iii
iv
KATA PENGANTAR
Surveilans Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) ini merupakan bagian dari kegiatan
surveilans HIV-AIDS dan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang telah dilaksanakan sejak
tahun 1996, dan dilakukan secara rutin setiap 2-3 tahun sekali.
Pelaksananan pengumpulan data mulai dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Maret
2011, kecuali di Kabupaten Jayawijaya (Wamena) pada bulan Mei 2011. Survei
dilaksanakan di 23 Kabupaten/Kota di 11 Provinsi di Indonesia, yaitu: Kota Medan,
Kabupaten Deli Serdang, Kota Batam, Kota Bandar Lampung, Kabupaten Lampung Selatan,
Jakarta Barat, Jakarta Timur, Jakarta Utara, Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, Kota Bandung,
Kota Bekasi, Kota Semarang, Kabupaten Batang, Kota Surabaya, Kota Malang, Kabupaten
Banyuwangi, Kota Denpasar, Kota Kupang, Kota Ambon, Kota Jayapura, Kabupaten
Jayapura, dan Kabupaten Jayawijaya.
Populasi survei adalah Wanita Penjaja Seks Langsung (WPSL), Wanita Penjaja Seks Tidak
Langsung (WPSTL), Pengguna Napza Suntik (Penasun), waria, Lelaki Seks Lelaki (LSL),
Narapidana (Warga Binaan Pemasyarakatan/WBP), Pria Potensial Risti (pelaut, Tenaga
Kerja Bongkar Muat/TKBM, supir truk, tukang ojek), dan remaja.
Pada kesempatan ini, kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada semua pihak, khususnya Dr. I Nyoman Kandun, MPH, Prof.
Charles Surjadi, Prof. Hari Kusnanto, Robert J. Magnani, Ph.D, Oscar Barreneche, Tobi J.
Saidel, Guy Morineau, Ph.D, Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Kantor Kesehatan
Pelabuhan, Balai/Besar Teknik Kesehatan Lingkungan, Balai Laboratorium Kesehatan,
Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota, Labkesda, KPA Nasional dan Daerah, serta
mitra kerja internasional, antara lain Global Fund, World Bank, dan Scaling Up for Most At
Risk Population (SUM I) (FHI360) yang telah berkontribusi dalam pelaksanaan STBP 2011
ini mulai dari tahap persiapan, pengumpulan data, pengolahan, analisis dan penulisan
laporan.
Berbagai upaya telah dilakukan secara maksimal dalam pelaksanaan STBP 2011 ini, namun
masih saja tidak terlepas dari adanya keterbatasan dan kekurangan. Oleh karena itu saran
perbaikan sangat diharapakan untuk penyempurnaan dimasa yang akan datang.
Semoga hasil STBP 2011 ini bermanfaat dalam peningkatan upaya pengendalian HIV-AIDS
dan IMS di Indonesia.
i
ii
RINGKASAN
Surveilans Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) 2011 ini dilaksanakan untuk
mendapatkan gambaran besaran masalah, faktor risiko, pengetahuan dan cakupan
program, sehingga dapat diketahui dinamika epidemi HIV di Indonesia. STBP 2011
dilakukan di 23 kota/kabupaten di 11 provinsi, dimana sebagian besar
kota/kabupaten terpilih sama dengan kabupaten/kota (lokasi) STBP 2007.
STBP 2011 bertujuan untuk mengetahui prevalensi HIV dan IMS (sifilis, gonore, dan
klamidia) pada populasi paling berisiko (berisiko tinggi) dan mengetahui tingkat
pengetahuan tentang HIV-AIDS, perilaku berisiko tertular atau menularkan HIV, dan
cakupan intervensi program pada populasi paling berisiko dan populasi rawan.
Disain STBP 2011 menggunakan disain potong lintang (cross sectional) dengan
sasaran STBP (populasi) sebagai berikut: 1) Populasi paling berisiko yang terdiri dari
Wanita Penjaja Seks Langsung (WPSL) dan tidak langsung (WPSTL), Pria Potensial
Berisiko Tinggi (Pria Potensial Risti), waria, Lelaki Seks Lelaki (LSL), Pengguna
Napza Suntik (Penasun), dan Narapidana (Warga Binaan Pemasyarakatan=WBP),
dan; 2) Populasi rawan, yaitu remaja. Pria Potensial Risti terdiri dari supir truk,
pelaut, Tenaga Bongkar Muat (TKBM), dan tukang ojek.
Metode pengambilan sampel terdiri dari: 1) Two-stage PPS untuk WPSL, WPSTL,
pelaut, TKBM, tukang ojek, waria, WBP, dan remaja; 2) Time Location Sampling
(TLS) untuk supir truk; 3) Respondent Driven Sampling (RDS) untuk Penasun dan
LSL. Besar sampel untuk WPSL, WPSTL waria, LSL, Penasun di masing-masing
kota terpilih adalah 250 orang. Besar sampel untuk Pria Potensial Risti adalah 300-
400 orang (tergantung tipenya), sedangkan untuk WBP adalah 400 orang, dan
remaja sebanyak 1000 orang.
Data yang dikumpulkan pada STBP 2011 meliputi data perilaku dan biologis. Data
perilaku dikumpulkan dari seluruh popuasi survei. Sedangkan data biologis
dikumpulkan dari populasi paling berisiko, dan dibedakan menjadi dua yaitu: 1)
Pengambilan darah vena WPSL, WPSTL dan waria serta pengambilan darah perifer
pada Pria Potensial Risti, WBP, LSL untuk pemeriksaan HIV dan sifilis; (2)
Pengambilan sediaan apus vagina (WPSL dan WPSTL), dan sediaan apus anus
(waria dan LSL) di beberapa kota untuk pemeriksaan gonore dan klamidia.
Jumlah responden (populasi) STBP 2011, yaitu sebanyak 25.150 orang, tersebar di
23 kabupaten/kota di 11 provinsi di Indonesia. Sebanyak 8.309 orang merupakan
populasi paling bersiko yang diambil data perilaku, HIV, sifilis, gonore, dan klamidia;
Sebanyak 9.819 orang merupakan populasi paling berisiko yang diambil data
perilaku, HIV dan sifilis; dan sebanyak 7.022 orang merupakan responden remaja
yang diambil data perilaku.
iii
Karakteristik Responden
Karakteristik responden (populasi) dengan kelompok umur 20-29 tahun paling
banyak terdapat pada WPSTL, LSL, dan Penasun. Kelompok umur 15-19 tahun
paling banyak terdapat pada LSL.
Median umur pada masing-masing populasi adalah Pria Potensial Risti 34 tahun,
Narapidana 31 tahun, waria 31 tahun, WPSL 28 tahun, WPSTL 28 tahun, LSL
27 tahun, dan Penasun 25 tahun.
Mayoritas WPSL, WPSTL, waria dan Narapidana (WBP) berpendidikan rendah,
yaitu tidak sekolah sampai dengan SMP, sedangkan Pria Potensial Risti, LSL,
dan Penasun berpendidikan tinggi (SMA sampai dengan Akademi/PT=Perguruan
Tinggi). Diantara populasi yang berpendidikan tinggi, paling banyak terdapat
pada LSL
Status perkawinan perlu dipertimbangkan terkait dengan kemungkinan interaksi
antara populasi paling berisiko (populasi berisiko tinggi) dengan populasi umum.
Status perkawinan yang dimaksud adalah ikatan perkawinan yang sah antara
lawan jenis. Status belum kawin mayoritas terdapat pada waria, LSL, dan
Penasun. Status pernah kawin mayoritas terdapat pada WPSL dan WPSTL.
Status kawin banyak terdapat pada Pria Potensial Risti dan WBP.
Sumber pendapatan utama waria adalah menjual seks dan bekerja di salon.
Pada Penasun dan LSL memiliki sumber pendapatan utama dengan bekerja
bebas dan karyawan. Sebagian kecil LSL dan Penasun mengaku masih
menerima uang saku sebagai pelajar.
Sebagian besar WPSL menyatakan tinggal dengan wanita lain di lokalisasi, dan
sebanyak 4% yang tinggal dengan suaminya. Pada WPSTL paling banyak
tinggal bersama keluarga dan persentase yang tinggal dengan suami mencapai
11%.
Mayoritas Pria Potensial Risti tinggal bersama istri mereka. Pada LSL dan
Penasun, banyak yang tinggal bersama keluarga. Mayoritas waria tinggal sendiri
(45%), hal ini kemungkinan berkaitan dengan mayoritas menyatakan tidak kawin
iv
dan WPSTL (masing-masing 41%) diikuti oleh waria (28%) dan LSL (21%).
Prevelensi gonore dan/atau klamidia berkisar antara 33% (LSL) dan 56%
(WPSL).
Perilaku Berisiko
Perilaku membeli seks dalam satu tahun terakhir paling banyak dilakukan oleh
waria (26%), diikuti Pria Potensial Risti (23%), Penasun dan LSL (masing-masing
19%).
Pria Potensial Risti membeli seks (melakukan hubungan seks) dalam satu tahun
terakhir dengan WPS, sedangkan waria dan LSL dalam satu tahun terakhir
dengan pria (bukan waria). Dari 24% Penasun yang mengaku pernah membeli
seks dalam satu tahun terakhir, 97% diantaranya mengaku membeli seks pada
perempuan, 2% pada waria, dan 1% pada perempuan dan waria.
Diantara waria, LSL, dan Penasun, perilaku menjual seks dalam satu tahun
terakhir tertinggi pada Waria (81%), dimana waria menjual seks pada pria.
Sebanyak 49% LSL menjual seks baik kepada pria maupun wanita. Diantara
49% LSL tersebut, sebagian besar LSL (79%) menjual seks pada pria, 4% pada
perempuan, dan 17% pada pria dan perempuan. Penasun memiliki perilaku
menjual seks terendah (4%). Dari Penasun yang menjual seks, 81% diantaranya
menjual seks pada perempuan, dan 19% pada pria.
Secara umum, WPS, waria, dan LSL merupakan populasi yang melakukan
kegiatan menjual seks. WPS dan waria menjual seks kepada lelaki, dan LSL
menjual seks kepada lelaki dan perempuan. Selain itu, waria dan LSL juga
melakukan perilaku membeli seks.
Kecuali pada Penasun, penggunaan Napza suntik dalam satu tahun terakhir
pada populasi paling berisiko lainnya masih cukup rendah. Persentase WPSL,
WPSTL, Pria Potensial Risti, waria, dan LSL yang pernah menggunakan Napza
suntik satu tahun terakhir <2%.
Perilaku menyuntik dengan cara setting basah dalam satu minggu terakhir lebih
banyak dilakukan oleh Penasun (53%) dibandingkan dengan meminjam atau
meminjamkan jarum (14%) atau menggunakan jarum umum (9%).
Rerata frekuensi menyuntik Penasun di enam lokasi yang disurvei dalam satu
minggu terakhir adalah tujuh kali. Sementara itu, rerata menyuntik di hari kemarin
adalah dua kali.
Sebanyak 13% Penasun mengaku berbagi jarum saat menyuntik terakhir, dan
14% Penasun mengaku pernah meminjam atau meminjamkan jarum ketika
menyuntik dalam seminggu terakhir.
Menyuntik dengan cara setting basah lebih banyak dilakukan oleh Penasun
dibandingkan dengan menyuntik dengan berbagi jarum atau menggunakan jarum
v
umum. Diantara Penasun yang berbagi basah tersebut, 25% diantaranya selalu
berbagi basah, 12% sering, dan 16% kadang-kadang.
Sebanyak 18% Penasun selalu membeli Napza secara patungan dalam satu
minggu terakhir, 18% sering membeli Napza secara patungan, dan 28% kadang-
kadang membeli Napza secara patungan.
Sebanyak 7% populasi remaja dalam satu minggu terakhir, mengaku pernah
berhubungan seks. Dari 7% remaja yang pernah berhubungan seks tersebut,
51% diantaranya mengaku menggunakan kondom pada hubungan seks terakhir.
Selain itu, 4% remaja mengaku pernah mencoba menggunakan Napza, dan yang
paling sering dicoba adalah ganja. Sebanyak 0,4% remaja mengaku
menggunakan Napza suntik.
