Anda di halaman 1dari 10

HUBUNGAN TINGKAT ACTIVITY DAILY LIVING (ADL) DENGAN TINGKAT

DEPRESI PADA PASIEN STROKE DI PAVILIUN FLAMBOYAN RSUD JOMBANG

Dr. Suparyanto, M.Kes

Ernia Rosita1, Suparyanto2, Farida Kusumawati1

1 Program Studi S1 Keperawatan STIKES Pemkab Jombang

2 Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Jombang

ABSTRAK

Tingginya depresi pasien stroke mencapai hampir 79% baik di awal atau pada tahap akhir
setelah stroke. Depresi pasien stroke dilaporkan memiliki efek yang buruk terhadap fungsi
afek, perbaikan kognitif, penarikan diri setelah serangan, dan peningkatan angka kematian.
Depresi pada pasien stroke adalah keadaan sedih yang berkepanjangan pada pasien stroke
sebagai respon terhadap situasi yang dianggap tidak menyenangkan, dimana salah satu faktor
yang mempengaruhi tingkat depresi pada pasien stroke adalah tingkat ADL. Tujuan penelitian
ini untuk mengetahui apakah ada hubungan tingkat ADL dengan tingkat depresi pada pasien
stroke di paviliun flamboyan RSUD Jombang. Desain penelitian ini menggunakan analitik
korelasi dengan pendekatan cross sectional dan populasinya adalah semua pasien stroke yang
ada di paviliun flamboyan RSUD Jombang dengan jumlah 120 orang. Pengambilan sampel
dengan simple random sampling sehingga jumlah sampel sebanyak 30 responden. Variabel
independent tingkat ADL dan variabel dependent tingkat depresi pada pasien stroke.
Pengumpulan data dengan check list/quesioner dan observasi kemudian diolah dengan
editing, coding, scoring, tabulating, dan analisisnya dengan uji statistik Spearman Rank
dengan signifikan 0,05.Hasil penelitian menunjukkan ADL dependen berat 60%, depresi
berat 53,3%, = 0,000 < 0,05, nilai korelasi 0,752 sehingga Ho ditolak dan H1 diterima yaitu
ada hubungan tingkat Activity Daily Living (ADL) dengan tingkat depresi pada pasien stroke
di paviliun flamboyan RSUD Jombang dengan tingkat keeratan kuat. Dengan demikian,
terdapat hubungan tingkat ADL dengan tingkat depresi pada pasien stroke. Oleh karena itu,
diharapkan pasien yang mengalami ketergantungan ADL atau yang memiliki stressor tinggi
mampu beradaptasi dengan tingkat ketergantungan ADL yang dimilikinya sehingga memiliki
cara untuk menurunkan atau beradaptasi dengan tingkat depresi.

Kata kunci : tingkat ADL, tingkat depresi


THE RELATION OF DAILY LIVING ACTIVITY LEVEL WITH DEPRESSION LEVEL
FOR STROKE PATIENT IN THE FLAMBOYAN PAVILIUN ROOM - RSUD JOMBANG

Ernia Rosita1, Suparyanto2, Farida Kusumawati1

1 Study Program S1 Nursery STIKES Pemkab Jombang

2 Women Empowerment Department and Family Planning Jombang

ABSTRACT

The height of depression at stroke patient reaches almost 79% in the beginning or in the last
step after stroke. Depression of stroke patient reported have bad effect to afek function,
cognitive improvement, withdrawness after the attack, and the increasing of death number.
Depression of stroke patient is sad condition that happened for a long time at the stroke
patient as a response to the unfunny situation. Where the one of factors which influences the
depression level at the stroke patient is daily living activity level. The purpose of this research
is used to know whether there is any relation of ADL level with depression level for stroke
patient in the flamboyan paviliun room - RSUD Jombang.This research design uses
corelation analytic with cross sectional approach and the population is all of stroke patients at
the flamboyan paviliun room - RSUD Jombang with the total 120 people. Taking sample with
simple random sampling so that the total sample of 30 repondents. Independent variable of
daily living activity level and the dependent variable of depression level. The collecting of
data with check list/questionnaire and observation and then being processed with editing,
coding, scoring, tabulating, and the analyse with Spearman Rank statistic test with significant
0,05.The research result showed the heavy dependent of ADL is 60%, heavy depression is
53,3%, = 0,000 < 0,05, corelation value 0,752 so that Ho is refused and H1 is accepted that
there is relation of daily living activity level with depression level for stroke patients in the
flamboyan paviliun room - RSUD Jombang with the strong tightening level.So that, there is
relation of daily living activity level with depression level for stroke patients. Therefore,
being hoped patients who have dependences of ADL or have high stressor can adapt with
dependences of ADL level whose they have so they have a way to decrease or adapt with
depression level.

