Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan teknologi informasi global sekarang ini, menuntut penggunaan
teknologi secara otomatis mutlak diperlukan. Berbagai macam dampak
perkembangan teknologi yang salah satunya adalah munculnya berbagai
perangkat lunak (software) under window pada bidang rancang bangun. Adapun
wujud teknologi pada bidang rancang bangun yang sekarang berkembang adalah
AutoCAD, SAP2000, ETABS, dan software analisis struktur lainnya. AutoCAD
adalah perangkat lunak (software) untuk menggambar 2 dimensi dan 3 dimensi
yang dikembangkan oleh Autodesk. SAP2000, ETABS adalah software yang
sering digunakan di pekerjaan teknik sipil khususnya dalam analisis dan desain
struktur bangunan. SAP2000 dan ETABS fungsinya tidak terlalu jauh berbeda
yaitu pada prinsipnya cara kerjanya, tetapi SAP2000 lebih difokuskan dalam
perhitungan bangunan sipil, sedangkang ETABS difokuskan untuk gedung.
Namun, kelebihan masing-masing software tersebut membutuhkan beberapa kali
proses kerja. Misalnya, untuk mendapat DED (Detail Engineering Design)
struktur, para praktisi memodel, menganalisis, dan mendesain struktur dengan
SAP2000/ETABS, kemudian hasil analisis dan desain dari SAP2000/ETBAS
digambar dengan AutoCAD. Dengan proses kerja yang cukup panjang jelas akan
mengurangi produktivitas kerja para praktisi/insinyur. Maka, untuk mengatasinya
penggunaan software Tekla Structures sangat direkomendasikan. Mengapa Tekla
Structures? Selain Tekla Structures dilengkapi kemampuan pemodelan yang
sangat mudah, Tekla Structures terintegrasi ke software - software analisa struktur
yang membuat proses kerja menjadi singkat dan software ini terbukti memberikan
keuntungan jangka panjang berupa peningkatan produktivitas dalam proses desain
dan konstruksi. Dengan kelebihan dalam hal modeling, detailing, engineering,
drawing, reporting, scheduling. Program ini lebih tepat diaplikasikan pada
perencanaan struktur baja karena umumnya pekerjaan struktur baja membutuhkan
gambar pelaksanaan detailing yang sangat lengkap khususnya pada sambungan –
sambungan pada struktur baja.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dibuat rumusan masalah
sebagai berikut :
1.2.1 Bagaimana cara melakukan pemodelan dan Analisa jembatan rangka 3D
menggunakan software SAP 2000?
1.2.2 Bagaimana cara melakukan pemodelan dan Analisa portal 3D beton
bertulang menggunakan software ETABS?
1.3 Tujuan dan Manfaat
1.3.1 Adapun tujuan dari Praktikum Program Bantu Teknik Sipil (PBTS) ini
adalah sebagai berikut :
1. Melakukan pemodelan dan Analisa jembatan rangka 3D menggunakan
program bantu (software) SAP 2000.
2. Melakukan pemodelan dan Analisa portal 3D beton bertulang
menggunakan program bantu (software) ETABS.
1.3.2 Adapun manfaat dari Praktikum Program Bantu Teknik Sipil (PBTS) ini
adalah sebagai berikut :
1. Dapat melakukan pemodelan dan Analisa jembatan rangka 3D
menggunakan program bantu (software) SAP 2000.
2. Dapat melakukan pemodelan dan Analisa portal 3D beton bertulang
menggunakan program bantu (software) ETABS.
1.4 Batasan Masalah
Adapun Batasan masalah dari Praktikum PBTS ini adalah sebagai berikut :
1.4.1 Pada praktikum ini hanya menggunakan program bantu SAP 2000 dalam
pemodelan dan Analisa jembatan rangka 3D.
1.4.2 Pada praktikum ini hanya menggunakan program bantu ETABS dalam
pemodelan dan Analisa portal 3D beton bertulang.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 SAP 2000


