Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Loss dan
Optimasi Proses Rework Margarin di PT Unilever Indonesia Tbk., Cikarang
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, April 2014
Margarin merupakan sebuah emulsi dengan tipe emulsi water in oil (W/O)
yaitu fase air berada dalam fase minyak atau lemak. Syarat umum suatu margarin
antara lain mengandung tidak kurang 80% lemak, air, bahan pengemulsi, garam,
bahan pengawet, pewarna, pewangi (dalam batas yang aman) serta vitamin.
Selama ini terjadi loss dari MPU baik loss in process maupun give away. Selain
itu, setelah produksi setiap dua minggu atau apabila ada akumulasi produk pada
jalur produksi dilakukan proses clean in place (CIP). Air bilasan CIP tersebut
dapat digunakan untuk rework sebagai bahan baku margarin batch selanjutnya.
Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi loss pada masing-masing mesin
filling, menghitung jumlah air yang ditambahkan berdasarkan kesetimbangan
massa yang akan digunakan untuk uji coba, mengevaluasi mutu produk setelah uji
coba berdasarkan kadar air produk sesuai dengan ketentuan SNI, dan menetapkan
jumlah air yang ditambahkan berdasarkan evaluasi setelah uji coba. Total loss
terbanyak terjadi pada MPU 4 dan air bilasan setelah CIP yang dapat digunakan
untuk formulasi adalah 280 kg untuk menghasilkan produk margarin yang sesuai
dengan ketentuan SNI.
Kata kunci: clean in place, loss, margarin, rework.
ABSTRACT
ADITYA ARGA KUSUMA. Loss Analysis and Rework Process Optimization of
Margarine at PT Unilever Indonesia Tbk., Cikarang. Supervised by NURHENI
SRI PALUPI and WULAN EKAPUTRI.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
pada
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Tanggal Lulus:
Judul Skripsi : Analisis Loss dan Optimasi Proses Rework Margarin
di PT Unilever Indonesia Thk. , Cikarang
Nama : Aditya Arga Kusuma
NIM : F24090003
Disetujui oleh
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi yang berjudul Analisis Loss dan Optimasi Proses Rework
Margarin di PT Unilever Indonesia Tbk., Cikarang. Penelitian ini bertujuan
mengidentifikasi loss pada masing-masing mesin filling, menghitung jumlah air
yang ditambahkan berdasarkan kesetimbangan massa yang akan digunakan untuk
uji coba, mengevaluasi mutu produk setelah uji coba berdasarkan kadar air produk
sesuai dengan ketentuan SNI, dan menetapkan jumlah air yang ditambahkan
berdasarkan evaluasi setelah uji coba. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Maret sampai Juni 2013 di Pabrik Margarin PT Unilever Indonesia Tbk.,
Cikarang.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Dr. Ir. Nurheni Sri
Palupi, M.Si selaku dosen pembimbing akademik dan skripsi yang selama ini
memberikan waktu, bimbingan, kritik, saran, semangat, dan nasehat kepada
penulis dalam menyelesaikan kuliah. Selain itu, ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada Wulan Ekaputri, S. TP. selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah memberikan waktu, bimbingan, kritik, dan sarannya selama penelitian
ini.
Rasa hormat dan terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu tercinta Eko Sri
Lestari dan Bapak Kusnadi yang telah mendidik, membimbing, memberikan doa,
semangat, dukungan moril, dan material dengan tulus selama ini. Kepada adik
tercinta Ariel Dwi Putra Kusuma atas semangat dan dukungannya.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang
membantu selama penelitian, Kak Henni, Bu Heddy, Mas Johan Eka, Mas Johan
Wahono, Mas Kiel, Mas Saomin, Mas Dedi, Mas Yusman, Mas Edi, seluruh staff
Quality Control, dan staff produksi Blue Band. Penulis juga berterima kasih
kepada teman-teman satu tim sebimbingan skripsi, Nur Maimunita, Grace, dan
Kak Michael atas kerjasamanya. Kepada Lutfhan, Ahmad Fahmi, Yonas, Raki,
Jian, Sobich, dan teman-teman ITP 46 atas persahabatan, sharing ilmu dan
semangatnya. Terima kasih buat sahabatku Iddea, Putri, Eldysa, Rio, Kak Tito
Tegar, Kak Ical, Kak Harum atas semangat, bantuan, dan rasa kekeluargaannya.
Semoga skripsi ini bermanfaat.
DAFTAR TABEL
1 Ketentuan berat dalam keadaan terbungkus 6
2 Standar kualitas margarin (SNI-01-3541-2002) 7
3 Syarat mutu air mineral alami (SNI-01-6242-2000) 8
4 Mesin dan produk yang dihasilkan 12
5 Toleransi berat margarin dalam kemasan 13
6 Perbandingan mutu berdasarkan cara pembersihan metode CIP 1, CIP 2, dan
CIP 3 27
DAFTAR LAMPIRAN
1 Data air panas yang tertinggal pada jalur tangki hot water-premix 32
2 Jumlah air yang tertinggal pada jalur premix-MPU 1-mesin filling 32
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) identifikasi loss pada masing-masing
mesin filling, (2) menghitung jumlah air yang ditambahkan berdasarkan
kesetimbangan massa yang akan digunakan untuk uji coba, (3) mengevaluasi
mutu produk setelah uji coba berdasarkan kadar air produk sesuai dengan
ketentuan SNI, dan (4) menetapkan jumlah air yang ditambahkan berdasarkan
evaluasi setelah uji coba.