Sebanyak 4% narapidana (WBP) menyatakan pernah melakukan hubungan seks
selama di Lapas/Rutan. Sementara itu, terdapat 6% WBP yang pernah
menggunakan Napza suntik. Satu dari lima narapidana mengaku menggunakan
Napza suntik pertama kali di dalam penjara. Dari WBP yang menggunakan
Napza suntik, sepertiganya masih menyuntik di dalam penjara. Dari WBP yang
masih menyuntik di dalam penjara, 67% menggunakan jarum yang telah
digunakan oleh orang lain dan 62% menggunakan jarum umum.
Sebanyak 9% WPSL pernah mengalami kehamilan selama menjalani kegiatan
sebagai penjaja seks, dan 53% diantaranya mengalami keguguran baik
digugurkan atau keguguran spontan. Alat kontrasepsi yang dipakai oleh sebagian
besar (76%) WPSL adalah suntik (64%) dan pil (23%). Pada WPSTL, sebanyak
6% perempuan pernah mengalami kehamilan selama menjalani kegiatan sebagai
penjaja seks, dan 73% diantaranya mengalami keguguran baik digugurkan atau
keguguran spontan. Alat kontrasepsi yang dipakai oleh sebagian besar (69%)
WPSTL adalah suntik (54%) dan pil (31%).
Sebanyak 28% waria mengaku mengkonsumsi hormon secara terus menerus
tanpa pengawasan dari petugas kesehatan dalam satu tahun terakhir, dan 31%
waria mengaku menggunakan silikon dalam satu tahun terakhir. Efek samping
penggunaan hormon dan silikon hanya diketahui oleh 47% waria.
Perilaku Pencegahan
Persentase tertinggi pemakaian kondom pada seks komersial terakhir adalah
pada waria, kemudian diikuti oleh WPSL, LSL, WPSTL, Penasun, dan Pria
Potensial Risti.
Bila dikaitkan dengan indikator keberhasilan program pengendalian HIV-AIDS di
Indonesia, maka hasil STPB 2011 menunjukkan bahwa persentase penggunaan
kondom dalam seminggu terakhir pada perempuan (dalam hal ini WPSL) adalah
sebesar 35% dan pada laki-laki (dalam hal ini Pria Potensia Risti) dalam setahun
terakhir adalah sebesar 14%. Dengan demikian, capaian indikator keberhasilan
penggunan kondom pada kelompok berisiko tinggi tahun 2011 adalah sebesar
vi
100% pada perempuan (target tahun 2011: 35%) dan 70% pada laki-laki (target
tahun 2011: 20%).
Pria Potensial Risti merupakan populasi survei yang mempunyai persentase
tertinggi (84%) yang menggunakan kondom pada hubungan seks terakhir
dengan pasangan tidak tetap dan tanpa membayar/dibayar, sedangkan LSL
merupakan populasi dengan persentase terendah (54%).
Pada Pria Potensial Risti yang disurvei, sebagian besar mengaku pernah
melakukan seks dalam satu tahun terakhir dengan bukan pasangan seksnya.
Penasun memiliki persentase abstinen tertinggi yaitu sebanyak 21%, sedangkan
pada supir truk sebanyak 5%.
Penasun yang setia dengan pasangan seks tetap dalam satu tahun terakhir
mencapai 40%. Sementara pada Pria Potensial Risti seperti pelaut, TKBM,
tukang ojek, dan supir truk yang setia berkisar antara 32%-56%.
Sebagian besar (87%) Penasun menyatakan tidak berbagi jarum dengan orang
lain. Separuh Penasun juga menyatakan tidak pernah berbagi Napza setelah
dicampur dengan air (setting basah). Sebanyak 30% Penasun mengaku
membawa jarum suntik dalam satu minggu terakhir. Sebanyak 36% Penasun
menyatakan terakhir kali membuang jarum dengan memberikannya kepada
petugas kesehatan, petugas LSM ataupun unit pelayanan kesehatan.
vii
risiko penularan HIV. Atau dengan minum antibiotika dapat mengurangi risiko
penularan HIV. Atau gigitan nyamuk dapat menularkan HIV. Populasi yang
memiliki pemahaman keliru paling tinggi adalah Narapidana (WBP) (70%),
sedangkan terendah adalah waria (24%).
Sebagian besar populasi survei merasa berisiko tertular HIV, kecuali Pria
Potensial Risti dan Narapidana (WBP).
Sebagian besar responden mengaku sudah pernah mendapatkan informasi
tentang HIV-AIDS. Televisi merupakan sumber informasi yang banyak
disebutkan oleh Remaja (99%), WPSTL (82%), dan Pria Potensial Risti (65%).
Petugas kesehatan adalah sumber informasi yang paling banyak disebutkan oleh
WPSL (78%) dan WBP (92%). Teman sebaya adalah informasi yang paling
banyak disebutkan oleh waria (79%) dan LSL (53%). Petugas lapangan adalah
informasi yang paling banyak disebutkan oleh Penasun (76%).
Cakupan Program
Pria Potensial Risti merupakan populasi yang paling sedikit pernah melakukan
tes HIV, sedangkan waria merupakan populasi yang paling banyak pernah
melakukan tes HIV. Dari populasi yang pernah melakukan tes HIV, belum
semuanya pernah menerima hasil tes. Waria merupakan populasi yang banyak
menerima hasil tes HIV, sedangkan Pria Potensial Risti paling sedikit yang
menerima hasil tes.
Penasun merupakan sasaran yang paling banyak yang pernah bertemu dan
melakukan diskusi dengan petugas lapangan dalam tiga bulan terakhir
dibandingkan dengan populasi survei yang lain. Sebaliknya Pria Potensial Risti
merupakan populasi yang paling sedikit yang pernah bertemu dan berdiskusi
dengan petugas lapangan.
WPSL adalah populasi yang paling banyak mengunjungi layanan IMS dalam tiga
bulan terakhir. Sementara itu, sebagian besar responden waria, WPSTL, dan
LSL menyatakan tidak mengunjungi layanan IMS dalam tiga bulan terakhir.
Sebanyak 32% WPSL, 23% WPSTL, 25% waria, 31% LSL, 21% Penasun, 9%
Pria Potensial Risti, dan 6% WBP pernah mengalami salah satu gejala IMS
dalam setahun terakhir. Gejala IMS yang paling sering dialami oleh LSL,
Penasun, Pria Potensial Risti dan WBP adalah nyeri ketika kencing. Gejala IMS
pada waria bervariasi dari luka sekitar kelamin, benjolan di sekitar anus hingga
nyeri saat kencing. Gejala IMS yang paling sering dialami pada WPSL dan
WPSTL adalah keluarnya cairan yang tidak normal dari kemaluan, walaupun
gejala tersebut tidak selalu terkait dengan infeksi menular seksual.
Pencarian pengobatan ke layanan kesehatan (layanan IMS) diantara responden
yang mempunyai gejala IMS lebih banyak dilakukan oleh waria dibandingkan
viii
dengan populasi survei lainnya. Sebaliknya pada WBP, hanya sebagian kecil
yang mempunyai gejala IMS berobat ke layanan IMS.
Lebih dari setengah populasi WPSL menyatakan pernah menerima kondom
gratis dalam 3 bulan terakhir, sementara mayoritas waria, WPSTL, LSL dan Pria
Potensial Risti menyatakan tidak pernah menerima kondom gratis dalam 3 bulan
terakhir. Penasun tidak ditanyakan tentang penerimaan kondom gratis.
Sebanyak 50% dan 53% Penasun yang menjadi populasi survei telah
memanfaatkan program LJSS dalam seminggu terakhir dan terapi substitusi
setahun terakhir. Pemanfaatan program detoksifikasi pada penasun dalam
setahun terakhir masih rendah (25%).
Penasun yang mengakses layanan LJSS di layanan kesehatan seperti
puskesmas jumlahnya hanya sebanyak 20%, sedangkan yang mengakses di luar
puskesmas lebih tinggi, yaitu di drop in center dan petugas LSM masing-masing
33 % dan 32 %, dan sebanyak 10 % yang mengakses layanan di satelit.
Remaja adalah populasi survei yang paling sering menghadiri diskusi atau
penyuluhan mengenai HIV AIDS (82%), disusul olek Penasun (74%). Sementara
Pria Potensial Risti merupakan populasi yang paling jarang menghadiri
pertemuan diskusi (14%).
ix
DAFTAR ISI
Halaman
x
F. Cakupan Program ............ 46
Daftar Pustaka .................................................................................................. 57
Lampiran ........................................................................................................... 57
Kontributor ........................................................................................................ 67
xi
DAFTAR TABEL DAN GRAFIK
Daftar Tabel
Daftar Grafik
Grafik 2. Distribusi Populasi Menurut Median Umur, STBP 2007 dan 2011........ 12
Grafik 9. Distribusi WPSL dan WPSTL Menurut Status Tinggal, STBP 2011 ...... 16
Grafik 10. Distribusi Populasi Menurut Status Tinggal, STBP 2011 ....................... 16
Grafik 11. Distribusi WPSL dan WPSTL Menurut Status Tinggal, STBP 2007 dan
2011......................................................................................................... 17
xii
.
Grafik 12. Distribusi Pria Potensial Risti dan Penasun Menurut Persentase Status
Tinggal, STBP 2007 dan 2011 ................................................................ 17
Grafik 13. Distribusi LSL dan Waria Menurut Status Tinggal, STBP 2007 dan
2011......................................................................................................... 18
Grafik 15. Prevalensi HIV Menurut Populasi, STBP 2007 dan 2011 ....................... 19
Grafik 17. Prevalensi Sifilis Menurut WPSL dan WPSTL, Tahun 2003-2011 .......... 20
Grafik 18. Prevalensi Sifilis Menurut Populasi, STBP 2007 dan 2011 ..................... 20
Grafik 19. Prevalensi Gonore dan/atau Klamidia Menurut Populasi, STBP 2011.. 21
Grafik 20. Prevalensi Gonore dan/atau Klamidia Menurut Populasi, STBP 2007
dan 2011 ................................................................................................. 21
Grafik 21. Prevalensi Gonore dan/atau Klamidia Menurut Tahun, 2003 2011...... 22
Grafik 22. Distribusi Populasi Menurut Perilaku Membeli Seks dalam Satu Tahun
Terakhir, STBP 2011 ............................................................................... 22
Grafik 23. Distribusi Populasi Menurut Perilaku Membeli Seks dalam Satu Tahun
Terakhir, STBP 2007 dan 2011 ............................................................... 23
Grafik 24. Distribusi Populasi Menurut Perilaku Menjual Seks dalam Satu Tahun
Terakhir, STBP 2011 ............................................................................... 24
Grafik 25. Distribusi Populasi Menurut Perilkau Menjual Seks dalam Satu Tahun
Terakhir, STBP 2007 dan 2011................................................................ 24
Grafik 26. Rerata dan Median Pembeli Jasa Seks pada Populasi yang Menjual
Seks, STBP 2011 .................................................................................... 25
Grafik 27. Rerata Pembeli Jasa Seks pada Populasi yang Menjual Seks, STBP
2007 dan 2011 ........................................................................................ 25
Grafik 28. Rerata dan Median Pasangan Seks Dibayar pada Populasi yang
Membeli Seks, STBP 2011 ..................................................................... 26
Grafik 29. Rerata Pasangan Seks Dibayar pada Populasi yang Membeli Seks,
STBP 2007 dan 2011 .............................................................................. 26
Grafik 30. Distribusi Populasi Menurut Perilaku Berisiko Lainnya dalam Satu
Tahun Terakhir, STBP 2011 ................................................................... 27
xiii
Grafik 31. Distribusi Populasi Menurut Perilkaku Berisiko Lainnya dalam Satu
Tahun Terakhir, STBP 2007 dan 2011 ................................................... 27
Grafik 33. Distribusi Populasi Menurut Menggunakan Napza Suntik, STBP 2007
dan 2011 ................................................................................................. 28
Grafik 34. Distribusi Populasi Menurut Penggunaan Napza Suntik dalam Satu
Tahun Terakhir, STBP 2007 dan 2011 ................................................... 29
Grafik 35. Distribusi Penasun Menurut Perilaku Menyuntik dalam Satu Minggu
Terakhir, STBP 2011 ............................................................................... 29
Grafik 36. Distribusi Penasun Menurut Perilaku Menyuntik dalam Satu Minggu
Terakhir, STBP 2007 dan 2011 ............................................................... 30
Grafik 37. Distribusi Penasun Menurut Frekuensi Berbagi Basah, STBP 2011 ...... 31
Grafik 38. Distribusi Penasun Menurut Frekuensi Berbagi Basah, STBP 2007
dan 2011 ................................................................................................. 31
Grafik 42. Distribusi Populasi Mnurut Penggunaan Kondom pada Seks Komersial
Terakhir, STBP 2011 ............................................................................... 34
Grafik 45. Distribusi Populasi Menurut Penggunaan Kondom pada Seks Berisiko
Lainnya, STBP 2011 ............................................................................... 36
xiv
STBP 2007 dan 2011 .............................................................................. 37
Grafik 48. Distribusi Populasi Menurut Abstinen dan Setia Kepada Pasangan
Tetap dalam Satu Tahun Terakhir, STBP 2011....................................... 37
Grafik 49. Distribusi Populasi Menurut Abstinen dalam Satu Tahun Terakhir,
STBP 2007 dan 2011 .............................................................................. 38
Grafik 56. Distribusi Populasi Menurut Pengetahuan Cara Penularan HIV melalui
Jarum Suntik dan Penularan dari Ibu ke Anak, STBP 2011................... 42
Grafik 57. Distribusi Populasi Menurut Pengetahuan Cara Penularan HIV melalui
Jarum Suntik dan Penularan dari Ibu ke Anak, STBP 2007 dan 2011... 42
Grafik 62. Distribusi Populasi Menurut Persepsi Merasa Berisiko Tertular HIV,
STBP 2011 .............................................................................................. 45
Grafik 63. Distribusi Populasi Menurut Persepsi Merasa Berisiko Tertular HIV,
. STBP 2007 dan 2011 .............................................................................. 45
xv
Grafik 64. Distribusi Populasi Menurut Tes HIV, STBP 2007 dan 2011 .................. 47
Grafik 65. Distrbusi Populasi Menurut Frekuensi Bertemu dan Diskusi dengan
Petugas Lapangan dalam Tiga Bulan Terakhir, STBP 2011 .................. 48
Grafik 66. Distribusi Populasi Menurut Pernah Diskusi dengan Petugas Lapangan
dalam Tiga Bulan Terakhir Menurut, STBP 2007 dan 2011.................... 48
Grafik 71. Distribusi Populasi Menurut Frekuensi Menerima Kondom Gratis dalam
Tiga Bulan Terakhir, STBP 2011 ............................................................ 51
Grafik 73. Distribusi Penasun Menurut Tempat Layanan LJSS, STBP 2011 ......... 53
Grafik 76. Distribusi Populasi Menurut Kehadiran dalam Pertemuan dan Diskusi
Tentang HIV dalam Setahun Terakhir, STBP 2007 dan 2011 ................ 55
xvi
DAFTAR SINGKATAN
xvii
SD Sekolah Dasar
Seed Sekelompok kecil responden yang dipilih secara khusus dan
dari mereka diharapkan dapat menjaring lebih banyak
responden
SMU Sekolah Menengah Umum (SMA)
SMP Sekolah Menengah Pertama
Snowball Teknik pengambilan sampel jemput bola
SSP Survei Surveilans Perilaku
STBP Surveilans Terpadu Biologis dan Perilaku
STHP Surveilans Terpadu HIV dan Perilaku
Tanah papua Daerah yang meliputi Provinsi Papua dan Provinsi Papua
Barat
TKBM Tenaga Kerja Bongkar Muat
Waria Wanita-pria, lelaki yang berperilaku sebagai perempuan
(transgender)
WBP Warga Binaan Pemasyarakatan
WPS Wanita Penjaja Seks
WPSL Wanita Penjaja Seks Langsung
WPSTL Wanita Penjaja Seks Tidak Langsung
xviii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Epidemi Human Immunodeficiency Virus (HIV) secara global masih merupakan
masalah kesehatan masyarakat yang serius. Diperkirakan terdapat 33.3 juta
(31.334.5 juta) orang yang telah terinfeksi HIV di dunia. Di kawasan Asia,
sebagian besar angka prevalensi HIV pada masyarakat umum masih rendah
yaitu <1%, kecuali di Thailand dan India Utara. Di Indonesia juga terdapat
provinsi yang prevalensi HIV pada masyarakat umum sebesar 2.4%, yaitu
provinsi yang berada di Tanah Papua (Depkes, 2006).
Secara umum prevalensi HIV di wilayah Indonesia masih berkisar 0.2%.Pada
populasi paling berisiko telah terlihat peningkatan prevalensi sejak tahun
1990an, khususnya Pengguna Napza Suntik (Penasun), Wanita Penjaja Seks
(WPS), dan Waria.
Peningkatan prevalensi HIV pada Penasun mendorong peningkatan prevalensi
HIV pada populasi paling berisiko lainnya, terutama penularan melalui hubungan
seks komersial. Diperkirakan sepertiga Penasun pernah membeli seks dalam
satu bulan terakhir dan sebagian kecil Penasun pernah menjual seks (Depkes,
2003). Untuk lebih memahami dinamika epidemi dan faktorfaktor utama yang
dapat mengubah tingkat penularan HIV, maka perlu dilaksanakan Surveilans
HIV.
Sasaran atau populasi STBP 2011 adalah WPS Langsung (WPSL), WPS Tidak
Langsung (WPSTL), Pria Potensial Berisiko Tinggi (tukang ojek, supir truk,
pelaut, dan Tenaga Kerja Bongkar Muat/TKBM), Penasun, Waria, Lelaki Seks
Lelaki (LSL), dan Narapidana(Warga Binaan Pemasyarakatan). Sasaran lainnya
dalam STBP 2011 adalah remaja yang mewakili populasi rawan.
1
B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup STBP 2011 meliputi pengukuran perilaku dan biologis.
Pengukuran perilaku meliputi demografi, perilaku pencegahan, perilaku berisiko,
cakupan intervensi, dan tingkat pengetahuan. Pengukuran biologis meliputi
pemeriksaan HIV, sifilis, gonore dan klamidia pada WPSL, WPSTL, waria, dan
LSL. Pemeriksaan HIV dan sifilis dilakukan pada Penasun, Narapidana dan Pria
Potensial Risti. Pemeriksaan biologis tidak dilakukan pada remaja.
C. Tujuan
1. Menentukan prevalensi HIV, sifilis, gonore dan klamidia di antara populasi
paling berisiko di beberapa kota di Indonesia dan menganalisa
kecenderungannya.
2. Menentukan tingkat pengetahuan dan persepsi tentang penularan dan
pencegahan HIV pada populasi paling berisiko dan populasi rawan (remaja)
dan menganalisa kecenderungannya.
3. Menentukan tingkat perilaku berisiko tertular/menularkan HIV pada populasi
paling berisiko di beberapa kota di Indonesia dan menganalisa
kecenderungannya.
4. Mengukur cakupan intervensi pengendalian HIV-AIDS dan Infeksi Menular
Seksual (IMS) serta dampaknya pada populasi paling berisiko dan populasi
rawan.
D. Manfaat
1. Dapat memantau dampak program dengan melihat kecenderungan
prevalensi HIV, sifilis, gonore dan klamidia pada populasi paling berisiko di
beberapa kota di Indonesia dibandingan dengan STBP sebelumnya.
2. Tersedianya data untuk digunakan dalam pembuatan estimasi dan proyeksi
kasus HIV-AIDS di Indonesia.
3. Menggunakan hasil STBP sebagai alat untuk advokasi.
4. Sumber data untuk perencanaan program pengendalian HIV.
E. Cara Penyajian
Tujuan penyusunan laporan ini adalah untuk memaparkan hasil STBP 2011.
Pada Bab I berisi tentang pendahuluan terdiri dari latar belakang, ruang lingkup,
tujuan, manfaat dan cara penyajian. Pada Bab II, terdiri dari desain dan waktu,
lokasi, populasi, jenis data , sampel, penjaminan kualitas pemeriksaan biologis,
alat dan cara pengumpulan data, manajemen data, pelaksanaan STBP 2011,
analisis dan keterbatasan. Bab III hasil dan pembahasan STBP 2011.
2
BAB II. METODOLOGI
A. Disain
Disain STBP 2011 yang digunakan adalah potong lintang (cross sectional).
B. Waktu
Pelaksananan pengumpulan data mulai dilakukan pada bulan Januari sampai
dengan Maret 2011, kecuali Kabupaten Jayawijaya (Wamena) yang baru
dilaksanakan pada bulan Mei 2011.
C. Lokasi
Survei dilaksanakan di 11 provinsi di Indonesia meliputi 33 kabupaten/kota,
yaitu: Provinsi Sumatera Utara (Kota Medan, Kabupaten Deli Serdang),
Kepulauan Riau (Kota Batam), Lampung (Kota Bandar Lampung, Kabupaten
Lampung Selatan), DKI Jakarta (Jakarta Barat, Jakarta Timur, Jakarta Utara,
Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, Jawa Barat (Kota Bandung, Kota Bekasi), Jawa
Tengah (Kota Semarang, Kabupaten Batang), Jawa Timur (Kota Surabaya, Kota
Malang, Kabupaten Banyuwangi, Bali (Kota Denpasar), Nusa Tenggara Timur
(Kota Kupang), Maluku (Kota Ambon), dan Papua (Kota Jayapura, Kabupaten
Jayapura, dan Kabupaten Jayawijaya). Provisi tersebut sama dengan provinsi
STBP 2007, kecuali Lampung dan Maluku.
D. Populasi
Populasi survei adalah Wanita Penjaja Seks Langsung (WPSL), Wanita Penjaja
Seks Tidak Langsung (WPSTL), Pengguna Napza Suntik (Penasun), waria,
Lelaki Seks Lelaki (LSL), Narapidana, Pria Potensial Risti (pelaut, Tenaga Kerja
Bongkar Muat/TKBM, supir truk, tukang ojek), dan remaja.
3
tempat pemberhentian truk (supir truk antar kota), pangkalan ojek (tukang
ojek), dan pelabuhan laut (pelaut dan TKBM).
4. Waria adalah seseorang secara biologis adalah laki-laki, tetapi berjiwa dan
bertingkah laku serta mempunyai perasaan seperti wanita, telah tinggal di
kota survei selama paling kurang satu bulan dan dikenali sebagai mami oleh
teman seprofesi atau waria oleh para pekerja LSM. Waria yang dimaksud
dalam STBP 2011 ini tidak hanya waria yang menjajakan seks, tetapi seluruh
waria termasuk yang bekerja di salon.
5. LSL adalah pria yang mengakui dirinya sebagai orang yang
biseksual/homoseksual, secara biologis laki-laki, telah tinggal di kota survei
paling kurang selama satu bulan, dan telah berhubungan seks dengan
laki-laki dalam satu tahun terakhir.
6. Penasun adalah pria atau wanita yang adiksi Napza suntik, telah tinggal di
kota lokasi survei selama paling kurang selama satu bulan, melakukan
penyuntikan Napza dalam satu bulan terakhir, dan tidak terdaftar dalam
survei ini di kabupaten/kota atau lokasi survei lain.
7. Narapidana (Warga Binaan Pemasyarakata=WBP) adalah pria dan wanita
yang sudah divonis menjalani hukuman dan berada di Lapas yang ada di
lokasi survei.
8. Remaja, yaitu murid SMA Negeri dan SMA swasta yang saat ini duduk di
kelas 11 (kelas 2 SMA).
