Makalah Tugas Akhir1 PDF
Makalah Tugas Akhir1 PDF
Dosen Pembimbing :
Tavio, ST, MT, Ph.D
Ir. Iman Wimbadi, MS
ABSTRAK
Perkembangan aplikasi program bantu dalam bidang teknik sipil sangat pesat akhir akhir ini.
Aplikasi program bantu tersebut mempunyai peranan yang sangat penting dalam bidang jasa
perencanaan dan pekerjaan konstruksi di seluruh dunia. Banyak aplikasi program bantu yang telah
dikembangkan oleh negara negara maju yang notabene dapat mempercepat proses perhitungan
struktur. Salah satu dari sekian banyak aplikasi program bantu yang bermanfaat untuk mendesain
komponen struktur beton bertulang adalah program PCA Col. Aplikasi program bantu tersebut dapat
digunakan untuk menganalisa dan mendesain kolom sesuai dengan ACI 318-95. Akan tetapi,
perkembangan dan ketersediaan aplikasi program bantu teknik sipil di Indonesia masih terbatas. Oleh
karena itu, perlu dikembangkan aplikasi program bantu untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Di dalam tugas akhir ini dijelaskan bahwa aplikasi program bantu yang dikembangkan tidak
hanya mengadopsi code yang ada di Indonesia saat ini, SNI 30-2847-2002, akan tetapi juga memuat
code terbaru dari Amerika Serikat yaitu ACI 318-2002 yang menggunakan konsep Unified Design
Provisions. Perbedaan dari kedua code tersebut menyangkut faktor reduksi kolom. Pada SNI 03-2847-
2002, nilai faktor reduksi ditentukan oleh besarnya beban aksial sedangkan ACI 318-2002 menjelaskan
bahwa besarnya regangan tarik menentukan nilai faktor reduksi.
Tujuan utama tugas akhir ini adalah menghasilkan suatu aplikasi program bantu yang dapat
digunakan untuk menghitung kebutuhan rasio tulangan longitudinal pada kolom sehingga diketahui
jumlah tulangan longitudinalnya. Dari enam studi kasus yang dianalisa dalam tugas akhir ini
didapatkan hasil bahwa program bantu yang dikembangkan menghasilkan output yang akurat setelah
diverifikasi dengan output dari program bantu PCA Col. Aplikasi program bantu yang dikembangkan
hanya untuk merencanakan kebutuhan tulangan longitudinal pada kolom bujur sangkar.
Pengembangan lebih lanjut pada masa mendatang diperlukan untuk kolom bulat, penguatan geser,
tulangan sengkang, bahkan pengaruh kelangsingan dan lentur biaksial.
Kata Kunci : ACI 318-2002, beban aksial, faktor reduksi, rasio tulangan longitudinal, regangan tarik,
SNI 03-2847-2002, Unified Design Provisions
DIRECT DESIGN OF LONGITUDINAL REINFORCEMENT
OF SQUARE REINFORCED CONCRETE COLUMNS
Name of Student : Ardiansyah Kusuma Negara
Registration Number : 3105 100 094
Department : Civil Engineering ITS
Supervisor : Tavio, S.T., M.T., Ph.D
Co-Supervisor : Ir. Iman Wimbadi, M.S.
ABSTRACT
The application of computer-aided programs in civil engineering is developing very rapidly in
recent days. They play a very important role in the design offices and construction work wordwide.
Numerous application or computer-aided programs have been developed by the developed countries
that are capable of shortcutting the computational process in the design of structures. One of many
useful programs in the design of reinforced concrete members is PCA Col program. The program can
be used to analyze and design the reinforced concrete columns in accordance with ACI 318-95.
However, the development and availaibility of such programs in Indonesia is very limited. Hence, it is
deemed necessary to develop a computer-aided program that is capable of fulfilling such a need.
In this study, the developed program not only adopts the existing code in Indonesia, SNI 30-
2847-2002, but also includes the most recent US building code, i.e. the Unified Design Provision in ACI
318-02. The difference between the two codes is only in terms of the reduction factor. In SNI 03-2847-
2002, the reduction factor is governed by the axial load, whereas in ACI 318-02, the tensile strain that
controls the reduction factor.
