Anda di halaman 1dari 7

Evaluasi Keandalan Sistem Distribusi Jaringan Spindel GI Nusa

Dua PT. PLN (Persero) Distribusi Bali UJ Kuta.


Reliability Evaluation of Spindel Network Distribution System at GI
Nusa Dua PT. PLN (Persero) - UJ Kuta.
1)
I Wayan Suardiawan
1) Jurusan Teknik Elektro ITS, Surabaya 60111, email: wa_1_cool@yahoo.co.id

Abstrak : Pada tugas akhir ini, dilakukan nilai 0 (nol) sampai dengan 1 (satu). Keandalan
analisis keandalan sistem distribusi jaringan spindel sistem/komponen bernilai 0 berarti memiliki peluang
pada gardu Induk Nusa Dua. Tujuan yang ingin sukses 0% dan keandalan sistem/komponen bernilai 1
dicapai pada tugas akhir ini adalah sebagai evaluasi memiliki peluang sukses 100%. Nilai keandalan ini
bagi PT. PLN (Persero) Distribusi Bali khususnya adalah fungsi waktu, artinya keandalan sebuah
Unit Jaringan Kuta dalam memperbaiki kinerja sistem/komponen akan bervariasi sesuai dengan waktu
penyulang-penyulang yang ada pada Gardu Induk dimana evaluasi keandalan tersebut dilakukan.
Nusa Dua. Metode yang digunakan antara lain Sistem/komponen yang sama dan diukur saat waktu
pengumpulan data, pengolahan data, serta operasi yang sama akan mungkin memiliki keandalan
penganalisisan keandalan sistem distribusi. yang berbeda jika kondisi operasi kedua
Kata kunci: Keandalan, sistem distribusi, jaringan sistem/komponen sejenis tersebut berbeda.
spindel. Sebagai contoh yang sederhana akan dipakai
sebuah subsistem yang terdiri dari dua buah filter
I. PENDAHULUAN berikut ini:
I.1 Latar Belakang
Pertumbuhan beban (pelanggan) di wilayah II.1.2 Sistem dengan susunan seri
Area Jaringan (AJ) Bali Selatan sedang berkembang, Suatu sistem dapat dimodelkan dengan susunan
terutama di daerah Nusa Dua yang notabene adalah seri jika komponen-komponen yang ada didalam
salah satu pusat pariwisata dari Pulau Bali. Dari sistem itu harus bekerja atau berfungsi seluruhnya
kenyataan tersebut, tuntutan terhadap keandalan agar sistem tersebut sukses dalam menjalankan
sistem jaringan distribusi sangat dibutuhkan. Untuk itu misinya.
R R
perlu dilakukan suatu evaluasi keandalan sistem 1 2
distribusi primer 20kV di PT. PLN (Persero) AJ Bali Gambar 1 Sistem susunan seri
Selatan khususnya daerah Nusa Dua (GI Nusa Dua).
Rs = R1R2 ............................................................... (1)
dengan:
I.2 Permasalahan
Rs = keandalan sistem seri
Permasalahan yang ada adalah bagaimana
R1 = keandalan komponen 1
mengevaluasi sistem distribusi jaringan spindel
R2 = keandalan komponen 2
khususnya di Gardu Induk Nusa Dua, serta
menentukan indeks keandalah dari sisi pelanggan.
II.1.3 Sistem dengan susunan paralel
Suatu sistem dapat dimodelkan dengan susunan
I.3 Tujuan paralel jika seluruh komponen yang ada didalam
Tujuan yang ingin dicapai dari pembuatan Tugas sistem itu gagal berfungsi maka akan mengakibatkan
Akhir ini adalah untuk mengevaluasi keandalan dari sistem itu gagal menjalankan fungsinya.
Gardu Induk Nusa Dua yang sebagian besar
menggunakan jaringan spindel dan kemudian R1
membandingkannya dengan standar PLN yang telah
ada, apakah bisa dikatakan nilai yang didapat sudah R2
baik atau tidak, serta mengetahui indeks keandalan Gambar 2 Sistem susunan paralel
ditinjau dari sisi pelanggan. Rp = 1- (1-R1)(1-R2).........................................(2)
dengan:
Rp = keandalan sistem paralel
II. TEORI PENUNJANG R1 = keandalan komponen 1
II.1 Keandalan dan Pemodelan Sistem R2 = keandalan komponen 2
Keandalan merupakan peluang bekerjanya suatu
peralatan atau sistem sesuai dengan fungsinya pada
II.2 Bentuk jaringan distribusi primer pada
waktu tertentu dan kondisi tertentu. Jika kita berbicara
keandalan kuantitatif, maka kita berbicara dalam Gardu Induk Nusa Dua
konteks peluang (probability). Peluang yang II.2.1 Jaringan Radial
merepresentasikan indeks keandalan memiliki rentang Sistem distribusi dengan pola Radial seperti
1
Gambar 3. Adalah sistem distribusi yang paling MTTF= .......................................... (3)
sederhana dan ekonomis. Pada sistem ini terdapat dengan:
beberapa penyulang yang menyuplai beberapa gardu T = waktu operasi (up time)
distribusi secara radial. n = jumlah kegagalan

