Anda di halaman 1dari 20

MSDS

KALSIUM KARBIT
Kalsium karbit atau umum disebut karbit berupa kristal rhombies berwarna abu-abu
dipergunakan untuk pengelasan, pabrik gas asitelin, pematangan buah-buahan dan lampu
penerangan.

1. Sifat-sifat Umum

1.
Rumus Kimia : CaC2
1
1.
Kenampakan : Berbentuk kristal rhombies berwarna abu-abu agak kehitaman.
2
: Dalam bentuk padat tidak berbahaya tetapi bila bercampur air/uap air
1.
Sifat Kimia akan
3
menimbulkan gas Asitelin ( gas mudah terbakar dan meledak ).
1.
Sifat Fisik
4
- Berat
: 64,10
molekul
- Titik cair : 2.370 oC
- Density : 2,222

2. Bahaya

2.1. Bahaya terhadap kesehatan

2.1.1. Umum

Kalsium karbit dapat berbahaya jika bercampur air/uap air , maka


penanganannya harus hati-hati.

2.1.2. Toksitas

Jika mengenai kulit, dengan adanya moisture ( uap air ) , akan menimbulkan
cedera ( luka bakar ) dan iritasi kulit.

Gas Asitelin yang timbul dari kontak kalsium karbit dengan air/uap air bila
terhirup bisa mengakibatkan pusing, mual , bahkan kehilangan kesadaran.

2.1.3.Pertolongan Pertama

- Bersihkan dengan air bersih pada bagian permukaan kulit yang terkena.

- Bila terhirup gas Asitelin, segera dibawa ke udara segar.

2.2. Bahaya Kebakaran

2.2.1.Umum

Apabila bereaksi dengan air/uap air dapat menimbulkan Asitelin, kalsium


hidrooksida serta panas.
Gas Asitelin mudah terbakar apabila terkena panas , api dan bahan-bahan
oksidator.

2.2.2.Pencegahan

Sekecil mungkin hindarkan kalsium karbit kontak dengan air/uap air.

2.2.3.Bila terjadi kebakaran, tutupi permukaan yang terbakar dengan pasir atau
debu. Api dapat dipadamkan dengan alat pemadam api ringan jenis tepung
kimia (dry chemical powder).

2.3. Bahaya Peledakan

Reaksi dengan air/uap air dalam jumlah yang cukup dapat menimbulkan ledakan
dengan batas daerah peledakan (exp.limit ) gas Asitelin yang dihasilkan 2,5% -
82% volume udara.

3. Keselamatan

3.1. Umum

Sekecil mungkin hindarkan kalsium karbit kontak dengan kulit , mata , tertelan
ataupun terhirup.

3.2. Perlindungan Diri

- Tersedia alat pemadam api ringan jenis tepung kimia (dry chemical powder)

- Pelindung tangan dan kaki : Sarung tangan dan sepatu.

- Pelindung mata : Kacamata pengaman , terutama petugas pengemasan


yang dimungkinkan dapat terkena
percikan/pecahan kalsium karbit.

- Pelindung pernafasan : Masker debu , terutama bila berada di area yang


berdebu.

4. Penanganan dan Penyimpanan

4.1. Penyimpanan

4.1.1.Umum

Kalsium karbit dipindahkan dan disimpan sebagai bentuk padatan yang


mudah ditangani.

4.1.2.Kemasan

Kalsium karbit dikemas dalam drum yang kedap udara/moisture, juga dapat
dikemas dalam kantong plastik yang kedap udara/moisture (dibuat dobel)
yang dimasukkan dalam karton box (berat bersih 25 kg).

4.1.3.Syarat Penyimpanan
4.1.3.1.Tempat penyimpanan harus kering, sistem sirkulasi udara baik, tidak
ada sumber nyala api.

4.1.3.2.Ditempat penyimpanan harus disediakan alat pemadam api ringan


jenis tepung kimia (dry chemical powder).

4.1.3.3.Penyusunan dalam penyimpanan dilakukan secara berderet dan rapi,


tiap deret harus terdiri 1 jenis (size) karbit yang sama. Dasar antara
kemasan dengan lantai harus menggunakan palet.

4.1.3.3.1.Pengaturan Karbit Drum :

1 baris max. 6 susun palet @ 6 drum.

Khusus penempatan dekat dinding disusun kurang dari 6


susun palet.

4.1.3.3.2.Karbit box disusun di atas palet menjadi 8 tingkat

(1 palet=40 box) :

a. Tingkat 1 s/d 6 disusun 2 X 3 ,

b. Tingkat 7 dan 8 disusun 1 X 2 di tengah tingkat 6.

Penyimpanan di ruang terbuka harus dilindungi dari kemungkinan


basah dan pengkaratan. Untuk itu perlu diperiksa secara berkala.

FIFO ( First In First Out )

Setiap hasil produksi baru diupayakan ditempatkan pada deret yang


kosong sehingga hasil produksi lama tidak tertutup oleh produksi
baru.