Keywords : ADL Level, Depression Level


A. PENDAHULUAN

Saat ini, depresi pada pasien stroke memiliki prevalensi yang tinggi.1 Gejala ini dapat
muncul kapan saja setelah kejadian stroke.1 Menurut penelitian epidemiologi, hampir 79%
pasien stroke mengalami depresi, baik di awal atau pada tahap akhir setelah stroke.2 Depresi
dilaporkan memiliki efek yang buruk pula terhadap fungsi afek, perbaikan kognitif, penarikan
diri setelah serangan, dan peningkatan angka kematian.1 Banyak penelitian mengatakan
bahwa pada pasien stroke yang mengalami depresi, akan terjadi peningkatan persentase
mortalitas. Depresi pasca stroke juga dapat terjadi sebagai hasil ketidakmampuan pasien
melakukan Activity Daily Living. Kondisi ini membuat pasien secara fisik dan mental tidak
berdaya dan dapat mengarah ke perasaan tidak kompeten dan tertekan.3 Meskipun depresi
dapat mempengaruhi pemulihan fungsional dan kualitas hidup pada pasien stroke, kondisi
seperti ini sering diabaikan. Pada kenyataannya, hanya sebagian kecil pasien yang
didiagnosis dan bahkan lebih sedikit yang dirawat di praktek klinis umum.

Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2001 terdapat lebih dari 20,5 juta
penderita stroke di seluruh dunia, 3,3 juta diantaranya menyebabkan kematian dan 12,7 juta
penderita stroke mengalami depresi. Di Eropa insiden depresi pada stroke mencapai 65%.
Sebagian sampai 65% depresi akan membaik dalam tahun pertama, tetapi ada sebagian
penderita stroke yang erkembang menjadi depresi kronik. Di Indonesia sebanyak 15%-25%
pasien stroke yang dirawat di rumah menderita depresi, pasien stroke yang dirawat di rumah
sakit sekitar 30%-40% menderita depresi. Prevalensi penderita stroke selama hidup, pada
wanita 10%-25% dan laki-laki 5%-12%. Sekitar 15% penderita depresi melakukan usaha
bunuh diri.

Pasien stroke sering ditandai dengan adanya sebagian kelemahan tubuh (hemiplegi), mulut
mencong, bicara pelo dan gangguan psikologis seperti depresi atau perubahan tingkah laku.6
Pasien stroke menjadi depresi karena mengalami kelumpuhan sehingga tidak bisa melakukan
Activity Daily Living dan penderita stroke sangat tergantung kepada keluarganya dalam
meningkatkan kemampuan pasien untuk mandiri, meningkatkan rasa percaya diri pasien,
meminimalkan kecacatan pada stroke.

Untuk mencapai hasil optimal, faktor-faktor yang memberikan konstribusi terhadap depresi
pada pasien stroke perlu diidentifikasi dengan jelas.1 Bila gangguannya ringan, maka
keadaan depresi, irritabilitas atau ansietas dapat diobati dengan psikoterapi. Selain itu,depresi
pada pasien stroke bisa dikurangi dengan meningkatkan kegiatan yang menyenangkan atau
meningkatkan kegiatan aktifitas sehari-hari atau Activity Daily Living yang dapat dilakukan
mandiri oleh pasien. Keluarga yang merupakan tumpuan utama harus diberi konseling atau
penerangan mengenai keterbatasan serta masalah yang dialami penderita.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan tingkat Activity Daily Living (ADL)
dengan tingkat depresi pada pasien stroke di Paviliun Flamboyan RSUD Jombang tahun
2012. Peneliti meakukan penelitian ini dengan tujuan untuk Mengidentifikasi tingkat Activity
Daily Living (ADL) pada pasien stroke yang dirawat di Paviliun Flamboyan RSUD Jombang
tahun 2012, mengidentifikasi tingkat depresi pada pasien stroke yang dirawat di Paviliun
Flamboyan RSUD Jombang tahun 2012 dan menganalisa hubungan tingkat Activity Daily
Living (ADL) dengan tingkat depresi pada pasien stroke di Paviliun Flamboyan RSUD
Jombang tahun 2012.

B. METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini desain penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik
korelasi dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Pavilliun
Flamboyan RSUD Jombang bulan Februari dan Maret 2012. Populasinya sebanyak 120
orang dan sampelnya sebanyak 30 orang dengan tehnik pengambilan sample simple
random sampling. Kriteria inklusi sampel yang diambil adalah pasien stroke yang bersedia
menjadi responden, yang kooperatif, mengalami hemiparese, hemiplegi dan tidak afasia.
Kriteria ekslusi samplenya adalah pasien stroke yang tingkat kesadarannya menurun
(stupor, koma ringan, koma) dan pasien stroke pendarahan/hemoragik. Untuk mengukur
tingkat Activity Daily Living (ADL), peneliti menggunakan alat ukur lembar observasi
berupa check list Indeks Barthel. Sedangkan untuk mengetahui tingkat depresi pada pasien
stroke, digunakan alat ukur berupa check list / quesioner HDRS atau Hamilton Rating
Scale for Depression pada responden. Analisis datanya menggunakan Uji Statistik
Spearman Rank.

C. HASIL PENELITIAN

Hasil yang didapatkan adalah hampir seluruh responden berumur 25-65 tahun sebanyak
27 responden (90%), sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 19
responden (63,3%) dan sebagian besar responden berpendidikan SD sebanyak 22
responden (73,3%).

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Tingkat Activity Daily Living Pasien Stroke di Pavilliun
Flamboyan Februari 2012

Tingkat Activity Daily %


LivingPasien Stroke Non-Hemoragik

Mandiri 0 0

Dependen Ringan 0 0
Dependen Sedang 12 40

Dependen Berat 18 60

Dependen Total 0 0

Total 30 100

Sumber : Data Primer Februari 2012

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Tingkat Depresi Pasien Stroke di Pavilliun Flamboyan Februari
2012.

Insomnia %

Tidak ada depresi 0 0

Depresi ringan 3 10

Depresi sedang 11 36,7

Depresi berat 16 53,3

Depresi berat sekali 0 0

Total 30 100

Sumber : Data Primer Februari 2012

Tabel 3 Tabulasi Silang Hubungan Tingkat Activity Daily Living Dengan Tingkat
Depresi Pasien Stroke Non-Hemoragik di Pavilliun Flamboyan Februari 2012

TingkatADL Tingkat Depresi Total

Tidak ada Depresi Depresi Depresi Depresi


depresi ringan sedang berat berat sekali

% % % %

Mandiri 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

D.Ringan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

D.Sedang 0 0 3 25 8 66,7 1 8,3 0 0 12 100

D.Berat 0 0 0 0 3 16,7 15 83,3 0 0 18 100

D.Total 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Total 0 0 3 10 11 36,7 16 53,3 0 0 30 100

Sumber : Data Primer Februari 2012


Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa tingkat ADL pada pasien stroke dengan dependen berat
terjadi depresi berat sebanyak 15 responden (83,3%). Hal itu berarti semakin berat tingkat
ADL pasien stroke semakin berat pula depresi yang dimilikinya.

Tabel 4 Uji Statistik Hubungan Tingkat Activity Daily Living Dengan Tingkat Depresi Pasien
Stroke Non-Hemoragik di Pavilliun Flamboyan Februari 2012.

Tingkat ADL Tingkat Depresi

Spearman's rho Tingkat ADL Correlation


1.000 .752**
Coefficient

Sig. (2-tailed) . .000

N 30 30

Tingkat Depresi Correlation


.752** 1.000
Coefficient

Sig. (2-tailed) .000 .