II.3.2 Mean Time To Repair


Mean Time To Repair adalah waktu rata-rata
yang diperlukan untuk melakukan perbaikan terhadap
terjadinya kegagalan suatu sistem yang dapat
dirumuskan:

MTTR= .......................................... (4)


Gambar 3 Jaringan Radial dengan:
L = waktu perbaikan (down time)
Keuntungan dari sistem ini adalah tidak rumit n = jumlah perbaikan
dan lebih murah dibanding dengan sistem yang lain.
Namun keandalan sistem ini lebih rendah karena II.3.3 Laju Kegagalan
hanya terdapat satu jalur utama yang menyuplai gardu Laju kegagalan atau hazard rate adalah
distribusi, sehingga apabila jalur utama tersebut frekuensi suatu sistem/komponen gagal bekerja,
mengalami gangguan, maka seluruh gardu akan ikut biasanya dilambangkan dengan (lambda), laju
padam. kegagalan dari suatu sistem biasanya tergantung dari
waktu tertentu selama sistem tersebut bekerja. Rumus
II.2.2 Jaringan Spindel laju kegagalan:
Sistem Spindel seperti pada Gambar 4 adalah
suatu pola kombinasi jaringan dari pola Radial dan = ................................................................ (5)
Ring. Spindel terdiri dari beberapa penyulang (feeder)
yang tegangannya diberikan dari Gardu Induk dan II.3.4 Laju Perbaikan
tegangan tersebut berakhir pada sebuah Gardu Laju perbaikan atau Downtime rate adalah
Hubung (GH). frekuensi lamanya suatu sistem/komponen dalam
masa perbaikan (kondisi OFF). Rumus laju perbaikan:

................................................................ (6)

II.3.5 Ketersediaan
Ketersediaan atau Availability didefinisikan
sebagai proporsi waktu dimana sistem dalam keadaan
siap beroperasi. Nilai dari availability sistem
bergantung pada frekuensi komponen-komponen
Gambar 4 Jaringan Spindel sistem yang gagal bekerja (laju kegagalan) dan lama
perbaikan dari komponen yang rusak hingga sistem
Pada pengoperasiannya, sistem Spindel berfungsi kembali (laju perbaikan). Rumus
berfungsi sebagai sistem Radial. Di dalam sebuah ketersediaan:
penyulang aktif terdiri dari gardu distribusi yang
berfungsi untuk mendistribusikan tegangan kepada .................................................................. (7)
konsumen baik konsumen tegangan rendah (TR) atau
tegangan menengah (TM). dengan:
A = Ketersediaan
II.3 Faktor-faktor Nilai keandalan = laju perbaikan
Dalam menganalisa nilai keandalan, banyak = laju kegagalan
faktor yang harus diperhitungkan, antara lain: MTTF,
MTTR, laju kegagalan, laju perbaikan,, ketersediaan, II.3.6 Kurva Bak Mandi
kurva bak mandi, distribusi eksponensial, dan korelasi. Kurva bak mandi (bathtub) merupakan sebuah
grafik yang mempunyai bentuk seperti bak mandi,
II.3.1 Mean Time To Failure yang memetakan tingkat kegagalan dari mesin atau
Mean Time To Failure (MTTF) adalah waktu sesuatu terhadapa waktu. Pemetaan dilakukan dengan
rata-rata kegagalan yang terjadi selama beroperasinya melihat tingkat kegagalan dari suatu produk dalam
suatu sistem, dapat dirumuskan: suatu waktu tertentu yang dipetakan dalam suatu
grafik seperti pada gambar 5.
2
y = variabel y
= mean (rata-rata) variabel y
Berikut adalah batasan nilai untuk
memudahkan melakukan interpretasi mengenai
kekuatan hubungan antara dua variabel:
0 : Tidak ada korelasi
>0 0,25 : Korelasi sangat lemah
>0,25 0,5 : Korelasi cukup
>0,5 0,75 : Korelasi kuat
>0,75 0,99 : Korelasi sangat kuat
1 : Korelasi sempurna