4.1.4.Penandaan

4.1.4.1.Setiap kemasan harus tercantum nama produk (KARBIT) dan


pabrik pembuat.

4.1.4.2.Pada kemasan drum dan box ditandai : SIMPAN DITEMPAT


YANG KERING yang dituliskan pada dasar yang kontras.

4.2. Pengangkutan

4.2.1.Bongkar Muat

4.2.1.1.Bongkar muat karbit kemasan drum harus dilakukan dengan hati-hati


untuk menghindari benturan keras antara drum dengan lantai yang
dapat menimbulkan letupan sehingga tutup drum terlepas.

4.2.1.2.Bongkar muat kemasan box diupayakan tidak dilempar untuk


mencegah kerusakan kemasan box.
4.2.1.3.Pada musin hujan sebaiknya kegiatan bongkar muat dilindungi terpal
dengan kondisi layak pakai (tidak rusak atau berlubang) untuk
menghindari kontak dengan air hujan.

4.2.2.Transportasi

4.2.2.1.Truk harus dilengkapi terpal dengan kondisi layak pakai (tidak


rusak atau berlubang).

4.2.2.2.Kondisi bak bersih dan tidak rusak serta dilengkapi bak


samping.

4.2.2.3.Pengangkutan tidak boleh dicampur dengan bahan yang mudah


terbakar.

4.2.2.4.Posisi drum/box diatur yang rapi.

4.2.2.5.Sebaiknya tersedia pelindung diri :

a. Alat pemadam api ringan jenis tepung kimia (dry chemical


powder).

b. Masker debu , sarung tangan dan sepatu.

4.3. Penanganan Tumpahan/Ceceran

4.3.1.Jauhkan orang-orang yang tidak berkepentingan dari daerah tempat


tumpahan kalsium karbit.

4.3.2.Tumpahan/ceceran dikumpulkan dan dihindarkan dari air untuk kemudian


dimasukkan kembali pada kemasan (drum/plastik box).

4.3.3.Bila kemasan rusak, pindahkan kemasan yang rusak ke tempat


yang aman. Untuk sementara dapat digunakan kantong plastik
jenis PE. Setelah kalsium karbit dimasukkan dalam kantong
plastik lalu ikat dengan tali.
MSDS K2Cr2O7 99-100%

1. Identifikasi Bahan

Sinonim : Potassium Bichromate; Dipotassium Dichromate; Dichromic Acid;


Dipotassium Salt

Massa molar : 294.19 g/mol

No. CAS : 7778-50-9

Grade : ACS,ISO

Rumus kimia : Cr2K2O7

Formulasi kimia : K2Cr2O7

Kode HS : 2841 50 00

Nomor EC : 231-906-6

Nomor indeks EC : 024-002-00-6

Nomor CAS : 7778-50-9

2. Identifikasi Bahaya

Klasifikasi GHS

Toksisitas akut oral Kategori 3

Toksisitas akut kulit Kategori 4

Toksisitas akut terhirup Kategori 2

Korosi kulit/Iritasi Kategori 1B

Sensitisasi alat pernapasan Kategori 1

Sensitisasi kulit Kategori 1

Mutagenesis sel germinal Kategori 1B


Karsinogenisitas Kategori 1B
Keracunan reproduktif Kategori 1B
Toksisitas sistemik organ target khusus (paparan
Kategori 1
berulang)

Toksisitas sistemik organ target khusus (paparan


Kategori 3
tunggal)

Keracunan akut pada makhluk air Kategori 1

Keracunan kronis pada makhluk air Kategori 1

Zat pengoksidasi Kategor

3. Komposisi Bahan

Rumus K2Cr2O7 / Cr2K2O7

No CAS 7778-50-9

No EC 231-906-6

Massa Molar 294,19 g/mol

4. Tindakan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K)

Secara umum

Pemberi pertolongan pertama harus melindungi dirinya.

Setelah menghirup

1. Hirup udara segar

2. Jika napas terhenti, langsung berikan napas buatan secara mekanik

3. Jika diperlukan berikan masker oksigen

4. Segera menghubungi dokter

Setelah kontak pada kulit

1. Mencuci dengan air yang banyak

2. Melepaskan pakaian yang terkontaminasi

3. Segera menghubungi dokter

Setelah kontak pada mata


1. Membilas dengan air yang banyak

2. Segera menghubungi dokter mata

Jika tertelan

1. Memberi air minum (maksimal 2 gelas)

2. Segera mencari anjuran pengobatan

3. Hanya dalam kasus khusus, jika pertolongan tidak tersedia dalam satu jam,
merangsang untuk muntah (jika korban tak sadarkan diri)

4. Menelan karbon aktif

5. Konsultasi dengan dokter

Perawatan (catatan untuk dokter)

Bersihkan luka dengan hati-hati dan tutup dengan bahan pembalut yang steril.

5. Tindakan Penanggulangan Kebakaran

Media pemadam yang sesuai

Gunakan tindakan pemadaman kebakaran yang sesuai untuk situasi lokal dan lingkungan
keliling.

