Anda di halaman 1dari 7

Yani Immarul Zaiim

Sistem Pakar untuk Diagnosa Penyakit Jantung Koroner Menggunakan


Metode Perceptron

Yani Immarul Zaiim - NIM : A11.2009.04715


Program Studi Teknik Informatika, Universitas Dian Nuswantoro
Jl. Nakula No.1 Semarang

Abstract
Current coronary heart disease, has been the leading cause of death in the world. This deadly
disease has claimed the lives of thousands of people per year. The main cause of coronary
heart disease due to life style patterns unhealthy society. Typical symptoms of the heart
disease is chest pain on the left side along with a weak pulse and sweat easily. That is why a
lot of people underestimate the symptoms. Because the pain will go away after the deemed
adequate rest. Patients with coronary heart disease should require proper handling. A system
that is expected to help to make a decision that is implemented in the form of a computerized
software. In the expert system for the diagnosis of heart disease using the perceptron
algorithm method has to retrieve data coronary heart disease patients. This can result in the
system can distinguish between people who suffer from coronary heart disease and no. If the
person is suffering from coronary heart disease, it would appear handling solutions based
treatment for age coronary heart disease patients.

I. Pendahuluan faktor risiko sekunder. Faktor risiko


primer adalah faktor yang menyebabkan
1.1.Latar Belakang gangguan pada arteri berupa aterosklerosis
Saat ini penyakit jantung koroner, telah tanpa adanya faktor lain (independen).
menjadi penyebab kematian utama di Yang juga termasuk dalam faktor risiko
dunia. Termasuk di Indonesia, penyakit primer, yaitu hipertensi, hiperlidemi dan
jantung merupakan penyakit yang merokok. Faktor risiko sekunder adalah
mematikan. Penyebabnya adalah faktor yang baru dapat menimbulkan
terjadinya hambatan aliran darah pada kelainan pada arteri jika ditemukan faktor
arteri koroner yang menyuplai darah ke lain secara bersamaan. Yang termasuk ke
otot jantung. Salah satu hambatan berupa dalam faktor sekunder ialah diabetes
plak, dan prosesnya memakan waktu yang militus (DM), obesitas, stres, riwayat
amat panjang, bahkan dapat bertahun- keluarga, alcohol dan kurang olah raga.
tahun, mungkin di mulai sejak masa muda Dari permasalahan diatas maka menarik
yang seringkali memuncak menjadi untuk dibuatnya suatu sistem yang
serangan jantung atau operasi pintas diharapkan akan dapat membantu untuk
koroner. Faktor risiko penyakit jantung membuat suatu keputusan yang
koroner dibagi menjadi 2 faktor, yaitu diimplementasikan dalam bentuk
faktor risiko primer (independen) dan perangkat lunak yang sudah
terkomputerisasi, maka dalam hal ini
Yani Immarul Zaiim

