Anda di halaman 1dari 10

KOTA DI INDONESIA YANG TELAH

MENERAPKAN 30% LUAS WILAYAH


KOTANYA MENJADI RUANG TERBUKA
HIJAU
Posted by WIL LYD J OH A R on 14 D ES EM BER 2015
PENGERTIAN
Ruang Terbuka Hijau atau disingkat RTH merupakan suatu bentuk
pemanfaatan lahan pada satu kawasan yang diperuntukan untuk penghijauan
tanaman.
Ruang terbuka hijau yang ideal adalah 40% dari luas wilayah, selain sebagai
sarana lingkungan juga dapat berfungsi untuk perlindungan habitat tertentu atau
budidaya pertanian dan juga untuk meningkatkan kualitas atmosfer serta
menunjang kelestarian air dan tanah.
Klasifikasi bentuk RTH umumnya antara lain RTH Konservasi/Lindung
dan RTH Binaan.

FUNGSI DAN MANFAAT


Fungsi dari penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan:
a) Pengamanan keberadaan kawasan lindung perkotaan.
b) Pengendali pencemaran dan kerusakan tanah, air dan udara.
c) Tempat perlindungan plasma nutfah dan keanekaragaman hayati.
d) Pengendali tata air; dan e) Sarana estetika kota.
Manfaat penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan:
a) Sarana mencerminkan identitas daerah.
b) Sarana penelitian, pendidikan dan penyuluhan.
c) Sarana rekreasi aktif dan pasif serta interaksi sosial.
d) Meningkatkan nilai ekonomi lahan perkotaan.
e) Menumbuhkan rasa bangga dan meningkatkan prestise daerah.
f) Sarana aktivitas sosial bagi anak-anak, remaja, dewasa dan manula.
g) Sarana ruang evakuasi untuk keadaan darurat.
h) Memperbaiki iklim mikro.
i) Meningkatkan cadangan oksigen di perkotaan.

PERATURAN
UU NO 26 TAHUN 2007 ( PENATAAN RUANG)
Peraturan tentang struktur ruang dan prasarana wilayah kabupaten yang untuk
melayani kegiatan dalam skala kabupaten.
Pemerintah kabupaten memiliki wewenang dalam pengembangan dan
pengelolaan kabupaten dan telah disahkan dalam undang undang.
Rencana tata ruang kabupaten memuat rencana Pola ruang yang ditetapkan
dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan rencana tata ruang provinsi
yang terkait dengan wilayah kabupaten yang bersangkutan.
Rencana tata ruang wilayah kabupaten merupakan pedoman dasar bagi pemda
dalam pengembangan lokasi untuk kegiatan pembangunan di daerahnya
terutama pada daerah pedesaan.
Peninjauan kembali atau revisi terhadap rencana tata ruang untuk mengevaluasi
kesesuaian kebutuhan pembangunan.
UU NO 26 TAHUN 2007 TENTANG RTH ( RUANG TERBUKA HIJAU)
Pada uu no 26 tahun 2007 pasal 17 memuat bahwa proporsi kawasan hutan
paling sedikit 30% dari luas daerah aliran sungai (DAS) yang dimaksudkan untuk
menjaga kelestarian lingkungan.
Isi uu no 26 thn 2007 pasal 17 :
