2 (Juni 2014)
Abstrak
Katekin merupakan komponen utama di dalam tanaman gambir. Selain katekin ada beberapa
komponen lain seperti asam kateku tanat, kuersetin, kateku merah, gambir flouresin, lemak
dan lilin. Produksi gambir di Indonesia lebih dari 80% berasal dari provinsi Sumatera Barat
dan Sumatera Utara, terutama di Kabupaten Limapuluh dan Kabupaten Pakpak Bharat.
Ekstraksi katekin dari daun gambir ini dilakukan dengan cara maserasi yaitu perendaman
dengan pelarut polar. Maserasi dilakukan dengan variasi suhu yaitu, 30C, 40C, 60C, dan
80C; waktu maserasi yaitu 1 jam, 6 jam, 12 jam, dan 24 jam; dan jenis pelarut yaitu
akuades, etanol 96%, etil asetat 95%, dan campuran antara etanol 96% dan etil asetat 95%
(1:1). Hasil maserasi disaring untuk mendapatkan filtratnya yang kemudian dipekatkan
dengan rotary vacuum evaporator untuk diuji kadar katekin, kadar air dan kadar abu. Dari
penelitian ini kadar katekin tertinggi diperoleh dari kondisi operasi suhu maserasi 60OC
dengan waktu maserasi 6 jam dan pelarut yang digunakan etil asetat 95% yaitu sebesar
87,14% dengan kadar air sebesar 0,925% dan kadar abu sebesar 0,04%.
Abstract
Catechins are a major components in the plant gambier. Beside catechins, there are several
other components such as acid catechu tannat, quersetin, red catechu, gambier flouresin, fats
and waxes. More than 80% of gambier production in Indonesia comes from the province of
West Sumatra and North Sumatra, mainly in Limapuluh and Pakpak Bharat. Extraction of
catechins from gambir leaf was performed by means of maceration that is soaking with a
solvent polar. Maceration is carried out by temperature variations, 30C, 40C, 60C and
80C; maceration of time that is 1 hour, 6 hours, 12 hours, and 24 hours; and the type of
solvent is aquadest, 96% ethanol, 95% ethyl acetate, and a mixture of 96% ethanol and 95%
ethyl acetate (1:1). The results were filtered to obtain the filtrate which is then concentrated
by rotary vacuum evaporator to test the levels of catechins, moisture content, and ash content.
Based on this research the highest levels of catechins obtained the maceration temperature
operating conditions of 60 C with a time of 6 hours maceration and used 95 % ethyl acetate
as solvents in the amount of 87.14 % to 0.925 % moisture content and ash content of 0.04 % .
Pendahuluan
Gambir mengandung katekin yang Teori
merupakan komponen utama. Katekin Ekstraksi merupakan salah satu
merupakan senyawa flavonoid yang dapat metoda pemisahan zat terlarut dengan
ditemukan pada teh hijau, teh hitam, gambir, pelarutnya berdasarkan titik didih pelarut.
anggur dan tanaman pangan lainnya seperti Metode ekstraksi terbagi atas 2 cara, yaitu:
buah buahan dan kakao [6]. Katekin larut a. Maserasi
dalam alkohol dingin, etil asetat, air panas Maserasi merupakan cara ekstraksi
serta asam asetat glasial dan aseton dan yang paling sederhana. Bahan simpilisia yang
berguna sebagai antibiotic [4]. Mutu gambir digunakan dihaluskan berupa serbuk kasar,
antara lain ditentukan oleh kadar katekin dilarutkan dengan bahan pengekstraksi. [10].
sebagaimana tercantum dalam stndar mutu b. Soxhletasi
SNI 01 3391-2000, dapat dilihat pada tabel Soxhletasi merupakan cara ekstraksi
1[2]. yang dilakukan dalam sebuah alat yang
10
disebut soxhlet dengan pelarut polar dipanaskan di dalam waterbath selama 60
berdasarkan titik didihnya. menit. Setelah itu sampel didiamkan di
Pemilihan metode maserasi pada penelitian tempat gelap selama (1 jam, 6 jam, 12 jam,
ini dikarenakan senyawa katekin rentan dan 24 jam). Kemudian disaring dan hasil
terhadap panas sehingga tidak baik filtratnya di uji kadar katekin, kadar air, dan
menggunakan metode soxhlet. Hal ini kadar abu [2].
