PENDAHULUAN
yang sempit yang hanya menyangkut berbagai aspek, dewasa ini pengertian dan
lebih luas. Secara umum, pengertian kemiskinan telah mencakup aspek budaya,
kebutuhan minimal dari standar hidup tertentu. Dalam arti proper, kemiskinan
1
Dilihat dari penyebabnya kemiskinan dibagi menjadi dua, pertama :
kemiskinan kultural yaitu suatu kondisi kemiskinan yang terjadi karena kultur,
budaya, atau adat istiadat yang dianut oleh suatu kelompok masyarakat yang
merasa cepat puas akan sesuatu yang telah dicapai, sifat pemalas dan cara berfikir
Kondisi alam yang kurang menguntungkan berupa tanah yang tandus, letak
daerah yang terpencil, tidak adanya sumber daya mineral dan non mineral, serta
memang dalam kondisi miskin, yaitu miskin sumber daya, miskin produktivitas,
sumber daya manusia dapat dicapai melalui pendidikan dan kualitas kesehatan
masyarakat sehingga tingkat harapan hidupnya dapat lebih tinggi dan berkualitas
pedesaaan.
2
Informasi mengenai kemiskinan yang cukup komprehensif adalah Indeks
ketiadaan akses terhadap sumber daya dan fasiltas dasar, antara lain : angka
harapan hidup, balita berstatus gizi kurang, tingkat pendidikan ibu, angka buta
aksara, penduduk yang tidak memiliki akses ke air bersih, dan penduduk yang
keterbatasan human asset yaitu menyangkut sumber daya manusia yang relatif
berkembang angka kematian bayi dan anak balita masih lebih tinggi dibandingkan
3
negara-negara maju (Munir, 1983:1). Berdasarkan data, estimasi tingkat kematian
adalah terdiri dari anak-anak dibawah umur satu tahun, menurut seorang ahli
kependudukan hal ini terjadi disebabkan oleh kegagalan orang tua dalam merawat
Di Indonesia saat ini, angka kematian bayi dan anak balita lebih buruk
mendapatkan akses kesehatan yang paling buruk dan umumnya mereka sedikit
Kematian anak sebelum mencapai usia lima tahun dari keluarga termiskin
mencapai sekitar empat kali lebih tinggi dibandingkan anak dari keluarga terkaya.
bidang pendidikan adalah tingkat buta huruf. Makin rendah persentase penduduk
Sekolah (PLS) Depdiknas memperlihatkan bahwa ada 15,04 juta jiwa ( 8,57%)
dari total penduduk Indonesia berusia 15 tahun keatas yang menyandang buta
4
aksara. Kondisi ini menyebabkan Indonesia termasuk dalam jajaran 34 negara di
dunia yang mempunyai angka buta aksara diatas 10 juta orang, juga menjadikan
Indonesia sebagai negara dengan penduduk buta aksara terbesar di Asia Tenggara
dasar yang ditamatkan berkorelasi negatif dengan kemiskinan. Ini dapat terjadi
yang relatif lebih tinggi biasanya terkait kelas ekonomi yang lebih tinggi.
Seseorang yang lebih kaya dan memiliki akses lebih baik cenderung memiliki
waktu sekolah lebih banyak. Jadi, seseorang tidak miskin bukan hanya karena
berpendidikan lebih tinggi, tetapi juga karena memiliki akses dan kekayaan dapat
pendapatan kaum miskin meningkat, hal itu tidak sebanding dana subsidi yang
dialokasikan untuk pendidikan dasar. Ini juga berarti kerugian bagi publik karena
(Mustasya, 2008).
5
Menurut data Susenas jumlah dan persentase penduduk miskin di Provinsi
Sumatera Selatan mengalami penurunan setiap tahun . Pada tahun 2006 proporsi
penduduk miskin 20,99 persen Pada tahun 2007 jumlah penduduk miskin 19,15
persen, tahun 2008 jumlah penduduk miskin 17,67 persen, dan pada tahun 2009
jumlah penduduk miskin cenderung turun dari tahun 2006-2010. Pada tahun 2006,
jumlah penduduk miskin adalah 29,67 persen menjadi 28,09 persen pada
tahun 2007, kemudian turun lagi menjadi 23,21 persen pada tahun 2008. Pada
tahun 2009 mengalami penurunan menjadi 20,98 persen, dan pada tahun 2010
Kabupaten Lahat, dibutuhkan penelitian lebih lanjut. Untuk itu, penelitian ini akan
6
1.2. Rumusan Masalah Penelitian
7
BAB II
TIANJAUAN PUSTAKA
kondisi yang dialami seseorang atau kelompok orang yang tidak mampu
papan, kebutuhan akan hidup sehat, dan kebutuhan pendidikan dasar bagi anak-
anak.
Secara operasional, kriteria itu lantas dikaitkan dengan tolak ukur garis
upaya mengentaskan golongan masyarakat miskin agar mereka bisa berada diatas
sifatnya yang terdiri dari atas kemiskinan absoulut dan kemiskinan relatif.