dibuat sistem pakar untuk diagnosa Suara (SpeechRecognition), dan Sistem


penyakit jantung koroner menggunakan Pakar (Expert System).Kecerdasan Buatan
metode perceptron. menyelesaikan permasalahan dengan
mendayagunakan komputeruntuk
memecahkan masalah yang komplek
1.2.Tujuan Penelitian dengan cara mengikuti proses penalaran
manusia. Salah satu teknik kecerdasan
Berdasarkan perumusan masalah diatas buatan yang menirukan proses penalaran
tujuan penelitian ini adalah memberikan manusia adalah Sistem pakar.[3]
penyelesaian untuk permasalahan diagnosa
jantung koroner dalam memprediksi
penyakit jantung koroner dan memberikan 2.2. Sistem Pakar
solusi penanganannya. Sistem pakar (Expert System)
merupakan salah satu cabang dari
1.3.Batasan Masalah kecerdasan buatan. Definisi dari sistem
Batasan masalah yang di gunakan dalam pakar yaitu sistem yang berusaha
tugas akhir ini adalah : mengadopsi pengetahuan manusia ke
a. Membantu pengambilan keputusan komputer, agar komputer dapat
untuk ketepatan diagnosis penyakit menyelesaikan masalah seperti biasa
jantung koroner. dilakukan oleh para ahli. Sistem pakar
b. Representasi pengetahuan yang yang baik dirancang agar dapat
menggunakan algoritma Perceptron. menyelesaikan suatu permasalahan
c. Program diagnosa ini dibuat tertentu dengan meniru kerja para ahli.
menggunakan aplikasi Matlab R2010a Bagi para ahli pun sistem pakar ini juga
Sumber pengetahuan yang didapat baik akan membantu aktivitasnya sebagai
dari pakar maupun dari buku-buku tentang asisten yang berpengalaman.[3]
pengolahan data penyakit jantung koroner.
2.3. Jaringan Saraf Manusia
II. Tinjauan Pustaka Jaringan saraf manusia adalah organ
2.1. Kecerdasan Buatan yang berfungsi untuk mengatur,
mengkoordinir, dan menggabungkan
Kecerdasan buatan adalah salah satu segala fungsi dan aktifitas tubuh, serta
bidang ilmu komputer yang adaptasi terhadap lingkungan di sekitar
mendayagunakan komputer sehingga dapat tubuh. Jaringan saraf terdiri dari gabungan
berperilaku cerdas seperti manusia. Ilmu dan susunan dari sel sel saraf yang
komputer tersebut mengembangkan kemudian membentuk jaringan dan
perangkat lunak dan perangkat keras mengolah sumber informasi. Neuron
untukmenirukan tindakan manusia. dalam jaringan saraf jumlahnya mencapai
Aktifitas manusia yang ditirukan seperti 1010 sampai 1012 buah. Dengan jumlah
penalaran,penglihatan, pembelajaran, yang begitu banyak, otak dapat mengenali
pemecahan masalah, pemahaman bahasa objek, melakukan perhitungan, dan
alami dansebagainya. Sesuai dengan mengontrol organ organ tubuh dengan
definisi tersebut, maka teknologi sangat cepat.
kecerdasan buatan dipelajari dalam bidang Sel saraf (neuron) terdiri dari badan sel
seperti : Robotika (Robotics), Penglihatan (cell body) beserta struktur yang ada di
komputer(Computer Vision), Pengolahan dalamnya dan tonjolan protoplasma yang
bahasa alami (Natural Language berupa dendrit dan akson.
Processing),Pengenalan pola (Pattern
Recognition), Sistem Syaraf Buatan
(Artificial Neural System), Pengenalan
Yani Immarul Zaiim

Komponen dari neuron yaitu : tersebut.


2.4. Jaringan Saraf Tiruan Perceptron
1. Badan Sel (Cell Body)
Pusat metabolic dan genetic dari Perceptron pada Jaringan Syaraf Tiruan
neuron. (Neural Network) termasuk kedalam salah
2. Dendrit satu bentuk Jaringan Syaraf (Neural
Sebuah tonjolan yang keluar dari Network) yang sederhana. Perceptron
sitoplasma badan sel, yang berfungsi biasanya digunakan untuk
untuk menerima impuls rangsang dan mengklasifikasikan suatu tipe pola tertentu
meneruskannya ke badan sel. yang sering dikenal dengan istilah
3. Akson pemisahan secara linear. Pada dasarnya
Akson biasanya relatif panjang, perceptron pada Jaringan Syaraf Tiruan
merupakan saluran silindris yang (Neural Network) dengan satu lapisan
menghantarkan rangsang menjauhi sel. memiliki bobot yang bisa diatur dan suatu
4. Sinapsis nilai ambang. Algoritma yang digunakan
Sinapsis atau synaptic function adalah oleh aturan perceptron ini akan mengatur
hubungan antar neuron neuron yang parameter-parameter bebasnya melalui
biasanya terdapat di ujung terminal proses pembelajaran. Fungsi aktivasi
neuron penghantar. dibuat sedemikian rupa sehingga terjadi
pembatasan antara daerah positif dan
daerah negatif. Bentuk dari perceptron
pada Jaringan Syaraf Tiruan (Neural
Network) dapat dilihat di gambar berikut.

Gambar 2.1 : Komponen Jaringan Saraf


Biologi (Neuron) Gambar 2.2 : Perceptron Jaringan Saraf
Tiruan (Neural Network)
[5]
Neuron biologi merupakan suatu sistem
yang Fault tolerant dalam 2 hal, yaitu: Proses perubahan bobot
a. Manusia mampu mengenali sinyal pembelajarannya ditambahkan laju
inputan yang agak berbeda dari yang pembelajaran (learning rate) yang
pernah diterima sebulumnya. berfungsi untuk mengontrol perubahan
Contohnya, manusia dapat mengenali bobot pada setiap iterasi. Besarnya nilai
orang lain yang pernah dilihat melalui lebih besar dari 0 (nol) dan maksimal 1.
foto atau dapat mengenali orang yang Besarnya perubahan bobot yang terjadi
wajahnya Nampak berbeda karena lama pada setiap iterasi adalah:
tidak bertemu.
Otak manusia dapat tetap bekerja meski
ada beberapa neuron yang tidak dapat
bekerja dengan baik. Jadi jika sebuah
neuron mengalami kerusakan, maka
neuron lain terkadang dapat dilatih untuk
menggantikan fungsi neuron yang rusak
Yani Immarul Zaiim