N 30 30

**. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Sumber : Data Primer Februari 2012

Tabel 4 menunjukkan hasil uji statistik Spearmans rho, angka korelasi 0,752 dengan
angka signifikan atau nilai probabilitas (0,000) jauh lebih rendah standart signifikan 0,05
atau ( < ), dengan membanding rshitung dengan rstabel, Jmaka didapat hasil rshitung
(0,752) > rstabel (0,364) maka berarti ada hubungan tingkat Activity Daily Living (ADL)
dengan tingkat depresi pada pasien stroke di Pavilliun Flamboyan RSUD Jombang. Dari
hasil uji tersebut juga diketahui tingkat hubungan antara dua variabel, dengan ditunjukkan
nilai korelasi 0,752 yang terletak antara angka 0,60-0,80 kategori tinggi 9 sehingga
hubungan tingkat Activity Daily Living (ADL) dan tingkat depresi pada pasien stroke
keeratannya kuat.10

D. PEMBAHASAN

Tingkat Activity Daily Living (ADL) Pasien Stroke Di Pavilliun Flamboyan RSUD
Jombang Tahun 2012

Hasil yang diperoleh peneliti tentang tingkat Activity Daily Living didapatkan sebagian
besar responden memiliki tingkat Activity Daily Living dependen berat sebanyak 18
responden (60%). Stroke adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu
bagian otak tiba-tiba terganggu. Bila dapat diselamatkan, kadang-kadang si penderita
mengalami kelumpuhan pada anggota badannya, hilangnya sebagian ingatan atau
kemampuan bicaranya. Stroke ringan memiliki gejala kelemahan atau kelumpuhan tangan
dan kaki dan stroke berat memiliki gejala sisa kelemahan atau kelumpuhan tangan dan
kaki. Kelumpuhan sebelah bagian tubuh (hemiplegia) adalah cacat yang paling umum
terjadi setelah seseorang terkena stroke. Bagaimanapun, pasien stroke hemiplegia atau
hemiparesis akan mengalami kesulitan dalam melaksanakan Activity Daily Living.
ADL dipengaruhi oleh ROM sendi, kekuatan otot, tonus otot, propioseptif, persepti
visual, kognitif, koordinasi, keseimbangan. Selain itu, menurut Hadiwynoto (2005) faktor
yang mempengaruhi penurunan Activity Daily Living bukan masalah fisik saja, namun
juga dapat karena kapasitas mental, status mental seperti kesedihan dan depresi,
penerimaan terhadap fungsinya anggota tubuh dan dukungan anggota keluarga.

Pada pasien stroke, hal-hal yang berkaitan dengan fungsi system sensorik dan motorik
mengalami disfungsi dan akhirnya dapat membuat ROM terbatas, tonus otot menurun,
gangguan kognitif. Menurunnya fungsi gerak pada pasien stroke akan memberikan
dampak pada Activity Daily Living. Hal itu mengarah pada kemunduran fisik dan
membuat pasien menjadi tergantung pada orang lain baik sebagian dibantu (dependen
ringan atau sedang) maupun ketergantungan seluruhnya (dependen total atau berat).

Tingkat Depresi Pasien Stroke Di Pavilliun Flamboyan RSUD Jombang Tahun 2012.
Hasil yang diperoleh peneliti tentang tingkat depresi pada pasien stroke didapatkan
sebagian besar responden mengalami depresi berat sebanyak 16 responden (53,3%).
Dimana sebagian besar responden berpendidikan SD sebanyak 22 responden (73,3%).
Tingkat pendidikan memiliki dampak yang signifikan terhadap gejala depresi. Tingkat
pendidikan yang lebih tinggi memiliki efek perlindungan terhadap depresi, tingkat
pendidikan yang lebih rendah secara signifikat terkait erat dengan depresi.

Menurut penelitian epidemiologi, hampir 79% pasien stroke mengalami depresi, baik
di awal atau pada tahap akhir setelah stroke.2 Depresi pada pasien stroke sendiri
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor biologis dan psikososial. Kedua faktor tersebut
berinteraksi satu sama lain. Peristiwa kehidupan yang menyebabkan stress lebih sering
mendahului episode pertama depresi. Mundurnya mobilitas, kekuatan fisik dan
kemampuan kognitif merupakan stressor yang dapat menyebabkan perubahan biologi
otak yang bertahan lama. Perubahan tersebut dapat menyebabkan perubahan keadaan
fungsional berbagai neurotransmitter dan system pemberi sinyal intraneuronal. Hal itu
membuat orang beresiko menderita episode depresi selanjutna bahkan tanpa stressor
eksternal.

