Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

PENDAHULUAN
Perdarahan pascapersalinan adalah kehilangan darah lebih dari 500 ml melalui
jalan lahir yang terjadi selama atau setelah persalinan kala III. Perkiraan kehilangan
darah biasanya tidak sebanyak yang sebenarnya, kadang-kadang hanya setengah dari
yang sebenarnya. Darah tersebut tercampur dengan cairan amnion atau dengan urin.
Darah juga tersebar pada spons, handuk, dan kain, di dalam ember dan di lantai.
Volume darah yang hilang juga bervariasi akibatnya sesuai dengan kadar hemoglobin
ibu. Seseorang ibu dengan kadar hemoglobin normal akan dapat menyesuaikan diri
terhadap kehilangan darah yang akan berakibat fatal pada yang anemia.
Perdarahan pascapersalinan adalah sebab penting kematian ibu; ¼ kematian ibu
yang disebabkan oleh perdarahan (perdarahan pascapersalinan, placenta previa, solutio
plasenta, kehamilan ektopik, abortus, dan ruptura uteri) disebabkan oleh perdarahan
pascapersalinan. Selain itu, pada keadaan dimana perdarahan pascapersalinan tidak
mengakibatkan kematian, kejadian ini sangat mempengaruhi morbiditas nifas karena
anemia dapat menurunkan daya tahan tubuh. Perdarahan pascapersalinan lebih sering
terjadi pada ibu-ibu di Indonesia dibandingkan dengan ibu-ibu di luar negeri.
Perdarahan setelah melahirkan atau post partum hemorrhagic (PPH) adalah
konsekuensi perdarahan berlebihan dari tempat implantasi plasenta, trauma di traktus
genitalia dan struktur sekitarnya, atau keduanya.
Perdarahan yang disebabkan karena retensio plasenta dapat terjadi karena
plasenta lepas sebagian, yang merupakan indikasi untuk mengeluarkannya. Plasenta
belum lepas dari dinding uterus karena:
a). Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta adhesiva);
b).Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korialis menembus desidua
sampai miometrium- sampai di bawah peritoneum (plasenta akreta-perkreta).
Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar, disebabkan oleh
tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah penanganan kala III, sehingga
terjadi lingkaran konstriksi pada bagian bawah

1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Manual Plasenta


Manual plasenta adalah prosedur pelepasan plasenta dari tempat implantasinya
pada dinding uterus dan mengeluarkannya dari kavum uteri secara manual yaitu
dengan melakukan tindakan invasi dan manipulasi tangan penolong persalinan yang
dimasukkan langsung kedalam kavum uteri. Pada umumnya ditunggu sampai 30
menit dalam lahirnya plasenta secara spontan atau dengan tekanan ringan pada
fundus uteri yang berkontraksi. Bila setelah 30 menit plasenta belum lepas sehingga
belum dapat dilahirkan atau jika dalam waktu menunggu terjadi perdarahan yang
banyak, plasenta sebaiknya dikeluarkan dengan segera.

2.2 Etiologi Manual Plasenta


Indikasi pelepasan plasenta secara manual adalah pada keadaan perdarahan
pada kala tiga persalinan kurang lebih 400 cc yang tidak dapat dihentikan dengan
uterotonika dan masase, retensio plasenta setelah 30 menit anak lahir, setelah
persalinan buatan yang sulit seperti forsep tinggi, versi ekstraksi, perforasi, dan
dibutuhkan untuk eksplorasi jalan lahir dan tali pusat putus.

Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau
melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir. Hampir sebagian besar gangguan
pelepasan plasenta disebabkan oeh gangguan kontraksi uterus.

Manual plasenta dilakukan karena indikasi retensio plasenta yang berkaitan


dengan :

1. Plasenta belum lepas dari dinding uterus dikarenakan:


a) Plasenta adhesive yaitu kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan
plasenta

b) Plasenta akreta yaitu implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki


sebagian lapisan miometrium

c) Plasenta inkreta, yaitu implantasi jonjot korion placenta hingga


mencapai/memasuki miometrium

d) Plasenta perkreta, yaitu implantasi jonjot korion plasenta yang menembus


lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus.

2
e) Plasenta inkarserata, yaitu tertahannya plasenta didalam kavum uteri yang
disebabkan oleh konstriksi ostium uteri.

1. Plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan dan dapat terjadi perdarahan
yang merupakan indikasi untuk mengeluarkannya
2. Mengganggu kontraksi otot rahim dan menimbulkan perdarahan.
3. Retensio plasenta tanpa perdarahan dapat diperkirakan
 Darah penderita terlalu banyak hilang,
 Keseimbangan baru berbentuk bekuan darah, sehingga perdarahan tidak terjadi,
 Kemungkinan implantasi plasenta terlalu dalam.

2.3 Indikasi Manual Plasenta


Indikasi pelepasan plasenta secara manual adalah pada keadaan perdarahan
pada kala tiga persalinan kurang lebih 400 cc yang tidak dapat dihentikan dengan
uterotonika dan masase, retensio plasenta setelah 30 menit anak lahir, setelah
persalinan buatan yang sulit seperti forsep tinggi, versi ekstraksi, perforasi, dan
dibutuhkan untuk eksplorasi jalan lahir dan tali pusat putus. Hampir sebagian
besar gangguan pelepasan plasenta disebabkan oeh gangguan kontraksi uterus.
Manual plasenta dilakukan karena indikasi retensio plasenta yang berkaitan
dengan:
1. Plasenta belum lepas dari dinding uterus dikarenakan:
a. Plasenta adhesive yaitu kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan
plasenta
b. Plasenta akreta yaitu implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki
sebagian lapisan miometrium
c. Plasenta inkreta, yaitu implantasi jonjot korion placenta hingga
mencapai/memasuki miometrium
d. Plasenta perkreta, yaitu implantasi jonjot korion plasenta yang menembus
lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus.
e. Plasenta inkarserata, yaitu tertahannya plasenta di dalam kavum uteri yang
disebabkan oleh konstriksi ostium uteri.
2. Plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan dan dapat terjadi perdarahan
yang merupakan indikasi untuk mengeluarkannya
3. Mengganggu kontraksi otot rahim dan menimbulkan perdarahan.
4. Retensio plasenta tanpa perdarahan dapat diperkirakan
5. Darah penderita terlalu banyak hilang

3
6. Kemungkinan implantasi plasenta terlalu dalam.
Manual plasenta dapat segera dilakukan apabila :
a. Terdapat riwayat perdarahan postpartum berulang.
b. Terjadi perdarahan postpartum melebihi 400 cc
c. Pada pertolongan persalinan dengan narkosa.
d. Plasenta belum lahir setelah menunggu selama setengah jam.
Manual plasenta dalam keadaan darurat dengan indikasi perdarahan di atas
400 cc dan terjadi retensio plasenta (setelah menunggu ½ jam). Seandainya masih
terdapat kesempatan, penderita retensio plasenta dapat dikirim ke puskesmas atau
rumah sakit sehingga mendapat pertolongan yang adekuat. Dalam melakukan
rujukan penderita dilakukan persiapan dengan memasang infus dan memberikan
cairan dan dalam persalinan diikuti oleh tenaga yang dapat memberikan
pertolongan darurat.

2.4 Tanda dan Gejala Manual Plasenta


a) Anamnesis, meliputi pertanyaan tentang periode prenatal, meminta informasi
mengenai episode perdarahan postpartum sebelumnya, paritas, serta riwayat
multipel fetus dan polihidramnion. Serta riwayat pospartum sekarang dimana
plasenta tidak lepas secara spontan atau timbul perdarahan aktif setelah bayi
dilahirkan.
b) Pada pemeriksaan pervaginam, plasenta tidak ditemukan di dalam kanalis
servikalis tetapi secara parsial atau lengkap menempel di dalam uterus.
c) Perdarahan yang lama > 400 cc setelah bayi lahir.
d) Placenta tidak segera lahir > 30 menit.

2.5 Persiapan Sebelum Tindakan Manual Plasenta


1) Pasien
a) Cairan dan selang infus sudah terpasang. Perut bawah dan lipat paha
sudah dibersihkan.
b) Uji fungsi dan kelengkapan peralatan resusitasi
c) Siapkan kain alas bokong, sarung kaki dan penutup perut bawah
d) Medikamentosa

4
 Analgetika (Phetidin 1-2 mg/kg BB, Ketamin Hcl 0,5 mg/kg BBT,
Tramadol 1-2 mg/kg BB)
 Sedative (Diazepam 10 mg)
 Atropine Sulfas 0,25-0,55 mg/ml
 Uteretonika (Oksitosin,Ergometrin, Prostaglandin)
 Cairan NaCl 0,9% dan RL
 Infuse Set
 Larutan Antiseptik (Povidon Iodin 10%)
 Oksigen dengan regulator
2) Penolong
a) Baju kamar tindakan, pelapis plastic, masker dan kaca mata : 3 set
b) Sarung tangan DTT/steril : sebaiknya sarung tangan panjang
c) Alas kaki (sepatu boot karet) : 3 pasang
d) Instrument
 Kocher: 2, Spuit 5 ml dan jarum suntik no 23G
 Mangkok tempat plasenta : 1
 Kateter karet dan urine bag : 1
 Benang kromk 2/0 : 1 rol
 Partus set