Dengan demikian bobot yang baru Representasi masukan (berdasarkan


adalah : klasifikasi
yang telah disebutkan di atas) :
TH (Umur dalam tahun) :
31 40 = 0
41 50 = 0.2
Algoritma pelatihan Perceptron adalah 51 60 = 0.4
sebagai berikut: 61 70 = 0.6
1. Inisialisasi semua bobot dan bias 71 80 = 0.8
(umumnya w_ = b = 0) 81 90 = 1
Tentukan laju pembelajaran biasanya (= )
biasanya, = 1 S (Jenis kelamin) :
2. Selama ada elemen vektor input yang LAKI LAKI = 0
respon unit outputnya tidak sama dengan PEREMPUAN = 1
target, lakukan :
a. Set aktivasi input xi = si dengan s JOB (Pekerjaan) :
adalah vector input PNS = 0
b. Hitung respon unit output: SWASTA = 0.25
TANI = 0.5
PENSIUNAN = 0.75
LAIN LAIN = 1

LDL (Kadar LDL):


c. Perbaiki bobot pola yang mengandung
< 100 = 0
kesalahan( y t ) menurut persamaan:
100 129 = 0.25
130 159 = 0.5
160 189 = 0.75
190 = 1

Ada beberapa hal yang perlu KT (Kadar kolesterol) :


diperhatikan dalam algoritma perceptron: < 200 = 0
a. Iterasi dilakukan terus hingga semua 200 239 = 0.5
pola memiliki output jaringan yang 240 = 1
sama dengan targetnya (jaringan sudah
memahami pola) HDL (Kadar HDL):
b. Perubahan bobot hanya dilakukan pada < 60 = 0
pola yang mengandung kesalahan 60 = 1
(output jaringan target). Perubahan TG (Kadar Trigliserid):
tersebut merupakan hasil kali unit input < 100 = 0
dengan target dan laju pembelajaran. 100 149 = 0.25
Perubahan bobot hanya akan terjadi 150 199 = 0.5
kalau unit input 0. 200 499 = 0.75
500 = 1
III. Analisa dan Perancangan Sistem
TDS (Tekanan darah sistolik):
3.1. Perancangan Sistem < 120 = 0
Variabel untuk menampung data faktor 120 129 = 0.2
resiko penyakit jantung koroner 130 139 = 0.4
(input) = P 140 159 = 0.6
160 179 = 0.8
Yani Immarul Zaiim

180 = 1

TDD (Tekanan darah diastolik) :


< 80 = 0
80 84 = 0.2
85 89 = 0.4
90 99 = 0.6
100 109 = 0.8
110 = 1

Representasi keluaran :
SAKIT : 1
SEHAT : 0

Dibawah ini merupakan gambar


arsitektur jaringan syaraf tiruan yang
menggunakan algoritma Perceptron

Tabel 4.1 : Data Pelatihan

4.2 Normalisasi
Normalisasi adalah proses dua
langkah yang meletakkan data dalam
bentuk tabulasi dengan menghilangkan
kelompok berulang lalu menghilangkan
data yang terduplikasi dari tabel relasional.
Gambar 2.1Arsitektur Jaringan Perceptron
Sebelum data dapat digunakan untuk
IV. Hasil dan Pembahasan proses pelatihan dan simulasi, perlu
dilakukannya penskalaan pada nilai nilai
4.1 Data Pelatihan
masukan. Nilai nilai masukan tersebut
Pelatihan yang tersebut menggunakan
akan masuk ke dalam suatu range tertentu
maksimum epoh sebanyak 4000. Epoh
yang disebut normalisasi data.
adalah banyaknya jumlah pelatihan yang
Normalisasi dimulai dari 0 sampai 1.
dilakukan oleh jaringan. Target eror yang
Tujuan utama dari normalisasi ialah agar
dipakai adalah 1e-5. Arti dari 1e-5 ialah
terjadi sinkronisasi pada data, disamping
10-5. Pelatihan akan dihentikan jika
itu juga digunakan untuk memudahkan
maksimum epoh telah tercapai atau target
dalam proses komputasi.
eror yang tercapai lebih dulu.
Yani Immarul Zaiim

