NIM : 1141420031
Prodi : Teknik Kimia / V
A. NYLON 6,10
Nylon 6,10 merupakan produk dari polimerisasi kondensasi. Nylon-6,10 adalah
poliamida semicrystalline yang umumnya digunakan dalam bentuk monofilamen dalam
aplikasi seperti bulu dan kuas karena sifatnya yang menyerap air rendah dibandingkan
dengan nilon lain, mempertahankan sifat yang lebih baik saat basah.
Properties
Glass transition temperature: 50oC.
Melting temperature: 215oC.
Amorphous density at 25oC: 1.04 g/cm3.
Crystalline density at 25oC: 1.19 g/cm3.
Molecular weight of repeat unit: 282.43 g/mol.
Rumus : C16H30O2N2
glass, atau bisa pula dengan mengalirkan larutan melewati batang gelas secara
perlahan).
3. Setelah 5 menit, tuangkan kembali larutan sisa heksametilendiamina ke dalam larutan
sebacoyldichloride.
4. Letakkan beaker glass pada rak, tunggu hingga reaksi selesai. Setelah beberapa waktu
lapisan ketiga mulai membentuk antara dua lapisan monomer.
5. Buatlah
thread
keluar
dari
interface
ini
menggunakan
tangan.
Perlu dicatat bahwa poliamida ini akan terus terbentuk pada antarmuka cair. Setelah
nilon yang telah terbentuk diambil, lapisan akan bertemu lagi dan nilon lebih akan
terbentuk kembali. Menarik serat nilon secara cepat agar nilon yang bisa terbentuk
lebih banyak.
6. Ulangi beberapa kali hingga habis dan kumpulkan serat nilon tersebut ke dalma petri
dish.
7. Setelah semua polimer telah dikumpulkan, cucilah dengan air dan biarkan kering
(dalam lemari asam).
8. Hati-hati membasuh semua aparat dan meletakkan kembali di tempat yang tepat
B. POLIESTER
Physical Properties :
Poliester dapat berwujud padatan amorf (transparan) atau sebagai bahan semi-kristal yang
putih dan tidak transparan, tergantung kepada proses dan riwayat termalnya.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
14.
Chemical Properties :
1. Asam : tahan air di kondisi dingin, tetapi terdegradasi oleh Asam Sulfat pada
temperature tinggi.
2. Basa : tahan terhadap basa dingin tetapi NaOH kuat melarutkan poliester ketika
pemanasan.
3. Efek Bleaching : poliester tidak terpengaruh proses bleaching
4. Pelarut organik : Pelarut organik tidak mempengaruhi benang poliester.
5. Anti bakteri dan serangga yang baik
6. Pelarut poliester : a. Chlorinated hydrocarbon, b. F3COOH, c. Fenol (kondisi panas)
15.
16.
Sama halnya pada nilon-66, polyester dakron dibentuk oleh 2 polimer
berlainan, yaitu dari etilena glikol (polialkohol) dengan dimetil tereftalat (senyawa ester).
adalah suatu resin polimer termoplastik dari kelompok poliester. PET banyak diproduksi
dalam industri kimia dan digunakan dalam serat sintetis, botol minuman, wadah makanan,
aplikasi thermoforming, dan resin teknik yang sering dikombinasikan dengan serat kaca.
17.
18. Pembuatan poliester sebagai sebuah contoh polimerisasi kondensasi
19. Pada polimerisasi kondensasi, jika monomer-monomer bergabung bersama, ada
sebuah molekul kecil yang hilang. Ini berbeda dengan polimerisasi adisi yang
menghasilkan polimer seperti poli(eten) dimana pada proses ini tidak ada yang
hilang ketika monomer-monomer bergabung bersama.
20. Sebuah poliester dibuat dengan sebuah reaksi yang melibatkan sebuah asam dengan
dua gugus -COOH, dan sebuah alkohol dengan dua gugus -OH.
21. Pada poliester umum yang digambarkan di atas terdapat:
22. Asam benzen-1,4-dikarboksilat (nama lama: asam tereftalat).
24. Sekarang bayangkan kita menyusun senyawa-senyawa ini secara bergantian dan
membuat ester dimana masing-masing gugus asam dan masing-masing gugus alkohol,
kehilangan satu molekul air setiap kali sebuah sambungan ester terbentuk.
25.