II.4 Indeks Keandalan dari sisi pelanggan


Gambar 5 Kurva bak mandi Indeks keandalan merupakan suatu
metode/cara pengevaluasian parameter keandalan
Kurva bak mandi mendeskripsikan keterangan suatu peralatan distribusi tenaga listrik terhadap
dari fungsi hazard yang terdiri dari tiga bagian atau
keandalan mutu pelayanan kepada pelanggan. Indeks
fase, yaitu: ini antara lain adalah SAIFI (System Average
1. Bagian pertama adalah tingkat kegagalan yang Interruption Frequency Index), SAIDI (System
turun, yang dikenal sebagai kegagalan awal (masa Average Interruption Duration Index) dan CAIDI
awal / burn in period). (Customer Average Interruption Frequency Index).
2. Bagian kedua adalah tingkat kegagalan yang
konstan, yang dikenal sebagai kegagalan acak (masa
II.4.1 System Average Interruption Frequency
berguna / useful life period).
Index
3. Bagian ketiga adalah tingkat kegagalan yang naik, SAIFI (System Average Interruption
yang dikenal sebagai kegagalan aus (masa aus / wear- Frequency Index) adalah jumlah rata-rata kegagalan
out period). yang terjadi per pelanggan yang dilayani per satuan
waktu (umumnya tahun). Indeks ini ditentukan dengan
II.3.7 Distribusi Eksponensial membagi jumlah semua kegagalan dalam satu tahun
Pada distribusi eksponensial, laju kegagalan dengan jumlah pelanggan yang dilayani oleh sistem
adalah konstan (=C), seperti pada bagian kedua pada tersebut. Persamaan untuk SAIFI dapat dilihat pada
kurva bak mandi yang memiliki tingkat kegagalan persamaan berikut ini:
yang konstan, jadi distribusi eksponensial hanya
berlaku pada normal life period saja pada bathtub
curve (kurva bak mandi). Rumus distribusi ................................................ (10)
eksponensial:
dengan:
.................................. (8)
k = laju kegagalan saluran
Mk = jumlah pelanggan pada saluran k
M = total pelanggan pada sistem
II.3.8 Korelasi
Korelasi digunakan untuk mengukur kekuatan II.4.2 System Average Interruption Duration Index
hubungan antara dua variabel, yaitu untuk mengetahui SAIDI (System Average Interruption
tingkatan kekuatan hubungan antara variabel. Dua Duration Index) adalah nilai rata-rata dari lamanya
variabel dikatakan berasosiasi jika perilaku variabel kegagalan untuk setiap pelanggan selama satu tahun.
yang satu mempengaruhi variabel yang lain dengan Indeks ini ditentukan dengan pembagian jumlah dan
jarak (range) 0 sampai dengan 1. lamanya kegagalan secara terus menerus untuk semua
Korelasi mempunyai kemungkinan pengujian pelanggan selama periode waktu yang telah ditentukan
hipotesis dua arah (two tailed). Korelasi searah jika dengan jumlah pelanggan yang dilayani selama tahun
nilai koefesien korelasi diketemukan positif, itu. Persamaan SAIDI dapat dilihat pada persamaan
sebaliknya jika nilai koefesien korelasi negatif, berikut:
korelasi disebut tidak searah. Berikut adalah rumus
korelasi:
................................................ (11)
......................... (9)
dengan:
dengan: k = laju perbaikan saluran
x = variabel x Mk = jumlah pelanggan pada saluran k
= mean (rata-rata) variabel x M = total pelanggan pada sistem

