Anda di halaman 1dari 27

Meningkatkan Kreativitas Anak Usia Dini Melalui

Peta Pikiran

Posted on Maret 31, 2008 by Bintang Bangsaku

I. Pendahuluan

Pada dasarnya, semua anak kreatif, orang tua dan guru hanya perlu menyediakan lingkungan
yang benar untuk membebaskan seluruh potensi kreatifnya. Di dalam pendidikan anak usia dini,
orang tua dan guru bukanlah pengajar. Orang tua dan guru diharapkan memberikan stimulasi
pada anak, sehingga terjadi proses pembelajaran yang berpusat pada anak.

Stimulasi dapat diberikan dengan cara memberikan kesempatan pada anak untuk menjadi kreatif.
Biarkan anak dengan bebas melakukan, memegang, menggambar, membentuk, ataupun
membuat dengan caranya sendiri dan menguraikan pengalamannya sendiri. Bebaskan daya
kreatif anak dengan membiarkan anak menuangkan imajinasinya. Ketika anak mengembangkan
keterampilan kreatif, maka anak tersebut juga dapat menghasilkan ide-ide yang inovatif dan jalan
keluar dalam menyelesaikan masalah serta meningkatkan kemampuan dalam mengingat sesuatu.
Suatu cara yang mampu menyalakan percikan-percikan kreativitas anak usia dini adalah dengan
membebaskan anak menuangkan pikirannya.

II. Masalah-masalah yang Terjadi dalam Proses Menuangkan Pikiran

Otak manusia terdiri dari 2 belahan, kiri (left hemisphere) dan kanan (right hemisphere) yang
disambung oleh segumpal serabut yang disebut corpuss callosum. Belahan otak kiri terutama
berfungsi untuk berpikir rasional, analitis, berurutan, linier, saintifik seperti membaca, bahasa
dan berhitung. Sedangkan belahan otak kanan berfungsi untuk mengembangkan imajinasi dan
kreativitas. Kedua belahan otak tersebut memiliki fungsi, tugas, dan respons berbeda dan harus
tumbuh dalam keseimbangan.

Dalam proses menuangkan pikiran, manusia berusaha mengatur segala fakta dan hasil pemikiran
dengan cara sedemikian rupa sehingga cara kerja alami otak dilibatkan dari awal, dengan
harapan bahwa akan lebih mudah mengingat dan menarik kembali informasi di kemudian hari.
Sayangnya, sistem pendidikan modern memiliki kecenderungan untuk memilih keterampilan-
keterampilan otak kiri yaitu matematika, bahasa, dan ilmu pengetahuan dari pada seni, musik,
dan pengajaran keterampilan berpikir, terutama keterampilan berpikir secara kreatif.

Sebenarnya, anak-anak dapat menuangkan pikiran dengan caranya masing-masing. Proses


menuangkan pikiran menjadi tidak beraturan atau malah tersendat ketika anak-anak terjebak
dalam model menuangkan pikiran yang kurang efektif sehingga kreativitas tidak muncul. Model
dikte dan mencatat semua yang didiktekan pendidik, mendengar ceramah dan mengingat isinya,
menghafal kata-kata penting dan artinya terjadi dalam proses belajar dan mengajar di sekolah
atau di mana saja menjadi kurang efektif ketika tidak didukung oleh kreativitas pendidik atau
anak itu sendiri. Masalah-masalah lain muncul ketika anak berusaha mengingat kembali apa
yang sudah didapatkan, dipelajari, direkam, dicatat atau yang dahulu pernah diingat. Beberapa
anak mengalami kesulitan berkonsentrasi, atau ketika mengerjakan tugas. Ini terjadi dikarenakan
catatan ataupun ingatannya belum teratur. Untuk itu dibutuhkan suatu alat untuk membantu otak
berpikir secara teratur.

III. Menggunakan Peta Pikiran untuk Keluar dari Masalah

Sistem berpikir secara teratur sebenarnya sudah mulai dikembangkan para ahli Yunani. Sistem
ingatan yang dikembangkan oleh orang-orang Yunani yang memungkinkan mereka untuk
mengingat kembali ratusan dan ribuan fakta dengan sempurna. Sistem ingatan dari Yunani ini
berdasarkan Imajinasi dan Asosiasi. Berdasarkan kekuatan Imajinasi dan Asosiasi ini, Toni
Buzan menemukan suatu alat berpikir yang berdasarkan cara kerja alamiah otak, alat yang
sederhana, yang benar-benar mencerminkan kreativitas dan kecemerlangan alamiah dalam proses
berpikir, yaitu dengan peta pikiran (mind map).

Peta pikiran adalah cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil
informasi ke luar dari otak, yang merupakan cara mencatat yang kreatif dan efektif. Peta pikiran
merupakan alat yang membantu otak berpikir secara teratur. Semua peta pikiran mempunyai
kesamaan. Semuanya menggunakan warna. Semuanya memiliki struktur alami yang memancar
dari pusat. Semuanya menggunakan garis lengkung, simbol, kata dan gambar yang sesuai dengan
satu rangkaian yang sederhana, mendasar, alami, dan sesuai dengan cara kerja otak. Secara
harfiah peta pikiran akan memetakan pikiran-pikiran.

Untuk mengajak anak membuat peta pikiran, diperlukan beberapa hal, yaitu kertas kosong tak
bergaris, pena atau spidol berwarna, otak dan imajinasi. Tujuh langkah dalam membuat Peta
pikiran : (1) Mulailah dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya di letakkan
mendatar, (2) Gunakan gambar atau foto untuk ide sentral, karena gambar melambangkan topik
utama (3) Gunakan warna, karena bagi otak warna sama menariknya dengan gambar sehingga
peta pikiran lebih hidup, (4) Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan
cabang-cabang tingkat dua dan tiga ke tingkat satu dan dua, dan seterusnya, (5) buatlah garis
hubung yang melengkung , (6) Gunakan satu kata kunci untuk setiap cabang atau garis, (7)
Gunakan gambar, karena setiap gambar bermakna seribu kata.

Kegiatan membuat peta pikiran dapat dimulai dengan pertanyaan, misalnya tema binatang
Kalau kamu mendengar kata binatang apa yang terlintas di pikiranmu? Biarkan anak
menggambar atau menuliskan apa yang menjadi imajinasinya. Tidak ada jawaban atau pendapat
anak yang salah, karena semua pendapat adalah benar. Ini akan terlihat dari cabang yang akan
mereka buat yang memperinci pendapat sebelumnya.

Bahasa gambar adalah cara penyampaian informasi dengan menggunakan gambar. Bahasa
gambar digunakan pada peta pikiran karena otak memiliki kemampuan alami untuk pengenalan
visual, bahkan sebenarnya pengenalan yang sempurna. Inilah sebabnya anak akan lebih
mengingat informasi jika menggunakan gambar untuk menyajikannya. Peta pikiran
menggunakan kemampuan otak akan pengenalan visual untuk mendapatkan hasil yang sebesar-
besarnya. Dengan kombinasi warna, gambar, dan cabang-cabang melengkung, peta pikiran lebih
merangsang secara visual daripada metode pencatatan tradisional, yang cenderung linear dan
satu warna.

Para jenius kreatif menggunakan bahasa gambar untuk menyusun, mengembangkan, dan
mengingat pikiran mereka. Sebagai contoh, Leonardo da Vinci. Leonardo menggunakan gambar,
diagram, simbol, dan ilustrasi sebagai cara termurni untuk menangkap pikiran-pikiran yang
bermunculan di otaknya dan mencurahkannya di kertas. Baginya, bahasa kata-kata berada di
tempat kedua sesudah bahasa gambar dan digunakan untuk memberi label, menunjukkan atau
menjelaskan pikiran dan penemuan kreatifnya. Gambar-gambar membantu Leonardo menjelajah
pikirannya dalam berbagai bidang, seni, ilmu faal, permesinan, akuanautik, dan biologi. Contoh
lain adalah Richard Feynman, fisikawan pemenang Hadiah Nobel, ketika masih muda menyadari
bahwa imajinasi dan visualisasi adalah bagian terpenting dari proses pemikiran kreatif. Dengan
begitu ia memainkan permainan-permainan imajinasi dan belajar menggambar. Ia menempatkan
seluruh teori kuantum elektrodinamik ke bentuk visual dan diagramatik yang baru. Ini menjurus
ke pengembangan diagram Feynman yang sekarang terkenal itu representasi gambar dari
interaksi partikel, yang sekarang digunakan murid di seluruh dunia untuk membantu mereka
memahami, mengingat, dan menciptakan ide-ide dalam realisme fisika dan ilmu umum.

Ada angapan bahwa proses berpikir diatur dalam prinsip matematis penambahan sederhana,
dimana setiap kali menambah satu data tunggal baru atau pikiran baru ke dalam otak, berarti
hanya akan menambah satu bahan ke gudang penyimpanan. Kenyataannya tidaklah demikian;
sebenarnya, otak bekerja secara sinergis. Di dalam sebuah sistem sinergis, keseluruhan adalah
lebih besar daripada jumlah bagian-bagiannya. Dengan peta pikiran, menjadikan anak memiliki
perpustakaan raksasa, berisi sejumlah informasi tentang segala hal yang ingin anak ketahui. Di
dalam perpustakaan raksasa ini, informasi diarsipkan dalam susunan yang sempurna.