26. Hasilnya adalah rantai seperti ditunjukkan di atas (walaupun kali ini dituliskan tanpa
memisahkan ikatan rangkap C=O namun anda bisa menuliskannya sesuai selera
anda).
27.
28. Pada tahap polimerisasi, ester sederhana ini dipanaskan pada suhu sekitar 260C dan
pada tekanan rendah. Dalam hal ini diperlukan sebuah katalis ada beberapa
kemungkinan termasuk senyawa-senyawa antimoni seperti antimoni(III) oksida.
29. Poliester terbentuk dan setengah dari etana-1,2-diol diperbaharui. Ini selanjutnya
dilepaskan dan disiklus ulang.
30.
31.
Wujud
35.
Kondisi fisik
37.
Warna
39.
Bau
41.
43.
45.
47.
49.
Titik nyala
51.
Tingkat evaporasi
53.
55.
Batas eksplosif
56.
58.
60.
62.
64.
Densitas
66.
68.
Densitas besar
70.
Densitas relatif
72.
Kelarutan
73.
Kelarutan air
75.
Koefisien partisi
n-oktanol/air (log KOW)
77.
79.
Suhu penguraian
81.
Kekentalan
83.
Sifat eksplosif
85.
Sifat pengoksidasi
87.
88.
PVA digunakan untuk pengemulsi cat. Polivinil asetat juga sering dijadikan
kopolimer bersama akrilat (yang lebih mahal), digunakan pada kertas dan cat. Kopolimer ini
disebut vinil akrilat. Polivinil asetat juga biasa digunakan untuk melindungi keju dari jamur
dan kelembapan. Polivinil asetat bereaksi perlahan dengan basa membentuk asam asetet
sebagai hasil hidrolisis. Senyawa boron seperti asam borat atau boraks akan terbentuk sebagai
endapan.
89.
Proses produksi Polivinil Asetat dari monomer Vinil Asetat dan Metanol
dengan reaksi adisi radikal bebas fase cair dalam reaktor tangki berpengaduk proses batch,
karena reaksi eksotermis dan irreversible, maka dilengkapi dengan koil pendingin. Inisiator
yang digunakan adalah benzoil peroksida dan kondisi operasi pada tekanan 1 atm, suhu .
Hasil dari reaktor diumpankan ke menara stripper untuk dilakukan pemurnian produk dari
sisa vinil Asetat dan bahan pelarut terhadap produk yang mengandung Vinil Asetat 0,7 % dan
metanol 0,3 %. Dengan kemurnian produk 99 % dan di pompa ke tangki penyimpan produk
dan kemudian dijual. Dalam proses pembuatan Polivinil asetat ini menggunkan alat utama
yaitu reaktor tangki berpengaduk, mixer, packed purging column, stripper, ekstraktor, menara
distilasi dan tangki penyimpan. Untuk menunjang proses produksi didirikan unti pendukung
proses yang terdiri dari penyedia air, steam, udara tekan, tenaga listrik, bahan bakar dan
pengolahan limbah industri, juga di lengkapi dengan fasilitas laboratorium untuk mengontrol
mutu bahan baku dan kualitas produk serta fasilitas keselamatan dan kesehatan kerja bagi
karyawan.
90.
93.
94. Polimerisasi adisi radikal bebas pada pembentukan polietena, sebagai contoh, dari
monomer etena berlangsung melalui tiga tahap, yaitu tahap inisiasi (pengawalan),
propagasi (pertumbuhan rantai), dan terminasi (pengakhiran).
95. 1. Inisiasi Rantai
96. Tahap ini diawali dengan pemutusan homolitik molekul diasil peroksida (RCOOOOCR) menghasilkan radikal bebas (R). Radikal bebas inilah yang mengawali reaksi
rantai.
97.
98. Radikal selanjutnya bereaksi dengan molekul etena membentuk radikal baru (radikal
monomer).
99.
100.
101.
Radikal monomer yang terbentuk pada tahap inisiasi sangat reaktif karena
kekurangan satu elektron, sehingga dapat menyerang molekul etena yang lain
menghasilkan radikal baru berikutnya dengan rantai yang lebih panjang.
102.
103.
Melalui tahap yang berulang, rantai karbon dari radikal mengalami
pertumbuhan (perpanjangan) rantai.
104.
105.
106.
3. Terminasi rantai
107.
Radikal radikal bereaksi untuk membentuk molekul stabil. Reaksi berhenti
sampai pada tahap ini.
108.
109.