Bahaya spesifikasi selama memadamkan kebakaran

Tidak mudah terbakar. Memiliki efek penyulut api akibat pelepasan oksigen.

Alat perlindungan khusus bagi petugas pemadam kebakaran

Jangan berada di zona berbahaya tanpa peralatan pelindung pernapasan. Untuk


menghindari kontak dengan kulit, jaga jarak aman dan gunakan pakaian pelindung yang
sesuai.

Informasi lebih lanjut

Cegah air pemadam kebakaran mengkontaminasi air permukaan dan air tanah.

6. Tindakan Terhadap Tumpahan dan Kebocoran

Tindakan pencegahan pribadi

Hindari penghirupan debu dalam semua keadaan. Hindari mkontak dengan bahan. Pastikan
ventilasi memadai.

Tindakan pencegahan untuk melindungi lingkungan

Jangan membuang ke dalam saluran pembuangan

Metode untuk pembersihan


Ambil dengan hati-hati. Teruskan ke pembuangan. Bersihkan area yang terkena. Hindari
pembentukan debu.

7. Penyimpanan dan Penanganan Bahan

Penanganan

Bekerja di ruang asam. Jangan menghirup bahan. Taati label tindakan pencegahan.

Penyimpanan

Tertutup sangat rapat. Kering. Jauhakan dari bahan yang mudah menyala dan sumber nyala
serta panas. Simpan dalam tempat terkunci atau di tempat yang hanya bisa dimasuki oleh
orang-orang yang mempunyai kualifikasi atau wewenang.

8. Pengendalian Pemaparan dan Perlindungan Diri

Alat pelindumg diri

Pakaian pelindung harus dipilih secara spesifik untuk tempat bekerja, tergantung
konsentrasi dan jumlah bahan berbahaya yang ditangani. Daya tahan pakaian pelindung
kimia harus dipastikan dari masing-masing suplier.

Perlindungan pernapasan

Diperlukan ketika debu dihasilkan. Jenis filter yang direkomendasikan: Filter P 3 untuk
partikel padat dan cair, bahan toksik dan sangat toksik.

Pelindung tangan

Kontak Penuh :

Bahan sarung tangan : Karet nitril

Tebal sarung tangan : 0,11 mm

Waktu terobosan : >480 min

Kontak percikan :

Bahan sarung tangan : Karet nitril

Tebal sarung tangan : 0,11 mm

Waktu terobosan : >480 min

Sarung tangan pelindung yang digunakan harus mengikuti spesifikasi pada EC.

Pelindung mata

Kacamata atau goggles pelindung yang pas dan ketat.

Langkah-langkah perlindungan
Pakaian pelindung

Tindakan higienis

Segera ganti pakaian yang terkontaminasi. Kundanag krimpelindung kulit. Cuci tangan dan
muka setelah bekerja dengan bahan tersebut. Bekerja di ruang asam. Jangan menghirup
bahan.

9. Sifatsifat Fisika dan Kimia

Wujud padat

Warna jingga

Bau tidak berbau

pH 3,6 (pada 100g/L)

Titik lebur 398 oC

Titik didih > 500oC (pada 1.013 hPa)

Sifat oksidator pengoksidasi

Densitas 2,69 g/cm3 (pada 20 0C)

Densitas curah 1,25 g/cm3

Kelarutan dalam air 130 g/L (pada 20 0C)

10. Reaktifitas dan Stabilitas

Kondisi yang harus dihindari

Pemanasan kuat.

Bahan yang harus dihindari

1. Beresiko meledak dengan: besi, magnesium, hydrazine dan turunannya,


hydroxylamine, senyawa organik yang mudah menyala.

2. Reaksi eksotermik dengan: boron, anhydrides, reduktor, phosphides

3. Resiko ledakan dan/atau terbentuk gas toksik terdapat pada bahan berikut: senyawa
organik yang mudah menyala, gliserol, sulfida, aseton,

11. Informasi Toksikologi

Toksisitas oral akut

LD50 tikus

Dosis : 25 mg/kg
Tanda-tanda : penyerapan, bila termakan, luka bakar hebat di mulut dan kerongkongan,
berlubangnya esophagus dan perut.

Toksisitas inhalasi akut

LC50 tikus

Dosis : 0,094 mg/L, 4 jam

Tanda-tanda : iritasi mukosa, batuk, napas tersengal, penyerapan, kerusakan yang mungkin
yaitu kerusakan saluran pernapasan.

Toksisitas kulit akut

LD50 tikus

Dosis : 1.170 mg/kg

Tanda-tanda : penyerapan

Iritasi kulit

Mengakibatkan luka bakar yang parah

Iritasi mata

Menyebabkan kerusakan mata berat. Resiko kebutaan.

Sensitisasi

Dapat menyebabkan reaksi alergi pada kulit.

Dapat menyebabkan gejala alergi atau asma atau sulit bernapas bila terhirup.