The main objective of this study is to provide a useful computer-aided program that can be used
to calculate the required longitudinal reinforcement ratio in a column, and further its actual number of
reinforcing bars. From the six analyzed cases in the study, it can be concluded that the results obtained
from the developed program are found to be in good agreement when compared with the corresponding
results obtained from PCA Col program. The program is only intended to find the longitudinal
reinforcing bars of square column sections. Further development needs to be carried out in the future
for circular columns, shear reinforcement, confining steel and even the effects of slenderness and
biaxial bending.
Keywords : ACI 318-2002, axial load, longitudinal reinforcement ratio, reduction factor, SNI 03-2847-
2002, tensile strain, Unified Design Provisions.
BAB 1 menciptakan aplikasi dengan mudah karena hanya
memerlukan sedikit penulisan kode kode program
PENDAHULUAN sehingga kegiatan pemrograman dapat difokuskan pada
penyelesaian problem utama dan bukan pada pembuatan
1.1 Latar Belakang antar-mukanya (user interface).
Suatu unsur struktur dapat dibebani dengan
kombinasi lentur dan gaya aksial dengan banyak cara. 1.2 Perumusan Masalah
Pada umumnya di dalam bangunan beton bertulang, Perumusan masalah yang akan dibahas dalam
momen lentur dan gaya aksial bekerja secara bersamaan tugas akhir ini antara lain :
karena pada kenyataannya tidak ada kolom yang 1. Bagaimana menentukan rasio tulangan longitudinal
dibebani secara aksial sempurna (Wang dkk,1985). pada kolom secara langsung dari momen lentur dan
Kolom yang terbuat dari beton murni pada gaya aksial?
prinsipnya dapat mendukung beban kombinasi yang 2. Bagaimana mendapatkan titik koordinat kombinasi
bekerja, akan tetapi sangat kecil karena kapasitas beban yang tepat pada diagram interaksi P-M kolom
kolomnya juga kecil. Kapasitas kolom tersebut dapat sehingga nantinya kebutuhan tulangan longitudinal
ditingkatkan secara signifikan dengan cara pada kolom dapat dipenuhi secara akurat?
menambahkan tulangan longitudinal pada kolom. 3. Apakah nilai output aplikasi program yang telah
Adanya tulangan longitudinal ini untuk membuat kolom dibuat dapat dipertanggung jawabkan dengan
menjadi lebih daktail dengan persyaratan penulangan menggunakan aplikasi program teknik sipil yang
sebanyak 1% sampai dengan 6% (SNI 03-2847-2002 lain seperti PCA Column?
Pasal 23.4.3.1).
Namun, seringkali perencana struktur 1.3 Tujuan
memerlukan waktu yang lama untuk menentukan
kebutuhan (rasio) tulangan longitudinal karena pekerjaan Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam tugas
tersebut perlu meninjau berbagai aspek seperti ukuran akhir ini antara lain :
penampang kolom, mutu beton maupun mutu tulangan, 1. Membuat suatu program bantu teknik sipil
beban aksial dan momen yang bekerja serta code yang sederhana yang aplikabel (mudah diterapkan) untuk
akan digunakan. Oleh karena itu, sangat penting bagi mengetahui kebutuhan tulangan (rasio tulangan)
perencana struktur untuk menciptakan suatu program longitudinal pada kolom.
bantu sederhana yang aplikabel (mudah diterapkan) di 2. Mendapatkan titik koordinat kombinasi beban yang
bidang teknik sipil khususnya mengenai kebutuhan tepat pada diagram interaksi P-M kolom sehingga
tulangan longitudinal pada kolom sehingga nantinya nantinya kebutuhan tulangan longitudinal pada
diharapkan kebutuhan tulangan longitudinal tersebut kolom dapat dipenuhi secara akurat.