(1) Muatan rencana tata ruang mencakup rencana struktur ruang dan rencana
pola ruang.
(2) Rencana struktur ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
rencana sistem pusat permukiman dan rencana sistem jaringan prasarana.
(3) Rencana pola ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
peruntukan kawasan lindung dan kawasan budi daya.
(4) Peruntukan kawasan lindung dan kawasan budi daya sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) meliputi peruntukan ruang untuk kegiatan pelestarian lingkungan,
sosial, budaya, ekonomi, pertahanan, dan keamanan.
(5) Dalam rangka pelestarian lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (4),
dalam rencana tata ruang wilayah ditetapkan kawasan hutan paling sedikit 30
(tiga puluh) persen dari luas daerah aliran sungai.
(6) Penyusunan rencana tata ruang harus memperhatikan keterkaitan
antarwilayah, antarfungsi kawasan, dan antarkegiatan kawasan.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyusunan rencana tata ruang
yang berkaitan dengan fungsi pertahanan dan keamanan sebagai subsistem
rencana tata ruang wilayah diatur dengan peraturan pemerintah.
Pasal 1 angka 31 Undang-Undang N0 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang
mendefinisikan Ruang Terbuka Hijau ( RTH ) sebagai area memanjang / jalur
dan / atau mengelompok yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat
tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah, maupun yang sengaja
ditanam. Klasifikasi Ruang Terbuka Hijau (RTH) dapat dibagi menjadi 9:
1.Kawasan hijau pertamanan kota
2.Kawasan Hijau hutan kota
3.Kawasan hijau rekreasi kota
4.Kawasan hijau kegiatan olahraga
5.Kawasan hijau pemakaman
Tujuan pembentukan RTH di wilayah perkotaan adalah :
1.Meningkatkan mutu lingkungan hidup perkotaan dan sebagai sarana
pengamanan lingkungan perkotaan.
2.Menciptakan keserasian lingkungan alam dan lingkungan binaan yang berguna
bagi kepentingan masyarakat.
Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam Pengelolaan RTH adalah :
1.Fisik (dasar eksistensi lingkungan), bentuknya bisa memanjang, bulat maupun
persegi empat atau panjang atau bentuk-bentuk geografis lain sesuai geo-
topografinya.
2.Sosial, RTH merupakan ruang untuk manusia agar bisa bersosialisasi.
3.Ekonomi, RTH merupakan sumber produk yang bisa dijual
4.Budaya, ruang untuk mengekspresikan seni budaya masyarakat
5.Kebutuhan akan terlayaninya hak-hak manusia (penduduk) untuk mendapatkan
lingkungan yang aman, nyaman, indah dan lestari
KOTA YANG MENERAPKAN RTH 30% DARI LUAS
WILAYAHNYA
BALIKPAPAN