2
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Margarin
Margarin adalah produk pangan berbentuk emulsi dengan tipe emulsi water
in oil atau air dalam minyak. Menurut SNI 01-3541-2002 (BSN 2002), margarin
adalah produk makanan berbentuk emulsi padat atau semi padat yang dibuat dari
lemak nabati dan air, dengan atau tanpa penambahan bahan lain yang diizinkan.
Standar tersebut juga menyebutkan bahwa margarin harus memiliki kandungan
lemak minimal 80% dan kandungan air maksimal 18%. Ditinjau dari segi
mikrostruktur, margarin adalah emulsi air di dalam minyak yang mengandung
droplet air terdispersi berdiameter 5-10 m. Jumlah lemak terkristalisasi dalam
fase kontinu campuran minyak dan lemak sangat menentukan kekuatan/kekerasan
produk (Podmore 1994). Saat ini, karakteristik margarin telah disesuaikan dengan
kebutuhan pasar, seperti spreadability setelah dikeluarkan dari lemari pendingin,
kandungan asam lemak polyunsaturated, dan efek yang optimal dalam pembuatan
produk panggang. Ciri-ciri margarin yang menonjol adalah bersifat plastis, padat
pada suhu ruang, agak keras pada suhu rendah, teksturnya mudah dioleskan, serta
segera dapat mencair di dalam mulut (Astawan 2004).
Karakteristik fisik margarin sebagian besar dikendalikan oleh kandungan
padatan lemak, misalnya karakteristik titik cair dan spreadability. Jumlah padatan
yang diperlukan bergantung pada efek yang diharapkan pada adonan dan prosedur
persiapan adonan (Young et al. 1994). Beberapa fungsi dari lemak dalam aplikasi
bakery antara lain sebagai pelicin dan pelembut, menciptakan sistem aerasi pada
adonan dan lapisan yang tidak mudah ditembus, serta memberikan sifat emulsifier
dan flavor (Podmore 1994).
Karakteristik fisik yang penting dari margarin adalah tekstur, kekuatan, dan
daya gunanya. Karakteristik tersebut terutama dipengaruhi oleh perbandingan
solid-liquid, titik cair kristal, geometri kristal (ukuran, bentuk, alignment), tingkat
pembentukan campuran kristal, dan kemampuan kristal untuk saling menyatu
membentuk sebuah jaringan. Menurut Bumbalough (2000), karakteristik fisik
margarin, terutama tekstur, spreadability, warna, penampakan, dan melting point,
merupakan fungsi dari struktur lemak dan kondisi proses yang digunakan dalam
proses produksi. Pada umumnya, semakin besar jumlah trigliserida padat dalam
campuran, kekakuan jaringan akan semakin meningkat karena terjadi peningkatan
jumlah kristal dan kekuatan saling menyatu di antara kristal-kristal tersebut.
Perubahan suhu secara nyata akan mengubah kekuatan dan plastisitas produk
dengan perubahan pada jumlah kristal yang ada, kekerasan, dan viskositas dari
trigliserida cair. Kristalisasi lemak diawali dengan pembentukan inti kristal
(nucleation) dalam sistem supercooled. Laju pendinginan, agitasi, dan tingkat
pendinginan akan menentukan kecepatan pertumbuhan kristal, ukuran kristal, dan
aglomerasi kristal, yang selanjutnya akan berpengaruh pada tekstur dan
karakteristik pencairan dari produk (Podmore 1994).
Polimorfisme merupakan suatu fenomena pada kristal lemak yang dapat
berada dalam bentuk berbeda-beda. Satu jenis trigliserida dapat memiliki lebih
dari satu bentuk kristal yang berbeda-beda titik cairnya. Lemak dan trigliserida
dapat memiliki tiga bentuk kristal dasar, yaitu (alfa), ` (beta prime), dan
4
(beta). Kristal alfa adalah bentuk yang paling tidak stabil dan memiliki titik cair
terendah, sedangkan kristal beta memiliki kestabilan dan titik cair paling tinggi.
