2 7253 PDF
2 7253 PDF
TINJAUAN PUSTAKA
oleh Bukit Barisan di sebelah barat dan Paparan Sunda di sebelah timur. Cekungan
5
6
Struktur Cekungan Sumatera Selatan yang ada saat ini merupakan hasil dari 3
periode, yaitu :
tektonik tidak aktif (Oligosen Akhir Miosen Awal), kemudian cekungan berada
pada lingkungan laut. Pada Miosen Awal MiosenTengah mulai terjadi aktivitas
oblique dari lempeng samudera yang berada di sebelah tenggara pulau Sumatera.
kembali fitur-fitur struktur sebelumnya, yaitu sesar normal menjadi sesar naik.
7
Telisa yang merupakan formasi-formasi yang terbentuk pada fase transgresi dan
Formasi Lahat merupakan suatu rangkaian breksi vulkanik tebal, tuf, endapan
lahar dan aliran lava, serta dicirikan dengan kehadiran sisipan lapisan batupasir
kuarsa. Anggota Formasi Lahat dari tua ke muda adalah Kikim Bawah, anggota
Formasi Lahat diendapan pada lingkungan darat, serta berumur Eosen Oligosen
Awal.
Setelah pengendapan Formasi Lahat, terjadi proses erosi secara regional. Bukti
erosi ini diperlihatkan oleh Formasi Talang Akar yang terendapkan tidak selaras
diatas Formasi Lahat. Setelah masa hiatus umur Oligosen Tengah, kemudian
diendapkan sedimen pada topografi yang rendah pada Oligosen Akhir. Variasi
bermeander yang berangsur berubah menjadi lingkungan delta front dan lingkungan
prodelta.
Formasi ini merupakan sedimen klastik dengan variasi yang kompleks yang
ditemukan di antara Formasi Lahat dan Formasi Baturaja lingkungan laut, berumur
Miosen awal. Bagian dasarnya yang berupa sedimen vulkaniklastik dan lempung
Formasi Lemat merupakan fasies distal dari Formasi Lahat, atau dapat dikatakan
juga sebagai unit yang lebih muda dan kaya akan material jatuhan dari Formasi
Lahat.
bagian dasar Formasi Telisa. Formasi Baturaja ini masuk ke dalam rentang umur
Miosen Awal.
sangat luas pada Cekungan Sumatera Selatan. Formasi ini diendapkan selaras diatas
Terdapat foraminifera planktonik yang membentuk lapisan tipis berwarna putih, tuf
berwarna keputihan serta lapisan turbidit berwarna coklat yang tersusun atas material
andesit tufaan. Pada bagian atas formasi banyak ditemukan lapisan berwarna coklat
Umur dari formasi ini sangat beragam. Ketika batugamping Baturaja tidak
dengan tebal, lapisan tertua Formasi Telisa memiliki zona fauna N6 atau
N7 (Miosen Awal). Bagian atasnya juga bervariasi dari zona N8 (Miosen Awal)
hingga N10 (Miosen Tengah), bergantung pada posisi cekungan dan dimana letak
Formasi Air Benakat diendapkan secara selaras di atar Formasi Gumai, dan
merupakan awal fase regresi. Didominasi oleh shale sisipan batulanau, batupasir dan
Bagian atas dan bawah formasi ini dicirikan oleh keterdapatan lapisan batubara
yang menerus lateral. Ketebalan formasi sekitar 500 700 meter, 15% nya berupa
batubara. Bagian formasi yang menipis, lapisan batubaranya pun tipis atau bahkan
tidak ada. Hal ini menunjukan bahwa tingkat subsidence berperan penting dalam
pengendapan batubara. Formasi Muara Enim berumur Miosen Akhir Pliosen Awal,
dan diendapkan secara selaras di atas Formasi Air Benakat pada lingkungan laut
Litologi Formasi Kasai berupa pumice tuff, batupasir tufaan dan batulempung
tufaan. Fasies pengendapannya fluvial dan alluvial fan dengan sedikit ashfall (jatuhan
erupsi vulkanik, non-andestik). Pada Formasi Kasai hanya ditemukan sedikit fosil,
beupa moluska air tawar dan fragmen-fragmen tumbuhan. Umur Formasi Kasai
geologi Lapangan Izzati sama dengan kondisi geologi Blok Jabung yang proses
pembentukannya dibagi menjadi dua periode, yaitu prose pembentukan batuan Pra-
Tersier dan Batuan Tersier. Batuan Pra-Tersier memiliki beragam litologi, tetapi pada
umumnya adalah granit dengan sedikit didominasi oleh batuan sedimen teralterasi
serta batugamping.