dapat diketahui secara langsung dan akurat. Saat ini 3. Membuat diagram interaksi P-M dari penampang
penggunaan program komputer untuk merencanakan kolom akibat kombinasi momen lentur dan gaya
rasio tulangan telah dikembangkan, salah satunya melalui aksial sehingga dapat diketahui kapasitas kolomnya.
aplikasi rekayasa konstruksi seperti PCA Column yang 4. Mengetahui bahwa nilai output aplikasi program
berasal dari Amerika Serikat dan dibuat berdasarkan yang telah dibuat dapat dipertanggungjawabkan
code ACI 1995. Sedangkan di Indonesia perkembangan dengan memverifikasinya dengan aplikasi program
aplikasi program bantu yang sesuai dengan kebutuhan teknik sipil yang lain seperti PCA Column.
ahli ahli konstruksi di Indonesia saat ini masih minim
jumlahnya. 1.4 Batasan Masalah
Oleh karena itu, sebagai perbandingan, dalam Ruang lingkup permasalahan dan pembahasan
tugas akhir ini akan dikembangkan program bantu teknik pada tugas akhir ini dibatasi oleh beberapa hal antara lain
sipil serupa, yang sesuai dengan code yang berlaku di :
Indonesia saat ini yaitu SNI 03-2847-2002. Selain itu, 1. Studi tugas akhir ini hanya meninjau elemen struktur
aplikasi program bantu yang akan dibuat juga memuat beton bertulang yang mengalami kombinasi momen
code terbaru yaitu Unified Design Provisions yang ada di lentur dan gaya aksial yaitu kolom.
dalam ACI 318-2002. Perbedaan dari kedua code 2. Studi tugas akhir ini hanya meninjau kolom
tersebut menyangkut faktor reduksi kolom dimana SNI berpenampang persegi (bujur sangkar) dengan
03-2847-2002 masih berdasarkan besarnya beban aksial tulangan longitudinal 4 sisi (four side equal) dan
sedangkan ACI 318-2002 menggunakan regangan tarik jumlah tulangan kelipatan 4.
untuk menentukan besarnya faktor reduksi. 3. Studi tugas akhir ini hanya meninjau kolom pendek
Aplikasi program bantu yang akan dibuat yang mengalami beban aksial dan momen uniaksial
menggunakan bahasa pemrograman visual basic 6.0. Hal tanpa knick.
ini dikarenakan visual basic 6.0 tidak memerlukan 4. Studi tugas akhir ini hanya menentukan rasio
pemrograman khusus untuk menampilkan jendela tulangan longitudinal yang ada pada kolom dan
(window) dan cara penggunaannya juga berbasis visual. diagram interaksi P-M kolom.
Selain itu, visual basic 6.0 adalah bahasa pemrograman 5. Studi tugas akhir ini hanya menggunakan bahasa
yang evolusioner yaitu mengacu pada event dan pemrograman Visual Basic 6.0.
berorientasi objek. Visual basic 6.0 juga dapat
BAB 2 dapat menyebabkan runtuhnya kolom. Gambar 2.1
memperlihatkan kolom yang memikul beban Pn. Dalam
TINJAUAN PUSTAKA beberapa bagian dari gambar, beban ditempatkan pada
eksentrisitas yang semakin besar (sehingga menghasilkan
2.1 Pengertian dan Prinsip Dasar Kolom
momen yang semakin besar) sampai akhirnya seperti
Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka pada gambar 6.f diperlihatkan kolom menerima momen
(frame) struktural yang memikul beban dari balok. lentur yang besar sehingga pengaruh beban aksial
Kolom meneruskan beban beban dari elevasi atas ke diabaikan. Setiap kasus dari keenam kasus tersebut
elevasi lebih bawah hingga akhirnya sampai ke tanah dibahas singkat sebagai berikut :
melalui pondasi. Karena kolom merupakan komponen 5. (a) Beban aksial besar dan momen diabaikan.
tekan, maka keruntuhan pada satu kolom merupakan Untuk kondisi ini, keruntuhan akan terjadi oleh
lokasi kritis yang dapat menyebabkan kolaps (runtuhnya) hancurnya beton, dengan semua tulangan dalam
lantai yang bersangkutan dan juga runtuh bats total kolom mencapai tegangan leleh dalam tekan.
