Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN KASUS KEPANITERAAN KLINIK SENIOR DI

FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN PRIMER


PUSKESMAS KTK
Gizi Kurang

Oleh :

Nama : Putri Umepal, S. Ked


NPM : 1110070100048
Pembimbing :
dr. Pepy Ledy Soffiani

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR DI FASILITAS PELAYANAN


KESEHATAN PRIMER PUSKESMAS KTK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
2016

LAPORAN KASUS KEPANITERAAN KLINIK SENIOR DI


FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN PRIMER PUSKESMAS
KTK

- IDENTITAS PASIEN
Nama

An. AFF

Jenis kelamin

Perempuan

Umur

21 Bulan

Tujuan Poli

Anak

Tanggal Masuk

03 November 2016

Nama Orang tua

Agusman

Umur Orang tua

30 tahun

Pekerjaan Orang tua :

Petani

Pendidikan

SMA

Alamat

KTK

Agama

Islam

- JUDUL PENYAKIT :

Gizi Kurang
No.ICD-10-CM E11

Masalah Kesehatan

: Kesepakatan global dalam bidang gizi menetapkan sasaran

program perbaikan gizi yang harus di capai oleh setiap Negara. Sasaran global tersebut
sampai saat ini menjadi salah satu acuan pokok dalam pembangunan program gizi disemua
negara termasuk indonesia. Pembangunan program gizi di indonesia selama 30 tahun
terakhir menunjukkan hasil yang positif.
Gambaran makro perkembangan keadaan gizi masyarakat menunjukkan kecendrungan
yang sejalan. Prevalensi kurang energy protein pada balita turun 37,5% pada tahun 1989
menjadi 26,4% pada tahun 1990. Penurunan serupa terjadi pada prevalensi masalah gizi lain.
Prevalensi gangguan akibat kurang yodium, kurang vitamin A dan anemia gizi pada tahun
1998 masing 9,8%, 0,3%, dan 50,9%. Dibandingkan dengan sasaran global yang disepakati,

keadaan gizi masyarakat di indonesia masih jauh ketinggalan. Sebagai contoh pada tahun
2005 diharapkan terjadi penurunan prevalensi kurang energy protein menjadi 20% ,
gangguan akibat yodium menjadi 5%, anemia gizi menjadi 40%, dan bebas masalah
kebutaan akibat kurang vitamin A.
Krisis ekonomi yang terjadi sejak 1997 semakin memperburuk keadaan gizi
masyarakat. Selama krisis, ada kecendrungan meningkatnya prevalensi gizi kurang dan gizi
buruk terutama pada kelompok umur 6-23 bulan. Munculnya maramus, kwasiorkor
merupakan indikasih adanya penurunan ketahanan pangan tingkat rumah tangga. Upaya
untuk mencegah semakin memburuknya keadaan gizi masyarakat di masa mendatang harus
di lakukan segera dan direncanakan sesuai masalah daerah sejalan dengan kebijakan
pemerintah dalam pelaksanaan desentralisasi. Undang-undang nomor 22 tahun 1999 tentang
pemerintahan daerah, undang-undang nomor 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan
antara pemerintah pusat dan daerah, dan peraturan pemerintahan nomor 25 tahun 2000
tentang kewenangan pemerintah dan provinsi sebagai daerah otonom, mengatur kewenangan
pemerintah daerah dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan termasuk
pembangunan di bidang gizi. Adanya kebijakan dan strategi yang tepat, program yang
sistematis mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan akan sangat mendukung
pencapaian secara nasional.
Seperti halnya di indonesia, masalah kurang vitamin A klinik (Xeropthalmia) juga telah
diberantas. Angka kematian ibu melahirkan turun drastis dari 230 tahun 1992 menjadi 17 per
100.000 tahun 1996.
Salah satu kebijakan dan program gizi di Thailand memberikan perhatian besar terhadap
data status gizi anak. Sejak tahun 1982 mereka mempunyai data nasional tahunan
perkembangan berat badan balita dan anak sekolah. Dalam kebijakan pembangunan nasional
secara konsisten memasukkan status gizi anak sebagai salah satu indicator kemiskinan. Atas
dasar perkembangan status gizi anak program gizi disuse sebagai bagian dari program
penanggulanga kemiskinan. Thailand mengukur kemajuan kesejahtraan