Ketiga bentuk kristal tersebut dapat berada dalam bermacam-macam kombinasi,
sehingga setiap trigliserida akan memiliki perilaku polimorfisme dan pencairan
masing-masing (Timms 1994). Ukuran kristal lemak biasanya berkisar antara 1-10
m. Kristal alfa berbentuk datar, transparan, dengan ukuran sekitar 5 m. Kristal
beta-prime berbentuk seperti jarum dengan panjang sekitar 1 m. Kristal beta
berbentuk besar, kasar, dan berukuran 25-50 m. Jika suatu lemak didinginkan
dengan cepat, maka akan cenderung membentuk kristal alfa yang kecil. Namun
bentuk tersebut tidak berlangsung lama dan dengan cepat berubah menjadi bentuk
beta-prime yang memiliki kecenderungan tinggi untuk mengeras. Kristal beta-
prime dapat berubah menjadi kristal beta yang paling stabil, bergantung pada
trigliserida penyusun dan suhunya. Dua tipe polimorfisme kristal lemak yaitu
enantiotropisme (reversibel) dan monotropisme (irreversibel). Hampir semua
polimorfisme trigliserida bersifat monotropik, kristal bertitik cair rendah hanya
dapat bertransformasi menjadi bentuk kristal dengan titik cair yang lebih tinggi.
Proses kristalisasi berlangsung sangat cepat pada bentuk kristal bertitik cair
rendah. Kemudian kristal tersebut dapat bertransformasi menjadi kristal dengan
titik cair yang lebih tinggi dan kecepatan transformasinya merupakan fungsi dari
temperatur. Apabila kristal dicairkan dan lemak cair tersebut didinginkan kembali
dapat dihasilkan kembali kristal dengan titik cair rendah.
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan margarin adalah minyak
nabati, garam, air, monodigliserida, BHA/BHT, asam sitrat, dan trinatrium sitrat,
vitamin B2, -karoten, EDTA, dan flavor. Setiap komponen memiliki peran dan
fungsi masing-masing baik dalam produk itu sendiri maupun dalam
penggunaannya sebagai bahan baku pembuatan kue.
Minyak nabati merupakan komponen terbesar dalam pembuatan margarin.
Ada tiga jenis minyak nabati yang digunakan, yaitu minyak kelapa sawit (palm
oil/PO), minyak kelapa (coconut oil/CN), dan minyak kelapa sawit terhidrogenasi
(palm oil solid fraction/POs50). Masing-masing minyak berperan dalam
membentuk karakteristik margarin yang dihasilkan. Palm oil merupakan minyak
nabati yang diekstrak dari daging buah kelapa sawit. Beberapa kelebihan dari
minyak tersebut antara lain adalah dapat memberikan kandungan lemak padat
(solid fat content) yang dibutuhkan dengan sedikit atau tanpa hidrogenasi,
mendukung pembentukan kristal ` untuk menghasilkan struktur yang baik, dan
mudah didapatkan dengan harga yang kompetitif (Padley et al. 1994). Coconut oil
merupakan komponen minyak terbesar kedua setelah palm oil. Coconut oil
berkontribusi pada tekstur kelembutan margarin yang dihasilkan dan berpengaruh
terhadap melting point dan solid fat content dari campuran minyak (Padley et al.
1994). Komponen minyak yang memiliki presentase paling kecil dalam margarin
adalah palm oil solid fraction (POs50) atau minyak kelapa sawit terhidrogenasi.
Proses hidrogenasi yaitu penambahan hidrogen pada ikatan tidak jenuh dari
trigliserida. Proses tersebut menyebabkan minyak kelapa sawit yang sebelumnya
berwujud cair berubah menjadi padat. Lawson (1995) menyatakan bahwa minyak
kelapa sawit terhidrogenasi merupakan salah satu minyak yang memiliki
kecenderungan kuat dalam pembentukan kristal `.
Air merupakan komponen kedua terpenting setelah minyak untuk
menghasilkan suatu emulsi air dalam minyak. Molekul-molekul air dalam
5
margarin terperangkap atau terdispersi dalam kristal dan cairan minyak sebagai
fase kontinu. Menurut SNI 01-3541-2002 (BSN 2002), kadar air margarin adalah
maksimal 18%. Margarin merupakan emulsi air yang terdispersi dalam globula-
globula minyak. Emulsifier yang digunakan pada produk margarin adalah
campuran mono- dan di-gliserida yang dihasilkan secara sintetis melalui reaksi
esterifikasi asam lemak dan gliserol. Menurut Winarno (1997), mono- dan di-
gliserida mengandung gugus karboksil yang bersifat lipofilik dan gugus hidroksil
yang bersifat hidrofilik yang dapat bertindak sebagai emulsifier.
Bahan baku lain yang penting dalam pembuatan margarin adalah garam.
Penambahan garam bertujuan untuk menambah rasa, menghambat pertumbuhan
mikroorganisme pada makanan, serta sebagai pengawet karena adanya tekanan
osmotik dimana larutan menjadi hipertonik sehingga air dalam sel akan keluar
akibatnya sel bakteri akan kekeringan serta menurunkan kemampuannya untuk
mengikat air bebas (Padley et al. 1994). Margarin yang dihasilkan memiliki kadar
garam sekitar 2.4-2.5%. Untuk melindungi dari proses oksidasi digunakan
antioksidan dalam pembuatan margarin. Antioksidan yang digunakan adalah
antioksidan primer dan antioksidan sekunder. Antioksidan primer yang digunakan
dalam pembuatan margarin adalah Butylated Hidroxyanisole (BHA) dan
Butylated Hydroxytoluene (BHT). Sedangkan antioksidan sekunder yang
digunakan adalah asam sitrat dan trinatrium sitrat.
