkonsolidasi dengan
baik, sehingga hanya sedikit bagian -bagian yang kosong atau terisi udara di antara butirbutirnya. Apa yang terjadi jika material tersebut digali? Bagaimana cara menghitung
vulume galian dan timbunan, serta berikan contoh dan gambarnya?

435

15.Pemetaan Digital (Digital Mapping)

15. Pemetaan Digital (Digital Mapping)


1. Raster

15.1 Pengertian pemetaan digital

Merupakan format data dengan satuan pixel


(resolusi/kerapatan)
Peta adalah sarana informasi (spasial)
mengenai

lingkungan.

Pekerjaan

pekerjaan teknik sipil dan perencanaan,


dasarnya membutuhkan peta-peta dengan
berbagai macam jenis tema dan berbagai
macam jenis skala

informasi muka bumi yang fakta (dunia


nyata), baik bentuk permukaan buminya
maupun sumbu alamnya, berdasarkan skala
peta, system proyeksi peta, serta symboldari

unsur

muka

bumi

yang

disajikan. Kemajuan di bidang teknologi


khususnya

di

dalam

satuan ppi (pixel per inch). Tipe format ini


tidak bagus digunakan untuk pembuatan
peta digital, karena akan terjadi korupsi data
ketika

dilakukan

pembesaran

atau

pengecilan. Contoh format data raster :


bitmap (seperti tiff, targa, bmp), jpeg, gif,

Pemetaan adalah suatu proses penyajian

symbol

ditentukan

bidang

computer

dan terbaru PNG.


2. Vektor
Merupakan format data yang dinyatakan
oleh

satuan

koordinat

(titik

dan

garis

termasuk polygon) format ini yang dipakai


untuk pembuatan peta digital atau sketsa.
Contoh format ini : dxf (autocad), fix (xfig),
tgif (tgif), dan ps/eps (postscrift).

mengakibatkan suatu peta bukan hanya


dalam bentuk nyata (pada selembar kertas,
real maps, atau hardcopy), tetapi juga dapat
disimpan dalam bentuk digital, sehingga

15.2 Keunggulan
pemetaan
digital dibanding pemetaan
konvensional

dapat disajikan pada layar monitor yang


dikenal dengan peta maya (Virtualmaps
atau softcopy).
Pemetaan

digital

adalah

suatu

proses

Tabel 43. Keunggulan dan kekurangan pemetaan


digital dengan konvensional
Pemetaan digital

Pemetaan Konvensional

Penyimpanan

Skala

Pemanggilan Kembali

Cek manual

Pemutahiran

Mahal

Analisa Overlay

Memakan waktu dan

sesuai keinginan pembuatnya baik dalam


jumlah atau skala peta yang dihasilkan.

standar

berbeda

pekerjaan pembuatan peta dalam format


digital yang dapat disimpan dan dicetak

dan

dan

memakan

waktu

tenaga

Format digital terdiri dari 2 macam


Analisa Spasial

Rumit

Penayangan

mahal

436

15.Pemetaan Digital (Digital Mapping)

15.3

Bagian - bagian pemetaan


digital

Pemetaan digital terdiri dari perangkat


keras, perangkat lunak, tenaga kerja, dan
perangkat intelegensia.
15.3.1 Perangkat keras
Komponen
Pemetaan

dasar
Digital

Gambar 416. Perangkat keras Scanner

perangkat
dapat

keras

dikelompokan

- Sistem masukan terdiri dari :


1. Data tekstual (atribut), dapat ditinjau dari

sesuai dengan fungsinya antara lain

data hidrologi, geologi teknik, tata guna


a. Peralatan pemasukan data, misalnya
papan

digitasi

(digitizer),

Penyiam

(scanner), keyboard, disket dan lain-lain.


b. Peralatan penyimpanan dan pengolahan
data,

yaitu

perlengkapannya
papan

ketik

komputer
seperti

(keyboard),

dan
monitor,

unit

pusat

lahan, data geometris dan data-data


lainnya.
2. Data grafis atau peta terdiri dari petapeta topografi dan peta-peta tematik.
3. Sistem pemrosesan dan penyimpanan
terdiri dari :
1. Pemrosesan

data

dapat

unit), cakram keras (hard-disk), floppy

dihubungkan dengan informasi grafis

disk,dan flashdisk

tetapi dapat juga bergantung pada

printer dan plotter

atau

berkaitan

sendiri

yaitu

pengolahan (CPU- central processing

c. Peralatan untuk mencetak hasil seperti

berdiri

tekstual

dengan

tanpa

informasi

grafis.
2. Pemrosesan

data

grafis

manipulasi

penyajian

pembuatan

peta-peta

penggabungan
kodifikasi

informasi

penyajian

meliputi
grafis,
tematik,
grafis,
dengan

atributnya, overlay atau penumpukan


tema tertentu, pembuatan legenda,
perhitungan luas suatu area atau
Gambar 415. Perangkat keras

kurva, perhitungan jarak, pembuatan


garis kontur untuk tema tertentu,

437

15.Pemetaan Digital (Digital Mapping)

perhitungan beda tinggi, orientasi

- Survei

relatife dan orientasi absolute posisi-

Keluaran akhir dari pemrosesan data


suatu

tabel-tabel,

- Laporan

berhubungan
petanya,

dicetak

kepentingan

berdasarkan

dan

- Laporan

keinginan

pengguna.

penyimpanan, pemanggilan pemanipulasian


dari analisis data untuk melengkapi serta
untuk penyajian informasi. Perangkat lunak
biasanya

mempunyai

fasilitas database koordinat baik 2 dimensi


maupun 3 dimensi yang dilengkapi pula
hubungan

fungsional

kesatuan

ada
dan

serta
features

grafis

yang

spasial berikut keberadaannya.

digunakan untuk konversi, penggambaran,

dengan

serta

yang

- Informasi kuantitatif hasil dari analisis data

Perangkat lunak yaitu alat atau media yang

digunakan

karakteristik

berhubungan dengan aplikasi kajian,

15.3.2 Perangkat lunak

yang

(atribut,

topologi

Hasil ini dicetak sesuai format yang


dan

model

fungsional),

laporan-laporan, grafik atau peta.

berlaku

dari

orientasi absolute
- Laporan-laporan

3. Sistem keluaran

berupa

langsung

- Survei lapangan,

posisi dan lain sebagainya.

dapat

digitasi

antar

muka

sistem

Informasi-informasi diatas dapat diperoleh


langsung atau diperoleh setelah dilakukan
manipulasi dan analisis lebih lanjut.
x Tenaga kerja
Tenaga

kerja

yang

dilibatkan

pada

pemetaan digital biasanya relatif sedikit dan


dapat terdiri dari operator produksi data.
Tenaga kerja termasuk kedalam pengguna
kelas pertama dan pengguna kelas kedua .

masukan dan sistem keluaran.


15.3.2.1 Sistem Masukan dan Keluaran

Pengguna kelas pertama :


pemrograman

aplikasi

Bagian teratas dari diagram memperlihatkan

bertanggung

sistem

program-program

masukan

yang

menghasilkan

sumber informasi atau dari sumber-sumber


yang berbeda-beda dan terdiri dari :
- Hasil digitasi peta-peta topografi yang telah
ada atau dari peta-peta ortofoto,

dalam
aplikasi

yang

penulisan
untuk

eksplorasi basis data.

informasi kepada basis data topografi digital.


Masukan ini dapat diperoleh dari suatu

jawab

tertentu

Pengguna kelas dua :


Pengguna akhir yang dapat mengakses
dan memanggil kandungan basis data
dari suatu terminal komputer atau stasiun
kerja

(workstation)

penunjang tertentu.

untuk

komunitas

438

15.Pemetaan Digital (Digital Mapping)

Perangkat Intelegensia

Sistem keluaran

Perangkat intelegensia melibatkan pakar

Sistem keluaran data dapat berupa

komputer, pakar geodesi, dan pakar

hardcopy,

pemrograman

pembangunan

keluaran hardcopy berupa suatu media

sistem untuk menghasilkan otomatisasi

penyajian permanen. Keluaran softcopy

pembuatan peta. Perangkat intelegensia

adalah keluaran dalam bentuk penyajian

termasuk pengguna kelas ketiga.

di layar komputer, keluaran softcopy

serta

softcopy,

atau

elektronik

digunakan sebagai pedoman interaksi


Pengguna kelas ketiga :

bagi operator untuk mengevaluasi hasil

Administrator batas basis data, yaitu

di layar sebelum hasil akhir tersebut

orang atau sekelompok orang yang

dicetak.

Pengajian

bertanggung jawab dalam pengawasan

softcopy

biasanya

sistem basis data secara keseluruhan.

sebagai keluaran akhir karena ukurannya

15.3.2.2 Sistem pengubah peta analog

yang relatif kecil serta kekurangan dalam

dalam
tidak

bentuk

digunakan

kualitas data jika disajikan dalam citra

menjadi peta digital

fotografi dan elektronis. Keluaran dalam


-

Sistem masukan

bentuk

Data analog yang akan didigitalisasikan


terdiri dari data grafis dan data atribut.
Kedua jenis data ini berbeda prinsip

Sistem

masukan

terdiri

komputer.

Keluaran

elektronik

ini

dari

dalam

file-file
bentuk

dimaksudkan

untuk

pemindahan data ke system komputer

pemasukan datanya kedalam lingkungan


komputer.

elektronis

lain untuk penambahan analisis atau

untuk

menghasilkan

mengubah peta analog menjadi peta

keluaran

hardcopy

ditempat lain.

digital dapat dilakukan melalui papan


ketik

(keyboard),

alat

digitasi

peta

Sistem penyimpanan

(digitizer) dan alat pemindai (scanner).

Sistem

Media pemasukan ini dipilih berdasarkan

berbentuk kaset, hard disk, compact disk,

jenis datanya dan ketelitian data yang

disket,atau flashdisk.

diinginkan. Untuk data atribut biasanya

penyimpanan

data

dapat

Sistem pengolahan

dilakukan melalui papan ketik, untuk data

Sistem pengolahan data peta digitall

grafis biasanya dilakukan melalui digitasi

dapat ditunjang oleh berbagai macam

atau alat scan. Pemasukan data tersebut

processor yang dilengkapi pemroses

beracuan pada jenis datanya.

numeris dan memori pengaksesan data


acak (RAM)

439

15.Pemetaan Digital (Digital Mapping)

- Sistem koordinat

tema yang berhubungan untuk

Sistem koordinat grafis pada CAD

jaringan irigasi atau tema lain

untuk aplikasi digital dapat dilakukan

yang memberikan andil dalam

secara absolute, relatife, atau polar.

perencanaan irigasi.
Tampilan untuk topografi kajian.

Fasilitas-fasilitas pemotongan garis,


penyambungan

garis

pembuatan

Peta-peta topografi sebagai suatu

sudut menyiku, pengulangan grafis,

basis

penggabungan

perencanaan

grafis,

pemisahan

informasi

untuk

sistem

irigasi

harus
yang

grafis, pembuatam kotak, pembuatan

menyajikan

tema-tema

lingkaran,

berhubungan

dengan

pembuatan

ellips

dan

fasilitas-fasilitas

lain

untuk

penggambaran

dapat

mudah

geologi, dan tata guna lahan.


2. Informasi sistem geologi terdiri dari

dilakukan diperangkat lunak CAD.


Sejalan

dengan

kemajuan

hidrologi,

batas batuan, nama batuan, sesar,


kekar, dan morfologi.

teknologii

komputer beserta perangkat lunaknya, maka

Informasi

informasi pada peta telah diubah menjadi

hidrologi

suatu bentuk data digital yang siap dikelola.

sungai,

Oleh karena itu, pekerjaan pemetaan saat

daerah aliran sungai utama atau

ini tidak hanya membuat peta saja, tetapi

satuan wilayah sungai, posisi-

mengelolanya menjadi informasi spasial

posisi stasiun curah hujan, stasiun

melalui pengembangan basis data. Basis

iklim, stasiun penduga air dan

data tersebut dapat diolah lebih lanjut

nama-nama stasiun tersebut.

sehingga

dapat

menghasilkan

penyajian
terdiri
nama

guna

dibutuhkan

peruntukan

para

perencana

atau

pengambilan keputusan.
a. Tahap dalam pemetaan digital
1. Membangun basis geografi

jaringan

sungai,

batas

Informasi penyajian sistem tata

berbagai

informasi kebumian (geoinformasi) yang


oleh

dari

sistem

lahan

terdiri
lahan

dari

batas
nama

peruntukan lahan.
3.

untuk pemetaan sistem irigasi ini,


seluruh

data

yang

dibutuhkan

dimasukkan kedalam bentuk digital.


Resolusi peta dan akurasi yang
tersaji pada basis lahan geografi
tidak seluruhnya memenuhi syarat
untuk tema-tema lain, baik tema-

Peta-peta berbagai jenis dalam bentuk


lembaran diubah menjadi peta-peta digital
dan diklasifikasikan penyajiannya kedalam
penyajian garis, kurva atau titik. Informasi-

440

15.Pemetaan Digital (Digital Mapping)

informasi

atribut

komputer

dan

dimasukkan

kedalam

tanah untuk menprediksi sifat dan ciri tanah

terhadap

keseluruhan area survai dalam Sistem

penyajian-penyajian grafis yang bersesuaian

Informasi Geografis. Dengan kata lain PTD

dengan suatu penghubung yang unik baik

adalah

berupa koordinat atau identifier. Informasi

digital.

dihubungkan

atribut dan informasi grafis yang telah


dihubungkan

tersebut

melalui

media

perangkat lunak dan perangkat keras yang


ada diharapkan lebih dapat mengoptimalkan
perencanaan jaringan irigasi.

proses

Namun

kartografi

PTD

tanah

secara

bukan

mentransformasikan

berarti

peta-peta

tanah

konvensionil menjadi digital. Proses PTD


menggunakan

informasi-informasi

dari

survei tanah lapangan digabungkan dengan


informasi tanah secara digital, seperti citra

15.4 Peralatan,
bahan
dan
prosedur pemetaan digital

(image) remote sensing dan digital elevation


model. Dibandingkan dengan peta tanah
konvensional, dimana batas-batas tanah

15.4.1 Pemetaan tanah digital (disingkat


PTD) atau digital soil mapping

digambar

secara

pengalaman

manual

surveyor

berdasarkan

yang

subyektif.

Era informasi ditandai dengan pemanfaatan

Namun dalam PTD teknik-teknik automatis

teknologi komputer, teknologi komunikasi

dalam

dan teknologi proses secara terintegrasi,

digunakan

untuk

informasi tanah dengan lingkungannya.

mewujudkan

masyarakat

yang

Sistem
untuk

Informasi

Geografis

menproses

informasi-

semakin nyaman dan sejahtera. PTD dapat


didefenisikan

sebagai

penciptaan

dan

a. Data spasial

pengisian sistem informasi tanah dengan

Data spasial adalah data yang memiliki

menggunakan

observasi

referensi ruang kebumian (georeference) di

yang

mana berbagai data atribut terletak dalam

data

berbagai unit spasial. Sekarang ini data

lapangan
digabungkan

metode-metode

dan

laboratorium

dengan

pengolahan

secara spatial ataupun non-spatial. Metode

spasial

PTD

perencanaan

menggunakan

variabel-variable

menjadi

pembentuk tanah yang dapat diperoleh

pengelolaan

secara digital (misalnya remote sensing,

berkelanjutan

digital elevation model, peta-peta tanah)

nasional,

untuk

Pemanfaatan

mengoptimasi

lapangan.

Tujuan

survai
PTD

tanah

di

adalah

menggunakan variabel-variabel pembentuk

meningkat

media

penting

untuk

pembangunan
sumber
pada
regional

daya

dan

alam

cakupan
maupun

yang

wilayah
lokal.

data

spasial

semakin

setelah

adanya

teknologii

pemetaan digital dan pemanfaatannya pada

441

15.Pemetaan Digital (Digital Mapping)

Sistem Informasi Geografis (SIG). Informasi

b. Spesifikasi peta digital

spasial adalah salah satu informasi yang


harus ada dan menjadi tulang punggung

Peta digital yang dapat diandalkan adalah

keberhasilan perencanaan pembangunan

yang

masyarakat di atas.

nasional bahkan internasional, cepat proses

memiliki

data

terintegrasi

secara

produksinya, akurat datanya serta terjamin


Penuangan informasi spasial dalam bentuk

proses pemutakhirannya.

peta digital sangat dihajatkan dikarenakan


hal-hal berikut:

3. Antisipasi

1. Fleksibilitas

penggunaannya

berbagai

kepentingan

untuk

Pemetaan digital mencoba menerapkan tek-

sektoral

nologi mutakhir di bidang pemetaan yang


seoptimal mungkin memanfaatkan teknologi

pembangunan.
2. Semakin

meluasnya

komputer

personal

penggunaan

dengan

berbagai

fasilitas untuk penampilan data grafis.


3. Semakin

meluasnya

pemanfaatan

digital. Dibandingkan dengan proses pemetaan sebelumnya, pada pemetaan digital


terjadi reduksi tahapan proses produksi
pemetaan dan reduksi waktu produksi yang

Sistem Informasi Geografis (SIG) yang

berarti.

berbasis

teknologi

peta

diharapkan

digital.

SIG

kontribusinya

semakin
dalam

membantu pengambilan keputusan pada


kebijakan yang terkait dengan penataan
dan pemanfaatan ruang.

Gambar 417. Peta lokasi

Pemetaan
pemetaan

digital
yang

menawarkan
menjamin

kecepatan dan ketepatan produksi peta.

442

15.Pemetaan Digital (Digital Mapping)

Gambar 418. Beberapa hasil pemetaan digital, yang dilakukan oleh Bakosurtanal

c. Yang unik pada pemetaan digital


Pemotretan

foto

udara

dikombinasikan

grid beraturan ditambah pada unsur-unsur

dengan teknologi penentuan posisi GPS

penting,

Kinematis. Ini mereduksi kebutuhan titik

Penambahan

kontrol lapangan yang memakan waktu lama

lapangan, pemisahan warna cetak sampai

dalam pengadaan dan sangat merepotkan

pembuatan desain kartografis

dalam pemeliharaannya.

hampir seluruhnya secara digital.

Kebutuhan titik kontrol lapangan dipenuhi

seperti

jalan

data

hasil

dan

sungai.

proses

cek

dilakukan

d. Produk

dengan pengukuran Differential GPS. Ini


menjamin integrasi data dengan kerangka
spasial nasional bahkan internasional.
Kompilasi data fotogrametris stereo plotting
dilakukan dengan pengkodean unsur yang
konsisten. Artinya sejak proses ini basis
data inisial telah tersusun. Kontur dihitung
dengan pengukuran data ketinggian pada

1. Titik Kontrol GPS, sangat bermanfaat


untuk

pengikatan

pemetaan

sektoral

kepada kerangka spasial nasional.

443

15.Pemetaan Digital (Digital Mapping)

e. Daftar produk pemetaan digital


1. Foto Udara skala 1:50.000 dan
1:30.000 (untuk kota-kota: Jakarta,
Bandung, Semarang, Yogyakarta,
Surabaya dan Kupang), berikut data
GPS Kinematik.
2. Titik Kontrol GPS sebanyak kurang
lebih 170 titik yang tersebar di
seluruh wilayah pemetaan.
Gamba 419. Salah satu alat yang dipakai dalam GPS

3. 9.950 Model Foto Udara untuk

type NJ 13

penghitungan triangulasi udara dan


2. Cek plot geografis, pada prinsipnya

pemetaan.

sudah dapat dimanfaatkan untuk aplikasi

4. 1.662 lembar peta skala 1:25.000

SIG sebagai masukan data dasar, atau

dalam bentuk cetakan dengan 5

dapat dimanfaatkan untuk pembuatan

warna.

peta-peta khusus, misalnya peta jaringan

5. Peta dalam format digital (pada


media CD-ROM) yang antara lain

jalan.

memuat
3. Peta digital, didistribusikan dalam media
CD-ROM

sangat

membantu

dalam

mempercepat pengadaan data spasial


dasar, siap digunakan oleh berbagai
kepentingan pemetaan sektoral, sebagai
pondasi pembuatan peta-peta tematik.
Akan disediakan juga produk peta dalam
bentuk cetak.

lapisan-lapisan

(layer):

jalan/komunikasi/transportasi,
pemukiman, vegetasi, perairan dan
kontur.

15.Pemetaan Digital (Digital Mapping)

Gambar 420. Hasil Foto Udara yang dilakukan di daerah Nangroe Aceh Darussalam yang dilakukan
pasca Tsunami, untuk keperluan Infrastruktur Rehabilitasi dan Konstruksi

444

445

15.Pemetaan Digital (Digital Mapping)

Gambar 421. Hasil foto udara yang dilakukan di daerah nangroe aceh darussalam yang dilakukan
pasca tsunami, untuk keperluan infrastruktur rehabilitasi dan konstruksi

Digital Elevation Model

(DEM) dengan

permudah dengan bantuan komputer mulai

kerapatan informasi ketinggian pada 100 x

dari pembacaan data di lapangan yang

10 meter.

dapat langsung di download ke komputer

I.

Upaya pengamanan data pemetaan

untuk pelaksanaan perhitungan poligon,


perataan penghitungan (koreksi) dan lain-

digital
Perkembangan teknologi komputer yang
semakin cepat, canggih dan berkemampuan
tinggi meliputi: kapasitas

memori

yang

semakin besar, proses data yang semakin

lain,

bahkan

sampai

pada

proses

pembuatan pemisahan warna secara digital


sebagai bagian dari proses pencetakan
peta.

cepat dan fungsi yang sangat majemuk

Perkembangan lainnya adalah dapatnya

(multi fungsi) serta semakin mudahnya

peta-peta yang telah ada melalui proses

komputer dioperasikan melalui beberapa

digitasi baik secara manual menggunakan

paket

digitizer/mouse

program,

berdampak

pula

pada

maupun

dengan

proses pembuatan peta. Pembuatan peta

menggunakan scanner menyebabkan data

secara konvensional secara teoritis dapat di

dalam peta dapat ditransfer dari peta analog

446

15.Pemetaan Digital (Digital Mapping)

ke peta digital dan data dapat di perbaharui

mengamankan

(ditambah maupun dikurangi dan lain-lain)

khususnya yang menyangkut daerah rawan,

sesuai kebutuhan pengguna.

obyek vital di wilayah Republik Indonesia.

Dengan berkembangnya teknologi satelit

a.

utamanya

satelit

navigasi

dipadukan

dengan

yang

teknologi

dapat

besar,

melalui

yakni

pemanfaatan

pembuatan
citra

satelit

peta
yang

diedit/diolah dengan komputer. Mudahnya


proses

pembuatan

peta

tersebut

juga

dibarengi dengan kemudahan dalam hal


memperbanyak,

mentransfer,

membuat

duplikat (copy) kedalam disket atau media


penyimpan/perekam
mempermudah

lainnya

untuk

sehingga

disebar

luaskan

Tidak menutup kemungkinan hal itu dapat


pula dilakukan terhadap peta-peta topografi
buatan Dittop TNI-AD, peta-peta buatan
TNI-AL,

peta-peta

buat-an

Dissurpotrud TNI-AU atau peta-peta lainnya


yang berklasifikasi rahasia. Dipandang dari
segi

pertahanan,

kepentingan

militer,

keamanan
maka

digital

Pembuatan dan penggunaan peta


digital.

Dengan

semakin

pembuatan

hal

dan
tersebut

merupakan kerawanan, dimana sampai saat

peta

mudahnya

proses

menyebabkan

banyak

pihak yang melibatkan diri dalam bidang


survei dan pemetaan, khususnya yang
bergerak dalam bidang penyediaan data
spatial (muka ruang bumi) sesuai dengan
keinginan pemesan/pengguna (user). Para
produsen
Selalu

akan

berusaha

untuk

dapat

memenuhi keinginan dan pesanan dari para


pengguna

ataupun diperjual-belikan.

Dishidros

pemetaan

komputer,

dampaknya terhadap bidang pemetaan juga


semakin

data

dan

cenderung

mengikuti

permintaan pasar. Pada umumnya pihakpihak

yang

berkaitan

lapangan

dengan

pekerjaannya

perencanaan

dan

pemanfaatan ruang seperti halnya bidang


transmigrasi,

kehutanan,

pertanian,

perumahan, pekerjaan umum, pengembang


perumahan dan lain-lain sangat membutuhkan peta sebagai salah satu sarana pokok
dalam membuat perencanaannya.

ini kita masih menekankan produk peta

Sulitnya prosedur perolehan peta topografi

tersebut di atas merupakan barang yang

merupakan salah satu faktor penyebab

berklasifikasi

mereka

(tergantung

rahasia
kadarnya),

memperolehnya

harus

dan

terbatas

alternatif

untuk

memperoleh

peta

prosedur

memberikan

informasi

dimana
melalui

mencari

lain

lain
yang

tentang

untuk
dapat
medan

yang telah ditetapkan.Tantangan yang kita

sebaik atau lebih baik dari peta topografi,

hadapi sekarang adalah bagaimana cara

dalam hal ini contohnya seperti peta rupa

447

15.Pemetaan Digital (Digital Mapping)

bumi

produk

Bakosurtanal.

Dengan

yang ditetapkan. Salah satu kesulitan

belakangan ini

dalam proses pemetaan dengan citra

beberapa bagian wilayah Indonesia telah

satelit adalah masih diperlukan proses

diliput

interpretasi data obyek yang ada pada

perkembangan teknologi

dengan

citra

satelit

dan

direkam/disimpan dalam media compact

citra

disk

pengecekan lapangan (field checking)

yang

dapat

dipesan

oleh

pihak

satelit,

sehingga

diperlukan

pengguna sesuai kebutuhan dan daerah

dan

yang dibutuhkan.

informasi tentang data yang dipetakan.

b. Pembuatan peta digital.

Namun kesulitan ini dapat diatasi sendiri

1. Ditinjau dari segi efisiensi pembuatannya


ada kecenderungan semakin banyak
pihak yang berkecimpung dalam pem
buatan peta digital, karena prosesnya
akan lebih singkat dibandingkan dengan
pembuatan peta secara konvensional.
2. Dengan memanfaatkan sistem digitasi
dengan digitizer (mouse) dan scanner
dalam proses digitasi peta-peta yang
telah ada, tidak menutup kemungkinan
peta-peta yang di klasifikasikan sebagai
dokumen rahasia akan diubah pula
menjadi peta lain dalam bentuk data

3. Pembuatan peta yang kemungkinannya


mudah

dikembangkan

adalah

dengan pemanfaatan citra satelit. Hal ini


disebabkan karena dengan orbit satelit
yang

pihak

lain

untuk

pengguna

melaksanakan

ketepatan

dengan

kegiatan

jalan

pengecekan

lapangan sendiri sesuai kebutuhan.