Batuan Tersier tersusun oleh sikuen yang sangat mirip dengan yang ditemukan
pada Cekungan Sumatera Selatan. Dimulai dari Syn-Rift Megasequence (40 29 Ma)
yang merupakan hasil dari gaya ekstensional pada Eosen Oligosen Awal,
membentuk half-graben yang besar serta merupakan awal sedimentasi, yaitu Formasi
Post-Rift Megasequence (29 5 Ma) yang terbentuk pada saat proses rifting
subsidence yang kemudian diisi oleh Formasi Talang Akar Atas dan Formasi
Baturaja. Dilanjutkan dengan pengendapan sedimen laut hingga laut dalam, yaitu
Formasi Telisa/Gumai sebagai pengaruh dari tingkat subsidence yang tinggi dan
muka air laut relatifnya tinggi. Hal ini disebabkan oleh lamanya fase transgresi. Pada
saat proses subsidence mulai melambat dan/atau supply sedimen meningkat (16 5
sebagaimana supply sedimen yang kian meningkat karena terjadi erosi Bukit Barisan.
Arah erosi ke selatan dan barat, menghasilkan endapan Formasi Kasai dan endapan
2.5. Fasies
Fasies adalah suatu kenampakan lapisan atau kumpulan lapisan batuan yang
dengan sekitarnya (Boggs, 1987). Perbedaan karakteristik yang menjadi dasar bagi
pengamatan fasies bisa ditinjau dari berbagai hal seperti karakter fisik dari lithologi
yang dipakai sebagai cara pengamatan fasies contohnya fasies seismik atau fasies log.
Menurut Walker (1992), fasies merupakan kenampakan suatu tubuh batuan yang
dikarekteristikan oleh kombinasi dari lithologi, struktur fisik dan biologi yang
kandungan organik) yang dapat membedakannya dengan tubuh batuan yang lainnya.
berbagai mekanisma yang bekerja serentak pada saat yang bersamaan. Fasies ini
merupakan suatu kombinasi dari dua atau lebih fasies yang membentuk tubuh batuan
dalam berbagai skala dan kombinasi yang secara genetik saling berhubungan pada
Sedangkan yang dimaksud dengan suksesi fasies (facies succession) adalah suatu
bagian vertikal dari fasies dikarakteristikan oleh perubahan yang meningkat pada satu
atau beberapa parameter seperti ukuran butir maupun struktur sedimen. Dikenal juga
proses pengendapan.
Log adalah suatu grafik kedalaman, dari satu set data yang menunjukkan
Harsono, 1997). Log sangat membantu dalam menentukan karakter fisik dari batuan
kedalaman, ketebalan, dan membedakan fluida baik itu minyak, gas, dan air, sehingga
alam dari suatu formasi, yang radioaktifnya berasal dari tiga unsur radioaktif yang ada
di dalam bumi yaitu Uranium-U, Thorium-Th, dan Potasium-K. Sinar gamma sangat
17
efektif untuk membedakan lapisan permeabel dan yang tidak permeabel karena
radioaktif cenderung berpusat dalam serpih yang tidak permeabel (kurva log GR
sedikit (kurva log GR defleksi ke kiri). Log GR diskala dalam satuan API (American
Petroleum Institute).