Penentuan mutu bahan pangan pada umumnya melibatkan faktor cita rasa,
warna, tekstur, dan nilai gizi. Faktor warna seringkali menjadi bahan
pertimbangan awal secara visual yang sangat menentukan. Oleh karena itu,
produk margarin menggunakan pewarna tambahan -karoten untuk memperbaiki
warna sekaligus memperkuat warna asli margarin. -karoten tergolong ke dalam
kelompok pigmen karotenoid yang memberikan warna kuning sampai merah
jingga. Pigmen tersebut larut dalam lipida (minyak) sehingga dalam proses
produksi margarin dilarutkan dalam media coconut oil bersama dengan bumbu-
bumbu lainnya.
Ethylene Diamine Tetraacetic Acid (EDTA) adalah suatu sekuestran yang
dapat mengkelat logam. Menurut Winarno (1997), zat pengikat logam atau
sekuestran merupakan bahan penstabil yang digunakan dalam berbagai
pengolahan bahan makanan. Sekuestran dapat mengikat logam dalam bentuk
ikatan kompleks sehingga dapat mengalahkan sifat dan pengaruh jelek logam
tersebut dalam bahan. Penambahan senyawa sintetik sebagai flavor juga sering
dilakukan dalam pembuatan margarin. Beberapa senyawa yang penting dalam
menciptakan flavor antara lain golongan diasetil, asam-asam lemak, dan keton
(Young et al. 1994). Komponen yang sering digunakan untuk memberikan flavor
khas mentega antara lain asam butirat, asam lemak rantai pendek, dan senyawa
lactones (Weiss 1983). Bahan baku lain yang penting yang ditambahkan adalah
Vitamin B2 atau juga dikenal sebagai riboflavin. Riboflavin merupakan salah satu
vitamin yang sangat dibutuhkan dalam berbagai proses seluler terutama dalam
metabolisme energi dan metabolisme lemak, protein, dan karbohidrat.
6
Berat dalam keadaan terbungkus (BDKT) adalah suatu ketentuan berat yang
disyaratkan bagi suatu produk dalam keadaan terbungkus. Batas toleransi
maksimal dan minimal produk diatur dalam ketentuan ini. Tabel 1 adalah toleransi
berat dalam keadaan terbungkus berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan RI
No. 31/M-DAG/PER/10/2011. Berat dalam keadaan terbungkus tersebut menjadi
acuan perusahaan untuk menentukan toleransi berat produk dalam keadaan
terbungkus. Biasanya perusahaan menetapkan toleransi berat yang lebih ketat
daripada ketentuan BDKT.
Mutu produk akhir ditentukan oleh mutu bahan baku. Air adalah salah satu
bahan baku yang penting dalam pembuatan margarin. Menurut SNI 01-6242-2000
(BSN 2000), air yang digunakan sebagai bahan baku pangan harus memiliki
persyaratan seperti air mineral alami. Air mineral alami memiliki rentang pH 7
sampai 8. Definisi air mineral alami menurut SNI 01-6242-2000 (BSN 2000)
adalah air yang diperoleh langsung dan sumber alami atau bor dari sumur dalam
dengan proses terkendali untuk menghindari pencemar atau pengaruh luar
terhadap sifat kimia, fisik air mineral alami. Ciri-ciri air mineral alami adalah (1)
kandungan garam mineral tertentu dengan proporsi yang relatif dan adanya trace
element atau zat-zat lainnya, (2) komponennya konstan serta debit dan suhunya
stabil dengan catatan adanya siklus fluktuasi alami yang kecil, (3) diambil dengan
kondisi sedemikian rupa sehingga dapat menjamin keaslian mikroba dan keaslian
serta stabilitas komposisi kimia dari komponen-komponen esensinya, (4) dikemas
di lokasi sumber dengan cara higienis, dan (5) tidak mengalami proses kecuali
pemisahan komponen tak stabil. Tabel 3 menunjukkan syarat mutu air mineral
alami berdasarkan SNI-01-6242-2000.
8
Penyelesaian Masalah
METODE
Bahan
Alat
Peralatan yang digunakan terdiri dari alat produksi margarin dan alat
analisis. Alat untuk produksi margarin adalah premix tank, Margarine Processing
Unit (MPU) dan mesin filling. Sedangkan alat untuk keperluan analisis adalah pH
meter (Mettler Toledo 1140-X), neraca analitik (Mettler Toledo), hotplate, oven,
cawan alumunium, sudip, sendok, labu takar, gelas piala, dan perlengkapan
analisis berupa alat-alat gelas.
Penelitian dilaksanakan selama empat bulan mulai dari bulan Maret sampai
bulan Juni 2013 di PT. Unilever Indonesia Tbk yang berlokasi di Foods Factory
Jalan Jababeka IX Blok D 1-29, Kawasan Industri Jababeka, Cikarang-Bekasi,
Jawa Barat.