4. Sampai

saat

ini

yang

dapat

mengoptimalkan pemetaan secara digital


menggunakan

citra

satelit

dan

pemanfaatannya adalah pihak/lembagalembaga di luar negeri. Di Indonesia


sendiri baru akan dilaksanakan dan telah
dilaksanakan
arah

persiapan-persiapan

pemetaan

digital.

ke

Dengan

dikembangkannya pemetaan digital oleh


pihak-pihak

asing,

tidak

menutup

kemungkinan data mengenai wilayah

digital.

lebih

oleh

data/peta

setiap

saat

mengitari

bumi

termasuk wilayah Republik Indonesia,


membuat cakupan rekaman data tentang
kenampakan permukaan bumi wilayah
Indonesia dapat direkam semuanya dan
dapat dipetakan sesuai periode waktu

Indonesia justru lebih dikuasai oleh pihak


luar, sehingga pihak kita justru harus
membeli

untuk

dapat

memiliki

dan

memanfaatkannya.
Penggunaan peta digital.
Penggunaan peta digital pada dasarnya
sama saja dengan peta biasa, hanya
wujudnya yang agak berbeda, dimana peta
biasa hanya dapat digunakan dalam bentuk
lembaran atau helai sedangkan peta digital

448

15.Pemetaan Digital (Digital Mapping)

selain ada peta seperti halnya peta biasa

(menggunakan modem), sehingga untuk

disertai data yang telah tersimpan dalam

kepentingan

media perekam seperti magnetik tape,

pihak lawan/musuh dapat sewaktu-waktu

disket, compact disc, flashdisk, hardisk, dan

dimonitor di/dari tempat lain. Tentunya

lain-lain

hal ini akan sangat merugikan bagi

diedit

sehingga
dan

sewaktu-waktu

dicetak

dapat

kembali

sesuai

kebutuhan. Dengan kemudahan pengolahan

bidang

taktis

maupun

pertahanan

strategis

keamanan/militer

negara kita.

dan pemindahan dari media komputer ke


media penyimpan data seperti tersebut di
atas membawa dampak negatif antara lain :

c. Penggunaan

peta

diharapkan

digital

yang

(memperoleh

ijin)

redaksional
1. Dapat di salah gunakan oleh pihak-pihak
dapat

Masalah

pembuatan

diperbanyak, diberikan kepada pihak lain

terutama

melalui

serta

satelit

yang

tidak

berwenang

dapat

dan

diperjual-belikan

secara

sangat

peta

digital

penggunaan

sulit

dicegah,

bebas. Dengan kata lain jatuh ke tangan

terutama

pihak

teknologi satelit navigasi yang sangat

yang

memperoleh

tidak

seharusnya

dan

boleh

mempergunakannya

cepat.

dengan

untuk

citra

Selain

itu

perkembangan

yang

me-nguasai

tanpa mendapatkan ijin dari pemerintah

teknologi satelit justru negara lain seperti

Republik Indonesia.

Amerika (Lansat, Seasat dan Geosat),

2. Terjadinya pembocoran data kekayaan

Perancis (SPOT), Kanada (Radarsat)

segala

dan lain-lain, sehingga mereka dengan

menjadi

sendirinya dapat memanfaatkan data

disebabkan

citra satelitnya baik untuk kepentingan

dengan berbagai teknik interpretasi citra

dalam negerinya sendiri maupun untuk

yang ada, baik dengan cetode (band)

dapat

dan lain-lain maka semua yang ada baik

negara-negara

dipermukaan wilayah maupun dibawah

dalam penggunaannya semua pihak

permukaan tanah dapat diketahui.

pengguna

alam,

dislokasi

sesuatu

yang

rahasia

negara.

3. Data

tentang

wilayah

militer

dan

seharusnya
Hal

ini

kondisi

Republik

medan/alam

Indonesia

dapat

mengetahui

memesan

lain.

dapat
/

keadaan/kondisi
Demikian

pula

secara

langsung

membeli

kepada

lembaga/perusahaan

yang

membuat

ditransfer secara langsung dan secara

peta tersebut. Sesuai dengan hal -hal

cepat dengan menggunakan jaringan

tersebut di atas, maka dalam pembuatan

komputer

dan

yang

saling

dihubungkan

penggunaan

peta-peta

digital

449

15.Pemetaan Digital (Digital Mapping)

tersebut seharusnya melalui prosedur

didapat/diperoleh

yang

sampai sejauh mana pihak lain dapat

ditetapkan

oleh

pemerintah

Republik Indonesia.

dipantau

sebaiknya

dan

pembuatan

tentang

menggunakan keunggulan wilayah suatu

Walaupun dalam proses pembuatannya sulit


untuk

kepastian

dimonitor,

namun

peta-peta

digital

negara/negara lain.
Semakin

banyak

dipertimbangkan

faktor

yang

dalam

harus

pembuatan

mengindahkan ketentuan-ketentuan sebagai

perencanaan

berikut :

pelaksanaan

1. Dalam pembuatan peta baik dari proses

yang berkait-an dengan penggunaan

digitasi peta-peta yang diklasifikasikan

tanah/lahan

sebagai

satunya

dokumen

rahasia,

harus

pembangunan
pembangunan

secara

terutama

langsung,

membutuhkan

yang

dalam

medan/permukaan

bumi

skala/kadar

sesuai

hal

ini

diberlakukan

porosedur

untuk

Topografi

TNI-AD.

seperti

memperoleh
Tidak

peta

diijinkan

dan

cepat

tertentu

dengan

topografi atau peta lainnya tanpa seijin

ketentuan sebagai berikut :

instansi terkait antara lain : Departemen


Dalam

Negeri

RI,

Departemen

Pertahanan RI, Mabes TNI, Bais TNI dan


Angkatan.

digital dari citra satelit yang dilakukan


baik oleh pihak-pihak/lembaga dalam
negeri maupun luar negeri, perlu pula
diatur

dalam

bentuk

perundang-

undangan survei pemetaan tersendiri.


Terutama terhadap pembuat peta digital
dari pihak-pihak/lembaga di luar negeri
perlu

cepat

diatur

dalam

bentuk

perjanjian/kesepakatan bersama di forum


internasional.

Perlu

untuk

tentang
dalam
dengan

melalui

ketentuan-

1. Data peta digital yang telah ada tidak


boleh dengan mudah untuk diperjualbelikan dengan bebas tanpa melalui
prosedur

dan

diberlakukan

2. Khusus tentang proses pembuatan peta

data

adanya peta yang dapat diolah/diedit

melakukan proses digitasi terhadap peta

pemerintah RI dalam hal ini instansi-

salah

tuntutan

memperoleh ijin dari pemerintah RI,

akurat

dan

Prosedur

ketentuan

oleh

yang

yang

Pemerintah

diberlakukan

RI.
dapat

disamakan dengan prosedur permintaan


peta

topografi

Topografi

TNI-AD

produk
sesuai

Direktorat
dengan

kadarnya.
2. Dalam hal pemilikannya perlu pula diatur
ketentuan/per-undangan

yang

menentukan lembaga atau instansi mana


yang berhak untuk memiliki sekaligus
menggunakannya.

450

15.Pemetaan Digital (Digital Mapping)

3. Penggunaan data peta digital tersebut

permatra ataupun perbidang seperti matra

telah mendapatkan ijin dari instansi yang

darat (DittopTNI-AD),matra laut (Dishidros

berwenang

TNI-AL),matra udara (Dissurpotrud TNI-AU),

dan

mengawasi

Mabes TNI (PUSSURTA TNI), Dephan

penggunaannya.
4. Penggunaan data peta digital haruslah
terkoordinir

dengan

baik,

baik

(Ditwilhan),

Bakosurtanal

menetapkan

maupun pada lembaga-lembaga/perusa-

berwenang

haan swasta yang membutuhkannya.

mengatur/mengadakan

data

peta

digital

kepada

instansi

pemerintah lainnya, sedikit banyak telah

dilingkungan instansi pemerintah sendiri

5. Penjualan

dan

lembaga/instansi
dan

yang

berkompeten
pekerjaan

survei

dan pemetaan. Ketentuan yang berlaku

pengguna swasta juga harus atas seijin

dalam

lembaga atau instansi yang berwenang

diterapkan

dan mengawasi data tersebut. Dalam hal

prosedur untuk memperoleh, menyimpan

ini

ketentuan

maupun menggunakan data peta digital. Bila

seperti halnya larangan untuk melakukan

perundangan Surta secara nasional dapat

duplikasi (copy) atau pembajakan data

diberlakukan diharapkan akan berdampak

peta digital dengan pengawasan yang

positif terhadap kegiatan survei pemetaan

ketat disertai sanksi hukum yang berat.

wilayah nasional RI termasuk terhadap

termasuk

diberlakukan

d. Faktor yang berpengaruh terhadap


pelaksanaan pengamanan.
Dalam

rangka

yang

terhadap

ada

pembuatan

dapat
dan

pemetaan digital tersebut


f. Sumber daya manusia.

kondisi

Tenaga ahli yang memahami dan me-

data

nguasai tentang seluk beluk kegiatan survei

pemetaan digital seperti yang diharapkan,

dan pemetaan termasuk pemetaan digital di

tidak terlepas dari kendala yang ada berupa

Indonesia

adanya faktor-faktor baik yang mendukung

mendukung

maupun yang menghambat. Faktor-faktor

maupun penggunaan data pemetaan digital

yang mendukung antara lain terdiri atas :

seperti yang diharapkan. Terhadap mereka

pembuatan

mewujudkan

perundangan

maupun

penggunaan

e. Perundang-undangan

survei

dan

pemetaan yang ada.


Walaupun

perundangan

Surta

(Survei

Tanah) yang ada masih bersifat mengatur


kegiatan dan wewenang serta tanggung
jawab

masing-masing

lembaga/instansi,

merupakan

potensi

pelaksanaan

yang

pembuatan

perlu diberikan masukan tentang pentingnya


langkah-langkah

pengamanan

terhadap

data

digital,

sebab

orientasi

terhadap

aspek

pemetaan

mereka

terutama

pemanfaatan data (terutama peta) secara


optimal, sehingga mereka mengabaikan

451

15.Pemetaan Digital (Digital Mapping)

segi

pengamanannya

yang

antara

lain

disebabkan oleh :

tindakan pengamanan terhadap data


tersebut. Hal ini terjadi karena menurut
persepsi mereka yang terpenting adalah
bagaimana dapat tersedianya data guna
dalam

kegiatan-kegiatan

perencanaan pembangunan. Keadaan


demikian juga dilakukan oleh tenagatenaga ahli yang bergerak dan bekerja di
sektor swasta.
2. Belum jelasnya klasifikasi tentang data
peta

bagaimana

yang

digolongkan

rahasia. Oleh sementara orang, masih


rancu

karena

teknologi

memungkinkan

dengan

yang

ada

peliputan

seluruh

permukaan bumi dengan sensor/receiver


yang

diletakkan

pada

wahana

satelit

semakin mudah, apa lagi saat ini tingkat


kemampuan resolusinya semakin tinggi.
b. Pelaksanaan pemetaan secara parsial.
Pada kenyataannya pelaksanaan pemetaan
yang

diselenggarakan

dilakukan

oleh

pemerintah

baik

di

Indonesia

beberapa
sipil

instansi

maupun

militer,

maupun oleh lembaga swasta yang menjadi


kontraktor dalam pelaksanaan survei dan
pemetaan. Kondisi tersebut disebabkan dengan dasar operasi mereka adalah Undang-

3. Pengertian

tentang

data

peta

yang

dianggap rahasia Dengan pemberian


masukan

dan

informasi

yang

jelas

tentang kedua aspek tersebut di atas,


maka sumber daya manusia yang ada
akan

penghambat

kemajuan

1. Ketidak mengertian tentang perlunya

dilibatkan

sebagai

sangat

kegiatan

membantu

pengamanan

terhadap

yang

akan

dijalankan.

undang Surta yang dimilikinya. Hal ini


menyebabkan kesulitan untuk memantau
efisiensi pelaksanaan pemetaan wilayah
nasional. Berkaitan dengan pengamanan
penggunaan

dilaksanakannya

dalam Pemetaan digital

peta
kegiatan

digital

dengan

survei

dan

pemetaan secara parsial lebih menyulitkan


lagi

15.4.2 Faktor-faktor yang menghambat

data

dan

tingkat

penyalahgunaan

data

kebocoran
tersebut

dan

semakin

besar, karena perputaran maupun jaringan.

a. Perkembangan teknologi.

15.4.3 Klasifikasi tentang penggunaan

Dalam hal ini perkembangan teknologi di

peta.

bidang satelit navigasi selain membawa

Masih kurang jelasnya tentang klasifikasi

dampak positif juga membawa dampak

mengapa peta topografi tergolong rahasia

negatif

membutuhkan

khususnya

dalam

upaya

pengamanan data peta digital dikatakan

suatu

meluruskan/menyamakan

upaya
persepsi

untuk
kita

452

15.Pemetaan Digital (Digital Mapping)

tentang klasifikasi tersebut. Disamping itu


perlu

juga

mengadakan
terhadap

dipertimbangkan
pengkriteriaan

dipergunakan

langsung

oleh

pihak

umum. Pada umumnya banyak juga

tergolong berklasifikasi rahasia. Selain itu

peta tematik yang dibuat secara digitasi.

juga

yang

tertentu

tidak bertemakan data militer dapat

benar-benar

perlu

peta-peta

untuk

3. Terhadap peta-peta tematik digital yang

dilakukan

pengklasifikasian

4. Diadakan pembedaan yang jelas antara

penggunaan peta antara lain sebagai berikut

peta yang hanya digunakan oleh pihak

1. Penetapan bahwa peta digital yang


diklasifikasikan

rahasia berupa

hasil

modifikasi peta topografi atau hasil


pemetaan

dari

citra

satelit

dengan

penonjolan data militer misalnya untuk


kedar

1:25.000

penggunaannya

sampai

1:100.000,

terbatas

untuk

2. Peta-peta lain berbagai kadar tanpa


data

militer

dapat

dipergunakan juga oleh instansi sipil dan


swasta sesuai prosedur yang berlaku,
dengan tingkat klasifikasi sesuai dengan
kadarnya.

digunakan oleh pihak lain (sipil dan


swasta). Hal ini agar tidak menimbulkan
kerancuan tentang peta mana yang
tergolong

rahasia

dan

mana

yang

bukan.
5. Dengan

tersedianya

tenaga/sumber

daya manusia yang berkwalitas dalam

lingkungan TNI dan Dephan.

penonjolan

militer dan peta mana yang boleh

penanganan

pemetaan

digital

merupakan modal utama dalam proses


pengamanannya.

453

15.Pemetaan Digital (Digital Mapping)

BW
BV

AZ BU

PETA DAERAH PENGAIRAN


KABUPATEN BANDUNG

KABUPATEN PURWAKARTA

BT
ng
no
Cibi

BS
BR

PROPINSI JAWA BARAT

BQ

AY BP
BO
BN

CIKALONG WETAN

CIPENDEY

WADUK CIRATA

BM

SKALA

REPEH RAPIH KERTA RAHARJA

BL

1 : 100000
0

5 Km

AX BK
BJ
BI

KABUPATEN SUBANG

BH
CISARUA

BG

AW BF

a
al
im

PARONGPONG

BE

LEMBANG

NGAMPRAH

BD
BC
BB

KABUPATEN CIANJUR

PADALARANG

AV BA

CIMAHI UTARA

AZ
AY

CIMENYAN
CIMAHI TENGAH

AX

CILENGKRANG

AW

AU AV
AU

CIMAHI SELATAN

BATUJAJAR

KODYA BANDUNG

AT
AS

KABUPATEN SUMEDANG
CILENYI

WADUK SAGULING

AR

MARGAASIH

AT AQ
AP

CILILIN

CIPONGKOR

AO

RANCAEKEK

MARGAHAYU
DAYEUH KOLOT

AN

CICALENGKA

AM

BOJONGSOANG
Citarik

AL

SINDANGKERTA

Ciw
id
ey

AS

AK

KATAPANG
CIKANCUNG

Ciatrum

AJ
GUNUNG HALU

AI

PAMENGPEUK

AH

AR AG

BALEENDAH
CIPARAY

SOREANG

AF
AE

BANUARAN

MAJALAYA

AD
guk
Ciin

AQ AB
AA

Cik

Z
Y
X

PASAR JAMBU

ng

CIWIDEY

EBUN
PACET

KABUPATEN GARUT

SITU PATENGAN
PANGALENGAN

KETERANGAN

KERTASARI
Waduk

Irigasi Teknis

SITU CILENCA
1
2

DA

Irigasi Semiteknis

Sungai
Batas

a. Kabupaten
b. Kecamatan

Irigasi Sederhana

Tadah hujan

Ibu Kota a. Kabupaten


b. Kecamatan

W A

SUN

V
U
T
S
AO R
Q
P
O
N
AN M
L
K
J
I
AM H
G
F
E
D
AL C
B
A

aju

KABUPATEN CIANJUR

SEL
AT

AP W

PASEH

ARUM SARI

AC

Jalan Tol
Rencana Tol
Jalan Negara
Jalan Pronpinsi
Jalan Kabupaten
Jalan Desa
Jalan Kereta Api

DKI

SUMBER PETA RUPA BUMI BAKUSURTANAL TAHUN 2004

JAWA TENGAH

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah


Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung

Kabupaten Bandung

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92

53

54

55

56

57

58

59

60

61

62

63

64

65

Gambar 422. Contoh Hasil Pemetaan Digital Menggunakan AutoCAD

Gambar 423. Contoh : Hasil pemetaan Digital Menggunakan AutoCAD

66

67

68

69

70

454

15.Pemetaan Digital (Digital Mapping)

BW
BV

AZ

BU

PETA T EK STU R T A N A H
K A B U PA T EN B A N D U N G

K A B U PA TE N P U RW A K A R TA

BT
BS

Ci

bi no

ng

BR

PR O PIN SI JA W A BA R AT

BQ

AY

BP
BO
BN

C IKA L O N G W E T A N

CIPE N D E Y

W AD U K C IR AT A

BM

SK A LA

R EPE H R A P IH K E RT A R A H A R JA

BL

AX

1 : 1000 00
0

5 Km

BK
BJ
BI

K A B U P A TE N S U B A N G

BH
CISA RU A

BG

AW

BF
C

im

ala

P AR ON G PO N G

BE

L E M BA N G

N G A M P RA H

BD
BC
BB

AV

K A B U P A TE N C IA N JU R

P A DA L A RA N G

BA

CIM A H I U T AR A

AZ
AY

C IM EN Y A N
C IM A H I T E N G AH

AX

C IL E N G K RA NG

AW

AU

AV
AU

C IM A H I S E LA T A N

BA T U JA JA R

KODYA BANDUNG

AT
AS

K A B U PA TEN S U M ED A N G
C IL E N Y I

W AD U K SA G UL ING

AR

AT

M AR GA A S IH

AQ
AP

CIL IL IN

CIPO N G K OR

AO

R AN CA EK E K

M ARG A H A YU
D A Y E UH KO L O T

AN
C ICA L E N G K A

AM

BO JO NG S OA N G
Cit arik

AL

id

ey

S IN D A N GK E RT A

Ciw

AS

AK

K A T A PA N G
CIKA N C UN G

C iatrum

AJ
G UN U N G H A L U

AI

P A M E N GP EU K

AH

AR

AG

BA L E EN D A H
CIPA R AY

SO RE A N G

AF
AE

BA N U AR AN

M A JAL A Y A

AD
guk
Ciin

AQ

AB
AA

Cik

Z
Y
X

AM

AL

ng

PA S AR J AM B U

C IW ID E Y

E BU N
P AC E T

V
U
T
S
R
Q
P
O
N
M
L
K
J
I
H
G
F
E
D
C
B
A

K A B U P A T EN G A R U T

PA N G AL E N G AN

K ETER A N G A N

K E RT A SA RI
W aduk

H alus

1
2

Sungai
Sedang
Batas

a. K abupaten
b. K ecam atan

K asar

Ibu K ota a. K abupaten


b. K ecam atan

Jalan T ol
Rencana T ol
Jalan N egara
Jalan Pronpinsi
Jalan K abupaten
Jalan D esa
Jalan K ereta A pi

AT

SUN
DA

SEL

AN

aju

K A B U PA TE N C IA N JU R

AP W

AO

PA S E H

A RU M SA RI

AC

D KI

SU M B E R PE T A RU PA BU M I BA K O SU R T A N A L T A H U N 2004

JAW A T E NG AH

B adan Perencanaan Pem bangunan D aerah


Pem erintah K abupaten D aerah Tingkat II Bandung

K abu paten B an du n g

53

54

9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92

55

56

57

58

59

60

61

62

63

64

65

Gambar 424. Hasil pemetaan Digital Menggunakan AutoCAD

Gambar 425. Hasil Pemetaan Digital Menggunakan AutoCAD

66

67

68

69

70

455

15.Pemetaan Digital (Digital Mapping)

15.4.4 Penggunaan perangkat lunak

15.4.4.2 Mengakses perintah

dalam pemetaan digital untuk

Perintah-perintah AutoCAD dapat diakses

pemula

melalui tiga cara, yakni:


1.

15.4.4.1 Memulai program AutoCAD pada


komputer
Untuk

memulai

menu)
2.

program

AutoCAD

(Computer Aided Design)

Melalui baris menu utama (pull down

Melaui ikon yang tersedia pada toolbar


yang ada , atau

3.

Secara

konvensional

yang

dapat

diketikkan langsung pada baris perintah

Gambar 426. Tampilan autoCAD

Dibagian atas ada sederetan menu pull

15.4.4.3 Menyiapkan digitizer

downkemudian

a) Instalasi Digitaizer

dibawahnya,

disamping,

dan atau di bagian bawah ada sekumpulan

Jika kita baru pertama kali memasang

ikon dalam toolbaryang dapat diakses

digitizer, langkah awal yang harus kita

langsung . Formasi ini bisa jadi tidak

kerjakan

nampak seperti pada gambar diatas

petunjuk alat. Pada AutoCAD 2005, instalasi


digitizer
Windows.

adalah

ditangani

memasangnya

oleh

sistem

sesuai

operasi

456

15.Pemetaan Digital (Digital Mapping)

Digitizer yang baru umumnya dilengkapi

3. Persis di bawahnya ada dua tombol opsi

dengan Wintab driver yang dapat dikenali

yang akan aktif begitu kita memilih

oleh Windows. Jika digitizer telah dapat

Wintab Digitizer, yakni opsi "Digitizer

digunakan pada sistem operasi Windows,

only" dan "Digitizer and mouse". Pilihan

AutoCAD otomatis dapat membaca peranti

pertama akan menonaktifkan mouse dan

digitizer tersebut.

pointer yang berlaku hanya digitizer.


Sementara pada pilihan kedua, baik

Digitizer dalam hal ini dapat kita pasang

mouse maupun digitizer akan sama-

bersama-sama dengan mouse yang sudah

sama dapat digunakan. Apa pun yang

ada. Jika mouse pada COMl, digitizer dapat

kita pilih, tidak menjadi masalah. Namun

kita pasang pada COM2.

jika pada saat kalibrasi tablet kita


Setelah digitizer terbaca oleh sistem operasi

mengalami

Windows, pada AutoCAD ikuti langkah

kursor berpindah-pindah terlalu dinamis

instalasi berikut.

antara mouse dan digitizer, pilihlah

1.

Klik Tools > Option > System, akan

terlebih dahulu "Digitizer only".Klik OK

muncul kotak dialog yang salah satu

untuk mengakhiri sesi ini.

bagiannya

adalah

kotak

"Current

Pointing Device"
2. Pada kotak tersebut, ada kotak pilihan

4.

Digitizer

kesulitan

mestinya

karena

sudah

kendali

dapat

difungsikan. Cobalah gerakan pointer


pada digitizer.

Pointer

pada layar

yang jika diklik berisi Current Pointing

mestinya ikut bergerak. Kemudian jika

Device dan Wintab Compatible Digitizer,

mouse

pilihlah "Wintab Compatible Digitizer.... ".

kursor pada layar mengikuti gerakan

digerakkan,

secara

otomatis

mouse, ini jika pilihan yang kita ambil


adalah "Digitizer and mouse ".
15.4.4 4 Menguji digitizer
Pengujian yang perlu dikerjakan adalah
menguji fungsinya dan menguji tingkat
akurasinya. Untuk menguji digitizer, kita
memerlukan sebuah grid plate, atau dapat
pula menggunakan kertas yang di atasnya
Gambar 427. Current pointing device

telah kita beri grid dengan jarak tertentu.


Kertas grafik yang berkualitas baik dapat
kita gunakan.

457

15.Pemetaan Digital (Digital Mapping)

5. Teruskan
.

langkah

tersebut

dengan

mengarahkan pointer ke grid B, klik OK,


kemudian masukkan angka 3000,0 lalu
Enter.
6. Dengan cara yang sama, arahkan ke
grid C dan D. Untuk grid C masukkan
angka 3000,2000 sedangkan untuk grid
D masukkan koordinat 0,2000.
Pada

baris

statistik.
Gambar 428. Grid untuk pengujian digitizer

perintah
Tingkat

akan

ditampilkan

akurasi

kalibrasi

ditunjukkan oleh nilai root mean square error


(RMS). Jika proses kalibrasi menggunakan

Untuk menguji digitizer, prinsipnya adalah


melakukan kalibrasi dengan grid yang kita
anggap

benar

koordinatnya.

Sebagai

contoh, kita gunakan grid dari kertas graft,

grid

yang

benar

dan

proses

pointing

dilakukan dengan akurat dan sangat hatihati, nilai RMS tersebut akan berkorelasi
dengan tingkat akurasi digitizer.

lalu kita tentukan empat titik A, B, C, dan D,


seperti pada Gambar, dan masing-masing

Cara tersebut bisa diulang beberapa kali.

kita

B(3000,0),

Jika perlu dengan operator yang berbeda,

C(3000,2000), dan D(0,2000). Oleh karena

sehingga kita dapat melakukan analisis

jarak AB pada kertas adalah 30 cm, gambar

statistik. Makin banyak data, alias makin

tersebut berskala 1:1000.

banyak sample, akan semakin memperkuat

Tempatkan grid tersebut di atas meja

validitas pengujian.

digitizer, lalu ikuti langkah-langkah berikut.

15.4.4.5 Memulai digitasi

beri

koordinat

A(0,0),

1. Letakkan kertas grid di atas meja


digitizer.
2.

perintah

"Digitize

point

#1:",

arahkan pointer ke grid A, klik tombol


OK digitizer.
4. Pada baris perintah akan muncul "Enter
coordinates of point #1:" Masukkanlah
angka 0,0 lalu tekan Enter.

memulai

proses

digitasi,

siapkanlah terlebih dahulu tatanan layer

Pilih menu Tools > Tablet > Cal.

3. Pada

Sebelum

sesuai dengan klasifikasi isi peta. Sebagai


contoh, kita definisikan tatanan layer seperti
berikut ini.

458

15.Pemetaan Digital (Digital Mapping)

Tabel 44. Contoh keterangan warna gambar

Langkah pertama, kita buat terlebih dahulu

No.

Jenis

bingkai

Garis

langkah berikut.

Nama

Warna

Layer

luar

petanya

dengan

langkah-

1. Bingkai

Black

Continuous

2. Grid

Black

Continuous

Red

Continuous

2. Klik menu Draw > Line. Kita gunakan

4. Jalan_Kolektor Magenta Continuous

line agar tiap sisi peta menjadi satu

5. Jalan_Lokal

12

Continuous

entitas

6. Jalan Setapak

12

Dashed

proses pembuatan gratikul yang akan

Continuous

dijelaskan setelah ini.

3. Jalan_Arteri

7. Sungai

Blue

8. Permukiman

Yellow Continuous

9.Kantor

Black

Continuous

10. Teks

Black

Continuous

memulai

digitasi

3. Pada

terpisah

prompt

ketikkan

untuk

memudahkan

"Specify

koordinat

start

kiri

bawah

point",
peta

(293667,9046097) lalu Enter.


4. Selanjutnya akan muncul promp "To

koordinat-koordinat

kanan-bawah,

peta,

kanan-atas, dan kiri-atas, dan akhirnya

letakkanlah peta yang akan didigitasi di atas

ketikkan C. Lihatlah gambaran prosedur

digitizer,

tersebut seperti berikut ini.

rekatkanlah

secukupnya.