2.6 Pencegahan Infeksi Sebelum Tindakan Manual Plasenta


Sebelum melakukan tindakan sebaiknya mencuci tangan terlebih dahulu
dengan sabun dan air yang mengalir untuk mencegah infeksi. Mengeringkan
tangan dengan handuk bersih lalu pasang sarung tangan DTT/ steril.

2.7 Teknik Manual Plasenta


Untuk mengeluarkan plasenta yang belum lepas jika masih ada waktu dapat
mencoba teknik menurut Crede yaitu uterus dimasase perlahan sehingga
berkontraksi baik, dan dengan meletakkan 4 jari dibelakang uterus dan ibu jari
didepannya, uterus dipencet di antara jari-jari tersebut dengan maksud untuk
melepaskan plasenta dari dinding uterus dan menekannya keluar. Tindakan ini
tidaklah selalu berhasil dan tidak boleh dilakukan secara kasar. Sebelum

5
mengerjakan manual plasenta, penderita disiapkan pada posisi litotomi. Keadaan
umum penderita diperbaiki sebesar mungkin, atau diinfus NaCl atau Ringer
Laktat. Anestesi diperlukan kalau ada constriction ring dengan memberikan
suntikan diazepam 10 mg intramuskular. Anestesi ini berguna untuk mengatasi
rasa nyeri. Operator berdiri atau duduk dihadapan vulva dengan salah satu
tangannya (tangan kiri) meregang tali pusat, tangan yang lain (tangan kanan)
dengan jari-jari dikuncupkanmembentuk kerucut.

Gambar 1.Meregang tali pusat dengan jari-jari membentuk kerucut


Dengan ujung jari menelusuri tali pusat sampai plasenta. Jika pada waktu
melewati serviks dijumpai tahanan dari lingkaran kekejangan (constrition ring),
ini dapat diatasi dengan mengembangkan secara perlahan-lahan jari tangan
yangmembentuk kerucut tadi. Sementara itu, tangan kiri diletakkan di atas fundus
uteri dari luar dinding perut ibu sambil menahan atau mendorong fundus itu ke
bawah. Setelah tangan yang di dalam sampai ke plasenta, telusurilah permukaan
fetalnya ke arah pinggir plasenta. Pada perdarahan kala tiga, biasanya telah ada
bagian pinggir plasenta yang terlepas.

Gambar 2.Ujung jari menelusuri tali pusat, tangan kiri diletakkan di atas fundus

6
Melalui celah tersebut, selipkan bagian ulnar dari tangan yang berada di
dalam antara dinding uterus dengan bagian plasenta yang telah terlepas itu.
Dengan gerakan tangan seperti mengikis air, plasenta dapat dilepaskan seluruhnya
(kalau mungkin), sementara tangan yang di luar tetap menahan fundus uteri
supaya jangan ikut terdorongke atas. Dengan demikian, kejadian robekan uterus
(perforasi) dapat dihindarkan.

Gambar 3. Mengeluarkan plasenta


Setelah plasenta berhasil dikeluarkan, lakukan eksplorasi untuk mengetahui
kalau ada bagian dinding uterus yang sobek atau bagian plasenta yang tersisa.
Pada waktu ekplorasi sebaiknya sarung tangan diganti yang baru. Setelah plasenta
keluar, gunakan kedua tangan untuk memeriksanya, segera berikan uterotonik
(oksitosin) satu ampul intramuskular, dan lakukan masase uterus. Lakukan
inspeksi dengan spekulum untuk mengetahui ada tidaknya laserasi pada vagina
atau serviks dan apabila ditemukan segera di jahit. Jika setelah plasenta
dikeluarkan masih terjadi perdarahan karena atonia uteri maka dilakukan
kompresi bimanual sambil mengambil tindakan lain untuk menghetikan
perdarahan dan memperbaiki keadaan ibu bila perlu. Jika tindakan manual
plasenta tidak memungkinkan, jaringan dapat dikeluarkan dengan tang (cunam)
abortus dilanjutkan kuret sisa plasenta. Pada umumnya pengeluaran sisa plasenta
dilakukan dengan kuretase. Kuretase harus dilakukan dirumah sakit dengan hati-
hati karena dinding rahim relatif tipis dibandingkan dengankuretase pada abortus.
Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta, dilanjutkan dengan pemberian
obat uterotonika melalui suntikan atau per-oral. Pemberian antibiotika apabila ada
tanda-tanda infeksi dan untuk pencegahan infeksi sekunder.