2.1.1 Sejarah dan Perkembangannya
SAP2000 dikembangkan berdasarkan program SAP pada sekitar
tahun 1975. Program SAP adalah suatu program komputer yang diciptakan
oleh Prof. Edward L. Wilson, guru besar University of California, Berkeley,
California, USA. Pada tahun 1975, versi komersial dari program tersebut
dilansir oleh perusahaan Computer and Structure Inc. (CSI) pimpinan Ashraf
Habibullah. Sampai sekarang, program tersebut dikenal di dunia sebagai
pioner di bidang software rekayasa struktur dan kegempaan. Sebagai
software yang tumbuh di lingkungan perguruan tinggi, banyak yang
mempelajari source code program tersebut dan menjadi cikal bakal program
analisa struktur serupa lainnya. Saat ini, software CSI telah dipakai lebih dari
160 negara dan dipakai untuk perencanaan pada proyek – proyek besar.
Seperti Taipei 101 Tower (Taiwan), One World Trade Center (New York),
Stadium Birds Nest (Beijing), dan Jembatan Cable-Stayed Centenario yang
melintasi Selat Panama. Pada awalnya program SAP dibuat untuk main –
frame. Versi PC dari program SAP dikeluarkan pada tahun 1980 yaitu SAP80
dan tahun 1990 menjadi versi SAP90. Semuanya dalam sistem operasi DOS.
Ciri-ciri dari sistem operasi tersebut yaitu memakai file untuk memasukkan
input data. Ketika PC beralih dari DOS (teks) ke Windows (grafis), versi
SAP2000 dikeluarkan. Saat ini versi PC yang terakhir adalah SAP2000v22.
Versi ini cukup canggih karena dapat digunakan untuk melakukan analisa
non-linier (deformasi besar, gap/kontak), kabel, beban ledak dan tahapan
konstruksi. Tetapi untuk kasus-kasus sederhana (umum) antara program versi
lama dan baru tidak memberi suatu perbedaan yang signifikan, bahkan
cenderung persis sama.

2.1.2 Model Struktur


Pada SAP 2000, model yang digunakan dalam analisis dan desain
didefinisikan oleh pengguna dengan memanfaatkan graphical user interface
facility sebagai konsep dasar program berbasis Windows. Model tersebut
biasanya dilengkapi dengan fitur-fitur yang mewakili struktur, antara lain:
1. Properti material.
2. Elemen frame untuk menunjukkan balok, kolom, dan rangka batang.
3. Elemen shell untuk menunjukkan dinding, lantai, dan elemen-elemen
yang tipis.
4. Joints untuk menunjukkan hubungan antara elemen-elemen.
5. Restraints dan Springs untuk perletakan titik.
6. Pembebanan, termasuk berat sendiri, gempa, angin dan sebagainya.
7. Setelah menganalisis struktur, maka model juga menampilkan simpangan,
Gaya – gaya dalam, maupun reaksi-reaksi pada join – join tertentu sesuai
dengan pembebanan yang telah ditentukan.

2.1.3 Sistem Koordinat


Semua posisi struktur dalam model merupakan bagian dari suatu
sistem dengan tiga sumbu utama yang disebut X, Y, Z dan saling tegak lurus.
Dalam pemodelan dan analisi degunakan metode finite element. Sistem ini
merupakan sistem tiga dimensi, sesuai dengan aturan tangan kanan dan sistem
koordinat kartesian (rectangular).
Setiap komponen dalam model (joint, elemen frame, elemen shell dan
sebagainya) masing-masing memiliki sistem koordinat lokal dengan sumbu 1,
2 dan 3. Koordinat tersebut digunakan untuk menentukan properti,
pembebanan, dan respon untuk komponen tersebut. Dalam mengembangkan
model yang dibuat, pengguna dapat menentukan sistem koordinat tambahan.
Finite element adalah suatu metode numerik yang memanfaatkan
operasi matrik untuk menyelesaikan masalah-masalah fisik. Semakin rumit
perilaku fisiknya (karena kerumitan bentuk geometri, banyaknya interaksi
beban, constraint, sifat material, dll) maka semakin sulit atau bahkan mustahil
dibangun suatu model matematik yang bisa mewakili permasalahan tersebut.
Alternatif metodenya adalah membangun model matematik yang lebih
sederhana, dengan cara membagi kasus tadi menjadi bagian-bagian kecil yang
sederhana. Kemudian interaksi antar bagian kecil tersebut ditentukan
berdasarkan fenomena fisik yang akan diselesaikan. Metode ini dikenal sebagi
metode elemen hingga, karena kita membagi permasalahan menjadi sejumlah
elemen tertentu (finite) untuk mewakili permasalahan yang sebenarnya jumlah
elemennya adalah tidak berhingga (kontinum).