E. Jenis Data
Data yang dikumpulkan dalam STBP 2011 terdiri dari data perilaku dan data
biologis. Data perilaku dikumpulkan dari seluruh responden, sedangkan data
biologis dikumpulkan dari responden yang termasuk dalam populasi paling
berisiko, yaitu: Pengambilan darah vena/perifer untuk pemeriksaan HIV dan sifilis
pada sebagian WPSL dan WPSTL, Pria Potensial Risti, sebagian LSL, dan
Narapidana; Pengambilan darah vena/perifer untuk HIV dan sifilis, dan
pengambilan apusan vagina/anus untuk gonore dan klamidia pada sebagian
WPSL dan WPSTL, waria, dan sebagian LSL. Jenis data menurut lokasi dan
populasi survei sebagaimana terlihat pada Tabel 1.
4
Tabel 1. Jenis Data Menurut Lokasi dan Populasi
Kabupaten/Kota WPSL WPSTL Supir Tukang Pelaut TKBM Waria LSL Pena- WBP Remaja
truk ojek sun
Medan z z
Deli
Serdang/Serdang z z
Bedagai
Batam z
Jakarta Utara z
Jakarta Barat
Jakarta Pusat z
Jakarta Selatan
Jakarta Timur
Kota Bandung z
Kota/Kab Bekasi z z
Semarang z z z
Batang z
Surabaya z z
Banyuwangi
Malang Raya z z
Denpasar z
Kupang z z z
Kota/Kab
z
Jayapura
Bandar Lampung
Lampung Selatan z
Ambon z
Wamena
Wawancara, pengambilan darah vena/perifer, dan apus vagina/anus; z Wawancara dan pengambilan
darah vena/perifer; Memengisi sendiri kuesioner, pengambilan darah vena/perifer; Mengisi sendiri
kuesioner
F. Sampel
Besar sampel pada setiap populasi dirancang agar dapat menggambarkan
perilaku. Pada populasi paling berisiko (bersiko tinggi), jumlah sampel minimal
yang memadai untuk interpretasi perilaku adalah sebanyak 250 responden
(WHO, 2000). Pada Pria Potensial Ristidengan asumsi bahwa tidak semua
orang pada populasi tersebut berisiko, maka jumlah sampel minimal ditetapkan
sebanyak 300400 responden. Responden STBP 2011 merupakan sampel acak
dari populasi survei yang tinggal dan bekerja di lokasi survei, dipilih berdasarkan
tempat biasa mereka bekerja atau tempat berkumpul (mangkal). Pengambilan
sampel minimal dilakukan untuk mempresentasikan populasi survei pada
kabupaten/kota terpilih.
5
Cluster Information Sheet (CIS) menurut kerangka sampel yang telah dibuat.
Aplikasi CIS digunakan untuk melakukan pemilihan sampel lokasi survei
secara Probability Proportional to Size (PPS), dengan Size adalah
banyaknya populasi dalam setiap lokasi. Tahap kedua adalah memilih sampel
(responden) yang memenuhi persyaratan pada setiap lokasi terpilh. Pemilihan
sampel dibedakan untuk jenis populasi bergerak dan tidak bergerak. Pada
populasi bergerak dilakukan penarikan sampel secara acak atau langsung
sesuai dengan yang ditemukan, sedangkan pada populasi tidak bergerak
pengambilan sampel dilakukan secara acak (lottery-random).
Bila jumlah populasi tidak mencapai sampel minimal, maka seluruh populasi
yang ada diambil sebagai sampel.
6
digunakan adalah two stage PPS, dikarenakan tukang ojek termasuk populasi
yang berada di satu tempat pada waktu yang lama.
Pada tahun 2011, pengambilan sampling pada LSL dan Penasun menggunakan
metode sampling yang sama pada seluruh lokasi yaitu RDS. Pada tahun 2007,
beberapa wilayah menggunakan metode TLS dan sebagian RDS, sehingga
menjadi suatu masalah tersendiri dalam melakukan data analisis. Metode
pengembilan sampel sebagaimana dilihat pada Tabel 2.
7
6. Supervisi pengambilan spesimen biologis, transportasi spesimen dan hasil
pemeriksaan biologis.
7. Penjaminan kualitas hasil pemeriksaan HIV dengan melakukan cek silang,
yaitu pemeriksaan ulang terhadap semua hasil positif dan indeterminate dan
10% yang negatif. Pada cek silang terdapat dua kota mempunyai hasil di
bawah 95%, yaitu Jayapura dan Semarang, sehingga dilakukan
pemeriksaan ulang terhadap seluruh sampel.
8. Pengendalian internal untuk pemeriksaan NG/CT.
9. Penggunaan kontrol negatif dan kontrol positif untuk pemeriksaan sifilis.
10. Hasil pemeriksaan HIV dan pemeriksaan sifilis dicatat dalam formulir yang
dibahas pada bagian manajemen data.
I. Manajemen Data
Data dikelompokkan menjadi empat jenis data, yaitu data perilaku, data biologis,
formulir kendali mutu, serta data mapping dan listing. Pada tingkat
kabupaten/kota, seluruh data dikelola oleh pengawas dan koordinator lapangan.
Setelah data dilengkapi, maka data dikirimkan ke tingkat nasional.
Di tingkat nasional, data dientry oleh petugas entry data dengan menggunakan
aplikasi entry data yang berbasis CSPro versi 4. Data dientry dua kali oleh
petugas yang berbeda, kemudian dilakukan cek silang dari kedua hasil entry.
Bila terdapat perbedaan, maka dilakukan verifikasi dengan melihat kembali
kuesioner.
8
jumlahnya kurang dari jumlah sampel yang telah ditentukan, sehingga semua
populasi ditetapkan sebagai sampel.
Khusus untuk populasi LSL di Jakarta, Bandung dan Surabaya dilakukan juga
pengumpulan data RDS berbasis daring (online). Pada metode Web RDS
tersebut, pengisian kuesioner dilakukan secara daring, setelah itu responden
diminta untuk mendatangi layanan yang ditunjuk untuk pengambilan sampel
biologis.
K. Analisis
Analisis data dilakukan secara deskriptif untuk melihat variabel demografis,
perilaku dan biologis dari STBP 2011, sedagkan analisis bivariat untuk
mengetahui faktor-faktor yang diperkirakan berhubungan dengan variabel
kunci. Data yang digunakan untuk analisis deskriptif dan bivariat adalah data
dari seluruh responden yang terlibat dalam STBP 2011. Aplikasi yang digunakan
untuk analisis adalah Stata Versi 11.
L. Keterbatasan
1. Kuesioner
Pola loncatan pertanyaan yang salah mengakibatkan adanya data yang tidak
terkumpul; pertanyaan yang berbeda dari tahun sebelumnya, sehingga pada
saat analisis tidak dapat dibandingkan; dan jumlah pertanyaan terlalu banyak
9
yang menyebabkan kelelahan/kejenuhan responden dalam menjawab. Untuk
itu, dalam melakukan analisis perlu mempertimbangkan keterbatasan
tersebut.
2. Metode sampling yang berbeda
Metode sampling pada LSL dan Penasun yang berbeda di beberapa daerah
pada tahun 2007 dan 2011 menyebabkan adanya keterbatasan dalam
melakukan analisis, sehingga saat membandingkan hasil tersebut dibutuhkan
kehati-hatian dalam membuat simpulan.
3. Keterbatasan terkait data listing
Tidak semua kabupaten/kota mempunyai pemetaan populasi paling berisiko
terkini, dan alasan keamanan serta letak geografis lokasi yang menyebabkan
kesulitan untuk didatangi. Hal tersebut mempengaruhi proses sampling.
Begitupun dengan sampling yang menggunakan metode TLS. Jumlah
responden saat listing dan pengambilan data tidak selalu sama terkait
masalah di lapangan seperti penyeberangan truk yang terhambat.
4. Penolakan responden
Penolakan responden di beberapa lokasi yang antara lain disebabkan oleh
adanya kegiatan sejenis yang dilakukan dalam waktu yang berdekatan,
kurang kooperatifnya mami, mucikari, dan pemilik tempat hiburan untuk
memperbolehkan tim survei memasuki lokasi terpilih, dan ketakutan
responden terhadap pengambilan sampel biologis. Oleh karena itu diperlukan
adanya pembobotan dalam data analisis.
10
BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Populasi
Karakteristik yang akan dibahas pada BAB ini adalah umur, tingkat pendidikan,
status perkawinan, sumber pendapatan utama, dan status tinggal.
1. Umur
Karakteristik responden (populasi) dengan kelompok umur 20-29 tahun
paling banyak terdapat pada WPSTL, LSL, dan Penasun. Kelompok umur
15-19 tahun paling banyak terdapat pada LSL (Grafik 1).
Bila dibandingkan dengan hasil STBP 2007 di lokasi yang sama, median
umur pada seluruh populasi yang dibandingkan tidak mengalami perubahan
yang bermakna (Grafik 2).
11
Grafik 2. Distribusi Populasi Menurut Median Umur,
STBP 2007 dan 2011
2. Tingkat pendidikan
Mayoritas WPSL, WPSTL, waria dan WBP berpendidikan rendah, yaitu tidak
sekolah sampai dengan SMP, sedangkan Pria Potensial Risti, LSL, dan
Penasun berpendidikan tinggi (SMA sampai dengan Akademi/PT=Perguruan
Tinggi). Diantara populasi yang berpendidikan tinggi, paling banyak terdapat
pada LSL (Grafik 3).
12
sama menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda pada WPSL dan waria.
Sedangkan pada populasi lainnya terdapat perbedaan yang bermakna
(Grafik 4).
3. Status perkawinan
Status perkawinan perlu dipertimbangkan terkait dengan kemungkinan
interaksi antara populasi paling berisiko (populasi berisiko tinggi) dengan
populasi umum. Status perkawinan yang dimaksud adalah ikatan perkawinan
yang sah antara lawan jenis. Status belum kawin mayoritas terdapat pada
waria, LSL, dan Penasun. Status pernah kawin mayoritas terdapat pada
WPSL dan WPSTL. Status kawin lebih banyak terdapat pada Pria Potensial
Risti dan WBP (Grafik 5).
13
Bila dibandingkan dengan hasil STBP 2007 (Depkes, 2008) di lokasi yang
sama, sebaran status perkawinan (pernah kawin atau kawin) pada masing-
masing populasi survei tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna (Grafik
6).
14
Grafik 7. Distribusi Populasi Menurut Sumber Pendapatan Utama,
STBP 2011
Bila dibandingkan dengan hasil STBP 2007 (Depkes, 2008) di lokasi yang
sama, tidak terdapat perbedaan yang bermakna sumber pendapatan utama
masing-masing populasi (Grafik 8).
Populasi
5. Status tinggal
Sebagian besar WPSL menyatakan tinggal dengan wanita lain di lokalisasi,
dan sebanyak 4% tinggal dengan suaminya. Pada WPSTL paling banyak
15
tinggal bersama keluarga dan persentase yang tinggal dengan suami
mencapai 11% (Grafik 9).
Mayoritas Pria Potensial Risti tinggal bersama istri mereka. Pada LSL dan
Penasun, lebih banyak yang tinggal bersama keluarga. Mayoritas waria
tinggal sendiri (45%), hal ini kemungkinan berkaitan dengan mayoritas
menyatakan tidak kawin (Grafik 10).
Bila dibandingkan dengan STBP 2007 di lokasi yang sama, tidak ada
perbedaan yang bermakna untuk status tinggal pada masing-masing
populasi (Grafik 11-13).
16
Grafik 11. Distribusi WPSL dan WPSTL Menurut Status Tinggal,
STBP 2007 dan 2011
17
Grafik 13. Distribusi LSL dan Waria Menurut Status Tinggal,
STBP 2007 dan 2011
Bila dibandingkan dengan STBP 2007 di lokasi yang sama, terjadi penurunan
prevalensi HIV pada Penasun secara bermakna. Penurunan juga terjadi pada
WPSL, WPSTL, dan waria, namun tidak bermakna. Sebaliknya terjadi
peningkatan prevalensi pada LSL, yaitu dari 5% menjadi 12%, begitu juga pada
Pria Potensial Risti dari 0,1% menjadi 0,7% (Grafik 15).
18
Grafik 15. Prevalensi HIV Menurut Populasi,
STBP 2007 dan 2011
Prevalensi sifilis tertinggi ditemukan pada Waria (25%), kemudian diikuti WPSL
(10%), LSL (9%), WBP (5%), Pria Potensial Risti (4%), WPSTL (3%), dan
Penasun (2%) (Grafik 16).