Dalam segala hal peta pikiran dapat diguanakan. Ajak anak membuat peta pikiran setiap saat.
Seperti dalam bukunya, Mind map untuk anak Tony Buzan mengajak untuk menggunakan peta
pikiran di setiap kesempatan. Misalnya membuat peta pikiran tentang Aku. Dengan mengajak
anak mengenal dirinya sendiri, gambar dirinya, kegiatan yang dilakukannya, kesukaannya,
kesayangannya, orang terdekatnya, cita-cita, khayalannya, binatang peliharaan atau lainnya.
Contoh lainnya yaitu mengajak anak membuat peta pikiran untuk merencanakan liburan.
Menentukan kapan waktu pelaksanaannya, tempat, siapa yang ikut, transportasi yang digunakan,
akomodasi yang perlu disiapkan, barang yang akan dibawa, dokumentasi, dan seterusnya
menggunakan gambar dan kata-kata kunci. Peta pikiran juga dapat dibuat misalnya untuk
menyelesaikan tugas-tugas sekolah, mengajak anak membuat cerita, membuat surat, atau
mencari tahu kado yang tepat diberikan kepada ayah atau ibu di hari ulang tahun mereka .

IV. Manfaat Peta Pikiran

Peta pikiran memberikan banyak manfaat. Peta pikiran, memberi pandangan menyeluruh pokok
masalah atau area yang luas, memungkinkan kita merencanakan rute atau membuat pilihan-
pilihan dan mengetahui ke mana kita akan pergi dan di mana kita berada. Keuntungan lain yaitu
mengumpulkan sejumlah besar data di suatu tempat, mendorong pemecahan masalah dengan
membiarkan kita melihat jalan-jalan terobosan kreatif baru, merupakan sesuatu yang
menyenangkan untuk dipandang, dibaca, direnungkan dan diingat.

Untuk anak-anak, peta pikiran memiliki manfaat, yaitu : membantu dalam mengingat,
mendapatkan ide, menghemat waktu, berkonsentrasi, mendapatkan nilai yang lebih bagus,
mengatur pikiran dan hobi, media bermain, bersenang-senang dalam menuangkan imajinasi yang
tentunya memunculkan kreativitas.

ditulis oleh Wiratih Rahayu untuk tugas kuliah

Pendekatan dalam Peta Pikiran

Peta pikiran ini memiliki pendekatan fenomenologis


yang berkaitan dengan teori medan fenomena menurut Carl Rogers. Sistem kerja peta pikiran
berada pada ingatan kita terhadap sesuatu hal yang kita lambangkan dalam suatu benda, simbol,
atau catatan kecil. Menurut medan fenomena ini, keseluruhan pengalaman baik yang disadari
maupun tidak itu disebut medan fenomena, dan pengalaman yang disimbolkan itu berarti
pengalaman yang disadari, sehingga dengan simbol itu kita akan mudah mengingatnya kembali.

Contoh cara kerja pikiran yang berkaitan dengan medan fenomena ini adalah ketika kita melihat
foto suatu tempat, di mana kita memiliki pengalaman khusus di tempat tersebut. Maka ingatan
kita akan langsung melayang pada pengalaman khusus tersebut. Juga ketika kita melihat gambar
anak kecil yang lucu, bagi kita yang memiliki adik atau anak, mungkin ingatan kita akan
langsung melayang pada adik atau anak kecil yang lucu yang mirip dengan gambit anak kecil
tersebut. Ingatan kita mengenai suatu memori atau pengalaman tertentu bisa terekam dalam satu
gambar.

Di sinilah peta pikiran mencoba untuk merekam ingatan kita, atau dalam teori medan fenomena
ini, pengalaman yang kita sadari, pada sebuah simbol. Dengan harapan, kita akan lebih mudah
mengingat memori tersebut. Peta pikiran ini bersifat pribadi atau subjektif, karena dihubungkan
dengan ingatan kita sendiri. Dalam medan fenomena, dijelaskan bahwa semua persepsi bersifat
subjektif dan benar bagi dirinya sendiri. Sehingga peta pikiran yang dibuat seseorang tidak bisa
dipakai oleh orang lain, karena mungkin simbol yang dilambangkan tidak mengandung memori
atau pengalaman yang diketahui oleh orang lain.

Dalam pembelajaran, simbol dan warna pada peta pikiran ini mengandung ingatan atau memori
yang memang bersifat subjektif. Sehingga disarankan, peta pikiran dibuat oleh masing-masing
siswa dengan pemahaman danselera-nya sendiri. Peta pikiran memuat memori masing-masing
siswa. Atau dalam pendekatan fenomenologis, dapat dikatakan bahwa, peta pikiran ini
mengandung pengalaman dan memori secara sadar yang disimbolkan, agar mudah diingat
kembali secara sadar.

Ini murni pendapat saya dan belum dibenarkan oleh satu ahli pun, bagi yang lebih paham, mohon
dibantu perbaikannya

http://silmya.wordpress.com/2010/06/07/pendekatan-dalam-peta-pikiran/

PSIKOLOGI UMUM Kursus 101


Prof Michael Leyton
Departemen Psikologi Rutgers University.

PELATIHAN DI CARA STUDI:

SISTEM PEMBELAJARAN YANG Buzan

Selama lebih dari 25 tahun, Buzan Sistem Pembelajaran telah digunakan oleh organisasi-
organisasi komersial besar di seluruh dunia - secara harfiah jutaan orang - untuk meningkatkan
efektivitas karyawan untuk mempelajari sejumlah besar informasi dan mengingat kembali
informasi yang permanen. Tidak hanya universitas mengharuskan Anda untuk belajar, tapi
hampir setiap profesi Anda kemudian masukkan akan meminta Anda untuk mempelajari
sejumlah besar informasi - laporan setiap jenis - untuk sisa hidup Anda.

Sayangnya, kebanyakan orang tidak tahu bagaimana untuk belajar, dan jam limbah mencoba
untuk mempelajari materi yang cepat memudar dari memori. Dalam kebanyakan kasus, belajar
adalah frustrasi, membuang-buang waktu dan diri sendiri.

Sistem Buzan sangat efektif karena didasarkan pada fakta keras dalam psikologi pembelajaran.
Sebagai contoh, berikut ini sudah menunjukkan:

Setelah Anda mengakhiri sesi belajar, kemampuan Anda untuk mengingat


perlahan-lahan meningkat ke puncak dan kemudian mulai sangat menurun.
Namun jika Anda melakukan kajian yang tepat di puncak, maka Anda
memperlambat penurunan pengetahuan. Hal yang penting adalah untuk
mengetahui kapan puncak yang terjadi, dan untuk melakukan kajian tepat
di puncak itu.

Setiap review Anda juga memiliki puncak ingat, beberapa saat setelah meninjau. Sekali lagi,
dengan menekan ini puncak berikutnya dengan review yang lain, Anda mengurangi kehilangan
pengetahuan. Juga, yang terpenting setiap kali Anda meninjau, puncak terjadi kemudian dan
kemudian, seperti yang ditunjukkan di sini:

RECALL Peaks

(1) 10 menit setelah sesi studi

(2) satu hari kemudian

(3) seminggu kemudian

(4) sebulan kemudian

(5) 2-3 bulan kemudian

Dengan membuat review anda bertepatan dengan puncak ingat, Anda


membuat Anda tetap ingat.. Jadi di atas harus meninjau Anda akan jadwal
Anda harus menyimpan buku harian review di mana Anda merekam, ketika
Anda menyelesaikan sesi, semua kelima tanggal tinjauan masa depan yang
sesi.

sistem Buzan mengambil semua aspek dari sistem pembelajaran, dan menggunakan psikologi
kognitif untuk menunjukkan kepada Anda bagaimana struktur mereka. Misalnya, ada hasil
psikologis dasar yang Anda ingat materi terutama dari awal dan akhir sesi kerja, masa tengah
waktu mati. Ini berarti bahwa ada kurva mengingat dalam sesi-kerja, dan memiliki puncak di
awal dan di akhir.

Buzan menunjukkan Anda bagaimana Anda dapat memanipulasi kurva ini


mengingat dalam bentuk yang berbeda sama sekali, sehingga meningkatkan
efektivitas sesi-dalam oleh beberapa ratus persen.

Komponen utama akhir sistem Buzan adalah untuk struktur informasi yang Anda terima, pada
halaman, yang persis dengan cara yang sama bahwa otak Anda akhirnya akan struktur itu. Ini
bukan urutan linier di mana Anda telah menerima informasi.

Struktur bahwa otak Anda akhirnya menggunakan untuk informasi, disebut


pikiran-peta: harfiah peta jalan pikiran Anda akan mengatur materi. Buzan
menunjukkan bahwa jika Anda sekarang otak Anda pada awalnya, dengan
informasi yang sudah dalam bentuk peta-pikiran, kemampuan Anda untuk
menyerap dan mengingat informasi sangat meningkat. Buzan mengajarkan
Anda bagaimana membangun pikiran-peta.
Kursus ini berdasarkan sistem Buzan. Dua minggu pertama PR adalah untuk mempelajari buku
Buzan. Kemudian Anda akan mulai melihat kemampuan Anda untuk belajar segera
memperbaiki. Setiap kali saya telah mengajarkan sistem ini, siswa telah mengatakan kepada saya
bahwa nilai mereka dalam semua kelas lain telah sangat membaik. Saya telah menggunakan
sistem Buzan untuk pekerjaan saya sendiri, setiap hari selama 25 tahun terakhir, dan itu telah
memungkinkan saya untuk menyerap sejumlah besar informasi dengan efektivitas besar dan
kemudahan ingat.

Untuk praktek sistem Buzan, kita akan menggunakannya untuk PR di semester.

Ada dua buku yang dibutuhkan untuk kursus:

(1) T. Buzan: Gunakan Kedua Sisi Otak Anda.

(2) J. Kagan & J. Segal: Psikologi, An Introduction.

Anda harus mendapatkan segera.

PR

Dua jam kerja periode lima seminggu, yang terdiri dari

(1) Bacaan ditugaskan minggu itu.