3
4 B. Gardenia 2.064 10 19/02/2009
III. DATA SALURAN DISTRIBUSI GARDU 5 Kampus 27.347 36 1996
INDUK NUSA DUA 6 Tj. Benoa 7.630 21 01/08/1995
Gardu Induk Nusa Dua mempunyai 3 trafo 7 Four Season 10.363 9 01/08/1995
utama dan terbagi atas 21 penyulang, yang terdiri dari 8 Sawangan 1.700 1 26/11/2002
6 penyulang konfigurasi radial, 12 penyulang Panjang Jumlah Mulai
No Penyulang
konfigurasi spindel dan 3 penyulang express. Hampir Saluran (m) Trafo Beroperasi
70% pelanggan dari GI Nusa Dua adalah pelanggan 9 Bvlgary 30.500 3 07/04/2008
VIP seperti hotel-hotel besar dan bertaraf 10 Buster Pump I 19.495 11 04/09/1995
internasional. 11 Tragia 31.050 10 16/07/1996
III.1. Data gangguan selama 7 tahun 12 Golf Course 9.844 10 07/09/1995
Berikut ini akan disajikan contoh data 13 Hilton 5.800 5 08/09/1995
gangguan tiap penyulang yang terjadi tiap tahun 14 Santa R. 3.725 1 2007
selama 7 tahun (2003-2009). Karena keterbatasan 15 SS II 790 1 24/07/1995
tempat maka akan diambil contoh untuk penyulang 16 Amenity 5.070 5 <2003
Kedonganan pada tahun 2003: 17 Club Med 4.770 6 <2003
18 Bali Resort 9.415 12 <2003
Tabel 1 Daftar gangguan penyulang Kedonganan 19 Exp Jimbaran 7.895 0 16/11/1995
tahun 2003 20 SS I 1.595 0 <2003
Lm Pdm 21 Exp BPG 11.830 0 07/04/2008
No Tgl_trip Arus kWh_hilang
Jam
1 06-Jan-03 60 0,03 55,43 III.3 Jumlah pelanggan dari tahun 2003 sampai
2 22-Jan-03 85 0,02 39,26 2009
3 22-Jan-03 80 0,53 1.182,41 Selanjutnya adalah data jumlah pelanggan dari
4 04-Apr-03 76 0,02 35,10 tahun 2003 sampai tahun 2009. Pertumbuhan rata-rata
5 20-Apr-03 62 0,02 28,64 tiap tahun dari GI Nusa Dua adalah sebesar 2,5% yang
6 25-Apr-03 50 0,02 23,09 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
7 28-Apr-03 50 0,02 23,09
Tabel 3 Jumlah pelanggan dari tahun 2003 sampai
8 01-Mei-03 50 0,02 23,09
2009
9 01-Mei-03 50 1,12 1.547,30
10 01-Mei-03 50 2,80 3.879,79
No Tahun Jumlah Pelanggan
11 04-Mei-03 46 0,02 21,25 1 2003 28787
12 04-Mei-03 46 1,48 1.890,94 2 2004 29526
13 04-Mei-03 46 2,08 2.655,81
3 2005 30283
4 2006 31059
14 05-Mei-03 50 0,02 23,09
5 2007 31855
15 06-Jun-03 68 0,08 157,04
6 2008 32672
16 22-Jun-03 64 0,03 59,12
7 2009 33510
17 19-Jul-03 50 0,08 115,47
18 20-Jul-03 70 0,02 32,33
IV. PERHITUNGAN DAN ANALISIS
19 20-Jul-03 70 0,40 775,96 KEANDALAN GARDU INDUK NUSA DUA
20 20-Jul-03 74 0,02 34,18 IV.1 Evaluasi Keandalan Statis
21 28-Jul-03 50 0,02 23,09 Untuk mengevaluasi keandalan dari suatu
22 19-Des-03 84 0,02 38,80 komponen atau sistem yang pertama kali harus
23 19-Des-03 50 0,27 369,50 dilakukan adalah dengan memodelkan komponen atau
sistem tersebut kedalam diagram blok keandalan
III.2 Data mulai beroperasinya penyulang (reliabiliy block diagram). Dari diagram blok
Berikut adalah data mulai beroperasinya keandalan ini kemudian dihitung keandalan
penyulang, panjang saluran dan jumlah trafo. berdasarkan susunan seri-paralel dari komponen atau
sistem yang bersangkutan, berikut adalah hasilnya:

Tabel 2 Data usia, panjang dan jumlah trafo tiap Tabel 4 Nilai keandalan masing-masing penyulang
penyulang dengan metode keandalan statis
Panjang Jumlah Mulai No Penyulang R Konf.
No Penyulang
Saluran (m) Trafo Beroperasi 1 KEDONGANAN 0,990000 R
1 Kedonganan 12.205 46 01/08/1995 2 MUMBUL 0,899894 R
2 Mumbul 43.735 73 <2003 3 UNGASAN 0,999899 R
3 Ungasan 85.248 125 <2003 4 BALI GARDENIA 0,999963 R