8
tersebut dikenal dengan istilah garis kemiskinan. Penduduk dibawah garis
absolut tetap (tidak berubah) dalam hal standard hidup, dan garis
paradigma atau serangkaian perubahan mulai dari tataran konsep, teori, nilai-nilai,
9
Perubahan ini telah mempengaruhi isi laporan Indeks Pembangunan
pembangunan membuat orang semakin miskin atau jumlah orang miskin semakin
banyak. Gagasan modernisasi pun rontok karena tidak mampu meneteskan hasil-
Masalah kemiskinan masih tetap relevan dan penting untuk dikaji dan
sebagai kondisi anggota masyarakat yang tidak atau belum ikut serta dalam proses
miskin; atau sering disebut sebagai garis batas kemiskinan. Konsep ini disebut
10
minimum yang cukup untuk memenuhi kebutuhan fisik terhadap makanan,
tertentu. Pilihan norma tersebut sangat penting terutama dalam hal pengukuran
kosumsi terdiri dari dua elemen (Kuncoro, 1997 :106); yaitu pengeluaran yang
lainnya dan jumlah kebutuhan lain yang sangat bervariasi, yang mencerminkan
mendapatkan kalori minimum dan kebutuhan lain dihitung dengan melihat harga-
bervariasi antara budaya yang satu ke budaya yang lain. Kriteria untuk
pada saat negara-negara menjadi lebih kaya, persepsi mengenai tingkat konsumsi
minimum yang bisa diterima, yang merupakan garis batas kemiskinan, akan
berubah.
11
tingkat kemiskinan atau jumlah orang yang berada dibawah garis kemiskinan
(poverty line), merupakan dua masalah besar di banyak negara berkembang , tidak
berlalu sejak tahun 1969; ternyata, efek yang dimaksud itu mungkin untuk
dikatakan sama sekali tidak ada, tetapi proses mengalir ke bawahnya sangat
lambat. Akhirnya, sebagai akibat dari strategi tersebut; pada dekade 1980-an
kesenjangan juga semakin besar dan jumlah orang miskin tetap banyak.
dan sektor pertanian. Banyak program yang dilakukan oleh pemerintah yang
miskin dan perbedaan pendapatan antara kelompok miskin dan kelompok kaya di
tanah air. Misalnya Inpres desa tertinggal (IDT), pengembangan industri kecil dan
12
Dalam kondisi kemiskinan inilah akan terbentuk lingkaran yang tidak jelas
awal dan akhirnya, sehingga kondisi ini sering disebut lingkaran setan kemiskinan
rendahnya tabungan dan investasi yang berakibat pada keterbelakangan dalam hal
kualitas sumber daya manusia. Hal diatas secara ringkas dapat digambarkan dalam
Tabungan
Tabungan rendah
rendah KEMISKINAN Kualitas Kehidupan Rendah
hambatan pembangunan di masa yang akan datang. Sehubungan dengan hal ini
13
lingkaran setan kemiskinan adalah keadaan-keadaan yang menyebabkan
Di satu pihak pembentukan modal ditentukan oleh tingkat tabungan, dan di lain
menurut pandangan Nurkse; terdapat dua jenis lingkaran setan kemiskinan yang
yaitu, dari segi penawaran modal dan dari segi permintaan modal.
media massa. Perhatian masyarakat tersebut berawal dari pernyataan Bank Dunia
jumlah penduduk miskin secara relatif dari 40,08 persen pada tahun 1976
menjadi 17,42 persen dari jumlah populasi pada tahun 1987. Suatu penurunan
Menurut para ahli antara lain Ala, 1981 (Lincolin, 2004 : 237), kemiskinan
macam; maka mekanismenya pun memiliki banyak aspek. Dilihat dari kebijakan
umum, maka kemiskinan memiliki aspek primer yang berupa miskin akan aset,
organisasi sosial politik, dan pengetahuan, serta ketrampilan dan aspek sekunder
14
yang berupa miskin akan jaringan sosial, sumber-sumber keuangan dan informasi.
gizi, air perumahan yang sehat, perawatan kesehatan yang kurang baik, dan
mewujudkannya.
atau belum ikut serta dalam proses perubahan karena tidak mempunyai
mendapatkan manfaat dari hasil proses pembangunan. Ketidak ikut sertaan dalam
proses pembangunan ini, dapat disebabkan karena alamiah tidak atau belum
mampu mendayagunakan faktor produksinya; dan dapat pula, terjadi secara tidak
15
Kemiskinan disamping merupakan masalah yang muncul dalam
ini selain ditimbulkan oleh hal yang sifatnya alamiah atau kultural, juga
sisi ekonomi (Sharp, dalam Kuncoro, 1997 ; 107), ada beberapa hal yang perlu
kualitas sumberdaya manusia ini karena rendahnya pendidikan, nasib yang kurang
sebagai masalah struktural; yakni, kemiskinan yang diderita oleh suatu golongan
16
tingkat kecukupan gizi, kebutuhan fisik minimum (KFM) dan tingkat
banyak rumah tangga yang berada di sekitar garis kemiskinan nasional, yang
kemiskinan yang sebenarnya. Banyak orang yang mungkin tidak tergolong miskin
sedikit saja diatas garis kemiskinan nasional. Hampir 42 persen dari seluruh
17
rakyat Indonesia hidup diantara garis kemiskinan yang setara dengan AS$1 dan
AS$2- perhari.