(ultimate total collapse) beserta seluruh strukturnya. 6. (b) Beban aksial besar dan momen kecil
Keruntuhan kolom struktural merupakan hal yang sehingga seluruh penampang tertekan. Jika
sangat berarti ditinjau dari segi ekonomis maupun segi suatu kolom menerima momen lentur kecil
manusiawi. Oleh karena itu, dalam merencanakan kolom (yaitu jika eksentrisitas kecil), seluruh kolom
perlu lebih waspada yaitu dengan memberikan kekuatan akan tertekan tetapi tekanan di satu sisi akan
cadangan yang lebih tinggi daripada yang dilakukan pada lebih besar dari sisi lainnya. Tegangan tekan
balok dan elemen struktural horisontal lainnya, terlebih maksimum dalam kolom akan sebesar 0,85c
lagi karena keruntuhan tekan tidak memberikan dan keruntuhan akan terjadi oleh runtuhnya
peringatan awal yang cukup jelas. beton dan semua tulangan tertekan.
Keserasian tegangan dan regangan yang 7. (c) Eksentrisitas lebih besar dari kasus (b)
digunakan dalam analisis atau desain seperti pada balok sehingga tarik mulai terjadi pada satu sisi
juga dapat diterapkan pada kolom. Akan tetapi, disini ada kolom. Jika eksentrisitas ditingkatkan dari
suatu faktor baru (selain momen lentur) yang ikut masuk kasus sebelumnya, gaya tarik akan mulai terjadi
dalam perhitungan, yaitu adanya gaya tekan. Karena itu, pada satu sisi kolom dan baja tulangan pada sisi
perlu ada penyesuaian dalam menyusun persamaan tersebut akan menerima gaya tarik yang lebih
persamaan keseimbangan penampang dengan meninjau kecil dari tegangan leleh. Pada sisi yang lain
kombinasi gaya tekan dan momen lentur. tulangan mendapat gaya tekan.
Banyaknya penulangan dalam hal balok telah 8. (d) Kondisi beban berimbang. Saat eksentrisitas
dikontrol agar balok dapat berperilaku daktail. Dalam hal terus ditambah, akan dicapai suatu kondisi
kolom, beban aksial biasanya dominan sehingga dimana tulangan pada sisi tarik mencapai leleh
keruntuhan yang berupa keruntuhan tekan sulit dihindari. dan pada saat yang bersamaan, beton pada sisi
Apabila beban pada kolom bertambah, maka retak lainnya mencapai tekan maksimum 0,85 c.
akan banyak terjadi di seluruh tinggi kolom pada lokasi Kondisi ini disebut kondisi pada beban
lokasi tulangan sengkang. Dalam keadaan batas berimbang.
keruntuhan (limit state of failure), selimut beton di luar 9. (e) Momen besar, beban aksial relatif kecil. Jika
sengkang (pada kolom bersengkang) atau di luar spiral eksentrisitas terus ditambah, keruntuhan terjadi
(pada kolom berspiral) akan lepas sehingga tulangan akibat tulangan meleleh sebelum hancurnya
memanjangnya akan mulai kelihatan. Apabila bebannya beton.
terus ditambah, maka terjadi keruntuhan dan tekuk local 10. (f) Momen lentur besar. Pada kondisi ini,
(local buckling) tulangan memanjang. Dapat dikatakan keruntuhan terjadi seperti halnya pada sebuah
bahwa dalam keadaan batas keruntuhan, selimut beton balok.
lepas dahulu sebelum lekatan baja-beton hilang.
Seperti halnya balok, kekuatan kolom dievaluasi P P P
berdasarkan prinsip prinsip dasar sebagai berikut : e e
1. Distribusi regangannya linier di seluruh tebal kolom.
2. Tidak ada gelincir antara beton dengan tulangan baja
(ini berarti regangan pada baja sama dengan
regangan pada beton yang mengelilinginya).
3. Regangan beton maksimum yang diizinkan pada (a) (b) (c)
keadaan gagal (untuk perhitungan kekuatan) adalah
0,003.