Langkah

sebuah

layer).

point:", secara berturut-turut ketikkanlah

15.4.4.6 Membuat bingkai dan grid


Untuk

1. Aktifkan layer "Bingkai" (jadikan current

dengan

cellotape

pertama

buatlah

bingkai peta. Sebagai contoh, kita akan


mendigitasi sebuah peta rupa bumi skala
1:25.000 dari Bakosurtanal, lembar 1707334, Tabanan (Bali). Koordinat pojok peta ini
sebagai berikut (UTM):
Tabel 45. Keterangan koordinat

Kiri-bawah

:293667,9046097

Kanan-bawah

:307427,9046162

Kanan-atas

:307364,9059988

Kiri-atas

:293600,9059923

Specify start point : 293667,9046097


To point

: 307427,9046162

To point

: 307364,9059988

To point

: 293600,9059923

To point

: C (ENTER)

Bisa jadi di layar kita tidak akan melihat


gambar apa pun. Jika hal ini terjadi,
penyebabnya karena posisi layar pada
kondisi standard dengan pojok layar sekitar
0,0. Sedangkan gambar yang kita buat jauh
di sebelah atas. Untuk menampakkan apa
yang telah kita gambar, lakukan Zoom >
Extent.

459

15.Pemetaan Digital (Digital Mapping)

Dengan langkah 1 hingga 4 di atas, kita

2.

sudah membuat bingkai peta, yang dalam

3. Pada perintah "Specify start point":,

hal ini kebetulan bukan berbentuk persegi.

dengan mouse (atau digitizer) klik di

Pada peta rupa bumi Bakosurtanal, garis-

sembarang tempat pada layar.

Klik menu Draw > Polyline atau (Line).

garis yang digambarkan secara penuh

4. Berikutnya, pada perintah "To point:"

adalah garis gratikul, yakni garis lintang dan

ketikkan @375<0 lalu Enter, dan sekali

bujur (pada peta tergambar sebagai garis

lagi akhiri dengan Enter.

tipis warna biru), tergambar tiap jarak 1

5. Lakukan hal yang sama sekali lagi.

menit. Jika kita menggunakan garis-garis ini

Namun pada langkah ketiga, ketikkan

sebagai referensi kalibrasi digitizer, kita

@375<90.

dahulu

6. Geser (dengan perintah Move) salah

koordinatnya dalam sistem UTM dengan

satu garis tersebut ke garis lainnya

hitungan transformasi koordinat.

sedemikian hingga titik tengah kedua

harus

Grid

menghitung

dengan

terlebih

koordinat

metrik

(UTM)

diinformasikan hanya sebagai tik (sepotong


garis kecil) pada sisi-sisi peta, tiap jarak
1000 m. Pada peta tik ini digambar dengan
garis hitam. Angka-angka absis ditampilkan

garis bertemu. Gunakan alat bantu


osnap "mid".
7. Gunakan perintah Block, jadikan tanda
silang tersebut sebagai block dengan
nama GRID.

pada sisi bawah, sedangkan angka-angka


ordinat pada sisi kanan.
Pada peta asli, kita dapat menghubungkan

(a)

(b)

(c)

tik-tik tersebut dengan pensil, sehingga


Gambar 429. Grid untuk peta skala 1:25.000.

diperoleh grid dalam sistem koordinat UTM.


Untuk lembar peta 1707: 334, Tabanan, grid

Kita kini sudah mendefinisikan sebuah

paling bawah kiri mempunyai koordinat

simbol grid (tanda silang) dalam bentuk

294000, 9047000. Grid lain berjarak linear

blok.

1000 m arah kanan dan 1000 m arah atas.

membuat grid, kita akan menyisipkan blok

Pada

tersebut. Ikuti langkah berikut.

gambar

digital,

kita

akan

Untuk

menyelesaikan

pekerjaan

menggambarkan grid-grid ini tidak dalam

1. Gunakan perintah Insert > Block.

garis penuh, melainkan dalam bentuk cross

2. Pada kotak dialog pilihlah nama blok

grid (tanda plus). Caranya seperti langkah-

GRID, dan pada kotak insertion point

langkah berikut.

nonaktiflcan kotak specify on screen,

1.

Aktiflkan layer GRID.

460

15.Pemetaan Digital (Digital Mapping)

lalu isikan koordinat grid paling bawah


kiri, yakni X=294000, Y=9047000, Z-nya
biarkan

0.

Kotak

lainnya

boleh

diabaikan. Akhiri dengan mengklik OK.

15.4.4.7 Kalibrasi digitizer


Kita sekarang akan melakukan kalibrasi,
yakni

mengorientasikan

digitizer

sesuai

dengan koordinat peta. Digitizer yang kita

Grid kiri bawah akan tergambar seperti

gunakan

Gambar 430 Grid lainnya berjarak sama dan

sehingga seluruh muka peta dapat masuk

linear, yakni 1000 m arah X dan 1000 m

ke muka digitizer tersebut. Titik kontrol yang

arah Y. Oleh karena itu, akan lebih cepat

akan kita gunakan adalah pojok-pojok peta

jika digandakan dengan perintah Array.

dan satu titik grid di tengah peta. Ikutilah

1. Ketik

perintah

Array

(tanda

minus

menandakan kita menggunakan perintah


array melalui baris Command, tidak
melalui floating menu).

adalah

minimal

ukuran

Al,

langkah-langkah berikut.
1. Gunakan

menu

Tool

>

Tablet

>

Calibrate.
2. Pada

baris

perintah

akan

muncul

"Digitize point #1:". Posisikan pointer


digitizer secara cermat persis di atas
pojok kiri-bawah peta. Setelah benarbenar pas, tekan tombol OK pointer.
3. Pada perintah "Enter coordinates for point
#1:", ketlkkan angka 293667,9046097
(ENTER).
4. Lanjutkan langkah tersebut untuk titiktitik pojok kanan-bawah, kanan-atas dan
Gambar 430. Bingkai peta dan grid UTM per 1000 m

kiri-atas, serta salah satu grid di sekitar


2. Pada perintah "Select objects:" pilihlah
grid kiri bawah tersebut, kemudian jenis
array-nya adalah rectangular (R).

tengah peta, lalu tekan Enter untuk


mengakhiri.
15.4.4.8 Digitasi garis

3. Jumlah array yang akan kita buat adalah


14 kolom ke kanan dan 13 kolom ke

Setelah proses kalibrasi, kini kita siap untuk

atas. Oleh karena itu, jumlah rows

"menjiplak" semua detail peta satu per satu

dengan 13 dan columns dengan 14.

ke layar monitor. Inilah proses digitasi.

4. Jarak baris dan kolom, diisi dengan jarak


antar grid di lapangan, yakni masingmasing 1000 m (ketikkan 1000).

461

15.Pemetaan Digital (Digital Mapping)

Gambar 431. Digitasi jalan arteri dan jalan lokal, (a) peta asli, (b) hasil digitasi
jalan, kotak kecil adalah vertex (tampil saat objek terpilih).

Untuk detail garis, seperti sungai, jalan,

1.

batas vegetasi, batas perkampungan, garis

2. Pada pilihan "Specify offset distance or

pantai

dan

sebagainya,

kita

harus

Klik menu Modify > Offset.

[Through]"

pilih

Through

dengan

melakukan tracing garis-garis tersebut.

mengetikkan T lalu Enter atau cukup

Misal :

tekan Enter karena posisi standard

1.

pilihannya adalah Through.

Aktifkan layer "Jalan_Arteri".

2. Kita akan mendigitasi garis jalan dengan


polyline 2D. Oleh karena itu, klik menu
Draw > Polyline.
3. Pada perintah "Specify start point",
tempatkan pointer pada titik awal salah
satu sisi jalan arteri, klik tombol OK
pointer.
4. Selanjutnya pindahkan ke titik 2, 3, dan
seterusnya, klik OK pada setiap titik.
Setelah langkah-langkah di atas, di layar
akan tergambar ruas jalan yang baru saja
didigitasi (jalan arteri sisi kanan jalan). Oleh
karena kedua sisi jalan paralel, untuk sisi
lainnya dapat di-offset dari sisi yang baru
digambar.

3.

Pilih objek garis jalan pada saat muncul


"Select object to offset".

4. Pada prompt "Specify through point",


tempatkan pointer digitizer tepat pada
sisi kid jalan, lalu klik OK.
5. Tepat di posisi tersebut mestinya akan
tergambar sisi kiri jalan yang paralel
dengan sisi kanannya. Untuk mengakhiri
perintah offset, tekanlah Enter.
Dua sisi jalan telah tergambar. Sekarang
akan kita coba untuk menggambar ruas
jalan lokal yang menyambung ke jalan arteri
tersebut. Caranya:

462

15.Pemetaan Digital (Digital Mapping)

1.

Aktifkan layer "Jalan_Lokal".

file peta hasil scanner maka akan

2.

Klik menu Draw > Polyline.

muncul di layar di CAD itu sendiri

3. Pada prompt "Specify start point", untuk

4.

Namun harus jadi catatan bahwa peta

menyambung tepat ke ruas jalan arteri,

hasil

gunakan osnap "nearest".

sesuai

Teruskan digitasi jalan lokal tersebut

mengetik

dengan

langkah sebagai berikut:

menelusurinya.

Sisi

jalan

sebelahnya boleh di-offset.


15.4.4.9

Penjiplakan

scanner

itu

ukuran

harus

asli

perintah

diskalakan

dipeta,
dengan

dengan
langkah-

1. Command ; Sc

digitasi

dengan

2. Select obyek : Peta hasil scanner

autocad

3. Select obyek ; spesify base point


4. Spesify scale factor or (Reference) ; R

Untuk lebih memahami perangkat ini dari

5. Spesify reference length (1)

dasar printah-perintah yang sering dipakai

6. Spesify new length

dalam digitasi peta diantaranya:


Line/Polyline, extension atau perpanjangan
garis

atau

move,distant

obyek,

Hatch,

layer,

copy,

dan lainnya yang sering

dipakai dalam digitasi peta. Namun tidak


semua perintah yang ada dalam menu
Gambar Asli

toolbar sering dipakai dalam digitasi ini.

Diperbesar 1.5 X

Diperkecil 0.5 X

Memulai dengan AutoCAD


-

Untuk mengoperasikan perangkat lunak


CAD untuk pertama kalinya buka file dan
pilihlah perintah New

Gambar 432. Perbesaran dan perkecilan

Maka penjiplakan digitasi dapat dimulai


dengan perintah langkah-langkah:

Karena dalam digitasi peta merupakan

1. Command : Pl (polyline)

kegiatan

2. Spesify start point :

menjiplak

peta

atau

memperbarui peta yang ada dengan


penambahan-penambahan obyek yang

Current line width is 0.000


3. Spesify

next

point

ada. Dengan terlebih dahulu peta yang

(Arc/Halfwidth/length/

ada discanner maka peta dapat dibuka

klik di obyek yang akan di digitasi

dalam aplikasi CAD dengan mengklik


perintah toolbar yang ada dibagian atas
yaitu perintah Insert selanjutnya klik
perintah Raster Image selanjut browser

or

undo/Width):

4. Spesify next point or


(Arc/Halfwidth/length/ undo/Width) :
digitasi dapat dimulai

463

15.Pemetaan Digital (Digital Mapping)

Contoh aplikasi dari perintah- perintah di

harus

atas

legenda dipeta itu, misal :

Misalkan kita mempunyai peta yang akan

Jalan Arteri

didigitasi dengan ukuran kertas/gambar A4,

Jalan kolektor : Magenta

maka hal yang pertama kali kita harus

Langkah-langkah perintah layer:

mengetahui ukuran kertas A4 itu sendiri

menentukan

Layer/tema

tiap-tiap

: Red

Klik perintah format yang terdapat di

yang tak lain 21x29.7 cm, setelah disanner

toolbar bagian atas ; Klik perintah layer

pertama kali turuti contoh langkah-langkah

maka akan

yang dijelaskan diatas

warna apa yang akan kita pakai dalam

muncul

perintah-perintah

digitasi tersebut

Untuk selanjutnya langkah kedua


1. Command ; Sc

Secara garis besar langkah-langkah diatas

2. Select obyek : Peta hasil scanner

mewakili

3. Select obyek ; spesify base point

untuk sebagai pengetahuan, untuk lebih

4. Spesify scale factor or (Reference) ; R

mendalaminya

5. Spesify reference length (1) ; contoh

referensi-referensi

23546

pelaksanaan

kita

pemetaan

Digital

dapat

membaca

mengenai

pemetaan

digital.

6. Spesify new length ; ukuran A4 yang


diwakili cukup oleh salah satu panjang

15.5 Pencetakan peta dengan


kaidah Kartografi

kertas itu, misal 21


Langkah

selanjutnya langkah penggambaran

1. Command : Pl (polyline)

15.5.1 Sekilas kartografi

2. Spesify start point :

Dalam pembuatan peta (Pemetaan Digital),

Current line width is 0.000


3. Spesify

next

(Arc/Halfwidth/length/

dikenal

point

or

undo/Width):

klik di obyek yang akan di digitasi


4. Spesify

next

point

mengaturnya
Kartogarfi.

ilmu
yang

Selain

dan

seni

disebut
unsur

ilmu

yang

sebagai
yang

menyangkut hal-hal yang matematis, unsur


or

(Arc/Halfwidth/length/undo/Width)

adanya

seni juga ikut memegang peran, agar selain


formatif, peta juga nampak Indah

digitasi dapat dimulai.


Sebagai wawasan dasar, berikut bebarapa
Mengorganisasi Layer
Agar

dalam

penjiplakan

hal pokok tentang tata aturan kartografi


peta

tidak

mengalami kesulitan untuk pertama kali kita

serta

beberapa

diperhatikan.

istilah

yang

perlu

464

15.Pemetaan Digital (Digital Mapping)

1. Muka peta dan Informasi tepi

menggunakan sistem koordinat tertentu.

Satu lembar peta terdiri atas muka peta

Di Indonesia, sistem proyeksi peta yang

dan informasi tepi. Muka peta adalah

pernah

area, pada umumnya persegi, yang

Lambert

Connical

memuat

misalnya

pada

detail

peta,

sedangkan

digunakan

adalah

LCO

Orthomorphic)

peta-peta

zaman

informasi tepi adalah segala bentuk

penjajahan Belanda, UTM (Universal

informasi yang ditampilkan di luar muka

Transverse Mercator) misalnya peta

peta

Topografi/ Peta Dasar Nasional skala

Informasi tepi lazimnya terdiri atas judul


peta, lokasi daerah pemetaan, nomor
lembar peta, skala peta, petunjuk arah
utara peta, indeks lembar, legenda,
keterangan dan catatan, serta koordinat

Bakosurtanal

Koordinasi

Survei

Nasional),

dan

dan
TM3

(Badan
Pemetaan

(Transverse

Mercator 3) yakni pada peta-peta skala


besar dari BPN (Badan Pertahanan

4. Penyajian Detail

2. Skala Peta
Informasi skala peta dapat ditampilkan
secara numeris (angka perbandingan
jarak di peta dengan jarak dilapangan)
dan atau dalam bentuk skala grafis,
yakni skala yang digambarkan dengan
penggalan garis dan

nilai

panjang

sebenarnya di lapangan. Skala numeris


mudah

dibaca

(tanpa

harus

mengukur) namun jika peta diperkecil


atau diperbesar ( misalnya dengan
fotocopy), informasi skalanya menjadi
tidak

dan

Nasional).

peta.

lebih

kecil

benar.

Hal

tersebut

berbeda

dengan skala grafis, yang informasinya


tetap benar saat peta diperkecil maupun

Penyajian detail merupakan hal penting


yang menyangkut teknik dan seni
menyampaikan informasi, selain tentu
saja harus memperhatikan akurasinya.
Sajian detail yang banyak tidak selalu
berkonotasi baik, karena peta akan
nampak
informatif.

terlalu
Pada

dan

peta

tidak
digital,

pengelolaan informasi ini dapat dikelola


lebih baik, karena setiap kelompok
informasi dapat disimpan pada layer
berbeda dan secara instan dapat di
atur

informasi

mana

yang

harus

ditampilkan dan mana yang harus


disembunyikan.

diperbesar.

padat

Dalam

teknik

penyajian, ini dikenal beberapa kaidah


3. Proyeksi Peta dan Sistem Koordinat
Sistem koordinat yang digunakan dapat
berupa

koordinat

lokal

atau

berikut ini.

465

15.Pemetaan Digital (Digital Mapping)

a. Generalisai
Generalisai

adalah

b. Penonjolan Detail (Emphasizing)


pemilihan

dan

Detail

tertentu

seringkali

perlu

penyederhanaan bentuk detail sesuai

ditonjolkan

dengan skala peta. Detail yang terlalu

misalnya pada peta parawisata, jalan

kecil untuk ditampilkan dibuang dan

cenderung ditampilkan lebih besar/lebar

bentuk

rumit

dari skala yang sebenarnya, demikian

Kelokan-kelokan

pula bangunan-bangunan parawisata

yang

disederhanakan.

terlalu

sungai atau jalan yang bisa ditampilkan


pada peta skala 1: 5.000 misalnya, akan
menjadi terlalu rumit untuk ditampilkan
pada peta skala 1:25.000, jika tidak
dilakukan generalisasi.

agar

lebih

informatif,

akan digambarkan lebih besar.


c. Eksagerasi
Eksagerasi adalah pergeseran posisi
detail yang terjadi karena pengaruh
generalisasi atau emphasizing.

466

15.Pemetaan Digital (Digital Mapping)

Model
Alir
Model Diagram
Alir IlmuDiagram
Ukur Tanah Pertemuan
ke-15
Pemetaan Digital (Digital Mapping)
Pemetaan Digital
Dosen Penanggung Jawab : Dr.Ir.Drs.H.Iskandar Muda Purwaamijaya, MT
Penginderaan Satelit

Foto Udara

Pengukuran Terestris

Peta Geologi, Peta Hidrologi, Peta Topografi, Peta Situasi, Peta Gempa, Peta Tata Guna
Lahan, Peta Jaringan Prasarana dan Sarana

Peta-Peta
Tematik

Peta-Peta
Berbagai Macam
Skala

Pekerjaan Teknik Sipil

Perubahan di lapangan sangat cepat


(terutama di perkotaan)

Tingkat Akurasi dan Resolusi

Demand :
Sistem Pemetaan yang cepat, tepat, murah dan mudah untuk revisi

Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan


Teknologi berbasis komputer

Perkembangan Software CAD


(Computer Aided Design)

Pemetaan Digital

Proses Konversi
(Digitalisasi)

Peta Analog

Hardware

Software

Peta Digital

Brainware

Manpower

467

15.Pemetaan Digital (Digital Mapping)

Model Diagram Alir Model


Ilmu UkurDiagram
Tanah Pertemuan
Alir ke-15 (Lanjutan)
Pemetaan Digital (Digital Mapping)
Pemetaan Digital
Dosen Penanggung Jawab : Dr.Ir.Drs.H.Iskandar Muda Purwaamijaya, MT
Keyboard
Digitizer

Input System

Scanner

Numerical Processor
Processing System
Random Acces
Memory

Hardware

Hard Disk
Compact Disk

Storage System

Flash Disk

Softcopy
Hardcopy

Output System

Screen
Features

Otomatisasi Peta
Pemetaan Digital
Skala peta tidak berperan

Absolute Coordinate Input

Relative Coordinate Input

CAD
Software

Software

Polar Coordinate Input

Programmer

Computer
Engineer
Brainware

System Analyst
Geodetic Engineer

Data Input Operator


Manpower
Data Output Operator

Gambar 433. Model digram alir pemetaan digital

468

15.Pemetaan Digital (Digital Mapping)

Rangkuman
Berdasarkan uraian materi bab 15 mengenai pemetaan digital (digital mapping),
maka dapat disimpulkan sebagi berikut:
1. Peta adalah sarana informasi (spasial) mengenai lingkungan. Pemetaan adalah suatu
proses penyajian informasi muka bumi yang fakta (dunia nyata), baik bentuk permukaan
buminya maupun sumbu alamnya, berdasarkan skala peta, system proyeksi peta, serta
symbol-symbol dari unsur muka bumi yang disajikan.
2. Pemetaan digital adalah suatu proses pekerjaan pembuatan peta dalam format digital
yang dapat disimpan dan dicetak sesuai keinginan pembuatnya baik dalam jumlah atau
skala peta yang dihasilkan. Format digital terdiri dari 2 macam, yaitu:
a. Raster
b. Vektor
3. Di bawah ini terdapat beberapa keunggulan dan kekurangan pemetaan digital dengan
konvensional, yaitu:
Pemetaan digital

Pemetaan Konvensional

Penyimpanan

Skala dan standar berbeda

Pemanggilan Kembali

Cek manual

Pemutahiran

Mahal dan memakan waktu

Analisa Overlay

Memakan waktu dan tenaga

Analisa Spasial

Rumit

Penayangan

mahal

4. Pemetaan digital terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, tenaga kerja, dan
perangkat intelegensia. Terdapat beberapa tahapan dalam pemetaan digital, yaitu:
a. Membangun basis geografi,
- Resolusi peta dan akurasi yang tersaji pada basis lahan geografi
- Tampilan untuk topografi kajian.
b. Informasi sistem geologi terdiri dari batas batuan, nama batuan, sesar, kekar, dan
morfologi,
c. seluruh data yang dibutuhkan dimasukkan kedalam bentuk digital.

469

15.Pemetaan Digital (Digital Mapping)

Soal Latihan
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini!
1. Apa yang dimaksud dengan pemetaan digital ?
2. Metode PTD menggunakan variabel-variabel pembentuk tanah yang dapat diperoleh
secara digital (misalnya remote sensing, digital elevation model, peta-peta tanah) untuk
mengoptimasi survai tanah di lapangan. Tujuan PTD adalah :
3. Jelaskan pengertian dari Pemetaan Digital ( Digital Mapping) !
4. Sebutkan dan jelaskan peralatan-peralatan dan bahan serta prosedur yang harus
dipenuhi dalam Pemetaan Digital !
5. Jelaskan manfaat dan kerugian (dampak) yang dapat ditimbulkan dengan menggunakan
sistem Pemetaan Digital (Digital Mapping) !
6. Sebutkan dan jelaskan langkah-langkah penggunaan perangkat lunak pada Pemetaan
Digital !
7. Jelaskan apa hubungan antara Pemetaan Digital (Digital Mapping) dengan Sistem
Informasi Geografis (SIG) !

469

16 Sistem Informasi Geografis

16. Sistem Informasi Geografis


Geographic Information System (GIS) atau

16.1 Pengertian dasar sistem


informasi geografis

Sistem Informasi Geografis (SIG) diartikan


sebagai sistem informasi yang digunakan

Geografi berasal dari gabungan kata Geo


dan graphy. Geo berarti bumi, sedangkan
graphy berarti proses penulisan, sehingga
geography berarti penulisan tentang bumi.

untuk

memasukkan,

memangggil

menyimpan,

kembali,

menganalisis

dan

mengolah,

menghasilkan

data

bereferensi geografis atau data geospatial,


untuk mendukung pengambilan keputusan

Sedang, sistem informasi adalah suatu

dalam

jaringan perangkat keras dan lunak yang

penggunaan lahan, sumber daya alam,

dapat menjalankan operasi-operasi dimulai

lingkungan transportasi, fasilitas kota, dan

dari

pelayanan

perencanaan

pengumpulan

pengamatan

data,

kemudian

dan
untuk

perencanaan

dan

umum

pengelolaan

lainnya.

Dengan

menggunakan CAD

menyimpan dan analisis data, termasuk


penggunaan informasi yang diturunkan ke

Geographic Information System (GIS) atau

beberapa proses pengambilan keputusan.

Sistem Informasi Geografis (SIG) sebagai

Fungsi sistem informasi adalah sebagai

suatu sistem yang berorientasi operasi

sarana untuk meningkatkan kemampuan

secara manual, yang berkaitan dengan

seseorang dalam mengambil keputusan.

operasi pengumpulan, penyimpanan dan

Jadi SIG atau GIS merupakan suatu sistem

manipulasi data yang bereferensi geografi

berbasis komputer yang mampu mengaitkan

secara konvensional

data base grafis (dalam hal ini adalah peta)


dengan data base atributnya yang sesuai.

16.2 Keuntungan sistem


informasi geografis

Sistem Informasi Geogafis merupakan suatu


kemajuan baru dari kelanjutan pengguna

Penanganan

Komputer grafik Auto CAD (Computer Aided

menjadi

Design).

baku

Sistem

Informasi

Geogafis

merupakan kombinasi antara CAD dengan

data base yang dikaitkan dengan suatu


pengenal

unik

yang

identifier (ID) tertentu.

sering

dinamakan

Revisi

data

geospatial

lebih baik dalam format

dan

pemutakhiran

data

menjadi lebih mudah


x

Data geospatial dan informasi lebih


mudah

dicari,

direpresentasikan

dianalisis

dan

470

16 Sistem Informasi Geografis

Menjadi produk bernilai tambah

bidang komputer sehingga muncul CADD

Data geospatial dapat dipertukarkan

(Computer Aided Design and Drafting) yang

Produktivitas staf meningkat dan

sebagian besar ditujukan untuk pembuatan

lebih efisien

peta.

Penghematan waktu dan biaya

Keputusan

yang

akan

diambil

menjadi lebih baik


Tabel 46. Kelebihan dan kekurangan pekerjaan GIS
dengan manual/pemetaan Digital

Peta

GIS

Pekerjaan
Manual

Penyimpanan

Pemanggilan
Kembali

Database

Skala dan

Digital dan

standar

terpadu

berbeda

Pencarian

Cek

dengan

manual

Gambar 434. Contoh:

penggunaan

komputer

dalam pembuatan peta

Komputer
Pemutahiran

Sistematis

Mahal dan
memakan
waktu

Analisa

Sangat

Memakan

Overlay

cepat

waktu dan
tenaga

Analisa

Mudah

Rumit

Murah dan

mahal

Spasial
Penayangan

cepat
Yang Melatar belakangi berkembangnya
penggunaan SIG, diawali oleh kelompok
survei dan pemetaan, ilmu komputer dan
geografi kuantitatif. Dan lebih berkembang
lagi dengan didukungnya perkembangan di

Gambar 435. Contoh: penggunaan komputer dalam


pembuatan peta

471

16 Sistem Informasi Geografis

Kemudian menyusul berkembang CAM/FAM

Sumber-sumber data geospatial adalah peta

(Computer

Aided

digital, foto udara, citra satelit, tabel statistik

Automatic

Mapping)

Mapping/Facilitate
yang

mulai

dapat

dan dokumen lain yang berhubungan.

dimanfaatkan untuk keperluan manajemen


utilitas selain pembuatan peta.

Gambar 436. Komputer sebagai fasilitas pembuat


peta

- Alasan pengunaan SIG.


- Penanganan data geospatial sangat buruk
- Peta dan statistik sangat cepat
kadaluwarsa
- Data dan informasi sering tidak akurat
- Tidak ada pelayanan penyediaan data

Gambar 438. Contoh: Peta udara daerah propinsi


aceh

- Tidak ada pertukaran data


Data geospatial dibedakan menjadi data
grafis (atau disebut juga data geometris)
dan data atribut (data tematik), lihat Gambar
Data grafis mempunyai tiga elemen :
Titik (node) bila padanya berawal atau
berakhir suatu garis, atau padanya bertemu/
berpotongan beberapa garis
Gambar 437. Foto udara suatu kawasan

472

16 Sistem Informasi Geografis

Garis (arc) bila dua titik saling dihubungkan

(updating) yang efisien, menganalisis hasil

membentuk

yang dikeluarkan untuk kegunaan yang

objek

linear.

Setiap

garis

mempunyai awal node dan akhir node,dan


luasan (poligon) bila suatu garis tertutup
yang berawal dan berakhir pada node yang
sama, dalam bentuk vector ataupun raster

diinginkan dan merencanakan aplikasi.


Beberapa contoh pembaruan peta di daerah
Nangroe

Aceh

Darussalam

sebelum

bencana Tsunami

yang mewakili geometri topologi, ukuran,


bentuk, posisi dan arah.

Gambar 439.