Toksisitas sistemik organ target khusus (paparan berulang)

Menyebabkan kerusakan organ-organ melalui pemaparan yang lama atau berulang-ulang.

Efek CMR

Karsinognisitas : dapat menyebabkan kanker.

Sifat mutagenik : dapat menyebabkan kerusakan genetis.

Teratogenisitas : dapat membahayakan janin.

Toksisitas bagi reproduksi : dapat merusak kesuburan.

Informasi lebih lanjut

Chromium (IV) sangat toksik. Bahan terserap melalui paru-paru, sama halnya dengan
penyerapan melalui saluran pencernaan. Menjadi oksidator kuat, kromat/bikromat dapat
menyebabkan terbakar dan borok pada kulit dan membran mukosa serta mengiritasi saluran
pernapasan atas.luka borok memiliki kecenderungan yang buruk untuk sembuh karena
terjadi penetrasi bahan ke dalam luka. Pada beberapa orang, bahan dengan cepat
menyebabkan peningkatan kepekaan dan reaksi alergi pada saluran pernapasan (resiko
pneumonia) dan kerusakan pada membran mukosa (dalam keadaan perforasi dan septum).
Setelah tertelan, gejala parah pada saluran pencernaan seperti, diare berdarah, muntah,
kolaps sirkulasi, tidak sadarkan diri, pembentukan methaemoglobi. Senyawa chromium
(VI) yang terhirup dengan nyata memperlihatkan efek karsinogenik pada binatang
percobaan. Dosis letal (manusia) : 0.5 g.

12. Informasi Ekologi

Derajat Racun Bagi Lingkungan (Ekotoksisitas)

1. Keracunan untuk ikan

LC50

Spesies : Pimephales promelas

Dosis : 26,13 mg/L

Waktu pemaparan : 96 jam

1. Derajat racun bagi daphnia dan binatang tak bertulang belakang lainnya yang
hidup dalam air

EC50

Spesies : Daphnia magna

Dosis : 0,77 mg/L

Waktu pemaparan : 48 jam

1. c. Keracunan pada ganggang

IC50

Spesies : Chlorella vulgaris

Dosis : 0,16-0,59 mg/L

Waktu pemaparan : 96 jam

1. Keracunan untuk bakteria

MICROTOX-TEST EC50

Spesies : Photobacterium phosphoreum

Dosis : 58 mg/L

Waktu pemaparan: 30 menit.

Tingkat Penguraian
1. a. Daya hancur secara biologis

Metode menentukan tingkat penguraian hayati tidak berlaku untuk bahan organik.

1. b. Informasi ekologis tambahan

Jangan biarkan memasuki perairan air limbah atau tanah.

13. Pembuangan Limbah

Produk

Bahan kimia harus diatur sesuai dengan peraturan nasional masing-masing.

Pengemasan

Kemasan produk Merck harus dibuang sesuai peraturan spesifik negara atau harus melewati
sistem pengembalian kemasan (Packaging Return System).

14. Informasi Pengangkutan

ADR/RID

UN 3086 TOXIC SOLID, OXIDIZING, N.O.S. (POTASSIUM DICHROMATE), 6.1 (5.1)


II

IATA Tidak diijinkan untuk transport

UN 3086 TOXIC SOLID, OXIDIZING, N.O.S.

IMDG

UN 3086 TOXIC SOLID, OXIDIZING, N.O.S. (POTASSIUM DICHROMATE), 6.1 (5.1)


II

Peraturan pengangkutan (transportasi)dirujuk berdasarkan peraturan internasional dan


dalam aturan yang berlaku di Jerman. Penyimpanan yang mungkin terjadi di negara lain
tidak dipertimbangkan.

15. Peraturan Perundang-Undangan

1.

1. Pelabelan GHS

Piktogram bahaya

Beracun Oksidator Korosif


Mencemari
Berbahaya untuk pernapasan
Lingkungan

Pernyataan Berbahaya (Hazard)

H317 : dapat menyebabkan reaksi alergi pada kulit.

H330 : fatal jika terhirup.

H314 : menyebabkan luka bakar pada kulit dan kerusakan mata yang serius.

H410 : sangat beracun bagi makhluk air dengan dampak jangka panjang.

H334 : dapat menyebabkan gejala alergi atau asma atau sulit bernapas bila terhirup.

H340 : dapat menyebabkan kerusakan genetis.

H350 : dapat menyebabkan kanker.

H335 : dapat menyebabkan iritasi alat pernapasan.

H372 : menyebabkan kerusakan organ-organ melalui paparan yang lama atau


berulang-ulang

H360FD : dapat merusak kesuburan. Dapat membahayakan janin.

H301 : beracun jika tertelan.

H312 : bahaya jika terkena kulit.

H272 : dapat memperhebat api, pengoksidasi.

Pernyataan hati-hati

P201 : peroleh terlebih dahulu instruksi khusus sebelum


menggunakan

P280 : gunakan sarung tangan pelindung

P301 + P330 + P331 : jika tertelan, berkumurlah. Jangan memancing muntah.