didukung oleh penelitian Cheong dkk (2005)
bahwa konsentrasi senyawa katekin Hasil dan Pembahasan
mengalami penurunan pada metode soxhlet Berdasarkan hasil penelitian ekstraksi
dibandingkan dengan metode maserasi [3]. daun gambir diketahui bahwa terdapat
interaksi sangat nyata antara jenis pelarut,
Tabel 1 Mutu gambir menurut Standar suhu maserasi dan waktu maserasi terhadap
Nasional Indonesia. kadar katekin, kadar air dan kadar abu.
Karakteristik Mutu I Perubahan kadar katekin, kadar air dan kadar
abu akibat jenis pelarut, suhu maserasi dan
Kadar air (%) Maks.17,0 waktu maserasi dapat dilihat dibawah ini.
Kadar abu (%) Maks. 7,0
Kadar katekin (%) Min. 40,0 Pengaruh Berbagai Jenis Pelarut, Suhu
Maserasi dan waktu Maserasi Terhadap
Kadar Katekin
1. Pelarut Ekstrasi
Pelarut yang biasa digunakan untuk
ekstraksi diantaranya adalah metanol, etanol, Suhu Kamar 40C 60C 80C
etil asetat, aseton dan asetonitril dengan air.
Kadar Katekin (%)
0
2. Ekstraksi Daun Gambir 1 6 12 24
Daun gambir yang telah dihaluskan
ditimbang sebanyak 50 gr dan dilarutkan Waktu Maserasi (Jam)
pada pelarut (akuades, etanol 96%, etil asetat
Gambar 2 Pengaruh suhu dan waktu maserasi
95%, dan etil asetat 95%:etanol 96% (1:1)) terhadap kadar katekin pada pelarut etanol
sebanyak 300 ml. Sampel kemudian 96%
11
untuk bersentuhan antara solut dengan solven
Suhu Kamar 40C 60C 80C
semakin besar sehingga hasil ekstraksi
Kadar Katekin (%) 60 semakin bertambah banyak [7].
50
Pengaruh Berbagai Jenis Pelarut, suhu
40 maserasi dan waktu Maserasi Terhadap
30 Kadar Air
20
Suhu Kamar 40C 60C 80C
10 12
0 10
10
0
1 6 12 24 4
5
(2008) bahwa pemilihan pelarut yang terbaik
pada proses senyawa yang akan diekstrak 4
yaitu pelarut yang mudah dipisahkan 3
(menguap) dan dimurnikan kembali [9]. 2
Semakin tinggi suhu maserasi maka 1
kecepatan perpindahan masa dari solut ke
0
solven akan semakin tinggi karena suhu
1 6 12 24
mempengaruhi nilai koefisien transfer masa
dari suatu komponen. Tetapi penurunan kadar Waktu Maserasi (Jam)
katekin ini diakibatkan oleh suhu maserasi Gambar 7. Pengaruh suhu dan waktu maserasi
yang lebih besar dari titik didih pelarutnya [4]. terhadap kadar air pada pelarut etanol
Semakin lama waktu ekstraksi, kesempatan 96%:etil asetat 95% (1:1)
12
Suhu Kamar 40C Suhu Kamar 40C 60C 80C
60C 80C 5
6
4 3
3 2
2 1
1 0
0 1 6 12 24
1 6 12 24 Waktu Maserasi (Jam)
4
7
3
Kadar Abu (%)
5 2
4 1
3 0
1 6 12 24
2
Waktu Maserasi (Jam)
1
Gambar 12. Pengaruh suhu dan waktu
0 maserasi terhadap kadar abu pada pelarut etil
1 6 12 24 asetat 95%
Waktu Maserasi (Jam) Dari Gambar 9-12 diketahui bahwa
Gambar 9. Pengaruh suhu dan waktu maserasi
kadar abu yang tertinggi terdapat pada pelarut
terhadap kadar abu pada pelarut akuades akuades dengan suhu kamar dan waktu
Maserasi 1 jam yaitu sebesar 6,66% dan
13
kadar air terendah terdapat pada pelarut etil Reversed Phase HPLC, Biotechnol,
asetat 95% dengan suhu maserasi 60OC dan Vol(64):25812587, Diahlibahasakan
waktu maserasi 6 jam yaitu sebesar 0,04%. oleh Liris Mahadewi Rachimullah.