7
2.8 Komplikasi Manual Plasenta
Kompikasi dalam pengeluaran plasenta secara manual selain infeksi/
komplikasi yang berhubungan dengan transfusi darah yang dilakukan, multiple
organ failure yang berhubungan dengan kolaps sirkulasi dan penurunan perfusi
organ dan sepsis, ialah apabila ditemukan plasenta akreta. Dalam hal ini villi
korialis menembus desidua dan memasuki miometrium dan tergantung dari
dalamnya tembusan itu dibedakan antara plasenta inakreta dan plasenta perkreta.
Plasenta dalam hal ini tidak mudah untuk dilepaskan melainkan sepotong demi
sepotong dan disertai dengan perdarahan. Jika disadari adanya plasenta akreta
sebaiknya usaha untuk mengeluarkan plasenta dengan tangan dihentikan dan
segera dilakukan histerektomi dan mengangkat pula sisa-sisa dalam uterus.

2.9 Prosedur Klinik Manual Plasenta


1. Persetujuan Tindakan Medik
Informed consent merupakan persetujuan dari pasien dan keluarga terhadap
tindakan medik yang akan dilakukan terhadap dirinya oleh dokter/bidan.
Persetujuan diberikan setelah pasien diberikan penjelasan yang lengkap dan
objektif tentang diagnosis retensio plasenta, upaya penyembuhan, tujuan dan
pilihan tindakan yang akan dilakukan.
a. Sapa pasien dan keluarganya, perkenalkan bahwa Anda petugas yang akan
melakukan tindakan medik.
b. Jelaskan tentang diagnosis dan penatalaksanaan pada retensio plasenta.
c. Jelaskan bahwa setiap tindakan medik mengandung risiko, baik yang telah
diduga sebelumnya, maupun tidak
d. Pastikan bahwa pasien dan keluarganya telah mengerti dan jelas tentang
penjelasan tersebut di atas
e. Beri kesempatan kepada pasien dan keluarganya untuk mendapat penjelasan
ulang apabila ragu dan belum mengerti
f. Setelah pasien dan keluarganya mengerti dan memberikan persetujuan untuk
dilakukan tindakan ini, minta persetujuan secara tertulis dengan mengisi dan
menandatangani formulir yang telah disediakan

8
g. Masukkan lembar persetujuan tindakan yang telah ditandatangani kedalam
rekam medik pasien

2. Tindakan Penetrasi Ke Kavum Uteri


a. Intruksikan asisten untuk memberikan sedatif dan analgetik melalui
karetinfuse.
b. Lakukan kateterisasi kandung kemih. Pastikan kateter masuk kedalam
kandung kemih dengan benar dan cabut kateter setelah kandung kemih
dikosongkan.
c. Jepit tali pusat dengan kocher kemudian tegakan tali pusat sejajar lantai.
d. Secara obstetrik masukkan satu tangan (punggung tangan ke bawah) ke
dalam vagina dengan menelusuri tali pusat bagian bawah.
e. Setelah tangan mencapai pembukaan serviks, minta asisten untuk
memegang kocher kemudian tangan lain penolong menahan fundus uteri.
f. Sambil menahan fundus uteri, masukan tangan ke dalam kavum uteri
sehingga mencapai tempat implantasi plasenta.
g. Buka tangan obstetric menjadi seperti memberi salam (ibu jari merapatke
pangkal jari telunjuk).
h. Melepas Plasenta dari Dinding Uterus
1) Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta yang paling bawah.
 Bila berada di belakang, tali pusat tetap di sebelah atas. Bila dibagian
depan, pindahkan tangan ke bagian depan tali pusat dengan punggung
tangan menghadap ke atas.
 Bila plasenta di bagian belakang, lepaskan plasenta dari tempat
implantasinya dengan jalan menyelipkan ujung jari di antara plasenta
dan dinding uterus, dengan punggung tangan menghadap ke dinding
dalam uterus.
 Bila plasenta di bagian depan, lakukan hal yang sama (dinding tangan
pada dinding kavun uteri) tetapi tali pusat berada di bawah telapak
tangan kanan.