4
5 KAMPUS 0,899829 R
6 TJ. BENOA 0,690958 R IV.3 Laju Kegagalan dan Laju Perbaikan
7 FOUR SEASON 0,387420 S Dari hasil yang diperoleh pada tabel 5,
kemudian dapat dicari nilai laju kegagalan () dan laju
8 SAWANGAN 0,900000 S
perbaikan () dari masing-masing penyulang.
No Penyulang R Konf. Tabel 6 Nilai laju kegagalan dan laju perbaikan
9 BVLGARY 0,729000 S masing-masing penyulang
10 BUSTER PUMP I 0,313811 S Laju Laju Perbaikan
No Penyulang Kegagalan () ()
11 TRAGIA 0,999997 S
Hari Jam Hari
12 GOLF COURSE 0,348678 S
1 KEDONGANAN 0,0569 1,6554 39,7298
13 HILTON 0,590490 S
2 FOUR SEASON 0,0202 1,6430 39,4327
14 SANTA R. 0,900000 S 3 SAWANGAN 0,0221 0,6361 15,2667
15 SS II 0,900000 S 4 BVLGARY 0,0270 6,3776 153,0612
16 AMENITY 0,882900 S 5 BUSTER PUMP I 0,0465 2,2887 54,9279
17 CLUB MED 0,531441 S 6 TRAGIA 0,0364 1,8486 44,3659
18 BALI RESORT 0,282430 S 7 EXP JIMBARAN 0,0279 0,8364 20,0737
19 EXP JIMBARAN 1,000000 E 8 GOLF COURSE 0,0301 2,3883 57,3199
20 SS I 1,000000 E 9 HILTON 0,0120 0,7763 18,6315
21 EXP BPG 1,000000 E 10 SANTA R. 0,0320 0,8795 21,1091
11 TJ. BENOA 0,0522 1,1995 28,7875
IV.2 Mean Time To Failure dan Mean Time To 12 SS II 0,0118 0,4840 11,6171
Repair 13 SS I 0,0132 0,4192 10,0600
MTTF dan MTTR digunakan untuk melihat 14 AMENITY 0,0151 1,0231 24,5551
seberapa cepat terjadinya kerusakan dan perbaikan 15 KAMPUS 0,0558 1,4138 33,9303
dari masing-masing penyulang pada Gardu Induk 16 EXP BPG 0,0204 0,5318 12,7623
Nusa Dua Berikut akan ditampilkan nilai MTTF dan 17 CLUB MED 0,0167 0,9786 23,4854
MTTR masing-masing penyulang selama 7 tahun. 18 BALI RESORT 0,0105 0,5969 14,3265
19 B. GARDENIA 0,0123 0,3460 8,3045
Tabel 5 Nilai MTTF dan MTTR selama selang waktu
20 UNGASAN 0,0964 3,2664 78,3927
7 tahun
MTTF MTTR 21 MUMBUL 0,0428 1,4013 33,6323
No Penyulang (hari) (jam) Konfig
Rata2 Rata2 IV.4 Ketersediaan
1 KEDONGANAN 17,5732 0,6041 R Nilai ketersediaan (A) menggambarkan
2 FOUR SEASON 49,4604 0,6086 S berapa peluang suatu alat beroperasi. Berdasarkan
3 SAWANGAN 45,1766 1,5720 S rumus (7), maka didapatkan hasil sebagai berikut:
4 BVL GARY 37,0002 0,1568 S Tabel 7 Nilai Ketersediaan tiap penyulang
5 BUSTER PUMP I 21,4919 0,4369 S No Penyulang (A) Konf
6 TRAGIA 27,5054 0,5410 S
1 KEDONGANAN 0,99857 R
7 EXP JIMBARAN 35,8642 1,1956 E
2 MUMBUL 0,998729 R
8 GOLF COURSE 33,2297 0,4187 S
3 UNGASAN 0,998772 R
9 HILTON 83,3503 1,2881 S
4 BALI GARDENIA 0,998516 R
10 SANTA R. 31,2867 1,1370 S
5 KAMPUS 0,998358 R
11 TJ. BENOA 19,1749 0,8337 R
6 TJ. BENOA 0,998192 R
12 SS II 84,6667 2,0659 S
7 FOUR SEASON 0,999488 S
13 SS I 75,5516 2,3857 E
8 SAWANGAN 0,998552 S
14 AMENITY 66,3586 0,9774 S
9 BVLGARY 0,999823 S
15 KAMPUS 17,9231 0,7073 R
10 BUSTER PUMP I 0,999154 S
16 EXP BPG 49,1028 1,8805 E
11 TRAGIA 0,999181 S
17 CLUB MED 59,8120 1,0219 S
12 GOLF COURSE 0,999475 S
18 BALI RESORT 95,1211 1,6752 S
13 HILTON 0,999356 S
19 B. GARDENIA 81,0000 2,8900 R
14 SANTA R. 0,998488 S
20 UNGASAN 10,3753 0,3062 R
15 SS II 0,998984 S
21 MUMBUL 23,3596 0,7136 R
16 AMENITY 0,999387 S
17 CLUB MED 0,999289 S