Secara administrative luas keseluruhan Kota Balikpapan menurut RTRW tahun


2012-2032 adalah 81.495 Ha yang terdiri dari luas daratan 50.337,57 Ha dan
luas lautan 31.164,03 Ha.Pansus DPRD Kota Balikpapan dalam pembahasan
revisi RTRW Kota Balikpapan Tahun 2012-2032 atas revisi Perda No. 5 Tahun
2006 tentang RTRW Tahun 2005-2015, mengurai problematika penataan ruang
di Kota Balipapan dalam 10 tahun terakhir. Dalam perecanaan tata ruang,
pemerintah Kota Balikpapan telah menyempurnakan Perda Kota Balikpapan
Nomor 5 Tahun 2006 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Balikpapan
tahun 2005 2015 menjadi Perda Kota Balikpapan Nomor 12 tahun 2012
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Balikpapan Tahun 2012 2032 yang
telah ditetapkan tanggal 2 November 2012. Dalam Perda terdapat beberapa
komitmen yang menjadi kebijakan untuk tetap dilanjutkan, antara lain :

1. Pola ruang 52% Kawasan Lindung dan 48% Kawasan Budidaya

2. Tidak menyediakan ruang untuk wilayah pertambangan

3. Pengembangan kawasan budidaya dengan konsep foresting the city dan


green corridor, untuk pengembangan Kawasan Industri Kariangau
diarahkan pada green industry yang didukung zero waste dan zero
sediment.
Perkembangan kota Balikpapan dalam beberapa tahun terakhir ini sangat pesat.
Topografi Balikpapan berbukitbukit dengan kelerengan yang bervariasi, serta
jenis tanah pada beberapa kawasan didominasi oleh jenis yang mudah
mengalami pergeseran dan erosi. Kondisi ini memerlukan penanganan yang
benar dalam pengelolaannya. Kebutuhan akan lahan untuk mencapai visi
Balikpapan dapat diwujudkan melalui program-program pembangunan yang
berwawasan lingkungan dengan mengikutsertakan seluruh komponen yang ada
di kota ini dalam aspek-aspek perencanaan, pelaksanaan dan evaluasinya.
Berdasarkan hasil pengumpulan data luas hutan kota di Balikpapan yang secara
definitive sudah ditetapkan, saat ini baru mencapai 200 ha yang tersebar di 28
lokasi atau mencapai 0,4 persen dari luas wilayah Kota Balikpapan (503
kilometer persegi).
Dasar dan aspek legal
Kebijakan Pemerintah kota Balikpapan untuk menetapkan beberapa kawasan
hutan kota sebagai kawasan yang dilindungi karena sifatnya yang khusus, di
antaranya sebagai bagian dari Ruang Terbuka Hijau Kota sejak tahun 1996
sudah ada meskipun dalam
perencanaan, pelaksanaan, pengelolaan dan pengawasannya masih terus
dibenahi. Penetapan dua puluh satu kawasan sebagai hutan kota juga berperan
sebagai ruang terbuka hijau dari tahun 1996 hingga tahun 2004 oleh Pemerintah
Balikpapan melalui beberapa buah Surat Keputusan Walikota.
RTH kota Balikpapan terdiri dari; kawasan Hutan Lindung Sungai Wain, Kebun
Raya Balikpapan, Hutan Kota Pertamina dan taman-taman kota serta taman
median jalan. Jika ditinjau dari rasio luas lahan yang dibangun dengan RTH,
maka Balikpapan memilki persentase di atas nilai standar BLH yang menentukan
luas lahan.
Berdasarkan hasil identifikasi terhadap kawasan Nonbudidaya/Lindung dan
Ruang Terbuka Hijau yang ada di Kota Balikpapan yaitu 18.821,742 Ha atau
37,396 % dari luas kota Balikpapan (50.330,57 Ha). Untuk memenuhi prosentasi
52% maka arahan pengembangan kawasan non budidaya (RTH ) sebagai
berikut menurut Bappeda 2009
Penghargaan yang pernah diraih Kota Balikpapan yang berkaitan dengan
lingkungan hidup yaitu penghargaan ASEAN Environment Sustainable City
(ESC) dalam acara invitation to the for 3rd ASEAN Environmentally Suistainable
Cities Award and The 2nd ASEAN Certificates of Recognition with the following
details, yang berlangsung di Loa Plaza Hotel,Laos. Penghargaan ini diterima
langsung Wali Kota HM Rizal Effendi,SE di Laos tadi malam. Balikpapan meraih
penghargaan ini karena berhasil melakukan penataan lingkungan kota secara
berkelanjutan. Terutama terkait dengan clean land, clean water dan clean air.
Termasuk inovasi dalam pengelolaan dan pemanfaatan sampah.
Selain itu, yang terakhir baru saja diperoleh Penerapan Inovasi Manajemen
Perkotaan (IMP) oleh Pemerintah Kota Balikpapan dalam bidang pengelolaan
tata ruang dengan sub bidang penataan ruang terbuka hijau (RTH) meraih
prestasi gemilang. Balikpapan menduduki peringkat pertama sebagai
kabupaten/kota terbaik se Indonesia dalam bidang tersebut.
Dan yang terakhir pernah meraih juara tiga lomba menanam pohon nasional
untuk kategori kotamadya di Indonesia.

ACEH

Green planning and design (Perencanaan dan rancangan kota hijau)