P305 + P351 + P338 : jika terkena mata, bilas secara hati-hati dengan air selama
beberapa menit. Lepas lensa kontak, jika digunakan dan mudah melakukannya. Lanjutkan
membilas.

P304 + P341 : jika terhirup, jika sulit bernapas, pindahkan korban ke udara
segar dan baringkan dengan posisi yang nyaman untuk bernapas.
P308 + P313 : jika terpapar, atau dikhawatirkan cari pertolongan medis.

1. Pelabelan Direktif EEC

Frasa R (Risk Phrases)

R45 dapat menyebabkan kanker

R46 dapat menyebabkan kerusakan gen yang diturunkan

R60 dapat merusak kesuburan

R61 dapat membahayakan bayi belum lahir

R8 dapat menimbulkan kebakaran jika terkena bahan yang mudah terbakar

R21 berbahaya jika terkena kulit

R25 beracun jika tertelan

R26 beracun jika terhirup

R34 mengakibatkan luka bakar

R42/43 menyebabkan sensitisasi jika terhirup dan jika terkena kulit

R48/23 beracun; bahaya gangguan serius terhadap kesehatan jika eksposur berlangsung
lama dengan menghirup

R50/53 sangat beracun untuk organisme air, dapat menyebabkan efek merugikan dalam
jangka panjang di lingkungan air

Frasa S (Safety Phrases)

S53 hindari pemaparan, dapatkan petunjuk khusus sebelum menggunakan

S45 jika terjadi kecelakaan atau jika merasa tidak enak badan, segera dapatkan
bantuan medis (tunjukkan label jika mungkin)

S60 bahan ini dan/atau wadah harus dibuang sebagai limbah berbahaya

S61 hindari pelepasan atau tumpah ke lingkungan. Rujuklah petunjuk khusus atau
lembar data keselamatan.

Simbol T+ sangat beracun

N berbahaya untuk lingkungan

O oksidator

. NAMA-NAMA ASAM ASETAT GLASIAL


1. Acetic Acid (glasial)
2. Asam metanoat
3. Azunzuur
4. Asam cuka (Vinegar)
5. Essigsaure
6. Acide acetque
7. Acidium aceticum
8. Ethanoic acid

D. PENAMAAN
Asam asetat merupakan nama trivial atau nama dagang dari senyawa ini, dan
merupakan nama yang paling dianjurkan oleh IUPAC. Nama ini berasal dari kata Latin
acetum, yang berarti cuka. Nama sistematis dari senyawa ini adalah asam etanoat. Asam
asetat glasial merupakan nama trivial yang merujuk pada asam asetat yang tidak bercampur
air. Disebut demikian karena asam asetat bebas-air membentuk kristal mirip es pada
16.7 C, sedikit di bawah suhu ruang.
Singkatan yang paling sering digunakan, dan merupakat singkatan resmi bagi asam
asetat adalah AcOH atau HOAc dimana Ac berarti gugus asetil, CH3C(=O). Pada
konteks asam-basa, asam asetat juga sering disingkat HAc, meskipun banyak yang
menganggap singkatan ini tidak benar. Ac juga tidak boleh disalahartikan dengan lambang
unsur Aktinium (Ac).

E. PRODUKSI
Asam asetat diproduksi secara sintetis maupun secara alami melalui fermentasi
bakteri. Sekarang hanya 10% dari produksi asam asetat dihasilkan melalui jalur alami,
namun kebanyakan hukum yang mengatur bahwa asam asetat yang terdapat dalam cuka
haruslah berasal dari proses biologis. Dari asam asetat yang diproduksi oleh industri kimia,
75% diantaranya diproduksi melalui karbonilasi metanol. Sisanya dihasilkan melalui
metode-metode alternatif.

F. CARA PEMBUATAN ASAM ASETAT GLASIAL


A. Karbonilasi Metanol
o Dalam reaksi ini, methanol dan karbon monoksida bereaksi menghasilkan asam asetat.
o Proses ini melibatkan iodometana sebagai zat antara, reaksi ini melalui tiga tahap, dengan
katalis logam kompleks pada tahap kedua.
B. Oksidasi Asetaldehida
o Asetaldehida yang digunakan dihasilkan melalui oksidasi Butana atau Nafta ringan, ketika
dipanaskan bersama udara disertai dengan beberapa ion logam, terbentuk Peroksida yang
selanjutnya terurai menjadi Asam Asetat.
o Melalui kondisi dan katalis yang sama asetaldehida dapat dioksidasi oleh oksigen udara
menghasilkan asam asetat.