Data grafis mempunyai tiga elemen:


titik (node), garis (arc) dan luasan
(poligon)

Gambar 440. Peta pemuktahiran pasca bencana


tsunami

Disamping SIG mempunyai keunggulan di


lain pihak SIG juga mempunyai kelemahan

Fungsi pengguna adalah untuk memilih

atau

informasi

yang

membuat

kesalahan dalam SIG/Error Propagation), ini

standar,

membuat

pemutakhiran

disebabkan orang biasanya menganggap

diperlukan,
jadwal

kesalahan-kesalahan (Akumulasi

473

16 Sistem Informasi Geografis

data digital berkualitas lebih tinggi dari pada

Umur data

data konvensional atau data yang terdapat

Cakupan area

dalam rekaman analog. Hal ini disebabkan.

Komponen pengamatan

Kerelevanan

Format

Assesibilitas

Pengambilan data

Pra-pengolahan

Pengolahan spesifik

Analisis data

Aplikasi/modeling

Penyajian

Biaya

Pengambilan keputusan, dan

Pelaksanaan akhir dilapangan

Pemakai

berpandangan

bahwa

jika

menggunakan teknologi yang sudah


berkembang maka kualitas data juga
berkembang;
-

Data dijital mempunyai kisaran produk


yang jauh lebih besar dibandingkan
data analog;

Bila

kita

tidak

terlalu

peduli

tentang

keakuratan data spasial (biasanya pada


skala kecil), biasanya akan menyebabkan:
-

Pemilihan lokasi yang salah

Identifikasi pola yang salah

Sumber-sumber

Turunan data yang salah

semuanya dapat dengan mudah diperbaiki,

Kegagalan

mendapatkan

hubungan

yang sebenarnya
-

Diperoleh

kesalahan
disebabkan;

keputusan

yang

kesalahan

dalam

SIG

proses

ini

ini

tidak

biasanya

digitasi,

proses

tidak

tumpang tindih, proses konversi vektor ke

memuaskan dan menghabiskan biaya

raster atau sebaliknya, derajat kedetilan

yang besar

pengukuran (mungkin tidak akurat) yang


dilakukan

pada

kenampakan

spasial

Kesalahan- kesalahan dalam SIG (Error

sebenarnya,

Propagation), sumber kesalahan dalam SIG

(dispersi) kesalahan posisi dari unsur-unsur

dijumpai pada setiap tahap (akumulasi

data posisi, diduga dari standar deviasi

kesalahan) kesahan dapat dibagi dalam tiga

misalnya

aspek

menunjukan

diantaranya,

kesalahan

umum,

kesalahan variasi alami atau pengukuran


awal,

kesalahan

menyebabkan

peluang

pengolahan.
total

standar

kepenyebaran

deviasi

sempitnya

rendah

penyebaran

kesalahan posisi (presisi tinggi).

Ini

kesalahan

akhirnya menjadi makin besar, sumber


kesalahan umum diantaranya:

mengacu

Kesalahan

dari

variasi

pengukuran awal :
-

Keakuratan posisi

Keakuratan isi

alami

atau

474

16 Sistem Informasi Geografis

Variasi sumber data

Sistem komputer untuk SIG terdiri dari


perangkat

keras

(hardware),

perangkat

Pemasukan data

lunak

Pengamatan bias

penyusunan pemasukkan data, pengolahan,

Variasi alami

analisis,

Kesalahan yang muncul karena pengolahan

(software)

dan

pemodelan

prosedur

untuk

(modelling),

dan

penayangan data geospatial


1. Komponen perangkat keras

Kesalahan numerik ala komputer

Kesalahan karena analisis topologi

Komponen dasar perangkat keras SIG

Persoalan klasifikasi dan generalisasi;

dapat

metodologi,

fungsinya antara lain:

definisi

kelas

interval,

dikelompokan

sesuai

dengan

interpolasi
a. Peralatan pemasukan data, misalnya

16.3 Komponen utama SIG

papan

digitasi

(digitizer),

Penyiam

(scanner), keyboard, disket dan lain-lain.


Komponen

utama

SIG

adalah

sistem

komputer, data geospatial dan pengguna

b. Peralatan penyimpanan dan pengolahan


data,

perlengkapannya
papan

Harware dan Sofware


untuk pemasukan,
penyimpanan,
pengolahan, analisa,
tampilan data, dsb

yaitu

ketik

komputer
seperti

(keyboard),

dan
monitor,

unit

pusat

pengolahan (CPU / central processing


unit), cakram keras (hard-disk), floppy
disk,dan
c. Peralatan untuk mencetak hasil seperti
printer dan plotter

Peta, foto udara, citra


satelit, data statistik dll.

Desain standar, pemutahiran


updating analisis dan
penerapan

Gambar 441. akomponen utama SIG

Gambar 442. Perangkat keras

475

16 Sistem Informasi Geografis

Gambar 443. Perangkat keras keyboard

Gambar 446. Perangkat keras monitor

Gambar 447. Perangkat keras mouse

2. Komponen perangkat lunak


Komponen perangkat lunak yang sudah
tersedia di pasaran sangat bervariasi, oleh
karena itu perangkat lunak yang tepat dari
suatu SIG sukar ditentukan. Memilih suatu
perangkat lunak akan sangat ditentukan
Gambar 444. Perangkat keras CPU

oleh banyak faktor. Namun secara umum


SIG mempunyai komponen fungsi seperti
yang dijelaskan di atas, perlu dibedakan dari
SIG, sistem informasi lain yang berorientasi
grafis seperti CAD (Computer Aided Design)
yang umumnya tidak mempunyai komponen

Gambar 445. Perangkat keras Scanner

analisis

(terutama

topologi),

(Cowen,

1990;Newell dan Theriault, 1990), walaupun


sistem seperti ini berangsur-angsur berubah
dengan

ditambahi

perangkat

analisis

476

16 Sistem Informasi Geografis

tersebut sehingga mengarah kebentuk SIG.

cukup

Komponen piranti lunak baik dari sisi macam

perangkat keras dan lunak.

dan kemampuannya sering berbeda satu


sama lain, tergantung selera masing-masing
pembuatnya,
pengguna

yang

harus

terpenting

bagi

memilih

sesuai

dapat

dengan kebutuhan. Hal ini akan ditentukan


oleh bentuk data dan sumbernya serta
kemampuan

analisis

yang

diinginkan.

Bentuk dan sumber data perlu mendapat


perhatian yang serius, karena biaya dalam
SIG

sering

didominasi

oleh

proses

pemasukan data.
a.

Bentuk kegiatan persiapan

mencakup

dua unsur utama (a). Konversi data


kedalam format yang diminta perangkat
lunak, baik dari data analog maupun dari
data digital lain, dan (b) Identifikasi dan
spesifikasi lokasi obyek
Tahap

dalam data

ini

bertujuan

mengkonversi data dari bentuk yang ada


menjadi

bentuk

yang

dapat

dipakai

dari

pada

pengadaan

Untuk menyusun suatu basis data awal


yang lengkap akan dibutuhkan waktu
yang lama, terutama didaerah yang luas
dan masalahnya sangat kompleks akan
membutuhkan waktu beberapa bulan
hingga kemungkinan beberapa tahun.
Tingkat kekomplekskan permasalahan
akan

sangat

mempengaruhi

jumlah

waktu yang diperlukan, oleh karena itu


bila waktu yang tersedia relatif singkat
maka

Persiapan dan Pemasukan Data

sumber.

besar

tujuan

SIG

harus

di

buat

sederhana. Hal yang penting mendapat


perhatian
bermanfaat

bahwa
secara

agar

SIG

dapat

langsung,

sesuai

produk yang di rancang maka suatu


proyek SIG harus menyediakan biaya
mulai

dari

persiapan

awal

untuk

pengumpulan data hingga proses akhir


untuk

dapat

berbentuk

menghasilkan

tampilan

informasi

produk
sesuai

yang di inginkan.

dalam SIG. Namun pemasukan data

Dengan berbagai alasan yang di uraikan

sering merupakan masalah yang khusus

diatas, metode pemasukan data dan

dan

kualitas

kadang-kadang

merupakan

data

baku

sebaiknya

penghalang utama dalam penerapan

dipertimbangkan secara hati-hati sejak

suatu SIG. Dengan alasan-alasan seperti

awal.

mahalnya pembelian perangkat keras

sebaiknya dievaluasi beberapa hal yang

dan lunak, tetapi dalam kenyataannya

berkaitan dengan data tersebut, seperti

sering terjadi bahwa pembentukan basis

pengolahan yang akan dilakukan, tingkat

data (database) memerlukan biaya yang

keakuratan, dan bentuk keluaran data

Sebelum

data

dimasukan

yang diinginkan. Hal diatas menunjukan

477

16 Sistem Informasi Geografis

betapa

pentingnya

membangun

dan

kepercayaan pemakai dan manfaat dari

sistem keamanan data. Dalam hal ini

Manajemen,

Penyimpanan

prosedur

dan

berbeda.

termasuk fungsi untuk menyimpan data

beberapa

penghilangan

dan

pemanggilan kembali data. Metode yang


melaksanakan

fungsi-

fungsi ini mempengaruhi efisiensi sistem


pengoperasian semua fungsi.
Ada

beberapa variasi

dibedakan

sistem manajemen data.


c.

Manipulasi dan Analisis Data


Fungsi

manipulasi

dan

grafis yang menentukan informasi yang


dapat dibangkitkan dari SIG. Hal yang
harus diantisipasi adalah bahwa SIG

metode

yang

tidak

hanya

akan

mengotomatiskan

aktivitas

kebentuk yang dapat dibaca komputer.

merubah cara kerja organisasi.

Cara data distrukturkan dan di-file-kan


berkaitan satu sama lain (organisasi

tempat

data),

demikian

dimana

data

kecepatan

operasi

seperti

bentuk

penyimpanannya.

juga

kendala

digali,

dengan

penarikan
dan
Jika

analisis

merupakan ciri utama sistem pemetaan

dipakai untuk mengorganisasikan data

bank

antara

identifikasi dan evaluasi prosedur setiap

spasial dan atribut. Fungsi-fungsi yang


umum terdapat disini adalah pemasukan,

Perlu

jangka panjang dan sebaiknya dilakukan

teknik

memperbaiki dan memperbaharui data

untuk

harus

pemakai jangka pendek dan pemakai

dan menggali data. Penyimpanan data ini

perbaikan,

data

yang berbeda akan dibuat jalur yang

Komponen manajemen data dalam SIG

mencakup

penyelamatan

dibuat spesifik sehingga untuk pemakai

Pemanggilan Data

dipakai

penggunaannya,

Manajemen data dapat dikaitkan dengan

kualitas data.

juga

susah

hingga dikatakan sebagai mudah rusak.

upaya tambahan dalam meningkatkan

b.

buruk,

data,
media

pelaksanaan

penyimpanan dan pemanggilan berjalan


baik maka pemakai biasanya tidak akan
mengalami kesulitan yang berarti.Namun
sebaliknya bila pemakain mengalami
kendala maka sistem dianggap lambat

Metode

tertentu,

tetapi

pengambilan

juga

akan

keputusan

kemudian dapat berubah dari pemilihan


alternatif terbaik dengan mencari dan
mengevaluasi perbaikan yang diusulkan.
Untuk

mengantisifasi

cara-cara

data

dalam SIG dapat di analisis, diperlukan


pemahaman mengenai pemakai yang
terlibat, karena hal ini akan menentukan
fungsi-fungsi yang diperlukan, demikian
juga tingkat penampilan produk yang
mereka kehendaki .

478

16 Sistem Informasi Geografis

d. Pembuatan Produk SIG


Bentuk

produk

suatu

baik

dalam

bervariasi
keakuratan,

SIG
hal

dan

pemakainya.

dapat
kualitas,

kemudahan

Tetapi

produk

yang

dihasilkan SIG sering dianggap kurang


memenuhi

syarat

kualitas

secara

kartografi, hal ini disebabkan karena


kemampuan SIG tidak diarahkan untuk
menghasilkan kenampakan produk yang
menyamai hasil pekerjaan perangkat
lunak

khusus

kartografi.

Untuk

meningkatkan kualitas produk secara

Gambar 448. Peta

arahan

komoditas

pengembangan

pertanian

kabupaten

Ketapang, Kalimantan Barat

kartografis, dapat dirancang agar hasil


SIG dapat dikonsversi ke perangkat
lunak kartografi, yang sudah mempunyai
kemampuan tinggi untuk menghasilkan
produk

yang

lebih

menitik

bertakan

pertimbangan kartografi.
16.4.1 Sumber data dan Alat pemasukan
Data
Sistem informasi geografi berkaitan erat
dengan data dan informasi yang bereferensi
geografis. Data dan informasi tersebut
umumnya diperoleh dari berbagai sumber
antara lain : peta-peta yang telah ada, foto
udara, citra satelit, citra radar, atau mungkin
hasil pengukuran lapang bahkan suatu
bank-data atau SIG yang telah ada.
Beberapa

peta

yang

sering

digunakan

dalam pemasukan data SIG, misal:

Gambar 449. Peta citra radar Tanjung Perak,


Surabaya

479

16 Sistem Informasi Geografis

Gambar 452. NK10 Set holder dan prisma canister


Gambar 450. Peta hasil foto udara daerah Nangroe
Aceh Darussalam pasca Tsunami

16.4 Peralatan, bahan dan


prosedur pembangunan
SIG

Contoh alat-alat yang biasa digunakan


dalam SIG diantaranya:

Gambar 453. NK12 Set holder dan prisma

Gambar 451. NPS360 for robotic total station

Gambar 454. NK19 set

480

16 Sistem Informasi Geografis

Alat-alat Global Prosescing System yang


biasa dipakai diantaranya :

Gambar 458. GPS type NK 12 croth single prism


holder offset : 0 mm

Gambar 455. GPS type NL 10

Gambar 459. GPS type CPH 1 A leica single prism


holder offset : 0 mm

Gambar 456. GPS type NL 14 fixed adapter

Struktur data yang telah ada dalam suatu


SIG perlu mendapat perhatian, terutama
pada saat akan menggabungkan data baru
yang berasal dari sumber lain. Perbedaan
format data antara yang sudah ada dalam
komputer dengan yang akan dimasukan
akan

menjadi

masalah.

Untuk

mempersamakan format data diperlukan


kesepakatan, atau koordinasikan.
Walaupun
Gambar 457. GPS type NJ 10 with optical plummet

memberikan

berbagai

piranti

pilihan-pilihan

lunak

telah

format

atau

bentuk transformasinya yang cukup baik.

481

16 Sistem Informasi Geografis

Produsen

data

yang

bersifat

umum

diperlukan mempunyai format umum yang


dapat diterima piranti lunak secara luas,
karena jika tidak hal ini akan menjadi
masalah yang cukup serius. Oleh karena itu
diperlukan koordinasi yang baik secara
regional, nasional maupun internasional
untuk memungkinkan lalu-lintas informasi
dapat berjalan sangat cepat. Dalam hal ini
persoalan tidak lagi ditekankan pada proses
penyediaan produksi daja tetapi sudah lebih

Gambar 460. Peta digitasi kota Bandung tentang


perkiraan daerah rawan banjir

mengarah ke pengelolaan informasi secara


efisien dan efektif.
Alat pemasukan data tambahan yang sudah
merupakan bagian suatu SIG adalah papan
pendigitasi atau digitizer dan alat penyiam
atau scanner. Pemasukan data dengan
digitizer biasanya menghasilkan data yang
berbentuk vektor (polygon). Peta garis pada
media

kertas

yang

dikenal

secara

konvensional biasanya dialihkan menjadi


digital

atau

sedangkan

digitasi
scanner

menggunakan

alat

menghasilkan

data

Gambar 461.

Peta hasil analisa SPM (suspended


particular matter)

yang berbentuk raster.


Berikut beberapa contoh hasil digitasi peta
yang terlebih dahulu discanner.

Gambar 462. Peta prakiraan awal musim kemarau


tahun 2007 di daerah Jawa

482

16 Sistem Informasi Geografis

16.4.2 Pemasukan data spasial

kelompok koordinat X dan Y (atau Z).


pemasukan data dari foto udara dengan alat

Metode untuk memasukan data dalam suatu

seperti stereo plotter menjadi peta digital,

SIG sangat beragam, hal ini tergantung dari

pada dasarnya mirip dengan cara ini kecuali

banyak faktor seperti sumber data, format

perekaman unsur elevasi (dimensi ketiga)

data yang akan dimasukan, ketersediaan

dimana koordinat Z diperlukan.

sarana keras pemasukan data, ragam cara


Ukuran digitizer yang tersedia dipasaran

memasukan data spasial :

beragam, mulai dari meja yang berukuran


1. Dengan digitasi manual atau semimanual

kecil (27x27 cm) hingga berukuran besar


(1x1.5 m). beberapa model digitizer tersebut

2. Dengan key-board (prosedur koordinat


geometri)

juga mendukung pendigitasian bahan film


gambar atau material yang transparan.

3. Dengan digitasi fotogrametrik


Resolusi atau keakuratan koordinat yang

4. Dengan scanner

akan terekam oleh digitizer beragam, dan

5. Dengan digitasi melalui layar

ditentukan

6. Dengan konversi data digital lain

oleh

spesifikasi

teknis

kemampuan alat masing-masing. Secara

7. Dengan pengetikan (key-entry)


8. Dengan bantuan satelit posisi global

umum, meja yang ukuran besar akan


mempunyai resolusi yang tinggi sekitar

(GPS-Global Positioning System)

0.025 mm, dan keakuratan absolutnya,


Untuk lebih memahami cara memasukan

secara umum 3 kali dari resolusi baku.

data spasial untuk lebih menguntungkan

Kualitas

akan

stabilits, perulangan perekaman kelurusan-

sedikit

dijelaskan

secara

garis

meja

digitizer

ditentukan

oleh

besarnya:

kelengkungan garis, resolusi dan akurasi.

1.

Dengan digitasi manual atau semi-

Pertimbangan lain adalah orientasi kursor,

manual atau semi otomatik

suhu,

kelembaban,

drift,

dan

kalibrsi

elektronik (Cameron, 1982 dalam Marble, et


Metode yang paling umum dipakai untuk

al, 1984),

mengkonversi peta cetak ke bentuk digital


adalah
digitasi.

dengan
Dengan

menggunakan
memakai

papan

Proses

papan

beberapa tahap yaitu:

pendigitasi, semua kenampakan obyek yang


akan dimasukan harus direkam satu persatu
atau bahkan titik pertitik sebagai suatu

pendigitasian

a. Penyiapan
didigitasi

peta

peta-peta

terdiri

yang

dari

akan

483

16 Sistem Informasi Geografis

b. Perekam

koordinat-koordinat

peta

3.

Pemasukan

( digitasi aktual)
c.

Pengeditan

dan

perbaikan

data

peta basis-data, dan

dengan data spasial.


data

dengan

prosedur

lain.

Disini

kenampakan

geometri dalam peta merupakan kunci


pemasukan data kekomputer. Algoritma
matematik

dipakai

ini

membutuhkan

tenaga

kerja

banyak, seperti halnya dijitsi manual. Pada

dengan

instrument

fotogrametri

seperti

stereoplotter analitik. Digitasi fotogrametrik

Prosedur koordinat geometri relatif berbeda


prosedur

mendelineasi peta baru dari foto udara.

cara ini, meja pendigitasian digantilkan

Koordinat Gometri

dari

digitasi

Teknik digitasi fotogrametrik dipakai untuk

Teknik

d. Pemasukan data atribut yang sesuai

Pemasukan

dengan

Fotogrametrik

sebelum penyimpanan dalam bentuk

2.

Data

untuk

menghitung

koordinat, yang selanjutnya disimpan dan


dipakai untuk menghasilkan kenampakan
citra dilayar. Piranti lunak yang umum
dikenal untuk fungsi ini adalah COGO, suatu
istilah yang merupakan singkatan untuk
teknik koordinat geometri. Pendekatan ini
memerlukan definisi titik asli melalui digitasi
atau pemasukan nilai koordinat.

kebanyakan dipakai untuk merekam secara


cepat,

seperti

planimetrik

dan

stereofoto-plotter.

kenampakan
data

elevasi

Data

elevasi

digital
melalui
dapat

disimpan baik dalam bentuk garis kontinyu


dengan interval tertentu atau bentuk titiktitik.
4.

Pemasukan data dengan alat penyiam


(scanner)

Pendigitasian

secara

manual

yang

memerlukan waktu dan dana yang sangat


banyak, mendorong berkembangnya digitasi
secara otomatis, yaitu dengan penyiam

Arah dan jarak unsur geometri yang lain

(scanner). Cara ini menggunkan prinsip

dipetakan dengan memasukan data survei

yang sama dengan teknik laser optikal atau

lapang,

elektronik untuk menyapu citra atau peta

dan

dapat

menghasilkan

data

kartografi yang sangat akurat, lebih akurat

yang

ada

dan

dari teknik-teknik digitasi konvensional /

tersebut ke format digital, yang terdapat

manual.

dalam

bentuk

mengkonversi

data

gambar

raster.prosedurnya

adalah sebagai berikut garis-garis dari peta


asli direkam sebagai suatu seri piksel-piksel
kecil yang membentuk citra binary (ada,
misalnya garis atau simbol; tidak ada,

484

16 Sistem Informasi Geografis

misalnya tidak ada garis atau simbol ; gelap

secara manual, misalnya untuk mencari

atau putih).

sungai

Proses penyiaman walaupun cepat, juga


mempunyai kelemahan khususnya untuk
data-data

yang

kompleks

sehingga

membutuhkan persiapan yang menyeluruh,


diantaranya peta harus bersih, tidak boleh
ada

obyek

yang

meragukan

untuk

yang

tidak

terlihat

pada

peta.

Dengan menyiam peta dan selanjutnya


ditumpang-tidihkan dengan inderaja maka
kenampakan

sungai

pada

peta

dapat

dilengkapi.
6. Pemasukan data dengan konversi data
digital lain

keperluan tersebut sering juga peta harus

Data yang sudah terdapat dalam bentuk

digambar kembali.

digital merupakan salah satu sumber utama

Dikenal dua macam penyiam yaitu penyiam


type datar (flat-bed scanner) yang terdiri dari
bebarapa model antara lain type datar
(flatbed), dan type yang dapat dipegang
(handheld scanner), dan penyiam type
tabung (drum-scanner type) terdiri atas

5. Pemasukan Data dengan digitasi layar

Pemasukan data melalui layar ini mirip


dengan pendekatan pemasukan koordinat
konsepnya

didasarkan

perhitungan matematis. Beberapa SIG yang


ada

sekarang

mempunyai

kemampuan

digitasi layar tersebut. Prosedur kerja ini


memberikan

kemudahan

hasil penyiaman. Umumnya setiap piranti


lunak SIG dapat mengkonversi data tersebut
minimal kedalam bentuk data baku yang
dikenali

hampir

semua

piranti

lunak

7. Pemasukan data melalui papan ketik


Pemasukan

Komputer (Screen-digitizing)

karena

seperti data penginderaan jauh dan data

misalnya data dalam format BMP, TIFF.

model type sheetfed salah satunya.

geometri

data digital di masa yang akan datang

yang

menguntungkan bila digunakan pada data


penginderaan jauh, karena dapat dilakukan
delineasi di atas layar secara langsung.

data

menggunakan

dengan

cara

papan ketik (key-board)

relative mirip dengan prosedur koordinat


geometri, hanya saja dalam prosedur ini
lebih ditekankan pada pemasukan data
atribur (data non-garfik) dan anotasi peta.
Data

ini

langsung

diterima

komputer

sebagai bagian dari SIG. data ini juga dapat


dimasukan belakangan ke dalam basis data
SIG

setelah

di

edit

keperluan SIG. anotasi

sesuai

dengan

peta biasanya

dimasukan dengan bentuk ketikan (key


Penerapan metoda digitasi layar ini dalam

entry) dan diletakan pada citra (gambar) di

penginderaan jauh, dapat digunakan untuk

komputer melalui perintah-perintah yang

mendeteksi kenampakan obyek tertentu

bersifat

interaktif.

Perkembangan

485

16 Sistem Informasi Geografis

pemasukan data melalui papan ketik ini

pada periode pertengahan 1990-an sudah


mulai

berkurang

semakin

khususnya

berkembangnya

dengan

Ketelitian tidak bergantung pada skala


peta

penggunaan

Kemampuan untuk mendigitasi objekobjek di lapangan yang berukuran kecil

mouse.

yang umumnya tidak nampak pada


peta, atau tidak dapat diidentifikasi

8. Pemasukan data dari GPS (Global

pada foto udara atau citra satelit

Positioning System)
Pemasukan data melalui system satelit

Kelemahan

yang

global (GPS) sangat berkembang akhir-

pemasukan

data

akhir ini disebabkan makin murahnya GPS

diantaranya:

ditemukan
pada

pada
prosedur

dalam bentuk portable. Pemasukan data ini


umumnya lebih berorientasi lokasi secara

Sarananya

(alat

penerima)

spesifik. Informasi yang terekam biasanya

membutuhkan ruang terbuka dan tidak

disajikan dalam bentuk koordinat lokasi dan

boleh ada penghalang untuk penerima

elevasi (ketinggian). Data GPS ini, yang

sinyal dari satelit

berbentuk titik biasanya diolah

dengan

Data

yang

direkam

pada

daerah

mengkonversikan data tersebut menjadi

tertutup seperti di bawah pohon (hutan)

bentuk

atau yang berbukit, akan menghasilkan

segmen

seperti

data

kontur

topografi sebelum diproses lebih lanjut


dalam SIG. fungsi data GPS yang sering
dipakai adalah untuk keperluan koreksi
geometri data yang sudah ada dalam SIG
yang

selanjutnya

dimanfaatkan

untuk

melihat hubungan data secara lengkap,


misalnya

untuk

korelasi

data

analisis

tumpang-tindih perhitungan volume.


GPS sebagai sarana perekam data posisi
atau

lokasi

atau

pendigitasian

titik,

mempunyai beberapa keuntungan antara


lain:
-

Ketidak

bergantungannya

ketersediaan peta

pada

deviasi data yang besar.

486

16 Sistem Informasi Geografis

Tabel 47. Pendigitasian Konvensional dibanding


pendigitasian GPS

Kendala utama pada GPS adalah ketidak


mudahan

Konvensinal
-

GPS

Ketelitian

-Ketelitian

tergantung skala

tidak

dalam

pemrosesannya.