Tabel 4.4 : Data Hasil Simulasi Penelitian


Tabel 4.2 : Normalisasi Data Pelatihan
V.Kesimpulan dan Saran
4.3 Hasil Simulasi Penelitian
Setelah dilakukan pelatihan pada 60 5.1. Kesimpulan
data pola dan dilatih sebanyak 4.000 epoh, Dari hasil perancangan sistem pakar
maka diperoleh hasil dari simulasi data untuk diagnosa penyakit jantung koroner
pola yang diperoleh dari jurnal sebagai menggunakan metode perceptron maka
berikut : dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Penggunaan program sistem pakar ini
dapat mengurangi jumlah kesalahan
pada saat melakukan pendeteksian
secara langsung terhadap permasalahan
penyakit yang dikhususkan penyakit
jantung koroner.
2. Membantu memberikan solusi atau
penanganan pada penderita penyakit
jantung koroner berdasarkan usia yang
telah ditentukan.

5.2. Saran
Berikut ini merupakan saran yang
ditunjukkan untuk penelitian lebih lanjut :
1. Sistem yang dibuat diharapkan mampu
untuk dikembangkan lebih lanjut
sebagai prototype robotika, sehingga
nantinya bukan lagi komputer yang
memberikan analisa dan solusi tetapi
ada robotika yang menyelesaikan
permasalahan yang terkait dengan
penyakit jantung koroner.
Tabel 4.3 : Data Hasil Simulasi Jurnal
Yani Immarul Zaiim

2. Diharapkan sistem yang yang dibuat an-penyakit/ , diakses tanggal 25 Juni


telah diuji kebenarannya sehingga 2013
analisa dan solusi yang dihasilkan [8] Andre. (2012). Pengertian Jantung.
benar-benar objektif sesuai dengan Internet :
adanya permasalahan yang ada http://pengertianjantung.blogspot.com/
dilapangan. , diakses tanggal 15 Juli 2013
3. Adanya suatu harapan bahwa sistem [9] Pengertian Penyakit Jantung Koroner.
pakar ini nantinya akan dapat Internet :
dikembangkan secara terus menerus http://id.shvoong.com/tags/pengertian-
sampai mencapai titik pengembangan jantung-koroner/ , diakses tanggal 4
maksimal Agustus 2013
[10] Penanganan Penyakit Jantung
VI. Daftar Pustaka Koroner. Internet :
[1] Gejala, Penyebab dan Pencegahan http://penyembuhanpenyakitjantung.or
Penyakit Jantung Koroner. Internet : g/ , diakses tanggal 20 Agustus 2013
http://kliniksehati.com/gejala-
penyebab-dan-pencegahan-penyakit-
jantung-koroner/, diakses tanggal 10
Juni 2013
[2] Anis Fagustina, Furqon Al Hakim,
Khoirul Syaifuddin, Vincent Rudy
Ardita. Memprediksi Penyakit Jantung
Koroner Dengan Menggunakan
Algoritma LVQ. Universitas Sebelas
Maret. Surakarta.
[3] Kecerdasan Buatan dan Sistem Pakar.
Internet :
http://lesmardin1988.wordpress.com/c
ategory/my-document/intelejensi-
buatan/, diakses tanggal 12 Juni 2013
[4] T.Sutojo,S.Si,M.kom , Edy
Mulyanto,S.Si , Dr.Vincent Suhartono
. (2010). Kecerdasan Buatan .
Yogyakarta : ANDI.
[5] Odra Qalbi Demes. (2013). Jaringan
Syaraf Tiruan untuk Memprediksi
Penyakit Jantung Koroner. Tugas
Akhir Universitas Dian Nuswantoro
Semarang.
[6] Jaringan Saraf Tiruan Perceptron.
Internet : http://elektronika-
dasar.web.id/teori-
elektronika/perceptron-dan-lapisan-
jaringan-syaraf-tiruan-neural-
network/, diakses tanggal 20 Juni
2013
[7] Pengertian Penyakit Jantung Koroner.
Internet :
http://lukas21.wordpress.com/pengerti

Anda mungkin juga menyukai