(2) Tinjauan sesuai dengan jadwal Buzan.

(3) Setiap pikiran-peta yang ditugaskan minggu itu.

Anda akan memiliki sejumlah pembacaan sepanjang dua belas minggu pertama. Selain itu, Anda
harus mengikuti jadwal Buzan tinjauan diberikan di atas. Ini akan sangat meningkatkan memori
Anda, tidak hanya di kelas ini, tetapi membuat Anda siap untuk kebiasaan berhasil untuk seumur
hidup Anda. Akhirnya, Anda perlu mengirimkan enam pikiran-peta, pada semester, yang
mengatur bagian dari materi kuliah. Ini akan memberi Anda teknik-teknik yang sangat
pemberdayaan untuk berhasil dalam hidup Anda. Saya akan mengumumkan di kelas, sebagai
semester berlangsung, yang pikiran-peta yang harus dilakukan untuk PR, dan ketika mereka
masuk ke tangan

UJIAN

Sejak Buzan telah menunjukkan bahwa recall yang permanen hanya jika seseorang melakukan 2-
3 bulan full set dari review yang bertepatan dengan urutan mengingat-puncak yang terdaftar di
atas, ada gunanya untuk menguji siswa sebelum mengingat telah memperoleh keabadian. Titik-
ujian dari kelas adalah untuk memberi seseorang (misalnya, majikan yang akan datang) bahwa
Anda sekarang mengetahui informasi dengan permanen yang wajar dan kehandalan. Namun, hal
ini benar-benar palsu, jika ujian ini adalah diberikan sebelum jadwal kajian telah berakhir.
Seorang majikan tidak tertarik pada pengetahuan sementara Anda, hanya dalam pengetahuan
permanen Anda.

Dengan demikian, ujian jangka menengah akan diberikan sedikit kemudian pada semester dari
biasanya, hanya setelah review-jadwal untuk mengingat permanen telah selesai. Ujian akhir akan
menguji semua bahan.

(1) Midterm: 33% dari nilai akhir

(2) Final Exam: 66% dari nilai akhir.

IKHTISAR SINGKAT KURSUS

PSIKOLOGI KOGNITIF, 1: BAGAIMANA STUDI

Mengingat selama pembelajaran; ingat setelah pembelajaran; memori - teknik review dan teori,
sistem memori khusus dan mnemonik, sistem nomor-sajak, kata-kata kunci - ingat dan kreatif;
sifat multi-ordinat kata-kata; kata kunci versus catatan standar; sejarah linier pidato dan cetak;
otak Anda dan pikiran-pemetaan, pemetaan-pikiran undang-undang; maju pikiran-peta;-pikiran
peta dan korteks kiri dan kanan, pikiran-peta menggunakan; pemetaan-pikiran untuk pidato dan
artikel; pemetaan-pikiran untuk kuliah; pemetaan-pikiran untuk rapat, lama dan teknik studi
baru: yang menelusuri, waktu dan jumlah; pikiran-peta pengetahuan tentang subyek; mengajukan
pertanyaan dan menentukan tujuan.

PSIKOLOGI KLINIS DAN PEMBANGUNAN

Dua sejarah fase - Freud diikuti dengan teori, Object-Hubungan, gejala histeria; pengobatan
Charot tentang histeria, Freud dan Janet pada penyebab histeria; tujuh Freud penemuan mendasar
mengenai patologi dan pengobatan; mengapa hipnosis bukan permanen menyembuhkan; Freud
menciptakan menyembuhkan berbicara, asosiasi bebas, transferensi, ketergantungan sebagai
fakta sentral dari masa kanak-kanak; trauma sebagai pelanggaran dari ketergantungan; struktur
hubungan anak benda; internalisasi hubungan objek-objek eksternal; Melanie Klein - psikolog
anak pertama, peran bermain ; bermain sebagai asosiasi bebas dan transferensi, teknik Klein
dengan orang dewasa, sadisme dan kekerasan dalam fantasi anak; posisi depresi pada bayi,
penyebab tujuh-tahap depresi kanak-kanak; reparasi pada anak-anak, kreativitas; non-ketegasan
dan depresi pada orang dewasa; manik dan gangguan obsesif, keteguhan objek; terapi sebagai
keteguhan ibu-objek; posisi paranoid-skizofrenia pada masa bayi; pembagian; idealisasi dan
devaluasi; membelah vs represi, keuntungan trauma untuk pertumbuhan dan keunggulan. Terapi
kognitif: Pada akar dari emosi negatif adalah suatu sistem kepercayaan palsu. Bagaimana
mengubah keyakinan Anda sekitar untuk mendapatkan, sukses inspirasi, kehidupan yang
menarik. Kekuatan keyakinan positif untuk menarik hal positif dalam hidup Anda.

PERILAKU DAN OTAK, 1: DASAR-DASAR

Otak sistem komunikasi, bagaimana neuron mengirim pesan mereka, link dari sistem saraf,
korteks serebral; sensing dan menafsirkan lingkungan; pengolahan dan transmisi informasi
sensorik; menghasilkan gerakan tubuh, koordinasi pengelolaan dan keseimbangan, pemikiran
dan perencanaan; bagaimana ingatan disimpan dan diambil, perkembangan otak; otak kanan dan
kiri, otak dan emosi, otak dan kelangsungan hidup, sistem saraf otonom, belahan otak dan
pengaturan emosi, pencitraan otak, mengubah listrik dan kimia ke dalam perasaan.

PSIKOLOGI KOGNITIF, 2: PERSEPSI DAN BAHASA

Persepsi organizaiton - Prinsip Gestalt diilustrasikan; nasib umum dan percobaan Johansson,
gerak induksi dan percobaan Duncker, ilusi awan-moon; pemisahan sistem dalam gerakan,
pendekatan Gestalt vs pendekatan Gibsonian; tiga Chomsky kriteria kecukupan; buruk tata
bahasa dan tata bahasa yang baik; sintaktis kategori sebagai keteraturan distribusi, sistem bantu
bahasa Inggris, frase-struktur tata bahasa, kebutuhan untuk transformasi, bagaimana pertanyaan-
pertanyaan yang dihasilkan, bagaimana pasif dihasilkan, semantik, contoh kasus Charles
Filmores '-tata bahasa, pragmatik, linguistik fungsional; Talmy Givon, pengkodean dari topik;
urutan kata kode topik peringkat dalam bahasa Inggris, sistem yang sangat berbeda dari Filipina,
kegagalan Chomsky dengan Filipina, bagaimana pasif terbentuk di Filipina; definisi Givon
tentang transformasi; penjelasan Givon's bekerja untuk kedua bahasa Inggris dan Filipina .

PERILAKU DAN OTAK, 2: AC

Klasik pengkondisian; teror AC, perasaan AC penyakit; pengkondisian dan sistem kekebalan
tubuh, pengaruh waktu dan frekuensi, prediktabilitas penguat, kekuatan harapan - obat reaksi
tanpa obat; kepunahan dan pemulihan tanggapan AC, generalisasi stimulus dan diskriminasi;
peran built-in kecenderungan dalam belajar; kotak Skinner; dasar-dasar pengkondisian operan,
membentuk perilaku; bagaimana takhayul mengambil bentuk; beberapa fitur penguatan; jadwal
penguatan parsial, modifikasi perilaku dan ekonomi token; melarikan diri dan penghindaran
dalam kehidupan sehari-hari; bagaimana hukuman mempengaruhi perilaku; ketidakberdayaan
yang dipelajari, ketidakberdayaan dan kegagalan.

PERILAKU DAN OTAK, 3: MOTIVASI

Tubuh perubahan emosi, perubahan yang tersembunyi dalam emosi, peran sistem saraf otonom
dan kelenjar, otot-otot wajah dan emosi, James-Lange dan teori Cannon-Baird, perspektif
kognitif, perbedaan individu dalam emosi; sinyal kelaparan; tubuh set point, psikologi kelaparan;
apa yang membuat beberapa orang gemuk, sifat haus; perubahan dalam tidur; kebutuhan untuk
tidur, bermimpi dan REM; tanggapan internal untuk sakit; dimensi psikologis dari rasa sakit,
bagaimana suhu di diatur; hormon; psikologis pengaruh pengaruh sosial dan budaya; orientasi
seksual, motif prestasi, asal-usul motivasi berprestasi, motif kekuasaan; motif permusuhan; motif
untuk afiliasi dan ketergantungan; motif untuk kepastian, sesuai, hierarki motif; pengukuran
peluang kita sukses.

PSIKOLOGI SOSIAL

Logis sikap - prasangka dan stereotip, mengembangkan sikap baru sepanjang hidup, teori
disonansi kognitif, bagaimana perubahan perilaku dapat mengubah sikap kita, yang dibujuk
untuk mengubah sikap kita; atribusi kesalahan; tayangan keliru, harapan dan hubungan sosial,
efek ampuh diri memenuhi nubuatan; menganalisis reaksi kita sendiri, keinginan untuk
menyesuaikan dan menaati; gerakan sehari-hari dan sesuai; Percobaan Asch, Milgram percobaan,
apakah sesuai aturan; membandingkan diri kita dengan orang lain; wajah agresi, asal-usul agresi;
sifat peduli; apatis pengamat, daya tarik, daya tahan tayangan pertama; sifat ilusif cinta.