2.2 ETABS
2.2.1 Sejarah dan Perkembangannya
Program ETABS merupakan program analisis struktur yang
dikembangkan oleh perusahaan software Computers and Structures,
Incorporated (CSI) yang berlokasi di Barkeley, California, Amerika Serikat.
Berawal dari penelitian dan pengembangan riset oleh Dr. Edward L. Wilson
pada tahun 1970 di University of California, Barkeley, Amerika Serikat, maka
pada tahun 1975 didirikan perusahaan CSI oleh Ashraf Habibullah.
Selain program analisis struktur ETABS ada beberapa program yang
dikembangkan oleh CSI diantaranya program SAP dan program SAFE.
Program SAP sendiri adalah program pertama kali yang dikembangkan oleh
perusahaan CSI. Program SAP, ETABS dan SAFE sudah dipakai dan
diaplikasikan (teruji) di lapangan oleh konstruktor-konstruktor di lebih dari
100 negara di dunia.

2.2.2 Model Struktur


Program ETABS secara khusus difungsikan untuk menganalisis lima
perencanaan struktur, yaitu analisis frame baja, analisis frame beton, analisis
balok komposit, analisis baja rangka batang, analisis dinding geser.
Penggunaan program ini untuk menganalisis struktur, terutama untuk
bangunan tinggi sangat tepat bagi perencana struktur karena ketepatan dari
output yang dihasilkan dan efektif waktu dalam menganalisisnya.
Program ETABS sendiri telah teruji aplikasinya di lapangan. Di
Indonesia sendiri, konsultan-konsultan perencana struktur ternama telah
menggunakan program ini untuk analisis struktur dan banyak gedung yang
telah dibangun dari hasil perencanaan tersebut.

2.2.3 Sistem Koordinat


Semua posisi struktur dalam model merupakan bagian dari suatu
sistem dengan tiga sumbu utama yang disebut X, Y, Z dan saling tegak lurus.
Dalam pemodelan dan analisi degunakan metode finite element. Sistem ini
merupakan sistem tiga dimensi, sesuai dengan aturan tangan kanan dan sistem
koordinat kartesian (rectangular).
Setiap komponen dalam model (joint, elemen frame, elemen shell dan
sebagainya) masing-masing memiliki sistem koordinat lokal dengan sumbu 1,
2 dan 3. Koordinat tersebut digunakan untuk menentukan properti,
pembebanan, dan respon untuk komponen tersebut. Dalam mengembangkan
model yang dibuat, pengguna dapat menentukan sistem koordinat tambahan.
Finite element adalah suatu metode numerik yang memanfaatkan
operasi matrik untuk menyelesaikan masalah-masalah fisik. Semakin rumit
perilaku fisiknya (karena kerumitan bentuk geometri, banyaknya interaksi
beban, constraint, sifa material, dll) maka semakin sulit atau bahkan mustahil
dibangun suatu model matematik yang bisa mewakili permasalahan tersebut.
Alternatif metodenya adalah membangun model matematik yang lebih
sederhana, dengan cara membagi kasus tadi menjadi bagian-bagian kecil yang
sederhana. Kemudian interaksi antar bagian kecil tersebut ditentukan
berdasarkan fenomena fisik yang akan diselesaikan. Metode ini dikenal sebagi
metode elemen hingga, karena kita membagi permasalahan menjadi sejumlah
elemen tertentu (finite) untuk mewakili permasalahan yang sebenarnya jumlah
elemennya adalah tidak berhingga (kontinum).
BAB III
MODELING DAN ANALISA SAP 2000

3.1 Data Soal


NIM 1921029, maka X = 2, Y = 9
NIM GENAP
Buatlah pemodelan dan analisa Jembatan Rangka 3D berikut ini
menggunakan softwere SAP 2000. Adapun data-data umum sebagai berikut:
Diketahui :
a. Material Properties
Mutu Baja = BJ 37
Tegangan Leleh (fy) = 240 Mpa
Tegangan Putus (fu) = 370 Mpa
b. Section Properties
Profil Gelagar Memanjang = WF 300 × 150 × 6.5 × 9
Profil Gelagar Melintang Bawah = WF 400 × 300 × 9 × 14
Profil Gelagar Melintang Atas = WF 300 × 150 × 5.5 × 8
Profil Diagonal Chord = WF 400 × 200 × 8 × 13
Profil Gelagar Induk = H 400 × 400 × 13 × 21
Profil Ikatan Angin Atas = 2L 100 × 100 × 10
Profil Ikatan Angin Bawah = 2L 100 × 100 × 10
c. Load Pattern
Selfweight = 1.1 Multiplier
Beban Vertikal = P1 : 90000 Kg
= P2 : 110000 Kg
Beban Horizontal = W1 : 7500 Kg
= W2 : 9000 Kg
= W3 : 3750 Kg
= W4 : 4500 Kg
d. Kombinasi
Kombinasi 1 = 1.0 SW + 1.0 Beban Vertikal + 1.0
Beban Horizontal 1
Kombinasi 1 = 1.0 SW + 1.0 Beban Vertikal + 1.0
Beban Horizontal 2
3.2 Gambar No. Joint dan Batang
a. No. Joint

Gambar 3.1 No. Joint pada Jembatan Rangka 3D

b. No. Batang

Gambar 3.2 No. Batang pada Jembatan Rangka 3D


3.3 Gambar Input Skema Pembebanan (Satuan Kg)
a. Beban Vertikal

Gambar 3.3 Input Beban Vertikal (P1) pada Jembatan 3D

Gambar 3.4 Input Beban Vertikal (P2) pada Jembatan 3D

b. Beban Horizontal
Gambar 3.6 Input Beban Horizontal (W2) pada Jembatan 3D
Gambar 3.7 Input Beban Horizontal (W3) pada Jembatan 3D

Gambar 3.8 Input Beban Horizontal (W4) pada Jembatan 3D

3.4 Gambar Frekuensi Mode Shape Jembatan


Pada gambar frekuensi mode shape jembatan, diambil contoh gambar untuk
mode shape (MODAL) Mode 1,2 dan 3 :
a. Mode 1 :

b.

Gambar 3.9 Frekuensi Mode Shape (MODAL) : Mode 1


Mode 2 :

Gambar 3.10 Frekuensi Mode Shape (MODAL) : Mode 2

c. Mode 3
Gambar 3.11 Frekuensi Mode Shape (MODAL) : Mode 3

Untuk tabel hasil output pada frekuensi mode shape jembatan diberikan pada
lampiran di belakang.

3.5 Gambar Reaksi Tumpuan (Satuan Kg)


a. Reaksi Tumpuan Akibat Beban Kombinasi 1

Gambar 3.12 Reaksi Tumpuan pada Kombinasi Beban 1 (Satuan Kg)

b. Rekasi Tumpuan Akibat Beban Kombinasi 2


Gambar 3.13 Reaksi Tumpuan pada Kombinasi Beban 2 (Satuan Kg)

Tabel hasil output untuk reaksi tumpuan diberikan pada lampiran di belakang.

3.6 Gambar Lendutan Maksimum (Satuan mm)


Lendutan maksimum pada hasil Analisa jembatan 3D tersebut dihasilkan
akibat beban vertikal.

Gambar 3.14 Lendutan Maksimum Akibat Beban Kombinasi 1

Gambar 3.15
Pada gambar di atas lendutan maksimum yang terjadi sebesar 33.5698 mm
pada no. joint 13 yang diakibatkan oleh beban Kombinasi 2.

Untuk tabel hasil output diberikan pada lampiran di belakang.

3.7 Gambar Gaya M, D, N (Satuan kN m)

a. Gambar Momen (Gaya M)

a.
b.

Gambar 3.16 Momen Akibat Beban Kombinasi 1


Gambar Gaya Geser (Bidang D)
Gambar 3.17 Gaya Geser Akibat Beban Kombinasi 1

c. Gaya Aksial (Bidang N)

Untuk tabel output hasil Analisa diberikan pada lampiran di belakang.


Gambar 3. 19 Gaya Aksial Akibat Beban Kombinasi 1
3.8 Steel Design Ratio

Gambar 3.21 Steel Design Ratio

Untuk tabel hasil output diberikan pada lampiran di belakang.


BAB IV
MODELING DAN ANALISA ETABS

4.1 Data Soal


Lakukan pemodelan Portal 3D Beton dengan menggunakan softwere ETABS,
adapun data perencanaan yang dapat digunakan adalah sebagai berikut :

Diketahui :
Data Geometri
1. a =5m
2. b =4m
3. 2c = 2 × 2,75
= 5,5 m
4. Tinggi Portal (hx) = 4 m (Setiap Lantai)
5. Ukuran Balok Induk
1
Tinggi Balok (h) = xL
10
1
= x 5,5
10
= 0.55 m → 550 mm

1
Lebar Balok (b) = xh
2
1
= x 0,55
2
= 0.275 m → 275 mm

Dipakai ukuran :

h=55cm

b=27,5cm

6. Ukuran Kolom = 30/30 cm


7. Beban Mati Tambahan = 115 kg/m2
8. Beban Hidup = 200 kg/m2
9. Beban Hidup Atap = 97,894 kg/m2
10. Beban Gempa = Kota Malang
11. Jenis Tanah = Tanah Sedang
12. Nilai Faktor Resiko (Ie) =1
13. Nilai Koefisien Terfaktor (R) = 8

Data Material
1. Mutu Beton
Kuat Tekan Beton = fc’ 30 MPa
2. Mutu Tulangan Ulir (BJTS 420 A)
Tegangan Leleh (fy) = 420 MPa
Tegangan Putus (fu) = 525 MPa
D tul. Utama = D13
3. Mutu Tulangan Polos (BJTP 280)
Tegangan Leleh (fy) = 280 MPa
Tegangan Putus (fu) = 350 MPa
∅ tul. Sengkang = Ø8
4.2 Gambar Pemodelan
1. Denah per-lantai

Gambar 4.2 Denah Lantai 3 (Elv +8 m)

Gambar 4.3 Denah Lantai Atap (Elv +12)


2. Tampak Depan

Gambar 4.4 Tampak Depan Portal 3D

3. Tampak Samping Kanan

Gambar 4.5 Tampak Samping Kanan Portal 3D

4. Tampak Belakang
Gambar 4.6 Tampak Belakang Portal 3D

5. Tampak Samping Kiri

Gambar 4.7 Tampak Samping Kiri Portal 3D


4.3 Gambar Input Pembebanan (Satuan Kg)
a. Beban Mati Tambahan Lantai 1 dan Lantai 2

b.