Produksi Margarin
Produksi margarin dilakukan melalui beberapa tahapan seperti yang
ditunjukkan oleh Gambar 1 yaitu (1) pencampuran (mixing), (2) pendinginan dan
kristalisasi, (3) pengisian (filling), (4) penuaan (aging), dan (5) pengemasan.
Tahap pencampuran dilakukan di premix tank secara semi otomatis. Pemasukan
minyak nabati, larutan garam, air panas, dan larutan emulsifier ke dalam premix
tank dilakukan secara otomatis dengan mekanisme pembukaan dan penutupan
katup pompa sentrifugal. Sedangkan pemasukan bumbu larut minyak dan bumbu
larut air ke dalam premix tank dilakukan secara manual oleh operator. Setelah
semua bahan bercampur menjadi satu, selanjutnya bahan mengalami tahapan
pendinginan dan kristalisasi. Tahapan pendinginan dan kristalisasi terjadi di
Margarine Processing Unit (MPU) yang terdiri dari 3 A-unit dan 2 C-unit. Proses
pendinginan terjadi pada A-unit, sedangkan proses kristalisasi terjadi pada C-unit.
Tahap pendinginan pada A-unit merupakan pendinginan kejut (shock cooling) dan
pemadatan dengan cepat. Proses pendinginan akan menentukan sifat margarin,
yaitu konsistensi, tekstur dan plastisitas. Tujuan dari pendinginan tidak hanya
untuk mengeluarkan panas sehingga terjadi pemadatan, tetapi juga pendinginan
keseluruhan emulsi sehingga diperoleh bentuk dan ukuran kristal yang diharapkan
(Walstra 2003). C-unit berbentuk sebuah silinder yang dilengkapi dengan pins
pada dinding dalam dan rotor yang tersusun spiral untuk memberikan pergerakan
helical selama produk melewati tabung. Rangkaian tersebut memastikan
11
tercukupinya waktu tinggal (residence time) yang panjang (beberapa menit) untuk
menciptakan kondisi kesetimbangan dalam kristalisasi dan menjaga konsistensi
emulsi agar tetap dapat dipompa untuk proses selanjutnya. Tahap kristalisasi tidak
disertai pendinginan dan hanya berfungsi mempertahankan lemak dalam keadaan
pengadukan (agitasi) yang seragam ketika proses kristalisasi berlangsung
(Bumbalough 2000). Setelah melewati Margarine Processing Unit, margarin akan
dialirkan ke mesin-mesin filling. Mesin-mesin filling tersebut mempunyai nama
yang berbeda-beda sesuai dengan spesifikasinya. Mesin filling menggunakan
prinsip pompa piston, sehingga membutuhkan suplai udara bertekanan. Pengisian
dilakukan secara otomatis yaitu setelah berat tertentu tercapai, mesin akan
berhenti melakukan pengisian (Setiawan 2007). Tahap penuaan (aging) adalah
tahap pematangan kristal lemak margarin sehingga konsistensi emulsi tetap
terjaga. Tahap terakhir pada proses produksi margarin adalah pengemasan. Produk
margarin dikemas dengan menggunakan kemasan primer plastik Low Density
Poly Ethylene (LDPE) dan kemasan sekunder kardus Corrugated Fiber Board
(CFB). Proses produksi margarin dapat dilihat pada Gambar 1. Bagian yang
ditandai dengan kotak merah dan biru menunjukkan lokasi akumulasi air.
Oil Oil Oil
Buffer Buffer
Admul Lecitin
sentrifugal
Hot Brine Gear pump Gear pump
Water Holding (sentrifugal) (sentrifugal)
LPP
Premix Premix Pin
(sentrifugal)
LPP
1 A B melter
(senaaatrifug
al)
3 4 5
Margarin
dalam
kemasan
batas spesifikasi yang ditentukan oleh perusahaan. Grafik pada control chart dan
capability process tersebut akan menunjukkan seberapa banyak data overweight
dan underweight tidak memenuhi spesifikasi perusahaan.
Tabel 5 Toleransi berat produk margarin
Berat (gram) Toleransi
BDKT
Produk Unit Berat
Minimum Target Maximum (gram)
(gram)
Margarin 250 gram 1 tube 248 250 252 2 9
Margarin 200 gram 1 sachet 198 200 202 2 9
Margarin 17 gram 10 sachet 168 170 172 2 7.65
Margarin 1000 gram 1 kaleng 995 1000 1005 5 15
Margarin 2000 gram 1 kaleng 1990 2000 2010 10 30
Margarin 4500 gram 1 box 4475 4500 4525 25 67.5
Margarin 15000 gram 1 box 14950 15000 15050 50 150
Pengolaha Data
Data diolah berdasarkan tiga kali ulangan pada masing-masing mesin filling
dan Margarine Processing Unit (MPU). Pengolahan data dilakukan dengan
menggunakan Software Minitab 14 dan Microsoft Excel untuk mendapatkan
capability process dan control chart.