Pasien stroke pasti akan mengalami ketidakmampuan dalam pemenuhan kebutuhan


sehari-hari, kondisi tersebut membuat pasien tergantung kepada orang lain. Perasaan
tertekan akan muncul karena kondisi fisik, ketergantungan, ketidakmampuan dan lama
perawatan atau proses pemulihan. Hal tersebut akan membuat pasien merasa berduka dan
akhirnya mengalami depresi. Selain itu, depresi pada pasien stroke juga dipengaruhi oleh
pendidikan dan pengalaman. Seseorang yang berpendidikan tinggi akan memiliki lebih
banyak pengalaman dan lebih banyak informasi sehingga orang tersebut akan memiliki
mekanisme koping yang lebih baik dalam mengatasi stressor. Hal itu dapat menurunkan
angka kejadian depresi atau dapat mencegah terjadinya depresi pada pasien stroke. Begitu
pula sebaliknya, seseorang yang memiliki pendidikan rendah memiliki pengalaman dan
informasi yang sedikit.

Hubungan Tingkat Activity Daily Living Dengan Tingkat Depresi Pasien Stroke di
Pavilliun Flamboyan RSUD Jombang Tahun 2012. Hasil yang diperoleh peneliti tentang
hubungan tingkat Activity Daily Living dengan tingkat depresi pada pasien stroke
didapatkan bahwa tingkat ADL pada pasien stroke dengan dependen berat terjadi depresi
berat sebanyak 15 responden (50%).

Tabel 4 menunjukkan hasil uji statistik Spearmans rho, angka korelasi 0,752 dengan
angka signifikan atau nilai probabilitas (0,000) jauh lebih rendah standart signifikan 0,05
atau ( < ), dengan membanding rshitung dengan rstabel, maka didapat hasil rshitung
(0,752) > rstabel (0,364) maka berarti ada hubungan tingkat Activity Daily Living (ADL)
dengan tingkat depresi pada pasien stroke di Pavilliun Flamboyan RSUD Jombang. Dari
hasil uji tersebut juga diketahui tingkat hubungan antara dua variabel, dengan ditunjukkan
nilai korelasi 0,752 yang terletak antara angka 0,60-0,80 kategori tinggi 9 sehingga
hubungan tingkat Activity Daily Living (ADL) dan tingkat depresi pada pasien stroke
keeratannya kuat. Hal ini sesuai dengan teori dan penelitian yang mengemukakan bahwa
setelah mengalami stroke didapatkan bahwa tingkat kemampuan pasien dalam melakukan
Activity Daily Living berpengaruh terhadap tingkat depresi yang dialaminya.
Menurunnya fungsi gerak pada pasien stroke, akan memberikan dampak pada kemampuan
Activity Daily Living. Penurunan Activity Daily Living tersebut juga terjadi saat proses
pemulihan seperti yang tercantum dalam penelitian Melcon pada 2006 yang
mengungkapkan bahwa pasien yang pulih dengan tingkat kecacatan yang berat tidaklah
dapat mandiri. Sebagian besar aktivitas kehidupannya memerlukan bantuan, bahkan
sampai aktivitas kehidupan yang paling dasar sekalipun. Salah satu penyebab depresi pada
pasien stroke adalah faktor psikososial yang meliputi faktor ekstrinsik yaitu : peristiwa
kehidupan yang dapat menyebabkan harga diri rendah dan tidak dapat dihadapi dengan
efektif, kehilangan seseorang atau dukungan, tekanan sosial; dan faktor intrinsik meliputi
sifat kepribadian yaitu narcissistic, obsessive compluse, dan dependen personality,
konflik dari diri sendiri yang tidak terselesaikan, perasaan bersalah, evaluasi diri yang
negatif, pemikiran pesimis, kurang pertolongan, penyakit fisik serta penggunaan obat
obatan dan pendekatan/ persepsi terhadap kematian,18 ketidakmampuan
dalam melakukan Activity Daily Living.