Walaupun penangkapan dan pengumpulan


data relatif mudah tetapi jika hasil analisis

bergantung skala

yang diinginkan berkualitas tinggi maka


proses perhitungannya juga sulit, sehingga
-

Cocok

untuk

Cocok

untuk

pengkoleksian

pengkoleksian

data secara besar-

secara selektif

dat

Kecepatan

pendigitasian
dikontrol

yang

dibutuhkan

harus

mempunyai pengetahuan yang lebih dari


pada sekedar operator biasa.

besaran

operator

Sebagai tambahan dalam SIG ini, maka

Kecepatan

tidak

pendigitasian
oleh

pengguna

ada

salahnya

penulis

dikontrol

oleh

membandingkan Digitasi secara manual

kecepatan

dan

(semi-otomatis) dengan Penyiam.

kondisi lalu-lintas

Pendigitasian
-

Cocok untuk objek-

-Dapat juga digunakan

objek yang dapat

untuk objek-objek kecil

terlihat pada peta

data

melalui

proses

penyiaman telah banyak di lakukan oleh


instansi di negara-negara maju, sedangkan

maupun pada peta

di

Indonesia

foto udara

penggunaan meja pendigitasian. Walaupun


pemasukan

masih

dengan

lebih

dominan

penyiam

dapat

mempercepat sampai 5-10 kali, tetapi bagi


-

Digitizer 2 dimensi

-Digitizer 3 dimensi

pengguna yang kebutuhan data maupun


kemampuannya kecil, maka alat ini belum

Pendigitasian
point- mode

-Pendigitasian
metode

dengan
penentuan

static singkat, stop-andgo

atau

pseudo

tentu

mempunyai

nilai

lebih

secara

ekonomi.
Dalam keadaan tertentu agar penyiaman
berjalan dengan baik serta menampilkan

kinematik

semua objek, kadang-kadang peta tersebut


-

Pendigitasian
stream-mode

-Pendigitasian
metode

dengan
penentuan

kinematik GPS

di gambar lagi (re-drafting). Kalau hal


seperti

ini

penggambaran

terjadi,
kembali

maka
ini

proses

merupakan

salah satu kelemahan utama dalam proses


pendigitasian otomatis ini. Untuk instansi
yang bertujuan menghasilkan data spasial

487

16 Sistem Informasi Geografis

(peta) dalam jumlah besar, maka biaya

sederhana, dan tidak mempunyai informasi

total proses penggambaran kembali ini

ekstra seperti: simbol-simbol grafik atau

tidak akan membebani biaya total digitasi,

teks. Peta yang terdiri dari bermacam-

dalam hal ini ada 3 alasan utama, yaitu:

macam garis berwarna dan mempunyai

1. Penggambaran kembali secara manual


di lakukan oleh juru gambar tingkat
bawah, sehingga pembiayaannya akan
rendah

karena

tidak

membutuhkan

garis

yang

pengerjaannya

banyak,

selain

juga

akan

rumit

membutuhkan memori komputer yang lebih


besar. Selain itu dalam pekerjaan ini akan
diperlukan proses perbesaran kelompok

keahlian khusus.
2. Pelaksanaan digitasi akan dilakukan
lebih cepat jika peta telah bersih dan
konsisten. Berdasarkan pengalaman,
dibutuhkan waktu yang banyak untuk
melakukan pengeditan atau perbaikan

3. Jika peta yang akan didigitasi lebih


sederhana dari informasi yang tersedia
bentuk

obyek tertentu (terutama jiak ditentukan


resolusi yang diperlukan) sehingga volume
produksi juga akan berpengaruh dalam
proses

ini.

peta

maka

Umumnya

jika

terdapat

pekerjaan dalam jumlah besar maka biaya


peralatan

digitasi peta yang rumit.

dalam

jumlah

juga

mudah

diperhitungkan.

Sehingga pemanfaatan penyiam juga dapat


efektif jika volume data yang dihasilkan
besar.

diperlukan

Digitasi secara manual cenderung lebih

(dilakukan pemilihan data ), karena hal

mahal bila peta yang digunakan mempunyai

ini

dibandingkan

jumlah unit (polygon) sedikit dan tidak

bersamaan

dalam bentuk yang mudah di siam. Peta-

penggambaran

lebih

pengeditan

objek

efisien
dilakukan

peta yang mengandung banyak informasi

dengan proses digitasi


Karena sistem penyiaman bersifat otomatis,
maka akan dibutuhkan staf ahli yang
khusus. Hal ini disebabkan untuk perawatan
alatnya yang relatif kompleks dan juga
karena piranti lunaknya lebih canggih, dan

tambahan, yang memerlukan interprestasi


atau yang memerlukan penyesuaian saat
pengkodean,

atau

mengandung

sedikit

obyek, umumnya tidak terlalu penting untuk


disiam, karena tidak efisien.

lebih banyak tahapan yang perlu diketahui.

Dengan kenyataannya bahwa kedua pilihan

Peralatan juga pada umumnya lebih mahal

pemasukan

di bandingkan meja digitizer biasa.

masih

Penyiaman dapat bekerja dengan baik jika

pemasukan data yang lain sebagai alternatif

peta-peta

sangat

yang

dipakai

sangat

bersih,

data

yang

mengandung

diperlukan.

masing-masing

masalah,

Dari

sisi

teknik

teknik

488

16 Sistem Informasi Geografis

pendigitasian dengan penyiam, diharapkan

Garis merupakan deretan titik yang

dapat segera ditemukan peralatan yang

sambung menyambung, berdimensi satu

semakin mampu dan harganya semakin

seperti jalan, sungai, akan tetapi sudah

murah,

mempunyai

sehingga

penyiaman

dapat

sifat

tambahan

yaitu

memberikan nilai tambah. Pada era 1990-

mempunyai arah dan ukuran panjang,

an kemunculan alat scanner yang makin

akan

murah

luasan.

dan

baik,

membuat

teknologi

pemasukan data ini semakin penting.

tetapi

tetap

tidak

mempunyai

Area dinyatakan dalam bentuk poligon,


merupakan cara penyajian dasar yang

16.5 Jenis-jenis analisis spasial


dengan SIG dan aplikasinya
pada berbagai sektor
pembangunan

berdimensi

dua,

sehingga

dapat

menggambarkan luas area.


Kelebihan kemampuan penampilan dengan

dengan

SIG dari peta adalah dalam mendekati

bermacam-macam-macam data, akan tetapi

keadaan alam sebenarnya yang berdimensi

sesuai

tiga,

Walaupun

SIG

dengan

dapat

tujuan

bekerja

spesifikasi

dari

karena

SIG

dapat

menampilkan

penggunaan suatu SIG, maka macam data

gabungan berbagai data sedemikian rupa

yang

sehingga mirip keadaan sebenarnya yang

utama

adalah

data

berbentuk

selebaran spasial obyek pada umumnya

bersifat tiga dimensi.

yaitu peta. Sebagai cara penyajian data


secara keruangan yang telah lama dikenal

16.5.1 Jenis
data

dalam komunikasi grafis, peta harus dibuat

penyajian

secara

Titik merupakan cara penyajian yang


tidak berdimensi, dan hanya menyajikan
lokasi

dalam

Penyajiannya

bentuk

menitik

koordinat.

beratkan

pada

lokasi obyek, yang tidak berkait dengan


ukuran panjang maupun luas dari obyek

suatu

data horizontal

berdasarkan simbol . Ada tiga cara dasar

sebagai berikut:

dalam

lapisan data vertikal dan lapisan

kartografis

penyajian data spasial , yaitu dalam bentuk

spasial

penyusunan

pemodelan yang berdasar atas

dengan dasar cara penyajian kartografi,


prosedur

manajemen

Lapisan

data

vertikal

terdiri

dari

seperangkat

hubungan

antara

kenampakan

geografis

dengan

berdasarkan

atribut

pemisahan
(tema)nya.

Berbagai

obyek

dapat

dikelompokan menjadi suatu lapisan


tunggal
pemakai.

sesuai

dengan
Pada

kebutuhan
prinsipnya

489

16 Sistem Informasi Geografis

pengelompokkan disesuaikan dengan

dan sekarang yang sangat penting. Karena

kemiripan berbagai type obyek. Contoh

data tematik ini spesifik, maka lapisan data

pengelompokkan berdasarkan temanya

ini juga merupakan lapisan yang terpisah

adalah :
x

Jalan raya dan jalur kereta api

Sistem pelapisan data dapat disusun secara

dikombinassikan

vertikal, dimana data tersebut mempunyai

sebagai

suatu

lapisan transportasi

tingkat kepentingan atau kedetailan yang

Titik mata air, sungai, dan danau

berbeda, tetapi terdapat pada lokasi yang

dikombinasikan

sama.pembagian

sebagai

suatu

Lapisan

pemilikan

tanah

dan

penguasaaan tanah dapat si buat


sebagai satu lapisan kadastral

lapisan dipisahkan berdasarkan bentuknya


seperti: titik, garis, dan area atau dengan
memberikan identitas yang berbeda pada
satu lapisan yang sama. Pembagian tema
dapat juga dilakukan berdasarkan waktu.
Misalnya untuk data penggunaan lahan
tahun 2000, tahun 2005 dan tahun 2007.
data

bersifat

temporal

ini

dipergunakan untuk studi yang bersifat


pemantauan. Untuk beberapa hal yang
bersifat temporal ini relatif sulit diperoleh jika
organisasi yang berwenang mempunyai
administrasi

penyimpanaan

ini

data

bertingkat
Pelapisan data berdasarkan waktu biasanya
terdapat pada tema yang bersifat dinamik

Adakalanya data yang ada pada setiap

Lapisan

demikian

adakalanya mempermudah pengkajian yang

lapisan hidrologi
x

yang

yang

kurang baik atau adanya pertimbangan


tertentu. Pada saat ini peranan foto udara
merupakan arsip permukaan bumi masa lalu

seperti penggunaan lahan, daya dukung


wilayah, pencemaran lingkungan dan lain
sebagainya. Pelapisan berdasarkan tema
juga dapat dilakukan berdasarkan tingkat
prioritasnya.

Pembuatan

peta

dengan

klasifikasi tingkat prioritas ini diperlukan


khususnya untuk produk analisis sehingga
memudahkan pengambilan keputusan

490

16 Sistem Informasi Geografis

BW
BV

AZ BU

PETA CURAH HUJAN


KABUPATEN BANDUNG

KABUPATEN PURWAKARTA

BT
BS

on
Cibin

BR

PROPINSI JAWA BARAT

BQ

AY BP
BO
BN

CIKALONG WETAN

CIPENDEY

WADUK CIRATA

BM

SKALA

REPEH RAPIH KERTA RAHARJA

BL

1 : 100000

5 Km

AX BK
BJ
BI

KABUPATEN SUBANG

BH
CISARUA

BG

AW BF

Cim

al

PARONGPONG

BE

LEMBANG

NGAMPRAH

BD
BC
BB

KABUPATEN CIANJUR

PADALARANG

AV BA

CIMAHI UTARA

AZ
AY

CIMENYAN
CIMAHI TENGAH

AX

CILENGKRANG

AW

AU AV
AU

CIMAHI SELATAN

BATUJAJAR

KODYA BANDUNG

AT
AS

KABUPATEN SUMEDANG
CILENYI

WADUK SAGULING

AR

MARGAASIH

AT AQ
AP

CILILIN

CIPONGKOR

AO

RANCAEKEK

MARGAHAYU
DAYEUH KOLOT

AN
CICALENGKA

AM

BOJONGSOANG
Cita

AL

SINDANGKERTA

Ciw
id
ey

AS

AK

rik

KATAPANG
CIKANCUNG

Ciatrum

AJ
GUNUNG HALU

AI

PAMENGPEUK

AH

AR AG

BALEENDAH
CIPARAY

SOREANG

AF
AE

BANUARAN
ARUM SARI
Ciinguk

AC

AQ AB
AA

Cik

Z
Y
X

AP W

AM

AL

PASAR JAMBU

ng

CIWIDEY

EBUN
PACET

KABUPATEN GARUT

SITU PATENGAN
PANGALENGAN

KETERANGAN

KERTASARI
Waduk

< 1500 mm/thn

SITU CILENCA
1

Batas

SUN
DA

(1500 - 2000) mm/thn

Sungai

a. Kabupaten
b. Kecamatan

(2000 - 2500) mm/thn

(2000 - 2500) mm/thn

Ibu Kota a. Kabupaten


b. Kecamatan

(3000 - 3500) mm/thn


Jalan Tol
Rencana Tol
Jalan Negara
Jalan Pronpinsi
Jalan Kabupaten
Jalan Desa
Jalan Kereta Api

AT

AN

aju

KABUPATEN CIANJUR

V
U
T
S
R
Q
P
O
N
M
L
K
J
I
H
G
F
E
D
C
B
A

SEL

AO

PASEH

MAJALAYA

AD

DKI

(3500 - 4000) mm/thn


> 4000 mm/thn

SUMBER PETA RUPA BUMI BAKUSURTANAL TAHUN 2004

JAWA TENGAH

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah


Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung

Kabupaten Bandung

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92

53

54

55

56

57

58

59

60

61

62

63

64

65

66

67

68

69

70

Gambar 463. Peta kedalaman tanah efektif di daerah jawa barat Bandung

BW
BV

AZ

BU

PETA CURAH HUJAN


KABUPATEN BANDUNG

KABUPATEN PURWAKARTA

BT
BS

bin
Ci

on

BR

PROPINSI JAWA BARAT

BQ

AY

BP
BO
BN

CIKALON G W ETAN

CIPENDEY

W AD UK CIRA TA

BM

SKALA

REPEH RAPIH KERTA RAHARJA

BL

AX

1 : 100000
0

5 Km

BK
BJ
BI

KABUPATEN SUBANG

BH
CISARUA

BG

AW BF

im

al

PARON GPON G

BE

LEMBANG

N GAMPRAH

BD
BC
BB

AV

KABUPATEN CIANJUR

PA DALARAN G

BA

CIMAH I UTARA

AZ
CIM EN YAN

AY

CIMA HI TEN GAH

AX

CILENG KRAN G

AW

AU

AV
AU

CIM AH I SELA TAN

BA TUJAJAR

KODYA BANDUNG

AT
AS

KABUPATEN SUMEDANG
CILENY I

W AD UK SA GULING

AR

AT

M ARGA ASIH

AQ
AP

CILILIN

CIPONG KOR

AO

RA NCA EKEK

MA RGAH AYU
DA YEU H KOLOT

AN
CICALENGKA

AM

BOJON GSO ANG


Cita

AL

rik

id

ey

SINDA NG KERTA

AS

Ci

AK

K ATAPANG
CIK ANCU NG

C iatrum

AJ
G UN UNG HALU

AI

PAM EN GPEUK

AH

AR

AG

BALEEND AH
CIPARA Y

SOREANG

AF
AE

BA NUA RAN

M AJALAYA

AD
guk
Ciin

AQ

AB
AA

Cik

Z
Y
X

AM

AL

KABUPATEN GARUT

SITU PATEN GAN


PA NGA LENG AN

KETERAN GAN

KER TASARI
W aduk
SITU CILENCA

DA

1
2

Batas

a. K abupaten
b. K ecamatan

(2000 - 2500) mm/thn

(2000 - 2500) mm/thn

Ibu K ota a. K abupaten


b. K ecamatan

(3000 - 3500) mm/thn


Jalan Tol
Rencana Tol
Jalan Negara
Jalan Pronpinsi
Jalan Kabupaten
Jalan Desa
Jalan Kereta Api

DKI

(3500 - 4000) mm/thn


> 4000 mm/thn

SUMBER PETA RUPA BUMI BAKU SURTAN AL TA HUN 2004

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah


Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung

K abupaten Bandung

2 3 4 5 6

53

7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92

54

55

56

57

58

59

60

61

62

63

64

65

Gambar 464. Peta curah hujan di daerah Jawa Barat-Bandung

< 1500 mm/thn


(1500 - 2000) mm/thn

Sungai

JAWA TEN GA H

EB UN
PA CET

SUN

AN

PASA R JAM BU

ng

CIW ID EY

V
U
T
S
R
Q
P
O
N
M
L
K
J
I
H
G
F
E
D
C
B
A

SEL
AT

aju

KABUPATEN CIANJUR

AP W

AO

PASEH

A RU M SA RI

AC

66

67

68

69

70

491

16 Sistem Informasi Geografis

Pemisahan data secara Horizontal perlu

administrasi

dilakukan apabila suatu peta yang

pembuatan peta pemerintahan ataupun

dibuat dianggap terlalu besar sehingga

dapat juga

harus dipecah-pecah menjadi bebrapa


bagian. Proses pemecahan tersebut
dilakukan

berdasarkan ukuran area

atau disebut dengan istilah TILE.


Ukuran dan bentuk pemecahan yang
dianjurkan

tergantung

keterbatasan

piranti

lunak

pada
dan

khususnya

pada

pemetaan didasarkan atas pembagian


manajemen

disuatu

perusahaaan

perkebunan atau kehutanan. Pemisahan


data

berdasarkan

tile

dapat

meningkatkan kinerja system karena


membuat proses penarikan data yang
efisien :

persyaratan dari pengguna.

Gambar 465. Peta pemisahan data vertikal dipakai untuk penunjukan kawasan hutan dan perairan Indonesia

Secara umum batas tile ditentukan

sudah ada, yang biasanya berukuran kertas

sehingga dapat menghasilakan system

A1 ( 60 x 80 cm ), dapat dipakai sebagai

basis-data

patokan

yang

stabil

dan

meningkatkan penggunaan dan kinerja


system. Pada umumnya batas-batas
grid

dipakai

Adakalanya
horizontal

dalam

pemecahan.

pembagian
dibuat

secara

berdasarkan

Dalam beberapa sistem, pemakai harus


membuat dan mengatur tile-tile sebagai
cakupan

area

menggabungkan

yang

terpisah,

tile-tile

tersebut

dan
untuk

492

16 Sistem Informasi Geografis

biasanya pencarian data lebih cepat jika


penyusunan pemisahan sesuai dengan ciriciri umum data yang bersangkutan.

Gambar 466. Peta vegetasi Indonesia (tahun 2004)

Untuk

kasus

Indonesia,

peta

ukuran

nasional,

peta

seperti

tofografi

(peta

standar) yang menghubungkan area jika


diperlukan. Pendekatan yang lebih canggih
adalah

menyediakan

perangkat

lunak

khusus yang membuat dan mengatur tile


secara otomatis sehingga dapat bergabung
tanpa peranan operator.
Manajemen otomatis ini adalah sutu operasi
basis data yang menyediakan layanan dan
analog

sebagai

perpustakaan

peta.

Walaupun demikian pembuatan peta yang


bersifat

perpustakaan

membutuhkan
pengelolaannya
produksinya.

manajemen
maupun

Gambar 467. Peta perubahan penutupan lahan


pulau Kalimantan

otomatis

ini

khusus

baik

penyimpanan dapat melewati batas system

perangkat

dan dalam hal ini area harus dapat dibagi

Pada

beberapa

hal

ukuran

tile

untuk

sehingga dapat disimpan pada tile-tile kecil.

493

16 Sistem Informasi Geografis

Selain

karena

hambatan

volume

Kekuatan SIG terletak pada kemampuan

penyimpanan dalam praktek pendekatan ini

analisis yang bersifat memadukan data

sering

alat

spasial dan atribut sekaligus. Hal ini juga

pemasukan data seperti digitizer berukuran

yang membedakan dari sistem pemetaan

kecil (misalnya A3). Dengan dibaginya sejak

otomatis

awal

komputer piranti lunak AutoCAD. Berbagai

dipakai

maka

khususnya

pada

tahap

jika

akhir

proses

penggabungan perlu dilakukan kembali.

dan

penggambaran

dengan

orientasi pengolahan informasi pengolahan


informasi spasial yang terdiri atas:

16.5.2 Berbagai fungsi analisis dalam SIG


-

Pemetaan otomatis

Perkembangan teknik SIG telah mampu

Pemetaan tematik

menghasilkan berbagai fungsi analisis yang

Pemodelan tumpang-tindih

canggih. Fungsi fungsi analisis yang

Statistik spasial

dimaksudkan

fungsi

Analisis spasial

memanfaatkan data yang telah dimasukan

Penambangan spasial

ke dalam SIG dan telah mendapatkan

Konversi

disini

adalah

menjadi

data

Integrasi basis pengetahuan dalam


pencarian

fungsi tersebut antara lain:


-

peta

tabulasi

berbagai manipulasi persiapan dan bukan


fungsi untuk keperluan produk. Fungsi-

data

Fungsi pengolahan dan analisis data

Tidak semua SIG mempunyai fungsi-fungsi

atribut atau spasial

di atas. Adakalanya suatu piranti lunak

Fungsi integrasi analisis data spasial

mengembangkan kekuatannya di bagian

atau atribut

tertentu saja misalnya dalam analisis atau

Cara suatu fungsi SIG diimplementasikan

hanya pada disain produk, dan lain-lain.

umumnya tergantung pada beberapa faktor

Untuk

seperti model data (data raster dan data

kelompok

vektor), piranti keras, dan ketersediaan

mengelompokan

kriteria.

Kelengkapan

diantaranya:

penting

dan

memerlukan

khusus

yang

perlu

seksama.

faktor-faktor

ini

persyaratan

dievaluasi

secara

1. fungsi

menyederhanakan
analisis

berbagai

ini,

Aranoff

menjadi

pemanggilan

(1993)

kelompok

klasifikasi

pengukuran data
2. fungsi tumpang tindih
3. fungsi tetangga, dan
4. fungsi jaringan atau keterkaitan

494

16 Sistem Informasi Geografis

untuk lebih jelasnya 4 kelompok di atas

kawasan hutan ideal, yang diolah dan

diuraikan supaya lebih jelas

selanjutnya dibandingkan

1. Fungsi pemanggilan, Klasifikasi dan

Fungsi pemanggilan data untuk pembuatan

Pengukuran Data

peta

tematik

banyak

baik

Dalam kelompok operasi ini pemakaian

penyajian

fungsi yang menggunakan data spasial dan

dimensi

data

Untuk

sederhana bentuk operasi ini sering dipakai

atribut

sebagai salah satu kekuatan dan dipakai

diidentifikasi atau dibuat terlebih dahulu,

khususnya untuk penyajian data dengan unit

sedangkan untuk data spasialnya tetap

ruang tetap atau batas spasial tetap, atau

berada pada posisi semula. Dengan kata

aplikasi untuk keperluan pemantauan tema

lain

tertentu.

atribut

di

menjalankan

buat

berbeda.

fungsinya

akibat

data

penerapan

fungsi-fungsi

dengan

dilakukan

atau

simbol

geometrik

dimensi.

Pada

SIG

tersebut ini tidak akan ada perubahan


lokasi secara spasial dan tidak terbentuk
ruang

baru

kecuali

yang

bersifat

penyederhanaan lokasi (tetapi lokasi asli


masih ada).

Operasi

disini

memakai

data

atribut

sebagai landasan analisis utama. Salah


satu

hasil

yang

jelas

adalah

untuk

Gambar 468. Peta infrastruktur di daerah Nangreo


Aceh Darussalam

penyajian data tematik.


2. Operasi Pemanggilan Data

3. Kasifikasi dan Generalisasi

Operasi ini termasuk memilih, mencari,

Dalam suatu analisis peta kelas-kelas baru

memanipulasi dan menghasilkan data tanpa

dapat di buat dari kelas-kelas yang telah

perlu memodifikasi lokasi geografik obyek

ada

atau

keperluan analisis lebih lanjut. Prosedur

membuat

identitas

spasial

baru

sebelumnya

dan

untuk

telah dimasukan ke dalam bank data (basis-

anggota

data). Pembuatan peta tertentu dengan

kriteria tertentu atau sebagai klasifikasi.

tema terbatas dari peta yang telah ada

Beberapa

dalam

merupakan

sediakan dalam setiap SIG. Dalam kasus

contoh operasi ini. Misalnya melihat peta

lapisan data tunggal, klasifikasi termasuk

sebelumnya,

kelompok

bentuk

obyek

untuk

Operasi ini hanya bekerja dengan data yang

arsip

mengidentifikasi

dipakai

obyek

fungsi

menjadi

berdasarkan

klasifikasi

di

495

16 Sistem Informasi Geografis

penetapan
sebagai

kelas

dalam

atribut.

setiap

Misalnya

poligon

klasifikasi

diterapkan kepenutupan lahan, dan nama


kelas dapat berupa lahan hutan, daerah
perkotaan,

daerah

pertanian

dan

4.

Fungsi-fungsi Pengukuran

Setiap SIG menyediakan beberapa fungsifungsi

pengukuran,

yang

dapat

dikelompokan diantaranya:
-

untuk menghitung titik

perhitungan jarak antar obyek

Dalam fungsi ini, proses klasifikasi termasuk

panjang garis

melihat atribut untuk lapisan data tunggal

penentuan keliling dan luas poligon

dan memasukan atribut tambahan, sebagai

volume dan ruang

kelas nama baru. Dalam SIG raster, nilai

ukuran serta pola sekelompok sel

seterusnya.

yang mempunyai identitas sama.

numerik (digital) biasanya dipakai untuk


menunjukan kelas-kelas. Suatu sel dapat
dihubungkan dengan nilai 1 yang berarti
lahan

pertanian,

nilai

kehutanan,dan

untuk

daerah

seterusnya.

Proses

klasifikasi disini termasuk menentukan nilainilai numerik ke sel-sel (recording) dan


menulis nilai baru ini kedalam bank data
baru.

Nilai-nilai

ini

selanjutnya

dapat

ditampilkan dalam bentuk tema baru.


Fungsi klasifikasi

Fungsi-fungsi

jumlah material yang digali dan dipakai (Cut


and fill) untuk pembuatan jalan. Fungsifungsi

pengukuran

yang dapat di gali dan ditimbun, adakalanya

lunak

SIG

kompleks.

pola-pola baru. Poa-pola baru ini misalnya


yang

mempunyai kejahatan tinggi, daerah hutan


yang siap tebang atau daerah pertanian
yang

paling

siap

dialihkan

permukiman. Melalui

menjadi

perubahan kriteria

adakalanya suatu pola dapat ditemukan.


Fungsi kalsifikasi yang lain adalah untuk
mempermudah

proses

seperti

antara lapisan data yang berlainan.

keperluan

rekayasa seperti penentuan volume ruang

penting adalah untuk membantu mengenali

perkotaan

untuk

tersedia secara spesifik pada perangkat

penting karena dapat

daerah

sering

keperluan rekayasa, misalnya penentuan

melakukan

berupa

juga

dikaitkan dengan data digital terain untuk

menentukan pola. Salah satu fungsi yang

dapat

pengukuran

korelasi

sehingga

operator

dapat

perhitungan

yang

sangat

Jarak merupakan jarak terpendek antara


dua obyek yang dibentuk oleh garis lurus
yang

dapat

dihitung

dengan

formula

phytagoras. Perhitungan jarak ini dalam


SIG dilakukan dengan menggunakan data
sistem koordinat. Perhitungan luas oleh
piranti

lunak

menggunakan

berbasis
data

vektor

sistem

juga

koordinat.

Asumsi yang dipakai adalah menempatkan


berbagai kombinasi titik sehingga terdiri dari

496

16 Sistem Informasi Geografis

beberapa trapesium. Trapesium adalah


bentuk kuadrilateral (abcd), dengan dua sisi
yang

pararel

dikalikan

dengan

tinggi.

Dengan cara ini maka sistem koordinat


dapat mengenali sisi X dan Y. Dari operasi
ini muncul beberapa metode salah satunya
-

tumpang-tindih

Operasi-operasi
ciri-ciri

dalam

SIG

umumnya dilakukan salah satu dari 5 cara

mengevaluasi

tetangga

yang

mengelilingi suatu lokasi yang spesifik.


Contoh operasi tetangga yang khas adalah
memperhitungkan jarak pemukiman yang

pemadam

sejauh

Km

kebakaran.

dari

stasiun

Setiap

fungsi

tetangga memerlukan paling sedikit tiga


parameter utama : satu target lokasi atau

yang dikenal yaitu:

lebih
a. Pemanfaatan fungsi logika dan fungsi

spesifikasi

pada

(Intersection), pilihan (and dan or),

tersebut

bersyarat (If, then, else)

lingkungan

sekeliling

target, dan fungsi yang akan di terapkan

Boolan, seperti gabungan (union), irisan

perbedaan (difference) dan pernyataan

unsur-unsur

dalam

lingkungan

Fungsi penelusuran (Search)


Fungsi penelusuran (pencarian) adalah

b. Pemanfaatan fungsi relasional, seperti

c.

tetangga

lingkungan

menyebar

Operasi tumpang-tindih

Operasi

Berbagai Operasi Tetangga

fungsi yang paling banyak dioperasikan

ukuran lebih besar, lebih kecil, sama

pada

besar, dan kombinasinya.

menetapkan nilai tertentu untuk obyek

Pemanfaatan fungsi aritmatika seperti

tertentu dengan mengikuti ciri-ciri yang

penambahan, pengurangan, pengkalian

ditentukan

dan pembagian.

parameter utama yang didefinisikan

d. Pemanfaatan data atribut atau tabel dua


dimensi atau tiga dimensi, dan
e. Menyilangkan

dua

peta

operasi

tetangga.

lingkungannya.

Fungsi

Ada

ini

yaitu :
a.Target

langsung

(variasi tabel 2-dimensi).