rakyatnya

antaralain dengan indicator pertumbuhan berat badan anak, bukan hanya dengan berapa
rata-rata persediaan atau konsumsi energy dan protein penduduk seperti yang sering kita
lakukan di Indonesia. Paradigma kebijakan gizi di Thailand adalah paradigma outcome yaitu
pertumbuhan anak dan status gizi. Sedang kita masih lebih banyak mengetrapkan
paradigma lama yang berorientasi pangan atau makanan.

Paradigma baru bertitik tolak pada indikator kesehatan, dan kesejahtraan rakyat yaitu
angka penyakit dan angka kematian bayi dan ibu melahirkan. Oleh karna itu menurut WHO
(2000) 49 % kematian bayi terkait dengan status gizi yang rendah, maka dapat dimengerti
apabila pertumbuhan dan status gizi termasuk indikator kesejahteraan seperti diterapkan di
Thailand.
Paradigma baru menekankan pentingnya outcome dari pada input. Persediaan pangan yang
cukup (input) di masyarakat tidak menjamin setiap rumah tangga dan anggota memperoleh
makanan yang cukup dan status gizinya baik. Banyak faktor lain yang dapat menggangu
proses terwujutnya outcome sesuai dengan yang diharapkan. Paradigma input sering
melupakan faktor lain tersebut, diantaranya air bersi, kebersihan lingkungan dan pelayanan
kesehatan dasar

- ANAMNESA
Keluhan Utama

: Anak tampak rewel sejak 5 hari yang lalu

Riwayat Kesehatan Sekarang

Anak tampak rewel dan cengeng sejak 5 hari yang lalu

Tampak lemas dan pemalas sejak 5 hari yang lalu

Anak mudah sakit sejak 5 hari yang lalu

Demam tidak ada

Batuk tidak ada

Kejang tidak ada

Sesak nafas tidak ada

Nafsu makan berkurang

BAK dan BAB biasa

Riwayat keluar cacing dari anus tidak ada, dan belum pernah di beri obat cacing.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien menderita kelainan tumbuh kembang dan dalam masa fisioterapi


Pasien tidak memiliki riwayat kejang sebelumnya

Riwayat Pengobatan
4

Saat ini anak tidak sedang mengkonsumsi obat rutin

Riwayat Keluarga
Tidak ada keluarga yang menderita keluhan yang sama dengan pasien.

Riwayat Kehamilan:
Selama hamil ibu menderita hipertensi, ibu pernah mengkonsumsi obat
antihipertensi, tidak pernah mendapat penyinaran selama hamil, tidak ada kebiasaan
merokok dan minum alkohol, kontrol ke Puskesmas teratur. Suntikan imunisasi TT 2X,
hamil tidak cukup bulan.
Riwayat Kelahiran:
Lahir tidak cukup bulan secara saecar oleh dokter spesialis kebidanan. BBL:
1600 gram, PB 40 cm, langsung menangis.

Riwayat Imunisasi :
HB0

: 1x, umur 1 hari

BCG

: 1x, umur 1 hari

Polio

: 3x, umur 1hari, 2 bulan, 4 bulan

DPT

: 3x, umur 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan

Campak : 1x, umur 9 bulan


Imunisasi lengkap

Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan


Pertumbuhan gigi pertama

: 6 bulan

Tengkurap

: 7 bulan

Duduk

: 9 bulan

Berdiri

: 13 bulan

Berjalan

: 16 bulan

Berbicara

: 19 bulan

Kesan

: perkembangan motorik terlambat

Riwayat Makan
ASI

: lahir - 6 bulan

Susu Formula

: 6 bulan - sekarang

Bubur susu

: 6 bulan - 1 tahun 1 bulan

Nasi Tim

: 1 tahun 1 bulan sekarang

- PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALISATA
Keadaan Umum
Kesadaran
Vital Sign