Untuk data prevalensi sifilis pada WPSL, sudah terdokumentasi sejak tahun
2003 dan WPSTL sejak tahun 2005 di lokasi yang sama (Depkes, 2004;
Depkes, 2006, Depkes, 2008). Prevalensi sifilis pada WPSL tahun 2011
menurun bila dibandingkan dengan tahun 2003, 2005, dan 2007. Sedangkan
prevalensi sifilis pada WPSTL tahun 2011 menurun dibandingkan tahun 2005
dan 2007, meskipun penurunannya tidak sebanyak pada WPSL (Grafik 17).
19
Grafik 17. Prevalensi Sifilis Menurut WPSL dan WPSTL,
Tahun 2003-2011
Prevalensi sifilis pada LSL tahun 2011 mengalami kenaikan bila dibandingkan
dengan hasil STBP tahun 2007, yaitu dari 4% menjadi 13%, begitu juga pada
waria (27% menjadi 28%) dan Penasun (1% menadi 3%) (Grafik 18).
Grafik 18. Prevalensi Sifilis Menurut Populasi, STBP 2007 dan 2011
Pemeriksaan gonore dan klamidia hanya dilakukan pada WPSL, WPSTL, waria
dan LSL. Pemeriksaan menggunakan metoda Polymerase Chain Reaction
(PCR) yang dilakukan di laboratorium Badan Litbangkes, Kementerian
Kesehatan. Untuk pemeriksaan tersebut diambil apus vagina dari WPS, dan
apus anal dari waria. Prevalensi gonore tertinggi pada WPSL (38%), kemudian
diikuti oleh waria (29%), LSL (21%), dan WPSTL (19%). Prevalensi klamidia
tertinggi pada WPSL dan WPSTL (masing-masing 41%) diikuti oleh waria (28%)
dan LSL (21%). Prevelensi gonore dan/atau klamidia berkisar antara 33% (LSL)
dan 56% (WPSL) (Grafik 19).
20
Grafik 19. Prevalensi Gonore dan/atau Klamidia Menurut Populasi,
STBP 2011
Bila dibandingkan dengan STBP 2007 di lokasi yang sama, prevalensi gonore
dan/atau klamidia mengalami kenaikan pada WPSL dan WPSTL, sedangkan
pada waria dan LSL mengalami penurunan (Grafik 20 dan 21).
Populasi
21
Grafik 21. Prevalensi Gonore dan/atau Klamidia Menurut Tahun,
2003-2011
C. Perilaku Berisiko
Perilaku berisiko dalam laporan STBP 2011 ini meliputi perilaku berisiko untuk
tertular HIV dan perilaku risiko lainnya yang berhubungan dengan kesehatan
pada populasi paling berisiko, dan perilaku berisiko pada WBP dan remaja.
Pria Potensial Risti membeli seks (melakukan hubungan seks) dalam satu
tahun terakhir dengan WPS, sedangkan waria dan LSL dalam satu tahun
22
terakhir dengan pria (bukan waria). Dari 24% Penasun yang mengaku
pernah membeli seks dalam satu tahun terakhir, 97% diantaranya mengaku
membeli seks pada perempuan, 2% pada waria, dan 1% pada perempuan
dan waria.
Perilaku membeli seks pada waria, Pria Potensial Risti dan Penasun
menurun bila dibandingkan dengan hasil STBP 2007 di lokasi survei yang
sama, sebaliknya meningkat pada LSL (Grafik 23).
23
Grafik 24. Distribusi Populasi Menurut Perilaku Menjual Seks dalam Satu
Tahun Terakhir, STBP 2011
Perilaku menjual seks waria, LSL dan Penasun tidak banyak mengalami
perubahan bila dibandingkan hasil STBP 2007 di lokasi yang sama (Grafik
25).
Grafik 25. Distribusi Populasi Menurut Perilku Menjual Seks dalam Satu
Tahun Terakhir, STBP 2007 dan 2011
Secara umum, WPS, waria, dan LSL merupakan populasi yang melakukan
kegiatan menjual seks. WPS dan waria menjual seks kepada lelaki, dan LSL
menjual seks kepada lelaki dan perempuan. Selain itu, waria dan LSL juga
melakukan perilaku membeli seks.
24
Pria Potensial Risti dan Penasun merupakan populasi yang melakukan
kegiatan membeli seks. Pria Potensial Risti membeli seks kepada perempuan,
dan Penasun membeli seks kepada perempuan, lelaki, dan waria. Selain
membeli seks, Penasun juga melakukan kegiatan menjual seks.
Rerata dan median pembeli jasa seks (pada populasi yang menjual seks)
dapat dilihat pada Grafik 26. Bila dibandingkan rerata antara hasil STBP 2007
dan 2011 di lokasi yang sama, pada WPSL, WPSTL tidak menunjukkan
adanya perubahan. Namun pada Penasun terlihat adanya sedikit peningkatan
pada LSL terjadi penurunan jumlah pembeli jasa seks (Grafik 27).
Grafik 26. Rerata dan Median Pembeli Jasa Seks pada Populasi yang
Menjual Seks, STBP 2011
10 9 Rerata Median
8
8
6 5 5
Orang
4
4 3 3
2 2
2 1
0
WPSL WPSTL Waria LSL Penasun
Populasi
Grafik 27. Rerata Pembeli Jasa Seks pada Populasi yang Menjual Seks,
STBP 2007 dan 2011
20
2007 2011
15
Orang
10 9 9
8
5
5 4 4
3
2
0
WPSL WPSTL LSL Penasun
Populasi
Rerata dan median pasangan seks yang dibayar pada populasi yang membeli
seks dapat dilihat pada Grafik 28. Bila dibandingkan antara STBP 2007 dan
2011, rerata pasangan seks yang dibayar tidak banyak perbedaan (Grafik 29).
25
Grafik 28. Rerata dan Median Pasangan Seks Dibayar pada Populasi
yang Membeli Seks, STBP 2011
Durasi waktu untuk Pria Potensial Risti, Waria, dan LSL sebulan terakhir,
sedangkan Penasun setahun terakhir.
10
2007 2011
8
6
6
Orang
4
4 3
2 2 2 2 2
2
0
Pria Potensial Risti Waria LSL Penasun
Populasi
Durasi waktu untuk Pria Potensial Risti, waria, dan LSL sebulan terakhir, sedangkan Penasun
setahun terakhir
26
Grafik 30. Distribusi Populasi Menurut Perilaku Seks Berisiko Lainnya
dalam Satu Tahun Terakhir, STBP 2011
27
Grafik 32. Distribusi Populasi Menurut Penggunaan Napza Suntik,
STBP 2011
Bila dibandingkan dengan hasil STBP tahun 2007 di lokasi yang sama,
terjadi penurunan penggunaan Napza suntik, kecuali pada LSL dan waria
dalam satu tahun terakhir(Grafik 33 dan 34).
28
Grafik 34. Distribusi Populasi Menurut Penggunaan Napza Suntik
dalam Satu Tahun Terakhir,
STBP 2007 dan 2011
Bila dibandingkan dengan data hasil tahun 2007 di lokasi yang sama,
terlihat adanya penurunan Penasun yang berperilaku menyuntik dengan
cara setting basah dan menggunakan jarum umum (Grafik 36).
29
Grafik 36. Distribusi Penasun Menurut Perilaku Menyuntik dalam Satu
Minggu Terakhir, STBP 2007 dan 2011
c. Frekuensi menyuntik
Rerata frekuensi menyuntik Penasun di enam lokasi yang disurvei dalam
satu minggu terakhir adalah tujuh kali. Sementara itu, rerata menyuntik di
hari kemarin adalah dua kali. Bila dibandingkan dengan hasil STBP 2007,
frekuensi ini tidak mengalami perubahan, yaitu pada tahun 2007 rerata
menyuntik dalam seminggu terakhir adalah 7 kali dan rerata menyuntik di
hari kemarin adalah 2 kali.
d. Berbagi jarum
Sebanyak 13% Penasun mengaku berbagi jarum saat menyuntik terakhir,
dan 14% Penasun mengaku pernah meminjam atau meminjamkan jarum
ketika menyuntik dalam seminggu terakhir.
30
Grafik 37. Distribusi Penasun Menurut Frekuensi Berbagi Basah,
STBP 2011
31
Grafik 39. Distribusi Penasun Menurut Frekuensi Membeli Napza
Secara Patungan dalam Satu Minggu Terakhir,
STBP 2011
Bila dibandingkan dengan STPP tahun 2007 di lokasi yang sama, terlihat
adanya penurunan Penasun yang pernah membeli Napza secara
patungan dalam seminggu terakhir (Grafik 40).
32
Grafik 41. Distribusi Remaja Menurut Perilaku Berisiko,
STBP 2011
33
D. Perilaku Pencegahan
34
penurunan penggunaan kondom secara konsisten terdapat pada tukang ojek,
WPSL, WPSTL (Grafik 44).
35
Grafik 45. Distribusi Populasi Menurut Penggunaan Kondom pada Seks
Berisiko Lainnya, STBP 2011
Bila dibandingkan dengan hasil STBP tahun 2007 di lokasi yang sama,
persentase penggunaan kondom pada hubungan seks terakhir dengan
pasangan seks tidak tetap dan tanpa membayar/dibayar meningkat secara
bermakna pada Pria Potensial Risti, WPSL dan WPSTL (Grafik 46).
36
Grafik 47. Distribusi Populasi Menurut Penggunaan Kondom
Secara Konsisten pada Hubungan Seks Berisiko Lainnya
dalam Satu tahun Terakhir,
STBP 2007 dan 2011
Penasun yang setia dengan pasangan seks tetap dalam satu tahun terakhir
mencapai 40%. Sementara pada Pria Potensial Risti seperti pelaut, TKBM,
tukang ojek, dan supir truk yang setia berkisar antara 32%-56%. Persentase
tersebut tergolong relatif masih rendah, artinya sebagian besar pria tersebut
berisiko tertular dan menularkan HIV (Grafik 48).
Bila dibandingkan dengan STBP 2007 di lokasi yang sama, secara umun
persentase pria yang abstinen tidak banyak berubah (Grafik 49). Sementara
37
itu perilaku setia dengan pasangan seks tetapnya pada supir truk, pelaut,
dan Penasun mengalami peningkatan (Grafik 50).
38
Grafik 51. Distribusi Penasun Menurut Perilaku Pencegahan
Terkait Napza Suntik,
STBP 2011
Bila dibandingkan dengan STBP 2007 di lokasi yang sama, perilaku tidak
pernah berbagi saat menyuntik terakhir sedikit meningkat, yaitu dari 84%
menjadi 87%. Sedangkan perilaku tidak pernah berbagi saat menyuntik
dalam satu minggu terakhir (minggu lalu) meningkat secara tajam, yaitu dari
12% menjadi 38% (Grafik 52).
39
E. Tingkat Pengetahuan dan Persepsi
1. Pengetahuan komprehensif
Sesuai dengan indikator MDGs (Millenium Development Goals), pengetahuan
komprehensif tantang HIV-AIDS berdasarkan pada kemampuan menjawap 5
pertanyaan dengan benar, yaitu tahu bahwa (1) Menggunakan kondom dapat
mencegah penularan HIV; (2) Setia dengan satu pasangan seks dapat
mencegah penularan HIV; (3) Menggunakan alat makan bersama tidak
menularkan HIV; (4) Gigitan nyamuk tidak menularkan HIV, dan. (5) Tidak
bisa mengenali ODHA hanya dengan melihat saja.
40
Grafik 54. Distribusi Populasi Menurut Pengetahuan Komprehensif
tentang HIV-AIDS, STBP 2011
Bila dibandingkan dengan hasil STBP 2007 di lokasi yang sama, secara
umum terlihat bahwa pengetahuan komprehensif menurun pada semua
populasi, kecuali pada Pria Potensial Risti. Pada Pria Potensial Risti
pengetahuan komprehensif meningkat dari 12% menjadi 16% (Grafik 55).