Perencanaan dan rancangan hijau adalah perencanaan tata ruang yang
berprinsip pada konsep pembangunan kota berkelanjutan. Green city menuntut
perencanaan tata guna lahan dan tata bangunan yang ramah lingkungan serta
penciptaan tata ruang yang atraktif dan estetik. Strategi tata ruang Kota Banda
Aceh diarahkan untuk mengakomodasi lebih banyak ruang bagi pejalan kaki,
penyandang cacat, dan pengguna sepeda.
Untuk itu, pemerintah Kota Banda Aceh telah menetapkan dokumen
perencanaan dan perancangan kota sebagai produk hukum yang kuat dan
mengikat baik dalam wujud peraturan daerah /peraturan walikota, termasuk
peraturan mengenai ruang terbuka hijau. Dalam hal ini, mencakup juga
pembuatan Masterplan Kota Hijau dan Rencana Detail Tata Ruang Kota yang
mengadopsi prinsip-prinsip Kota Hijau. Pemko Banda Aceh telah melahirkan
Qanun No.4 Th 2009 tentang RTRW Kota Banda Aceh Tahun 2009-2029 yang
turut mengatur tentang ruang terbuka hijau Kota Banda Aceh.
Green Open Space (Ruang Terbuka Hijau)
Ruang terbuka hijau (RTH) adalah salah satu elemen terpenting kota hijau.
Ruang terbuka hijau berguna dalam mengurangi polusi, menambah estetika kota,
serta menciptakan iklim mikro yang nyaman. Hal ini dapat diciptakan dengan
perluasan lahan taman, koridor hijau dan lain-lain.
Mengingat pentingnya peranan ruang terbuka hijau dalam visi green city, Pemko
Banda Aceh telah melahirkan Qanun No. 4 Tahun 2009 tentang RTRW Kota
Banda Aceh 2009-2029. Dalam qanun ini, ditetapkan bahwa pengembangan
ruang terbuka hijau (RTH) meliputi taman kota, hutan kota, jalur hijau jalan,
sabuk hijau, RTH pengaman sungai dan pantai atau RTH tepi air. Pengaturan
ruang terbuka hijau (RTH) di Kota Banda Aceh disebar pada setiap
desa/gampong (90 gampong).
Jumlah RTH hingga tahun 2011 meliputi taman kota tersebar pada 40 gampong
dan hutan kota tersebar pada 19 gampong. Target pencapaian RTH gampong
setiap 5 tahun sebanyak 12 taman kota dan 18 hutan kota sehingga pada tahun
2029 pemanfaatan ruang terbuka hijau telah tersebar merata di seluruh gampong
di Kota Banda Aceh.
Sesuai dengan RTRW Kota Banda Aceh Tahun 2009-2029, pemerintah Kota
Banda Aceh menargetkan RTH publik sebesar 20,52%. Hingga tahun 2011 ini
luas RTH (ruang terbuka hijau) yang dimiliki oleh Pemerintah Kota adalah
sebesar 12,0%. Untuk mencapai target 20,52% tersebut, Pemerintah Kota
terus berupaya mengimplemetasikan berbagai kebijakan dan program perluasan
ruang terbuka hijau.
Untuk RTH privat, kebijakan Pemerintah Kota Banda Aceh sudah menerapkan
RTH seluas 30 40% dari setiap persil bangunan, dimana angka persentase
luasan RTH ini sudah melebihi target yang ditetapkan dalam UU Nomor 26
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yaitu 10%. RTH yang dikembangkan di
Banda Aceh meliputi sempadan sungai, sempadan pantai, sepanjang jaringan
jalan, pemakaman, taman kota yang tersebar pada setiap kecamatan, dan hutan
kota.
Pada kawasan pesisir pantai, RTH berfungsi sebagai penyangga bagi daerah
sekitarnya dan penyangga antara kawasan pesisir dengan kawasan terbangun
juga berfungsi mereduksi gelombang pasang dan meminimalkan gelombang
tsunami. Oleh karena itu, bagi Kota Banda Aceh, RTH di sepanjang pesisir pantai
juga merupakan bagian tidak terpisahkan dari strategi mitigasi bencana. Selain
itu, ia juga berperan untuk mengatur tata air, pencegahan banjir dan erosi, serta
memelihara kesuburan tanah. Sementara itu, RTH di dalam kota seperti RTH di
sempadan sungai dan di sepanjang jalan berfungsi peneduh/penyejuk,
penetralisasi udara, dan keindahan dan menjaga keseimbangan iklim mikro.
Untuk mendukung keberadaan RTH dan menjaga keseimbangan iklim mikro,
Kota Banda Aceh juga didukung oleh beberapa kawasan tambak, tandon,
kawasan bakau dan tujuh aliran sungai yang berfungsi sebagai daerah
tangkapan air (catchment area), kegiatan perikanan, dan sebagainya.
Selain itu, Kota Banda Aceh juga melakukan peningkatan/revitalisasi hutan dan
taman Kota. Juga dilakukan pemeliharaan berkala terhadap 74 taman, 10 areal
perkuburan, taman pembibitan (7.12 Ha), dan hutan kota (6 Ha) yang ada di Kota
Banda Aceh.