Kemiskinan dari segi non pendapatan adalah masalah yang lebih serius
hampir separuh rakyat Indonesia dapat dianggap telah mengalami paling sedikit
satu jenis kemiskinan. Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia memang telah
persalinan dan imunisasi) dan pengurangan sangat besar dalam angka kematian
anak. Akan tetapi, untuk beberapa indikator yang terkait dengan negara
1. Angka gizi buruk yang tinggi dan bahkan meningkat pada tahun-tahun
terakhir. Seperempat anak dibawah usia lima tahun menderita gizi buruk di
Indonesia; dengan angka gizi buruk tetap sama dalam tahun-tahun terakhir,
18
2. Kesehatan Ibu yang jauh lebih buruk dibandingkan dengan negara-negara
( untuk 100.000 kelahiran hidup), tiga kali lebih besar dari Vietnam dan
enam kali lebih besar dari Cina dan Malaysia. Hanya sekitar 72 persen
miskin. Untuk kuintil paling rendah, hanya 48 persen yang memiliki akses
Sementara itu, hanya kurang dari satu persen dari seluruh penduduk
perkotaan. Di pedesaan, terdapat sekitar lima puluh tujuh persen dari orang miskin
di Indonesia yang sering kali tidak memilki akses terhadap pelayanan infrastruktur
19
dasar. Hanya lima puluh persen masyarakat miskin di pedesaan mempunyai akses
terhadap sumber air bersih, dibandingkan dengan delapan puluh persen bagi
kesehatan, dan gizi) merupakan alat kebijakan penting dalam strategi pemerintah
pokok yang dibutuhkan yang merupakan suatu sasaran kebijakan penting pula.
kemiskinan dalam jangka panjang, baik secara tidak langsung melalui perbaikan
suatu alat kebijakan penting untuk mengurangi kemiskinan. Ada tiga faktor utama
20
merupakan tujuan kebijaksanaan sosial yang sangat penting. Kedua, perbaikan
yang lebih baik akan meningkatkan daya kerja, mengurangi hari tidak bekerja dan
menaikkan output energi. Ketiga, penurunan tingkat kematian bayi dan anak-anak
menurunkan tingkat kesuburan dan tingkat kematian bayi yang semakin rendah
hal ini tidak hanya membantu para orang tua untuk mencapai jumlah keluarga
yang diinginkan; tetapi juga membentuk sebuah keluarga yang lebih kecil.
2.1.2 Pendidikan
manusia yang dapat memberikan keuntungan atau manfaat yang lebih besar di
masa depan. Manfaat ini berupa peningkatan pengetahuan dan ketrampilan yang
disengaja untuk mencapai tujuan tertentu dan merupakan suatu kekuatan dinamis
21
dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina keperibadiannya dengan
pendidikan.
bidang pendidikan adalah tingkat buta huruf. Makin rendah persentase penduduk
atas yang tidak dapat membaca dan menulis huruf latin dan lainnya. Sedangkan
angka putus sekolah adalah proporsi dari penduduk berusia antara 7 hingga 15
tahun yang tidak menyelesaikan Sekolah Dasar atau Sekolah Menengah Tingkat
Pertama (Urip S, 2007 : 24). Dalam penelitian ini pendidikan yang dilihat dari
kebutuhan dasar manusia. Faktor ini sering juga dijadikan sebagai salah satu
indikator untuk mengukur kualitas hidup manusia. Yang dimaksud dengan buta
aksara adalah meliputi buta aksara latin dan angka, buta aksara bahasa indonesia
22
dan buta pendidikan dasar.Semakin kecil tingkat buta aksara, semakin baik
kondisi pendidikan, dan semakin baik pula kualitas hidup penduduk di daerah
tersebut (Susanti et al, 2007 : 122). Rumusan yang digunakan untuk melihat
IR = BA X 100%
2.1.3 Kesehatan
kesehatan sebagai sebuah kondisi kesejahteraan fisik, mental, serta sosial dan
bukan hanya sekedar bebas penyakit serta kelemahan fisik. Pembangunan bidang
23
kesehatan meliputi seluruh siklus atau tahapan kehidupan manusia. Bila
pembangunan kesehatan berhasil dengan baik; maka, secara tidak langsung akan
bidang kesehatan merupakan bagian yang sangat penting dari ajang peningkatan
penerus. Khususnya, calon bayi dan anak balita dibawah lima tahun (balita).
negara. Indeks ini disusun dari tiga indikator (Sujana, 2005 : 21) :
Lama hidup yang diukur dengan angka harapan hidup ketika lahir
24
Pendidikan yang diukur dengan rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan
yang dijalani; dan angka melek huruf ( persentase dari penduduk berusia
15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis dalam huruf latin) dan
(PPP- Purchasing Power Parity atau paritas daya beli dalam rupiah).
kependudukan antara lain adalah tingkat mortalitas bayi masih tinggi, sekarang
Mortalitas) adalah: kematian sejak bayi lahir hingga berumur kurang dari satu
mendefiniskan angka kematian bayi adalah kematian bayi berumur dibawah satu
para ahli tersebut dapat dikemukakan disini bahwa mortalitas bayi adalah
Kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir. Banyak faktor yang
dikaitkan dengan kematian bayi. Secara garis besar, dari sisi penyebabnya;
25
kematian bayi ada dua macam, yaitu: endogen dan eksogen. Kematian bayi
endogen atau yang umum disebut dengan kematian neo natal adalah kematian
bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan. Kematian ini umumnya
disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yaitu diperoleh dari
Kematian bayi eksogen atau kematian post neo natal adalah kematian bayi yang
terjadi setelah satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh
masyarakat; dimana angka kematian itu dihitung. Kegunaan angka kematian bayi
Angka kematian post-neo natal dan angka kematian anak serta kematian
penerangan tentang gizi dan pemberian makanan sehat untuk anak dibawah usia
dibawah satu tahun perseribu kelahiran. Semakin kecil angka kematian bayi,
26
semakin sedikit pula jumlah bayi yang meninggal dibawah satu tahun perseribu
ibu mengenai gizi dan perlunya imunisasi menjadi semakin baik. Antara lain,
dapat dilihat dari jenis penyakit yang menyebabkan kematian bayi. Disamping itu,
kesehatan masyarakat tersebut. Karena masyarakat yang sehat lah yang mampu
berperan aktif dalam pembangunan. Kondisi kesehatan dapat ditinjau dari sisi
27
lapangan kerja oleh pemerintah, sehingga jumlah pengangguran dapat diturunkan
lebih tinggi akan memiliki peluang lebih baik untuk mendapatkan pekerjaan
dengan gaji lebih tinggi. Berdasarkan hal itu, tingkat pendidikan berkorelasi
dari sisi Pemerintah suatu negara untuk mengentaskan kemiskinan melalui bidang
pendidikan dan kesehatan karena mereka juga merupakan asset Human Capital
adalah keterbatasan human asset yaitu menyangkut sumber daya manusia yang
diyakini akan lebih baik. Kualitas modal manusia ini dilihat dari tingkat
28
tergolong miskin. Sebaliknya semakin tinggi tingkat pendidikan semakin rendah
pendidikan yang perlu diperhatikan, karena bagi kaum miskin hal ini sulit
terealisasi.