9
2) Kemudian gerakan tangan kanan menyusuri plasenta dengan bagian ulnar
sambil bergeser ke cranial sehingga semua permukaan maternal plasenta
dapat dilepaskan.
 Catatan : Sambil melakukan tindakan, perhatikan keadaan ibu
(pasien), lakukan penanganan yang sesuai bila terjadi penyulit.
 Sementara satu tangan masih berada di kavum uteri, lakukan
eksplorasi ulangan untuk memastikan tidak ada bagian plasenta yang
masih melekat pada dinding uterus.
 Pindahkan tangan luar ke supra simfisis untuk menahan uterus pada
saat plasenta dikeluarkan.
 Instruksikan asisten yang memegang kocher untuk menarik tali pusat
sambil tangan dalam menarik plasenta ke luar (hindari percikan
darah).
 Letakan plasenta ke dalam tempat yang telah disediakan.
 Lakukan sedikit pendorongan uterus (dengan tangan luar) ke
dorsokranial setelah plasenta lahir.
 Perhatikan kontraksi uterus dan jumlah perdarahan yang keluar

3. Dekontaminasi Pasca Tindakan


Alat-alat yang digunakan untuk menolong di dekontaminasi, termasuk sarung
tangan yang telah di guanakan penolong ke dalam larutan antiseptik.
a. Sementara masih menggunakan sarung tangan, masukkan bahan dan
instrumen yang akan dipergunakan lagi ke dalam wadah yang mengandung
klorin 0,5% dan rendam selama 10-20 menit.
b. Buang bahan habis pakai ke dalam tempat sampah yang tersedia
(mengandung larutan klorin 0,5%)
c. Bersihkan bagian-bagian yang tercemar oleh darah atau cairan tubuh dengan
larutan klorin 0,5%
d. Bersihkan sarung tangan dengan larutan klorin 0,5%, kemudian lepaskan
secara terbalik dan rendam dalam larutan tersebut
4. Cuci Tangan Pasca Tindakan

10
Mencuci kedua tangan setelah tindakan untuk mencegah infeksi. Setelah
melepas sarung tangan, cuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir.
Keringkan tangan dengan handuk yang bersih.
5. Perawatan Pasca Tindakan
a. Periksa kembali tanda vital pasien, segera lakukan tindakan dan instruksi
apabila masih diperlukan.
b. Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan di dalam kolom
yangtersedia.
c. Buat instruksi pengobatan lanjutan dan hal-hal penting untuk dipantau.
d. Jelaskan pada pasien dan keluarganya bahwa tindakan telah selesai
dilaksanakan dan pasien masih memerlukan perawatan.
e. Beritahukan pada pasien dan keluarganya bahwa tindakan telah selesai
tetapi pasien masih memerlukan perawatan.
f. Jelaskan pada petugas tentang perawatan apa yang masih diperlukan, lama
perawatan dan apa yang perlu dilaporkan (di Rumah Sakit).
g. Tegaskan pada petugas yang merawat untuk menjalankan instruksi
perawatan dan pengobatan serta laporkan bila pada pemantauan lanjut
ditemukan perubahan-perubahan.