4. Kekuatan tarik beton diabaikan dan tidak digunakan P P
dalam perhitungan. e e M
Dengan demikian kapasitas beban sentris 2.4.1Perilaku Kolom Pendek yang Dibebani Eksentris
maksimum pada kolom dapat diperoleh dengan Prinsip prinsip pada balok mengenai distribusi
menambahkan kontribusi beton yaitu (Ag Ast) 0,85c tegangan dan blok tegangan segiempat ekuivalennya
dan kontribusi baja, Asty. Ag adalah luas bruto total dapat diterapkan juga pada kolom. Gambar 2.4
penampang beton dan Ast adalah luas total tulangan baja memperlihatkan penampang melintang suatu kolom
= As + As. Yang digunakan dalam perhitungan di sini segiempat tipikal dengan diagram distribusi regangan,
adalah 0,85c, bukan c. Hal ini disebabkan oleh tegangan, dan gaya padanya. Diagram ini berbeda
kekuatan maksimum yang dapat dipertahankan pada dengan diagram yang menjelaskan tentang adanya gaya
struktur aktual mendekati harga 0,85c. Dengan nominal memanjang Pn yang bekerja pada keadaan
demikian, kapasitas beban sentris maksimum adalah P0 runtuh dan mempunyai eksentrisitas e dari pusat plastis
yang dapat dinyatakan sebagai : (atau bisa saja pusat geometri) penampang. Tinggi sumbu
P0 = 0,85c (Ag Ast) + Asty....................(2.1) netral ini sangat menentukan kekuatan kolom.
Perlu ditekankan di sini bahwa beban yang sentris
menyebabkan tegangan tekan yang merata di seluruh d'
bagian penampang. Ini berarti bahwa pada saat terjadi y h/2
Ts
s
Asfy Ts
d'
s
b
(a) (b) (c)
Gambar 2.4 Tegangan dan gaya gaya pada kolom
Gambar 2.3 Geometri, regangan, dan tegangan kolom
(beban sentris); (a) penampang melintang;
(b) regangan beton; (c) tegangan (dan gaya
gaya)
Regangan : Tegangan : Gaya dalam : tulangan baja, besaran s harus disubstitusikan dengan y.
d c s = Ess y Cc = 0,85c ba Apabila s atau s lebih kecil daripada y, maka yang
s = 0,003 s = Ess y Cs = As fs
c disubstitusikan adalah tegangan aktualnya, yang dapat
Ts = As fs dihitung dengan menggunakan persamaan yang diperoleh
c d'
s = 0,003 dari segitiga yang sebangun dengan distribusi regangan
c
di seluruh tinggi penampang (gambar 2.4) yaitu
persamaan :
c = jarak sumbu netral
y = jarak pusat plastis 0,003(c d ' )
e = eksentrisitas beban ke pusat plastis s = Ess = Es y..(2.8)
e = eksentrisitas beban ke tulangan tarik c
d = selimut efektif tulangan tekan
0,003(d c)
Persamaan keseimbangan gaya dan momen dari s = Ess = Es y..(2.9)
gambar 2.4 untuk kolom pendek dapat dinyatakan c
sebagai gaya tahan aksial nominal Pn dalam keadaan
runtuh 2.4.2 Persamaan Persamaan Dasar pada Kolom
Pn = Cc + Cs Ts....................(2.4) dan Prosedur Coba Coba dan Penyesuaian
untuk Analisis dan Desain Kolom
Momen tahanan nominal Mn yaitu sebesar Pne dapat
diperoleh dengan menuliskan keseimbangan momen Persamaan 2.6 dan 2.7 dapat dipakai untuk
terhadap pusat plastis penampang. Untuk kolom yang menentukan beban aksial nominal Pn yang dapat bekerja
penulangannya simetris, pusat plastisnya sama dengan dengan aman pada eksentrisitas e untuk suatu kolom
pusat geometrisnya. yang mengalami beban eksentris. Apabila dipelajari lebih