Operasi-operasi ini umumnya merupakan

b.Tetangga, dan
c. Fungsi

yang

menentukan

nilai

tetangga

bagian standar dari semua paket perangkat

Unsur-unsur target dan unsur-unsur

lunak SIG. Setiap tipe operasi mempunyai

tetangga umumnya disimpan dalam

kelebihan dan kekurangan tertentu karena

satu lapisan atau lebih

dalam pelaksanaannya operasi tersebut


berkaitan dengan tipe variabel yang dipakai
(nominal, ordinal, interval dan rasio)

497

16 Sistem Informasi Geografis

Tabel 48. Beberapa fungsi tetangga sederhana

Untuk memberikan gambaran yang lebih


menyeluruh, dapat dinyatakan bahwa setiap

No

Fungsi

Uraian

Rata-rata

Nilai

atau

dari tetangga

Aplikasi
rata-rata

Diversitas

Nilai

standar

Posisi Geografis

Suatu bentuk data keruangan atau lebih

Mayoritas/

Nilai yang paling

kerapatan

dikenal sebagai data spasial, posisi ini dapat

minoritas

sering

muncul

spesies

paling
Dominasi

Maksimum/

Nilai maksimum

Minimum

atau

spesies

Lebih

Nilai

besar/kecil

perbandingan

disajikan dalam berbagai bentuk antara lain:


dalam koordinat kartesian atau azimuth,
dalam hubungan identifikasi ketetangga,
dalam suatu hubungan lokasi linier, dalam

minimum

dari lingkungan

flora, dll

suatu ruang tertentu, dalam kode nama


tempat tertentu, atau bereferensi ke obyek
tertentu

dengan

informasi yang terdiri dari 4 komponen yaitu:

an,

jarang

pendapat

bentuk data geografis harus mempunyai

deviasi

atau

kejahata
n,tingkat

kerapatan
2

Kerapatan

tetangga

Suatu SIG memerlukan sistem koordinat

Total

Hasil

yang berlaku bersama untuk suatu set data,

(penjumlah

penjumlahan

terutama untuk data yang akan digunakan

an)

pada beberapa

bersama. Untuk daerah studi yang sempit,

lokasi tetangga

sistem koordiant yang dipakai dapat bersifat


lokal saja atau dalam hal ini koordinatnya
bersifat relatif, tetapi untuk daerah yang
Data Geografis

luas, maka harus dipakai suatu sistem

Obyek geografis mempunyai jumlah dimensi

koordinat yang berlaku secara nasional atau

berbeda-beda, tergantung dari obyek yang

internasional. Untuk daerah yang luas ini

bersangkutan.

obyek

posisi standar atau posisi absolut seperti

geografik dalam bentuk peta, penyajiannya

sistem koordinat UTM (Universal Transverse

berdimensi dua dalam bentuk utama titik,

Mercator) biasanya menggunakan skala 1:

garis, area yang diikatkan dengan koordinat.

50.000 atau lebih besar . Pada posisi ini

Geografis tertentu biasanya berupa peta

posisi geografis yang absolut sudah direkam

ditampilkan dalam media dua dimensi cetak

dengan

seperti

merekam posisi secara global seperti GPS

kertas

Cara

atau

dilengkapi legenda

penyajian

transfaransi

yang

(Global

bantuan

Positioning

satelit

yang

System).

mampu

Begitupun

pada pemakaian peta dengan skala peta

498

16 Sistem Informasi Geografis

atau resolusi spasial dari peta. Secara

menandai bahwa pada data terdapat

umum dapat dikatakan bahwa dari segi

harkat atau ranking seperti pertama,

ketepatan lokasi maupun kedetailan, peta

kedua

yang berskala lebih besar harus lebih teliti

dalam

dari skala yang lebih kecil

melakukan

menjelaskan

peranannya

mampu

baku tertentu, dimana interval tidak


mempunyai

tidak

makna

yang

mengikat.

Contoh suhu 15C adalah lebih dingin

menunjukan posisinya akan tetapi lebih

dibanding suhu 30C dan seterusnya.

bersifat penjelasan mengenai obyek atau


bersifat identitas, maka dari data ini sering

belum

maksimum) tertentu dan adanya interval

Data ini sering dikategorikan sebagai data


karena

walaupun

median,

yang mempunyai selang (minimum dan

suatu obyek memerlukan banyak identitas.

spasial,

perhitungan

dapat

c. Data interval mengacu keobyek alam

skala bersifat dimensi jamak, disebabkan

non

berurutan.Dan

memungkinkan operasi matematis.

keberadaan

berbagai obyek sebagai data spasial, cirinya

bersifat

pengoperasiannya

persentil

Atribut Geografis

Berfungsi

yang

d. Data Ratio mempunyai ciri sama dengan


interval tetapi mempunyai nilai awal

muncul ketidak tepatan yang tidak dapat

mutlak

dihindarkan. Data atribut dinyatakan menjadi

(nilai

nol).

Semua

operasi

matematik angka riil dapat dioperasikan

4 bentuk yaitu:

menggunakan data bentuk ini.


a. Nominal karakter dari data ini hanya
bersifat

membedakan

antara

satu

dengan yang lainnya, tanpa adanya


urutan berdasarkan harkat, akan tetapi
hanya

bersifat

membedakan

atau

keterangan identitas dengan kata-kat


seperti

pinus,

hutan,

kebun

dan

lainnya.Operai yang dapat dilakukan


dalam data ini hanya yang bersifat
frekuensi, agregat namun tidak dapat
megoperasikan matematik (menjumlah
atau mengalikan)
b. Bentuk data ordinal setingkat lebih
spesifik dari yang pertama, karena
selain bersifat membedakan biasanya

Waktu

Pengetahuan

mengenai

keadaan

sebenarnya pada waktu data diperoleh akan


memberikan peluang yang sangat besar
terhadap peningkatan kualitas pemanfaatan
data secara benar. Hal ini berkaitan dengan
adanya

kecenderungan

data

berubah

dengan waktu yang disebut decay rate.


Dalam hal ini penggunaan data berisiko
bahwa data yang digunakan sebenarnya
sudah berubah, hal ini penting karena waktu
merupakan faktor penentu dinamika alam
sendiri terutama bila faktor manusia sudah
ikut terlibat. Oleh karena itu data yang

499

16 Sistem Informasi Geografis

berkaitan dengan penggunaan lahan sangat

Manajemen basis data

penting melibatkan faktor waktu tersebut.


Data waktu dapat

dideskripsikan dalam

Suatu Basisdata terdiri dari satu file atau

pengertian

lebih yang distrukturkan sedemikian rupa

a. Ukuran lama, yang mengacu ke selang

dalam bentuk sistem pengelolaan basisdata


(Database

waktu dari basis data yang ada


b. Resolusi, selang waktu dikumpulkan atau
agregasi waktu pengumpulan data, dan
c. Frekuensi

dan

kecepatan

waktu

Management

System/DBMS),

dan diakses melalui jalur tersebut.


Keuntungan

basis

pengelolaan

data

dan

basisdata

sistem

dibandingkan

pengumpulan data . Dari pengertian yang

basisdata dengan perpustakaan data secara

berbeda ini maka fungsi waktu dalam

tradisional antara lain adalah:

SIG

dapat

pendataan,

juga

dikaitkan

analisis,

dengan

penyajian

pembaharuan data, dan

dan

pengontrolan

kualitas.

Data disimpan disuatu tempat

Data dapat diverifikasi dan dimasuki


dengan cepat

Tabel 49. Perbandingan bentuk data raster dan

dan memungkinkan penggabungan data

vektor

No

Analisis

Raster

Vektor

Pengumpulan

Cepat

Lambat

Data

Data terstrukturkan, terstandarisasikan

dari sumber yang berbeda


-

Data tersedia bagi banyak pengguna

Data

dapat dipakai

untuk berbagai

Volume Data

Besar

Kecil

aplikasi

program

berbeda,

termasuk

Penampilan

Sedang

Baik

program

dimana

tujuannya

berbeda

dibandingkan

Grafik
4
5

Struktur Data

sederhana

Kompleks

Akurasi

Rendah

Tinggi

Buruk

Baik

Geometri
6

Analisis

Analisis

Baik

Sedang

Kerugian

penyimpanan

basisdata

dibandingkan dengan sistem penyimpanan

Pengguan

basisdata

memerlukan

keahlian

Generalisasi

Sederhana

Kompleks

Integrasi

Mudah

Sulit

dengan

Produk yang diperlukan relatif mahal

Pengguna harus beradaptasi dengan


aliran data

Inderaja
Tipe data

data

pertama kali digunakan.

ruangan

10

tujuan

data dasar tradisional antara lain adalah:

Jaringan
7

dengan

Kontinyu

Diskrit

Pengguna

harus

paham

organisasi data yang berbeda

dengan

500

16 Sistem Informasi Geografis

Data dapat mudah disalah gunakan

Fungsi

topografi

dipakai

untuk

(asumsi mudah diakses)

memperhitungkan

Data dapat mudah hilang sehingga perlu

Kebanyakan

fungsi-fungsi

sistem pengamanan sendiri (dan relatif

menggunakan

tetangga-tetangga

canggih)

menandai terain lokal. Parameter terain

nilai-nilai

tertentu.
topografi
untuk

yang paling sering dipakai adalah lereng

File (berkas)
File ( berkas) terdiri dari berbagai catatan
(record), dimana setiap record mempunyai
ruang (field). Setiap record mempunyai data
yang berisi topik tunggal atau lebih, masing-

dan

aspek,

yang

di

hitung

dengan

menggunakan elevasi data dari berbagai


titik berdekatan.
16.5.3 Screening Digitizing

masing field terdiri atas satu kelompok data


yang disusun dari satu kata atau lebih, atau
terdiri dari kode yang diproses bersama. Key
(kunci)

yang

digunakan

menerjemahkan
memanggil

inforamsi

record

untuk
membantu

dari

file,

Kunci

berasosiasi dengan satu ruang record atau

Screening

merupakan

proses

digitasi yang dilakukan di atas layar monitor


dengan bantuan mouse. Screen digitizing itu
sering disebut digitasi on screen dapat
digunakan alternatif input data digital tanpa
menggunakan alat digitizer. Tiga unsur
spasial

lebih.

Digitizing

(feature)

yang

dapat

dibentuk

melalui digitasi on screen diantaranya point,


Fungsi-fungsi Topografi

line, dan poligon

Topografi merupakan gambaran variabilitas

a. Digitasi Point (Titik)

permukaan

bumi,

biasanya

berasosiasi

dengan ciri-ciri bentuk permukaan seperti


variasi

relief

suatu

daerah.

menu pulldown View I New Theme

Untuk

sehingga muncul /Option feature type

menggambarkan secara lebih sederhana


dapat

digunkan

pengertian-pengertian

pilih Point lalu klik ikon Ok


-

bentang lahan, seperti perbukitan, lembah,

dalam

SIG

dengan

besar titik elevasi yang menyebar di seluruh


daerah yang digambarkan.

nama
file

file

dan

lokasi

tersebut

pada

dialog yang muncul kemudian klik

data

elevasi digital. Data ini terdiri dari sejumlah

Tentukan

penyimpanan

dan dataran. Topografi suatu wilayah dapat


digambarkan

Buka tampilan View 1 kemudian pilih

Ok.
-

Pilih ikon Draw Point pada Tool


palette kemudian tentukan posisi
kursor mouse untuk menentukan
point yang akan ditempatkan. Klik

501

16 Sistem Informasi Geografis

button kiri mouse apabila posisinya

konfirmasi

sudah pasti. Lakukan hal yang sama

(Save).

untuk

membuat

point-point

yang

lainnya.
-

Setelah

point

selesai

dibuat.

option feature type pilih Polygon lalu

Pilih yes pada option


untuk

klik Ok.

penyimpanan
-

Pada tampilan View 1 menu pulldown

nama

dan

lokasi

Pilih kursor Draw Line pada Tools

button kiri pada saat kursor mouse


berada pada posisi dimana kita akan

Ok.

memulai
nama

file

Palette untuk memulai digitasi. Klil

option feature type pilih Line lalu klik

Tentukan

Tentukan

penyimpanan file, lalu klik Ok.

View I New Theme sehingga muncul

file

dan

lokasi

pembuatan

Polygon,

kemudian klik juga button kiri setiap

penyimpanan file, lalu klik Ok.

saat kursor mouse berada pada posisi

Pilih kursor Draw Line pada Tools

dimana

Palette untuk memulai digitasi. Klik

meletakan dan double klik untuk

button kiri pada saat kursor mouse

mengakhiri pembuatan garis di posisi

berada pada posisi dimana kita akan

verteks yang terakhir . lakukan hal

memulai pembuatan line, kemudian

yang sama untuk membuat Polygon

klik juga button kiri setiap saat kursor

yang lainnya.

mouse berada pada posisi dimana

Pada tampilan View 1 menu pulldown

Editing.

b. Digitasi Line (garis)

Digitasi Polygon (Area)

View I New Theme sehingga muncul

(save).

penyimpanan

Kemudian klik menu Theme I Stop

konfirmasi

c.

untuk

kita

mengiginkan

untuk

Untuk membuat Polygon berikutnya

kita mengiginkan untuk meletakan

yang berhimpitan atau berbatasan

dan double klik untuk mengakhiri

dengan Polygon-polygon yang sudah

pembuatan garis di posisi verteks

ada, gunakan ikon Draw line to

yang terakhir . Lakukan hal yang

append polygon. Dengan ikon ini kita

sama untuk membuat line yang

dapat mengawali pembuatan Polygon

lainnya.

dari sebuah titik (posisi kursor mouse)

Setelah line selesai dibuat, kemudian

melalui

klik menu pulldown Theme I Stop

polygon

Editing,

kita

Pilih

yes

pada

option

segmen

garis

(boundary)

yang sudah ad, kemudian

tinggal

memindah-mindahkan

kursor ini (disertai dengan mengklik

502

16 Sistem Informasi Geografis

button

kiri

mouse)

untuk

kemudian salah satu unsur yang

menghasilkan verteks-verteks yang

terpilih akan berubah menjadi warna

diperlukan. Pada posisi verteks yang

kuning.

terakhir di segmen garis (boundary)


polygon
kali

yang sudah ada, klik

button

kiri

maouse

dua

Setelah

poligon-poligon

selesai

pulldown

Theme I Stop Editing, Pilih yes pada

konfirmasi

option konfirmasi untuk penyimpanan

(Save).

terpilih

tersebut

Pilih

Theme
yes

pada

untuk

Stop
option

penyimpanan

e. Menigisi Field Area dan Perimeter


Terdapat dua atribut penting yang khas
dan hampir selalu muncul di dalam

Klik ikon tabel pada button view,

unsur-unsur spasial tipe poligon. Atribut

kemudian tabel dari feature akan

tersebut

muncul

perimeter

Klik menu pulldown Tabel I Start

tersebut merupakan bagian yang sangat

Editing

penting untuk proses analisis spasial.

untuk

memulai

mengedit

adalah

area

(keliling),

(luas)

kedua

dan
atribut

tabel tersebut.

Nilai kedua atribut tersebut tidak di entry

Untuk menambah Field (kolom) baru

oleh

klik menu pulldown Field I Add Field

otomatis dihitung oleh komputer melalui

Isi name untuk membuat judul Field,

perangkat lunak SIG. Proses pemasukan

kemudian

atau penambahan secara otomatis field

tentukan

field

Type

pengguna,

melainkan

secara

area dan :perimeter kedalam tabel

huruf/karakter), dan Field Width-nya

atribut unsur spasial poligon dilakukan

(lebar kolom).

dengan langkah-langkah berikut:

Penulisan field di setiap record (baris)

(number

menu
Editing,

Spasial

yang

Setelah selesai dibuat, kemudian klik

dibuat, kemudian klik menu pulldown

d. Menambah atribut pada unsur-unsur

record

record terisi.
-

(Save).

Isi

menggunakan select sampai semua

untuk

mengakhiri verteks yang terakhir.


-

angka,

string

dapat mulai dilakukan. Untuk melihat


hubungan
unsur-unsur

setiap

record

dengan

feature-nya

dapat

dilakukan dengan mengklik salah satu


record

menggunakan

ikon

select,

Buka tabel atribut dari unsur spasial


poligon yang bersangkutan dengan
menekan button Open Theme Tabel

Klik menu pulldown Table I Start


Editing.

503

16 Sistem Informasi Geografis

Tambah field baru melalui menu

bahwa informasi terbaik untuk lokasi yang

pulldown Edit I Add Field. Isi filed

tanpa pengamatan adalah nilai dari lokasi

name

area,

terdekat dari titik tersebut. Poligon thiessen

tipenumber, width16, dan decimal

umumnya dipakai untuk analisis data iklim,

place-nya 3.Kemudian tekan button

seperti

Ok

pengamatan lokal tidak ada, maka data

Klik menu pulldown Field I calculate

stasiun terdekat akan dipakai.

sehingga muncul kotak dialog Field

Poligon

calculator. Pada item edit box [Area]

sekelompok

Area,

poligon berjarak sama ke titik-titik tetangga.

kemudian tekan button Ok. Maka

Dengan kata lain, setiap lokasi dalam suatu

komputer akan menghitung sekaligus

poligon adalah lebih dekat ke titik yang ada

mengisi nilai field Area.

dalam poligon tersebut di banding ketitik lain

dengan

ketikan

nama

[shape].

Return

Untuk membuat field Perimeter klik


menu pulldown Edit I Add Field. Isi
field nama dengan perimeter, tipe
number,

width

16,

dan

decimal

place-nya 3. tekan button Ok.


-

data

Thiessen
titik

hujan.

Jika

dibangun

data

disekeliling

sehingga

batas-batas

Poligon Thiessen, dapat digunakan dalam


hubungan mendapat nilai-nilai sekeliling titik
dengan pengamatan suatu individu titik,
metode

ini

kelemahan,

Klik menu pulldown Field I calculate

curah

mempunyai
yang

beberapa

akan

diuraikan

diantaranya:

sehingga muncul kotak dialog Field


Calculator.

Pada

item

edit

box

1. Pembagian

suatu

wilayah

menjadi

[perimeter] = ketikan [Shape]. Return

wilayah yang lebih kecil berdasarkan

length kemudian tekan button Ok.

poligon thiessen sangat tergantung dari

Komputer akan menghitung sekaligus

lokasi

mengisi nilai field perimeter

menghasilkan bentuk poligon yang

pengamatan.

Hal

ini

dapat

tidak mempunyai hubungan dengan


kejadian

16.5.4 Poligon Thiessen


Poligon Thiessen atau Voroni atau Dirichlet
mendefinisikan

daerah-daerah

yang

mempengaruhi sesamanya oleh sekelompok


titik-titik. Data dari stasiun penakar curah
hujan merupakan contoh khas keadaan ini.
Hal

ini

merupakan

pendekatan

pengembangan data titik yang diasumsikan

yang

sebenarnya.

Suatu

lokasi stasiun penangkar curah hujan


dapat memnghasilkan poligon sempit
memanjang, suatu pola yang tidak
umum pada sebaran curah hujan,
karena nilainya ditetapkan berdasarkan
dugaan

dari

data

pengamatan.

Akibatnya pendugaan kesalahan tidak

504

16 Sistem Informasi Geografis

dapat

dilakukan

karena

Pendekatan

regresi

polinominal

dapat

pengamatannya hanya dari suatu titik

dilakukan dengan cepat tetapi beberapa

tunggal.

detail

2. Poligon Thiessen tidak menerapkan

akan

hilang.

Kriging

merupakan

metode yang fleksibel dan banyak dipakai

asumsi bahwa titik yang berdekatan

tetapi

lebih mirip dari titik yang berjauhan,

(Keckler, 1994). Pendekatan interpolasi ini

suatu asumsi yang biasa berlaku dalam

untuk perangkat lunak pemetaan 3 dimensi

analisis

seperti Surfer, sudah sangat maju dan

geografi.

Misalnya

poligon

untuk

data

besar

akan

lambat

yang diperoleh cenderung membentuk

mudah dilakukan

suatu poligon yang membulat dan tidak

Secara umum kualitas interpolasi sangat

selaras dengan fenomena alam yang

dipengaruhi

melibatkan asumsi adanya hambatan

diantaranya:

punggung gunung dan lain-lain.


Interpolasi
Interpolasi adalah prosedur untuk menduga
nilai-nilai

yang

tidak

diketahui

dengan

menggunakan nilai-nilai yang diketahui pada


lokasi yang

berdekatan.

Titik-titik yang

berdekatan (bertetangga) tersebut dapat

oleh

beberapa

Keakuratan pengukuran

Jumlah

dan

distribusi

faktor

titik

yang

diketahui yang diperhitungkan dalam


fungsi matematik
Interpolasi

model

sederhana

dengan

mendeteksi nilai lokasi yang tidak diketahui


dari tetangga yang terdekat

berjarak teratur atau tidak, biasanya di

Pembuatan Kontur

gambarkan dalam bentuk lapisan

data

Garis-garis

raster.

tebal

menggambarkan relief permukaan sebagai

mempunyai nilai tertentu. Suatu fungsi linier

suatu gabungan garis yang menghubungkan

sederhana,

titik-titik yang bernilai sama.

Sel

yang

ditandai

yang

garis

diturunkan

dengan

menganalisis titik yang diketahui, digunakan


untuk mendapatkan nilai-nilai yang hilang.
Program-program

interpolasi

untuk

menduga nilai yang acak diketahui relatif


banyak antara lain regresi polinominal, seri
fourier, fungsi spline, pergerakan rata-rata,
fungsi basis radial, dan kriging dan lain-lain.
Semua program ini mempunyai kelebihan
dan

kekurangan

masing-masing.

kontur

dipakai

untuk

16 Sistem Informasi Geografis

Gambar 469. Garis interpolasi hasil program Surfer

Gambar 470. Garis kontur hasil interpolasi

505

506

16 Sistem Informasi Geografis

Dalam suatu peta topografi , contoh yang

Penjelasan Arcview

aplikatif,

berperan

Dasar-dasar penggunaan perangkat lunak

menghubungkan titik-titik yang berelevasi

dalam SIG, salah satunya ialah ArcView

sama. Garis kontur sering dipakai untuk

yang merupakan perangkat lunak desktop

menggambarkan berbagai data spasial yang

SIG dan pemetaan yang dikembangkan oleh

dapat

ESRI

garis-garis

dibuat

kontur

sebagai

suatu

bidang

( Enviromental System Research

permukaan seperti: tingkat kejahatan, nilai

Institute, Inc). Dengan ArcView kita dapat

perumahan, sifat bahan kimia, populasi

memilki

binatang liar, data iklim dan lain-lain.

melakukan

Perangkat

lunak

yang

sudah

ada

mempunyai kemampuan berbeda dalam


menangani data yang bersifat ganda ini.
Sehingga sering hasil ini dievaluasi dengan
membandingkannya

dengan

cara

meng-explore,

(baik basis data spasial

secara geogarafis, dan sebagainya.


Ha-hal umum dalam ArcView
-

Project merupakan suatu unit organisasi


tertinggi dalam ArcView. Projec didalam
ArcView ini merupakan file kerja yang

yang paling dekat dengan hasil manual.


untuk

untuk

maupun non spasial), menganalisis data

manual), dimana hasil terbaik adalah produk

juga

visualisasi,

menjawab query

kartografer menggambarkan kontur (secara

Bagaimanapun

kemampuan-kemampuan

dapat

mengevalusi

digunakan

untuk

menyimpan,

mengelompokan

perangkat lunak yang membuat kontur maka

dan

mengorganisasikan semua komponen-

harus dibuat standar dengan hasil tersebut

komponen program

; View, theme,

Table, chart, layout dan script dalam


satu kesatuan yang utuh
-

Theme

merupakan

bangunan

system

ArcView

yang

dasar

merupkan

kumpulan dari bebrapa layer ArcView


yang

membentuk

tertentu.

Sumber

suatu
data

Tematik

yang

dapat

direpresentasikan sebagai theme adalah


shapefile, coverage (ArcInfo), dan Citra
Gambar 471. Interpolasi kontur cara taksiran

Salah satu Contoh penggunaan perangkat


lunak dalam SIG : ArcView,
ArcInfo, dan lainnya

MAPinfo,

raster.
-

View

mengorganisasikan

theme.

Sebuah view merupakan representasi


grafis

informasi

spasial

dan

dapat

507

16 Sistem Informasi Geografis

menampung

beberapa

layer

atau

Layout

digunakan

untuk

theme informasi spasial (titik, garis,

menggabungkan

poligon, dan citra raster)

(View, table, dan chart) kedalam suatu

Table

merupakan

representasi

data

dipersiapkan

sebuah table

hardcopy)

akan berisi informasi

Chart merupakan representasi

semua

dokumen

dokumen yang siap cetak (biasanya

ArcView dalam bentuk sebuah table,

deskriptif mengenai layer tertentu.


-

Sript

untuk

merupakan

pembuatan

bahasa

(semi)

grafis

pemrograman sederhana (makro) yang

dari suatu resume table bentuk chart

digunakan untuk mengotomatisasi kerja

yang didukung oleh ArcView adalah line,

ArcView.

bar, colum, xy scatter, area dan pie.

Gambar 472. Mapinfo GIS

508

16 Sistem Informasi Geografis

Model DiagramModel
Alir IlmuDiagram
Ukur Tanah
Pertemuan ke-16
Alir
Sistem Informasi Geografis (SIG) / Geographical Information System (GIS)
Sistem Informasi Geografis
Dosen Penanggung Jawab : Dr.Ir.Drs.H.Iskandar Muda Purwaamijaya, MT
ID (Identifier) di
Centroid / di
dalam poligon

Posisi X, Y

Informasi
lain (z, ...)

Computer Aided Design


(CAD)

Data Base Digital

Sistem Informasi Geografis :


Suatu sistem berbasis komputer yang mampu mengaitkan
data base grafis (peta) dengan data base atributnya yang
sesuai melalui ID (Identifier) yang unik

Data
Grafik

Struktur
Data Raster

Data Base Management System


(DBMS)

Data
Atribut

Struktur
Data
Network

Struktur
Data Vektor

* Kompleksitas Data
- Raster : Simpel
- Vektor : Rumit
* Data Capture
- Raster : Cepat
- Vektor : Lambat
* Akurasi
- Raster : Kurang
- Vektor : Baik
* Resolusi
- Raster : Terbatas
- Vektor : Detail
* Memori
- Raster : Besar
- Vektor : Kecil

Struktur
Data Hirarki
Struktur Data
Relasional
(Modus)

Implementasi Sistem
(7)

Pemrograman
(6)

Kategorisasi Data:
- Jenis Data
- Tingkat Ketelitian
(3)

Pengumpulan Data Grafis & Atribut


(2)

Gambar 473. Model diagram alir sistem informasi geografi

Umpan Balik
(8)

Revisi
(9)

Pembuatan Mode Fungsional


(5)

Pembuatan Model Konseptual


(4)

Identifikasi Kebutuhan Para Pengguna


(1)

509

16 Sistem Informasi Geografis

Rangkuman
Berdasarkan uraian materi bab 16 mengenai sistem informasi geografis, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. SIG atau GIS merupakan suatu sistem berbasis komputer yang mampu mengaitkan
data base grafis (dalam hal ini adalah peta) dengan data base atributnya yang sesuai.
Sistem Informasi Geogafis merupakan suatu kemajuan baru dari kelanjutan pengguna
Komputer grafik Auto CAD (Computer Aided Design). Sistem Informasi Geogafis
merupakan kombinasi antara CAD dengan data base yang dikaitkan dengan suatu
pengenal unik yang sering dinamakan identifier (ID) tertentu.
2. Keuntungan menggunakan SIG
a. Penanganan data geospatial menjadi lebih baik dalam format baku
b. Revisi dan pemutakhiran data menjadi lebih mudah
c.