:
:
:

Sedang
Compos Mentis
Nadi : 105 x/ 1
Napas : 23 x/1
Suhu : 36,8 C

Data Antropometri
Usia Kronologis : 1 tahun 9 bulan
BB

: 8,2 Kg

PB

: 78 cm

LK

: 49 cm

LiLA

: 16 cm

Status gizi
BB/U

: z score < -3 SD

: Kesan gizi buruk

PB/U

: -3 SD < z score < -2 SD

: Kesan pendek

BB/TB

: -3 SD < z score < -2 SD

: Kesan kurus

LiLA

: -1 SD < z score < 0 SD

: Normal

STATUS INTERNUS
Kepala
Mata
Hidung
Mulut
Telinga

:
:
:
:
:

Normochepalus
Conjunctiva Anemis -/-, Skelera Ikterik -/-, Pupil Isokor
Septum Deviasi (-) , Massa (-), Sekret (-)
Mucosa Normal, Faring Tidak Hiperemis
Cerumen (-), Sekret (-), Massa (-)
6

Leher
Inspeksi
Palpasi

:
:

Tidak Tampak Pembesaran Tiroid


Tidak Teraba Pembesaran Tiroid

:
:

Tidak Tampak Pembesaran KGB


Tidak Teraba Pembesaran KGB

:
:
:
:

Stastis Dan Dinamis Dalam Keadaan Simetris


Fremitus Kanan Dan Kiri Sama
Sonor +/+
Suara nafas vesiculer +/+ , Wheezing -/-, Ronki -/-,

KGB
-

Inspeksi
Palpasi
Thorax
Pulmo
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

Expirasi Memanjang -/Cor


: BJ I-II Reguler, 102x/1, Bising (-)
Abdomen
Inspeksi
: Tidak Tampak Membuncit, Venektasi (-), Sikatrik (-)
Palpasi
: Hepar Dan Lien Tidak Teraba, Distensi (-)
Perkusi
: Timpani
Auskultasi
: Bising Usus (+) meningkat
Extremitas
Akral Hangat, Edema (-), Nadi Mudah Diraba, CRF 2, sianosis (-)

- DIAGNOSIS
Diagnosis Kerja

Gizi Kurang

- KOMPLIKASI

Gangguan pertumbuhan anak.

Kekurangan energi

Menurunnya sistem pertahanan tubuh

Gangguan perkembangan mental

Perilaku anak menjadi tidak tenang, cengeng, apatis

Meningkatnya angka kesakitan dan kematian bayi dan balita

- PENATALAKSANAAN
A. Farmakoterapi
Tablet besi 1 x 1 tab
Vitamin B kompleks 2 x 1 tab
7

B. Non-Farmakoterapi (Konseling Dan Edukasi)


-

a. Promotif
:
Mengoptimalkan peran pos pelayanan terpadu ( POSYANDU ), sebagai wadah yang
di bentuk dari swadaya masyarakat yang merupakan filter awal dalam perbaikan
derajat kesehatan masyarakat. Dengan demikian, paradigma program kesehatan yang
berorientasi pada pengobatan penyakit, harus berubah pada upaya pencegahan

penyakit.
Posyandu dipilih karena merupakan bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan dan
keluarga berencana yang dilaksanakan di tingkat RW di wilayah kerja masingmasing puskesmas. Biasanya posyandu dilakukan di gedung posyandu bila yang
sudah ada, dengan menggunakan mekanisme lima meja dengan urutan di mulai dari
penyuluhan berkelompok, penimbangan balita, pencatatan pada KMS, pelayanan
untuk ibu hamil, ibu menyusui dan pasangan usia subur tentang KB sampai dengan

vaksinasi.
posyandu dapat menjadi sarana survailans yang baik, utamanya dalam mencegah
terjadinya kasus kurang. di posyandu kita akan mendapatkan data jumlah balita,
balita yang sehat dan status gizi kurang. Data-data ini lah yang menjadi acuan dalam

melakukan perbaikan gizi di daerah tersebut.