pengaruh positif dan signifikan terhadap IPM di Sumatera Selatan, tetapi secara
konsumsi saja. Masih banyak faktor yang lain misalnya : kebutuhan perumahan,
itu, variabel tingkat melek huruf dan distribusi pendapatan berpengaruh negatif
Sensus Penduduk Tahun 2010, dari data agregat per kecamatan penduduk
Kabupaten Lahat sebesar 369.974 orang. Terdiri dari 189.085 orang penduduk
laki-laki dan 180.889 orang penduduk perempuan, maka sebagian besar penduduk
29
cenderung terpusat pada Kecamatan Lahat sebesar 102.356 orang. Sedangkan
untuk kecamatan Gumay Ulu sebesar 4.993 orang. Kondisi ini memperlihatkan
rasio jenis kelamin Kabupaten Lahat pada tahun 2010 sebesar 104.53 persen, yang
artinya daerah ini mempunyai jumlah penduduk laki-laki lebih besar dari pada
Angka Buta
Pendidikan Kemiskinan
Aksara
Angka Kematian
(Mortalitas) Bayi Kemiskinan
Kesehatan
2.4 Hipotesis
pendidikan dan kesehatan ini diduga terjadi hubungan dua arah yang signifikan
saling berpengaruh antara Angka Buta Aksara dengan kemiskinan dan Angka
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
30
3.1. Ruang Lingkup Penelitian
Tahun 2010 dan data Survei Sosial Ekonomi Nasional Tahun 2010 serta data
Kabupaten Lahat, pendidikan melalui angka buta aksara yang dapat dianggap
dapat mewakili dan kesehatan dilihat melalui indikator angka kematian bayi
tahun 2010.
Data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
bersumber dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Lahat. Data tersebut meliputi
Lahat, Data Profil Kesehatan Kecamatan Tahun 2010, Data Hasil Survei Sosial
pendidikan melalui angka buta aksara yang dapat dianggap dapat mewakili dan
31
Dengan mempertimbangkan model analisis yang digunakan, maka untuk
dianalisis menggunakan paket program statistik SPSS versi 17.0 for windows.
sama.
32
H1 : Ada hubungan (korelasi) antara dua variabel
probabilitas :
ketergantungan satu variabel, variabel tak bebas, pada satu atau lebih variabel
menaksir atau meramalkan nilai rata-rata dari variabel tak bebas apabila variabel
Model regresi yang variabel tak bebasnya tergantung pada dua atau lebih
berikut:
Yi 1 2 X 2i 3 X 3i ... k X ki i ..(3.5)
dimana:
1 , 2 , 3 ,..., k = parameter
33
X 2 i , X 3i ,..., X ki = variabel-variabel yang menjelaskan
autokorelasi. Adapun uji terhadap asumsi tersebut digunakan alat statistik sebagai
berikut:
normal akan membentuk garis lurus diagonal dan plot data akan dibandingkan
dengan garis diagonal tersebut. Jika data menyebar normal di sekitar diagonal,
model regresi memenuhi asumsi normalitas. Jika data menyebar jauh dari garis
diagonal dan atau tidak mengikuti arah diagonal, maka model regresi tidak
Dalam menguji ada tidaknya korelasi linear antar peubah bebas dilakukan
dengan membandingkan antara nilai t hitung dengan F hitung. Jika F hitung cukup
besar sementara nilai t hitung tidak nyata pada taraf nyata maka diduga terjadi
34
multikolinearitas. Selain itu digunakan nilai variance inflation factor (VIF).
Adapun hubungan varians dari tiap koefisien regresi parsial, dalam k-peubah
2 1
Var( j ) =
X 2j 1 R2
j
1
Dimana VIF = 2
1 Rj
2
Maka Var( j ) = VIF
X 2j j
Apabila nilai R 2 makin menuju satu maka nilai VIF akan ikut naik yang
yang mempunyai hubungan yang terkait dan saling berpengaruh dengan variabel
independen dalam model, atau dengan kata lain tidak memasukkan variabel yang
statistik Durbin Watson, dengan menggunakan tabel nilai Durbin Watson yang
35
(et et1 )2
dhitung
e2 t
Jika nilai d-hitung berada antara du dan 4-du atau berkisar 2 maka tidak
terjadi gejala autokorelasi. Untuk mendapatkan nilai du dan dl (nilai kritis), maka
yang digunakan dan jumlah variabel independen yang dipakai dalam estimasi.