11
PROSEDUR KLINIK MANUAL PLASENTA

Penuntun Belajar Keterampilan Klinik


Plasenta Manual
LANGKAH/KEGIATAN
PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK
1. Sapa pasien dan keluarga, perkenalkan bahwa anda petugas yang akan melakukan
tindakan medik
2. Jelaskan tentang diagnosis dan penatalaksanaan
3. Jelaskan bahwa setiap tindakan medik, mengandung risiko, baik yang telah diduga
sebelumnya, maupun tidak
4. Pastikan bahwa pasien dan keluarganya telah mengerti dan jelas tentang
penjelasan tersebut diatas
5. Beri kesempatan kepada pasien dan keluarganya untuk mendapat penjelasan
ulang, apabila ragu atau belum mengerti
6. Setelah pasien dan keluarganya mengerti dan memberikan persetujuan untuk
dilakukan tindakan ini, mintakan persetujuan secara tertulis, dengan mengisi dan
menandatangani formulir yang telah disediakaan
7. Masukkan lembar Persetujuan Tindakan Medik yang telah diisi dan
ditandatangani kedalam catatan medik pasien
8. Serahkan kembali catatan medik pasien setelah diperiksa kelengkapannya, catatan
kondisi pasien dan pelaksanaan instruksi
PERSIAPAN SEBELUM TINDAKAN
A. PASIEN
9. Cairan dan selang infus sudah terpasang. Perut bawah dan lipat paha sudah
dibersihkan dengan air dan sabun
10. Uji fungsi dan kelengkapan peralatan resusitasi kardiopulmoner
11. Siapkan kain alas bokong, sarung kaki dan penutup perut bawah
12. Medikamentosa:
a. Analgetika (Pethidin 1-2 mg/kgBB, Ketamin HCl 0,5 mg/kgBB, Tramadol 1-
2 mg/kgBB)
b. Sedativa (Diazepam 10 mg)
c. Atropin Sulfas 0,25-0,50 mg/ml
d. Uterotonika (Oksitosin, Ergometrin, Prostaglandin)
13. Larutan Antiseptik (Povidon Iodin 10%)
14. Oksigen dengan Regulator
B. PENOLONG (Operator dan Asisten)
15. Baju kamar tindakan, pelapis plastik, masker dan kacamata pelindung: 3 set
16. Sarung tangan DTT/Steril: 4 pasang
17. Alas kaki (Sepatu/”boot” karet): 3 pasang
18. Instrumen:
a. Kocher: 2, Tabung suntik 5 ml dan jarum suntik No. 23 G
b. Mangkuk logam (wadah plasenta): 1
c. Kateter karet dan penampung air kemih: 1
d. Benang kromik 1/0, plain 0, sutra 2/0: 1 rol (masing-masing)
e. Partus set: 1 set
PENCEGAHAN INFEKSI SEBELUM TINDAKAN
19. Cuci tangan hingga siku dengan sabun dibawah air mengalir
20. Keringkan tangan dengan handuk DTT
21. Pakai baju dan alas kaki kamar tindakan, masker dan kacamata pelindung

12
22. Pakai sarung tangan DTT/Steril
23. Pasien dengan posisi lithotomi, pasangkan alas bokong, sarung kaki dan penutup
perut bawah, fiksasi dengan klem kain
TINDAKAN PENETRASI KE KAVUM UTERI
24. Instruksikan asisten untuk memberikan sedativa dan analgetik melalui karet infus
(Pethidin diberikan intramuskuler)
25. Dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri, sisihkan labium mayus kiri dan kanan ke
lateral sehingga tampak muara urethra, dengan ibu jari dan telunjuk tangan kanan,
masukkan kateter ke urethra hingga 0,5 cm, lepaskan labium mayus, pindahkan
telunjuk kiri ke dinding depan vagina (dasar urethra) kemudian dorong kateter
(dengan tuntunan telunjuk kiri) hingga memasuki kandung kemih
26. Setelah kandung kemih dikosongkan. Lepaskan kateter, masukkan ke dalam
wadah yang tersedia. Dengan tangan kiri, jepit tali pusat dengan kocher kemudian
tegangkan tali pusat sejajar lantai
27. Secara obstetrik tangan kanan (punggung tangan kebawah) dimasukkan ke vagina
dengan menelusuri tali pusat bagian bawah
28. Setelah tangan kanan mencapai pembukaan serviks, minta asisten untuk
memegang kocher, kemudian tangan kiri penolong menahan fundus uteri
29. Sambil menahan fundus uteri dengan tangan kiri, tangan kanan masuk kedalam
cavum uteri hingga mencapai tempat implantasi plasenta
30. Buka tangan obstetrik menjadi seperti memberi salam, dengan ibu jari merapat ke
pangkal jari telunjuk
MELEPAS PLASENTA DARI DINDING UTERUS
31. Tentukan implantasi plasenta di corpus uteri bagian belakang atau bagian depan,
temukan tepi plasenta yang paling bawah
32. Bila berada di belakang, tali pusat tetap disebelah atas. Bila di bagian depan,
pindahkan tangan ke bagian depan tali pusat dengan punggung tangan menghadap
ke atas
33. Bila plasenta di bagian belakang, lepaskan plasenta dari tempat implantasinya
dengan jalan menyelipkan ujung jari diantara plasenta dan dinding uterus. Bila
plasenta di bagian depan, lakukan hal yang sama (punggung tangan menghadap
dinding uterus) tetapi tali pusat berada dibawah telapak tangan kanan
34. Kemudian gerakkan tangan kanan kekiri dan kanan sambil bergeser ke kranial
sehingga semua permukaan maternal plasenta dapat dilepaskan.
35. Sambil melakukan tindakan, perhatikan keadaan ibu (pasien), lakukan penanganan
yang sesuai bila terjadi penyulit.
MENGELUARKAN PLASENTA
36. Sementara tangan kanan masih di dalam cavum uteri, lakukan eksplorasi ulangan
untuk memastikan tidak ada bagian plasenta yang masih melekat pada dinding
uterus.
37. Pindahkan tangan kiri ke supra simfisis untuk menehan uterus bagian bawah.
38. Kemudian instruksikan asisten yang memegang kocher untuk menarik tali pusat
sambil tangan kanan menarik plasenta keluar.
39. Setelah plasenta lahir, letakkan plasenta ke dalam tempat yang telah disediakan.
40. Tangan kiri sedikit mendorong uterus ke dorsokranial (untuk mengembalikan
posisi uterus).
41. Perhatiakn kontraksi uterus dan jumlah perdarahan yang keluar.
DEKONTAMINASI
42. Sementara masih menggunakan sarung tangan, masukkan bahan dan instrumen
yang akan dipergunakan lagi kedalam wadah yang mengandung klorin 0.5 % dan
rendam selama 10-20 menit.
43. Buang bahan habis pakai kedalam tempat sampah yang tersedia (mengandung