5
18 BALI RESORT 0,999267 S Korelasi R Panjang Jumlah Jumlah Usia
19 EXP JIMBARAN 0,998613 E terhadap saluran trafo pelanggan penyulang
20 SS I 0,998686 E P. Radial -0,60 -0,64 -0,66 -0,93
21 EXP BPG 0,998407 E P. Spindel -0,59 -0,21 -0,34 -0,29
IV.5 Keandalan Distribusi Eksponensial IV. 7 Indeks Keandalan dari sisi pelanggan
Kemudian dari data pada tabel 6 dan rumus Dari rumus (10) dan (11), kemudian dapat
(8) dapat digambarkan grafik keandalan dengan dihitung indeks keandalan dari sisi pelanggan Gardu
menggunakan metode distribusi eksponensial untuk Induk Nusa Dua selama 7 tahun.
masing-masing tipe penyulang selama selang waktu
(t) 100 hari sebagai berikut. Tabel 9 Indeks keandalan dari sisi pelanggan GI Nusa
Dua selama 7 tahun
SAIFI SAIDI
No Tahun
(gangguan/pelanggan) (menit)
1 2003 0,055 1130
2 2004 0,062 695
3 2005 0,103 167
4 2006 0,053 225
5 2007 0,045 123
6 2008 0,911 54
7 2009 0,05 353

Dari hasil yang didapat kemudian


dibandingkan dengan standar yang diterapkan oleh
PT. PLN (Persero) Distribusi Bali, yaitu World Class
Gambar 8 Grafik keandalan penyulang konfigurasi Services GAP Analysis, berikut ini:
radial selama 100 hari

Gambar 10 World Class Services GAP Analysis

Kemudian dari tabel 9 dan gambar 10, dapat


dibuat tabel perbandingan sebagai berikut:

Tabel 10 Tabel perbandingan indeks keandalan antara


Gambar 9 Grafik keandalan penyulang spindel
WCS, GI Nusa Dua dan Sistem Bali pada tahun 2008
selama 100 hari