Log Gamma Ray digunakan juga dalam korelasi pada sumur yang berselubung,
korelasi dari sumur ke sumur sangat baik karena sejumlah tanda-tanda perubahan
litologi hanya akan terlihat dengan jelas pada jenis log ini. Gabungan perekaman CCL
depan formasi yang akan dibuka. Secara ringkas dapat dijelaskan bahwa kegunaan
lapisan shale
neutron ditentukan dalam neutron porosity unit. Log ini mencerminkan banyaknya
atom hidrogen (hydrogen index) dalam formasi. Suatu formasi menunjukkan nilai
neutron yang tinggi saat formasi tersebut mengandung hidrogen, dalam konteks
geologi berarti formasi tersebut ter-supply oleh air. Log ini prinsipnya mengukur
kandungan air dalam formasi, maupun ikatan air, air yang terkristalisasi atau free pore
water. Kandungan hidrogen ini seperti yang telah disebutkan sebelumnya disebut
Hydrogen Index (HI). Namun pada aplikasi di dunia migas, ketertarikan pada indeks
ini hanya karena untuk penentuan pori yang biasanya diisi oleh air atau jenis fluida
lainnya. Jadi berdasarkan indikasi adanya porositas tersebut dapat ditentukan neutron
porosity unitnya. Nilai porositas ini bernilai maksimal pada clean limestones, dan
porositas yang tinggi sebab fluida menunjukkan pori-pori batuannya besar hingga
Secara kuantitatif log neutron digunakan untuk mengukur porositas dan juga
pembeda yang sangat baik antara minyak dan gas. Secara pendekatan geologi dapat
vulkanik. Jika dikombinasikan dengan log density pada skala tertentu, merupakan
Prinsip kerja log densitas ini adalah sumber radioaktif yang ada pada alat akan
memancarkan gamma rays ke dalam formasi dengan energi sebesar (0.2 2.0 Mev)
Analoginya, seperti halnya hubungan fisika pada pengurangan elektron pada hukum
penyebaran Compton, proses ini merupakan fungsi dari jumlah elektron yang
dikandung pada suatu formasi. Pada formasi yang densitasnya tinggi pengurangan
elektron sangat signifikan dan hanya sedikit sinar gamma yang mampu mencapai
detektor menunjukkan kehilangan energi yang besar, sedangkan pada formasi yang
densitasnya rendah, energi yang dapat atau sinar gamma yang mencapai detektor
tinggi.
Sumber radioaktif yang digunakan adalah Cs137. Pada prinsipnya Log Densitas
mengukur densitas elektron pada formasi yang dinyatakan dalam satuan gram/cc.
Hasil perekaman log densitas biasanya dalam skala bulk density (b).
Secara kuantitatif log densitas digunakan untuk menghitung porositas dan secara
tidak langsung untuk menentukan densitas hidrokarbon. Log dapat pula membantu
perhitungan acoustic impedance dalam kalibrasi pada seismik. Secara kualitatif log
ini berguna sebagai indikator penentuan litologi, yang dapat digunakan untuk
kandungan organik dari source rock dan dapat mengidentifikasi overpressure dan
fracture porosity.
20
Digunakan untuk mengukur sifat kelistrikan batuan, yaitu resistivity atau tahanan
Prinsip penggunaan dari log SP adalah dengan mengukur resistivitas formasi air,
dan korelasi.
Tiga faktor yang diperlukan dalam menentukan arus SP : fluida yang konduktif
dalam lubang bor, lapisan yang berpori dan permeabel dikelilingi oleh formasi yang
impermiabel dan perbedaan salinitas (atau tekanan) antara fluida di lubang bor dan di
dalam formasi.
lumpur dengan air formasi hingga kurva log SP mengalami defleksi baik positif
ataupun negatif.