lanjut, pada kedua persamaan tersebut ada beberapa
a koefisien yang dapat diklasifikasikan sebagai :
Mn = Pne = Cc ( y- ) + Cs ( y - d) + Ts (d - y )....(2.5)
2 1. Tinggi blok tegangan ekuivalen, a
Karena 2. Tegangan pada baja yang tertekan, fs
Cc = 0,85c ba 3. Tegangan pada baja yang tertarik, fs
Cs = Ass 4. Pn untuk suatu e yang diberikan, atau sebaliknya e
Ts = Ass untuk Pn yang diberikan
Tegangan fs dan fs dapat dinyatakan dalam tinggi sumbu
Persamaan 2.4 dan 2.5 dapat pula ditulis sebagai : netral c seperti pada persamaan 2.8 dan 2.9 atau juga
Pn = 0,85cba + Ass - Ass....................(2.6) dalam a. Dua koefisien yang lain adalah a dan Pn dapat
dipecahkan dengan menggabungkan persamaan 2.6 dan
a
Pne = 0,85cba ( y- ) + Ass ( y- d) + Ass (d - 2.9 akan dihasilkan persamaan pangkat tiga dengan
2 peubah tinggi sumbu netral c. Selain itu, perlu juga dicek
apakah tegangan pada baja memang benar lebih kecil
y )..........(2.7) daripada kekuatan lelehnya, fy. Dengan demikian di sini
Dalam persamaan 2.6 dan 2.7 , tinggi sumbu dibahas suatu prosedur coba coba dan penyesuaian
netral c dianggap kurang daripada tinggi efektif d untuk kasus umum analisis (maupun desain) pada kolom.
penampang, juga baja pada sisi yang tertarik memang Untuk suatu geometri penampang dan
mengalami tarik. Kondisi ini dapat berubah apabila eksentrisitas e yang diberikan, asumsikan besarnya jarak
eksentrisitas e beban Pn sangat kecil. Untuk eksentrisitas sumbu netral c. Dengan harga c ini dapat dihitung tinggi
yang kecil ini yang seluruh bagian penampangnya blok tegangan ekuivalen a dengan menggunakan a = 1c.
mengalami tekan kontribusi tulangan yang tertarik Dengan menggunakan c yang diasumsikan tadi, hitung
harus ditambahkan kepada kontribusi baja dan beton besarnya beban aksial nominal Pn dengan menggunakan
yang tertekan. Suku Ass dalam persamaan 2.6 dan 2.7, persamaan 2.8 dan 2.9. Hitung juga eksentrisitas untuk
dalam hal ini mempunyai tanda positif karena semua beban Pn ini dengan menggunakan persamaan 2.7.
tulangan baja mengalami tekan. Dalam persamaan ini Eksentrisitas ini harus sama atau cukup dekat dengan
juga diasumsikan bahwa (ba As) ba yaitu volume eksentrisitas yang diberikan semula. Apabila tidak
beton yang hilang akibat adanya tulangan diabaikan. memeuhi, maka ulangi semua langkah di atas sampai
Jika dalam analisis atau desain digunakan tercapai konvergensi. Apabila eksentrisitas yang dihitung
komputer, solusi yang lebih halus dapat diperoleh. lebih besar daripada eksentrisitas yang diberikan, ini
Dengan demikian luas beton yang tergantikan oleh baja berarti bahwa besarnya c (dan juga a) lebih kecil
dapat ditinjau dalam solusi dengan bantuan komputer. daripada harga sesungguhnya. Dalam hal demikian,
Perlu ditekankan di sini bahwa gaya aksial Pn untuk langkah berikutnya gunakan harga c yang lebih
tidak dapat melebihi kekuatan dengan aksial maksimum besar. Proses coba coba dan penyesuaian ini dapat
Pn(max) yang dihitung dengan menggunakan persamaan konvergen dengan cepat dan menjadi sangat mudah