Data geospatial dan informasi lebih mudah dicari, dianalisis dan direpresentasikan

d. Menjadi produk bernilai tambah


e. Data geospatial dapat dipertukarkan
f.

Produktivitas staf meningkat dan lebih efisien

g. Penghematan waktu dan biaya


h. Keputusan yang akan diambil menjadi lebih baik
3. Kelebihan dan kekurangan pekerjaan GIS dengan manual/pemetaan Digital
Peta

GIS

Pekerjaan Manual

Penyimpanan

Database Digital dan terpadu

Skala dan standar berbeda

Pemanggilan Kembali

Pencarian dengan Komputer

Cek manual

Pemutahiran

Sistematis

Mahal dan memakan waktu

Analisa Overlay

Sangat cepat

Memakan waktu dan


tenaga

Analisa Spasial

Mudah

Rumit

Penayangan

Murah dan cepat

mahal

5. Sistem komputer untuk SIG terdiri dari perangkat keras (hardware), perangkat lunak
(software) dan prosedur untuk penyusunan pemasukkan data, pengolahan, analisis,
pemodelan (modelling), dan penayangan data geospatial.

510

16 Sistem Informasi Geografis

Soal Latihan
Jawablah pertanyaan pertanyaan di bawah ini dengan tepat!
1. Apa yang di maksud dengan SIG?
2. Coba jelaskan pengertian Geoprosessing?
3. Sebutkan cara pemasukan data spasial?
4. Ada beberapa tahapan dalam pendigitasian peta, coba sebutkan?
5. Dalam SIG ada beberapa fungsi analisis, jelaskan?

Lampiran : A

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (1983). Ukur Tanah 2. Jurusan
Teknik Sipil PEDC. Bandung
Barus, B dan U.S. Wiradisastra. 2000.
Sistem Informasi dan Geografis.
Bogor.
Budiono, M. dan kawan-kawan. 1999. Ilmu
Ukur Tanah. Angkasa. Bandung.
Darmaji, A. 2006. Aplikasi Pemetaan Digital
dan Rekayasa Teknik Sipil dengan
Autocad Development. ITB. Bandung.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
1999. Kurikulum Sekolah Menengah
Kejuruan. Depdikbud. Jakarta.
Departemen Pendidikan Nasional RI. 2003.
Standar Kompetensi Nasional Bidang
SURVEYING. Bagian Proyek Sistem
Pengembangan. Jakarta.
Gayo, Yusuf., dan kawan-kawan. 2005.
Pengukuran Topografi dan Teknik
Pemetaan. PT. Pradjna Paramita.
Jakarta.
Gumilar, I. 2003. Penggunaan Computer
Aided Design (CAD) pada Biro Arsitek.
Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan
FPTK UPI. Bandung.
Gunarta, I.G.W.S. dan A.B. Sailendra. 2003.
Penanganan Masalah Jalan Tembus
Hutan secara Terintegrasi : Kajian
terhadap
Kebutuhan
Kelembagaan
Stakeholders. Jurnal Litbang Jalan
Volume 20 No.3 Oktober. Departemen
Pekerjaan Umum. Bandung.
Gunarso, P. dan kawan-kawan. 2004. Modul
Pelatihan SIG. Pemkab Malinau

Hasanudin, M. dan kawan-kawan. 2004.


Survai dengan GPS. Pradnya Paramita.
Jakarta.
Hendriatiningsih, S. 1990. Engineering
Survey. Teknik geodesi FPTS ITB.
Bandung.
Hayati, S. 2003. Aplikasi Geographical
Information System untuk Zonasi
Kesesuaian Lahan Perumahan di
Kabupaten
Bandung.
Lembaga
Penelitian UPI. Bandung.
Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan.
2005. Struktur Kurikulum Program Studi
Pendidikan Teknik Sipil FPTK UPI.
Jurusan
Diktekbang
FPTK
UPI.
Bandung.
Kusminingrum, N. dan G. Gunawan. 2003.
Evaluasi dan Strategi Pengendalian
Pencemaran Udara di Kota-Kota Besar
di Indonesia. Jurnal Litbang Jalan
Volume 20 No.1 Departemen Pekerjaan
Umum. Bandung.
Lanalyawati. 2004. Pengkajian Pengelolaan
Lingkungan Jalan di Kawasan Hutan
Lindung (Bedugul Bali). Jurnal Litbang
Jalan Volume 21 No.2 Juli. Departemen
Pekerjaan Umum. Bandung.
Marina, R. 2002. Aplikasi Geographical
Information System untuk Evaluasi
Kemampuan Lahan di Kabupaten
Sumedang.
Masri, RM. 2007. Kajian Perubahan
Lingkungan
Zona
Buruk
untuk
Perumahan. SPS IPB. Bogor.
Mira, S. 1988. Poligon. Teknik Geodesi
FTSP ITB. Bandung.

A-1

Lampiran : A

Mira, S. R.M. 1988. Ukuran Tinggi Teliti.


Teknik Geodesi FTSP ITB. Bandung.
Melani, D. 2004. Aplikasi Geographical
Information System untuk Zonasi
Kesesuaian Lahan Perumahan di
Kabupaten
Sumedang.
Jurusan
Pendidikan Teknik Bangunan FPTK
UPI. Bandung.
Mulyani, S.Y.R dan Lanalyawati. 2004.
Kajian Kebijakan dalam Pengelolaan
Lingkungan Jalan di Kawasan Sensitif.
Jurnal Litbang Jalan Volume 21 No.1
Maret. Departemen Pekerjaan Umum.
Bandung.
Parhasta, E. 2002. Tutorial Arcview SIG
Informatika. Bandung.
Purwaamijaya, I.M. 2006. Ilmu Ukur Tanah
untuk Teknik Sipil. FPTK UPI. Bandung.
Purwaamijaya,
I.M.
2005a.
Analisis
Kemampuan Lahan di KecamatanKecamatan
yang
Dilalui
Jalan
Soekarno-Hatta di Kota Bandung Jawa
Barat. Jurnal Permukiman ISSN : 02150778 Volume 21 No.3 Desember 2005.
Departemen Pekerjaan Umum. Badan
Penelitian
dan
Pengembangan.
Bandung.
Purwaamijaya,
I.M.
2005b.
Analisis
Kemampuan Lahan sebagai Acuan
Penyimpangan Gejala Konversi Lahan
Sawah Beririgasi
Menjadi
Lahan
Perumahan di Koridor Jalan SoekarnoHatta Kota Bandung. Jurnal Informasi
Teknik ISSN : 0215-1928 No.28 2005.
Departemen Pekerjaan Umum. Badan
Penelitian
dan
Pengembangan.
Penelitian
dan
Pengembangan
Sumberdaya Air. Balai Irigasi. Bekasi.
Purwaamijaya, I.M. 2005c. Pola Perubahan
Lingkungan yang Disebabkan oleh
Prasarana dan Sarana Jalan (Studi
Kasus : Jalan Soekarno-Hatta di Kota

Bandung
Jawa
Barat).
Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Purworaharjo,U. 1986. Ilmu Ukur Tanah Seri
A Pengukuran Tinggi. Teknik Geodesi
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Bandung.
Purworaharjo,U. 1986. Ilmu Ukur Tanah Seri
B Pengukuran Horisontal. Teknik
Geodesi Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan
Institut
Teknologi
Bandung.
Purworaharjo,U. 1986. Ilmu Ukur Tanah Seri
C Pemetaan Topografi. Teknik Geodesi
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Bandung.
Purworaharjo,U. 1982. Hitung proyeksi
Geodesi
(Proyeksi
Peta).
Teknik
Geodesi Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan
Institut
Teknologi
Bandung.
Staf

Ukur
Tanah.
1982.
Petunjuk
Penggunaan
Planimeter.
Pusat
Pengembangan Penataran Guru
Teknologi. Bandung.

Supratman, A.. 2002. Geometrik Jalan


Raya. FPTK IKIP. Bandung.
Supratman, A.,dan I.M Purwaamijaya. 1992.
Pengukuran Horizontal. Bandung.:
FPTK IKIP.
Supratman, A.,dan I.M Purwaamijaya.
(1992). Modul Ilmu Ukur Tanah. FPTK
IKIP. Bandung.
Susanto dan kawan-kawan. (1994). Modul :
Pemindahan Tanah Mekanis. FPTK
IKIP. Bandung.
Wongsotjitro. 1980. Ilmu
Kanisius .Yogyakarta.

Ukur

Tanah.

Yulianto, W. 2004. Aplikasi AUTOCAD 2002


untuk Pemetaan dan SIG. Gramedia.
Jakarta.

A-2

Lampiran : B

GLOSARIUM
Absis

Analog
Astronomis

:
:

Automatic level

Azimuth

Barometri

Benchmark

Bowditch

BPN
CAD

:
:

Cassini

Collins

Coordinate Set

Cosinus

Cross hair

Cross Section

Datum

Digital

Posisi titik yang diproyeksikan terhadap sumbu X yang arahnya


horizontal pada bidang datar.
Sistem penyajian peta secara manual.
Ilmu yang mempelajari posisi relatif benda-benda langit terhadap
benda-benda langit lainnya.
Sipat datar optis yang mirip dengan tipe kekar tetapi dilengkapi
dengan alat kompensator untuk membuat garis bidik mendatar
dengan sendirinya.
Sudut yang dibentuk dari garis arah utara terhadap garis arah
suatu titik yang besarnya diukur searah jarum jam.
Alat atau metode untuk mengukur tekanan udara yang
diaplikasikan untuk menghitung beda tinggi antara beberapa
titik di atas permukaan bumi yang berkategori gunung (slope >
40 %).
Titik ikat di lapangan yang ditandai oleh patok yang dibuat dari
beton dan besi dan telah diketahui koordinatnya hasil
pengukuran sebelumnya.
Metode koreksi absis dan ordinat pada pengukuran polygon yang
bobotnya adalah perbandingan antara jarak resultante terhadap
total jarak resultante.
Badan Pertanahan Nasional (Kantor Agraria / Pertanahan).
Computer Aided Design. Penyajian gambar secara digital
menggunakan perangkat keras dan perangkat lunak komputer.
Metode pengikatan ke belakang (alat berdiri di atas titik yang
ingin diketahui koordinatnya) yang menggunakan bantuan 2 titik
penolong dan dua buah lingkaran.
Metode pengikatan ke belakang (alat berdiri di atas titik yang
ingin diketahui koordinatnya) yang menggunakan bantuan 1 titik
penolong dan satu buah lingkaran.
Pengaturan koordinat peta analog agar sesuai dengan koordinat
pada sistem koordinat peta digital yang titik-titik ikat acuannya
adalah titik-titik di peta analog yang memiliki nilai-nilai
koordinat.
Besar sudut yang dihitung dari perbandingan sisi datar
terhadap sisi miring.
Benang silang diafragma yang tampak pada lensa objektif
teropong sebagai acuan untuk membaca ketinggian garis bidik
pada rambu ukur.
Profil melintang. Penampang pada arah lebar yang
menggambarkan turun naiknya permukaan suatu bentuk objek.
Titik perpotongan antara ellipsoid referensi dengan geoid (datum
relatif). Pusat ellipsoid referensi berimpit dengan pusat bumi
(datum absolut).
Sistem penyajian informasi (grafis atau teks) secara biner
elektronis.

B-1

Lampiran : B

Digitizer

Distorsi

DGN
Dumpy level

:
:

Ellipsoid

Equator

Flattening

Fokus

Fotogrametri

Geodesi

Geodesic

Geoid

Geometri

Gradien

Grafis
Greenwich

:
:

Grid

Hexagesimal

Higragirum

Horisontal

Indeks

Alat yang digunakan untuk mengubah peta-peta analog menjadi


peta-peta digital dengan menelusuri detail-detail peta satu
persatu.
Perubahan bentuk atau perubahan informasi geometrik yang
disajikan pada bidang lengkung (bola/ellipsoidal) terhadap
bentuk atau informasi geometrik yang disajikan pada bidang
datar.
Datum Geodesi Nasional, datum sistem koordinat nasional.
Sipat datar optis tipe kekar, sumbu tegak menjadi satu dengan
teropong.
Bentuk 3 dimensi dari ellips yang diputar pada sumbu pendeknya
dan merupakan bentuk matematis bumi. Spheroid persamaan
kata ellipsoid.
Garis khatulistiwa yaitu garis yang membagi bumi bagian utara
dan bumi bagian selatan sama besar.
Kegepengan. Nilai yang diperoleh dari pembagian selisih radius
terpendek dengan radius terpanjang ellipsoida terhadap radius
terpendek.
Ketajaman penampakan objek pada teropong dan dapat diatur
dengan tombol fokus.
Ilmu pengetahuan dan teknologi yang mempelajari mengenai
geometris foto-foto udara yang diperoleh dari pemotretan
menggunakan pesawat terbang.
Ilmu pengetahuan dan teknologi yang mempelajari dan
menyajikan informasi bentuk permukaan bumi dengan
memperhatikan kelengkungan bumi.
Kurva terpendek yang menghubungkan dua titik pada permukaan
ellipsoida.
Bentuk tidak beraturan yang mewakili permukaan air laut di
bumi dan memiliki energi potensial yang sama.
Ilmu yang mempelajari bentuk matematis di atas permukaan
bumi.
Besarnya nilai perbandingan sisi muka terhadap sisi samping
yang membentuk sudut tegak lurus (90o)
Penyajian hasil pengukuran dengan gambar.
Kota di Inggris yang dilewati oleh garis meridian
(longitude/bujur) 0o.
Bentuk empat persegi panjang yang merupakan referensi posisi
absis dan ordinat yang diletakkan di muka peta yang panjang dan
lebarnya bergantung pada unit posisi X dan Y yang ditetapkan oleh
pembuat peta berdasarkan kaidah kartografi (pemetaan).
Sistem besaran sudut yang menyajikan sudut dengan sebutan
derajat, menit, second. Satu putaran = 360o. 1o=60. 1=60.
Hg, air raksa yang dipakai sebagai cairan penunjuk nilai tekanan
udara pada alat barometer.
Garis atau bidang yang tegak lurus terhadap garis atau bidang
yang menjauhi pusat bumi.
Garis kontur yang penyajiannya lebih tebal atau lebih ditonjolkan
dibandingkan garis-garis kontur lain setiap selang ketinggian
tertentu.

B-2

Lampiran : B

Interpolasi

Intersection

Galat
GIS

:
:

GPS

Gravitasi

GRS-1980

Hardcopy

Hardware

Informasi
Inklinasi

:
:

Interpolasi

Jalon

Jurusan

Kalibrasi

Kartesian
Kompas

:
:

Kontrol

Kontur

Konvergensi
Konversi

:
:

Koordinat

Metode perhitungan ketinggian suatu titik di antara dua titik


yang dihubungkan oleh garis lurus.
Nama lain dari pengikatan ke muka, yaitu pengukuran titik
tunggal dari dua buah titik yang telah diketahui koordinatnya
dengan menempatkan alat theodolite di atas titik-titik yang telah
diketahui koordinatnya.
Selisih antara nilai pengamatan dengan nilai sesungguhnya.
Geographical Information System. Suatu sistem informasi yang
mampu mengaitkan database grafis dengan data base tekstualnya
yang sesuai.
Global Positioning System. Sistem penentuan posisi global
menggunakan satelit buatan Angkatan Laut Amerika Serikat.
Gaya tarik bumi yang mengarah ke pusat bumi dengan nilai +
9,8 m2/detik.
GeodeticReference System tahun 1984, adalah ellipsoid terbaik
yang memiliki penyimpangan terkecil terhadap geoid (lihat
istilah geoid).
Dokumentasi peta-peta digital dalam bentuk lembaran-lembaran
peta yang dicetak dengan printer atau plotter.
Perangkat keras computer yang terdiri CPU (Central Processing
Unit), keyboard (papan ketik), printer, mouse.
Sesuatu yang memiliki makna atau manfaat.
Sudut vertical yang dibentuk dari garis bidik (dinamakan juga
sudut miring).
Suatu rumusan untuk mencari ketinggian suatu titik yang diapit
oleh dua titik lain dengan konsep segitiga sebangun.
Batang besi seperti lembing berwarna merah dan putih dengan
panjang + 1,5 meter sebagai target bidikan arah horizontal.
Sudut yang dihitung dari selisih absis dan ordinat dengan acuan
sudut nolnya arah sumbu Y positif searah jarum jam.
Suatu prosedur untuk mengeliminasi kesalahan sistematis pada
peralatan pengukuran dengan menyetel ulang komponenkomponen dalam peralatan.
Sistem koordinar siku-siku.
Alat yang digunakan untuk menunjukkan arah suatu garis
terhadap utara magnet yang dipengaruhi magnet bumi.
Upaya mengendalikan data hasil pengukuran di lapangan agar
Memenuhi syarat geometrik tertentu sehingga kesalahan hasil
pengukuran di lapangan dapat memenuhi syarat yang ditetapkan
dan kesalahan-kesalahan acaknya telah dikoreksi.
Garis khayal di permukaan bumi yang menghubungkan titik-titik
dengan ketinggian yang sama dari permukaan air laut rata-rata
(MSL). Garis di atas peta yang menghubungkan titik-titik dengan
ketinggian yang sama dari permukaan air laut rata-rata dan
kerapatannya bergantung pada ukuran lembar penyajian (skala
peta).
Serangkaian garis searah yang menuju suatu titik pertemuan.
Proses mengubah suatu besaran (sudut/jarak) dari suatu sistem
menjadi sistem yang lain.
Posisi titik yang dihitung dari posisi nol sumbu X dan posisi nol
sumbu Y.

B-3

Lampiran : B

Koreksi

Kuadran

Kuadrilateral

Latitude

Leveling head
Logaritma
Longitude

:
:
:

Long Section

Loxodrome

Mapinfo

MSL

Mistar

Meridian

Nivo

Normal

Oblique

Offset

Ordinat

Orientasi

Orthodrome
Overlay

:
:

Nilai yang dijumlahkan terhadap nilai pengamatan sehingga


diperoleh nilai yang dianggap benar. Nilai koreksi = - kesalahan.
Ruang-ruang yang membagi sudut satu putaran menjadi 4
ruang yang pusat pembagiannya adalah titik 0.
Bentuk segiempat dan diagonalnya yang diukur sudut-sudut dan
jarak-jaraknya untuk menentukan koordinat titik di lapangan.
Nama lain garis parallel. Garis-garis khayal yang tegak lurus
garis meridian dan melingkari bumi. Paralel nol berada di
equator atau garis khatulistiwa.
Bagian yang terdiri dari tribach dan trivet, disebut juga kiap.
Nilai yang diperoleh dari kebalikan fungsi pangkat.
Nama lain garis meridian. Garis-garis khayal di permukaan bumi
yang menghubungkan kutub utara dan kutub selatan bumi.
Meridian nol berada di Kota Greenwich, Inggris.
Profil memanjang. Penampang pada arah memanjang yang
menggambarkan turun naiknya permukaan suatu bentuk objek.
Nama lain adalah Rhumbline. Garis (kurva) yang
menghubungkan titik-titik dengan azimuth yang tetap.
Desktop Mapping Software. Perangkat lunak yang digunakan
untuk pembuatan peta digital berinformasi yang dibuat dengan
spesifikasi teknis perangkat keras untuk pemakai tunggal dan
dibuat oleh perusahaan Mapinfo Corporation yang berdomisili di
Kota New York Amerika Serikat.
Mean Sea Level (permukaan air laut rata-rata yang diamati
selama periode tertentu di pinggir pantai). Sebagai acuan titik nol
pengukuran tinggi di darat.
Papan penggaris berukuran 3 meter yang dapat dilipat dua
sebagai target pembacaan diafragma teropong untuk mengukur
tinggi garis bidik (benang atas, benang tengah, benang bawah).
Garis-garis khayal di permukaan bumi yang menghubungkan
kutub utara dan kutub selatan bumi. Meridian nol berada di Kota
Greenwich, Inggris.
Gelembung udara dan cairan yang berada pada tempat berbentuk
bola atau silinder sebagai penunjuk bahwa teropong sipat datar
atau theodolite telah sejajar dengan bidang yang memiliki energi
potensial yang sama.
Proyeksi peta yang sumbu putar buminya berimpit dengan garis
normal bidang perantara (datar, kerucut, silinder).
Proyeksi peta yang sumbu putar buminya membentuk sudut
tajam (< 90o) dengan garis normal bidang perantara (datar,
kerucut, silinder).
Metode pengukuran menggunakan alat-alat sederhana (prisma,
pita ukur, jalon).
Posisi titik yang diproyeksikan terhadap sumbu Y yang arahnya
vertical pada bidang datar.
Pengukuran untuk mengetahui posisi absolute dan posisi relative
Objek-objek di atas permukaan bumi.
Proyeksi garis geodesic pada bidang proyeksi.
Suatu fungsi pada analisis pemetaan digital dan GIS yang
Menumpangtindihkan tema-tema dengan jenis pengelompokkan
yang berbeda.

B-4

Lampiran : B

Pantograph

Paralel

Pegas

Pesawat
Phytagoras

:
:

Planimeter
Planimetris
Point Set

:
:
:

Polar
Polyeder

:
:

Polygon

Profil

Proyeksi peta

Radian

RAM

Raster

Remote Sensing

Resiprocal

Reversible level

Rotasi

Alat yang digunakan untuk memperbesar atau memperkecil


objek gambar.
Garis-garis khayal yang tegak lurus garis meridian dan
melingkari bumi. Paralel nol berada di equator atau garis
khatulistiwa.
Gulungan kawat berbentuk spiral yang dapat memanjang dan
memendek karena gaya tekan atau tarik yang digunakan pada
alat sipat datar.
Istilah untuk alat ukur optis waterpass atau theodolite.
Ilmuwan yang menemukan rumusan kuadrat garis terpanjang di
suatu segitiga dengan salah satu sudutnya 90o adalah sama
dengan perjumlahan kuadrat 2 sisi yang lain.
Alat untuk menghitung koordinat secara konvensional.
Bidang datar (2 dimensi) yang dinyatakan dalam sumbu X dan Y
Pengaturan koordinat peta analog agar sesuai dengan koordinat
pada sistem koordinat peta digital yang titik-titik ikat acuannya
adalah titik-titik di peta analog yang identik dengan titik-titik di
peta digital yang telah ada.
Sistem koordinat kutub (sudut dan jarak).
Sistem proyeksi dengan bidang perantara kerucut, sumbu putar
bumi berimpit dengan garis normal kerucut, informasi geometric
yang dipertahankan sama adalah sudut (conform) dan tangent.
Serangkaian garis-garis yang membentuk kurva terbuka atau
Tertutup untuk menentukan koordinat titik-titik di atas
permukaan bumi.
Potongan gambaran turun dan naiknya permukaan tanah baik
memanjang atau melintang.
Proses memindahkan informasi geometrik dari bidang lengkung
(bola/ellipsoidal) ke bidang datar melalui bidang perantara
(bidang datar, kerucut, silinder).
Sistem besaran sudut yang menyajikan sudut satu putaran =
2 radian. = 22/7 = 3,14
Random Acces Memory. Bagian dalam komputer yang
digunakan sebagai tempat menyimpan dan memroses fungsifungsi matematis untuk sementara waktu.
Penyajian peta atau gambar secara digital menggunakan unit-unit
terkecil berbentuk bujur sangkar. Ketelitian unit-unit terkecil
dinamakan dengan resolusi.
Penginderaan jauh. Pemetaan bentuk permukaan bumi
menggunakan satelit buatan dengan ketinggian tertentu yang
direkam secara digital dengan ukuran-ukuran kotak tertentu yang
dinamakan pixel.
Salah satu metode pengukuran beda tinggi dengan menggunakan
2 alat sipat datar dan rambunya yang dipisahkan oleh halangan
alam berupa sungai atau lembah dan dilakukan bolak-balik untuk
meningkatkan ketelitian hasil pengukuran.
Sipat datar optis tipe reversi yang teropongnya dapat diputar
pada sumbu mekanis dan disangga oleh bagian tengah yang
mempunyai sumbu tegak.
Perubahan posisi suatu objek karena diputar pada suatu sumbu
putar tertentu.

B-5

Lampiran : B

Sarrus

Scanner

Sentisimal

Simetris
Sinus

:
:

Skala

Softcopy
Software
Stadia

:
:
:

Statif
Tachymetri

:
:

Tangen

Tilting level

TM-3

Topografi

Total Station

Trace

Transit

Transversal

Triangulasi

Triangulaterasi

Tribach
Trigonometri

:
:

Trilaterasi

Orang yang menemukan rumusan perhitungan luas dengan nilainilai koordinat batas kurva.
Alat yang mengubah gambar-gambar atau peta-peta analog
Menjadi gambar-gambar/peta-peta digital dengan cara
mengkilas.
Sistem besaran sudut yang menyajikan sudut dengan sebutan grid,
centigrid, centicentigrid. Satu putaran = 400g, 1g=100c, 1c=100cc.
Bagian yang dibagi sama besar oleh suatu garis diagonal.
Besar sudut yang dihitung dari perbandingan sisi muka terhadap
sisi miring.
Nilai perbandingan besaran jarak atau luas di atas kertas terhadap
jarak dan luas di lapangan.
Dokumentasi peta-peta digital dalam bentuk file-file digital.
Perangkat lunak computer untuk berbagai macam kepentingan.
Benang tipis berwarna hitam yang tampak di dalam teropong
alat.
Kaki tiga untuk menyangga alat waterpass atau theodolite optis.
Metode pengukuran titik-titik detail menggunakan alat theodolite
yang diikatkan pada pengukuran kerangka dasar vertikal dan
horisontal.
Besar sudut yang dihitung dari perbandingan sisi muka terhadap
sisi miring.
Sipat datar optis tipe jungkit yang sumbu tegak dan teropong
Dihubungkan dengan engsel dan sekrup pengungkit.
Sistem proyeksi Universal Transverse Mercator dengan faktor
o
Skala di meridian sentral adalah 0,9999 dan lebar zone = 3 .
Peta yang menyajikan informasi di atas permukaan bumi baik
unsur alam maupun unsur buatan manusia dengan skala sedang
dan kecil.
Alat ukur theodolite yang dilengkapi dengan perangkat elekronis
untuk menentukan koordinat dan ketinggian titik detail secara
otomatis digital menggunakan gelombang elektromagnetis.
Serangkaian garis yang merupakan garis tengah suatu bangunan
(jalan, saluran, jalur lintasan).
Metode koreksi absis dan ordinat pada pengukuran polygon yang
bobotnya adalah perbandingan antara jarak proyeksi pada sumbu
X atau Y terhadap total jarak proyeksi pada sumbu X atau Y.
Proyeksi peta yang sumbu putar buminya tegak lurus
(membentuk sudut 90o) dengan garis normal bidang perantara
(datar, kerucut, silinder).
Serangkaian segitiga yang diukur sudut-sudutnya untuk
Menentukan koordinat titik-titik di lapangan.
Serangkaian segitiga yang diukur sudut-sudut dan jarak-jaraknya di
lapangan untuk menentukan koordinat titik-titik di lapangan.
Penyangga sumbu kesatu dan teropong.
Bagian dari ilmu matematika yang diaplikasikan untuk
Menghitung beda tinggi antara beberapa titik di atas permukaan
bumi yang berkategori bermedan bukit (8%< slope < 40 %).
Serangkaian segitiga yang diukur jarak-jaraknya untuk
Menentukan koordinat titik-titik di lapangan.