G. SIFAT FISIK DAN KIMIA

o Bentuk: Cairan
o Warna: Tidak berwarna
o Bau: Tajam
o Nilai pH (50g/l H2O): (20oC) 2,5
o Kekentalan Dinamik: (20oC) 1,22 mm2/s
o Kekentalan Kinematik: (20oC) 1,77
o Titik lebur: (17oC)
o Titik didih: 116-118
o Suhu penyalaan: 485oC
o Titik nyala: 39oC
o Batas ledakan: Lebih rendah 4 Vol%, leboh tinggi 19,9 Vol%
o Tekanan uap: (20oC) 1,54 hPa
o Densitas uap relatif: 2,07
o Densitas; (20oC) 1,05 g/cm3
o Kelarutan dalam air: (20oC) Dapat larut
o Log Pow: -0,17
o Faktor Biokonsentrasi: 1
o Indeks Refraksi: (20oC) 1,37

H. PENYIMPANAN ASAM ASETAT GLASIAL


o Jauhkan bahan dari nyala api.
o Tutup wadah dengan rapat dan hati-hati bila membuka tutup wadah.
o Simpan dalam wadah yang kuat dan tahan bocor dalam ruangan yang berventilasi pada suhu
diatas 16oC (titik beku).
o Jauhkan dari bahan inkompatibel: Oksidator (Kromat, Permanganat, Perklorat, basa kuat
seperti NaOH dan logam).
o Simpan dalam area terpisah dan disetujui.
o Simpan wadah tertutup rapat dan disegel sampai siap untuk digunakan.
o Hindari semua sumber-sumber pengapian (percikan atau api)

I. STABILITAS REAKTIFITAS
o Kondisi yang harus dihindarkan yaitu pemanasan.
o Suhu < 0oC
o Bahan yang harus dihindari: Beresiko meledak dengan zat pengoksid.
o Reaksi yang hebat dapat terjadi dengan logam (Besi, Zinc, Magnesium)
o Dinyatakan meledak dengan udara dalam uap atu gas jika di panaskan.

J. IDENTITAS BAHAYA
o Dapat terbakar.
o Mengakibatkan luka bakar yang parah.
o Uap asam dapat mengakibatkan iritasi pada hidung dan tenggorokan.
o Kadar yang tinggi dapat menyebabkan peradangan saluran pernafasan dan akumulasi cairan
pada paru-paru.
o Dapat menyebabkan iritasi pada mata dan kerusakan mata permanen.
o Bila tertelan dapat menyebabkan gangguan saluran usus.

K. BATAS PEMAPARAN YANG DIPERBOLEHKAN


Nilai Ambang Batas (NAB) yaitu standar faktor bahaya di tempat kerja sebagai
pedoman pengendalian agar tenaga kerja masih dapat menghadapinya tanpa mengakibatkan
penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak lebih dari
8 jam sehari atau 40 jam seminggu
Di Indonesia, menurut SNI 19-0232-2005 NAB Nilai Ambang Batas (NAB) zat
kimia di udara tempat kerja ICS 13.040.30 Badan Standardisasi Nasional (BSN), Nilai
ambang batas untuk zat kimia Asam asetat (64-19-7) mempunyai Bilai Ambang Batas
sebesar 25 mg/m3 dan 10 bds (bagian dalam sejuta).

L. INFORMASI TOKSIKOLOGI (POTENSI EFEK KESEHATAN)


1. Rute masuk: Terserap melalui kulit. Dermal kontak. Kontak mata. Inhalasi. Konsumsi.
2. Efek jangka pendek (akut)
Uap asam dapat mengakibatkan iritasi pada hidung dan tenggookan. Kadar yang tinggi
dapat menyebabkan peradangan saluran pernafasan dan akumulasi cairan pada paru-paru.
Jika terkena gas tersebut dapat mengakibatkan kerusakan jaringan terutama pada selaput
lendir mata, mulut dan saluran pernapasan. Tersentuh dengan kulit dapat menghasilkan luka
bakar. Terhirup gas tersebut akan menghasilkan iritasi pada saluran pernapasan, yang
ditandai dengan batuk, tersedak, atau sesak napas. Radang pada mata ditandai dengan mata
kemerahan, penyiraman, dan gatal. Radang kulit yang ditandai dengan gatal, merah pada
kulit.
Efek Kesehatan Akut Potensi: Kulit: Sangat menjengkelkan dan korosif.
Menyebabkan gangguan pada kulit (memerah dan gatal, peradangan). Dapat menyebabkan
terik, kerusakan jaringan dan luka bakar. Mata: Sangat menjengkelkan dan korosif.
Menyebabkan iritasi mata, lakrimasi, kemerahan, dan nyeri. Dapat menyebabkan luka
bakar, penglihatan kabur, konjungtivitis, kerusakan kornea dan konjungtiva dan permanen
cedera. Penghirupan: Menyebabkan iritasi saluran pernapasan parah. Mempengaruhi organ
arti (hidung, telinga, mata, rasa), dan darah. Dapat menyebabkan pneumonitis kimia,
bronkitis, dan edema paru. Eksposur parah dapat menyebabkan jaringan paru-paru
kerusakan dan korosi (ulkus) pada selaput lendir. Inhalasi juga dapat menyebabkan rhinitis,
bersin, batuk, menindas perasaan dalam nyeri dada atau dada, dyspnea, mengi, takipnea,
sianosis, air liur, mual, pusing, otot kelemahan. Tertelan: Cukup beracun. Korosif.
Menyebabkan gangguan saluran pencernaan (pembakaran dan rasa sakit dari mulut,
tenggorokan, dan perut, batuk, ulserasi, perdarahan, mual, kejang abdomial, muntah,
hematemesis, diare. Juga dapat mempengaruhi hati (gangguan fungsi hati), perilaku
(kejang-kejang, giddines, kelemahan otot), dan saluran kemih sistem - ginjal (hematuria,
Albuminuria, nephrosis, gagal ginjal akut, nekrosis tubular akut). Juga dapat menyebabkan
dispnea atau asfiksia. Juga dapat menyebabkan syok, koma dan kematian.