41
Grafik 56. Distribusi Populasi Menurut Pengetahuan Cara Penularan HIV
melalui Jarum Suntik dan Penularan dari Ibu ke Anak,
STBP 2011
60
40
20
0
Populasi
Pengetahuan populasi bahwa HIV tidak dapat dicegah dengan antibiotik dan
makan makanan bergizi masih rendah pada semua populasi (Grafik 58).
42
Grafik 58. Distribusi Populasi Menurut Pengetahuan Cara Pencegahan
HIV dengan Antibiotik dan Makanan Bergizi,
STBP 2011
Pria Pria
Potensi Potensi
al Risti al Risti
43
3. Pemahaman yang keliru (miskonsepsi)
Sebagian besar populasi masih memiliki pemahaman yang keliru
(miskonsepsi) tentang cara penularan dan pencegahan HIV. Miskonsepsi
apabila responden memiliki pemahaman bahwa hanya dengan melihat saja
dapat mengetahui status HIV seseorang. Atau dengan makan makanan
bergizi dapat mengurangi risiko penularan HIV. Atau dengan minum
antibiotika dapat mengurangi risiko penularan HIV. Atau gigitan nyamuk
dapat menularkan HIV. Populasi yang memiliki pemahaman keliru paling
tinggi adalah Narapidana (WBP) (70%), sedangkan terendah adalah waria
(24%) (Grafik 60).
44
4. Persepsi risiko
Merasa berisiko tertular HIV adalah salah satu indikasi bahwa seseorang
menyadari perilakunya bisa menyebabkan terjadinya penularan HIV pada
dirinya. Persepsi tersebut biasanya timbul dari pengetahuan tentang cara
penularan dan pencegahan HIV dan kemudian dihubungkan dengan
pengalaman pribadi responden yang pernah melakukan perilaku berisiko
tertular HIV. Sebagian besar populasi survei merasa berisiko tertular HIV,
kecuali Pria Potensial Risti dan Narapidana (WBP) (Grafik 62).
5. Sumber informasi
Sumber informasi tentang HIV-AIDS adalah salah satu pertanyaan yang
selalu ditanyakan dalam STBP untuk melihat sumber informasi mana yang
paling banyak diperoleh oleh populasi, baik melalui media maupun petugas.
45
Sebagian besar responden mengaku sudah pernah mendapatkan informasi
tentang HIV-AIDS. Televisi merupakan sumber informasi yang banyak
disebutkan oleh Remaja (99%), WPSTL (82%), dan Pria Potensial Risti
(65%). Petugas kesehatan adalah sumber informasi yang paling banyak
disebutkan oleh WPSL (78%) dan WBP (92%). Teman sebaya adalah
informasi yang paling banyak disebutkan oleh waria (79%) dan LSL (53%).
Petugas Lapangan (PL) adalah informasi yang paling banyak disebutkan oleh
Penasun (76%) (Tabel 4).
F. Cakupan Program
46
Bila dibandingkan dengan hasil STBP 2007, terlihat adanya sedikit
peningkatan populasi yang pernah melakukan tes HIV pada WPSL, waria dan
Penasun, sebaliknya mengalami penurunan pada Pria Potensial Risti (Grafik
64).
Penasun merupakan populasi yang paling banyak yang pernah bertemu dan
melakukan diskusi dengan petugas lapangan dalam tiga bulan terakhir
dibandingkan dengan populasi lainnya. Sebaliknya Pria Potensial Risti
merupakan populasi yang paling sedikit yang pernah bertemu dan berdiskusi
dengan petugas lapangan (Grafik 65).
47
Grafik 65. Distrbusi Populasi Menurut Frekuensi Bertemu dan Diskusi
dengan Petugas Lapangan dalam Tiga Bulan Terakhir, STBP 2011
Bila dibandingkan dengan hasil STBP tahun 2007 di lokasi yang sama, terlihat
adanya penurunan cakupan penjangkauan, terutama pada waria, LSL, dan
WPSTL (Grafik 66).
48
LSL menyatakan tidak mengunjungi layanan IMS dalam tiga bulan terakhir
(Grafik 67).
Bila dibandingkan dengan hasil STBP 2007 di lokasi yang sama, persentase
populasi yang datang ke layanan IMS dalam 4 bulan terakhir terlihat
menurun. Penurunan paling banyak terjadi pada waria (Grafik 68).
Sebanyak 32% WPSL, 23% WPSTL, 25% waria, 31% LSL, 21% Penasun,
9% Pria Potensial Risti, dan 6% WBP pernah mengalami salah satu gejala
49
IMS dalam setahun terakhir. Gejala IMS yang paling sering dialami oleh LSL,
Penasun, Pria Potensial Risti dan WBP adalah nyeri ketika kencing. Gejala
IMS pada waria bervariasi dari luka sekitar kelamin, benjolan disekitar anus
hingga nyeri saat kencing. Gejala IMS yang paling sering dialami pada WPSL
dan WPSTL adalah keluarnya cairan yang tidak normal dari kemaluan,
walaupun gejala tersebut tidak selalu terkait dengan infeksi menular seksual
(Tabel 5).
Bila dibandingkan dengan hasil STBP 2007 di lokasi yang sama terjadi
penurunan populasi yang mencari pengobatan IMS yang benar (Grafik 70).
50
Grafik 70. Distribusi Populasi Menurut Pencarian Pengobatan ke
Layanan Kesehatan saat Mengalami Gejala IMS Terakhir,
STBP 2007 dan 2011
51
Bila dibandingkan dengan hasil STBP 2007 di lokasi yang sama, terlihat
bahwa responden yang menerima kondom gratis mengalami penurunan untuk
semua populasi yang disurvei (Tabel 6).
Sebanyak 50% dan 53% Penasun yang menjadi populasi survei telah
memanfaatkan program LJSS dalam seminggu terakhir dan terapi substitusi
setahun terakhir. Pemanfaatan program detoksifikasi pada penasun dalam
setahun terakhir masih rendah (25%) (Grafik 72).
52
Grafik 72. Distrbusi Penasun Menurut Akses Layanan Terkait
Pengurangan Dampak Buruk, STBP 2011
53
Grafik 74. Distribusi Penasun Menurut Pemanfaatan Terapi Substitusi
dan Detoksifikasi, STBP 2007 dan 2011
Remaja adalah populasi survei yang paling sering menghadiri diskusi atau
penyuluhan mengenai HIV AIDS (82%), disusul olek Penasun (74%).
Sementara Pria Potensial Risti merupakan populasi yang paling jarang
menghadiri pertemuan diskusi (14%) (Grafik 75).
Bila dibandingkan dengan hasil STBP 2007 di lokasi yang sama, terjadi
penurunan persentase populasi yang pernah menghadiri pertemuan dan
54
diskusi tentang HIV dalam satu tahun terakhir, kecuali pada remaja dan Pria
Potensial Risti (Grafik 76).
55
DAFTAR PUSTAKA
1. BPS dan Depkes. 2004. Laporan Hasil Survei Surveilans Perilaku (SSP)
2002-2003 di Indonesia. Jakarta: s.n., 2004.
2. Depkes. 2005. Laporan Hasil Penelitian Prevalensi Infeksi Saluran
Reproduksi pada WPS, Indonesia Tahun 2005. Jakarta: Depkes, 2005.
3. Depkes. 2005. Situasi Perilaku Berisiko Tertular HIV di Indonesia, Hasil SSP
Tahun 2004-2005. Jakarta: s.n., 2005.
4. Depkes. 2006. Pedoman Surveilans Sentinel HIV, Surveilans HIV Generasi
Kedua. Jakarta: Depkes, 2006.
5. Depkes. 2007. Laporan Nyata Survei Terpadu Biologis dan Perilaku Tahun
2007. Jakarta: Depkes, 2007.
6. Depkes. 2008. Surveilans Terpadu Biologis dan Perilaku 2007. Ditjen PP dan
PL, 2008.
7. Depkes. 2009. Laporan Hasil Survei Prevalensi Infeksi Saluran Reproduksi
pada wanita penjaja seks di Kupang, Samarinda, Pontianak, Yogyakarta,
Timika, Makassar, dan Tangerang Tahun 2006-2007. Jakarta: Depkes, 2009.
8. Kemenkes. 2011. Pedoman untuk Korlap dan Pengawas Survei Terpadu
Biologis dan Perilaku. Jakarta: Kemenkes, 2011.
9. Kemenkes. 2011. Laporan Hasil Surveilans Terpadu Biologis dan Perilaku
Tahun 2009. Jakarta: Kemenkes, 2011.
10. Kemenkes. 2011. Laporan Nyata Survei Terpadu Biologis dan Perilaku Tahun
2011. Jakarta: Kemenkes, 2011.
11. WHO. 2000. Guidelines for Second Generation HIV Surveillance. s.l.: WHO,
2000.
56
57
Lampiran
Kabupaten/Kota
Total
WPSL (%)
Bekasi
Batang
Jayawijaya
Kota Batam
Banyuwangi
Kota Malang
Kota Ambon
Deli Serdang
Kota Kupang
Jakarta Utara
Kota Bandung
Kota Jayapura
Kota Lampung
Kota Surabaya
Kota Denpasar
Kota Semarang
N 247 248 249 248 245 250 178 249 251 249 249 248 249 198 187 248 3.793
Umur (median, tahun) 29,0 26,0 27,0 26,0 26,0 23,5 29,0 29,0 30,0 34,0 32,0 28,0 36,0 34,0 27,0 33,0 29,0
Pendidikan rendah 73,3 85,9 84,0 93,2 86,7 78,4 90,5 83,6 95,6 97,2 86,0 89,2 83,6 83,8 87,0 86,8 86,5
Status pernikahan (menikah) 17,4 10,4 4,4 20,4 10,0 4,0 18,0 22,9 6,8 20,8 8,0 11,2 7,2 20,2 21,9 17,3 13,5
HIV positif 3,6 5,6 10,0 10,5 6,8 11,6 20,7 4,8 7,2 4,0 10,4 16,0 8,8 12,3 25,0 16,0 10,4
Sifilis positif 16,6 9,2 11,6 4,8 15,2 10,4 13,4 0,8 8,8 7,2 12,4 4,4 10,0 5,2 31,4 6,0 10,2
Gonore positif 25,9 48,4 42,4 35,5 - 48,0 28,5 38,0 31,6 36,4 31,2 44,2 - 51,0 35,4 32,4 37,8
Klamidia positif 32,4 47,6 51,6 34,7 - 51,6 38,6 46,0 27,2 34,0 32,4 50,2 - 49,5 44,8 31,2 40,7
Gonore dan/atau klamidia positif 42,1 65,2 66,8 50,8 - 68,8 53,1 58,0 46,4 52,8 49,2 67,1 - 68,0 56,3 47,2 56,5
Tamu dalam satu minggu (median, orang) 2,0 4,0 5,0 7,0 2,0 12,0 3,0 6,0 4,0 5,0 7,0 14,0 8,0 5,0 1,0 5,0 5,0
Pernah menyuntik 0,4 2,4 0,4 0,4 - 1,2 0,6 - 0,4 0,4 - 1,2 0,8 1,0 - 2,0 0,7
Menyuntik setahun terakhir - 40,0 100,0 - - 33,3 - - 100,0 - - 33,3 50,0 50,0 - 25,0 36,0
Menggunakan kondom pada seks
36,4 47,0 79,9 49,4 50,4 73,1 57,9 75,2 71,1 83,2 59,2 90,0 89,2 86,2 28,8 95,2 67,6
komersial terakhir
Menggunakan kondom pada seks
20,2 19,5 38,0 11,6 21,8 22,6 29,0 52,0 35,1 44,9 24,2 49,6 47,8 41,0 25,5 65,6 34,7
komersial seminggu terakhir
Memiliki pemahaman benar tentang HIV 25,1 10,0 8,0 8,0 12,4 2,8 17,3 30,0 8,7 14,4 4,8 15,2 24,4 21,7 10,9 32,8 15,4
Merasa berisiko tertular 70,9 73,6 79,2 78,8 86,0 77,6 78,2 89,2 81,0 80,0 61,6 82,4 86,8 70,7 82,8 89,6 79,4
Pernah menjalani tes HIV 35,2 36,4 44,0 22,0 46,0 47,2 45,3 82,0 58,3 88,8 63,2 65,6 67,6 79,3 34,4 88,8 56,8
Pernah menerima barang cetakan 49,2 39,5 57,0 38,6 52,9 42,7 51,2 81,8 69,6 68,2 62,8 65,2 59,2 55,8 32,3 86,5 57,6
Menerima barang cetakan 49,2 39,5 57,0 38,6 52,9 42,7 51,2 81.8 69,6 68,2 62,8 65,2 59,2 55,8 32,3 86,5 57,6
Frekuensi dikontak PL 34,4 34,2 43,8 15,1 45,4 35,5 62,7 69.3 56,6 70,0 41,3 83,5 76,5 52,3 30,9 78,2 52,2
Frekuensi ke klinik IMS 13,0 29,3 57,3 29,9 42,2 43,4 68,2 85.7 90,0 87,1 81,3 84,2 75,3 49,0 20,5 89,9 60,1
Ada gejala IMS satu tahun terakhir 11,0 28,0 35,2 45,6 47,2 57,8 25,8 33.5 33,7 29,2 22,0 26,4 22,8 21,7 38,5 34,2 32,2
Frekuensi mendapat kondom gratis tiga
28,0 69,3 57,6 48,9 43,5 32,5 51,2 44,4 53,7 30,5 69,3 90,0 47,4 96,3 25,7 68,4 53,1
bulan terakhir.