Tidak ada
Ragu autokorelasi Ragu
Kor elasi + Kor elasi -
dl du 4 - du 4 dl
dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik, di mana sumbu X adalah Y
36
yang telah diprediksi dan sumbu Y adalah residual (Y prediksi Y sesungguhnya)
yang telah dibakukan. Bila titiknya menyebar secara tidak berpola (acak) maka
tidak terdapat heteroskedastisitas, tapi bila titiknya membentuk pola maka telah
terjadi heteroskedastisitas.
menulis huruf latin dan lainnya di Kabupaten Lahat pada tahun 2010.
jumlah bayi yang meninggal sebelum mencapai usia satu tahun per
Berdasarkan latar belakang dan tujuan dari penelitian yang diajukan akan
(X1, X2, X3.....................Xn) dan satu variabel terikat (Y), dengan rumus umum :
Kemiskinan = f (Pendidikan dan kesehatan)
Y = f (ABA, AKB)
Y = 0 + 1 ABA + 2AKB .......................................(1)
Y = 0 + 1ABA .......................................(2)
Y = 0+ 1AKB .......................................(3)
37
Dimana :
Y = Persentase Penduduk Miskin
ABA = Angka Buta Aksara
AKB = Angka Kematian Bayi
1, 2 = Koefisien variabel
angka buta aksara dan angka kematian bayi terhadap kemiskinan. Pertama,
dilakukan analisis regresi terhadap dua variabel bebas secara langsung. Kemudian
untuk melihat hubungan antara dua variabel bebas terhadap variabel terikatnya,
dan sebaliknya secara bolak-balik. Hal yang sama dilakukan analisis regresi pula
untuk variabel kemiskinan dengan angka kematian bayi dan sebaliknya untuk
melihat hubungan kedua variabel tersebut. Dari hasil pengujian dapat diketahui
Apakah angka buta aksara dan angka kematian bayi yang mempengaruhi
38
BAB IV
4.1.Analisis Deskriptif
dengan 4,15 derajat Lintang Selatan, dan 102,37 derajat sampai dengan 103,45
derajat bujur timur. Sampai dengan tahun 2010, wilayah Kabupaten Lahat terdiri
39
dari 21 kecamatan, 17 kelurahan, 357 desa berstatus definitif dan 2 desa persiapan.
Dengan luas wilayah sebesar 4.587,18 km 2, Kabupaten Lahat pada tahun 2010
penduduk sebesar 25,51 orang per km 2, yang terdiri dari 189.085 orang
Rasio jenis kelamin Kabupaten Lahat pada tahun 2010 sebesar 104,53
persen, yang artinya daerah ini mempunyai jumlah penduduk laki-laki lebih
sumber daya alam yang dimiliki, akan tetapi akan lebih ditentukan oleh
keunggulan kompetitif, yang dalam hal ini akan sangat ditentukan oleh kualitas
40
bidang pendidikan. Melalui pendidikan diharapkan akan terbentuk SDM yang
rumah tangga memiliki waktu yang lebih banyak dirumah dibandingkan pria,
Keuntungan yang akan diperoleh dari investasi di bidang pendidikan antara lain
41
jumlah wanita dengan status pernah kawin semakin menurun. Dimana tingkat
Pada tingkat makro, ukuran yang sangat mendasar dari tingkat pendidikan
42
Gambar 4.2. Angka Buta Aksata Menurut Kecamatan
Dari Gambar 4.2, kondisi pendidikan penduduk Kabupaten Lahat dilihat dari
angka buta aksara masih belum merata, terlihat adanya ketimpangan antara
Bayi/Infant Mortality Rate (IMR) adalah kematian bayi yang terjadi antara saat
setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun, bayi yang lahir
harus dalam keadaan hidup, yaitu banyaknya kematian bayi usia dibawah satu
43
Gambar 4.3. Angka Kematian Bayi Menurut Kecamatan
ini berarti dalam setiap 1000 kelahiran pada tahun 2010 kemungkinan bayi yang
kematian. Dilihat dari tabel diatas, pada Kecamatan Pseksu dan Gumay Ulu
memiliki resiko kematian bayi yang berumur kurang dari 1 (satu) tahun yaitu
populasi referensi untuk memenuhi kebutuhan pangan dan non pangan yang
nilai rupiah yang harus dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan energi minimal
2100 kkalori per kapita per hari (Widyakarya Pangan dan Gizi, 1978) dan Garis
Kemiskinan Non yaitu Garis Kemiskinan pengeluaran non makanan adalah nilai
rata-rata pengeluaran (dalam rupiah) dari 51 jenis komoditi dasar non makanan
44
Gambar 4.4. Garis Kemiskinan Kabupaten Lahat
Dari Gambar 4.4 dilihat bahwa angka garis kemiskinan Kabupaten Lahat hampir
demikian, Kabupaten Lahat bukan yang memiliki angka garis kemiskinan yang
tertinggi.
Index).