Pasien stroke biasanya melewati serangkaian reaksi emosional terhadap


ketidakmampuan yang baru saja didapatnya. Reaksi ini dapat berkembang dari
diorganisasi dan kebingungan hingga menyangkal ketidakmampuan, berduka terhadap
kehilangan fungsi atau bagian tubuh, marah, depresi dan akhirnya menerima
ketidakmampuan tersebut. Tidak semua pasien stroke melalui semua tahapan ini dan tahap
tersebut dapat terjadi pada berbagai waktu dan beberapa tahap yang mungkin tidak tampak
sama sekali. Perawat harus mengenali saat pasien menampakkan koping tidak efektif dan
kerusakan penyesuaian terhadap ketidakmampuan. Mekanisme koping ini sangat
diperlukan sebagai suatu upaya perubahan kognitif dan perilaku untuk mengatasi tuntutan
internal dan eksternal yang melebihi kemampuan individu. Berbagai strategi koping dapat
digunakan pasien stroke antara lain dengan meningkatkan kegiatan yang menyenangkan
atau meningkatkan kegiatan aktifitas sehari-hari atau Activity Daily Living yang dapat
dilakukan mandiri oleh pasien. Depresi juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan, oleh
karena itu dukungan dan support dari keluarga sangat penting agar pasien mampu
meningkatkan kemandiriannya dalam Activity Daily Living secara bertahap.

E. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian di pavilliun flamboyan RSUD Jombang Februari 2012 dapat
dirumuskan kesimpulan sebagian besar pasien stroke memiliki tingkat Activity Daily
Living dependen berat, sebagian besar pasien stroke mengalami depresi berat, ada
hubungan tingkat Activity Daily Living dengan tingkat depresi pada pasien stroke dengan
keeratan kuat.
DAFTAR PUSTAKA

Dharmady, Agus. 2009. Stroke dan Depresi Pasca Stroke Majalah Kedokteran Damianus
Vol.8 No.1. Ja,karta : FK Unika Atma Jaya

Paolucci, Steffano. 2008. Epidemiologi Dan Pengobatan Depresi Pasca Stroke


Neuropsychiatr Disorder. Roma : Fondazione Santa Lucia

Mardi Susanto. 2008. Tatalaksana Depresi Pasca Stroke Majalah Kedokteran Indonesia
Volum: 58, nomor: 3, Maret. Jakarta : Departemen Psikiatry RS Persahabatan

Bethesda Stroke. 2005. Stroke Depression. Portugal : Journal of Psychiatry Neuroscience


Vol.31(6)

Amir. 2005. Diagnosis Dan Penatalaksanaan Depresi Pasca Stroke. Jakarta: Cermin Dunia
Kedokteran

Auryn.2007. Mengenal Dan Memahami Stroke. Yogyakarta: Ar Ruzz Media

Indriyati. 2009. Hubungan Tingkat Activity Daily Living (ADL) Dengan Tingkat Depresi
Pada Pasien Stroke Di Bangsal Anggrek 1 Rs.Dr. Moewardi Surakarta. Surakarta : UMS.

Lumbantobing. 2004. Neurogeriatri. Jakarta:FKUI

Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta

Sugiyono. 2007. Statistik Penelitian Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC

Farida, Ida. 2009. Mengantisipasi Stroke. Yogjakarta: Buku Biru.

Sugiarto, Andi. 2005. Penilaian Keseimbangan Dengan Aktivitas Kehidupan Sehari-Hari


Pada Lansia Dip Anti Werdha Pelkris Elim Semarang Dengan Menggunakan Berg Balance
Scale Dan Indeks Barthel. Semarang : UNDIP

Hardywinoto, Setiabudi. 2005. Panduan Gerontologi. Jakarta : Gramedia.

Linda, Debra. 2006. Pengaruh Status Pekerjaan Pada Simtomatologi Depressive. Texas:
Texas A & M University

Bjelland, Krokstad. 2008. Apakah Tingkat Pendidikan Yang Lebih Tinggi Melindungi
Terhadap Kecemasan Dan Depresi ?. Norwegia: Soc Science Med

Kplan, Saddock. 2003. Sinopsis Psikiatry, Ilmu Pngetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Jakarta:
Binarupa Aksara

Riwanti Yuliami. 2006. Pengaruh Depresi Pada Awal Stroke (Minggu I) Terhadap Waktu
Perbaikan Deficit Neurologi Penderita Stroke Non Hemoragik Di RSUP Dr. Kariadi
Semarang. Semarang : UNDIP

Anda mungkin juga menyukai