IV. 6 Korelasi keandalan dengan faktor fisik SAIFI SAIDI


penyulang WCS 3 100
Berdasarkan rumus (9) dan dari data-data yang GI Nusa Dua 0,911 54
ada, dapat dicari hubungan/korelasi antara keandalan
penyulang dengan faktor fisik di lapangan, seperti: Sistem Bali 1,65 61,43
usia penyulang, jumlah pelanggan, panjang saluran,
dan jumlah trafo. V. PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Tabel 8 Korelasi keandalan eksponensial selama 1 Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis yang
bulan dengan faktor fisik penyulang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
6
1. Nilai Mean Time To Failure (MTTF) terkecil Ch. 2, 1980.
selama 7 tahun untuk penyulang radial adalah [4] Wilkins, Dennis J., The Bathtub Curve and
10,375 hari (P. Ungasan) dan nilai MTTF terbesar Product Failure Behavior , Weibull,
adalah 81 hari (P. Bali Gardenia) serta nilai rata- November, 2002
ratanya adalah 28,23 hari, sedangkan nilai MTTF
terkecil selama 7 tahun untuk penyulang spindel [5] Ferdiansyah, Evaluasi Keandalan Sistem
adalah 21,49 hari (P. Booster Pump I) dan nilai Distribusi PT.PLN (Persero) APJ Surabaya
MTTF terbesar untuk penyulang spindel adalah Selatan Menggunakan Metode Non-Eksponensial
95,12 hari (P. Bali Resort) serta nilai rata-ratanya Down Times, Teknik Elektro-ITS, Surabaya,
adalah 52,87 hari. Dari hasil perbandingan untuk 2007.
2 tipe penyulang tersebut, terlihat bahwa [6] Marsudi, Djiteng, Operasi Sistem Tenaga
konfigurasi spindel mempunyai nilai R yang lebih Listrik, Balai Penerbit dan Humas ISTN, Jakarta
baik, hingga sebesar 87,28% bila dibandingkan Selatan, 1990.
dengan konfigurasi radial. [7] Priyanta, Dwi, Diktat Kuliah: Keandalan dan
2. Untuk evaluasi dengan metode diagram blok, Perawatan FTK ITS, Surabaya, 2000
didapat bahwa nilai keandalan penyulang spindel [8] Sukerayasa, I Wayan, Penentuan Angka Keluar
adalah lebih rendah dengan rata-rata 0,6472 bila Peralatan Untuk Evaluasi Keandalan Sistem
dibandingkan dengan penyulang radial yang rata- Distribusi Tenaga Listrik, Universitas Udayana,
ratanya 0,9134. Jimbaran, Desember, 2007
3. Dari hasil analisis korelasi pada penyulang radial, [9] Sukmawidjaja, Maula, Perhitungan Profil
nilai keandalan cukup berkorelasi dengan panjang Tegangan pada Sistem Distribusi Menggunakan
saluran (-0,6), jumlah trafo (-0,64), jumlah Matrix Admitansi dan Matrix Impedansi Bus,
pelanggan (-0,66), dan usia penyulang (-0,93). JETri, vol. 7, pp.21-40, ISSN 1412-0372, February,
Tapi tidak halnya dengan penyulang spindel, nilai 2008
keandalannya kurang berkorelasi dengan jumlah [10] Priyambodo, B., Manajemen Farmasi Industri,
trafo (-0,21), jumlah pelanggan (-0,34) dan usia Global Pustaka Utama, Yogyakarta, 2007.
penyulang (-0,29). [11] Rummel, R.J., Understanding Correlation,
4. Nilai SAIFI untuk WCS adalah 3, GI Nusa Dua Departement of Political Science University of
adalah 0,911 dan Sistem Bali 1,65, sedangkan Hawaii, Honolulu, 1976.
nilai SAIDI untuk WCS adalah 100, GI Nusa Dua [12] Moubray, John, Reliability Centered
adalah 54 dan Sistem Bali 61,43. Dari hasil Maintenance, Industrial Press, New York, 1997
perbandingan tersebut dapat diambil kesimpulan [13] Rausand, M. and Hoyland, A., System
bahwa keandalan dari Gardu Induk Nusa Dua Reliability Theory; Models, Statistical methods,
sudah cukup baik, karena nilai yang didapat lebih and Applications, John Wuiley & Sons, New
baik bila dibandingkan dengan standar WCS yang York, 2004.
telah diterapkan maupun dengan keseluruhan
sistem bali itu sendiri. RIWAYAT HIDUP

V.2 Saran I Wayan Suardiawan


1. Untuk penelitian lebih lanjut tentang keandalan dilahirkan di Denpasar, 6
sistem distribusi, perlu dilibatkan berbagai Januari 1988. Pada tahun 2006,
analisa lainnya, seperti cost analysis, penulis masuk ke Jurusan
management analysis maupun maintenance Teknik Elektro FTI ITS dan
analysis. mengambil bidang studi Teknik
2. Untuk melengkapi wacana penelitian tentang Sistem Tenaga. Selama menjadi
keandalan distribusi, dapat dilakukan mahasiswa, penulis aktif sebagai
pengembangan untuk daerah lain yang memiliki asisten praktikum, koordinator
karakteristik jaringan dan beban yang berbeda- praktikum dan koordinator
beda, baik di PT. PLN (Persero) Distribusi Bali asisten di Laboratorium
maupun di seluruh Indonesia. Konversi Energi Listrik-Jurusan Teknik Elektro-
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Artana, Ketut Buda, Diktat Kuliah: Kuliah
Keandalan1-Pendahuluan - FTK ITS, Surabaya.
[2] Artana, Ketut Buda, Diktat Kuliah: Statistika
Rekayasa-Distribusi Peluang FTK ITS,
Surabaya.
[3] Endrenyi, J., Reliability Modeling in Electric
Power Systems, John Wiley & Sons Ltd., Toronto,

Anda mungkin juga menyukai