59
Kabupaten/Kota
WPSTL (%)
Total
Bekasi
Malang
Kota Batam
Kota Medan
Kota Ambon
Kota Kupang
Jakarta Barat
Kota Bandung
Kota Jayapura
Kota Lampung
Kota Surabaya
Kota Denpasar
Kota Semarang
N 249 187 244 246 250 250 250 218 249 248 250 259 249 3.149
Umur 33,0 26,0 27,0 29,0 25,0 28,0 31,0 29,0 30,0 28,0 27,0 26,0 27,0 28,0
Pendidikan 56,6 46,5 71,4 72,4 54,2 66,8 60,4 50,9 57,2 65,6 59,6 49,8 54,0 59,2
Status pernikahan 36,1 33,7 4,9 30,0 19,6 33,6 47,4 37,3 53,2 16,8 14,0 18,3 16,1 27,6
HIV positif 3,2 1,6 6,9 5,2 1,6 0,4 0,8 0,5 2,0 8,8 1,6 1,2 3,2 2,9
Sifilis positif 11,2 3,2 8,6 2,4 2,4 0,8 1,6 0,5 0,4 4,0 1,6 1,2 2,8 3,1
Gonore positif 22,9 17,1 24,9 18,0 - 18,0 19,6 13,8 11,2 17,2 - 23,0 18,8 18,7
Klamidia positif 30,5 36,9 57,6 38,8 - 42,0 50,4 39,5 27,2 40,4 - 51,2 31,2 40,6
GO dan atau klamidia positif 44,2 45,5 64,5 44,8 - 48,4 58,8 46,3 33.2 48,4 - 59,7 39,6 48.6
Tamu dalam satu minggu 4,0 2,0 4,0 4,0 - 3,0 5,0 1,0 2,0 1,0 2,0 - 1,0 2.0
Pernah menyuntik - 1,6 1,2 - 0,8 1,6 - 0,9 0,9 0,8 - - 0,4 0,6
Menyuntik setahun terakhir - 100,0 100,0 - - 33,3 - 50,0 - - - - - 45,5
Menggunakan kondom pada seks komersil terakhir 81,6 17,6 77,2 90,7 49,0 72,4 74,2 30,3 85,2 50,8 52,2 19,4 57,7 60,7
Menggunakan kondom pada seks komersil
51,5 3,3 48,6 52,0 22,9 38,5 41,9 15,4 75,8 26,1 28,4 14,1 31,9 36,8
seminggu terakhir
Memiliki pemahaman benar 16,5 13,4 7,4 15,6 21,2 18,4 34,4 5,1 4,8 16,4 22,4 14,6 19,6 16,3
Merasa berisiko tertular 77,9 41,7 67,8 86,8 69,6 70,0 78,0 42,2 35,6 54,0 52,4 38,9 78,4 61,5
Pernah menjalani tes HIV 51,4 8,0 25,3 53,2 9,2 18,4 58,0 16,5 22,0 36,0 27,2 55,4 74,4 35,8
Pernah menerima barang cetakan 50,0 34,4 46,5 50,0 20,8 34,2 55,8 12,2 5,5 37,1 29,2 24,2 75,5 37,3
Frekuensi dikontak PL 29,6 1,7 24,0 20,6 13,6 16,9 20,4 2,9 1,0 61,5 15,3 30,8 71,6 24,8
Frekuensi keklinik IMS 33,3 2,7 28,3 40,7 10,0 11,6 22,4 5,7 4,9 33,2 6,9 8,0 53,7 20,9
Ada gejala IMS 15,4 26,2 26,5 34,9 31,2 34,0 23,4 33,2 13,4 21,0 10,4 13,9 21,3 23,3
Frekuensi mendapat kondom gratis tiga bulan
39,8 16,6 33,3 39,3 9,5 9,2 14,4 2,9 3,0 44,2 4,9 20,7 72,4 24,4
terakhir
60
Kabupaten/Kota
LSL (%)
Kota
Kota
Kota
Kota
Kota
Total
Malang
Jakarta
Bandung
Surabaya
Semarang
N 250 250 249 247 248 1.244
Umur (median) 26,0 27,0 33,0 23,0 30,5 27,0
Pendidikan rendah 20,9 22,4 34,4 49,8 28,5 31,2
Status pernikahan (menikah) 7,6 11,2 26,8 8,1 24,5 15,7
HIV positif 17,2 10,4 2,4 2,5 9,6 8,5
Sifilispositif 16,8 11,2 5,2 3,4 9,6 9,3
Gonore positif 18,4 28.8 0,0 0,0 15,2 20,8
Klamidia positif 14,4 32,0 0,0 0,0 15,2 20,5
GO dan atau klamidia positif 27,6 45,6 0,0 0,0 25,2 32,8
Tamu dalam satu minggu 2,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
Pernah menyuntik 5,2 0,8 0,0 4,6 1,2 2,4
Menyuntik setahu nterakhir 41,4 0,0 0,0 33,3 0,0 27,9
Menggunakan kondom pada seks komersil terakhir 67,7 49,0 30,3 76,2 75,9 60,8
Menggunakan kondom pada seks komersil seminggu terakhir 24,6 5,8 8,,4 39,8 38,5 24,4
Memiliki pemahaman benar 22,8 18,0 26,0 34,3 27,2 25,6
Merasa berisiko tertular 61,2 62,4 69,6 66,1 63,6 64,6
Pernah menjalani tes HIV 43,2 31,6 25,6 58,1 38,4 39,3
Pernah hadir diskusi 42,9 18,8 11,3 39,2 42,0 30,8
Pernah menerima barang cetakan 55,2 27,8 18,4 64,9 53,7 43,9
Frekuensi dikontak PL 28,6 8,1 6,1 32,1 25,5 20,0
Frekuensi keklinik IMS 28,9 10,8 2,8 50,9 14,6 21,3
Ada gejala IMS 28,5 30,5 29,6 30,7 37,0 31,2
Frekuensi mendapat kondom gratis tiga bulan terakhir 59,4 88,8 93,2 36,9 67,2 69,3
61
Kabupaten/Kota
Waria (%)
Kota
Kota
Kota
Kota
Kota
Total
Malang
Jakarta
Bandung
Surabaya
Semarang
N 245 247 87 249 244 1.072
Umur (median) 30,0 29,0 30,0 32,0 32,0 31,0
Pendidikan rendah 57,4 55,4 52,3 65,2 57,8 58,4
Status pernikahan (menikah) 89,2 94.4 91,0 94,8 94,0 92,9
HIV positif 30,8 14.4 24,7 16,8 24,4 21,9
Sifilis positif 31,2 26,4 18,0 20,8 25,2 25,3
Gonore positif 25,2 38,4 22,4 29,2 24,4 28,8
Klamidia positif 23,2 44,4 23,5 27,6 19,6 28,3
GO dan atau Klamidia positif 38,0 58,4 37,7 41,2 35,2 42,8
Tamu dalam satu minggu 3,0 3,0 6,5 4,0 6,0 4,0
Pernah menyuntik 2,4 1,2 1,1 0,8 0,4 1,2
Menyuntik setahun terakhir 10,4 22,2 0,0 5,0 0,0 9,1
Menggunakan kondom pada seks komersil terakhir 88,9 77,3 83,3 65,9 86,2 79,6
Menggunakan kondom pada seks komersil seminggu terakhir 59,4 56,4 42,3 243 29,4 41,3
Memiliki pemahaman benar 29,2 25,2 38,2 41,6 29,6 32,0
Merasa berisiko tertular 82,8 80,0 73,0 84,0 67,2 78,1
Pernah menjalani tes HIV 72,0 74,8 70,8 58,0 84,4 72,2
Pernah menerima hasil tes 80,0 71,1 96,8 88,3 90,1 83,5
Frekuensi dikontak PL 45,9 11,5 36,1 15,6 48,6 31,0
Frekuensi keklinik IMS 32,7 10,0 36,4 8,2 33,6 22,4
Ada gejala IMS 34,9 21,2 12,4 15,6 32,4 24,9
Frekuensi mendapat kondom gratis tiga bulan terakhir 9,5 4,6 5,8 5,4 5,9 6,3
62
Kabupaten/Kota
Total
Pria Potensial Risti (%)
Batang
Lampung
Kota Batam
Kota Medan
Kota Ambon
Deli Serdang
Kota Kupang
Jakarta Utara
Kota Jayapura
Kota Surabaya
Kota Denpasar
Kota Semarang
N 599 398 399 395 374 396 399 397 400 391 397 299 4.844
Umur median 36,0 32,5 36,0 35,0 42,0 34,0 33,0 31,0 36,0 29,0 35,0 31,0 34,0
Pendidikan rendah 51,3 16,8 78,0 39,1 83,6 71,7 29,4 38,3 64,6 22,6 29,1 39,0 47,3
Status pernikahan (menikah) 77,3 61,8 81,5 65,3 90,2 74,9 63,0 59,2 76,8 54,1 73,8 63,0 70,5
HIV positif 0,3 1,3 0,3 0,8 0,3 1,0 0,5 0,3 2,3 0,5 0,0 2,0 0,7
Sifilis positif 2,2 1,0 7,8 5,3 5,0 9,8 3,5 5,0 3,3 3,0 1,8 6,3 4,4
Pernah menyuntik 0,8 0,0 0,5 0,3 0,5 0,3 1,3 0,5 0,3 0,3 0,0 0,7 0,5
Menyuntik setahun terakhir 8,0 0,0 0,0 0,0 6,7 0,0 7,1 0,0 0,0 0,0 0,0 22,2 7,3
Menggunakan kondom pada seks komersil terakhir 67,5 27,9 56,5 74,3 7,1 21,3 29,0 70,7 53,5 72,2 70,1 84,8 60,6
Menggunakan kondom pada seks komersil seminggu terakhir 23,9 25,0 10,5 17,2 5,5 7,6 21,7 6,4 7,1 20,6 5,5 13,7 13,9
Memiliki pemahaman benar 23,3 11,8 6,0 6,3 3,3 16,5 18,8 21,8 11,7 20,8 6,5 23,7 14,4
Merasa berisiko tertular 43,7 49,3 34,5 49,5 23,0 40,8 33,3 29,3 55,1 47,9 13,8 41,7 38,6
Pernah menjalani tes HIV 1,7 12,0 1,8 7,0 3,0 3,8 8,0 3,5 2,7 9,5 10,0 22,3 6,6
Pernah menerima hasil tes 1,2 9,3 1,0 5,3 2,3 2,0 4,0 2,5 1,5 5,3 3,8 22,3 4,5
Pernah menerima barang cetakan 67,2 44,8 48,1 19,2 22,8 33,1 57,0 46,5 36,4 50,3 16,9 73,4 43,3
Frekuensi dikontak PL 12,8 2,0 1,3 2,8 2,3 2,0 1,5 0,0 3,0 3,0 0,3 29,0 46
Ada gejala IMS 11,4 2,8 14,0 8,0 7,8 10,3 13,9 4,0 13,0 6,8 4,0 10,7 9,0
Frekuensi mendapat kondom gratis tiga bulan terakhir 8,5 2,0 4,5 1,5 4,9 6,4 3,5 1,0 5,0 5,5 2,3 28,7 5,8
,
63
Kabupaten/Kota
WBP (%)
Kota
Total
Semarang
Kota Batam
Kota Malang
Jakarta Pusat
Kota Denpasar
64
Kabupaten/Kota
Penasun (%)
Kota
Kota
Kota
Total
Bandung
Surabaya
Semarang
Kota Medan
Kota Malang
Kota Jakarta
N 250 250 250 169 250 250 1.419
Umur (median) 29,0 31,0 27,0 24,0 30,0 31,0 29,0
Pendidikan rendah 16,4 25,2 20,0 17,1 38,8 22,1 23,6
Status pernikahan (menikah) 36,4 39,0 24,8 16,5 48,4 43,6 35,8
HIV positif 39,2 56,4 25,2 1,2 36,4 48,8 36,4
Sifilis positif 5,6 4,4 0,4 0,6 0,8 0,4 2,1
Menggunakan kondom konsisten pada seks komersil sebulan terakhir 1,2 40,0 33,3 32,7 25,5 25,5 29,8