3. Efek Jangka panjang (kronis)


Iritasi pada hidung, tenggorokan, mata dan kulit, serta dapat menimbulkan erosi
pada gigi. Berbahaya jika terjadi terkena kulit, tertelan, terhirup. Efek mutagenik:
mutagenik untuk sel somatik mamalia, mutagenik untuk bakteri dan ragi. Substansi
mungkin beracun untuk ginjal, mukosa, selaput, kulit, gigi. Jika terkena zat ini secara
berkelanjutan dapat merusak organ saraf. Terkena dalam waktu yang lama dengan zat
tersebut dapat menghasilkan iritasi mata kronis dan iritasi kulit yang parah, menyebabkan
iritasi saluran pernapasan, menyebabkan serangan infeksi bronkus.
Efek Kesehatan kronis Potensi: Paparan kronis melalui konsumsi dapat
menyebabkan menghitam atau erosi pada gigi dan rahang nekrosis, faringitis, dan gastritis.
Ini mungkin juga perilaku (mirip dengan akut konsumsi), dan metabolisme (berat badan).
Paparan kronis melalui inhalasi dapat menyebabkan asma dan / atau bronkitis dengan
batuk, dahak, dan / atau sesak napas. Hal ini juga dapat mempengaruhi darah (leukosit
menurun count), dan sistem kemih (ginjal). Kontak kulit berulang atau berkepanjangan
dapat menyebabkan penebalan, menghitam, dan cracking kulit. Efek mutagenik: mutagenik
untuk sel somatik mamalia. Mutagenik untuk bakteri dan / atau ragi. Dapat menyebabkan
kerusakan berikut organ: ginjal, selaput lendir, kulit, gigi. Dapat mempengaruhi materi
genetik dan dapat menyebabkan efek reproduksi berdasarkan data hewan. Tidak ada data
manusia ditemukan.

4. Keracunan untuk Hewan:


PERINGATAN: LC50 ATAS NILAI TERTERA DI BAWAH INI ADALAH ESTIMASI
BERDASARKAN Sebuah SAMBUNGAN 4-JAM. Oral akut toksisitas (LD50): 3310 mg /
kg [Tikus]. Toksisitas kulit akut (LD50): 1060 mg / kg [Kelinci]. Toksisitas akut dari uap
(LC50): 5620 1 jam [mouse].

5. Efek lain Beracun pada Manusia: Sangat berbahaya jika terjadi inhalasi (korosif paru).
Sangat berbahaya jika terjadi kontak kulit (iritan), menelan. Berbahaya jika terjadi kontak
kulit (korosif, permeator), kontak mata (korosif).

M. TINDAKAN PERTOLONGAN PERTAMA


1. Mata
Jika terkena mata segera siram dengan air bersih yang banyak dan mengalir sekurang-
kurangnya selama 10 menit. kemudian hubungi petugas medis segera.
2. Kulit
Jika terkena kulit, segera basuh kulit dengan air yang banyak dan mengalir sedikitnya
selama 15 menit. Olesi dengan Polyethylene Glycol atau dapat menghubungi perawatan
medis dengan segera. Jika terkena pakaian, segera lepaskan pakaian yang terkontaminasi
3. Terhirup
Jika terhirup, segera cari tempat yang mengandung udara bersih dan segar. Jika
pingsan, berikan pernapasan buatan. Jika sulit bernapas, berikan oksigen. Dapatkan medis
perhatian segera.
4. Tertelan
Diusahakan untuk tidak memuntahkannya kecuali bila diarahkan oleh petugas medis.
Berikan air minum yang banyak. Jangan pernah memberikan apapun melalui mulut kepada
orang yang pingsan. Longgarkan pakaian yang ketat seperti kerah, dasi, ikat pinggang atau
ikat pinggang. Dapatkan bantuan medis jika gejala muncul.