Capability process atau kapabilitas proses adalah ukuran statistik dari
variasi inheren pada suatu peristiwa tertentu dalam proses yang stabil (Nadiah
2011). Menurut Gasperz (1998), kapabilitas proses adalah kemampuan dari proses
dalam menghasilkan produk yang memenuhi spesifikasi. Jika proses memiliki
kapabilitas yang baik, proses itu akan menghasilkan produk yang berada dalam
batas-batas spesifikasi. Capability process didefinisikan sebagai lebarnya proses
(variasi normal) yang dibagi dengan enam sigma dan diukur dengan
menggunakan indeks kapabilitas (Cp), dengan kata lain Cp diartikan sebagai
kesanggupan proses tersebut untuk mencapai hasil tertentu.
Control chart atau bagan kendali merupakan grafik garis yang
mencantumkan batas maksimum dan batas minimum yang merupakan daerah
batas pengendalian (Muhandri dan Kadarisman 2012).
17
Bahan Manusia
Sikap
Pengetahuan
Ketrampilan
Semangat kerja
Overweight
Setting point
1.8 0.03
1.69 0.03
Rata-rata overweight (%)
1.19 0.02
1.8
1.6 100
1.4 80
0.54 0.04
1.2
0.47 0.01
0.47 0.02
0.39 0.01
0.33 0.00
0.24 0.01
1.0 60
0.24 0.01
0.27 0.01
0.21 0.01
0.16 0.00
0.14 0.00
0.8
0.6 40
0.4 20
0.2
0.0 0
1080
1070
Berat (Gram) 1060
1050
1040
1030
1020
1010
1000
990
0 10 20 30 40
Sampel
Berat (gram) Target (gram)
Min Spec (gram) Max Spec (gram)
1080
1070
1060
Berat (Gram)
1050
1040
1030
1020
1010
1000
990
980
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Sampel
Berat (gram) Target (gram)
Min Spec (gram) Max Spec (gram)
180
178
Berat (Gram)
176
174
172
170
168
166
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Sampel
Berat (gram) Target (gram)
Min Spec (gram) Max Spec (gram)
180
175
Berat (Gram)
170
165
160
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Sampel
Berat (gram) Target (gram)
Min Spec (gram) Max Spec (gram)
Selain analisis overweight dilakukan juga loss tree analysis untuk men-
dapatkan total loss dari masing-masing MPU dengan konfigurasi mesin filling
yang berbeda-beda. Loss tree analysis adalah suatu teknik dimana kondisi dan
faktor-faktor dapat berkontribusi secara spesifik terhadap kejadian yang tidak
diinginkan yang diidentifikasi dan ditentukan secara logis (Lacey 2011). Loss tree
analysis ini berupa bagan seperti pohon dengan bagian paling atas disebut top dan
bagian paling bawah disebut down sehingga sering disebut top down analysis.
Bagian paling atas bagan (top) biasanya berupa peristiwa yang khas seperti total
kerugian produksi, sistem keamanan tidak tersedia, ledakan, dan emisi beracun.
Sedangkan bagian paling bawah bagan (down) adalah kesalahan yang umumnya
berupa kesalahan komponen dan kesalahan manusia, seperti rusaknya pompa dan
operator yang tidak merespon (Vesely 2002). Loss tree analysis juga
menunjukkan loss in process dari masing-masing MPU. Total loss (kehilangan
total) adalah jumlah dari give away yang didapat dari overweight ditambah dengan
loss in process. Kehilangan total ditentukan terlebih dahulu yaitu dengan
pengamatan input blending (berat awal proses) dikurangi output blending (berat
akhir proses). Give away ditentukan dengan mengukur rata-rata overweight
(kelebihan berat produk). Kelebihan produk ini ditentukan bersamaan dengan
penentuan kehilangan total yaitu dengan cara menimbang sebanyak 15 sampel
dari masing-masing mesin filling dan dibandingkan dengan standar. Selisih antara
berat produk aktual dengan standar inilah yang disebut dengan kelebihan berat
produk. Loss in process pada masing-masing MPU ditentukan berdasarkan
persamaan sebagai berikut :
Keterangan :
LP = Loss In Process
TL = Total Loss yang dihitung berdasarkan berat awal proses dikurangi dengan berat akhir
proses
GA = Give Away = Overweight yang dihitung berdasarkan selisih antara berat produk aktual
dalam kemasan setelah keluar dari mesin filling dengan berat standar berdasarkan
ketentuan BDKT
Penentuan loss in process tersebut berada di paling akhir proses karena loss
in process tidak dapat diamati secara langsung. Total loss dapat diamati secara
langsung dengan melihat display input dan output yang ada pada komputer MPU.