13
larutan klorin 0.5 %).
44. Bersihkan bagian-bagian yang tercemar darah atau cairan tubuh dengan larutan
klorin 0.5 %.
45. Bersihkan sarung tangan dengan larutan klorin 0.5 %, kemudian lepaskan secara
terbalik dan rendam dalam larutan tersebut.
CUCI TANGAN PASCA TINDAKAN
46. Setelah melepas sarung tangan, cuci tangan kembali dengan sabun dibawah air
mengalir.
47. Keringkan tangan dengan handuk/tisu yang bersih.
PERAWATAN PASCA TINDAKAN
48. Periksa kembali tanda vital pasien, segera lakukan tindakan dan instruksi apabila
diperlukan.
49. Catat kondisi pasien pasca tindakan dan buat laporan tindakan didalam kolom
yang tersedia pada catatan medik penderita.
50. Buat instruksi pengobatan lanjutan dan hal-hal penting yang memerlukan
pemantauan ketat. (pitosin drip diberikan hingga 6 jam pasca tindakan.). Bila
keadaan umum baik, lepaskan infus.
51. Beritahukan pada pasien dan keluarganya bahwa tindakan telah selesai
dilaksanakan dan pasien masih memerlukan perawatan.
52. Bersama petugas yang akan melakukan perawatan, jelaskan perawatan apa yang
masih diperlukan, lama perawatan serta laporkan pada petugas jika ada keluhan/
gangguan pasca tindakan.
53. Tegaskan pada petugas yang merawat untuk menjalankan instruksi perawatan dan
pengobatan serta laporkan segera bila pada pemantauan lanjut ditemukan
perubahan-perubahan seperti yang ditulis dalam catatan paska tindakan.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. F. Gary Cunningham, Norman F. Gant, Kenneth J. Leveno, et all. 2014.


Obstretics Williams. Ed 24. Hal : 1128-1113
2. Modul “Safe Motherhood” Dalam Kurikulum Inti Pendidikan Dokter di
Indonesia. Jakarta: Konsorsium Ilmu Kesehatan Depdikbud & Depkes &WHO;
1997. Hal: IID-7 – IID-10.
3. Journal of pregnancy. Manual removal of te placenta after vaginal delivery: An
Unsolved problem in obstretics.Vol 2014.Hindawi publishing corporation.
4. Open Journal of Obstretics and gynecology. Manual removal of the placenta:
Evaluation of some risk factors and management outcome in a tertiarymartenity
unit. 2013. Hal 279-284.
5. Saifuddin, AB,dkk. 2009. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta :
PT Bina Sarwono Prawiroharjo
6. Supono. Ilmu Kebidanan. Palembang: FK Unsri; 1985.
7. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka; 2008.
8. Nugroho, Taufan. 2011. Obstetri. Yogyakarta: Nuha Medika
9. Rustam M. 2011. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC
10. Muaba. 2010. Ilmu kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta: EGC

15
SOAL UKMPPD

1. Perempuan, 24 tahun P2A0 datang ke IGD diantar bidan dengan keluhan perdarahan
dari jalan lahir. Dari keterangan bidan pasien 1 jam yang lalu melahirkan anak
keduanya di bidan tetapi plasenta belum lahir. Pada pemeriksaan fisik tanda vital
normal, tampak perdarahan dari jalan lahir, dan teraba massa lunak didalam vagina.
Diagnosis pada kasus diatas adalah…
A. Plasenta previa
B. Solusio plasenta
C. Atonia uteri
D. Inversion uteri
E. Retensio uteri
2. Selama kala III persalinan, manakah yang bukan merupakan tanda lepasnya
plasenta?
A. Nyeri perut
B. Rasa ingin mengedan
C. Protusi plasenta keluar dari vagina
D. Uterus naik ke abdomen
E. Gush of blood