INTER-HUBUNGAN ANTARA DAN KLINIS PSIKOLOGI SOSIAL

Masyarakat narsis, narsisme dan revolusi industri; Donald Winnicott pada benar dan salah diri,
fitur dari diri palsu - kekakuan, kepatuhan, lain-directedness, gambar-concern, non-otonomi,
deadness, bunuh diri pelawak, sedangkan fitur narsisme - kebesaran, kebutuhan untuk
kekaguman berlebihan, kurangnya empati; Heinz Kohut pada mirroring, bagaimana
mengidentifikasi narsisis, Hitler dan Madonna sebagai studi kasus dalam narsisme, kesediaan
masyarakat untuk menjadi terperangkap dalam narsisis.

EKSPERIMENTAL DESAIN DAN METODE STATISTIK

Probabilitas dan normal distribusi statistik deskriptif - mean, variabilitas dan standar deviasi,
persentil, statistik inferensial - ilmu pembuatan generalisasi - populasi dan sampel, memilih
kelompok kontrol yang valid, kesalahan standar dari probabilitas, mean dan signifikansi, teknik
dan signifikansi korelasi - scatter plot, koefisien korelasi, prediksi, sebab dan akibat.

http://www.rci.rutgers.edu/~mleyton/GenPsyc.htm

Pembelajaran Quantum Learning


Author: Muslihun | Posted at: 14:50 | Filed Under: Pendidikan |

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Dalam setiap pendidikan yang pernah ada di Indonesia selalu ada berbagai masalah
yang timbul. Masalah itu Selalu berubah sesuai perubahan zaman. Belajar adalah
suatu kegiatan yang harus dilakukan secara terus menerus baik formal maupun non
formal karena pendidikan merupakan kebutuhan pokok. Bahkan tuntutan itu
menjadi bagian penting dari berbagai aturan yang ada. Seperti yang diuraikan oleh
Nasution (2003:37):

Sesuai dengan undang-undang No. 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan


nasional pasal 4, tertera: pendidikan nasional bertujuan mengembangkan
kecerdasan bangsa dan mengembangkan bangsa indonesia seutuhnya, yaitu
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi
pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat rohani dan jasmani,
berkepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan
dan kebangsaan.
Pendidikan mendapat sorotan yang utama dari segi manapun, termasuk dari segi
Agama. Allah berfirman dalam Al Quran surat Az Zumar ayat 9 yang
artinya :..Apakah sama orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu?
Sesungguhnya orang-orang berakalah yang dapat menerima pelajaran (Anonim,
2004:459)
Menurut Shertian (2000) Pendidikan merupakan usaha sadar yang dengan sengaja
dirancang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidiakn bertujuan
untuk menngkatkan kualitas sumberdaya manusia, dan salah satu usahanya adalah
melalui suatu proses pembelajaran di sekolah.
Dalam usaha tersebut, guru merupakan sumber daya manusia yang harus dibina
dan dikembangkan secara terus menerus. Dalam menghadapi segala problem
pendidikan ada banyak sekali kendala yang dihadapi pendidik.

Meninjau dari prosesnya, menurut Nasution (2003: 59):


Bila kita terima belajar sebagai perubahan tingkah laju, maka pendidik menghadapi
tiga soal:
1. Ia harus mengetahui kelakuan apa yang diharapkan dari anak. Hal ini berkenaan
dengan tujuan yang akhirnya ditentukan oleh falsafah pendidikan
2. Ia mengetahui hingga manakah taraf perkembangan anak agar bahan pelajaran
dapat dikuasai anak.
3. Ia harus tahu bagaimana anak belajar, bagaimana guru mengajarkannya, kondisi
apa yang harus dipenuhi agar terjadi proses belajar yang berhasil
Akhirnya kita menyadari bahwa agar guru berhasil dalam mengajar, yang dalam
kalimat operasionalnya : Membuat siswa menjadi berminat belajar, maka perlu
mengenal siswa lebih dari siswa tersebut mengenal dirinya sendiri.
Seorang guru harus mampu membawa dunia guru kedalam dunia siswa sekaligus
membawa dunia siswa kedalam dunia guru sehingga keduanya bertemu pada suatu
titik temu yang pada akhirnya membuat suasana belajar lebih fun dan happy.
Mengajar yang baik bukan berarti memaksakan materi pada otak siswa, tetapi
merangsang ataupun mensugesti pada otak siswa untuk menjemput materi
tersebut, sehingga belajar akan lebih menyenangkan. Belajar bukanlah suatu
kegiatan yang hampa tanpa makna dan penghayatan.
Brownel, seorang tokoh psikologi kognitif dalam Suherman (1993:175) mengatakan
belajar pada hakikatnya merupakan suatu proses yang bermakna.
Berdasarkan hasil pengamatan penulis di SMA N 1 Muaro Jambi Modelama penulis
melakukan kegiatan praktek pengalaman lapangan (PPL) ternyata untuk bidang
studi buologi di kelas X, tepatnya pada materi Model, pembelajaran cenderung
hanya sebatas kontekstual dan membosankan. Sehingga minat belajar siswa dan
kreativitas siswa, termasuk di dalamnya pertanyaan ataupun gagasan cemerlang
siswa tidak dapat tersalurkan dengan baik sehingga pada akhirnya nanti akan
mempengaruhi hasil belajar siswa.
Ketidak berhasilan suatu pendidikan bukan hanya dari segi siswa, akan tetapi
adakalanya dari sistem pengajaran dan gurunya yang tidak menguasai setrategi
pengajaran.
Maka dari itu penulis berkeinginan melakukan penelitian tentang Pengaruh Model
Quantum Learning Dengan Teknik Peta Pikiran (Mind Mapping) Dalam Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Pada Pelajaran Biologi Di Kelas X SMAN 1 Muaro Jambi

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah Apakah pembelajaran dengan menggunakan Model Quantum
Learning dengan Teknik Peta Pikiran (mind mapping) mampu meningkatkan hasil
belajar siswa pada pelajaran biologi di kelas X SMA N 1 Muaro Jambi

1.3 Keterbatasan Masalah


Agar penelitian terarah dan dapat mencapai sasaran maka perlu adanya batasan
masalah dalam penelitian ini yaitu:
1. Penelitian dilakukan pada kelas X semester Ganjil di SMA 1 Muaro Jambi Tahun
Ajaran 2009/ 2010.
2. Penelitin ini dilaksanakan pada pelajaran biologi
3. Batasan materi adalah pokok bahasan sel
4. Hasil belajar yang ingin dicapai mencakup hasil belajar kognitif, afekti dan
psikomotorik

1.4 Tujuan Penelitian


Sesuai dengan masalah yang diteliti maka tujuan penelitian ini adalah untuk
melihat apakah Model Quantum Learning dengan Teknik Peta Pikiran (mind
mapping) mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran biologi di kelas X
SMA 1 Muaro Jambi

1.5 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:
1. Penelitian ini dapat menambah khasanah kajian pustaka tentang Model Quantum
Learning dengan Teknik Peta Pikiran (mind mapping) dalam meningkatkan hasil
belajar
2. Memberikan sumbangan pikiran kepada guru, khususnya guru biologi di SMA
Negeri 2 Jambi untuk mengembangkan strategi pembelajaran yang lebih efesien
1.6 Asumsi Penelitian
Asumsi penelitian ini adalah Model Quantum Learning dengan Teknik Peta Pikiran
(mind mapping) mampu meningkatkan hasil belajar siswa
1.7 Ruang Lingkup Penelitian
Untuk mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian maka, ruang lingkup
penelitian ini hanya pada SMA N 1 Muaro Jambi
1.8 Definisi Operasional
Agar pembaca mudah memahami hasil penelitian ini maka peneliti mencantumkan
definisi operasional sebagai berikut:
1. Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal
sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru
2. Mind Mapping atau pemetaan pikiran adalah salah satu teknik mencatat tinggi.
Informasi berupa materi pelajaran yang diterima siswa dapat diingat dengan
bantuan catatan.
3. Hasil belajar hasil belajar dalam penelitian ini adalah sesuatu yang diperoleh
siswa dari tes yang diberikan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Belajar dan Prestasi belajar


Sepanjang perjalanan manusia Selalu berusaha melakukan pembelajaran. Belajar
sudah menjalar dalam relung jiwa setiap manusia, baik belajar secara formal
maupun non formal.
Menurut Aristotle dalam Solso (2000: 14) : All men by nature desire knowledge.
Lebih lanjut lagi dalam buku dan halaman yang sama, plato mengatakan :
In the world knowledge, the esensial From of Good is the limit of our inquires, and
can barely be preceived but when preceived, we cannot help concluding that it is in
every case the suorce of all that is brigh and beautifull in visible world giving birth
to light and its master, and in the intellectual world dispensing, immediately and
with full autory, truth and reason and that whosoever would act wiModely, either in
private and public, must set this form of Good before this eyes