45
Gambar 4.5. Persentase Kemiskinan Kabupaten Lahat
Kabupaten Lahat sekitar 19,03 persen. Bila dilihat di tingkat kecamatan, maka
dan Gumay Ulu yaitu hampir mencapai 50 persen. Sedangkan persentase jumlah
penduduk miskin terendah ada di Kecamatan Lahat dan Kikim Timur yang
secara signifikan yaitu antara Miskin dan Buta Aksara serta Miskin dan IMR nilai
masing-masing probabilitas 0,000 berarti lebih kecil dari 0,05. Karena itu
46
Correlations
Signifikan tidaknya korelasi dua variabel bisa dilihat dari adanya tanda *
signifikan.
autokorelasi. Adapun uji terhadap asumsi tersebut digunakan alat statistik sebagai
berikut:
47
4.2.2.1.1. Uji Normalitas
hasil plotting data menunjukkan sebarannya di sekitar garis normal yang berarti
48
Coefficientsa
Berdasarkan output data SPSS di atas, dimana nilai VIF hitung lebih kecil
daripada 5, maka dapat dikatakan pada model ini tidak terjadi multikolinearitas.
yaitu dengan mengikuti mekanisme uji D-W (Durbin Watson). Dari penghitungan
dengan SPSS dihasilkan statistik d Durbin Watson sebesar 2,323, sedangkan dari
Model Summaryb
49
Ternyata nilai statistik d Durbin Watson terletak pada daerah pengujian yang
menerima Ho, di mana Ho adalah tidak ada autokorelasi. Jadi dapat disimpulkan
Dari lampiran terlihat bahwa tidak ada pola tertentu pada grafik, sehingga
berbagai faktor yang saling berkaitan, antara lain: tingkat pendapatan, kesehatan,
pendidikan, akses terhadap barang dan jasa, lokasi, geografis, gender, dan kondisi
ekonomi, tetapi juga kegagalan memenuhi hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan
50
bagi seseorang atau sekelompok orang dalam menjalani kehidupan secara
pertanahan, sumberdaya alam, dan lingkungan hidup, rasa aman dari perlakukan
atau ancaman tindak kekerasan dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan
bagi masyarakat yang juga iatur dalam Undang-Undang Dasar, (2) gerakan
51
kehidupan masyarakat yang diwujudkan dalam bentuk peningkatkan pelayanan
Berdasarkan hasil uji validitas, reabilitas, dan uji asumsi, maka dapat
dilakukan analisis selanjutnya, yaitu analisis regresi linier berganda. Analisis ini
kemiskinan terhadap variable terikat, yaitu angka buta aksara dan angka kematian
bayi (IMR), persamaan regresi berganda yang dihasilkan adalah sebagai berikut:
SE (0,192) (0,024)
di mana
X1 = Buta Aksara
X2 = IMR
maka model layak digunakan untuk pendugaan. Hipotesis yang digunakan dalam
52
H0 : Buta aksara dan IMR secara simultan tidak berpengaruh
terhadap kemiskinan
Artinya, pada tingkat kepercayaan 95 persen buta aksara dan IMR secara
variasi dari variabel terikat. Apabila variabel bebas signifikan-dalam penelitian ini
tersebut akan merubah nilai koefisien determinasi (R2). Sebaliknya, apabila suatu
(2001:354) untuk yang variabel bebasnya, lebih baik digunakan adjusted R square
53
(R2 yang telah disesuaikan) yaitu sebesar 0,927. Ini berarti 92,7% proporsi
c. Uji t
terhadap kemiskinan
terhadap kemiskinan
kemiskinan
kemiskinan
sebesar 0,000 (<0,05). Hal ini berarti H0 ditolak. Dengan kata lain, pada tingkat
terhadap kemiskinan. Adapun untuk hasil pengujian variabel angka kematian bayi
(IMR) juga memberikan nilai signifikansi yang sama, yaitu 0,000. Jadi,
54
keputusannya tolak H0. Artinya, angka kematian bayi (IMR) secara parsial
0.000. Oleh karena probabilitas 0,000 jauh lebih kecil dari 0,05, sehingga dapat
dikatakan bahwa uji dari keseluruhan regresi baik. Kemudian melalui uji t
diperoleh angka 21,173 ; 20,705 dengan tingkat signifikansi 0,000 ; 0,000. Oleh
kemiskinan dipengaruhi oleh buta aksara dan IMR. Konstanta sebesar -8,828
menyatakan bahwa jika tidak ada variabel buta aksara dan IMR maka tingkat
anak dari keluarga miskin yang tidak dapat melanjutkan pendidikan dan terpaksa
keluar dari sekolah dasar sebelum dapat menamatkannya. Hal ini terkait erat
untuk menyediakan dana bagi sekolah dalam bentuk block grants. Dengan
55
Dana sekolah tersebut harus disusun sesuai prinsip transparansi dan prosedur
standar yang dibutuhkan. Pemberian dana ini dapat dikaitkan dengan kondisi
untuk membantu siswa dari kalangan miskin dalam masa transisi dari sekolah
Hanya kurang dari satu persen limbah rumah tangga di Kabupaten Lahat yang
menjadi bagian dari sistem pembuangan. Penyediaan fasilitas limbah lokal tidak
akhir. Akibatnya, penduduk miskin cenderung menggunakan air dari sungai yang
telah tercemar. Tempat tinggal mereka juga sering berada di dekat tempat
pembuangan limbah. Hal ini membuat penduduk miskin cenderung menjadi lebih
56
mudah sakit dan tidak produktif. Untuk mengatasi hal tersebut ada dua hal yang
dapat dilakukan:
2. Pada sisi penawaran, tentu saja penyediaan sanitasi harus diperbaiki. Aspek
kematian menjadi tinggi terkait dengan dua sebab. Pertama karena ibu yang
melahirkan sering terlambat dalam mencari bantuan medis. Sering terjadi juga
bantuan medis yang dibutuhkan tersebut tidak tersedia. Kedua karena kebanyakan
ibu yang melahirkan lebih memilih untuk meminta bantuan bidan tradisional
57
1. Meluncurkan kampanye untuk meningkatkan kesadaran atas manfaat
dan sesudahnya.
kesehatan maupun dengan bantuan bidan desa. Lebih jauh lagi, pemerintah
Bantuan ini dapat dikelola melalui sistem kartu kesehatan yang telah ada.