Pada display komputer MPU tersebut ditampilkan jumlah bahan baku yang masuk
ke dalam premix tank dan produk yang keluar dari mesin filling. Give away atau
overweight dapat diamati secara langsung dengan menimbang berat aktual produk
dalam kemasan setelah keluar dari mesin filling kemudian dikurangi dengan berat
standar produk dalam kemasan sesuai dengan ketentuan BDKT. Selisih antara
total loss dengan give away disebut dengan loss in process (kehilangan selama
proses). Kehilangan selama proses tersebut dapat berupa penguapan air maupun
adanya akumulasi produk dalam jalur produksi. Hal tersebut yang menyebabkan
kehilangan selama proses tidak dapat diamati secara langsung. Kehilangan selama
proses hanya dapat dihitung setelah kehilangan total dan rata-rata kehilangan berat
produk setelah keluar dari mesin filling diketahui.
24
3
2.73 0.02
2.5
Jumlah Loss In Prrocess (%)
2.12 0.02
2
0
Mesin tube, mesin sachet 2, Mesin tube, mesin sachet 2, Mesin tube, mesin sachet 2, Mesin tube, mesin sachet 2,
mesin sachet 3, mesin sachet mesin sachet 3, mesin sachet mesin sachet 3, mesin sachet mesin sachet 3, mesin sachet
5, mesin sachet 6 5, mesin sachet 6 5, mesin sachet 6 5, mesin sachet 6
3.02 0.02
2.70 0.02
Jumlah Loss In Process (%)
2.57 0.01
2.37 0.01
2.39 0.01
2.09 0.01
3.5
1.74 0.00
1.80 0.01
1.54 0.00
3.0
2.5
2.0
1.5
1.0
0.5
0.0
Mesin box 1 Mesin box 1 Mesin box 2 Mesin kaleng Mesin box 1 Mesin kaleng Mesin kaleng Mesin box 1 Mesin kaleng
(15 kg) (15 kg) (15 kg) (1 kg) (15 kg) (2 kg) (2 kg) (4.5 kg), (2 kg)
Mesin sachet
7, Mesin
sachet kecil
1, Mesin
sachet kecil 2
6 5.63 0.03
5 4.69 0.01
4
3
2
1 0.61 0.00
0
Mesin sachet 2,mesin sachet 4, Mesin box 1 (15 kg) Mesin kaleng (1 kg)
mesin sachet 7, mesin sachet kecil 1,
mesin sachet kecil 2
A B
4
Rata-rata Loss In Process (%)
6
2.25 0.49
Jumlah Loss In Process (%)
3.5
3.02 0.02
5
2.73 0.02
3
1.68 0.99
4 2.5
3 2
2 1.5
1
1
0.5
0 0
MPU1 MPU 3 MPU 4 MPU1 MPU 3 MPU 4
Jenis Margarine Processing Unit (MPU) Jenis Margarine Processing Unit (MPU)
Hasil evaluasi dan perbandingan mutu metode CIP 1, CIP 2, dan CIP 3
dapat dilihat pada Tabel 6. Metode CIP yang diinginkan adalah yang
menghasilkan total air Pre-CIP yang paling sedikit, total waktu proses CIP yang
paling singkat, dan pH pada rentang 7 sampai 8. Cara pembersihan dengan
metode CIP 3 menghasilkan total air Pre-CIP sebanyak 1200 kilogram, total
waktu proses CIP selama 117 menit, pH air PDAM yang digunakan untuk CIP
adalah 7.0, pH air bilasan terbesar 7.78 yaitu pada mesin sachet 4, dan pH air
bilasan terkecil 7.48 yaitu pada mesin sachet 2. Hal tersebut menunjukkan bahwa
metode CIP 3 merupakan metode yang paling efisien untuk menghasilkan air
bilasan yang aman untuk ditambahkan sebagai bahan baku produksi margarin
setelah CIP.
Tabel 6 juga menunjukkan hasil evaluasi produk akhir. Berdasarkan SNI,
kadar air margarin adalah 17.0-17.9% sedangkan kadar garam margarin adalah
2.3-2.5%. Pada CIP 1 tanggal 12 Mei 2013 terjadi dua kali perbaikan karena
adanya air bilasan CIP 50 kilogram yang tumpah di metal detektor. Peristiwa
tersebut menyebabkan kadar air margarin yang dihasilkan rendah yaitu 16.4%.
Perbaikan dilakukan dengan penambahan air sebanyak 38 kilogram. Produk
margarin yang dihasilkan setelah perbaikan memiliki kadar air 17% dan kadar
garam 2.52%. Kadar garam yang masih tinggi menyebabkan dilakukan perbaikan
lagi. Proses perbaikan dilakukan dengan penambahan air 20 kilogram dan minyak
sawit sebanyak 20 kilogram. Produk akhir margarin yang dihasilkan setelah
perbaikan kedua memiliki kadar air 17.56% dan kadar garam 2.46%.
Pada CIP 2 tanggal 21 Mei dengan metode yang sama didapat kadar air
17.7% dan kadar garam 2.46%. Sedangkan pada CIP 3 didapat kadar air 17.6%
dan kadar garam 2.46%. Kadar air dan kadar garam tersebut telah memenuhi
standar SNI yaitu pada rentang kadar air 17.0 17.9% serta kadar garam 2.3
2.5%. Hal tersebut menunjukkan bahwa dengan penambahan air sebanyak 150
kilogram dari tangki hot water dan penggunaan air bilasan setelah CIP sebanyak
280 kilogram didapat produk margarin yang sesuai dengan ketentuan SNI.