Nilai kadar abu yang diperoleh dari Universitas Muhamadiyah,Surakarta,
pelarut etil asetat 95% tersebut masih sesuai 2000.
dengan kadar abu Mutu gambir menurut [7] Purwani, M, V, Suyanti, dan Muhadi,
Standar Nasional Indonesia (SNI 01-339- Ekstraksi Konsentrat Neodimium
2000) yaitu kurang dari 7% [2]. Memakai Asam Di 2 Etil Heksil
Fosfat, Seminar Nasional IV SDM
Kesimpulan Teknologi Nuklir,Yogyakarta, 2008.
1. Kadar katekin tertinggi diperoleh dari [8] Setiyowati, V.,Karakterisasi dan
pelarut etil asetat 95% dengan kondisi Pengujian Aktivitas Antioksidan
operasi suhu maserasi 60OC dan lama Tabelt Effervescent Ekstrak Teh Hijau
maserasi 6 jam yaitu sebesar 87,14%. Pada Lama Ekstraksi dan Jenis Bahan
2. Kadar air tertinggi diperoleh dari akuades Pengisi yang Berbeda, Skripsi
dengan kondisi operasi suhu kamar dan Mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil
lama maserasi 1 jam yaitu sebesar Pertanian, Falkultas Teknologi
10,255%. Pertanian, Universitas Brawijaya,
3. Kadar abu tertinggi diperoleh dari 2007
akuades dengan kondisi operasi suhu [9] Sousa, A., dkk.,Effect Of Solvent And
kamar dan lama maserasi 1 jam yaitu Extraction Temperatures On The
sebesar 6,66%. Antioxident Potential Of Traditional
4. Ekstrak daun gambir menghasilkan kadar Stoned Table Olives Alcaparras, Vol
katekin, kadar air, dan kadar abu yang (41):739-745, Diahlibahasakan oleh
memenuhi standar mutu I gambir maka Liris Mahadewi Rachimullah.
dapat dimanfaatkan sebagai antioksidan Universitas Muhamadiyah, Surakarta,
ataupun obat-obatan. 2008.
[10] Voight, R., Buku Pelajaran Teknologi
Daftar Pustaka Ekstraksi, Diahlibahasakan oleh
[1] Ansel H. C, Pengantar Bentuk Sediaan Soewandhi, S. N. Edisi 5, Gadja Mada
Farmasi, Edisi 4, Press UI, Jakarta, University Press, Yogyakarta, 1995.
1989.
[2] Balai Penelitian dan Pengembangan
Industri Padang, Standar Nasional
(SNI) Gambir, 01-3391-2000,
Departemen Perindustrian dan
Perdagangan, 2000.
[3] Cheong, M. H, Park, M. H., Kang, G.
W, Ko, J, H, dan Seo, Y, J,
Determination of Catechin
Compounds in Korea Green Tea
Influsions Under Varios Extraction
Condition by High Performance
Liquid Chomatrography, Bulletin of
The Korea Chemical Society 26 Vol
(5): 747 754, 2005.
[4] Geankoplis, C,J, Transport Processes
and Unit Operation, Allyn and Dalcon
Inc, Boston, USA, 1983.
[5] Hayani, Eni, Analisis Kadar Catechin
dari Gambir Dengan Berbagai Metode,
Buletin Teknik Pertanian, Vol (1) : 31-
32, 1983.
[6] Natsume, M. Dkk, Analysis of
Polyphenols in Cacao Liquor, Cocoa,
and Chocolate by Normal Phase and
14