N. KEBAKARAN DAN CARA PENCEGAHANNYA


o Asam asetat pekat bersifat korosif dan karena itu harus digunakan dengan penuh hati-hati.
Asam asetat dapat menyebabkan luka bakar, kerusakan mata permanen, serta iritasi pada
membran mukosa. Luka bakar atau lepuhan bisa jadi tidak terlihat hingga beberapa jam
setelah kontak. Sarung tangan latex tidak melindungi dari asam asetat, sehingga dalam
menangani senyawa ini perlu digunakan sarung tangan berbahan karet nitril. Asam asetat
pekat juga dapat terbakar di laboratorium, namun dengan sulit. Ia menjadi mudah terbakar
jika suhu ruang melebihi 39 C (102 F), dan dapat membentuk campuran yang mudah
meledak di udara (ambang ledakan: 5.4%-16%)Resiko yang khusus, mudah menyala, uap
lebih berat dari pada udara.
o Uap asam asetat memungkinkan membentuk ledakan campuran dengan udara.
o Reaksi antara asam asetat dan bahan-bahan seperti 5-azidotetrazole, pentafluoride brom,
kromium trioksida, hydrogen peroksida, kalium permanganate, atrium peroksida dan
triklorida phorphorus.
o Tindakan pencegahan kebakaran dapat dilakukan dengan cara media yang cocok untuk
pemadaman air, CO2, busa, Powder dan apabila memadamkan dengan air, cegahlah air
pemadam kebakaran memasuki permukaan air tanah karena mengandung uap yang keluar
dari air.

O. TINDAKAN TERHADAP TUMPAHAN DAN KEBOCORAN


A. Tumpahan kecil
Encerkan dengan air dan mengepel atau menyerap dengan bahan inert dan tempat
kering dalam wadah pembuangan limbah baik. Jika diperlukan menetralisir residu dengan
larutan encer natrium karbonat.
B. Tumpahan besar
o Mudah terbakar cair, korosif cair. Jauhkan dari panas. Jauhkan dari sumber api. Hentikan
kebocoran jika tanpa resiko.
o Jika produk dalam bentuk padat, gunakan sekop untuk menaruh materi ke dalam wadah
pembuangan limbah nyaman.
o Jika produk dalam bentuk cair:
Menyerap dengan bumi kering, pasir atau non materi yang mudah terbakar.
Jangan sampai air dalam container.
Menyerap dengan bahan inert dan menempatkan bahan yang tumpah dalam pembuangan
limbah yang baik.
Jangan menyentuh bahan tumpah.
Gunakan air semprot tirai untuk menglihkan melayang uap.
Mencegah masuk ke dalam selokan, ruang bawah tanah atau daerah terbatas. Tanggul jika
diperlukan.
Memnta bantuan bila dibuang.
Menetralisir residu dengan larutan encer natrium karbonat.
Perlindungan pribadi dalm kasus tumpahan besar dapat menggunakan splash kacamata, uap
respirator, boots, sarung tangan dan sebuah alat bernafas mandiri contained harus
digunakan untuk menghindri inhalasi produk.

P. TINDAKAN PENCEGAHAN DAN PERLINDUNGAN DIRI


Jauhkan dari api dan sumber api.
Jangan ditelan. Jika tertelan, segera dapatkan saran medis dan tunjukan wadah atau label.
Pribadi perlindungan: Menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) berupa splash kacamata,
sintetis celemek, uap respirator, masker, boots, sarung tangan dan sebuah alat bernafas
mandiri contained harus digunakan untuk menghindri inhalasi produk. Pastikan untuk
menggunakan respirator yang disetuju/bersertifikat/setara. Sarung tangan (Tahan).
Tahan nafas jika berhadapan dalam bentuk gas/asap/uap/semprotan.
Jangan pernah menambahkan air pada produk ini. Dalam hal ventilasi cukup, pakai
pernapasan yang sesuai eralatan.
Hindari kontak dengan kulit dan mata.
Jauhkan dari incompatibles seperti agen oksidasi, mengurangi agen logam, asam, alkali.
Rekayasa kontrol: sediakan ventilasi pembuangan atau kendali teknik lain.

Q. PEMBUANGAN LIMBAH
Metode pembuangan limbah:
1. Buanglah sesuai dengana semua yang berlaku federal, Negara dan peraturan local.
2. Selalu kontak pemelihara limbah diizinkan (TSP) untuk memastikan kepatuhan.

R. MANFAAT DAN KEGUNAAN


Asam asetat memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia,tidak hanya itu asam
asetat juga berperan dalam perindustrian dan kesehatan, yaitu:
1. Dalam industri makanan asam asetat digunakan sebagai pengatur keasaman, pemberi rasa
asam dan aroma dalam makanan, serta untuk menambah rasa sedap pada masakan.
2. Asam asetat digunakan sebagai pereaksi kimia untuk menghasilkan berbagai senyawa
kimia. Sebagian besar (40-45%) dari asam asetat dunia digunakan sebagai bahan untuk
memproduksi monomer vinil asetat (vinyl acetate monomer, VAM).
3. Selain itu asam asetat juga digunakan dalam produksi anhidrida asetat dan juga ester.
Penggunaan asam asetat lainnya, termasuk penggunaan dalam cuka relatif kecil. Sekitar
larutan 12,5% untuk makanan.
4. Reagen untuk analisa.
5. Untuk membuat putih timbal, dll.

Anda mungkin juga menyukai