3. Ny. Fadila berusia 35 tahun, P2A1 dirujuk dari bidan ke IGD rumah sakit dengan
perdarahan pervaginam pasien pasca melahirkan 1 jam yang lalu dengan berat bayi
4200 gr dan tampak tali pusat masih dijepit dengan klem. Dari pemeriksaan fisik
didapatkan keadaan umum lemah, TD 110/70 mmHg, HR : 120x/I, RR : 24x/I,
kontraksi uterus baik. Apa diagnosis yang tepat ?
A. Atonia uteri
B. Ruptur uteri
C. Sisa plasenta
D. Retensio plasenta
E. Laserasi serviks

16
4. Ny Sonia 28 tahun datang dengan keluhan perdarahan yang tidak berhenti sejak
melahirkan 2 jam SMRS. Plasenta lahir lengkap dan tidak ada robekan jalan
lahir. Sebelumnya riwayat bidan menarik-narik tali pusat dengan kuat. Pada
pemeriksaan fisik didapat TTV dalam batas normal, fundus uteri tidak teraba,
ditemukan benjolan keluar dari jalan lahir. Tatalaksana awal yang tepat ?
A. laparatomi
B. histerektomi
C. reposisi
D. manual plasenta
E. penjahitan robekan jalan lahir
5. Ny. Saskia 29 tahun G2P1A0 datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri perut
makin sering. Pada pemeriksaan dalam ditemukan pembukaan 6 cm, ketuban
masih utuh, TFU 33cm, bundle ring sign (+), bagian janin teraba jelas. Riwayat
hipertensi dan DM (=). Apa diagnose pasien tersebut ?
A. Solusio plasenta
B. Plasenta previa
C. Kala 1 fase aktif
D. Rupture uteri inkomplit
E. Rupture uteri komplit
6. Ny Dina 30 tahun hamil 37 minggu datang dengan keluar darah dari vagina
sejak 3 jam yang lalu. Darah terlihat merah terang tanpa disertai nyeri. Hasil
pemeriksaan USG menunjukan pembuluh daarah pada selaput ketuban didepan
ostium uteri internum. Apa diagnosis yang tepat ?
A. Plasenta previa
B. Solusio plasenta
C. Tali muka terkemuka
D. Tali pusat membumbung
E. Vasa previa
7. Ny. Tuti 20 tahun G1 hamil aterm datang dengan keluhan mulas sejak 8 jam
yang lalu. Tidak ada keluar air-air maupun darah. Hasil pemeriksaantanda vital
dalam batas normal. Pemeriksaan luar TFU sesuai usia kehamilan, DJJ 140x/I,
presentasi kepala sudah masuk PAP, kontraksi 4 kali dalam 10 menit selama 40

17
detik. Saat dilakukan pemeriksaan dalam pembukaan 8 cm, cairan ketuban utuh.
Sekitar 2 jam kemudian, kepala crowning, dokter memecahkan cairan ketuban
dan memimpin meneran, bayi lahir sekitar 10 menit kemudian dengan skor
APGAR 8/9. Tindakan yang harus dilakukan selanjutnya?
A. Peregangan tali pusat terkendali
B. Injeksi uterotonika
C. Mesase uterus
D. Menilai perdarahan
E. Manual plasenta
8. Ny. Cece usia 24 tahun P2A0 datang ke IGD setelah melahirkan 1 jam yang lalu
di bidan, plasenta belum berhasil dikeluarkan walaupun sudah dilakukan
manajemen kala III. Tindakan apakah yang paling tepat dilakukan ?
A. injeksi oksitosin
B. injeksi metilergometrin
C. misoprostol
D. section caesarea
E. manual plasenta
9. Wanita 28 tahun sehabis melahirkan anak pertama di dukun dibawa ke UGD
oleh keluarganya karena plasenta belum lahir setelah 2 jam. Pasien tampak
lemah, tekanan darah 90/50 mmHg , nadi 105x/I, nafas 28 x/i. Tindakan apa
yang awal untuk dilakukan ?
A. Tampon vagina
B. Manual plasenta
C. Transfuse daraah
D. Resusitasi cairan
E. Message uterus
10. Pada kasus diatas tintadakan apa yang tepat dilakukan ?
A. Tampon vagina
B. Manual plasenta
C. Transfuse daraah
D. Resusitasi cairan
E. Message uterus

18

Anda mungkin juga menyukai