B-6

Lampiran : B

Trivet

Unting-unting

UTM

Vektor

Vertikal
Visual
Waterpass

:
:
:

WGS-84

Zenith
Zone

:
:

Bagian terbawah dari alat sipat datar dan theodolite yang dapat
dikuncikan pada
statif.
Bentuk silinder-kerucut terbuat dari kuningan yang digantung di
bawah alat waterpass atau theodolite sebagai penunjuk arah titik
nadir atau pusat bumi yang mewakili titik patok.
Universal Transverse Mercator. Sistem proyeksi peta global yang
memiliki lebar zona 6o sehingga jumlah zona UTM seluruh dunia
adalah 60 zona. Bidang perantara yang digunakan adalah silinder
dengan posisi transversal (sumbu putar bumi tegak lurus
terhadap garis normal silinder), informasi geometrik yang
dipertahankan sama adalah sudut (konform) dan secant.
Penyajian peta atau gambar secara digital menggunakan garis,
titik dan kurva. Ketelitian unit-unit terkecil dinamakan dengan
resolusi.
Garis atau bidang yang menjauhi pusat bumi.
Penglihatan kasat mata.
Alat atau metode yang digunakan untuk mengukur tinggi
garis bidik di atas permukaan bumi yang berkategori bermedan
datar (slope < 8 %).
World Geodetic System tahun 1984, adalah ellipsoid terbaik yang
Memiliki penyimpangan terkecil terhadap geoid (lihat istilah
geoid).
Titik atau garis yang menjauhi pusat bumi dari permukaan bumi.
Kurva yang dibatasi oleh batas-batas dengan kriteria tertentu.

B-7

Lampiran : C

DAFTAR TABEL
No
1
2
3
4

5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

15

16

17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29

Teks
Ketelitian posisi horizontal (x,y)
titik triangulasi
Tingkat Ketelitian Pengukuran
Sipat Datar
Tingkat Ketelitian Pengukuran
Sipat Datar
Ukuran kertas untuk
penggambaran hasil
pengukuran dan pemetaan
Formulir pengukuran sipat
datar
Formulir pengukuran sipat
datar
Kelas proyeksi peta
Aturan kuadran trigonometris
Cara Sentisimal ke cara
seksagesimal
Cara Sentisimal ke cara radian
Cara seksagesimal ke cara
radian
Cara radian ke cara sentisimal
Cara seksagesimal ke cara
radian
Buku lapangan untuk
pengukuran sudut dengan
repitisi.
Metode perhitungan perbedaan
sudut ganda dan perbedaan
observasi
Arti dari perbedaan sudut
ganda dan perbedaan
observasi.
Buku lapangan sudut vertikal.
Daftar Logaritma
Hitungan dengan cara
logaritma
Hitungan cara logaritma
Ukuran Kertas Seri A
Bacaan sudut
Jarak
Formulir pengukuran poligon 1
Formulir pengukuran poligon 2
Formulir pengukuran poligon 3
Contoh perhitungan garis bujur
ganda
format daftar planimeter tipe 1
format daftar planimeter tipe 2

Hal

No

Teks

14

30
31

60

32

95

33

Formulir pengukuran titik detail


Formulir pengukuran titik detail
posisi 1
Formulir pengukuran titik detail
posisi 2
Formulir pengukuran titik detail
posisi 3
Formulir pengukuran titik detail
posisi 4
Formulir pengukuran titik detail
posisi 5
Formulir pengukuran titik detail
posisi 6
Formulir pengukuran titik detail
posisi 7
Formulir pengukuran titik detail
posisi 8
Bentuk muka tanah dan
interval kontur.
Tabel perhitungan galian dan
timbunan
Daftar load factor dan
procentage swell dan berat dari
berbagai bahan
Daftar load factor dan
procentage swell dan berat dari
berbagai bahan
Keunggulan dan kekurangan
pemetaan digital dengan
konvensional
Contoh keterangan warna
gambar
Keterangan koordinat
Kelebihan dan kekurangan
pekerjaan GIS dengan
manual/pemetaan Digital
Pendigitasian Konvensional di
banding pendigitasian GPS
Beberapa fungsi tetangga
sederhana
Perbandingan Bentuk Data
Raster dan Vektor

107
114
115
122
139
147
148
149
150

34
35
36
37
38
39
40
41

151
42
183
43
183
44
184
184
200

45
46

204
225
276
280
280
296
297
298

47
48
49

Hal
366
367
368
369
370
371
372
373
374
382
422

424

425

435
458
458

470
486
497
499

312
319
319

C-1

Lampiran : D

DAFTAR GAMBAR
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36

Teks
Anggapan bumi
Ellipsoidal bumi
Aplikasi pekerjaan
pemetaan pada
bidang teknik sipil
Staking out
Pengukuran sipat datar optis
Alat sipat datar
Pita ukur
Rambu ukur
Statif
Barometris
Pengukuran Trigonometris
Pengukuran poligon
Jaring-jaring segitiga
Pengukuran pengikatan ke
muka
Pengukuran collins
Pengukuran cassini
Macam macam sextant
Alat pembuat sudut siku cermin
Prisma bauernfiend
Jalon
Pita ukur
Pengukuran titik detail
tachymetri
Diagram alir pengantar survei
dan pemetaan
Kesalahan pembacaan rambu
Pengukuran sipat datar
Prosedur Pemindahan Rambu
Kesalahan Kemiringan Rambu
Pengaruh kelengkungan bumi
Kesalahan kasar sipat datar
Kesalahan Sumbu Vertikal
Pengaruh kesalahan kompas
theodolite
Sket perjalanan
Gambar Kesalahan Hasil
Survei
Kesalahan karena penurunan
alat
Pembacaan pada rambu I
Pembacaan pada rambu II

Hal
2
3
6
6
7
9
9
9
9
10
10
12
15
16
17
18
18
19
19
19
19
21
22
26
27
27
28
29
30
31
36
37
37
39
40
41

No

Teks

Hal

37
38
39
40
41
42
43
44

Kesalahan Skala Nol Rambu


Bukan rambu standar
Sipat Datar di Suatu Slag
Rambu miring
Kelengkungan bumi
Kelengkungan bumi
Refraksi atmosfir
Model diagram alir teori
kesalahan
Pengukuran sipat datar optis
Keterangan pengukuran sipat
datar
Cara tinggi garis bidik
Cara kedua pesawat di tengahtengah
Keterangan cara ketiga
Cotoh pengukuran resiprokal
Sipat datar tipe jungkit
Contoh pengukuran resiprokal
Dumpy level
Tipe reversi
Dua macam tilting level
Bagian-bagian dari tilting level
Instrumen sipat datar otomatis
Bagian-bagian dari sipat datar
otomatis
Rambu ukur
Contoh pengukuran
trigonometris
Gambar koreksi trigonometris
Bagian-bagian barometer
Barometer
Pengukuran tunggal
Pengukuran simultan
Model diagram alir pengukuran
kerangka dasar vertikal
Proses pengukuran
Arah pengukuran
Alat sipat datar
Rambu ukur
Cara menggunakan rambu
ukur di lapangan
Statif
Unting-unting
Patok kayu dan beton/ besi
Pita ukur
Payung

42
43
47
54
55
55
56

45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76

57
61
63
63
65
65
67
67
68
72
73
74
75
76
76
78
79
80
81
82
84
85
87
91
91
92
92
93
93
93
94
94
94

D-1

Lampiran : D

No

Teks

Hal

No

Teks

Hal

77
78
79

Cat dan kuas


Pengukuran sipat datar
Pengukuran sipat datar rambu
ganda
Pengukuran sipat datar di luar
slag rambu
Pengukuran sipat datar dua
rambu
Pengukuran sipat datar
menurun
Pengukuran sipat datar menaik
Pengukuran sipat datar tinggi
bangunan
Pembagian kertas seri A
Pengukuran kerangka dasar
vertikal
Diagram alir pengukuran sipat
datar kerangka dasar vertikal
Jenis bidang proyeksi dan
kedudukannya terhadap
bidang datum
Geometri elipsoid.
Rhumbline atau loxodrome
menghubungkan titik-titik
Oorthodrome dan loxodrome
pada proyeksi gnomonis dan
proyeksi mercator.
Proyeksi kerucut: bidang datum
dan bidang proyeksi.
Proyeksi polyeder: bidang
datum dan bidang proyeksi.
Lembar proyeksi peta polyeder
di bagian lintang utara dan
lintang selatan
Konvergensi meridian pada
proyeksi polyeder.
Kedudukan bidang proyeksi
silinder terhadap bola bumi
pada proyeksi UTM
Proyeksi dari bidang datum ke
bidang proyeksi.
Pembagian zone global pada
proyeksi UTM.
Konvergensi meridian pada
proyeksi UTM
Sistem koordinat proyeksi peta
UTM.
Grafik faktor skala proyeksi
peta UTM
Peta kota Bandung
Peta Geologi

95
98

104
105
106
107
108
109
110
111
112
113

Peta statistik
Peta sungai
Peta jaringan
Peta dunia
Sistem koordinat geografis
Bumi sebagai spheroid.
Sudut jurusan
Aturan kuadran geometris
Aturan kuadran trigonometris
Model diagram alir sistem
koordinat proyeksi peta dan
aturan kuadran
Pembacan derajat
Pembacaan grade
Pembacaan menit
Pembacaan centigrade
Sudut jurusan
Sudut miring
Cara pembacaan sudut
mendatar dan sudut miring
Arah sudut zenith (sudut
miring).
Theodolite T0 Wild
Theodolite
Metode untuk menentukan
arah titik A.
Metode untuk menentukan
arah titik A dan titik B.
Theodolite (tipe sumbu ganda)
Theodolite (tipe sumbu
tunggal)
Sistem lensa teleskop
Penyimpangan kromatik
Penyimpangan speris
Diafragma (benang silang)
Tipe benang silang
Pembidik Ramsden
Teleskop pengfokus dalam
Niveau tabung batangan
Niveau tabung bundar.
Hubungan antara gerakan
gelembung dan inklinasi.
Berbagai macam lingkaran
graduasi.
Vernir langsung.
Pembacaan vernir langsung
Pembacaan vernir mundur
20,7.

134
134
135
135
138
138
140
140
140

80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103

99
100
101
101
102
102
107
116
117
123
124
124
124
125
125

114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127

126
126
128
129
129
130
131
131
133
133

128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141

141
155
155
155
155
156
156
156
157
158
159
160
160
162
162
162
164
164
164
164
165
165
166
166
167
168
168
168
168

D-2

Lampiran : D

No

Teks

142

Pembacaan berbagai macam


vernir.
Sistem optis theodolite untuk
mikrometer skala.
Pembacaan mikrometer skala
Sistem optis mikrometer tipe
berhimpit.
Contoh pembacaan mikrometer
tipe berhimpit.
Sistem optis theodolite dengan
pembacaan tipe berhimpit
Alat penyipat datar speris.
Alat penyipat datar dengan
sentral bulat.
Unting-unting
Alat penegak optis
Kesalahan sumbu kolimasi.
Kesalahan sumbu horizontal
Kesalahan sumbu vertikal.
Kesalahan eksentris.
Kesalahan luar.
Penyetelan sekrup-sekrup
penyipat datar
Penyetelan benang silang
(Inklinasi).
Penyetelan benang silang
(Penyetelan garis longitudinal).
Penyetelan sumbu horizontal.
Pengukuran sudut tunggal.
Metode arah
Metode sudut.
Koreksi otomatis untuk sudut
elevasi
Metode pengukuran sudut
vertikal (1).
Metode observasi sudut
vertikal (2).
Metode observasi sudut
vertikal (3).
Diagram alir macam sistem
besaran sudut
Pengukuran Jarak
Lokasi Patok
Spedometer
Pembagian kuadran azimuth
Azimuth Matahari
Pengikatan Kemuka
Pengikatan ke muka

143
144
145
146
147
148
149
150
151
152
153
154
155
156
157
158
159
160
161
162
163
164
165
166
167
168
169
170
171
172
173
174
175

Hal

No

Teks

Hal

169

176
177
178

Pengikatan ke muka
Pengikatan ke muka
Model Diagram Alir Jarak,
Azimuth dan Pengikatan Ke
Muka
Kondisi alam yang dapat
dilakukan cara pengikatan
ke muka
Kondisi alam yang dapat
dilakukan cara pengikatan ke
belakang
Pengikatan ke muka
Pengikatan ke belakang
Tampak atas permukaan bumi
Pengukuran yang terpisah
sungai
Alat Theodolite
Rambu ukur
Statif
Unting-unting
Contoh lokasi pengukuran
Penentuan titik A,B,C dan P
Pemasangan Theodolite di titik
P
Penentuan sudut mendatar
Pemasangan statif
Pengaturan pembidikan
theodolite
Penentuan titik penolong
Collins
Besar sudut dan
Garis bantu metode Collins
Penentuan koordinat H dari titik
A
Menentukan sudut ah
Menentukan rumus dah
Penentuan koordinat H dari titik
B
Menentukan sudut D bh

202
203

169
169

179
170
170
170
171
171
172
172
172
174
174
175
175
176
177
177
178
179
182
183
183
185
185
185
186
189
190
191
193
196
198
199

180
181
182
183
184
185
186
187
188
189
190
191
192
193
194
195
196
197
198
199
200
201
202
203
204
205
206
207
208

Menentukan rumus dbh


Penentuan koordinat P dari titik
A
Menentukan sudut ap
Menentukan sudut
Menentukan rumus dap
Penentuan koordinat P dari titik
B

205
208
208
209
209
210
210
211
212
212
212
212
213
213
213
214
214
215
216
217
217
217
218
218
218
219
219
219
219
220
220

D-3

Lampiran : D

No

Teks

Hal

No

Teks

Hal

209
210
211

Menentukan sudut bp
Menentukan rumus dbp
Cara Pengikatan ke belakang
metode Collins
Menentukan besar sudut dan

Menentukan koordinat titik


penolong Collins
Menentukan titik P
Menentukan koordinat titik A,B
dan C pada kertas grafik
Garis yang dibentuk sudut
dan
Pemasangan transparansi
pada kertas grafik
Model diagram alir cara
pengikatan ke belakang
metode collins
Pengukuran di daerah tebing
Pengukuran di daerah jurang
Pengukuran terpisah jurang
Pengikatan ke belakang
metode Collins
Pengikatan ke belakang
metode Cassini
Theodolite
Rambu ukur
Statif
Unting-unting
Pengukuran sudut dan di
lapangan.
Lingkaran yang
menghubungkan titik A, B, R
dan P.
Lingkaran yang
menghubungkan titik B, C, S
dan P.
Cara pengikatan ke belakang
metode Cassini
Menentukan dar
Menentukan ar
Menentukan das
Menentukan as
Penentuan koordinat titik A, B
dan C.
Menentukan sudut 900 dan
0
90 -
Penentuan titik R dan S
Penarikan garis dari titik R ke S

220
220

240
241

Penentuan titik P
Model diagram alir cara
pengikatan ke belakang
metode cassini
Poligon terbuka
Poligon tertutup
Poligon bercabang
Poligon kombinasi
Poligon terbuka tanpa ikatan
Poligon Terbuka Salah Satu
Ujung terikat Azimuth
Poligon Terbuka Salah Satu
Ujung Terikat Koordinat
Poligon Terbuka Salah Satu
UjungTerikat Azimuth dan
Koordinat
Poligon Terbuka Kedua Ujung
Terikat Azimuth
Poligon terbuka, salah satu
ujung terikat azimuth
sedangkan sudut lainnya
terikat koordinat
Poligon Terbuka Kedua Ujung
Terikat Koordinat
Poligon Terbuka Salah Satu
Ujung Terikat Koordinat dan
Azimutk Sedangkan Yang Lain
Hanya Terikat Azimuth
Poligon Terbuka Salah Satu
Ujung Terikat Azimuth dan
Koordinat Sedangkan Ujung
Lain Hanya Terikat Koordinat
Poligon Terbuka Kedua Ujung
Terikat Azimuth dan Koordinat
Poligon Tertutup
Topcon Total Station-233N
Statif
Unting-Unting
Patok Beton atau Besi
Rambu Ukur
Payung
Pita Ukur
Formulir dan alat tulis
Benang
Nivo Kotak
Nivo tabung
Nivo tabung
Jalon Di Atas Patok

248

212
213
214
215
216
217
218
219
220
221
222
223
224
225
226
227
228
229
230
231
232
233
234
235
236
237
238
239

222

229

242
243
244
245
246
247

229

248

229

249

230
233
233
234

250

235

252

235
236
236
236
237

253

228
228
228

251

254

238
255
238
239
239
240
240
241
241
248
248
248
248

256
257
258
259
260
261
262
263
264
265
266
267
268
269

249
255
255
255
256
256
257
257
258
259

259
260

261

262
263
263
265
265
266
266
267
267
267
268
268
269
269
269
271

D-4

Lampiran : D

No

Teks

Hal

No

Teks

270
271
272
273
274

Penempatan Rambu Ukur


Penempatan Unting-Unting
Pembagian Kertas Seri A
Skala Grafis
Situasi titik-titik KDH poligon
tertutup metode transit
Situasi titik-titik KDH poligon
tertutup metode bowdith
Situasi lapangan metode transit
Situasi lapangan metode
Bowditch
Model Diagram Alir kerangka
dasar horizontal metode
poligon
Metode diagonal dan tegak
lurus
Metode trapesium
Offset dengan interval tidak
tetap
Offset sentral
Metoda simpson
Metoda 3/8 simpson
Garis bujur ganda pada poligon
metode koordinat tegak lurus
Metode koordinat tegak lurus
Metode kisi-kisi
Metode lajur
Planimeter fixed index model
Sliding bar mode dengan skrup
penghalus
Sliding bar mode tanpa skrup
penghalus
Pembacaan noneus model 1
dan 2
Bacaan roda pengukur
Penempatan planimeter
Gambar kerja
Gambar pengukuran peta
dengan planimeter liding bar
model yang tidak dilengkapi
zero setting (pole weight/diluar
kutub)
Hasil bacaan positif
Hasil bacaan negatif
Pengukuran luas peta pole
weight (pemberat kutup) di
dalam peta
Pengukuran luas peta pole
weight dalam peta

271
272
276
277

301

299

303

300
301

304

Pembagian luas yang sama


dengan garis lurus sejajar
salah satu segitiga
Pembagian luas yang sama
dengan garis lurus melalui
sudut puncak segitiga
Pembagian dengan
perbandingan a : b : c
Pembagian dengan
perbandingan m : n oleh suatu
garis lurus melalui salah satu
sudut segiempat
Pembagian dengan garis lurus
sejajar dengan trapesium
Pembagian suatu poligon
Penentuan garis batas
Perubahan segi empat menjadi
trapesium
Pengurangan jumlah sisi
polygon tanpa merubah luas
Perubahan garis batas yang
berliku-liku menjadi garis lurus
Perubahan garis batas
lengkung menjadi garis lurus
Posisi start yang harus di klik
Start all Program autocad
2000
Worksheet autocad 2000
Open file
Open file
Gambar penampang yang
akan dihitung Luasnya
Klik poin untuk menghitung
luas
Klik poin untuik menghitung
luas
Diagram alir perhitungan luas
Prinsip tachymetri
Sipat datar optis luas
Pengukuran sipat datar luas
Tripod pengukuran vertikal
Theodolite Topcon
Statif
Unting-unting
Jalon di atas patok
Pita ukur
Rambu ukur
Payung
Formulir Ukur

275
276
277
278
279
280
281
282
283
284
285
286
287
288
289
290
291
292
293
294
295
296

297
298
299
300

302

302
305
303
307
308
309
309
309
310
311
312
313
313
314

306
307
308
309
310
311
312
313

315

314
315
316
317

316

318

317
318
321
321

319

322
323
324
325
327

320
321
322
323
324
325
326
327
328
329
330
331
332

Hal

327
328
328

328
328
329
330
330
330
331
331
331
331
332
332
332
332
333
333
334
339
341
350
350
353
353
353
354
354
354
354
354

D-5

Lampiran : D

No

Teks

Hal

No

Teks

333
334
335
336

Cat dan Kuas


Benang
Segitiga O BT O
Pengukuran titik detail
tachymetri
Theodolit T0 wild
Siteplan pengukuran titik detail
tachymetri
Kontur tempat pengukuran titik
detail tachymetri
Pengukuran titik detail
tachymetri dengan garis kontur
1
Pengukuran titik detail
tachymetri dengan garis kontur
2
Diagram alir Pengukuran titiktitik detail metode tachymetri
Pembentukan garis kontur
dengan membuat proyeksi
tegak garis perpotongan
bidang mendatar dengan
permukaan bumi.
Penggambaran kontur
Kerapatan garis kontur pada
daerah curam dan daerah
landai
Garis kontur pada daerah
sangat curam.
Garis kontur pada curah dan
punggung bukit.
Garis kontur pada bukit dan
cekungan
Kemiringan tanah dan kontur
gradient
Potongan memanjang dari
potongan garis kontur
Bentuk, luas dan volume
daerah genangan berdasarkan
garis kontur.
Rute dengan kelandaian
tertentu.
Titik ketinggian sama
berdasarkan garis kontur
Garis kontur dan titik ketinggian
Pengukuran kontur pola spot
level dan pola grid.
Pengukuran kontur pola radial.
Pengukuran kontur cara
langsung
Interpolasi kontur cara taksiran

355
355
358

359

Letak garis pantai dan garis


kontur 1m
Perubahan garis pantai dan
garis kontur sesudah kenaikan
muka air laut.
Garis kontur lembah,
punggungan dan perbukitan
yang memanjang.
Plateau
Saddle
Pass
Menggambar penampang
Kotak dialog persiapan Surfer
Peta tiga dimensi
Peta kontur dalam bentuk dua
dimensi.
Lembar worksheet.
Data XYZ dalam koordinat
kartesian
Data XYZ dalam koordinat
decimal degrees.
Jendela editor menampilkan
hasil perhitungan volume.
Jendela GS scripter
Simbolisasi pada peta kontur
dalam surfer.
Peta kontur dengan kontur
interval I.
Peta kontur dengan interval 3
Gambar peta kontur dan model
3D.
Overlay peta kontur dengan
model 3D
Base map foto udara.
Alur garis besar pekerjaan
pada surfer.
Lembar plot surfer.
Obyek melalui digitasi.
Model diagram alir garis kontur,
sifat dan interpolasinya
Sipat datar melintang
Tongkat sounding
Potongan tipikal jalan
Contoh penampang galian dan
timbunan
Meteran gulung
Pesawat theodolit
Jalon

337
338
339
340
341
342
343

344
345
346
347
348
349
350
351
352
353
354
355
356
357
358

359
361
362
363
364
365
375

360
361
362
363
364
365
366
367
368
369
370
371

378
379
380
380

372
373
374
375

381

376
377

381

378

382

379
380

383
383
383
384
384
385
385
386
387

381
382
383
384
385
387
388
389
390
391

Hal

389
389
390
391
391
391
393
394
395
395
396
396
397
397
398
399
399
400
401
401
402
402
403
404
405
410
410
411
412
413
413
413

D-6

Lampiran : D

No

Teks

Hal

No

Teks

392
393
394

Rambu ukur
Stake out pada bidang datar
Stake out pada bidang yang
berbeda ketinggian
Stake out beberapa titik
sekaligus
Volume cara potongan
melintang rata-rata
Volume cara jarak rata-rata
Volume cara prisma
Volume cara piramida kotak
Volume cara dasar sama bujur
sangkar
Volume cara dasar sama
segitiga
volume cara kontur
Penampang melintang jalan
ragam 1
Penampang melintang jalan
ragam 2
Penampang melintang jalan
ragam 3
Penampang trapesium
Penampang timbunan
Koordinat luas penampang
Volume trapesium
Penampang galian
Penampang timbunan
Penampang galian dan
timbunan
Penampang melintang galian
dan timbunan
Diagram alir perhitungan galian
dan timbunan
Perangkat keras
Perangkat keras Scanner
Peta lokasi
Beberapa hasil pemetaan
digital, yang dilakukan oleh
Bakosurtanal
Salah satu alat yang dipakai
dalam GPS type NJ 13
Hasil Foto Udara yang
dilakukan di daerah Nangroe
Aceh Darussalam yang
dilakukan pasca Tsunami,
untuk keperluan Infrastruktur
Rehabilitasi dan Konstruksi

413
413

421

Hasil Foto Udara yang


dilakukan di daerah Nangroe
Aceh Darussalam yang
dilakukan pasca Tsunami,
untuk keperluan Infrastruktur
Rehabilitasi dan Konstruksi
Contoh Hasil pemetaan Digital
Menggunakan AutoCAD
Contoh : Hasil pemetaan
Digital Menggunakan AutoCAD
Hasil pemetaan Digital
Menggunakan AutoCAD
Hasil pemetaan Digital
Menggunakan AutoCAD
Tampilan auto cad
Current pointing device
Grid untuk pengujian digitizer
Grid untuk peta skala 1:25.000.
Bingkai peta dan grid UTM per
1000 m
Digitasi jalan arteri dan jalan
lokal, (a) peta asli, (b) hasil
digitasi jalan, kotak kecil adalah
vertex (tampil saat objek
terpilih).
Perbesaran dan perkecilan
Model Digram Alir Pemetaan
Digital
Contoh : Penggunaan
Komputer dalam Pembuatan
Peta
Contoh : Penggunaan
Komputer dalam Pembuatan
Peta
Komputer sebagai fasilitas
pembuat peta
Foto udara suatu kawasan
Contoh : Peta udara Daerah
Propinsi Aceh
Data grafis mempunyai tiga
elemen : titik (node), garis (arc)
dan luasan (poligon)
Peta pemuktahiran pasca
bencana tsunami
Komponen utama SIG
Perangkat keras
Perangkat keras keyboard
Perangkat keras CPU
Perangkat keras Scanner

395
396
397
398
399
400
401
402
403
404
405
406
407
408
409
410
411
412
413
414
415
416
417
418
419
420

414
414
415
415
416
416
416
416
417
421
421
422
425
426
426
427
428
429
430

422
423
424
425
426
427
428
429
430
431

432
433
434
435

431
432
436
436
441

436
437
438
439

442
443

444

440
441
442
443
444
445

Hal

445
453
453
454
454
455
456
457
459
460

461
462
466
470
470
471
471
471
472
472
474
474
475
475
475

D-7

Lampiran : D

No

Teks

Hal

No

Teks

Hal

446
447
448

Perangkat keras monitor


Perangkat keras mouse
Peta arahan pengembangan
komoditas pertanian kabupaten
Ketapang, Kalimantan Barat
Peta Citra radar Tanjung
Perak, Surabaya
Peta hasil foto udara daerah
Nangroe Aceh Darussalam
Pasca Tsunami
NPS360 for robotic Total
Station
NK10 Set Holder dan Prisma
Canister
NK12 Set Holder dan Prisma
NK19 Set
GPS type NL 10
GPS type NL 14 fixed adapter
GPS type NJ 10 with optical
plummet
GPS type NK 12 Croth single
prism Holder Offset : 0 mm
GPS type CPH 1 A Leica
Single Prism Holder Offset : 0
mm
Peta digitasi kota Bandung
tentang perkiraan daerah
rawan banjir
Peta hasil analisa SPM
(Suspended Particular Matter)
Peta prakiraan awal musim
kemarau tahun 2007 di daerah
Jawa
Peta kedalaman tanah efektif di
daerah jawa barat Bandung
Peta Curah hujan di daerah
Jawa Barat-Bandung
Peta Pemisahan Data vertikal
dipakai untuk penunjukan
kawasan hutan dan perairan
Indonesia

475
475

466

492

478

468

478

469

Peta Vegetasi Indonesia


(Tahun 2004)
Peta perubahan penutupan
lahan pulau Kalimantan
Peta infrastruktur di daerah
Nangreo Aceh Darussalam
Garis interpolasi hasil program
Surfer
Garis kontur hasil interpolasi
Interpolasi Kontur cara taksiran
Mapinfo GIS
Model Diagram Alir Sistem
Informasi Geografis

449
450
451
452
453
454
455
456
457
458
459
460
461
462
463
464
465

479
479
479
479
479
480
480

467

470
471
472
473

492
494
505
505
506
507
508

480
480
480
481
481
481
490
490

491

D-8

Diunduh dari BSE.Mahoni.com

Anda mungkin juga menyukai