PEMBAHASAN
terjadinya penyebaran bakteri, virus, dan kuman patogen karena dengan mencuci
tangan dapat memutus mata rantai penyebaran bakeri dan kuman penyebab
dilakukan pada waktu-waktu penting, terutama setelah buang air besar (BAB),
sebelum makan dan sebelum menyuapi anak, dapat secara signifikan mengurangi
terjadinya penyakit infeksi pada anak. Menurut Centers for Disease Control and
angka kesakitan diare hingga 31% dan hingga 58% pada orang dengan sistem
Hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji Chi Square yaitu nilai
bahwa terdapat perbedaan kejadian diare pada ibu dengan perilaku cuci tangan
yang benar dan ibu dengan perilaku cuci tangan yang tidak benar, sehingga dapat
cuci tangan yang benar dengan kejadian diare pada balita. Pada kelompok ibu
dengan perilaku cuci tangan yang benar yang berjumlah 47 orang, didapatkan 18
balita (38%) mengalami diare dan 29 balita (62%) tidak pernah mengalami diare.
Sedangkan pada 53 ibu yang memiliki perilaku cuci tangan tidak benar, balita
yang pernah mengalami diare berjumlah lebih banyak yaitu 36 balita (68%) dan
36
37
sisanya sebanyak 17 balita (32%) tidak pernah mengalami diare. Dari penelitian
ini terlihat bahwa kejadian diare pada balita lebih banyak terjadi pada ibu yang
memiliki perilaku cuci tangan yang tidak benar yaitu risiko diare meningkat dua
kali lebih besar pada ibu yang memiliki perilaku cuci tangan yang tidak benar.
Perilaku cuci tangan yang benar utamanya dilakukan pada 5 waktu penting.
Hasil penelitian ini menunjukkan paling banyak responden (ibu) selalu mencuci
tangan dengan benar setelah membasuh anak yang BAB sebesar 75%, sedangkan
pada saat setelah BAB hanya 47% saja. Alasan ibu tidak selalu melakukan
kebiasaan cuci tangan yang benar adalah karena ibu merasa sudah cukup bersih
mencuci tangannya hanya dengan menggunakan air saja. Pada waktu penting
lainnya, hanya sebagian saja ibu yang selalu mencuci tangan dengan benar yaitu
saat sebelum menyuapi anak (51%) dan sebelum makan (50%), sebagian lainnya
mengatakan hanya mencuci tangan dengan air saja, malas, makan menggunakan
sendok, dan merasa tangannya tidak terlalu kotor sehingga mereka tidak selalu
melakukan kebiasaan cuci tangan yang benar. Untuk ibu yang selalu mencuci
tangan dengan benar setelah memegang hewan sebesar 67%, sisanya tidak selalu
mencuci tangan dengan alasan jarang memegang hewan, takut, dan tidak memiliki
hewan.
perilaku cuci tangan yang benar dengan kejadian diare yaitu umur, tingkat
pada umur 21-35 tahun dengan persentase 75%. Umur seseorang akan
38
yang berusia 30-35 tahun akan memiliki pengetahuan tentang cuci tangan pakai
sabun (CTPS) yang lebih baik sehingga orang tersebut akan memiliki sikap dan
tentang penerapan PHBS untuk mencegah diare. Jika dibandingkan dengan orang
akan lebih terbuka terhadap semua informasi yang ada, termasuk juga informasi
Berdasarkan pekerjaan responden, 65% ibu balita adalah sebagai ibu rumah
tangga. Ibu rumah tangga memiliki waktu yang lebih banyak untuk
pengasuhan terhadap anaknya dengan lebih optimal karena waktunya akan lebih
banyak di rumah sehingga ibu dapat memberi contoh dan membiasakan cuci
Sangkrah cukup banyak dan letaknya mudah dijangkau oleh pemukiman warga
serta air yang tersedia pun bersih. Ibu balita yang dapat memperoleh air dengan
mudah maka akan mempunyai kebiasaan cuci tangan yang baik. Kondisi suatu
wilayah yang memiliki ketersediaan air bersih yang cukup baik secara jumlah
maupun kualitas maka hal ini akan mendukung praktik cuci tangan (Firdous,
2005).
informasi mengenai pentingnya perilaku cuci tangan yang benar melalui media
televisi. Pada era globalisasi ini, berbagai informasi dapat dengan mudah kita
informasi yang benar dapat merubah perilaku seseorang yang tadinya tidak
yang didapatkan dari penyuluhan petugas menunjukkan angka yang kecil (3%).
40
benar, belum banyak digalakkan oleh pihak Puskesmas. Edukasi terhadap anak
dan keluarga tentang pentingnya menjaga kebersihan tangan masih sangat kurang
kebebasan dalam memilih mitra yang bisa diajak bekerja sama untuk
Angka kematian balita akibat penyakit diare di Indonesia masih tinggi yaitu
16,7% (Kemenkes, 2011). Salah satu hal yang penting sebagai upaya pencegahan
adalah peran orang tua agar anak tidak terkena penyakit infeksi seperti penyakit
air tetapi mencuci tangan yang benar adalah dengan menggunakan sabun dan air
Sejalan dengan penelitian Sukoco (2012) tentang Faktor Risiko Kejadian Diare
dari sabun saat mencuci tangan adalah mencegah terjadinya kontaminasi kuman
sehingga setelah mencuci tangan dengan sabun pada saat setelah menceboki anak
dan sebelum menyuapi anak, akan membunuh kuman yang kemungkinan akan
Hasil penelitian ini tidak banyak berbeda dengan hasil penelitian yang
dengan Kejadian Diare Akut pada Anak Usia 0-5 Tahun di Kota Pematang Siantar
menunjukkan bahwa kebiasaan ibu tidak mencuci tangan dengan sabun setelah
buang air besar, sebelum menyuapi anak, dan sebelum menyiapkan makanan
merupakan faktor risiko terjadinya diare akut pada anak usia 0-5 tahun.
Hingga saat ini banyak sekali program-program yang diadakan baik oleh
meningkatkan perilaku cuci tangan yang benar. Salah satu program tersebut
adalah program Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS). Sejak tahun 2008, WHO
dan sejak saat itu Hari CTPS Sedunia diperingati setiap tanggal 15 Oktober.
Indonesia pun termasuk negara yang ikut berkontribusi dalam program CTPS ini
penyuluhan oleh Puskesmas, serta pemasangan iklan dan spanduk yang berisi
pentingnya CTPS dan teknik cuci tangan yang benar di berbagai tempat maupun
Diare Akut pada Balita menyebutkan anak-anak yang berasal dari keluarga yang
diare juga terjadi pada anak balita yang mengikuti program bantuan sabun gratis
42
ini jika dibandingkan dengan anak balita dari kelompok yang tidak terkena
program ini.
kemungkinan bias ada serta peneliti hanya menggunakan alat ukur kuesioner saja
relevan, maka dapat dinyatakan terdapat hubungan antara perilaku cuci tangan
yang benar dengan kejadian diare pada balita. Perubahan kebiasaan dan perilaku
hidup bersih dan sehat, khususnya perilaku atau kebiasaan cuci tangan yang
benar, sangat diperlukan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat