menggunakan
DISUSUN OLEH:
HARYANTO YOSO WIGROHO
Dewasa ini perkembangan dibidang konstruksi sangat pesat, baik dalam hal
teknologi pelaksanaan konstruksi maupun dalam hal perangkat lunak komputer
untuk desain struktur bangunan. Prosesor yang mempunyai kemampuan kecepatan
semakin tinggi akan memudahkan para perancang struktur untuk mendesain
bangunan dengan cepat, mudah, efisien dan optimum. CSi (Computer and
Structur, Inc.) dari Berkeley, California USA yang awalnya mengeluarkan perangkat
lunak SAP80, SAP90, dan SAP2000 tidak ketinggalan pula mengeluarkan ETABS,
yang merupakan perangkat lunak untuk analisis dan disain struktur khusus untuk
bangunan gedung.
Susunan buku ini terdiri dari tiga bab, pada bab I dibahas secara umum
tentang program ETABS versi 8.45, kemampuan yang dimiliki oleh program ETABS
pada graphical user interface-nya. Dibahas juga bagaimana langkah-langkah
pembuatan model struktur, penjelasan kontrol hasil analisis dan desain struktur.
Bab II pada buku ini menbahas tutorial secara cepat untuk memberikan
pengalaman atau kebiasaan kepada pembaca dalam menguasai menu-menu yang
ada pada ETABS versi 8.45. Pada bab ini pembaca diajak untuk bersama-sama
membuat model, menentukan material, menentukan penampang elemen,
menentukan beban pada struktur dan menngontrol atau merencanakan elemen
struktur. Beberapa keistimewaan dasar ETABS versi 8.45 dikemukakan pada bab II
ini, dan penekanan materi adalah pada struktur dengan beban statik.
Bab III membahas model dengan beban dinamik dengan data respon
spektrum maupun time history. Pada bab ini diberikan contoh bagaimana
menentukan beban gempa statik pada program ETABS versi 8.45. Ditunjukkan pula
beberapa keunggulan program ETABS versi 8.45 dalam menentukan massa
bangunan, pusat massa, dan beban gempa statik tiap-tiap lantai yang dibangkitkan
secara otomatis oleh program.
digunakan. Peraturan-peraturan tersebut antara lain ACI, AISC, dan peraturan lain
yang berhubungan dengan peraturan beton dan baja yang ada di Eropa dan Canada.
Akhirnya penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca
demi perbaikan yang perlu. Tak lupa penulis mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu terbitnya buku ini.
Penulis,
PENGANTAR ………………………………………………………………………………….. v
Modul ETABS Versi 8.45 oleh Haryanto Yoso Wigroho 2006 vii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Umum
c) Modul untuk menghasilkan distribusi beban gravitasi pada balok dan kolom
apabila plat lantai tidak diberikan sebagai bagian sistem plat.
Terminologi yang digunakan pada program ini ialah column (kolom), beam
(balok), brace (bresing) dan wall (dinding geser), juga nodes (joint/titik kumpul) dan
finite element. Beberapa istilah dalam bahasa Inggris yang digunakan sengaja tidak
dicari padanannya dalam bahasa Indonesia karena akan sangat mengganggu,
misalnya : window, menu, displacements (perpindahan dan rotasi), point
(joint/node/titik kumpul), toolbar, shear wall, dan sebagainya,
Beberapa ciri tampilan pokok dari Graphical user interface diperlihatkan pada
gambar 1.1. Tampilan tersebur antara lain Main Window, Main Title Bar, Menu
Bar, Display Title Bar dan lain-lainnya. Bagian-bagian tersebut beberapa akan
dijelaskan fungsinya pada sub-bab ini.
Main Window berisi semua yang ada pada graphical user interface, window
ini dapat dipindah, di-minimized/maximized, resized atau ditutup menggunakan
standar operasi window.
Menu Bar berisi semua menu yang ada pada program, untuk mengakes
menu-menu tersebut dilakukan dengan meng-klik pada menu yang diinginkan,
maka akan keluar menu drop-down yang berisi sub-sub menu perintah. Perhatikan
bahwa ada beberapa sub-menu yang diikuti oleh tiga titik, … , atau diikuti oleh
tanda segitiga, ►, di sebelah kanannya. Simbol tiga titik menunjukkan bahwa
sebuah form baru akan muncul ketika menu tersebut dipilih, sedangkan simbol
segitiga menunjukkan bahwa sub-menu baru akan muncul ketika dipilih menu yang
memiliki simbol segitiga yang mengikutinya.
Display Title Bar terletak dibagian atas Display Window, yang akan tampak
terang bila aktif. Teks pada Display Title Bar menunjukan tampilan tipe dan lokasi
tingkat atau elevasi tampak samping. Apabila dilakukan analisis/desain, Title Bar
ini akan menampilkan keterangan hasil analisis/desain.
Status Bar terletak pada bagian kiri bawah window utama, teks yang tampak
menunjukkan status terkini (current) dari program. Sesekali teks memberikan
informasi tentang tipe dan lokasi tampilan yang aktif pada window. Setelah
dilakukan analisis, misalnya deformed shapes, maka akan ditampilkan “Right click
on any point for displacements values”. Apabila di-klik kanan pada sembarang point
(titik kumpul) maka akan ditampilkan nilai-nilai displacement titik tersebut. Apabila
ditampilkan deformed shapes, termasuk juga mode shapes, maka kontrol animasi
yang ada disebelah kanan Status Bar akan muncul.
Koordinat Mouse Pointer ditampilkan pada sisi kanan Status Bar. Koordinat
yang ditampilkan disini adalah sistem koordinat sesuai dengan pilihan pada drop-
down box yang terletak disisi kanan Status Bar. Untuk memilih alternatif sistem
koordinat yang lain, dilakukan dengan menu Edit>Edit Grid Data, yang kemudian
dapat ditambahkan/dihapus sistem koordinat yang diinginkan. Koordinat Mouse
Pointer tidak selalu ditampilkan, dan hanya ditampilkan bila Mouse Pointer ada
pada Window yang aktif. Pada bidang dua dimensi atau pada tampak elevasi,
koordinat Mouse Pointer selalu akan ditampilkan, sedangkan pada tampilan tiga
dimensi koordinat Mouse Pointer akan ditampilkan jika Mouse Pointer-nya
menempel (snap) pada suatu titik atau perpotongan garis grid.
Plan View Drawing atau tampilan bidang gambar dapat dipilih menggunakan
drop-down box yang ada di sisi kanan Status Bar. Ada tiga pilihan yang dapat
dilakukan, antara lain :
c) Tombol Ctrl digunakan untuk memilih obyek yang letaknya ada di atas
obyek lainnya. Pada kasus ini jika ingin dipilih obyek khusus, maka tekan
tombol Ctrl bersamaan dengan klik sekali saja. Dengan klik kiri akan
ditampilkan form yang berisi beberapa obyek, kemudian dari form ini dapat
dipilih obyek yang diinginkan.
e) Double klik adalah menekan dua kali tombol mouse kiri dengan cepat. Pada
saat melakukan double klik ini mouse tidak boleh bergeser. Double klik
digunakan salah satunya untuk melengkapi pada saat menggambar model.
Interface ditampilkan pilih menu File>New Model atau dapat dipilih toolbar ,
kemudian langkah-langkah selanjutnya akan dijelaskan pada latihan-latihan
membuat model. Setelah model ditampilkan jika diperlukan bantuan dapat
menggunakan fasilitas help melalui menu Help>Search for Help On, atau dapat
dengan menekan tombol F1 pada keyboard. Untuk menyimpan data model gunakan
menu File>Save atau melalui toolbar . Data akan disimpan dengan ekstensi *.edb
yang berbentuk binary, dan file-file backup yang berbentuk text dengan ekstensi
*.$et atau *.e2k. File-file yang berbentuk text dapat dibuka dengan program notepad
atau wordpad.
d) Menggambar balok, kolom, plat lantai dan juga dinding geser atau bresing
jika ada.
e) Menentukan load case dan beban statik yang bekerja pada model.
g) Analisis struktur dan kontrol hasil. Pada langkah ini perlu dikontrol apakah
deformasi dan gaya-gaya pada struktur hasilnya masih “wajar”. Apabila
ditemui hasil-hasil yang tidak sewajarnya, misalnya terlampau besar atau
terlampau kecil, maka perlu di-cek apakah data yang diberikan sudah
benar. Kesalahan dapat saja terjadi pada pemilihan satuan, kombinasi
beban, atau data yang lain.
Ada dua mode (cara) yang diberikan oleh program ETABS yaitu draw mode
dan select mode. Pada draw mode dimungkinkan untuk menggambar obyek, sedang
select mode dimungkinkan untuk memilih obyek dan kemudian meng-edit,
menentukan obyek (misal : mememberi properti, beban dan lainnya), dan mencetak
hasilnya ke printer. Pada program ETABS mode default-nya adalah select mode.
Pada draw mode secara otomatis memungkinkan dipilih melalui satu dari
sub-menu mengikuti perintah dari draw menu, atau dengan cara meng-klik pada
toolbar yang berhubungan dengan menu yang bersangkutan. Beberapa contoh
toolbar untuk draw menu ditunjukkan seperti di bawah ini.
Draw mode ini akan terus aktif sampai dikerjakan satu dari beberapa hal
berikut ini.
Pada kondisi select mode, pointer dalam keadaan Normal Select Pointer, dan
seting default-nya mouse pointer akan tampak seperti . Pada kondisi draw mode,
pointer dalam keadaan Alternate Select, dan seting default-nya akan tampak seperti
↑.
Perlu dicatat bahwa bila dalam draw mode mouse pointer digerakkan dekat
dengan toolbar atau menu bar, maka tampilan pointer yang tadinya ↑ , akan
Tombol yang memungkinkan model untuk locked (terkunci) dan unlocked (tak
terkunci) diberikan pada menu Options atau tollbar . Apabila model dalam
keadaan terkunci, maka model tidak dapat diubah/di-edit.
perubahan yang akan menyebabkan tidak valid-nya hasil analisis dan desain. Untuk
mengubah model menjadi tak terkunci tekan toolbar , kemudian baru dilakukan
perubahan-perubahan seperti yang diinginkan.
Sebuah konstruksi menara air yang teridiri dari bak-bak air yang diletakkan
di atas plat beton seperti pada gambar 2.1, semua bahan dari beton bertulang
dengan berat volume 24 kN/m3. Beban luar yang bekerja pada plat adalah berat air
sebesar 12 kN/m2 sebagai beban mati (DL=dead load), dan beban hidup (LL=live
load) sebeasr 1,0 kN/m2. Beban hidup sebesar 0,5 kN/m’ dianggap bekerja pada
balok B2.
1 2
1,0 3,0 m 1,0
B2
3,0 m 1,0 m
B
B2 5,0 m 3,0 m
Z 3,0 m
X A
1,0 m
B2 1.5 m 5,0 m
Y
3,0 m
X
1 2
(a) Tampak (b) Denah
Untuk merencanakan model struktur pada gambar 2.1 tersebut dapat diikuti
langkah-langkah sebagai berikut.
Dari gambar denah terlihat pada arah sumbu X (global) ada 4 grid dengan
dua grid diberi label 1 dan 2, pada arah sumbu Y (global) ada 4 grid dengan 2 grid
diberi label A dan B. Pada arah sumbu vertikal Z (global) ada 4 tingkat, yaitu balok
ikat B2 ada 4, dan balok B1 pada tingkat paling atas.
1. Pastikan terlebih dahulu unit (satuan) dalam kN-m, seperti gambar 2.2.
2. Untuk menentukan model yang baru dilakukan melalui menu File>New Model,
atau gunakan toolbar , maka akan muncul form seperti gambar 2.3
Pada gambar 2.3 terlihat ada 3 button pilihan, yang pertama Choose.edb
digunakan untuk membuka file ETABS yang sudah tersimpan terdahulu.
Default.edb ialah memulai model ETABS menggunakan pilihan yang ada pada
Modul ETABS Versi 8.45 oleh Haryanto Yoso Wigroho 2006
Struktur Dengan Beban Statik 11
file Default.edb, yang ada pada directory yang sama dengan ETABS.exe. Apabila
file Default.edb tidak ada, maka ETABS akan menggunakan pilihan yang sama
seperti pada pilihan No. Pilih button No, sehingga akan ditampilkan form seperti
pada gambar 2.4 berikut
3. Pada ‘Grid Dimension (Plan)’ untuk ‘Number Lines in X Direction’ diisi 4, yang
maksudnya 4 grid arah X, untuk ‘Number Lines in Y Direction’ diisi 4. Kemudian
pada ‘Spacing in X Direction’ dan ‘Spacing in Y Direction’ sementara diisi 3, yang
nantinya akan diedit. Pada ‘Story Dimension’ untuk ‘Number of Stories’ diisi 5,
maksudnya 5 tingkat, pada ‘Typical Story Height’ diisi 3, dan pada ‘Bottom Story
Height’ diisi 1.5. Pada ‘Typical Story Height’ diisi dengan 3, maksudnya tinggi
tingkat tipikal-nya adalah 3m, sedangkan tinggi tingkat paling bawah (‘Bottom
Story Height’) diisi 1,5.
4. Klik pada radio button ‘Custom Grid Spacing’, kemudian klik ‘Grid Labels’, maka
akan ditampilkan form seperti gambar 2.5. Pada ‘Beginning X ID’ diganti dengan
1, pada gambar denah untuk label grid arah X adalah dengan angka 1 dan 2.
Pada ‘Beginning Y ID’ diganti dengan A, pada gambar denah untuk label grid arah
Y adalah dengan huruf A dan B. Kemudian klik OK.
Catatan : untuk pemberian label arah X dapat dilakukan dari kiri ke kanan, atau dari
kanan ke kiri, sedangkan untuk pemberian label arah Y dapat dilakukan dari
bawah ke atas, atau dari atas ke bawah.
5. Dari data form seperti pada gambar 2.4 klik pada ‘Edit Grid’, maka akan tampil
form seperti gambar 2.6. berikut.
Pada form ‘Define Grid Data’ untuk ‘Display Grid as’ pilih ‘Spacing’, kemudian
pada ‘X Grid Data’ dan ‘Y Grid Data’ diisi data seperti gambar 2.6.
a) Baris nomor 1, ‘Grid ID’ dikosongkan, kemudian ‘Spacing’ diisi 1, ‘Line Type’
diganti Secondary dengan cara ‘double-klik’, ‘Visibility’ diisi Show, ‘Buble
Loc’ diisi Top.
b) Baris nomor 2, ‘Grid ID’ diberi label 1, kemudian ‘Spacing’ diisi 3, ‘Line Type’
diisi Primary, ‘Visibility’ diisi Show, ‘Buble Loc’ diisi Top.
c) Baris nomor 3, ‘Grid ID’ diberi label 2, kemudian ‘Spacing’ diisi 1, ‘Line Type’
diisi Primary, ‘Visibility’ diisi Show, ‘Buble Loc’ diisi Top.
d) Baris nomor 4, ‘Grid ID’ dikosongkan, kemudian ‘Spacing’ diisi 0, ‘Line Type’
diganti Secondary, ‘Visibility’ diisi Show, ‘Buble Loc’ diisi Top.
Catatan : Maksud dari isian data pada butir a) di atas adalah, jika ‘Grid ID’ dikosongkan,
maka label pada grid tersebut tidak ada atau kosong. Untuk ‘Spacing’ jarak dari
grid paling kiri (nomor 1) ke grid nomor 2 adalah 1,0 m. ‘Line Type’ dapat dipilih
Secondary atau Primary dengan klik dua kali secara cepat (double-klik). Jika
dipilih Primary lingkaran label akan ditampilkan, tetapi jika dipilih Secondary
maka lingkaran label tidak ditampilkan. Pilihan pada ‘Visibility’ juga dilakukan
dengan double-klik. Jika ‘Visibility’ dipilih Show, maka grid akan ditampilkan,
jika dipilih Hide, maka grid tidak ditampilkan. Pilihan pada ‘Buble Loc.’,
digunakan untuk memilih lokasi lingkaran label grid. Untuk grid arah X dapat di
letakkan di atas (Top) atau di bawah (Bottom), untuk grid arah Y dapat di
letakkan di kiri (Left) atau di kanan (Right).
a) Baris nomor 1, ‘Grid ID’ dikosongkan, kemudian ‘Spacing’ diisi 1, ‘Line Type’
diganti Secondary, ‘Visibility’ diisi Show, ‘Buble Loc’ diisi Top.
b) Baris nomor 2, ‘Grid ID’ diberi label A, kemudian ‘Spacing’ diisi 3, ‘Line Type’
diisi Primary, ‘Visibility’ diisi Show, ‘Buble Loc’ diisi Top.
c) Baris nomor 3, ‘Grid ID’ diberi label B, kemudian ‘Spacing’ diisi 1, ‘Line Type’
diisi Primary, ‘Visibility’ diisi Show, ‘Buble Loc’ diisi Top.
d) Baris nomor 4, ‘Grid ID’ dikosongkan, kemudian ‘Spacing’ diisi 0, ‘Line Type’
diganti Secondary, ‘Visibility’ diisi Show, ‘Buble Loc’ diisi Top.
Catatan : Penjelasan dan cara mengganti data pada ‘Y Grid Data’ ini sama dengan yang
dijelaskan pada ‘X Grid Data’.
Pada ‘Bubble Size’ diisi 0.7. Data ini menunjukkan besar kecilnya lingkaran label
sesuai dengan yang diinginkan.
Setelah form ‘Define Grid Data’ selesai diisi kemudian klik OK.
6. Pada ‘Story Dimensions’ klik ‘Custom Story Data’, kemudian klik ‘Edit Story
Data’, maka akan ditampilkan form seperti gambar 2.7. Kemudian diisi data
sebagai berikut ini.
a) Baris nomor 6 pada ‘Label’ diganti Plat, maksudnya adalah plat beton paling
atas. Pada ‘Master Story’ diganti dengan No, yang maksudnya tingkat ini
bukan sebagai master story.
b) Baris nomor 5 pada ‘Label’ diganti BL-3, maksudnya adalah sebagai label
balok ikat nomor 3. Pada ‘Master Story’ diganti dengan Yes, yang
c) Baris nomor 4 pada ‘Label’ diganti BL-2, maksudnya adalah sebagai label
balok ikat nomor 2. Pada ‘Master Story’ dipilih No, pada ‘Similar To’ dipilih
BL-3, yang maksudnya tingkat BL-2 ini serupa dengan tingkat BL-3.
d) Untuk baris nomor 3 dan 2 diganti sama dengan baris nomor 4, hanya label
saja yang diubah.
Setelah selesai mengisi data form pada gambar 2.7 kemudian klik OK, maka
dilayar akan ditampilkan seperti gambar 2.8.
Catatan : Nama-nama label seperti PLAT, BL-1, SLOOF dan sebagainya dapat ditentukan
sesuai selera masing-masing. Hanya yang perlu diingat nama tersebut harus
mempunyai maksud, dan tidak terlalu panjang.
Pada gambar 2.8 terlihat pada window sebelah kiri adalah tampak atas (Plan
View), sedang pada window sebelah kanan tampak 3 dimensi (3D). Pada gambar
tersebut window yang aktif adalah yang sebelah kiri, yang ditunjukkan dengan
Title Bar yang lebih terang. Pada Title Bar window sebelah kiri menunjukkan
Plan View-nya adalah PLAT, elevasinya 13.5, sedang pada window sebelah kanan
posisi bidang PLAT terlihat ada pada tingkat paling atas, yang ditunjukkan
dengan garis grid yang lebih terang. Untuk memindah elevasi atau tingkat dapat
2. Pada form ‘Material Property Data’ diisi data seperti pada gambar 2.10
Pada ‘Analyisis Property Data’ untuk ‘Weight per unit Volume’ diisi 24, untuk
‘Modulus of Elasticity’ diisi 2e7 (maksudnya 2.107 kN/m2, dari MPa dijadikan
kN/m2). Untuk data ‘Mass per unit Volume’, ‘Poisson’s Ratio’ dan ‘Coeff of
Thermal Expansion’ biarkan apa adanya tidak perlu diubah.
Pada ‘Design Property Data (ACI 318-99)’ untuk ‘Specified Conc Comp Strenght,
f’c’ diisi 20e3 (20.103 kN/m2), untuk ‘Bending Reinf. Yield Stress fy’ diisi 400e3
(400.103 kN/m2), untuk ‘Shear Reinf. Yield Stress fys’ diisi 240e3 (240.103
kN/m2).
Setelah form ‘Material Property Data’ sudah diisi seperti gambar 2.10 klik OK,
dan klik OK lagi.
4. Pada ‘Define Frame Properties’ gambar 2.11, melalui drop-down box pilih ‘Add
Rectangular’, maka akan ditampilkan form seperti gambar 2.12
Pada ‘Section Name’ diisi K35X35, pada ‘Material’ pilih CONC, pada ‘Dimensions’
untuk ‘Depth (t3)’ diisi 0.35, dan pada ‘Width’ (t2) diisi 0.35.
Sebagai catatan, pada ETABS versi 8.4.5 default untuk penampang beton segi-
empat adalah untuk kolom, sehingga ‘Reinforcement…’ tidak perlu diubah.
Setelah form isian seperti gambar 2.12 selesai kemudian klik OK.
5. Langkah nomor 4 diulang dengan memilih ‘Add Rectangular’ dari drop-down box,
maka akan ditampilkan form seperti gambar 2.13(a).
Pada ‘Section Name’ diisi B20X40, pada ‘Material’ pilih CONC, pada ‘Dimensions’
untuk ‘Depth (t3)’ diisi 0.4, dan pada ‘Width’ (t2) diisi 0.2.
Klik pada ‘Reinforcement…’ kemudian akan tampil form seperti gambar 2.13(b),
pada ‘Design Type’ dipilih Beam, sementara untuk data yang lain dibiarkan dulu.
Isian untuk ‘Concrete Cover to Rebar Center’ pada ‘Top’ dan ‘Bottom’
maksudnya adalah jarak pusat tulangan terhadap sisi luar selimut beton.
6. Langkah nomor 5 diulang dengan memilih ‘Add Rectangular’ dari drop-down box,
maka akan ditampilkan form seperti gambar 2.14.
Modul ETABS Versi 8.45 oleh Haryanto Yoso Wigroho 2006
Struktur Dengan Beban Statik 18
Pada ‘Section Name’ diisi B15X30, pada ‘Material’ pilih CONC, pada ‘Dimensions’
untuk ‘Depth (t3)’ diisi 0.3, dan pada ‘Width’ (t2) diisi 0.15. Klik pada
‘Reinforcement…’ kemudian pada ‘Design Type’ dipilih Beam.
1. Pastikan window yang aktif adalah sebelah kiri, dan pada pilihan tingkat adalah
‘One Story’. Melalui menu Draw>Draw Line Object>Create Columns In Region
2. Pada ‘Property’ floating-form pilih K35X35, kemudian klik pada perpotongan grid
A-1, kemudian klik pada perpotongan grid A-2. Dilanjutkan dengan klik pada B-1
dan B-2. Langkah ini adalah menggambar elemen kolom untuk tingkat paling
atas (PLAT) saja, karena pilihan tingkat adalah ‘One Story’.
3. Tingkat digeser kebawah dengan toolbar sehingga Plan View menjadi BL-3,
dan pilihan tingkat diubah menjadi ‘Similar Stories’. Klik pada perpotongan grid
A-1, kemudian klik pada perpotongan grid A-2, dilanjutkan dengan klik pada B-1
dan B-2. Langkah ini menggambarkan elemen kolom mulai dari tingkat elevasi
BASE sampai dengan BL-3, karena adanya pilihan tingkat ‘Similar Stories’,
dimana pada data grid tingkat BL-2, BL-1 dan SLOOF adalah similar dengan BL-
3.
Catatan : Sebenarnya elemen kolom pada model ini dapat digambar untuk semua tingkat
sekaligus dengan pilihan tingkat All Stories, karena properti kolom dari
dukungan (BASE) sampai tingkat atas (PLAT) adalah sama, yaitu K35X35.
4. Tingkat digeser ke atas lagi dengan toolbar , pilihan tingkat tetap ‘Similar
Stories’. Aktifkan assignment untuk menggambar balok melalui menu
5. Gambar balok pada as A dengan cara klik pada perpotongan grid arah Y paling
kiri dengan grid A, tarik kekanan kemudian klik pada perpotongan grid A-1.
Lanjutkan terus kekanan klik pada perpotongan grid A-2, dan terus ke
perpotongan grid A dengan grid arah Y paling kanan. Setelah sampai pada grid
arah Y paling kanan kemudian klik-kanan untuk menyelesaikan penggambaran
balok pada as A. Langkah ini diulang untuk menggambar elemen balok pada as B
7. Tingkat digeser ke bawah satu kali dengan toolbar , pilihan tingkat tetap
‘Similar Stories’. Aktifkan assignment untuk menggambar balok secara cepat
melalui menu Draw>Draw Line Object>Create Lines In Region atau
8. Klik pada as A diantara titik A-1 dan A-2, kemudian dilanjutkan klik pada as B
diantara titik B-1 dan B-2. Pada tingkat BL-3 kebawah balok dibawah as A dan
diatas as B tidak ada, sehingga tidak digambar.
9. Klik pada as 1 diantara titik A-1 dan B-1, kemudian dilanjutkan klik pada as 2
diantara titik A-2 dan B-2. Pada tingkat BL-3 kebawah balok disebelah kiri as 1
dan disebelah kanan as B tidak ada, sehingga tidak digambar. Setelah langkah
ini selesai, maka seluruh balok di bawah tingkat BL-3 telah tergambar. Hal ini
ditunjukkan pada tampilan window yang ada disebelah kanan gambar 2.19.
Dari form ‘Set Bulding View Options’ gambar 2.20, aktifkan (check atau √ )
pada ‘Line Section’, kemudian klik OK. Aktifkan window yang kanan, kemudian klik
toolbar lagi, aktifkan (check atau √ ) pada ‘Line Section’, kemudian klik OK, maka
tampilan terakhir model struktur menjadi seperti pada gambar 2.21.
Catatan : Default dukungan pada ETABS adalah sendi. Hal ini tampak pada tampilan
gambar 2.18 pada window sebelah kanan. Untuk mengubah menjadi dukungan
jepit atau yang lainnya akan dibahas pada bab-bab selanjutnya.
Untuk menentukan dan menggambar plat beton pada tingkat paling atas
dilakukan langkah-langkah seperti berikut.
2. Dari form ‘Define Wall/Slab/Deck Sections’ pilih SLAB1, kemudian klik pada
‘Modify/Show Section…’, maka akan tampil form seperti gambar 2.22(b).
3. Pada form ‘Wall/Slab Section’ , untuk ‘Section Name’ dipilih P150, untuk
‘Material’ pilih CONC, untuk ‘Thickness’ diisi 0.15 baik pada ‘Membrane’ maupun
‘ Bending’, untuk ‘Type’ pilih Membrane. Kemudian klik OK.
Catatan : Pada tipe plat, pilihan ‘Shell’ maksudnya plat mempunyai kekakuan sebagai ‘in-
plane membrane’ dan ‘out-of-plane plate bending’. Untuk pilihan ‘Membrane’
plat hanya mempunyai kekakuan sebagai ‘in-plane membrane’. Untuk pilihan
‘Plate’ plat hanya mempunyai kekakuan pada ‘out-of-plane plate bending’
4. Untuk menggambar plat, pastikan window yang aktif adalah sebelah kiri, dan
elevasi tingkat ada pada paling atas (PLAT). Melalui menu Draw>Area
5. Dari floating form seperti gambar 2.23 pilih ‘Property’ dengan P150. Kemudian
klik (sambil ditahan) pada perpotongan grid pada sudut kiri-bawah, geser ke
perpotongan grid pada sudut kanan-atas, klik dilepas, maka menggambar plat
segi-empat pada tingkat atas selesai.
6. Untuk melihat apakah plat sudah tergambar dengan benar, dapat dikontrol
dengan ‘View Set Building Options’ dengan toolbar . Sebelumnya aktifkan dulu
window yang sebelah kanan, kemudian klik toolbar , kemudian check (√) pada
‘Object Fill’ seperti pada gambar 2.24. Setelah langkah ini dilakukan tamnpilan
model terakhir seperti ditunjukkan pada gambar 2.25.
E. Menentukan Beban
Untuk mentukan beban pada model struktur dibagi menjadi dua, ialah beban
mati dan beban hidup. Beban mati ialah beban elemen struktur itu sendiri, dan juga
beban-beban yang bekerja di atasnya. Beban sendiri elemen struktur dapat dihitung
oleh program dengan memberi faktor ‘Selft Weight Multiplier’ dengan nilai 1 pada
saat penentuan ‘Load Case’.
Pada model ini beban yang bekerja pada plat ada dua, ialah beban mati air
(DL) sebesar 12 kN/m2, dan beban hidup (LL) sebesar 1 kN/m2. Beban yang bekerja
pada balok B2 (dari SLOOF sampai BL-3) hanya beban hidup (LL) sebesar 1 kN/m2,
karena beban mati (DL) sudah dihitung oleh program.
Pada form gambar 2.26 ‘Load’ DEAD adalah untuk beban mati (DL), sedangkan
LIVE adalah untuk beban hidup (LL). Pada ‘Self Weight Multiplier’ untuk DEAD
nilainya 1, artinya berat sendiri elemen struktur diperhitungkan, jika diberi nilai
2. Menentukan beban pada plat. Untuk menentukan beban pada plat, dapat
dilakukan sebagai berikut.
a) Pastikan window kiri yang aktif, dan posisi bidang gambar ada pada elevasi
PLAT (paling atas). Klik pada tengah-tengah bidang plat, maka pilihan plat
akan ditunjukkan dengan tampak disekelilingnya dengan garis putus-putus.
akan ditampilkan form seperti gambar 2.28. Pada ‘Load Case Name’ ganti
dengan LIVE, pada ‘Load Type and Direction’ pilih Forces dan Gravity, pada
‘Uniform Load’ isi dengan 0.5. Kemudian klik OK.
F. Analisis Model
Pada form gambar 2.29 terlihat bahwa pada ‘Dynamic Analysis’ terlihat check
(√) atau aktif, padahal model ini tidak ada data untuk analisis dinamik, misalnya :
respon spektrum atau time history, massa dan sebagainya. Agar tidak terjadi
kesalahan (error) atau peringatan (warning) maka pada ‘Dynamic Analysis’ perlu di-
non aktifkan dengan meng-klik pada pilihan ‘Dynamic Analysis’, sehingga tanda √
tidak aktif.
Pada gambar 2.30 tampak yang aktif adalah window sebelah kanan, dan pada
Title Bar dijelaskan 3-d View Deformed Shape (DEAD), yang maksudnya adalah
deformasi akibat beban mati (DEAD), pada tampilan 3 dimensi. Untuk mengubah
deformasi akibat beban hidup dapat dilakukan melalui menu Display>Show
Deformed Shape…, atau klik toolbar , maka akan tampil form seperti pada
gambar 2.31.
Dari form ‘Deformed Shape’ pilih LIVE Static Load pada drop-down box
‘Load’ seperti gambar 2.31. Kemudian klik OK, maka tampilan deformasi akan
ditampilkan akibat beban hidup (LIVE).
Dari tampilan deformasi akibat beban mati (DEAD) melalui window kanan,
klik-kanan pada joint 6 (as A paling kiri), maka akan ditampilkan keterangan form
seperti gambar 2.32. Pada point 6 tersebut dijelaskan bahwa translasi arah X=0,
arah Y=0, dan arah Z=−0.001048. Artinya point 6 tersebut akibat beban mati hanya
translasi (pindah tempat) ke-arah Z sebesar 0.001048 m ke bawah, sedang ke arah
X dan Y tidak ada translasi. Nilai translasi pada point 6 tersebut adalah cukup
wajar, karena hanya 1,048 mm ke bawah oleh beban sendiri dan beban air, padahal
translasi terbesar adalah pada point 6 tersebut. Jadi kesimpulannya hasil deformasi
struktur sangat wajar.
1. Aktifkan window sebelah kiri, kemudian klik toolbar , atau melalui menu
View>Set Elevation View…, maka akan ditampilkan form seperti gambar 2.33.
Pada ‘Elevation’ pilih A, kemudian klik OK, maka tampilan window sebelah kiri
adalah tampak elevasi untuk as A.
Catatan : Pada ‘Options’ada 2 pilihan, yaitu Fill Diagram dan Show Values on
Diagram, jika dipilih Show Values on Diagram, maka tampilan diagram akan
seperti pada window sebelah kanan gambar 2.35.
3. Aktifkan window sebelah kanan, ulangi langkah 1 dengan klik toolbar , pada
‘Elevation’ pilih 1, kemudian klik OK, maka tampilan window sebelah kanan
adalah tampak elevasi untuk as 1. Ulangi langkah 2 dengan klik toolbar , pada
Catatan : Untuk output gaya-gaya yang lain dan jenis pembebanan yang lain, dapat dipilih
melalui toolbar seperti pada langkah nomor 2. Misalnya ingin ditampilkan
Axial Force (gaya normal), Shear 2-2 (gaya geser arah sumbu 2), Shear 3-3
(gaya geser arah sumbu 3), Torsion (momen torsi), Moment 2-2 (momen
terhadap sumbu 2), Moment 3-3 (momen terhadap sumbu 3).
4. Buka form ‘Member Force Diagram for Frame’ dengan klik toolbar , pada
‘Component’ pilih Axial Force, pada ‘Options’ pilih Show Values on Diagram,
aktifkan √, yang lainnya tetap. Kemudian klik OK, maka akan ditampilkan
diagram gaya aksial seperti gambar 2.36. Jika dilihat gaya aksial pada kolom
paling atas di ujung bawah besarnya adalah 115,92 kN. Apabila di-cek beban-
beban mati yang bekerja pada plat atas sebesar 12 kN/m2, ditambah berat
sendiri plat, balok dan kolom, maka nilai beban aksial tersebut benar. Sehingga
hasil analisis model sudah wajar dan dapat diterima.
G. Desain Model
Catatan : Pada ‘Design Code’, ada beberapa pilihan diantaranya: UBC97, BS8110 89,
BS8110 97, CSA-A23.3-94, EUROCODE 2-1992, NZS 3101-95, Indian IS 456-
2000, Mexican RCDF 2001. Disarankan pembaca memahami peraturan yang
dipilih. Untuk paeraturan beton Indonesia (SNI 03-2847-2002) belum tersedia,
tetapi menurut hemat penulis paraturan yang dekat dengan SNI adalah ACI,
dengan merubah koefisien-koefisien yang sesuai dengan SNI 03-2847-2002.
3. Pilih DCON1, kemudian klik ‘Show’, maka akan tampil form seperti gambar 2.
39(a). Pada form tersebut ‘Case Name’ DEAD Static Load, ‘Scale Factor’ diberi
nilia 1.4. Artinya pada kombinasi dengan notasi DCON1, hanya berisi beban mati
dikalikan dengan 1,4 saja.
4. Pilih DCON2, kemudian klik ‘Show’, maka akan tampil form seperti gambar 2.
39(b). Pada form tersebut ‘Case Name’ DEAD Static Load, ‘Scale Factor’ diberi
nilia 1.4, dan ‘Case Name’ LIVE Static Load, ‘Scale Factor’ diberi nilia 1.7.
Artinya pada kombinasi dengan notasi DCON2, beban mati (DEAD) dikalikan
dengan 1,4 ditambah beban hidup (LIVE) dikalikan 1,7. Hal ini ditunjukkan pada
‘Load Combination Type’ pada pilihan ADD(ditambahkan).
Bangunan 2 lantai dengan denah dan potongan seperti gambar 2.41, atap
bangunan utama (bentang 6m) menggunakan rangka baja (truss), pada selsar atap
menggunakan plat beton. Pada denah lantai-2, antara point A1−B1−B2−A2 dibuat
void, maksudnya tidak ada plat lantai, dalam praktek biasanya untuk ruang tangga.
Dukungan pada dasar pondasi (base) dianggap jepit, ketentuan properti bahan,
penampang dan beban seperti diberikan pada gambar.
Dimensi semua balok atap 200x300 mm2, balok lantai-2 pada as A, B dan C
dimensinya 200x300 mm2, balok as 1 sampai as 6 bentangan 6m dimensinya
250x500 mm2, untuk bentang 2,5m dimensinya 250x300 mm2. Kolom lantai-1
untuk as A dan B dimensinya 300x500 mm2, untuk as C dimensinya 300x300 mm2,
sedangkan semua kolom lantai-2 dimensinya 300x300 mm2.
B1 B2
2
K1:300x500
K1 K2:300x300 K1 K2 4,5 m
3,0 m
Y VOID LANTAI BAWAH
1
X 6,0 m 2,5 m
6,0 m 2,5 m
A B C A B C
DENAH LANTAI 2 POTONGAN
Dari gambar denah terlihat pada arah sumbu X (global) ada 3 grid dengan
nama label A, B dan C, sedang pada arah sumbu Y (global) ada 6 grid dengan nama
label 1 sampai 6. Pada arah sumbu vertikal Z (global) ada 4 tingkat, yaitu elevasi
4,5m , 8,0m, 8,5m dan 10,23m. Elevasi 10,23m ini digunakan untuk menentukan
puncak kuda-kuda.
1. Pastikan terlebih dahulu unit (satuan) dalam kN-m, kemudian klik toolbar ,
kemudian dari form ‘New Model Initialization’ pilih NO. Isikan data seperti
gambar 2.42.
2. Dari form gambar 2.42 pilih ‘Custom Grid Spacing’, kemudian klik Grid Labels…
maka akan ditampilkan form seperti gambar 2.43. Pada gambar 2.43 grid arah X
dimulai dengan label A, grid arah Y dimulai dengan label 1. Hal ini sudah sesuai
dengan denah gambar 2.41, sehingga tidak perlu diubah. Klik OK saja.
3. Dari form gambar 2.42 pilih ‘Custom Grid Spacing’, kemudian klik Edit Grid…
maka akan ditampilkan form seperti gambar 2.44. Pada ‘Display Grid as’ pilih
Spacing, kemudian isikan data seperti pada gambar 2.44. Kemudian klik OK.
4. Pada ‘Story Dimension’ pilih ‘Custom Story Data’ kemudian klik Edit Story
Data…, maka akan ditampilkan form seperti gambar 2.45. Untuk label tingkat
(story) dan tinggi elevasi tingkat isikan seperti pada gambar 2.45. Kemudian klik
OK.
Setelah selesai menentukan sampai langkah 4 ini penentuan grid dan tingkat
selesai.
2. Isikan form pada ‘Material Property Data’ seperti gambar 2.46. Kemudian klik
OK.
3. Melalui form ‘Define Material’ pilih STEEL, kemudian klik pada ‘Modify Show
Material…’, maka akan ditampilkan form seperti pada gambar 2.47. Isikan data
pada ‘Design Property Data’ seperti pada gambar 2.47. Setelah selesai klik OK.
Catatan : Langkah nomor 3 ini ini maksudnya untuk menentukan data material profil siku
pada rangka kuda-kuda.
5. Melalui drop-down box, pilih Add Rectangular. Dari form ‘Rectangular Section’
pilih ‘Material’ pada drop-down box dengan CONC, kemudian isikan data untuk
kolom 300x500 seperti pada gambar 2.48(a). Klik OK.
6. Ulangi langkah nomor 5 tersebut, kemudian isikan data untuk kolom 300x300
seperti pada gambar 2.48(b). Klik OK.
7. Ulangi langkah nomor 5 tersebut, untuk menetukan data untuk balok 200x300,
250x300 dan 250x500 seperti pada gambar 2.49. Perlu diingat bahwa pada
pilihan ‘Reinforcement’ untuk balok adalah Beam.
8. Dari form ‘Define Frame Properties’, melalui drop-down box pilih Add Double
Angle. Maka akan tampil form ‘Double Angle Section’ seperti gambar 2.50, pilih
‘Material’ pada drop-down box dengan STEEL, kemudian isikan data untuk profil
siku 2L60x60x6 seperti pada gambar 2.50(b).
128
6
60
60 60
8
1. Pastikan window yang aktif adalah sebelah kiri, dan pada pilihan tingkat adalah
elevasi AT-2, sedang untuk kolom as C mulai dari elevasi LT-2 sampai elevasi
AT-1.
Setelah selesai menggambar semua kolom klik toolbar , kemudian pilih LT-2.
Klik toolbar , dari form yang tampil pada ‘Object View Options’ aktifkan Line
Labels, maka akan ditampilkan label kolom seperti gambar 2.52.
7. Geser tingkat dengan toolbar ke atas pada ‘Plan View’ AT-1. Pilih menu
seterusnya sampai grid B5-B6. Ulangi menggambar elemen balok tersebut untuk
as C, as 1B-1C, 2B-2C dan seterusnya sampai as 6B-6B.
Setelah langkah 1 sampai dengan 7 dilakukan, maka seluruh elemen balok dan
kolom telah tergambar. Untuk mengontrol apakah properti elemen sudah sesuai
dengan data yang diinginkan maka melalui menu View>Set Building View
Options… atau toolbar pilih Line Sections pada ‘Object View Options’,
kemudian pada window kiri tampilkan ‘Plan View’ dan window kanan tampilkan
‘Elevation View’ , maka akanditampilkan gambar Line Sections sperti gambar
2.53.
1. Dari form ‘Set Bulding View Options’ melalui toolbar , non-aktifkan (check
atau √) pada ‘Line Section’, untuk window kiri maupun kanan. Tampilkan window
kiri dengan ‘Plan View LT-2’ window kanan ‘3 D View’.
B, klik ke titik 2-A, klik ke titik 6-A, klik ke titik 6-B dan klik ke titik 1-A, yang
terakhir klik-kanan untuk menyelesaikan penggambaran plat. Langkah ini
digunakan untuk menggambar plat lantai 2, dengan bagian 1-A, 1-B, 2-B dan 2-
A adalah bagian kosong (void).
3. Geser tingkat ke atas pada ‘Plan View - AT-1’, melalui menu Draw>Draw Area
4. Aktifkan window pada tampilan 3-D, kemudian melalui toolbar aktifkan (check
atau √) pada ‘Object Fill’, maka pada window tampilan 3-D akan ditampilkan
model plat seperti gambar 2.54.
Beban yang bekerja pada model struktur terdiri dari beban plat dan beban
pada elemen balok. Beban mati yang bekerja pada plat lantai terdiri dari beban mati
(DEAD) 1,8 kN/m2, dan beban hidup (LIVE) 2,5 kN/m2. Beban mati yang bekerja
pada plat atap terdiri dari beban mati (DEAD) 0,8 kN/m2, dan beban hidup (LIVE)
1,0 kN/m2. Beban yang bekerja pada elemen balok hanya beban dinding. Untuk
diding 3m bebannya adalah 7,5 kN/m’ (DEAD), untuk dinding tinggi 1m bebannya
2,5 kN/m’ (DEAD). Khusus balok atap as 1-AB dan as 6-AB dibebani beban atap
merata 3 kN/m’ (DEAD), 0,5 kN/m’ (LIVE), dan beban segitiga gunung-gunung
dengan intensitas 4,325 kN/m’ (DEAD) pada puncak.
1. Pastikan window kiri yang aktif dengan tampilan ‘Plan View – LT-2’, kemudian
pilih plat lantai 2 dengan meng-klik pada area plat lantai 2. Jika pilihan aktif
dilayar akan tampak garis putus-putus pada sisi plat lantai yang dipilih.
3. Pilih lagi plat lantai 2, kemudian ulang langkah nomor 2 dan isikan data beban
LIVE seperti gambar 2.55(b).
4. Geser tingkat dengan toolbar ke atas pada ‘Plan View’ AT-1. Pilih plat atap,
kemudian berikan data beban untuk DEAD dan LIVE seperti pada gambar 2.56.
5. Geser tingkat dengan toolbar ke bawah pada ‘Plan View - LT-2’. Pilih semua
balok yang ada dinding 3m, ialah balok as A.1-6, as B.2-6, as 1.A-B, 2.A-B, 4.A-
B dan 6.A-B. Pilih menu Assign>Frame/Line Loads>Distrubuted… atau toolbar
, maka akan ditampilkan form seperti gambar 2.57. Melalui form ‘Frame
Distributed Loads’ pada ‘Load Case Name’ pilih DEAD, pada ‘Load Type and
Direction’ pilih Gravity, pada ‘Options’ pilih Replace Existing Loads, dan pada
‘Uniform Load’ isikan data ‘Load’ dengan 7.5 seperti gambar 2.57(a).
6. Pilih semua balok yang ada dinding 1m, ialah balok as 1.B-C, as 6.B-C dan as
7. Geser tingkat dengan toolbar ke atas pada ‘Plan View - AT-2’. Pilih elemen
balok pada as 1-AB dan as 6-AB, kemudian pilih menu Assign>Frame/Line
8. Pilih lagi elemen balok pada as 1-AB dan as 6-AB, kemudian pilih menu
untuk ‘Load’ pada semua ‘Distance’ dan pada ‘Uniform Loads’ isikan data beban
0.5 untuk beban LIVE seperti pada gambar 2.58(b).
Catatan : Pada form ‘Frame Distributed Loads’ ada 2 tipe beban yang dapat diberikan
pada elemen balok. Yang pertama ‘Trapezoidal Loads’ dan yang kedua ‘Uniform
Load’. Pada ‘Trapezoidal Loads’ada dua cara menentukan jarak beban, ialah
dengan ‘Relative Distance from End-I’ dan ‘Absolute Distance from End-I’.Pada
contoh gambar 2.58(a) dipilih ‘Relative Distance from End-I’, maksudnya ialah
jarak dari ujung-I (awal menggambar elemen) adalah rasio jarak dibagi panjang
elemen. Pada contoh terlihat pada jarak 0 intensitas beban 0, kemudian pada
jarak 0.5 (pada tengah bentang elemen) intensitas beban 4,325 kN/m’ dan pada
jarak 1 (ujung-J) intensitas beban 0. Jika dipilih ‘Absolute Distance from End-I’,
maka data isian menjadi seperti gambar 2.59 berikut.
1. Pastikan window aktif adalah sebelah kiri. Melalui menu View>Set Elevation
View… atau toolbar akan ditampilkan form ‘Set Elevation View’, pada
‘Elevations’ pilih 2, kemudian klik OK, sehingga tampilan window kiri pada
‘Elevation View-2’.
2. Pilih menu Draw>Draw Line Object>Draw Lines atau toolbar , dari form
‘Properties of Object’ pada “Property’ pilih 2L60. Kemudian gambarkan elemen
mulai dari point 2A.AT-2 ke 2.AT-2, diteruskan ke 2B.AT-2. Gambar lagi elemen
diagonal dari point 2A.AT-2 ke 2.AT-3, diteruskan ke 2B.AT-2, kemudian elemen
vertikal dari point 2.AT-2 ke 2.AT-3. Setelah langkah tersebut selesai akan
tampak seperti gambar 2.60.
3. Pilih elemen diagonal dan horisontal pada rangka atap, kemudian melalui menu
Edit>Divide Lines… akan ditampilkan form seperti gambar 2.61.
Dari form ‘Divide Selecting Lines’ pada ‘Divide into’ isikan 2, kemudian klik OK,
maka elemen diagonal dan horisontal akan terbagi menjadi 2 bagian. Hal ini akan
tampak jelas bila pada tampilan, dengan menggunakan toolbar diaktifkan
‘Object Shrink’ pada pilihan ‘Special Effects’.
4. Gambar elemen rangka batang yang lain melalui point di tengah elemen diagonal
ke tengah point elemen horisontal di bawahnya, terus ke point puncak, terus ke
point elemen horisontal sebelah kanan, dan terkahir ke point tengah elemen
diagonal yang kanan. Jika langkah ini selesai maka akan ditampilkan rangka
batang seperti gambar 2.62.
5. Pilih semua elemen rangka batang melalui menu Select>By Frame Sections…,
kemudian pilih 2L60 dan klik OK, maka semua elemen dengan properti 2L60
akan terpilih. Kemudian melalui menu Assign>Frame/Line>Frame Releases
Partial Fixity…, akan ditampilkan form seperti gambar 2.63(a). Dari form ‘Assign
Frame Releases’ check (√) pada Moment 33 (Major) untuk Start dan End,
kemudian klik OK.
Catatan : Maksud langkah nomor 5 tersebut ialah bahwa pada ujung awal (Start) dan
ujung akhir (End) elemen rotasinya di-release, sehingga pada ujung-ujung
elemen tidak ada momen terhadap sumbu 3 (major).
6. Pilih semua joint pada rangka batang yang akan dibebani dengan P (lihat gambar
2.41 pada POTONGAN), beban P tersebut untuk DEAD 3.8 kN, dan untuk LIVE
1,0 kN. Melalui menu Assign>Joint/Point Loads>Force…akan ditampilkan form
seperti gambar 2.64(a), kemudian pilih DEAD pada ‘Load Case Name’, dan isikan
pada ‘Force Global Z’ dengan -3.8. Klik OK.
7. Ulangi langkah nomor 6, kemudian isikan data untuk beban hidup pada joint
seperti pada gambar 2.64(b), kemudian klik OK.
8. Untuk menggambar rangka baja pada as 3, 4 dan 5 di-copy dari rangka baja yang
sudah digambar pada langkah nomor 1 sampai 7 tersebut. Unutk meng-copy
ikuti langkah berikut.
a) Pastikan window aktif adalah sebelah kiri dengan tampilan ‘Elevation View –
2’. Pilih semua elemen dan joint rangka atap, sehingga tampak seperti
gambar 2.65.
Catatan : Maksud isian ‘Increment Data’ pada form gambar 2.66(a) dijelaskan sebagai
berikut. ‘dx’ diisi 0 karena rangka baja tidak dicopy kearah sumbu X (jarak copy
ke X adalah 0), sedangkan ‘dy’ diisi 3 karena rangka baja dicopy dengan jarak
3m kearah Y, kemudian ‘Number’ diisi 3 karena rangka baja di-copy sebanyak 3
kali, yaitu untuk as 3, 4 dan 5.
c) Klik OK, maka rangka baja pada as 3, 4, dan 5 akan di-copy dari rangka
baja as 2, termasuk beban-beban pada joint, kecuali pada joint kolom atas
dudukan rangka baja.
d) Pilih semua joint kolom atas dudukan rangka baja, kemudian berikan beban
mati (DEAD) senesar 3.8 dan beban hidup (LIVE) sebesar 1.
Untuk kontrol desain ada dua macam, ialah desain untuk baja (rangka atap)
dan desain untuk beton. Untuk desain baja digunakan peraturan AISC-ASD89,
dengan cara memilih peraturan (code) melalui menu Options>Preferences>Steel
Frame Design…, kemudian pada ‘Design Code’ pilih AISC-ASD89. Lakukan kontrol
desain dengan menu Design>Steel Frame Design>Start Design/Check of
Structure…, maka pada rangka baja akan ditampilkan nilai rasio interalsi P-M
seperti gambar 2.68(a). Jika nilai rasio tersebut kurang dari 1.0 maka struktur
dianggap aman dari beban-beban yang bekerja, tetapi jika nilainya lebih besar dari
1.0 maka struktur perlu diperbesar dimensi penampangnya.
Untuk kontrol desain beton digunakan peraturan ACI 318-99, dengan cara
memilih peraturan (code) melalui menu Options>Preferences>Concrete Frame
Design…, kemudian pada ‘Design Code’ pilih ACI 318-99. Lakukan kontrol desain
beton dengan menu Design>Concrete Frame Design>Start Design/Check of
Structure…, kemudian ubah satuan dengan N-mm, maka akan ditampilkan hasil
desain tulangan longitudinal seperti pada gambar 2.68(b).
Bangunan baja 2 lantai dan denah plat atap seperti gambar 2.69, modulus
elastis baja Es = 2.105 MPa, tegangan luluh baja 240 MPa, tegangan tarik minimum
360 MPa. Balok sekunder (balok anak) arah sumbu X pada bentang 6m adalah
balok komposit. Tinggi lantai 2 adalah 3,5m, dan tinggi lantai dasar (base) 4,5m,
sedangkan dukungan pada dasar pondasi (base) dianggap sendi.
Beban pada plat lantai 2 adalah 1,8 kN/m2 untuk DEAD, dan 2,5 kN/m2
untuk LIVE, beban pada plat atap adalah 0,8 kN/m2 untuk DEAD, dan 1,0 kN/m2
untuk LIVE. Plat lantai 2 dari beton tebal 120mm, sedangkan plat atap tebal 100mm
yang dibuat menjorok keluar selebar 0,75m pada keliling bangunan.
DINDING 3m DINDING 1m
0,75
6 6
4,0 m 4,0 m
5 5
4 4
VOID
4,0 m 4,0 m
3 3
DINDING 3m
4,0 m 4,0 m
2 2
4,0 m 4,0 m
Y
1 0,75
1
X
6,0 m 3m 0,75 6,0 m 3m 0,75
A B C A B C
DENAH LANTAI 2 DENAH PLAT ATAP
300 150
125
15 10
200
9
10 12
300 300
200 8 7 250
6
15 12 10 9
Dari gambar denah terlihat pada arah sumbu X (global) ada 3 grid dengan
nama label A, B dan C, sedang pada arah sumbu Y (global) ada 6 grid dengan nama
label 1 sampai 6. Pada arah sumbu vertikal Z (global) ada 2 tingkat, yaitu elevasi
4,5m dan 8,0m.
1. Pastikan terlebih dahulu unit (satuan) dalam kN-m, kemudian klik toolbar ,
kemudian dari form ‘New Model Initialization’ pilih NO. Isikan data seperti
gambar 2.70.
2. Dari form gambar 2.70 pilih ‘Custom Grid Spacing’, kemudian klik Grid Labels…
maka akan ditampilkan form ‘Grid Labeling Options’. Pada form ‘Grid Labeling
Options’ ini sudah sesuai dengan denah gambar 2.69, sehingga tidak perlu
diubah. Langsung klik OK saja.
3. Dari form gambar 2.70 pilih ‘Custom Grid Spacing’, kemudian klik Edit Grid…
maka akan ditampilkan form seperti gambar 2.71. Pada ‘Display Grid as’ pilih
Spacing, kemudian isikan data seperti pada gambar 2.71. Kemudian klik OK.
4. Pada ‘Story Dimension’ pilih ‘Custom Story Data’ kemudian klik Edit Story
Data…, maka akan ditampilkan form seperti gambar 2.72. Untuk label tingkat
(story) dan tinggi elevasi tingkat isikan seperti pada gambar 2.72. Kemudian klik
OK.
Setelah selesai menentukan sampai langkah 4 ini penentuan grid dan tingkat
selesai.
2. Isikan form pada ‘Material Property Data’ seperti gambar 2.73. Kemduian klik
OK.
4. Melalui drop-down box, pilih Add I/Wide Flange, kemudian dari form ‘I/Wide
Flange Section’ pada ‘Section Name’ isikan H300, pada ‘Material’ pilih STEEL,
kemudian isikan data untuk kolom H300 seperti pada gambar 2.74(a). Kemudian
klik OK.
5. Melalui drop-down box, pilih Add I/Wide Flange, kemudian dari form ‘I/Wide
Flange Section’ pada ‘Section Name’ isikan H200, pada ‘Material’ pilih STEEL,
kemudian isikan data untuk kolom H200 seperti pada gambar 2.74(b). Kemudian
klik OK.
6. Melalui drop-down box, pilih Add I/Wide Flange, kemudian dari form ‘I/Wide
Flange Section’ pada ‘Section Name’ isikan W300, pada ‘Material’ pilih STEEL,
kemudian isikan data untuk kolom W300 seperti pada gambar 2.75(a). Kemudian
klik OK.
7. Melalui drop-down box, pilih Add I/Wide Flange, kemudian dari form ‘I/Wide
Flange Section’ pada ‘Section Name’ isikan W250, pada ‘Material’ pilih STEEL,
kemudian isikan data untuk kolom W250 seperti pada gambar 2.75(b). Kemudian
klik OK.
seperti pada gambar 2.76. Pada ‘Section Name’ ubah menjadi D120, pada ‘Type’
pilih Solid Slab, pada ‘Slab Depth (tc)’ isikan 0,12, pada ‘Diameter’ isikan 0,019,
pada ‘Height’ isikan 0,10, pada ‘Tensile Strength, Fu’ isikan 360e3 dan pada
‘Slab Material’ pilih CONC. Kemudian klik OK.
9. Klik pada Add New Deck, kemudian isikan data untuk plat atap seperti pada
gambar 2.77. Pada ‘Section Name’ ubah menjadi D100, pada ‘Type’ pilih Solid
Slab, pada ‘Slab Depth (tc)’ isikan 0,10, pada ‘Diameter’ isikan 0,019, pada
‘Height’ isikan 0,08, pada ‘Tensile Strength, Fu’ isikan 360e3 dan pada ‘Slab
Material’ pilih CONC. Kemudian klik OK.
1. Pastikan window yang aktif adalah sebelah kiri dengan tampilan ‘Plan View -ATP’,
dan pada pilihan tingkat adalah ‘Similar Story’. Pilih menu Draw>Draw Line
2. Pilih pada ‘Property’ dengan H200 dan klik pada C1, C2 dan seterusnya sampai
C6, maka kolom H200 sudah tergambar untuk lantai 1 dan lantai 2.
4. Pada ‘Property’ pilih B250 dan gambarkan balok untuk as 1-BC, 2-BC, dan
seterusnya sampai as 6-BC. Ulangi menggambar balok B250 ini untuk as C.
5. Untuk menggambar balok sekunder (balok anak) pilih menu Draw>Line Objects>
Create Secondary Beam in Region…, atau toolbar , maka akan tampil form
seperti gambar 2.78. Pada ‘Property’ pilih W250, pada ‘No. of Beams’ isikan 1,
pada ‘Approx. Orientation’ pilih Parallel to X or T, kemudian klik pada bidang
A1-A2-B2-B1. Ulangi klik pada bidang A2-A3-B3-B2, terus klik pada bidang A4-
A5-B5-B4 dan terakhir klik pada bidang A5-A6-B6-B5.
6. Geser tingkat dengan toolbar pada ‘Plan View-ATP’, ulangi langkah nomor 5
untuk menggambar balok sekunder pada atap. Klik pada bidang A1-A2-B2-B1,
klik pada bidang A2-A3-B3-B2, klik pada bidang A3-A4-B4-B3, klik pada bidang
A4-A5-B5-B4 dan terakhir klik pada bidang A5-A6-B6-B5.
Setelah langkah 1 sampai dengan 6 dilakukan, maka seluruh elemen balok dan
kolom telah tergambar. Untuk mengontrol apakah properti elemen sudah sesuai
dengan data yang diinginkan maka melalui menu View>Set Building View
Options… atau toolbar pilih Line Sections pada ‘Object View Options’,
kemudian pada window kiri tampilkan ‘Plan View’, maka akan ditampilkan
gambar Line Sections seperti gambar 2.79. Pada window kiri tampak ‘Line
Section’ untuk balok pada lantai 2, sedangkan pada window kanan tampak ‘Line
Section’ untuk balok pada atap.
1. Dari form ‘Set Bulding View Options’ melalui toolbar , non-aktifkan (check
atau √) pada ‘Line Section’, untuk window kiri maupun kanan. Tampilkan window
kiri dengan ‘Plan View LT-2’ window kanan ‘3 D View’. Pastikan pilihan tingkat
adalah pada ‘One Story’.
3. Geser tingkat ke atas pada ‘Plan View - ATP’, melalui menu Draw>Draw Area
4. Aktifkan pointer menjadi , kemudian pilih plat deck atap, kemudian gunakan
menu Edit>Expand/Shrink Areas…¸ maka akan tampil form seperti gambar
2.80. Isikan pada ‘Offset Value’ dengan 0,75, kemudian klik OK, maka plat atap
akan diekspan sebesar 0,75m ke-empat arah.
5. Aktifkan window pada tampilan 3-D, kemudian melalui toolbar aktifkan (check
atau √) pada ‘Object Fill’, maka pada window tampilan 3-D akan ditampilkan
model plat seperti gambar 2.81.
Beban yang bekerja pada model struktur terdiri dari beban plat dan beban
pada elemen balok. Beban mati yang bekerja pada plat lantai terdiri dari beban mati
(DEAD) 1,8 kN/m2, dan beban hidup (LIVE) 2,5 kN/m2. Beban mati yang bekerja
pada plat atap terdiri dari beban mati (DEAD) 0,8 kN/m2, dan beban hidup (LIVE)
1,0 kN/m2. Beban yang bekerja pada elemen balok hanya beban dinding. Untuk
dinding tinggi 3m bebannya adalah 7,5 kN/m’ (DEAD), untuk dinding tinggi 1m
bebannya 2,5 kN/m’ (DEAD).
1. Pilih menu Define>Static Load Cases… atau toolbar , maka akan tampil form
seperti gambar 2.82, kemudian pada ‘Load’ isikan SDEAD, pada ‘Type’ pilih
SUPER DEAD, pada ‘Self Weight Multiplier’ isikan 0, sehingga ada 3 macam
pembebanan seperti pada gambar 2.82. Kemudian klik OK.
Catatan : Langkah ini digunakan untuk menetukan beban mati yang didukung oleh balok
komposit. Beban mati pada balok komposit ini diantaranya ubin, spesi, plafon,
dinding dan lain-lainnya. Hal ini dijelaskan sebagai berikut,.pada saat aksi
komposit belum terjadi baja profil hanya mendukung berat sendiri dan plat beton
saja,atau dapat dikatakan hanya beban DEAD yang bekerja,tetapi setelah beton
mengeras aksi komposit sudah terjadi, sehingga beban yang bekerja ialah beban
DEAD, SDEAD, dan beban LIVE.
2. Pastikan window kiri yang aktif dengan tampilan ‘Plan View – LT-2’, kemudian
pilih plat lantai 2 dengan meng-klik pada area plat lantai 2. Jika pilihan aktif
dilayar akan tampak garis putus-putus pada sisi plat lantai yang dipilih.
5. Geser tingkat dengan toolbar ke atas pada ‘Plan View - ATP’. Pilih plat atap,
kemudian berikan data beban untuk SDEAD dan LIVE seperti pada gambar 2.84.
6. Geser tingkat dengan toolbar ke bawah pada ‘Plan View - LT2’. Pilih semua
balok yang ada dinding 3m, ialah balok as A.1-6, as B.1-3, as B.4-5, 1.A-B, 3.A-
B, 4.A-B dan 6.A-B. Pilih menu Assign>Frame/Line Loads>Distrubuted… atau
toolbar , maka akan ditampilkan form seperti gambar 2.85. Melalui form
‘Frame Distributed Loads’ pada ‘Load Case Name’ pilih DEAD, pada ‘Load Type
and Direction’ pilih Gravity, pada ‘Options’ pilih Replace Existing Loads, dan
pada ‘Uniform Load’ isikan data ‘Load’ dengan 7.5 seperti gambar 2.85(a).
7. Pilih elemen balok yang ada dinding tinggi 1m, ialah balok pada as 1-AB, 6-AB
dan as C.1-6, kemudian pilih menu Assign> Frame/Line Loads>Distrubuted…
atau toolbar , maka akan ditampilkan form seperti gambar 2.85(b). Isikan data
beban DEAD seperti pada gambar 2.85(b).
1. Pastikan window kiri aktif, pilih tampilan pada ‘Plan View – LT2’. Melalui menu
Option>Preferences>Composite Beam Design…, maka akan tampil form seperti
gambar 2.88. Pilih pada ‘Design Code’ dengan AISC-ASD89, kemdian lihat pada
tab ‘Beam’, kemudian ‘Deflection’, ‘Vibration’ dan ‘Price’, maka akan ditampilkan
penjelesan-penjelasan seperlunya tentang syarat-syarat yang berhubungan
dengan balok komposit sesuai dengan code yang dipilih. Kemudian klik OK.
Kombinasi beban yang ditunjukkan pada gambar 2.90 tersebut dibuat sendiri
oleh program sesuai dengan code yang dipilih, yang nantinya digunakan untuk
kontrol tegangan pada saat konstruksi (pelaksanaan pekerjaan). Untuk
kombinasi yang lain dapat dipilih melalui tab ‘Strength’ yang digunakan untuk
kontrol kekuatan/tegangan, dan tab ‘Deflection’ untuk kontrol defleksi
(lendutan). Coba amati kombinasi beban-beban yang ada dan bandingkan
dengan ketentuan-ketentuan pada code yang dipilih.
Catatan : Pada desain balok komposit default-nya akan dilakukan untuk elemen yang
memenuhi syarat sebagai berikut: (1) balok dan plat beton pada bidang
horisontal, (2) ujung-ujung elemen adalah sendi (pinned), (3) penampang elemen
berbentuk profil I atau bentuk kanal.
4. Pilih salah satu balok komposit pada lantai 2 dengan klik-kanan, maka akan
ditampilkan form seperti pada gambar 2.92. Kemudian klik pada ‘Details…’ maka
akan ditampilkan form hasil desain balok komposit seperti gambar 2.93.
3.1. Umum
Struktur yang dibebani dinamik perlu data pendukung antara lain: massa
bangunan, fungsi respon spektrum, fungsi time history dan pusat massa bangunan
tiap lantai. Beberapa contoh fungsi respon spektrum dan time history diberikan
pada gambar 3.1.
0.40
0.30
0.60
0.20
0.50
Percepatan
0.10
0.40
0.00
PSA
0.30
-0.10
0.20
-0.20
0.10 -0.30
0.00 -0.40
0.00 0.60 1.25 2.00 3.00 0.0 1.4 3.7 5.9 6.9 8.2 10.0 11.4
Waktu (detik) Waktu (detik)
(a) Respon spektrum menurut SNI-2002 (b) Time history gempa Elcentro
Contoh-contoh yang diberikan pada bab ini meliputi beban dinamik dengan
data respon spektrum dan data time history. Untuk data beban respon spektrum
diambil dari Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung
SNI 03-1726-2002 sesuai dengan wilayah gempa yang dipilih, sedang untuk data
time history diambil dari rekaman gempa Elcentro yang ada pada directory Example
program ETABS.
Sebuah konstruksi bangunan lima lantai seperti pada gambar 3.2 semua
bahan dari beton bertulang dengan berat volume 24 kN/m3, f’c=20 MPa, modulus
elastis Ec=2.104 MPa. Baja tulangan pokok fyl = 400 MPa, sengkang fys = 240 MPa.
Beban luar yang bekerja pada plat lantai 1,8 kN/m2 sebagai beban mati (DEAD), dan
beban hidup (LIVE) sebeasr 2,5 kN/m2. Beban pada atap adalah 0,8 kN/m2 sebagai
beban mati (DEAD), dan beban hidup (LIVE) sebeasr 1,0 kN/m2. Beban dinding
penyekat 7,5 kN/m2, dan beban dinding pada selasar 2,5 kN/m2.
8 8
4,0 m 4,0 m
7 7
4,0 m 4,0 m
6 6
4,0 m 4,0 m
5 5
4,0 m 4,0 m
4 4
VOID
4,0 m 4,0 m
3 3
4,0 m 4,0 m
2 2
Y
4,0 m 4,0 m
X 1 1
Beban dinamik diambil dari respon spektrum dari SNI 03-1726-2002 untuk
wilayah 3 diatas tanah sedang dengan data seperti pada tabel 3.1. Beban gempa
dihitung dengan persamaan 3.1 sesuai SNI 03-1726-2002 dengan
mempertimbangkan faktor keutamaan dan daktilitas strukturnya. Daktilitas
struktur (R) dapat diambil antara 3,5 sampai dengan 8,5.
C1 I
V = Wt (3-1)
R
dengan I=1 (gedung umum, misal : kantor, pertokoan, sekolah dll.), R=8,5 (daktail
penuh), dan Wt berat total bangunan.
t C1
0.00 0.23
0.20 0.55
0.60 0.55
0.80 0.41
1.00 0.33
1.25 0.26
1.50 0.22
1.75 0.19
2.00 0.17
2.25 0.15
2.50 0.13
3.00 0.11
Untuk merencanakan model struktur pada gambar 3.2 tersebut dapat diikuti
langkah-langkah sebagai berikut.
Dari gambar denah terlihat pada arah sumbu X (global) ada 5 grid yang diberi
label A, B, C, D dan E. Pada arah sumbu Y (global) ada 8 grid yang diberi label 1, 2
dan seterusnya sampai 8. Pada arah sumbu vertikal Z (global) ada 5 tingkat, dengan
ketinggian antar tingkat 4m, sedang untuk lantai paling bawah 4,5m.
2. Untuk menentukan model yang baru dilakukan melalui menu File>New Model,
atau gunakan toolbar , maka akan muncul form seperti gambar 3.3
Pada gambar 3.3 terlihat ada 3 button pilihan, pilih button No, sehingga akan
ditampilkan form seperti pada gambar 3.4 berikut
3. Pada ‘Grid Dimension (Plan)’ untuk ‘Number Lines in X Direction’ diisi 5, yang
maksudnya 5 grid arah X, untuk ‘Number Lines in Y Direction’ diisi 8. Kemudian
pada ‘Spacing in X Direction’ sementara diisi 4, yang nantinya akan diedit,
sedang ‘Spacing in Y Direction’ diisi 4. Pada ‘Story Dimension’ untuk ‘Number of
Stories’ diisi 5, maksudnya 5 tingkat, pada ‘Typical Story Height’ diisi 4, dan pada
‘Bottom Story Height’ diisi 4.5.
4. Klik pada radio button ‘Custom Grid Spacing’, kemudian klik ‘Grid Labels’, maka
akan ditampilkan form seperti gambar 3.5. Pada ‘Beginning X ID’ diisi A, pada
gambar denah untuk label grid arah X adalah dengan angka A, B, C, D dan E.
Pada ‘Beginning Y ID’ diisi dengan !, pada gambar denah untuk label grid arah Y
adalah dengan huruf 1, 2, 3 dan seterusnya sampai 8. Kemudian klik OK.
5. Dari data form seperti pada gambar 3.4 klik pada ‘Edit Grid’, maka akan tampil
form seperti gambar 3.6. berikut.
Pada form ‘Define Grid Data’ untuk ‘Display Grid as’ pilih ‘Spacing’, kemudian
pada ‘X Grid Data’ dan ‘Y Grid Data’ diisi data seperti gambar 3.6. Kemudian klik
OK.
6. Pada ‘Story Dimensions’, seperti gambar 3.4, klik ‘Custom Story Data’,
kemudian klik ‘Edit Story Data’, maka akan ditampilkan form seperti gambar 3.7.
Kemudian data diubah/diisikan seperti pada gambar 3.7.
Setelah selesai mengubah/mengisi data form pada gambar 3.7 kemudian klik
OK, maka dilayar akan ditampilkan seperti gambar 3.8.
2. Pada form ‘Material Property Data’ diisi data seperti pada gambar 3.10
Pada ‘Analyisis Property Data’ untuk ‘Weight per unit Volume’ diisi 24, untuk
‘Modulus of Elasticity’ diisi 2e7 (maksudnya 2.107 kN/m2, dari MPa dijadikan
kN/m2). Untuk data ‘Mass per unit Volume’, ‘Poisson’s Ratio’ dan ‘Coeff of
Thermal Expansion’ biarkan apa adanya tidak perlu diubah.
Pada ‘Design Property Data (ACI 318-99)’ untuk ‘Specified Conc Comp Strenght,
f’c’ diisi 20e3 (20.103 kN/m2), untuk ‘Bending Reinf. Yield Stress fy’ diisi 400e3
(400.103 kN/m2), untuk ‘Shear Reinf. Yield Stress fys’ diisi 240e3 (240.103
kN/m2).
Setelah form ‘Material Property Data’ sudah diisi seperti gambar 3.10 klik OK,
dan klik OK lagi.
4. Pada ‘Define Frame Properties’ gambar 3.11, melalui drop-down box pilih ‘Add
Rectangular’, maka akan ditampilkan form seperti gambar 3.12
Pada ‘Section Name’ diisi K40X60, pada ‘Material’ pilih CONC, pada ‘Dimensions’
untuk ‘Depth (t3)’ diisi 0.60, dan pada ‘Width’ (t2) diisi 0.40. seperti gambar
3.12(a). Kemudian ulang langkah nomor 4 ini untuk menentukan kolom
K40X40, seperti gambar 3.12(b).
5. Langkah nomor 4 diulang dengan memilih ‘Add Rectangular’ dari drop-down box,
maka akan ditampilkan form seperti gambar 3.13(a).
Pada ‘Section Name’ diisi B30X60, pada ‘Material’ pilih CONC, pada ‘Dimensions’
untuk ‘Depth (t3)’ diisi 0.60, dan pada ‘Width’ (t2) diisi 0.30.
Klik pada ‘Reinforcement…’ kemudian akan tampil form seperti gambar 2.13(b),
pada ‘Design Type’ dipilih Beam, sementara untuk data yang lain dibiarkan dulu.
Isian untuk ‘Concrete Cover to Rebar Center’ pada ‘Top’ dan ‘Bottom’
maksudnya adalah jarak pusat tulangan terhadap sisi luar selimut beton.
6. Langkah nomor 5 diulang dengan memilih ‘Add Rectangular’ dari drop-down box,
maka akan ditampilkan form seperti gambar 3.14. Kemudian diisikan data untuk
balok B25X40
Dari langkah nomor 3 sampai 6, telah ditentukan penampang elemen K40X6 dan
K40X40 untuk kolom, serta B30X60 dan B25X40 untuk balok. Untuk
penampang yang lain (default-nya ETABS), supaya tidak mengganggu sebaiknya
dihapus, dengan cara seperti yang pernah dijelaskan pada bab sebelumnya.
1. Pastikan window yang aktif adalah sebelah kiri, dan pada pilihan tingkat adalah
‘All Stories’. Melalui menu Draw>Draw Line Object>Create Columns In Region
2. Pada ‘Property’ floating-form pilih K40X60, kemudian klik pada perpotongan grid
A-1, kemudian klik pada perpotongan grid B-1, dan seterusnya sampai semua
kolom dengan dimensi 400X600 tergambar seperti pada gambar 3.15. Karena
pilihan tingkat adalah ‘All Stories’, maka semua kolom akan digambar dari lantai
1 sampai dengan lantai 5. Pada gambar 3.15 terlihat bahwa kolom pada as D-2,
D-4, E-2 dan E-4 arahnya belum benar. Maka pilih kolom pada as D-2, D-4, E-2
dan E-4, kemudian melalui menu Assign>Frame/Line>Local Axes…., akan
ditampilkan form seperti gambar 3.16. Pada ‘Angle’ diisikan 90, maksudnya
sumbu-3 kolom diputar 90 derajad. Kemudian klik OK, maka arah kolom akan
berputar sebesar 90 derajad.
melalui toolbar , maka model akan ditampilkan seperti pada gambar 3.17.
Modul ETABS Versi 8.45 oleh Haryanto Yoso Wigroho 2006
Struktur Dengan Beban Dinamik 82
7. Untuk menggambar balok anak arah Y pada daerah yang dibatasi C-2, D-2, C-4,
D-4, dan D-2, E-2, D-4 dan E-4, gunakan menu Draw>Draw Line Object>Draw
Lines atau menggunakan toolbar . Pada floating form pilih isian seperti pada
gambar 3.19. Aktifkan toolbar (Snap to Line Ends and Midpoints), maksudnya
ialah untuk mengunci pada tengah-tengah balok, kemudian digambar balok anak
mulai dari tengah balok as 2-CD ke as 4-CD, diteruskan balok anak mulai dari
tengah balok as 2-DE ke as 4-DE.
Untuk menentukan dan menggambar plat lantai beton tebal 120mm pada
lantai 2 sampai dengan lantai 5, dan plat atap tebal 100mm, dilakukan langkah-
langkah seperti berikut.
2. Hapuslah property plat yang lain selain P100, kemudian klik pada ‘Add New Slab’
dan diisikan data seperti pada gambar 3.21(b).
3. Untuk menggambar plat, pastikan window yang aktif adalah sebelah kiri, dan
elevasi tingkat ada pada paling atas (Plan View ATP). Pilih pilihan story pada
‘Similar Stories’. Melalui menu Draw>Area Object>Draw Areas…, atau klik
4. Geser ‘Plan View’ ke bawah dengan toolbar pada Plan View LT5. Pada floating
form seperti gambar 3.22 pilih ‘Property’ dengan P120. Kemudian klik pada A-1,
C-1, C-2, E-2, E-5, C-5, C-8 dan terakhir A-8, seperti yang dilakukan pada
langkah nomor 3, maka plat lantai 2 sampai dengan 5 telah digambarkan.
5. Untuk melihat apakah plat sudah tergambar dengan benar, dapat dikontrol
dengan ‘View Set Building Options’ dengan toolbar . Sebelumnya aktifkan dulu
window yang sebelah kanan, kemudian klik toolbar , kemudian check (√) pada
‘Object Fill’ seperti pada gambar 3.23. Setelah langkah ini dilakukan tamnpilan
model terakhir seperti ditunjukkan pada gambar 3.24.
Untuk mentukan beban pada model struktur dibagi menjadi empat, ialah
beban mati, beban hidup, beban gempa arah X, dan beban gempa arah Y. Pada
model ini beban yang bekerja pada plat lantai ialah 1,8 kN/m2 untuk beban mati
(SDEAD), dan 2,5 kN/m2 untuk beban hidup (LIVE). Pada plat atap beban yang
bekerja ialah 0,8 kN/m2 untuk beban mati (SDEAD), dan 1,0 kN/m2 untuk beban
hidup (LIVE).
1. Menentukan Load Cases beban. Untuk menentukan ‘Load Case’ digunakan menu
Weight Multiplier’ untuk DEAD nilainya 1, artinya berat sendiri elemen struktur
diperhitungkan, sedang pada LIVE dan SDEAD nilainya 0, yang artinya berat
sendiri elemen struktur tidak diperhitungkan. Beban SDEAD digunakan untuk
menyatakan beban-beban mati yang didukung plat lantai dan balok, misalnya
ubin, plafon, dinding dan lain-lainnya. Kemudian ditambahkan beban gempa
arah X, yang diberi nama EX, dan beban gempa arah Y yang diberi nama EY
seperti pada gambar 3.25. Kemudian klik OK.
Catatan : Pada beban EX dan EY, ‘Type’ dipilih QUAKE, sedangkan pada ‘Auto Lateral
Load’ dipilih User Coefficient. Maksud pemilihan User Coefficient ialah
nantinya kita akan menentukan besarnya koefifsien beban gempa berdasar
waktu getar T sesuai kurva respon spektrum.
2. Menentukan beban pada plat. Untuk menentukan beban pada plat, dapat
dilakukan sebagai berikut.
a) Pastikan window kiri yang aktif, dan posisi bidang gambar ada pada elevasi
‘Plan View ATP’ (atap). Klik pada tengah-tengah bidang plat, maka pilihan
plat atap akan ditunjukkan dengan tampak disekelilingnya dengan garis
putus-putus.
d) Geser tingkat ke bawah dengan toolbar sampai pada ‘Pan View LT5’,
pastikan pilihan ‘Story’ tetap pada Similar Stories. Klik pada plat lantai,
kemudian melalui menu Assign>Shell/Area Loads>Uniform… diisikan data
seperti pada form gambar 3.27(a). Pada ‘Load Case Name’ pilih SDEAD, pada
‘Load’ diisi 1.8, pada ‘Direction’ pilih Gravity. Kemudian klik OK.
Sampai dengan langkah 2 ini beban mati dan beban hidup plat atap maupun plat
lantai telah diberikan.
a) Pastikan posisi window kiri pada ‘Pan View LT5’, dan pilihan ‘Story’ tetap
pada Similar Stories. Pilih semua balok yang akan dibebani dinding sebesar
7,5 kN/m’ seperti ditunjukkan pada gambar 3.28(a).
akan ditampilkan form seperti gambar 3.28(b). Pada ‘Load Case Name’
pilih SDEAD, pada ‘Load Type and Direction’ pilih Forces dan Gravity, pada
‘Uniform Load’ isi dengan 7.5. Kemudian klik OK.
c) Pilih semua balok yang akan dibebani dinding sebesar 2,5 kN/m’ seperti
ditunjukkan pada gambar 3.29(a). Pada ‘Load Case Name’ pilih SDEAD, pada
‘Load Type and Direction’ pilih Forces dan Gravity, pada ‘Uniform Load’ isi
dengan 2.5. Kemudian klik OK.
Sampai dengan langkah 3 ini beban gravitasi plat dan balok telah diberikan,
tinggal menentukan beban dinamik dengan data respon spektrum seperti pada
tabel 3.1.
1. Pastikan posisi window kiri pada ‘Pan View LT5’, dan pilihan ‘Story’ tetap pada
Similar Stories. Pilih balok anak pada daerah 3-A, 3-B, 4-A, 4-B, kemudian
tekan tombol Delete, maka balok anak akan terhapus.
Pilih semua elemen dan joint dengan toolbar , kemudian melalui menu
Assign>Joint/Point>Rigid Diaphragm…, maka akan ditampilkan form seperti
gambar 3.32. Default nama diaphragma ialah D1, hal ini tidak perlu diubah tinggal
klik OK saja.
Catatan : data pada gambar 3.34(b) damping 0.05 artinya rasio redaman struktur 5%,
kemudian pada Scale Factor 9.81 adalah percepatan gravitasi dalam unit
m/det2.
Sampai dengan langkah di atas, data untuk beban gravitasi dan beban
dinamik telah selesai, hanya untuk beban gempa masih perlu di berikan data
koefisien beban gempanya, sesuai dengan waktu getar bangunan hasil keluaran
analisis strukturnya.
G. Analisis Model
Untuk menampilkan mode (ragam getar) klik pada toolbar atau melaluiu
menu Display>Show Mode Shape…, maka akan ditampilkan form seperti gambar
3.36.
Dari tampilan mode shape 1 diperoleh waktu getar 1.6735 detik arah
goyangan ialah arah sumbu Y, sehingga diperoleh Ty=1.6735 detik. Dengan meng-
klik panah >> pada bagian kanan-bawah window, maka akan ditampilkan mode
shape 2 dengan waktu getar 1.6444 detik arah goyangan ialah arah sumbu X,
sehingga diperoleh Tx=1.6444 detik.
Dari hasil analisis waktu getar Tx dan Ty ini kemudian kita dapat
menentukan koefisien gempa Cx dan Cy, dengan cara menentukan hubungan
antara T dan C dengan data tabel 3.1 yang telah dimasukkan pada data respon
spektrum terdahulu.
6. Melalui menu Define Static Load Cases…, akan ditampilkan form ‘Define Static
Load Case Names’. Sorot ‘Load’ pada EX, kemudian klik ‘Modify Lateral Load’,
maka akan ditampilkan form seperti gambar 3.39. Kemudian diisikan data
seperti pada gambar 3.39, pada ‘Direction and Eccentricity’ pilih X dir, pada
‘Base Shear Coefficient, C’ diisi dengan 0.0405. Kemudian klik OK.
7. Sorot ‘Load’ pada EY, kemudian klik ‘Modify Lateral Load’, maka akan
ditampilkan form seperti gambar 3.40. Kemudian diisikan data pada ‘Direction
and Eccentricity’ pilih Y dir, pada ‘Base Shear Coefficient, C’ diisi dengan 0.0398.
Kemudian klik OK.
Setelah data koefisien beban gempa arah X dan arah Y ditentukan analisis
struktur diulang. Untuk kontrol hasil analisis beban gempa dilakukan melalui menu
Display>Show Loads>Joint/Point…, kemudian pada ‘Load Case’ pilih EX, maka
akan ditampilkan beban gempa arah X pada plat atap seperti pada gambar 3.41(a).
1. Pastikan window kiri yang aktif, kemudian display window kiri tampilkan dalam
3. Klik kanan pada joint paling kanan atas, maka akan ditampilkan form ‘Point
Displacements’ seperti pada gambar 3.42. Pada ‘Trans’, maksudnya ialah
translasi, terlihat nilai arah X : 0.035832, arah Y : - 0.000236 dan arah Z : -
0.000331, unit dalam meter.
Terlihat bahwa translasi arah X akibat beban gempa pada lantai atap ialah
sebesar 0.035832 meter, atau 3.5832 cm. Hal ini apakah masih wajar? Untuk
menentukan apakah wajar atau tidak, harus dibandingkan dengan peraturan
yang berlaku. Jika menurut peraturan yang berlaku nilai translasi arah X
tersebut masih terlalu besar, maka dimensi pendukung beban lateralnya (dalam
4. Untuk mengetahui rasio simpangan tingkat dengan tinggi tingkat atau lateral
drifts, klik pada tombol ‘Lateral Drifts…’, maka akan ditampilkan form seperti
gambar 3.43. Ditunjukkan bahwa pada tingkat ATP lateral drifts arah X ialah
0.00463, sedangkan arah Y sebesar 0.000009.
kiri yang aktif sebagai ‘Elevation View’, kemudian klik toolbar , atau melalui
menu Display>Show Member Forces/Stress Diagram>Frame/Pier/Spandrel
Forces akan ditampilkan form seperti gambar 3.44(a). Pada ‘Load’ pilih EX Static
Load, pada ‘Component’ pilih Moment 3-3.
Wigroho, H.Y., Analisis & Perancangan Struktur Frame Menggunakan SAP2000 Versi
7.42, Andi Offset, Yogyakarta, 2001