Menjelaskan kepada orang tua pentingnya melakukan penimbangan berat badan
secara rutin setiap bulan di posyandu.

Mengembalikan fungsi posyandu dan meningkatkan kembali partisipasi masyarakat


dan keluarga dalam memantau, mengenali dan menanggulangi secara dini gangguan
pertumbuhan pada balita utamanya baduta.

Menanggulangi secara langsung masalah gizi yang terjadi pada kelompok rawan
termasuk keadaan darurat melalui suplementasi zat gizi mikro, MP-ASI, makanan
tambahan dan diet khusus.

Mewujudkan keluarga sadar gizi melalui advokasi, sosialisasi dan KIE gizi
seimbang.

Mengoptimalkan

surveilans

berbasis

masyarakat

melalui

SKDN,

Sistem

Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (SKD-KLB) Gizi Buruk, dan Sistem
Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG), untuk meningkatkan manajemen program
perbaikan gizi.

Menggalang kerjasama lintas sektor dan kemitraan dengan masyarakat beserta


swasta/dunia usaha dalam memobilisasi sumberdaya untuk penyediaan pangan di
tingkat rumah tangga, peningkatan daya beli keluarga, dan perbaikan pola asuhan
gizi keluarga.

Memberikan penyuluhan tentang bagimana pola makanan sehat

Menjelaskan kepada orang tua pentingnya makanan bergizi terutama pada usia balita
dan perannya terhadap masa pertumbuhan dan perkembangan anak

Menjelaskan kepada ibu-ibu bagaimana pola makanan yang seharusnya sesuai


dengan umur anak.

Menjelaskan kepada orang tua tentang pilihan-pilihan makanan yang dapat


diberikan, cara pemberian makanan, serta cara pembuatan makanan terutama
pembuatan nasi tim dan bagaimana cara menyajikan makanan yang baik sehingga
anak tidak bosan untuk makan.

Menjelaskan tentang pentingnya imunisasi yang lengkap.

Meningkatkan kemampuan dan keterampilan SDM puskesmas beserta jaringannya


dalam tatalaksana gizi buruk dan masalah gizi lain, manajemen laktasi dan konseling
gizi.

Memberikan penjelasan kepada orang tua apa saja kemampuan yang seharusnya
sudah dapat dimiliki oleh anak berusia 1 tahun.

Anjurkan anak untuk datang ke pusat layanan kesehatan untuk memantau


pertumbuhan dan perkembangannya setiap 3 bulan sebelum umur 2 tahun dan setiap
6 bulan setelah umur 2 tahun hingga umur 5 tahun.

Jika anak telah menderita karena kekurangan gizi, maka segera berikan kalori yang
tinggi dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan gula. Sedangkan untuk proteinnya bisa
diberikan setelah sumber-sumber kalori lainnya sudah terlihat mampu meningkatkan
energi anak. Berikan pula suplemen mineral dan vitamin penting lainnya.
Penanganan dini sering kali membuahkan hasil yang baik. Pada kondisi yang sudah
berat, terapi bisa dilakukan dengan meningkatkan kondisi kesehatan secara umum.
Namun, biasanya akan meninggalkan sisa gejala kelainan fisik yang permanen dan
akan muncul masalah intelegensia di kemudian hari.
b. Preventif.

Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makan makanan yang bergizi dan mudah
dijangkau sesuai kemampuan keluarga ditambah dengan sayur dan buah.

Pemberian makanan tambahan dan susu formula yang bisa didapatkan setiap
kunjungan ke posyandu ataupun ke puskesmas.

Menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti program Posyandu.


Cermati apakah pertumbuhan anak sesuai dengan standar. Jika tidak sesuai, segera
konsultasikan ke dokter

Pemberian imunisasi lengkap dan pemberian kapsul vitamin A

Kegiatan yang dilakukan dari program gizi:


1. Presentase kasus balita gizi buruk yang mendapatkan perawatan
2. Presentase balita yang ditimbang berat badannya
3. Presentase bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat ASI Ekslusif
4. Presentase rumah tangga mengonsumsi garam beryodium
5. Presentase balita 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A
6. Presentase ibu hamil yang mendapatkan Tablet Tambah Darah (TTD) minimal
90 tablet selama masa kehamilan
7. Presentase ibu hamil kurang Energi Kronik (KEK) yang mendapat makanan
tambahan
8. Presentase balita kurus yang mendapatkan makanan tambahan
9. Presentase remaja putri mendapat TTD
10. Presentase ibu nifas mendapat kapsul vitamin A
11. Presentase bayi baru lahir yang mendapat IMD
12. Presentase bayi dengan berat badan lahir rendah (berat badan <2500 gram)
13. Presentase balita mempunyai buku KIA/KMS
14. Presentase balita ditimbang yang naik berat badannya

10

15. Presentae balita ditimbang yang tidak naik berat badannya (T)
16. Presentase balita ditimbang yang tidak naik berat badannya dua kali berturutturut
17. Presentase balita di Bawah Garis Merah (BGM)
18. Presentae ibu hamil yang anemia
Prinsip dan Syarat Makanan pada PMT Pemulihan
Sebagaimana diketahui, salah satu kebijakan dan upaya yang ditempuh pemerintah
untuk mengatasi masalah kekurangan gizi pada balita dan ibu hamil Kurang Energi Kronis
(KEK), dilakukan dengan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Pemulihan. Pemberian
PMT Pemulihan dimaksudkan sebagai tambahan, bukan sebagai pengganti makanan utama
sehari-hari pada sasaran. Bahan makanan tambahan ini merupakan produk berbasis bahan
makanan lokal dengan menu khas daerah yang disesuaikan dengan kondisi setempat.
Terkait dengan masalah gizi kurang, berikut beberapa pengertian yang harus kita pahami:
1.

Balita sasaran adalah bayi usia 6-59 bulan.

2.

Balita gizi kurang adalah balita dengan status gizi kurang yang berdasarkan indikator
BB/U dengan nilai z-score : -2 SD sampai dengan <-3 SD.

3.

Balita kurus adalah balita dengan status gizi kurang yang berdasarkan indikator
BB/PB atau BB/TB dengan nilai z-score : -2 SD sampai dengan <-3 SD.

4.

Balita 2 T adalah balita dengan hasil penimbangan yang tidak naik berat badannya 2
kali berturut-turut pada Kartu Menuju Sehat (KMS).

5.

Balita Bawah Garis Merah (BGM) adalah balita yang berat badannya berada di
bawah garis merah pada KMS.

6.

Balita pasca perawatan gizi buruk adalah balita yang telah dirawat sesuai Tata
Laksana Gizi Buruk yang sudah berada di kondisi gizi kurang (BB/TB dengan nilai z
score -2 SD sampai dengan <-3 SD) dan tidak ada gejala klinis gizi buruk.

7.

Ibu hamil yang berisiko KEK adalah ibu hamil yang mempunyai ukuran Lingkar
Lengan Atas (LiLA) < 23,5 cm.

11

8.

Makanan tambahan adalah makanan bergizi sebagai tambahan selain makanan utama
bagi kelompok sasaran guna memenuhi kebutuhan gizi.

9.

Makanan Tambahan Pemulihan bagi balita adalah makanan bergizi yang


diperuntukkan bagi balita usia 6-59 bulan sebagai makanan tambahan untuk pemulihan
gizi.

10.