Dalam pengertian secara naluriah atau alami, belajar merupakan kebutuhan


manusia. Belajar merupakan suatu upaya untuk menjawab keingin tahuan. Namun
setelah apa yang dipelajari diketahui, keingin tahuan itu masih ada dan terus
berkembang. Sehingga belajar menjadi suatu kebutuhan psikologis, seperti halnya
kebutuhan akan kasih sayang dan hiburan.
Dalam proses yang panjang dan unik pada akhirnya nanti proses belajar akan
mendapatkan suatu hasil. Hasil belajar adakalanya akan mencapai puncak
keberhasilan yang disebut prestasi belajar. Prestasi belajar adalah puncak hasil
belajar yang dapat mencerminkan hasil keberhasilan belajar siswa terhadap tujuan
belajar yang telah ditetapkan. Hasil belajar siswa dapat meliputi aspek kognitif
(pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (tingkah laku). Salah satu tes yang
dapat melihat pencapaian hasil belajar sisiwa adalah dengan melakukan tes
prestasi belajar.
Tes prestasi belajar yang dilaksanakan oleh siswa memiliki peranan penting, baik
bagi guru ataupun bagi siswa yang bersangkutan. Bagi guru, tes prestasi belajar
dapat mencerminkan sejauh mana materi pelajaran dalam proses belajar dapat
diikuti dan diserap oleh siswa sebagai tujuan instruksional. Bagi siswa tes prestasi
belajar bermanfaat untuk mengetahui sebagai mana kelemahan-kelemahannya
dalam mengikuti pelajaran.
Dalam proses belajar siswa mendapatkan pertambahan materi berupa informasi
mengenai teori, gejala, fakta ataupun kejadian-kejadian. Informasi yang diperoleh
akan diolah oleh siswa. Proses pengolahan informasi melibatkan kerja sistem otak,
sehingga informasi yang diperoleh dan telah diolah akan menjadi suatu ingatan.
Ahmadi (24:128) mengemukakan :Menurut pengertian secara psikologi, belajar
merupakan suatu proses perubahan didalam tingkah laku sebagai hasil interaksi
dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
Lebih lanjut diceritakan Suryabrata (1989) cirri-ciri kegiatan yang disebut belajar
adalah :
1. Belajar adalah aktivitas yang menghasilakan perubahan pada diri individu yang
belajar, baik actual maupun potensial
2. Perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kemampuan baru yang
berlaku dalam waktu relative lama
3. Perubahan itu terjadi karena usaha

Menurut Arikuntoro (1998: 102): Hasil belajar merupakan suatu hasil yang
diperlukan siswa dalam mengikuti pelajaran yang dilakukan oleh guru. Hasil belajar
ini dikemukakan dalam bentuk angka, huruf, atau kata-kata baik, sedang, kurang,
dan sebagainya. Untuk mencapai hasil belajar yang baik, siswa harus
mengembangkan diri menjadi siswa yang baik
Dengan melakukan suatu pembelaran maka akan mendapatkan hasil dari
pembelajaran tersebut ataupun suatu efek berupa sikap, wawasan, ataupun
keterampilan.
2.2 Quantum Learning
Ada jutaan siswa yang mempunyai jutaan gagasan dan ide cemerlang akan tetapi
mereka tidak mampu mengutarakannya. Modelama ini mereka lebih senang
mengutarakan gagasan itu lewat secarik kertas atau leawt secuil proposal yang
Modelama ini telah lazim digunakan oleh mayoritas pendidik. Itulah yang senantiasa
membaut mereka cenderung pendiam dan bermental kerupuk. Maka dari itu
diperlukan sutu strategi pembelajaran yang mampu mengatasi segala
permasalahan itu.
Quantum learning ialah kiat, petunjuk, strategi, dan Modeluruh proses belajar yang
dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai
suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat. Beberapa teknik yang
dikemukakan merupakan teknik meningkatkan kemampuan diri yang sudah populer
dan umum digunakan. Namun, Bobbi DePorter mengembangkan teknik-teknik yang
sasaran akhirnya ditujukan untuk membantu para siswa menjadi responsif dan
bergairah dalam menghadapi tantangan dan perubahan realitas (yang terkait
dengan sifat jurnalisme).
Quantum learning berakar dari upaya Georgi Lozanov, pendidik berkebangsaan
Bulgaria. Ia melakukan eksperimen yang disebutnya suggestology (suggestopedia).
Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi
belajar, dan setiap detil apa pun memberikan sugesti positif atau negatif. Untuk
mendapatkan sugesti positif, beberapa teknik digunakan. Para murid di dalam kelas
dibuat menjadi nyaman. Partisipasi mereka didorong lebih jauh. Poster-poster besar,
yang menonjolkan informasi, ditempel. Guru-guru yang terampil dalam seni
pengajaran sugestif bermunculan.
Prinsip suggestology hampir mirip dengan proses accelerated learning yakni, proses
belajar yang memungkinkan siswa belajar dengan kecepatan yang mengesankan,
dengan upaya yang normal, dan dibarengi kegembiraan. Suasana belajar yang
efektif diciptakan melalui campuran antara lain unsur-unsur hiburan, permainan,
cara berpikir positif, dan emosi yang sehat.
Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil belajar, dan
setiap detail apa pun memberikan sugesty positif atau negatif. Beberapa teknik
yang digunakannya untuk memberikan sugesti positif adalah mendudukkan murid
secara nyaman, memasang musik latar dalam kelas, meningkatkan partisipasi
individu, menggunakan poster-poster untuk memberikan kesan besar sambil
menonjolkan informasi, dan menyediakan guru-guru yang terlatih baik dalam seni
pengajaran sugesti.
Menurut DePorter (2002:54) dalam pembelajaran Quantum Learning ada 5 ciri
spesifik yang berguna untuk meningkatkan otak untuk memahami suatu informasi
yang diberikan. Ciri-ciri tersebut adalah:

* Learning To Know yang artinya belajar untuk mengetahui


* Learning To Do yang artinya belajar untuk melakukan
* Learning To Be yang artinya belajar untuk menjadi dirinya sendiri
* Learning To Live Together yang artinya belajar untuk kebersamaan
Adapun prinsip-prinsip dasar dari Quantum Learning adalah sebagai berikut:
(1) Belajar melibatkan Modeluruh pikiran dan tubuh.. Belajar tidak hanya
menggunakan otak (sadar, rasional, memakai otak kiri, dan verbal), tetapi juga
melibatkan Modeluruh tubuh/pikiran dengan segala emosi, indra, dan sarafnya.
(2) Belajar adalah berkreasi bukan mengonsumsi. Pengetahuan bukanlah sesuatu
yang diserap oleh pembelajar, melainkan sesuatu yang diciptakan pebelajar.
Pembelajaran terjadi ketika seorang pebelajar memadukan pengetahuan dan
keterampilan baru ke dalam struktur dirinya sendiri yang telah ada. Belajar secara
harfiah adalah menciptakan makna baru, jaringan saraf baru, dan pola interaksi
elektrokimia baru di dalam system otak/tubuh secara menyeluruh.
(3) Kerja sama membantu proses belajar. Semua usaha belajar yang baik
mempunyai landasan sosial. Kita biasanya belajar lebih banyak dengan berinteraksi
dengan kawan-lawan daripada yang kita pelajari dengan cara lain mana pun.
Persaingan di antara pebelajar memperlambat pembelajaran. Kerja sama di antara
mereka mempecepatnya. Suatu komunitas belajar Selalu lebih baik hasilnya
daripada beberapa indivisu yang belajar sendiri-sendiri.
(4) Pembelajaran berlangsung pada banyak tingkatan secara simultan. Belajar
bukan hanya menyerap satu hal kecil pada satu waktu semata linear, melainkan
menyerap banyak hal sekaligus. Pembelajaran yang baik melibatkan orang pada
banyak tingkatan secara simultan (sadar dan bawah sadar, mental dan fisik) dan
memanfaatkan Modeluruh saraf reseptor, indera, jalan dalam sistem total
otak/tubuh seseorang. Bagaimanapun juga, otak bukanlah professor berurutan,
melainkan prosesor paralel, dan otak akan berkembang pesat jika ia ditantang
untuk melakukan banyak hal sekaligus.
(5) Belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri (dengan umpan balik).
Belajar paling baik adalah belajar dalam konteks. Hal-hal yang dipelajari secara
terpisah akan sulit diingat dan mudah menguap. Kita belajar berenang dengan
berenang, cara mengelola sesuatu dengan mengelolanya, cara bernyanyi, cara
menjual dengan menjual, dan cara memperhatikan kebutuhan konsumen dengan
memperhatikan kebutuhannya. Pengalaman yang nyata dan konkret dapat menjadi
guru yang jauh lebih baik daripada sesuatu yang hipotetis dan abstrak - asalkan di
dalamnya tersedia peluang untuk terjun langsung secara total, mendapatkan
umpan balik, merenung dan menerjunkan diri kembali.
(6) Emosi positif sangat membantu pembelajaran. Perasaan menentukan kualitas
dan juga kuantitas belajar seseorang. Perasaan negatif menghalangi belajar.
Perasaan positif mempercepatnya. Belajar yang penuh tekanan, menyakitkan, dan
bersuasana murah tidak dapat mengungguli hasil belajar yang menyenangkan,
santai, dan menarik hati.
(7) Otak menyerap informasi secara langsung dan otomatis. Sistem saraf manusia
lebih merupakan prosesor citra daripada prosesor kata. Gambar konkret jauh lebih
mudah ditangkap dan disimpan daripada abstraksi verbal. Menerjemahkan
abstraksi verbal menjadi berbagai jenis gambar konkret akan membuat abstraksi
verbal itu bisa lebih cepat dipelajari dan lebih mudah diingat (Dave Meier, 2002).
Modelanjutnya Porter dkk mendefinisikan quantum learning sebagai interaksi-
interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Mereka mengamsalkan kekuatan
energi sebagai bagian penting dari tiap interaksi manusia. Dengan mengutip rumus
klasik E = mc2, mereka alihkan ihwal energi itu ke dalam analogi tubuh manusia
yang secara fisik adalah materi. Sebagai pelajar, tujuan kita adalah meraih
sebanyak mungkin cahaya: interaksi, hubungan, inspirasi agar menghasilkan energi
cahaya. Pada kaitan inilah, quantum learning menggabungkan sugestologi, teknik
pemercepatan belajar, dan NLP dengan teori, keyakinan, dan Model tertentu.
Termasuk konsep-konsep kunci dari teori dan strategi belajar, seperti: teori otak
kanan/kiri, teori otak triune (3 in 1), pilihan modalitas (visual, auditorial, dan
kinestik), teori kecerdasan ganda, pendidikan holistik, belajar berdasarkan
pengalaman, belajar dengan simbol (metaphoric learning), simulasi/permainan.
Sebagai pelajar, tujuan kita adalah meraih sebanyak mungkin cahaya: interaksi,
hubungan, inspirasi agar menghasilkan energi cahaya. Pada kaitan inilah, quantum
learning menggabungkan sugestologi, teknik pemercepatan belajar, dan NLP
dengan teori, keyakinan, dan Model tertentu. Termasuk konsep-konsep kunci dari
teori dan strategi belajar, seperti: teori otak kanan/kiri, teori otak triune (3 in 1),
pilihan modalitas (visual, auditorial, dan kinestik), teori kecerdasan ganda,
pendidikan holistik, belajar berdasarkan pengalaman, belajar dengan simbol
(metaphoric learning), simulasi/permainan.
Beberapa hal yang penting dicatat dalam quantum learning adalah sebagai berikut.
Para siswa dikenali tentang kekuatan pikiran yang tak terbatas. Ditegaskan bahwa
otak manusia mempunyai potensi yang sama dengan yang dimilliki oleh Albert
Einstein. Modelain itu, dipaparkan tentang bukti fisik dan ilmiah yang memerikan
bagaimana proses otak itu bekerja. Melalui hasil penelitian Global Learning,
dikenalkan bahwa proses belajar itu mirip bekerjanya otak seorang anak 6-7 tahun
yang seperti spons menyerap berbagai fakta, sifat-sifat fisik, dan kerumitan bahasa
yang kacau dengan cara yang menyenangkan dan bebas stres. Bagaimana faktor-
faktor umpan balik dan rangsangan dari lingkungan telah menciptakan kondisi yang
sempurna untuk belajar apa saja. Hal ini menegaskan bahwa kegagalan, dalam
belajar, bukan merupakan rintangan. Keyakinan untuk terus berusaha merupakan
alat pendamping dan pendorong bagi keberhasilan dalam proses belajar. Setiap
keberhasilan perlu diakhiri dengan kegembiraan dan tepukan.
Semua itu, pada akhirnya, tertuju pada proses belajar yang menargetkan
tumbuhnya emosi positif, kekuatan otak, keberhasilan, dan kehormatan diri.
Keempat unsur ini bila digambarkan saling terkait. Dari kehormatan diri, misalnya,
terdorong emosi positif yang mengembangkan kekuatan otak, dan menghasilkan
keberhasilan, lalu (balik lagi) kepada penciptaan kehormatan diri.
Dari proses inilah, quantum learning menciptakan konsep motivasi, langkah-langkah
menumbuhkan minat, dan belajar aktif. Membuat simulasi konsep belajar aktif
dengan gambaran kegiatan seperti: belajar apa saja dari setiap situasi,
menggunakan apa yang Anda pelajari untuk keuntungan Anda, mengupayakan agar
segalanya terlaksana, bersandar pada kehidupan. Gambaran ini disandingkan
dengan konsep belajar pasif yang terdiri dari: tidak dapat melihat adanya potensi
belajar, mengabaikan kesempatan untuk berkembang dari suatu pengalaman
belajar, membiarkan segalanya terjadi, menarik diri dari kehidupan.
Quantum learning mencakup aspek-aspek penting dalam program neurolinguistik
(NLP), yaitu suatu penelitian tentang bagaimana otak mengatur informasi. Program
ini meneliti hubungan antara bahasa dan perilaku dan dapat digunakan untuk
menciptakan jalinan pengertian siswa dan guru. Para pendidik dengan pengetahuan
NLP mengetahui bagaimana menggunakan bahasa yang positif untuk meningkatkan
tindakan-tindakan posistif faktor penting untuk merangsang fungsi otak yang
paling efektif. Semua ini dapat pula menunjukkan dan menciptakan gaya belajar
terbaik dari setiap orang (Bobby De Porter dan Hernacki, 1992).
Berdasarkan penjelasan mengenai apa dan bagaimana unsur-unsur dan struktur
otak manusia bekerja, dibuat Model pembelajaran yang dapat mendorong
peningkatan kecerdasan linguistik, matematika, visual/spasial, kinestetik/perasa,
musikal, interpersonal, intarpersonal, dan intuisi. Bagaimana mengembangkan
fungsi motor sensorik (melalui kontak langsung dengan lingkungan), sistem
emosional-kognitif (melalui bermain, meniru, dan pembacaan cerita), dan
kecerdasan yang lebih tinggi (melalui perawatan yang benar dan pengondisian
emosional yang sehat)? Bagaimana memanfaatkan cara berpikir dua belahan otak
kiri dan kanan?.
Proses berpikir otak kiri (yang bersifat logis, sekuensial, linear dan rasional),
misalnya, dikenakan dengan proses pembelajaran melalui tugas-tugas teratur yang
bersifat ekspresi verbal, menulis, membaca, asosiasi auditorial, menempatkan detil
dan fakta, fonetik, serta simbolisme.
Proses berpikir otak kanan (yang bersifat acak, tidak teratur, intuitif, dan holistik),
dikenakan dengan proses pembelajaran yang terkait dengan pengetahuan
nonverbal (seperti perasaan dan emosi), kesadaran akan perasaan tertentu
(merasakan kehadiran orang atau suatu benda), kesadaran spasial, pengenalan
bentuk dan pola, musik, seni, kepekaan warna, kreatifitas dan visualisasi.
Semua itu, pada akhirnya, tertuju pada proses belajar yang menargetkan
tumbuhnya Emosi positif, kekuatan otak, keberhasilan, dan kehormatan diri.
Keempat unsur ini bila digambarkan saling terkait. Dari kehormatan diri, misalnya,
terdorong emosi positif yang mengembangkan kekuatan otak, dan menghasilkan
keberhasilan, lalu (balik lagi) kepada penciptaan kehormatan diri.