2.2. Tulangan tekan As atau tulangan tarik As akan apabila digunakan suatu program komputer.
mencapai kekuatan lelehnya y, bergantung pada
besarnya eksentrisitas e. Tegangan s pada baja dapat
mencapai y apabila keruntuhan yang terjadi berupa
hancurnya beton. Apabila keruntuhannya berupa lelehnya
2.5 Ragam Kegagalan pada Kolom 2.5.2 Keruntuhan Tarik pada Penampang Kolom Segi
Empat
Berdasarkan besarnya regangan pada tulangan
Awal keadaan runtuh dalam hal eksentrisitas
baja yang tertarik (Gambar 2.4), penampang kolom dapat
yang besar dapat terjadi dengan lelehnya tulangan baja
dibagi menjadi dua kondisi awal keruntuhan yaitu :
yang tertarik. Peralihan dari keruntuhan tekan ke
1. Keruntuhan tarik, yang diawali dengan lelehnya
keruntuhan tarik terjadi pada e = eb. Jika e lebih besar
tulangan yang tertarik.
daripada eb atau Pn < Pnb, maka keruntuhan yang terjadi
2. Keruntuhan tekan, yang diawali dengan hancurnya
adalah keruntuhan tarik yang diawali oleh lelehnya
beton yang tertekan.
tulangan tarik. Persamaan 2.6 dan 2.7 dapat digunakan
Kondisi balanced terjadi apabila keruntuhan diawali
untuk analisis (dan desain) dengan mensubstitusikan
dengan lelehnya tulangan yang tertarik sekaligus juga
tegangan leleh y sebagai tegangan pada tulangan tarik.
hancurnya beton yang tertekan.
Tegangan s pada tulangan tekan dapat lebih kecil atau
Apabila Pn adalah beban aksial dan Pnb adalah
sama dengan tegangan leleh baja, dan tegangan tekan
beban aksial pada kondisi balanced, maka :
aktual s ini dapat dihitung dengan menggunakan
Pn < Pnb keruntuhan tarik
persamaan 2.8.
Pn = Pnb keruntuhan balanced
Dalam praktek biasanya digunakan penulangan
Pn > Pnb keruntuhan tekan
yang simetris, yaitu As = As, dengan maksud mencegah
Dalam segala hal, keserasian regangan (strain
kekeliruan dalam penempatan tulangan tarik dan
compatibility) harus tetap terpenuhi.
tulangan tekan. Penulangan yang simetris juga
diperlukan apabila ada kemungkinan tegangan berbalik
2.5.1 Keruntuhan Balanced pada Penampang
tanda, misalnya karena arah angin atau gempa yang
Kolom Segi Empat
berbalik.
Jika eksentrisitas semakin kecil, maka akan ada
2.5.3 Kegagalan Tekan pada Penampang Kolom Segi
suatu transisi dari keruntuhan tarik utama ke keruntuhan
Empat
tekan utama. Kondisi keruntuhan balanced tercapai
apabila tulangan tarik mengalami regangan lelehnya Ey
Agar dapat terjadi keruntuhan yang diawali
dan pada saat itu pula beton mengalami regangan
dengan hancurnya beton, eksentrisitas e gaya normal
batasnya (0,003) dan mulai hancur.
harus lebih kecil daripada eksentrisitas balanced eb dan
Dari segitiga yang sebangun dapat diperoleh
tegangan pada tulangan tariknya lebih kecil daripada
persamaan tinggi sumbu netral pada kondisi balanced, cb
tegangan leleh, yaitu s < y.
yaitu (gambar 2.4) :
Dalam proses analisis (maupun desain) diperlukan
Cb 0.003 persamaan dasar keseimbangan yaitu persamaan 2.6 dan
..(2.10)
persamaan 2.7. Selain itu, diperlukan pula prosedur coba
d fy
0.003 coba dan penyesuaian, dan adanya keserasian regangan
Es di seluruh bagian penampang.