Makanan Tambahan Pemulihan bumil KEK adalah makanan bergizi yang


diperuntukkan bagi ibu hamil sebagai makanan tambahan untuk pemulihan gizi.

11.

Makanan lokal adalah bahan pangan atau makanan yang tersedia dan mudah
diperoleh di wilayah setempat dengan harga yang terjangkau.

12.

Makanan pabrikan adalah makanan jadi hasil olahan pabrik

13.

Hari Makan Anak (HMA) adalah jumlah hari makan balita usia 6-59 bulan yang
mendapat makanan tambahan pemulihan berbasis makanan lokal yakni sekali sehari
selama 90 hari berturutturut.

14.

Hari Makan Bumil (HMB) adalah jumlah hari makan ibu hamil yang mendapat
makanan tambahan pemulihan berbasis makanan lokal yakni sekali sehari selama 90
hari berturut-turut.

Adapun prinsip-prinsip pada pemberian PMT pemuliahan sebagai berikut:


1.

Diberikan dalam bentuk makanan atau bahan makanan lokal dan tidak diberikan
dalam bentuk uang.

2.

Hanya sebagai tambahan terhadap makanan yang dikonsumsi oleh balita dan ibu
hamil sasaran sehari-hari, bukan sebagai pengganti makanan utama.

3.

Dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan gizi balita dan ibu hamil sasaran sekaligus
sebagai proses pembelajaran dan sarana komunikasi antar ibu dari balita sasaran.

4.

Merupakan kegiatan di luar gedung puskesmas dengan pendekatan pemberdayaan


masyarakat yang dapat diintegrasikan dengan kegiatan lintas program dan sektor terkait
lainnya.

Sedangkan persyaratan Jenis dan Bentuk Makanan Tambahan yang dapat diberikan antara
lain:

12

1.

Makanan tambahan pemulihan diutamakan berbasis bahan makanan atau makanan


lokal. Jika bahan makanan lokal terbatas, dapat digunakan makanan pabrikan yang
tersedia di wilayah setempat dengan memperhatikan kemasan, label dan masa
kadaluarsa untuk keamanan pangan,

2.

Makanan tambahan pemulihan diberikan untuk memenuhi kebutuhan gizi balita dan
ibu hamil sasaran.

3.

PMT Pemulihan merupakan tambahan makanan untuk memenuhi kebutuhan gizi


balita dan ibu hamil sasaran.

4.

Makanan tambahan balita dan ibu hamil sasaran diutamakan berupa sumber protein
hewani maupun nabati (misalnya ikan/telur/daging/ayam, kacang-kacangan dan hasil
olahannya seperti tempe dan tahu ) serta sumber vitamin dan mineral yang terutama
berasal dari sayur-sayuran dan buah-buahan setempat.

5.

Makanan tambahan diberikan sekali sehari selama 90 hari berturut-turut.

6.

Makanan tambahan pemulihan untuk balita berbasis makanan lokal ada 2 jenis yaitu
berupa: a. MP-ASI (untuk bayi dan anak berusia 6-23 bulan); b. Makanan tambahan
untuk pemulihan anak balita usia 24-59 bulan berupa makanan keluarga.

Makanan tambahan pemulihan untuk ibu hamil berbasis makanan lokal dapat diberikan
berupa makanan keluarga atau makanan kudapan lainnya

- SARANA DAN PRASARANA


a. Menyediakan pengukur berat badan dan tinggi badan
b. Menyediakan skala antropometri

- PROGNOSA

Quo ad vitam

Dubia ad Bonam

13

Solok, November 2016

Dokter Muda

Pembimbing
Puskesmas KTK

Putri Umepal

dr. Peppy Ledy Soffiani

NPM 1110070100048

NIP. 197908102007012006

Diperiksa oleh
Pembimbing Lapangan Dinas Kesehatan

(dr. Hiddayaturrahmi M.Kes)

14

LAMPIRAN

15

Anda mungkin juga menyukai