Defleksi negatif terjadi apabila salinitas formasi lebih besar dari salinitas lumpur,
dan defleksi positif akan terjadi apabila salinitas formasi lebih kecil dari salinitas
21
lumpur, sedangkan bila salinitas keduanya sama, maka kurva log SP akan merupakan
suatu garis lurus (Shale base line) atau potensi shale muncul.
tersebut.
yang bergantung kepada sifat atau karakter fisik batuan diantaranya porositas,
salinitas dan jenis batuan. Jadi log resistivitas merupakan pengukuran dari sifat
resistivitas formasi. Beberapa hal yang dapat dianalisis dalam log resistivitas adalah
sebagai berikut: :
Lapisan permiabel yang mengandung air tawar, harga resistivitas akan tinggi,
Lapisan permiabel yang mengandung air asin, harga resistivitas akan rendah,
Matriks batuannya yang berada dalam keadaan kering bersifat isolator sehingga
Pada lapisan dengan sisipan shale, harga resistivitas akan tergantung kepada
presentase sisipan, ketebalan tiap lapisan dalam sistem berselang seling tersebut,
Log resistivitas yang tersaji dalam bentuk kurva log resistivitas ini merupakan
hasil dari pengukuran tahanan jenis formasi. Cara yang dilakukan untuk dapat
menghasilkan kurva ini adalah dengan mengalirkan arus listrik ke dalam formasi
Selain itu juga, kurva log ini dapat diperoleh dengan menginduksikan arus listrik ke
listrik dapat mengalir dalam formasi akibat dari adanya air sedangkan minyak dan gas
tidak mengalirkan arus sehingga parameter terbatas pada air yang dikandung oleh
formasi dan diukur dengan peralatan yang khusus pula. Resistivitas formasi
tergantung dari:
gelombang suara dari transmitter dan akan diterima oleh receiver. Harga porositas
Prinsip kerja dari log akustik adalah dengan menggunakan gelombang suara yang
(t) yang sampai pada alat penerima (receiver). Interval Transit Time (t) adalah
waktu yang dibutuhkan oleh gelombang suara kompresional untuk melewati atau
dengan kecepatannya, dan tergantung pada porositas dan karakteristik litologi suatu
formasi.
Yang termasuk ke dalam jenis log ini adalah Log Sonik (misalnya : Borehole
Compensated Sonic Log), sedangkan besaran yang dipakai oleh log ini umumnya
Perangkat kerja yang terpenting dari log sonik terdiri dari satu pemancar dan dua
penerima, kecuali pada Borehole Compensated (BHC). Susunannya terdiri dari dua
pasang pemancar dan penerima yang menempel berlawanan arah. Pemancar pertama
sebagai pemancar bagian bawah, yang dimaksudkan untuk mengimbangi efek dari
lubang bor.
menentukan porositas
24
menentukan litologi
Tabel 2.1 Konsep dasar wireline beserta fungsi dan tujuannya (Adi Harsono, 1997)
- Menentukan shale
- Untuk mengetahui harga
- Membedakan litologi
Gamma Ray Resistivitas air formasi
- Identifikasi fasies
(GR) (Rw)
- Identifikasi sequence
- Menghitung volume shale
- Korelasi antar sumur
- Identifikasi litologi
RHOB - Menghitung saturasi
- Identifikasi kandungan fluida
Konsep motif log adalah suatu metode yang mengkorelasikan bentuk pola log
yang sama. Menurut Walker dan James (1992), pola-pola log menunjukkan energi
pengendapan yang berubah, yakni berkisar dari energi tingkat tinggi sampai rendah.
kurva gamma ray atau spontaneous potential, tetapi kesimpulan yang sama juga
Log sumur memiliki beberapa bentuk dasar yang bisa mencirikan karakteristik
James, 1992).