Atau dengan menggunakan Es = 2 x 105 MPa :
600 2.6 Diagram Interaksi Kolom Beton Bertulang
Cb d ..(2.11)
600 f y Hampir semua elemen struktur tekan pada struktur
beton diperlakukan untuk menerima momen sebagai
600
ab 1cb 1 d ..(2.12)
tambahan terhadap beban aksial. Hal ini bisa diakibatkan
600 f y oleh beban yang tidak terletak pada tengah kolom seperti
pada gambar 2.5 (b) atau juga sebagai hasil penahan
Beban aksial nominal pada kondisi balanced Pnb dan daripada keadaan tidak seimbang momen pada ujung
eksentrisitasnya eb dapat ditentukan dengan balok yang didukung oleh kolom.
menggunakan ab pada persamaan 2.6 dan 2.7.
Pnb = 0,85cbab + Ass - Asy..(2.13)
a
Mnb = Pnbeb = 0,85cbab ( y- ) + Ass ( y - d) +
2
Asy (d - y ) .............................................................(2.14)
dimana
cb d '
s = 0,003 Es y..(2.15)
cb
dan y adalah jarak tepi tertekan ke pusat plastis atau
geometris.
Gambar 2.5 Beban aksial dan momen pada kolom
Jarak e diartikan sebagai eksentrisitas terhadap
beban. Kedua kasus ini pada dasarnya sama yaitu beban
P eksentris pada gambar 2.5 (b) bisa diganti dengan
beban P yang bekerja pada aksis centroidal ditambah
dengan momen, M = Pe, terhadap sumbu centroid.
ya
Penyusunan Laporan
Tugas Akhir
Finish
Tetapkan :
min = 1% dan max = 6%
Pn(i), Mn(i) untuk diagram
interaksi dengan min dan max
Hitung : tidak
Asmin = min x b x h i = 1000
Asmax = max x b x h ya
Plot :
Besarkan penampang Pn(i), Mn(i) untuk diagram
kolom/diameter interaksi dengan min dan max
tulangan atau kecilkan
i=1 penampang/diameter
ya
tulangan
Plot :
tidak Apakah Pu, Mu berada di
dalam diagram interaksi
dengan min dan max
0.003
c= d
0.003
s Finish
n=1
min(n ) max(n )
tengah =
2
BAB IV
PENGOPERASIAN PROGRAM
BAB V
STUDI KASUS
Gambar 5.2 Input Material Properties untuk studi kasus 1 Gambar 5.5 Input Factored Load untuk studi kasus 1
Input 3 : Input > Section > Rectangular Setelah proses input selesai maka langkah
Width (Along X) = 300 mm selanjutnya adalah memeriksa apakah kapasitas
Depth (Along Y) = 300 mm penampang kolom mampu menahan beban kombinasi
yang bekerja sekaligus memeriksa apakah persyaratan
rasio tulangan telah terpenuhi. Caranya dengan Solve >
Check Column Capacity. Hasilnya akan terlihat seperti
pada gambar 5.6.
DAFTAR PUSTAKA
1. MacGregor, J.G., Reinforced Concrete Mechanics
and Design, Edisi kedua, Prentice Hall Inc., 1992,
848 hal.
2. Nawy, E.G., Reinforced Concrete : A Fundamental
Approach, Prentice Hall Inc., 1985, 763 hal.
3. McCormac, J.C., Design of Reinforced Concrete,
Edisi kelima, John Wiley & Sons, 2001, 422 hal.
4. Wang, C.K., dan Salmon, C.G., Reinforced Concrete
Design, Edisi keempat, Harper & Row Inc., 1985,
484 hal.
5. Purwono, R., Tavio, Imran ,I., dan Raka, I.G.P.,
Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk
Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002) Dilengkapi
Penjelasan (S-2002), ITS Press, Surabaya, 2007,
408 hal.
6. Mast, R.F, Unified Design Provisions for Reinforced
and Prestressed Concrete Flexural and
Compression Members, ACI Structural Journal,
V.89, No.2, Maret-April 1992, hal 188-191.
7. Dewobroto, W., Aplikasi Sain dan Teknik dengan
Visual Basic 6.0, PT. Elex Media Komputindo,
Jakarta, 2003, 317 hal.
8. Dewobroto, W., Aplikasi Rekayasa Konstruksi
dengan Visual Basic 6.0 (Analisis dan Desain
Penampang Beton Bertulang sesuai SNI 03-2847-
2002), PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, 2005,
451 hal.