2.3 Mind mapping


Ingatan merupakan suatu proses biologi, yaitu pemberian kode-kode terhadap
informasi dan pemanggilan informasi kembali ketika informasi tersebut dibutuhkan.
Pada dasarnya ingatan adalah sesuatu yang membentuk jati diri manusia dan
membedakan manusia dari mahluk hidup lainnya. Ingatan memberikan titik-titik
rujukan pada masa lalu dan perkiraan pada masa depan. Ingatan merupakan reaksi
kimia elektrokimia yang rumit yang diaktifkan melalui beragam saluran inderawi
dan disimpan dalam jaringan saraf yang sangat rumit dan unik di Modeluruh bagian
otak. Ingatan dibentuk melalui berfikir, bergerak dan mengalami hidup (rangsangan
inderawi). Semua pengalaman yang dirasakan akan disimpan dalam otak, kemudian
akan diolah dan diurutkan oleh struktur dan proses otak mengenai nilai dan
kegunaannya ( Eric Jensen. 2002:21 )
Berdasarkan tahapan evolusi, otak pada mahluk hidup terbagi menjadi tiga bagian
yaitu, batang atau otak reptilia (Primitif). Sistem limbic atau otak mamalia, dan
neokorteks. Masing-masing berkembang dalam waktu yang berbeda dalam sejarah
evolusi mahluk hidup. Perkembangan evolusi pertama adalah otak reptile memiliki
peranan yang berkaitan dengan insting pertahanan hidup, bernafas, mencari
makan, dan dorongan untuk mengembangkan spesies.Manusia memiliki unsur-
unsur yang sama dengan reptilia dan otak reptil merupakan komponen kecerdasan
terendah dari manusia ( Bobbi de Poter dan Hernacki, 1999:26-28 ).
Lebih lanjut Taufik Bahaudin ( 1999: 42 ) menjelaskan, disekeliling otak reptil
terdapat sistem limbik yang disebut sebagai otak mamalia atau paleo mamalian,
otak ini berkaitan dengan perasaan atau emosi, memori, bioritmik dan sistem
kekebalan. Sistem limbik memungkinkan untuk merekam suatu kejadian yang
menyenangkan. Bagian ketiga, neokorteks atau otak neomamalian, otak ini
terbungkus dibagian atas dan sisi-sisi sistem limbik. Otak neomamalian memiliki
kemampuan belajar, berbicara, mengembangkan kreativitas, memehami angka-
angka, memecahkan masalah dan dapat menentukan perilaku dalam berhubungan
dengan orang atau mahluk lain ataupun dengan lingkungan.
Otak merupakan organ tubuh yang kompleks. Otak manusia merupakan otak yang
paling sempurna dibandingkan dengan otak binatang lainnya termasuk otak
binatang mamalia, otak manusia memiliki kemampuan untuk belajar oleh karena itu
otak manusia dapat dikatakan sebagai otak belajar. Hal ini yang dapat
membedakan otak manusia dengan otak binatang mamalia terletak pada fungsi
sistem limbik.
Sistem limbik pada otak binatang mamalia hanya digunakan hanya untuk hal-hal
yang sederhana seperti kemampuan binatang merekam sesuatu yang meyenagkan
dan tidak meyenangkan. Sedangkan sistem limbik pada manusia memiliki fungsi
yang sangat kompleks. Otak manusia terbagi atas cereblal cortex disebut neo
cortex, basal ganglia, sistem limbik, otak tengah, batang otak, dan otak kecil.
Neocortex disebut juga the thinking cap atau otak berfikir atau otak rasional yang
sekaligus menjadi bagian otak luar yang menutupi bagian otak yang ada di dalam
yaitu sistem limbik. Neocortex meliputi 80 persen dari Modeluruh volume otak
manusia. Neocortex pada otak manusia memberikan kemampuan untuk berfikir,
berpersepsi, berbicara berprilaku dan sebagainya ( Taufik Bahaudin, 1999:57-60 ).
Sistem limbic atau disebut juga sebagai otak emosional yang merupakan pusat otak
yang berperan dalam mengendalikan emosi. Sistem limbic berasal dari bahasa latin
Limbus yang artinya kerah atau cincin yang membungkus batang otak seperti kerah
( Gordon Dryden dan Jeannette Vos. 2003:117 ).Lebih lanjut Taufik Bahaudin
(1999:60 ) menjelaskan bahwa sistem limbic memberikan konstribusi yang
mendasar terhadap proses belaja, yaitu melakukan peran vital dalam meneruskan
informasi yang diterima kedalalm memori. Sistem limbic juga terkait dengan peran
thalamus dan hypothalamus yang berperan dalam mengatur suhu tubuh,
keseimbangan kimia tubuh, detak jantung, tekanan darah dan seks. Sistem limbic
merupakan pusat pengaturan emosi seperti marah, senang, rasa lapar, haus,
kenyang dan lainnya. Sistem limbic juga terlibat dalam bekerjanya sistem ingatan,l
yaitu pengiriman informasi dari ingatan berjangka pendek ke ingatan jangka
panjang.
Neocortex atau cerebral cortex terbagi menjadi dua belahan, yaitu belahan otak
kanan dan belahan kiri. Masing-masing kedua belahan ini bertanggung jawab
terhadap cara berpikir dan masing-masing memiliki spesialisasi dalam kemampuan
kemampuan tertentu (Bobbi de Porter dan Hernacki,1999:28). Lebih lanjut Taufik
Bahaudin (1999:45) menjelaskan bahwa, belahan otak kanan terkait mengenai
gambar, imajinasi, warna, ritme dan ruang. Otak kiri berkenaan dengan angka-
angka, kata-kata, logika, urutan atau daftar dan rincianrincian.
Secara umum otak kiri memainkan peranan penting dalam pemrosesan logika.kata-
kata, matematika dan urutan atau yang disebut sebagai otak yang berkaitan
dengan pembelajaran akademis. Oatak kana berkaitan dengan irama, rima, musik.
Gambar dan imajinasi atau yang disebut sebagai otak berkaitan dengan aktivitas
kreatif. Kedua belahan otak ini dihubungkan oleh corpus collosum yang secara
konstan manyeimbangkan pesan-pesan yang datang dan menggabungkan gambar
yang abstrak dan holistik dengan pesan kongkret dan logis ( Gordon Dryden
Jeannette Vos. 2003:125).
Sebagian besar orang hanya menggunakan otak kirinya sebagai berkomunikasi dan
perolehan informasi dalam bentuk verbal ataupun tertulis. Bidang pendidikan,
bisnis, dan sains cenderung yang digunakan adalah otak belahan kiri. Dalam proses
belajar siswa Selalu dituntut untuk mempergunakan belahan otak kiri ketika
menerima materi pelajaran. Materi pelajaran akan diubah dan diolah dalam bentuk
ingatan. Terkadang siswa tidak dapat mempertahankaan ingatan tersebut dalan
jangka waktu yang lama. Hal itu disebabkan karena tidak adanya keseimbangan
antara kedua belahan otak yang akhirnya dapat menimbulkan terganggunya
kesehatan fisik dan mental seseorang.
Informasi yang diperloleh siswa dalam bentuk materi pelajaran akan diolah dan
disimpan menjadi sebuah ingata. Ingatan jangka pendek yang diubah menjadi
sebuah ingatan jangka panjang memerlukan keterlibaan kerja sistim limbic. Siswa
menginginkan matri pelajaran yang diterima dalam proses belajar menjadi sebuah
ingatan jangka panjang. Siswa melakukan berbagai hal untuk menyimpan ingatan
tersebut menjadi ingatan jangka panjang, salah satunya dengan mencatat materi
pelajaran yang telah dipelajari,
Mencatat merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan daya ingat. Otak
manusia dapat menyimpan segala sesuatu yang dilihat, didengar dan dirasakan.
Tujuan pencatatan adalah membantu mengingat informasi yang tersimpan dalam
memori tanpa mencatat dan mengulangi informasi, siswa hanya mampu mengingat
sebagian kecil materi yang diajarkan.
Umumnya siswa membuat catatan tradisional dalam bentuk tulisan linier panjang
yang mencakup Modeluruh isi materi pelajaran, sehingga catatan terlihat sangat
monoton dan membosankan. Umumnya catatan monoton akan menghilangkan
topik-topik utama yang penting dari materi pelajaran.
Otak tidak dapat langsung mengolah nformasi menjadi bentuk rapi dan teratur
melainkan harus mencari, memilih, merumuskan dan merangkainya dalam gambar-
gambar, simbol-simbol, suara, citra, bunyi dan perasaan sehingga informasi yang
keluar satu persatu dihubungkan oleh logika, diatur oleh bahasa dan menghasilkan
arti yang dipahami.
Teknik mencatat dapat terbagi menjadi dua bagian. Pertama catat, tulis, susun
(CTS), yaitu teknik mencatat yang mampu mensinergiskan kerja otak kiri dengan
otak kanan, sehingga konsentrasi belajar dapat meningkat sepuluh kali lipat. Catat ,
tulis , susun , menghubungkan apa yang didengaran menjadi poin-poin utama dan
menuliskan pemkiran dan kesan dari materi pelajaran yang telah dipelajari (Bobbi
de Portyer dan Hernacki, 1999: 152).
Teknik mencatat kedua, pemetaan pikiran (Mind Mapping), yaitu cara yang paling
mudah untuk memasuk informasi kedalam otak dan untuk kembali mengambil
informasi dari dalam otak. Peta pemikiran merupakan teknik yang paling baik dalam
membantu proses berfiki otak secara teratur karena menggunakan teknik grafis
yang berasal dari pemikiran manusia yang bermanfaat untuk menyediakan kunci-
kunci universal sehingga membuka potensi otak (Tonny dan Bary Buzan, 2004: 68).
Mind merupakan gagasan berbagai imajinasi. Mind merupakan suatu keadaan yang
timbul bila otak (brain) hidup dan sedang bekerja (Taufik Bahaudin, 1999: 53).
Lebih lanjut Bobbi de Porter dan Hernacki (199: 152) menjelaskan, peta pikiran
merupakan teknik pemanfaatan keModeluruhan otak dengan menggunakan citra
visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk suatu kesan yang lebih
dalam.
Peta pikiran adalah teknik meringkas bahan yang akan dipelajari dan
memproyeksikan masalah yang dihadapi ke dalam bentuk peta atau teknik grafik
sehingga lebih mudah memahaminya Iwan Sugiarto, 2004:75).
Pemetaan pikiran merupakan teknik visualisasi verbal ke dalam gambar. Peta
pikiran sangat bermanfaat untuk memahami materi, terutama materi yang
diberikan secara verbal. Peta pikiran bertujuan membuat materi pelajaran terpola
secara visual dan grafis yang akhirnya dapat membantu merekam, memnperkuat,
dan mengingat kemabli informasi yang telah dipelajari (Eric Jensen, 2002: 95).
Berikut ini disajikan perbedaan antara catatan tradisioanl (catatan biasa) dengan
catatan pemetaan pikiran (mind mapping).
Perbedaan Catatan Biasa dan Mind Mapping
Catatan Biasa
1. Hanya berupa tulisan-tulisan saja
2. Hanya dalam satu warna
3. Untuk mereview ulang memerlukan waktu yang lama
4. Waktu yang diperlukan untuk belajar lebih lama
5. Statis
Peta Pikiran
1. Berupa tulisan, symbol dan gambar
2. Berwarna-warni
3. Untuk mereview ulang diperlukan waktu yang pendek
4. Waktu yang diperlukan untuk belajar lebih cepat dan efektif
5. Membuat individu menjadi lebih kreatif.
Sumber Iwan Sugiarto, 2004 : 76.
Dari uraian tersebut, peta pikiran (mind mapping) adalah satu teknik mencatat
yang mengembangkan gaya belajar visual. Peta pikiran memadukan dan
mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat di dalam diri seseorang. Dengan
adanya keterlibatan kedua belahan otak maka kan memudahkan seserorang untuk
mengatur dan mengingat segala bentuk informasi, baik secara tertulis maupun
secara verbal. Adanya kombinasi warna, simbol, bentuk dan sebagainya
memudahkan otak dalam menyerap informasi yang diterima.
Peta pikiran yang dibuat oleh siswa dapat bervariasi setiap hari. Hal ini disebabkan
karena berbedanya emosi dan perasaan yang terdapat dalam diri siswa setiap
harinya. Suasana menyenangkan yang diperoleh siswa ketika berada di ruang kelas
pada saat proses belajar akan mempengaruhi penciptaan peta pikiran. Tugas guru
dalam proses belajar adalah menciptakan suasana yang dapat mendukung kondisi
belajar siswa terutama dalam proses pembuatan mind mapping.
2.4 Hasil belajar
Belajar dipandang sebagai upaya sadar seorang individu untuk memperoleh
perubahan perilaku secara keModeluruhan, baik aspek kognitif, afektif dan
psikomotor. Namun hingga saat ini dalam praktiknya, proses pembelajaran di
sekolah tampaknya lebih cenderung menekankan pada pencapaian perubahan
aspek kognitif (intelektual), yang dilaksanakan melalui berbagai bentuk pendekatan,
strategi dan Model pembelajaran tertentu. Sementara, pembelajaran yang secara
khusus mengembangkan kemampuan afektif tampaknya masih kurang mendapat
perhatian. Kalaupun dilakukan mungkin hanya dijadikan sebagai efek pengiring
(nurturant effect) atau menjadi hidden curriculum, yang disisipkan dalam kegiatan
pembelajaran yang utama yaitu pembelajaran kognitif atau pembelajaran
psikomotor.
Menurut Nana Sudjana hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan
menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes yang disusun secara terencana,
baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan. Sedangkan S. Nasution
berpendapat bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan pada individu yang
belajar, tidak hanya mengenai pengetahuan tetapi juga membentuk kecakapan dan
penghayatan dalam diri pribadi individu yang belajar.
Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi
tertentu dari mata pelajaran yang berupa data kuantitatif maupun kualitatif.
Untuk melihat hasil belajar dilakukan suatu penilaian terhadap siswa yang bertujuan
untuk mengetahui apakah siswa telah menguasai materi atau belum. Penilaian
merupakan upaya sistematis yang dikembangkan oleh suatu institusi pendidikan
yang ditujukan untuk menjamin tercapainya kualitas proses pendidikan serta
kualitas kemampuan peserta didik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan
(Cullen, 2003 dalam Noor Latifah 2008).