3. Meningkatkan pelatihan bagi bidan desa, baik secara formal maupun dengan
mendapat perhatian.
Bila dilihat dari kontribusi setiap variabel, koefisien regresi buta aksara
sebesar 4,062 menyatakan bahwa setiap kenaikan tingkat buta aksara sebesar 1
persen maka akan menaikkan tingkat kemiskinan sebesar 4,062 persen, jika faktor
juga akan bertambah. Sedangkan koefisien regresi IMR sebesar 0,501 menyatakan
58
pendidikan yang rendah, mereka hanya mampu bekerja pada sector-sektor
informal dengan pendapatan yang rendah pula. Dengan pendapatan yang rendah,
sanitasi.
BAB V
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan hasil analisis yang telah dilakukan pada bab-bab
Kemiskinan.
59
3. Signifikan tidaknya korelasi dua variabel bisa dilihat dari adanya tanda *
secara signifikan.
4. Karena korelasi kemiskinan dan buta aksara lebih besar, maka variabel
5.2. Saran
1. Hasil temuan empiris dalam tulisan ini memunculkan satu implikasi pokok,
indikator yaitu pendidikan dan kesehatan. Untuk hal-hal yang lebih spesifik
Lahat, perlu dilakukan kajian atau penelitian yang lebih mendalam dengan
60
operasional perencanaan pembangunan daerah yang komprehensif dimulai
5. Salah satu persyaratan yang harus dipenuhi agar suatu negara dapat
faktual yang terjadi. Hal ini dapat meningkatkan kepedulian terhadap proses
perbaikan gizi.
61
DAFTAR PUSTAKA
BPS, Bappenas, UNDP, (2004), Indonesia Human Development Report 2004, The
Economics of Democracy : Financing Human Development in Indonesia
Danang Sunyoto, Analisis Regresi dan Korelasi Bivariat: Ringkasan dan kasus,
Hanindita Yogyakarta, Tahun 2007.
Herdiana, Sony, Potret Kemiskinan Jawa Barat, Harian umum pikiran rakyat
Februari 2005, jabar, (http://opininyasonyasgar.blogspot.com), Tahun 2006.
62
Kusumawati, Yuli, Mutalazimah, Jurnal : Hubungan Pendidikan dan
Pengetahuan Gizi Ibu dengan Berat Bayi Lahir di RSUD Dr.Moewardi
Surakarta, Tahun 2004.
Urip, S, Data dan Informassi Kemiskinan, Badan Pusat Statistik, Tahun 2007.
63
BPS. 2000. Metodologi Penentuan Rumah Tangga Miskin 2000. Jakarta
Cicih, Lilis Heri Mis. 2002. Kemiskinan dan Peningkatan Status Kesehatan
dalam Era Otonomi Daerah. Warta Demografi Tahun ke 32 No 1,
Jakarta :LD FEUI.
Irawan, Puguh B dan Haning Romdiati. 2000. Dampak Krisis Ekonomi Terhadap
Kemiskinan dan Beberpa Implikasinya untuk Strategi Pembangunan.
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VII, Jakarta: LIPI, Bappenas,
Unicef, Deptan, Depkes, dan BPS
Lembaga Demografi FEUI dan Biro Bina Pemerintahan DKI Jakarta. 1994.
Evaluasi Ciri Sosial Ekonomi Masyarakat Kumuh di DKI Jakarta. Jakarta:
LD FEUI
64
Mawardi, Sulton dan Sudarno Sumarto.2003. Kebijakan Publik yang Memihak
Orang Miskin (Fokus: Pro-Poor Budgeting). Jakarta: SMERU
Santoso, Singgih. 2002. Buku Latihan SPSS Statistik. Jakarta: Penerbit PT. Elex
Media Komputindo, Kelompok Gramedia, Anggota IKAPI.
65
LAMPIRAN
66
Descriptive Statistics
Correlations
Variables Entered/Removeda
67
Model Summaryb
ANOVAa
Coefficientsa
Residuals Statisticsa
68
69
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Angka Kemiskinan, Angka Buta
Aksara dan Angka Kematian Bayi (IMR) Dirinci Menurut Desa/Kelurahan
di Kecamatan Tanjung Sakti Pumi Tahun 2011 :
70
Lk Pr Jumlah Aksara
71
2 SUKANANTI 180 172 352 28,62 6,29 38,16
3 BABATAN 157 139 296 23,88 6,22 35,86
4 SENGKUANG 100 108 208 24,30 3,40 21,63
5 PADANG MASAT 207 182 389 28,38 7,02 42,75
6 PENINDAIAN 217 178 395 27,83 6,80 66,43
7 MUARA TIGA 374 376 750 28,85 6,56 40,90
8 TEBING TINGGI 164 170 334 30,79 4,45 25,88
9 DATAR BALAM 418 373 791 31,99 5,53 31,55
10 PENGENTAAN 260 254 514 24,06 3,46 23,71
11 LESUNG BATU 281 294 575 20,21 2,93 20,73