28
Berdasarkan loss tree analysis, total loss terbanyak terjadi pada Margarine
Processing Unit 4 dengan jalur mesin sachet 2, mesin sachet 4, mesin sachet 7,
mesin sachet kecil 1, dan mesin sachet kecil 2. Semakin banyak jalur produksi,
semakin tinggi loss in process yang terjadi. Rata-rata loss in process yang tinggi
pada Margarine Processing Unit 4 disebabkan oleh berbagai faktor seperti kinerja
mesin yang sudah menurun, umur mesin yang sudah tua, dan sering terjadinya
breakdown.
Berdasarkan analisis kesetimbangan massa jumlah air bilasan setelah CIP
yang dapat digunakan adalah 280 kilogram dengan ketentuan air bilasan tersebut
harus aman yaitu berada pH antara 7 sampai 8. Produk margarin yang dihasilkan
sesuai dengan ketentuan SNI yaitu mempunyai kadar air 17.0-17.9% dan kadar
garam 2.3-2.5%. Perpaduan penggunaan air bilasan setelah CIP sebanyak 280
kilogram untuk optimasi proses rework dan penambahan hot water setelah CIP
sebanyak 150 kilogram akan menghasilkan produk margarin sesuai dengan
ketentuan SNI.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Agung TU. 2009. Analisis kadar khlorida pada air dan air limbah dengan metode
argentometri [Internet]. [diunduh 02 Februari 2014]. Tersedia pada:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13905/1/09E02375.pdf.
Antara IKG. 2008. Kajian kapasitas dan efektivitas resin penukar anion untuk
mengikat klor dan aplikasinya [Internet]. [diunduh 02 Februari 2014]; ISSN
1907-9850:87-92. Tersedia pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/j-
chem/article/download/2713/1925.
Apriandi A. 2011. Aktivitas antioksidan dan komponen bioaktif keong ipong-
ipong (Fasciolaria salmo) [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
Astawan M. 2004. Jangan takut mengkonsumsi mentega dan margarin [Internet].
[diunduh 22 Februari 2013]. Tersedia pada: http://www.depkes.go.id/-
index.php?option:articles&task=viewarticle&artid =106&itermid3.
[AOAC] Association of Official Analytical Chemist. 2012. Official Method of
Analysis of The Association Analytical of Chemist. The Association of
Official Analysis Chemist, Inc., Arlington.
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2002. Standar Nasional Indonesia untuk
margarin SNI-01-3541-2002. [publikasi dalam internet] http://sisni.bsn.
go.id/index.php?/sni_main/sni/detail_sni/6445.html. [diunduh 22 Februari
2013].
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2002. Standar Nasional Indonesia air mineral
alami SNI 01-6246-2000. 2000. [publikasi dalam internet] http://pus-
tan.bpkimi.kemenperin.go.id files 2001-6242-2000.pdf [diunduh 15
Maret 2014].
Bumbalough J. 2000. Margarine types and preparation technology. Di dalam :
O`Brien RD, Farr WE, Wan PJ. Introduction to Fats and Oils Technology.
2nd Edition AOCS Press. Champaign Illinois hal 455-458.
Day RA, Underwood A. 1992. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi:kelima. Jakarta
(ID): Erlangga.
Faridah DN, Kusnandar F, Herawati D, Wulandari N, Kusumaningrum HD,
Purnomo EH, Indrasti D. 2012. Penuntun Praktikum Analisis Pangan.
Bogor (ID) : Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi
Pertanian,s Institut Pertanian Bogor.
Gasperz V. 1998. Penerapan Teknik-Teknik Statistika dalam Manajemen Bisnis
Total. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Harizul R. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta (ID): UI Press.
[ISO] International Organization for Standardization. Quality management system
ISO 9001:2008. [publikasi dalam internet] http://www.iso.org/iso/ [diunduh
15 Maret 2014].
[Kemendag] Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. 2011. Peraturan
Menteri Perdagangan RI No.31/M-DAG/PER/10/2011 tentang barang
dalam keadaan terbungkus.
Kusnandar F, Syamsir E, Hariyadi P. Kesetimbangan massa [Internet]. [diunduh
13 Desember 2013]. Tersedia pada: http://iirc.ipb.ac.id/jspui/bitstream/12-
3456789/43419/2/feri%20kusnandar%20-%20002.pdf.
31
Lampiran 2 Jumlah air yang tertinggal pada jalur premix-MPU 1-mesin filling
Step Air masuk (kg) Air keluar (kg)
Pre CIP 1 500 -
Pre CIP 2 700 -
CIP 400 -
Prerinse - 450
Detergent - 50
Postrinse - 50
Total 1600 550
Selisih
(air yang tertinggal 1050
dalam jalur)
Trial and Error
(air yang tertinggal 984
dalam jalur)
33
RIWAYAT HIDUP