2.7.1. Cylindrical
Bentuk ini cenderung diminati oleh para ahli geologi karena dianggap sebagai
dengan endapan sedimen braided channel, estuarine, atau sub-marine channel fill,
2.7.2. Irregular
Meskipun bentuk irregular merupakan bentuk yang kurang disukai, namun di lain
pihak, bentuk ini cenderung terlalu mudah untuk dianggap sebagai interpretasi awal
sedimen alluvial plain, flood plain, tidal sands, shelf, atau back barriers. Umumnya
mengindikasikan lapisan tipis silang siur (thin interbedded). Unsur endapan tipis
mungkin berupa crevasse splay, over bank deposits dalam laguna, turbidit dalam
prospek dan tidak produktif berubah statusnya menjadi lapisan yang prospek dan
produktif.
membuktikan bahwa range besar butir pada setiap level cenderung sama, namun
jumlahnya memperlihatkan gradasi (fraksi butir halus dalam artian lempung yang
bersifat radioaktif makin banyak ke arah atas, dan bukan menghalus ke atas).
reservoar. Bentuk bell merupakan rekaman dari endapan point bars, tidal deposits,
27
transgressive shelf sand (tide and storm dominated), submarine channel dan endapan
turbidit.
pada setiap level cenderung sama, namun jumlahnya memperlihatkan gradasi (fraksi
butir kasar makin banyak ke arah atas dan bukan mengkasar ke atas). Bentuk funnel
merupakan hasil dari delta front (distributary mouth bar), crevasse splay, beach and
selain setting secara geologi yang merupakan ciri dari shelf sand bodies, submarine
sama.
28
1992)
Gambar 2.6 Gambaran umum respon kurva log gamma ray terhadap variasi ukuran
gelombang akustik yang ditembakan kedalam bumi dan menganalisa gelombang hasil
seismik yang ditimbulkan oleh sumber getaran dari permukaan bumi ke dalam bumi
atau formasi batuan, kemudian dipantulkan ke permukaan oleh bidang pantul yang
merupakan bidang batas lapisan yang memiliki akustik impedansi yang berbeda.
Salah satu sifat akustik yang khas pada batuan adalah impedansi akustik yang
merupakan hasil perkalian antara densitas Batuan dan kecepatan, dimana didapatkan
persamaan :
IA : Impedansi akustik
V : Kecepatan (m/s)
Impedansi akustik secara umun dianggap sebagai ukuran dari acoustic hardness
(kekuatan batuan untuk berubah). Dengan melihat hal tersebut dan berdasarkan fakta
bahwa kekuatan batuan untuk berubah juga bergantung pada ukuran elastis,
selanjutnya kita dapat mengatakan bahwa impedansi akustik adalah bagian daripada
accoustic hardness.
30
Impedansi akustik merupakan sifat batuan yang dipengaruhi oleh sifat fisik
batuan (litologi, porositas). Semakin keras suatu batuan maka Impedansi Akustiknya
akan semakin besar pula, sebagai contoh : batugamping yang sangat kompak
batulempung.
penting daripada densitas, dikarenakan porositas batuan yang terisi oleh fluida (gas,
minyak, air). Fluida akan mempengaruhi nilai kecepatan daripada nilai densitas
batuan.
kedalaman. Semakin dalam maka batuan akan semakin kompak karena efek dari
tekanan dan diagenesis batuan. Maka dari itu kecepatan merambat gelombang atau
peta struktur waktu. Kriging adalah proses yang menggunakan model matematika
dari nilai korelasi antar sumur guna memperkirakan nilai-nilai antar sumur dan di luar
sumur.
peta struktur waktu pada daerah yang kekurangan data sumur, dikarenakan kita dapat
31
memperoleh hasil peta struktur waktu yang meyakinkan antara peta struktur yang
seperti amplitudo, dip, frekuensi, fase, dan polarity yang berguna untuk membantu
interpretasi struktur geologi, stratigrafi, serta kandungan fluida pada batuan. Secara
garis besar, atribut seismik dibagi menjadi dua, yaitu atribut seismik geometri yang
kontinuitas), dan atribut seismik fisik yang menunjukan parameter fisik bawah
permukaan serta yang berhubungan dengan litologi (amplitudo, fase, dan frekuensi).