Gambar 4. 8 Beban Mati Tambahan

Gambar 4. 9 Beban Hidup

Beban Hidup Lantai 1 dan Lantai 2

Gambar 4. 9 Beban Hidup


c. Beban Hidup Lantai Atap

Gambar 4. 10 Beban Hidup Lantai Atap 4.4


G
ambar Respon Spectrum Gempa Malang, Jawa Timur

Gambar 4. 11 Respon Spectrum Malang, Jawa Timur


4.5 Gambar Section (Balok pada setiap lantai dan Kolom pada setiap
potongan)

Gambar 4.12 Section Penampang

4.6 Gambar Reaksi Tumpuan (Kg)


a. Akibat Beban Envelope

Gambar 4.13 Reaksi Tumpuan Akibat Beban Envelope


Tabel hasil output untuk reaksi perletakan diberikan pada lampiran di
belakang.
4.7 Gambar Simpangan/Drift Maksimum (Satuan mm)
a. Beban Gempa (RSPx)

b. Beban Gempa (RSPy)


Gambar 4.14 Simpangan Maksimum Akibat Beban Gempa (RSPx)

Gambar 4.15 Simpangan Maksimum Akibat Beban Gempa (RSPy)

Untuk tabel hasil output diberikan pada lampiran di belakang.


4.8 Gaya M, D, N, T (Satuan kN m)
a. Momen (Bidang M)
1. Akibat Beban Kombinasi Envelope

Gambar 4.16 Momen Akibat Beban Kombinasi Envelope

b. Gaya Geser (Bidang D)


1. Akibat Beban Kombinasi Envelope

Gambar 4.17 Gaya Lintang Akibat Beban Kombinasi Envelope

c. Gaya Aksial (Bidang N)


1. Akibat Beban Kombinasi Envelope
Gambar 4.18 Gaya Normal Akibat Beban Kombinasi Envelope

d. Torsi
1. Akibat Beban Kombinasi Envelope

Gambar 4.19 Torsi Akibat Beban Kombinasi Envelope

4.9 Diagram Interaksi Kolom Maksimum


Diagram interaksi kolom dipilih atas dasar pertimbangan gaya aksial terbasar
yang dipikul kolom tersebut, pada gedung ini terletak pada joint C14 dan
kombinasi 6

Gambar 4.20 Diagram Interaksi Kolom Maksimum

Untuk tabel hasil output diberikan pada lampiran di belakang.

4.10Gambar Concrete Design (Longitudinal Reincforcing, Shear Reinforcing,


Torsion Reinforcing)
1. Longitudinal Reinforcing

2. Shear Reinforcing

Gambar 4.22 Desain Shear Reinforcing

Gambar 4.21 Desain Longitudinal Reinforcing


3. Torsion Reinforcing

Gambar 4.23 Desain Torsion Reinforcing

4.11 Interpretasi Hasil Data Menjadi Kebutuhan Jumlah Tulangan Balok dan
Kolom
a. Untuk Balok Batang 109 Lantai 1 (Gaya Aksial Terbesar +)

1. Tulangan longitudinal pada tumpuan Batang 109 Lantai 1 (Gaya Aksial


Terbesar +) direncanakan :

Top Rebar
As
n = 1 2
xπ x D
4
214
= 1 x π x 132
4
= 1.611 → 2 (dibutuhkan 2 D13 buah tulangan tarik)
Bottom Rebar
As '
n = 1
x π x D2
4
140
= 1
x π x 132
4
= 1.807 → 2 (dibutuhkan 2 D13 buah tulangan tekan)
2. Tulangan longitudinal pada lapangan batang 124 Lantai 1 (Gaya Aksial
-) direncanakan :

Top Rebar
As '
n = 1 2
xπ x D
4
211
= 1 x π x 132
4
= 1.589 → 2 (dibutuhkan 2 D13 buah tulangan tekan)
Bottom Rebar
As '
n = 1 2
xπ x D
4
139
= 1 2
x π x 13
4
= 1.046 → 2 (dibutuhkan 2 D13 buah tulangan tarik)
3. Tulangan sengkang pada tumpuan direncanakan :
Dicoba sengkang 2 kaki
Asv = 2 x 0.25 x π x Ø2
= 2 x 0.25 x π x 102
= 157 mm2
Jarak Sengkang
Asv / s
S =
Asv
246,24
=
157
= 1.568 m → 156.8 mm → 160 mm
(Maka sengkang direncakan 2 Kaki Ø10 – 160 mm)
4. Tulangan sengkang pada lapangan direncanakan :