SURABAYA

Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang dimiliki Kota Surabaya hanya 26 persen dari
total luas wilayah kota Surabaya yang mencapai 333.063 kilometer persegi.
Untuk itu, Pemerintah Kota Surabaya bertekad untuk tetap membangun RTH-
RTH baru yang sangat dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan lingkungan.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan, beberapa tahun lalu luas RTH
di Surabaya hanya sembilan persen, lalu kemudian naik menjadi 12 persen, dan
kini sebesar 26 persen.
Di dalam Undang Undang (UU) Nomor 26/2007 tentang penataan ruang
mensyaratkan RTH pada wilayah kota paling sedikit 30 persen dari luas wilayah
kota. RTH terdiri dari ruang terbuka hijau publik dan ruang terbuka hijau privat.
Proporsi RTH publik pada wilayah kota paling sedikit 20 persen dari luas wilayah
kota. Saya menargetkan luas RTH bisa di atas 30 persen sehingga Surabaya
bisa lebih sejuk, minim polusi, bebas banjir karena banyaknya resapan, juga
wajah Surabaya menjadi lebih indah, jelasnya.
Ke depan, sambung Risma, pemkot menargetkan luas RTH di Surabaya dapat
mencapai 35 persen. Karena dengan luas RTH sebesar itu dapat menurunkan
suhu udara rata-rata di Surabaya dari 34 derajat celcius menjadi 32 hingga 30
udara bisa 32-30 derajat celcius .
Pembuatan RTH ini tidak selalu dalam bentuk taman, akan tetapi juga bisa
berupa pembuatan waduk, penanaman pohon di pinggir jalan, hingga tempat-
tempat pembiakan bibit tanaman.
Tahun ini kita membebaskan 2 hektar lahan untuk RTH. Dan diusahakan tahun
ini akan ada banyak RTH-RTH baru yang lebih menyebar diberbagai wilayah di
Surabaya, pungkasnya.

KESIMPULAN
Peraturan tertulis atau perundang-undangan yang mengatur tentang Ruang
Terbuka Hijausudah sejak lama dibuat dan dengan jelas mengatur tentang hal
ini, namun masih sedikit saja kota yang mampu memenuhi syarat dan kriteria
ruang terbuka hijau dari presentase luas wilayah kota. Padahal Ruang Terbuka
Hijau memiliki fungsi / manfaat besar dan peran yang vital bagi sebuah kota dan
masyarakan di dalamnya tentunya. Bahkan di kota-kota besar terutama di
Jakarta sebagai ibukota, Pembangunan dan pengelolaan RTH wilayah perkotaan
harus menjadi substansi yang terakomodasi secara hierarkial dalam
perundangan dan peraturan serta pedoman di tingkat nasional dan daerah/kota.
Untuk tingkat daerah baik provinsi maupun kabupaten/kota, permasalahan RTH
menjadi bagian organik dalam Ren-cana Tata Ruang Wilayah dan subwilayah
yang diperkuat oleh peraturan daerah.

sumber referensi :
https://id.wikipedia.org/wiki/Ruang_Terbuka_Hijau
http://semuatentangkota.blogspot.co.id/2009/04/fungsi-dan-manfaat-ruang-
terbuka-hijau.html
http://bappeda.bandaacehkota.go.id/335/
http://www.enciety.co/luas-ruang-terbuka-hijau-surabaya-ditarget-35-persen/
https://kafiarchitect.wordpress.com/2015/11/16/kota-yang-telah-menerapkan-rth-
30-dari-luas-wilayahnya/
http://www.bkprn.org/peraturan/the_file/UU_No26_2007.pdf

Anda mungkin juga menyukai