12 AIR PUAR 546 512 1.058 22,70 5,58 31,99
13 PAJAR BULAN 504 470 974 25,26 5,96 34,62
14 MENGKENANG 699 646 1.345 21,65 6,36 40,24
15 LAWANG AGUNG MULAK 1.063 988 2.051 27,18 3,82 25,24
16 DURIAN DANGKAL 436 402 838 26,23 5,21 30,56
17 PENANDINGAN 371 308 679 26,62 7,27 52,67
18 TALANG PADANG 135 121 256 27,49 4,40 29,55
19 LUBUK DENDAN 250 224 474 30,71 4,17 28,45
20 GERAMAT 571 535 1.106 29,42 6,10 34,36
21 JADIAN BARU 260 240 500 25,83 4,70 30,10
22 JADIAN LAMA 211 173 384 29,87 2,58 19,53
23 TALANG BERANGIN 157 136 293 19,98 6,29 38,16
24 PADANG BINDU 218 225 443 26,03 6,22 35,86
25 KEBAN AGUNG 543 484 1.027 24,46 3,40 21,63
26 DANAU BELIDANG 243 213 456 27,36 7,02 42,75
JUMLAH 8.745 8.101 16.846 26,46 5,17 33,19
72
8 TANJUNG NIBUNG 166 187 353 31,92 6,35 38,96
9 TANJUNG BAY 313 295 608 34,34 6,75 44,58
10 AIR DINGIN LAMA 276 213 489 44,29 4,21 29,58
11 PADANG PERIGI 240 197 437 25,80 5,60 34,90
12 AIR DINGIN BARU 108 108 216 39,36 7,66 57,01
13 TANJUNG TEBAT 267 250 517 26,52 4,79 33,89
14 PANDAN ARANG ILIR 684 627 1.311 32,22 4,56 32,79
JUMLAH 4.072 3.805 7.877 33,71 5,57 38,81
73
14 SIRING AGUNG 236 216 452 23,74 7,43 45,27
15 BATU RUSA 222 196 418 23,10 7,21 68,95
16 KARANG AGUNG 427 448 875 26,68 6,97 43,42
17 SAWAH DARAT 160 153 313 27,33 4,86 28,40
18 AIR LINGKAR 504 456 960 28,01 5,94 34,07
19 LESUNG BATU 694 656 1.350 25,49 3,87 26,23
20 BANDUNG AGUNG 301 287 588 22,79 3,34 23,25
JUMLAH 6.035 5.701 11.736 21,02 4,42 29,13
74
19 TERTAP 534 539 1.073 15,38 3,56 30,38
20 PENANTIAN 888 791 1.679 21,52 5,49 36,29
21 SADAN 754 674 1.428 16,00 4,09 32,03
JUMLAH 10.122 9.490 19.612 17,85 3,61 28,12
75
24 TONGKOK 525 535 1.060 3,72 5,43 34,43
25 GELUNG SAKTI 120 117 237 6,90 2,61 20,20
26 JENTIAN 304 284 588 3,11 6,23 41,32
27 TANJUNG AGUNG 283 258 541 2,68 6,01 65,00
28 SUKARAJA 452 429 881 2,53 5,77 39,47
29 TANJUNG RAYA 172 162 334 4,40 3,66 24,45
30 PAGAR KAYA 262 236 498 7,75 4,74 30,12
JUMLAH 9.872 9.413 19.285 17,33 3,38 27,02
76
12 JAJARAN LAMA 329 291 620 33,58 5,22 35,41
13 LUBUK SEKETI 267 246 513 20,96 3,11 20,39
14 SUKARAMI 253 256 509 13,98 4,19 26,06
15 PURWO REJO 289 270 559 17,86 2,12 18,22
16 BANDARJAYA 441 382 823 16,70 1,59 15,24
17 WANARAYA 953 861 1.814 17,24 4,24 26,50
18 PURNAMASARI 507 468 975 15,55 4,62 29,13
19 MEKAR JAYA 299 263 562 17,74 5,02 34,75
JUMLAH 7.713 7.258 14.971 19,26 3,91 28,67
77
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Angka Kemiskinan, Angka Buta
Aksara dan Angka Kematian Bayi (IMR) Dirinci Menurut Desa/Kelurahan
di Kecamatan Kikim Selatan Tahun 2011 :
78
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Angka Kemiskinan, Angka Buta
Aksara dan Angka Kematian Bayi (IMR) Dirinci Menurut Desa/Kelurahan
di Kecamatan Lahat Tahun 2011 :
79
Jenis Kelamin Buta
No Desa/Kel Miskin IMR
Lk Pr Jumlah Aksara
80
3 LEBAK BUDI 503 449 952 33,57 4,21 31,73
4 SUKA CINTA 615 537 1.152 33,08 3,68 28,75
5 GUNUNG AGUNG 690 694 1.384 28,00 6,33 40,01
6 TANJUNG PINANG 443 443 886 30,12 6,71 42,64
7 SUKA MARGA 325 326 651 27,74 7,11 48,26
8 PAYO 473 468 941 30,40 4,57 33,26
9 KARANG ENDAH 307 278 585 29,38 5,96 38,58
10 MUARA TEMIANG 392 349 741 26,17 8,02 60,69
11 LUBUK KEPAYANG 380 357 737 26,20 5,15 37,57
12 TANJUNG TELANG 463 406 869 26,47 4,92 36,47
13 KEBUR 842 840 1.682 30,42 6,85 42,38
14 TANJUNG BARU 689 516 1.205 30,96 5,45 38,12
15 MUARA MAUNG 520 510 1.030 32,53 3,33 27,55
16 TELATANG 571 550 1.121 30,84 7,04 46,18
17 MERAPI 1.059 1.109 2.168 28,83 6,97 43,88
18 PURWOSARI 420 360 780 30,15 4,15 29,65
19 KARANG REJO 158 142 300 30,50 7,77 50,77
JUMLAH 10.379 9.758 20.137 30,14 5,77 39,47
81
9 PADANG 537 512 1.049 29,14 5,78 28,92
JUMLAH 3.809 3.649 7.458 26,31 4,74 30,12
82