Dicoba sengkang 2 kaki


Asv = 2 x 0.25 x π x Ø2
= 2 x 0.25 x π x 102
= 157 mm2
Jarak Sengkang
Asv / s
S =
Asv
246,24
=
157
= 1.568 m → 156,8 mm → 160 mm
(Maka sengkang direncakan 2 Kaki Ø10 – 160 mm)

b. Untuk Kolom
1. Tulangan logitudinal direncanakan :

As
n = 1
x π x D2
4
1600
= 1 x π x 162
4
= 7.954 → 8 (dibutuhkan 8 D16 buah tulangan
longitudinal)

2. Tulangan sengkang direncanakan

Dicoba sengkang 2 kaki


Asv = 2 x 0.25 x π x Ø2
= 2 x 0.25 x π x 82
= 100.48 mm2
Jarak Sengkang
Asv / s
S =
Asv
135.84
=
100.48
= 1.352 m → 135.2 mm → 140 mm
(Maka sengkang direncakan 2 Kaki Ø8 – 140 mm)
Maka dapat disimpulkan
Penulangan Balok
Penulangan Daerah Tumpuan
Tulangan Tarik : 2 D13
Tulangan Tekan : 2 D13

Penulangan Daerah Lapangan


Tulangan Tekan : 2 D13
Tulangan Tarik : 2 D13

Penulangan Sengkang
Daerah Tumpuan : 2 Kaki Ø10 – 160 mm
Daerah Lapangan : 2 Kaki Ø10 – 160 mm

Penulangan Kolom
Penulangan Longitudinal : 8 D16
Penulangan Sengkang : 2 Kaki Ø8 – 140 mm

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat dibuat berdasarkan pembahasan dan Analisa
praktikum di atas adalah sebagai berikut :
1. Pada modelling jembatan rangka 3D pada SAP 2000 didapatkan lendutan
maksimum yang terjadi sebesar 38,09123 mm pada no. joint 11 yang
diakibatkan oleh beban Kombinasi 2.
2. Pada modelling portal 3D beton bertulang didapatkan interpretasi hasil data
untuk kebutuhan tulangan balok dan kolom adalah sebagai berikut :
a. Untuk Balok
1) Tulangan longitudinal pada daerah tumpuan direncanakan untuk
tulangan tarik 2 D16 dan tulangan tekan 2 D13.
2) Tulangan longitudinal pada daerah lapangan direncanakan untuk
tulangan tarik 2 D16 dan tulangan tekan 2 D13.
3) Tulangan sengkang pada daerah tumpuan direncanakan 2 Kaki Ø10
– 160 mm. Sedangkan tulangan sengkang pada daerah lapangan
direncanakan 2 Kaki Ø10 – 160 mm
b. Untuk Kolom
1) Tulangan logitudinal direncanakan 8 D16
2) Tulangan sengkang direncanakan 2 Kaki Ø10 – 140 mm
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil praktikum ini adalah
sebagai berikut :
1. Lebih teliti dalam melakukan pemodelan menggunakan program bantu
Teknik sipil seperti SAP 2000 dan ETABS ini, sehingga dapat
menghasilkan hasil yang baik dan teliti.
2. Lebih banyak membaca literatur yang digunakan sebagai pedoman dalam
melakukan pemodelan baik menggunakan SAP 2000 maupun ETABS,
dalam hal ini SNI yang menjadi acuan dalam melakukan Analisa dan
pemodelan.
LAMPIRAN HASIL
OUTPUT SAP 2000
LAMPIRAN HASIL
OUTPUT ETABS

Anda mungkin juga menyukai