Atribut seismik yang digunakan dalam penelitian ini adalah instantaneous phase
Instantaneous phase dapat memperjelas event seismik yang kuat, serta efektif dalam
pembacaan patahan, kontak sudut dan tampilan lapisan batuan. Batas-batas sikuen
seismik, pola-pola layer sedimen serta pola-pola onlap/offlap dapat terlihat sangat
interpretasi dari data seismik. Pola rekaman seismik ini menunjukkan pola tertentu.
32
Gambar 2.7 Pola Pengisian Sedimen dalam Tampilan Seismik (Mitchum, 1977)
dari suatu paket yang secara genetik berhubungan dan dibatasi oleh unconformity
lithofasies dari data seismik. Secara umum pola pantulan seismik dibagi menjadi
parallel, subparallel, divergent, prograding, chaotic dan pola bebas (tidak teratur).
shingled dan hummocky clinoform. Pola ini dimulai dari pola yang sederhana hingga
Pola ini menunjukkan suatu perlapisan yang relatif sejajar. Modifikasi pola ini adalah
even dan wavy. Pola subparallel mirip dengan parallel, perbedaannya berupa
perlapisan yang tidak semuanya sejajar. Di suatu tempat mengecil dan di tempat lain
Divergen
Pola ini dicirikan adanya perlapisan miring pada bagian bawah dan memusat ke suatu
arah. Semakin ke atas berubah menjadi lapisan horisontal. Pola ini dibentuk oleh
pengendapan.
Prograding
Prograding merupakan pola refleksi kompleks. Modifikasi pola ini berupa sigmoid,
1. Sigmoid
Sigmoid adalah pola prograding clinoform yang berbentuk sigmoid (bentuk S) yang
terbentuk oleh perlapisan tipis yang menyudut pada bagian atas dan bawah serta
menebal pada bagian tengah perlapisan. Pada bagian atas perlapisan hampir
horisontal (sudut dip kecil) dan concordant dengan permukaan atas unit fasies ini.
ini terjadi pada lingkungan dengan suplai sedimen yang kecil, penurunan dasar
cekungan yang cepat atau naiknya muka air laut dengan cepat.
2. Oblique
Pola prograding clinoform yang merupakan bentukan ideal pengendapan. Pola ini
penurunan besaran dip secara gradual dan berubah. Pola ini memiliki dip tinggi di
bagian atas dan berupa pola top lap yang semakin ke bawah berangsur berubah
menjadi horizontal.
Parallel obligue : Suatu bentukan perlapisan miring yang dibatasi sudut tinggi down
lap pada bagian bawah. Pola ini diinterpretasikan sebagai suatu hasil pengisian
channel kecil. Bentukan ini terbentuk dari kombinasi sediment supply yang besar,
tidak ada atau sedikit penurunan dasar cekungan dan permukaan air laut yang tetap
progradational. Berupa pola perlapisan yang horisontal berubah menjadi down dip
dengan sudut besar dan berakhir pada bagian bawah dengan suatu down lap. Pola ini
dibentuk oleh suatu up building dan depositional bypass pada bagian atas dengan
3. Shingled
bagian atas dan bawah yang diantaranya terdapat perlapisan yang menumpang tidak
4. Hummocky clinoform
Berupa konfigurasi pantulan yang menunjukkan pola subparallel yang tidak teratur
dan tidak menerus. Pola ini secara umum diinterpretasikan sebagai perlapisan tipis
yang menjari di dalam suatu lingkungan shallow water pada lingkungan prodelta atau
interdeltaic.
37
Gambar 2.10 Pola Pantulan Seismik Sebagai Hasil Proses Prograding (Mitchum,
1977)
Chaotic
Pola chaotic merupakan pola tidak teratur yang terbentuk oleh suatu high energy,
terjadi deformasi, penecontemporaneous, slump, cut and fill channel complex, highly
Reflection free
Berupa bentukan dengan litologi seragam, tidak berlapis, highly contorted. Pola ini
biasanya berupa masa batuan beku yang besar, kubah garam dll.