BAB III
MODEL PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas X SMA N Muaro Jambi pada semester ganjil
tahun ajaran 2009/2010 pada tanggal 02 Agusstus 2010.
3.2 Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Rancangan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Randomized Control Group Only Design (Nazir, 1983).
Seperti yang telah penulis gambarkan dalam tabel di bawah ini :
Kelompok Perlakuan Tes Akhir
K-T
EXT

Keterangan :
K : Kelas Kontrol
E : Kelas Eksperomen
X : Diberi Perlakuan Dengan Mind Mapping Setiap Kali Pertemuan
T : Tes Akhir

3.3 Populasi dan sampel


3.3.1 Populasi
Populasi adalah keModeluruhan objek yang secara teoritis dikenai penelitian.
Sebagaimana dijelaskan oleh sudjana (1992: 6) bahwa populasi adalah totalitas
semua hasil perhitungan ataupun pengukuran kuantitatif maupun kualitatif
mengenai karekteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan
jelas yang ingin dipelajari sefat-sifatnya, namun sehubungan dengan keterbatasan
peneliti, maka tidak semua elemen yang terdapat di dalam populasi dapat diteliti.
Populasi dalam penelitian ini adalah Modeluruh siswa kelas X SMAN 1 Muaro Jambi,
dimana sumlah setiap siswa dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

No Kelas JUMLAH SISWA


1 X1 42
2 X2 41
3 X3 42
4 X4 42
5 X5 41
6 X6 42
Jumlah 250
3.3.2 Sampel
Dalam penelitian ini sampel yang digunakan sebanyak dua kelas, dua kelas tersebut
merupakan kelas kontrol dan kelas eksperimen. Tehnik penarikan sampel dalam
penelitian ini adalah tehnik sampel random. Menurut Arikuntoro (1993:103) :
Tehnik sampling ini diberi nama demikian karena di dalam pengambilan
sampelnya, peneliti mencampur subyek-subyek dianggap sama
3.4 Jenis dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini merupakan data primer yaitu data hasil belajar siswa
setelah diberikan perlakuan dengan Model Quantum Learning dengan Teknik Peta
Pikiran (mind mapping). Yang menjadi sumber data adalah siswa kelas X yang
menjadi anggota sampel.

3.5 Instrumen Penelitian


Untuk memperoleh data dalam penelitian ini maka diberikan tes pada anggota
sampel. Tes yang diberikan pada penelitian ini merupakan tes akhir setelah
malakukan pembelajaran tentang Model. Tes hasil belajar yang digunakan di sini
adalah tes obyektif. Menurut Arikunto (2007:164) tes obyektif adalah tes yang
dalam pemeriksaannya dapat dilakaukan secara obyektif. Tes obyektif yang
digunakan berbentuk pilihan ganda (multiple choice test), karena menurut Arikunto
(1993) tes obyektif memiliki beberapa kelebihan yaitu mengandung lebih banyak
segi-segi yang positif dan dapat dihindari campur tangannya unsur-unsur subyektif
baik dari segi siswa maupun segi guru yang memeriksa. Modelain itu lebih mudah
dan cepar cara memeriksanya karaena dapat menggunakan kunci tes.
Meskipun demikian tes bentuk obyektif juga memiliki banyak kelemahan, yaitu
persiapan untuk menyusunnya jauh lebih sulit dari pada tes essay karena soalnya
banyak dan harus teliti, serta harus menciptakan faktor pengecoh yang baik.
Setiap butir soal yang digunakan dalam penelitian harus memenuhi kriteria soal
yang baik. Untuk itu sebelum digunakan, terlebih dahulu dilakaukan uci coba soal.
Setelah uji coba soal dilakukan, Modelanjutnya dilakukan analisa item untuk melihat
baik tidaknya butir soal yang akan digunakan dalam tes akhir. Adapun hal-hal yang
dianalisa adalah:
A. Validitas Soal
Validitas adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen yang
bersangkutan mampu mengukur apa yang akan di ukur dan apabila dalam
penyusunan instrumen mengikuti langkah-langkah penyusunan instrumen yakni,
menelaah variabel menjadi sub variabel dan indikator, kemudian dirumuskan lagi
menjadi butir pernyataan maka peneliti sudah boleh berhatrap instrumen memiliki
validitas logis (Arikunto, 1993)

Suatu alat pengukur dapat dikatakan alat pengukur yang valid apabila alat
pengukur tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur secara tepat
(Nurkancana dan Sunartana, 1996). Artinya walaupun alat pengukur yang
digunakan bagus akan tetapi bila tidak tepat kesasaran maka alat pengukur
tersebut tidak valid.
Menurut Arikunto (1993) sebuah tes dikatakan memiliki validitas yang baik apabila
mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran
yang diberikan. Kesesuaian isi mencakup bahan tes yang harus mencerminkan
cakupan bahan dan kemampuan yang dijadikan sasaran pokok tes.
B. Reliabilitas Soal
Reliabilitas adalah ukuran yang menunjukkan konsistensi dari alat ukur dalam
mengukur gejala yang sama dilain kesempatan (Santosa, 2005)
Suatu tes yang mempunyai tingkat kepercayaan yang tinggi adalah tes yang dapat
memberikan hasil yang tetap (reliabel). Atau dengan kata lain reliabilitas adalah
ketetapan suatu tes atau ketetapan hasil suatu tes apabila diteskan pada subjek
yang sama.
C. Tingkat kesukaran
Tingkat kesukaran item tes menunjukkan mutu tes tersebut. Butir-butir item tes
hasil belajar dapat dinyatakan sebagai butir-butir item yang baik, apabila butir-butir
item tersebut tidal terlalu sukar dan tidak terlalu mudah.
Tingkat kesukaran suatu soal dapat dihitung dengan mengguankan rumus seperti
yang dikemukakan oleh Arikunto (1993) yaitu :
P = B / JS
Dimana :
P : Daya pembeda
B : Banyaknya peserta kelompok atas
JS : Banyaknya peserta kelompok bawah

Dengan Nilai Indeks Kesukaran sebagai berikut :


P (Tingkat Kesukaran) Keterangan
0,00- 0,29 Soal sukar
0,30-0,69 Soal sedang
0,70-1.00 Soal mudah

D. Daya pembeda
Soal yang baik asalah soal yang mempnya daya pembeda,maksudnya adalah soal
yang dapat membedakan antara siawa yang berkemampuan tinggi, sedang, dan
rendah. Sehingga menurut Arikunto (1993) untuk menentukan daya beda suatu soal
digunakan rumus berikut :
D= BA/JA - BB / JB
Dimana:
D ;Daya Pembeda
JA ; Banyaknya peserta kelompok bawah
JB : Banyaknya peserta kelompok atas
BA : banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar
BB : banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar

Lebih lanjut menurut Arikunto (1993) berdsarkan daya pembeda suatu soal, maka
setiap soal dapat dikategorikan sebagai berikut:
Nilai Daya Beda

D (Daya Pembeda) Keterangan


0,00 D < 0,19 Jelek
0,20 D < 0,39 Cukup
0,40 D < 0,69 Baik
0,70 D < 1,00 Baik sekali

3.6 Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis perbedaan
rata-rata dengan menggunakan rumus t tes. Dalam hal ini yang akan di uji adalah
perbedaan dua rata-rata, yaitu rata-rata hasil belajar siswa yang diberi Model
quantum learning dengan teknik mind mapping dan rata-rata hasil belajar siswa
yang tidak diberi Model quantum learning dengan tehnik mind mapping.

DAFTAR PUSTAKA

DePorter, Hernacki. 2002, Quantum Learning. Jakarta: Kaifa.Echols,


Meier. 2002, The Accelerated Learning. Jakarta.: Kaifa.
DePorter, B., Readon, M., and Nourie, S.S. 2001. Quantum Teaching. (Alihbahasa:
Ary Nilandari). Bandung: Mizan.

Septiawan Santana Kurnia. 2008. Editorial Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan,


www.depdiknas.go.id

Shertian, 2000, Konsep Dasar dan Teknik Supervise Pendidikan Dalan Rangka
Pengembangan Sumber Daya Manusia, Rineka Cipta, Jakarta
Ari Kuntoro S, 1993, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta

Sudjana N, 2006, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, PT Rosdakarya, Bandung


Sudjana N, 1996, Model Statistic, Tarsito, Bandung

Sudijono A 2006, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta, PT Raja Grafido Persada

Ahmad dan joko, 1997, Model Belajar Mengajar, Pustaka Setia, Bandung

Slameto, 2003, Belajar Dan Daktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta,


Jakarta
Arikunto, S. 1985. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Porter. De Bobbi dan Hernacki. 1999. Quantum Learning: Membiasakan Belajar
Nyaman dan Menyenangkan. Kaifa : Bandung.

Anda mungkin juga menyukai