Memiliki pemahaman benar 42,8 30,8 38,0 24,1 46,8 74,4 43,9
Merasa berisiko tertular 81,6 80,8 60,8 34,1 64,0 78,0 68,4
Pernah menjalani tes HIV 63,6 71,6 59,6 27,1 64,4 77,6 62,5
Pernah hadir diskusi 71,2 76,8 54,0 74,0 82,4 83,1 74,3
Frekuensi dikontak PL 71,2 76,8 54,0 74,0 82,4 83,1 74,3
Ada gejala IMS 7,3 16,8 28,8 32,7 21,8 19,6 20,5
Frekuensi menyuntik terakhir (median) 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
Frekuensi menyuntik seminggu terakhir 7,0 7,0 2,0 1,0 7,0 3,0 4,0
Jumlah teman menyuntik terakhir 3,0 2,0 3,0 3,0 3,0 2,0 3,0
Jumlah teman menyuntik seminggu terakhir 4,5 3,0 3,0 3,5 3,0 2,0 3,0
Jumlah penasun berbagi jarum 4,8 20,1 18,0 18,9 11,2 8,4 13,3
Menggunakan jarum umum 13,8 16,1 4,8 5,4 3,8 6,5 8,5
Penasun menyuntik di kota lain 35,8 26,5 37,7 48,5 31,3 39,3 35,8
65
66
KONTRIBUTOR
Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P(K), MARS, DTM&H (Penasehat), dr. H. M. Subuh, MPPM (Penanggung
Jawab), dr. Toni Wandra, Ph.D (Pelaksana Harian Nasional), Naning Nugrahini, SKM, MKM (Pelaksana Harian
Nasional), dr. Endang Budi Hastuti (Pelaksana Harian Nasional), Eli Winardi, SKM, MKM (Persiapan,
Pelaksanaan Lapangan), Ari Wulan Sari, SKM (Persiapan, Pelaksanaan Lapangan, Pengolahan dan Analisis
Data, Penulisan Laporan), dr. Pandu Riono, MPH, Ph.D (Persiapan/Kuesioner/Disain Sampel/Metodologi),
Muhammad N. Farid, Ph.D (Persiapan/Kuesioner/Disain Sampel/Metodologi), Rini Palupy (Persiapan,
Pelaksanaan Lapangan, Pengolahan dan Analisis Data, Penulisan Laporan), Nurhayati, SS, M.Epid (Persiapan,
Pelaksanaan Lapangan, Pengolahan dan Analisis Data, Penulisan Laporan), Rahmi Solehah, SKM (Persiapan,
Pelaksanaan Lapangan, Pengolahan dan Analisis Data, Penulisan Laporan), Nurcholis Majid (Persiapan,
Pengolahan dan Analisis Data, Penulisan Laporan), Rachma Febriana, SKM (Pelaksanaan Lapangan,
Pengolahan dan Analisis Data, Penulisan Laporan), Viny Sutriani, S.Psi, MPH (Pelaksanaan Lapangan,
Pengolahan dan Analisis Data, Penulisan Laporan), Rizky Hasby, SKM (Pengolahan dan Analisis Data,
Penulisan Laporan), Dimas Budi Wicaksono, SKM (Pengolahan dan Analisis Data, Penulisan Laporan), Arief
Budiman (Pengolahan dan Analisis Data), Sujai, Amd (Pengolahan dan Analisis Data), Fitri Amalia, SE
(Pengolahan dan Analisis Data), Agus Ari Wibowo (Pengolahan data), Pipiet Ariawan Laksmono (Pengolahan
data), Ir. Parulian S (Instruktur Nasional), Subhan, SKM (Instruktur Nasional), Agustin (Instruktur Nasional),
Arifah Dwi Arini (Instruktur Nasional), Subangkit (Instruktur Nasional), John M. Saragih (Instruktur Nasional),
dr. Agung Setiawan (Instruktur Nasional), Tri Setyo Wardhani (Instruktur Nasional), Yuliandri (Instruktur
Nasional), Melvinawati (Instruktur Nasional), Sri Supriati Rahayu,(Instruktur Nasional), M. Ali Yunastri (Instruktur
Nasional), Ismi F (Instruktur Nasional), Lies H. R. Sitorus (Instruktur Nasional), Nurjannah, SKM, MKes
(Instruktur Nasional), dr. Ainoor Rasyid (Instruktur Nasional), Margareta Meita, SKM (Instruktur Nasional), dr.
Bangkit Purwandari (Instruktur Nasional), dr. Nurhalina Afriana (Instruktur Nasional), dr. Hariadi Wisnu Wardana
(Instruktur Nasional), Victoria Indrawati, SKM, MSc (Instruktur Nasional), Suharto (Instruktur Nasional), Novriel
Imamsyah (Instruktur Nasional), dr. Edi Lamanepa (Instruktur Nasional), dr. Achmad Taufik (Instruktur Nasional),
dr. Oktavia R. R. Marpaung, M.Kes (Pelaksanaan Lapangan), dr. Romer Simanungkalit (Pelaksanaan
Lapangan), Rudiyanto, SKM (Pelaksanaan Lapangan), Yuni Hartini, SKM, M.Epid (Pelaksanaan Lapangan), dr.
Endah Kusumawardani (Pelaksanaan Lapangan), dr. Endang Purwaningsih (Pelaksanaan Lapangan), Eli
Winardi, SKM, MKM (Pelaksanaan Lapangan), Rospita Ariani, SKM, MPH (Pelaksanaan Lapangan), Yanse
Hariati Oematan, SKM (Pelaksanaan Lapangan), Melianus Hattu (Pelaksanaan Lapangan), Sitti Nurliah, S.Si,
Apt (Pelaksanaan Lapangan), dr. Yanda Ardanta (Pelaksanaan Lapangan), Elfrida Tambun, SKM, MPH
(Pelaksanaan Lapangan), Andri Repelita, SKM (Pelaksanaan Lapangan), Mursalim (Pelaksanaan Lapangan),
Mandala Noras, SKM, M.Epid (Pelaksanaan Lapangan), Maksudi, SKM (Pelaksanaan Lapangan), Ridawiyani,
S.Kep (Pelaksanaan Lapangan), Imam Abrori, SKM. (Pelaksanaan Lapangan), Tri Susilo Hadi, SKM., M. Kes.
(Pelaksanaan Lapangan), Listijani Sukwati. G, SKM, M.Kes (Pelaksanaan Lapangan), Ahmad Mabrur, SKM,
M.Kes (Pelaksanaan Lapangan), Slamet Herawan, S.Si, ST, MScPH (Pelaksanaan Lapangan),
Harianto, SKM, M.Kes (Pelaksanaan Lapangan), Sugeng Waluyo (Pelaksanaan Lapangan), Andik Santoso
(Pelaksanaan Lapangan), Luh Putu Musnitarini, SKM, MPH (Pelaksanaan Lapangan), Charlota Namok, SKM
(Pelaksanaan Lapangan), Syarifa Payapo (Pelaksanaan Lapangan), Michael Rian Purwanto, SKM (Pelaksanaan
Lapangan), Ahadi Kurniawan, S.Si, DAP&E, MScPH (Pelaksanaan Lapangan), Romauli, SKM (Pelaksanaan
Lapangan), Dewa Putu Alit, ST, M.Kes (Pelaksanaan Lapangan), I Gede Made Adi Palguna (Pelaksanaan
Lapangan), dr. Netry L (Pelaksanaan Lapangan), Maksudi, SKM (Pelaksanaan Lapangan), dr.Mirzad
(Pelaksanaan Lapangan), Shanty Lumintari (Pelaksanaan Lapangan), Totok Haryanto, SKM (Pelaksanaan
Lapangan), Nunuk Kusniati (Pelaksanaan Lapangan), Rilia Maristela (Pelaksanaan Lapangan), Steve Wignall
(Pelaksanaan Lapangan), Nuni Subagyo (Pelaksanaan Lapangan), dr. Femmy Bawole Kawangun
(Pelaksanaan Lapangan), Anshari, SKM (Pelaksanaan Lapangan), dr. Nurhayati M.Kes (Pelaksanaan
Lapangan), H Endang Syarifuddin, SKM, MM (Pelaksanaan Lapangan), dr. Cholik Hasan (Pelaksanaan
Lapangan), dr. H. Imam Triyanto (Pelaksanaan Lapangan), dr. IBN Banjar (Pelaksanaan Lapangan), Dr. Hj. Alma
Lucyati, M.Kes, M.Si, M.Hkes (Pelaksanaan Lapangan), dr. Gunadi Sukma Bhinnekas, M.Kes (Pelaksanaan
Lapangan), dr. Tunggul P. Sihombing, MHA (Pelaksanaan Lapangan), Ahmad Rizal, SKM, M.Epid (Pelaksanaan
Lapangan), Suherman, SKM, M.Kes (Pelaksanaan Lapangan), dr. Retni Yonti (Pelaksanaan Lapangan), dr.
Muharman (Pelaksanaan Lapangan), Dr. Mardiatmo, Sp. Rad. (Pelaksanaan Lapangan), Dr. Djoko Mardijanto,
M. Kes. (Pelaksanaan Lapangan), dr. Nyoman Murtiyasa, M.Kes (Pelaksanaan Lapangan), Luh Putu Musnitarini,
SKM, MPH (Pelaksanaan Lapangan), dr. Meikyal Pontoh, M.Kes (Pelaksanaan Lapangan), dr. Windra
Waworuntu, M.Kes (Pelaksanaan Lapangan),
dr. Bagus Sukaswara (Pelaksanaan Lapangan), Nehemia Salamahu, S.Sos, M.Kes (Pelaksanaan Lapangan),
drg. Joseph R. Radiatmaka, M.Kes (Pelaksanaan Lapangan), dr. Beeri Wopari (Pelaksanaan Lapangan),
dr. Elizabeth Marpaung (Pelaksanaan Lapangan), Joko Siswanto (Pelaksanaan Lapangan), Prayudi Y
(Pelaksanaan Lapangan), Decy Subekti, PhD (Pelaksanaan Lapangan)
67
58
EDITOR
Dr. I Nyoman Kandun, MPH, Prof. Charles Surjadi, Prof. Hari Kusnanto, Robert J. Magnani, Ph.D, Oscar
Barreneche, Tobi J. Saidel, Guy Morineau, Ph.D, dr. Toni Wandra, M.Kes, Ph.D
SEKRETARIAT
Rahmi Kasri, S.Sos, M.Phil, Ignatius Suprianto, Novriel Imamsyah, Saiful Jazan, MSc., Arifin Fitrianto, S.Sn,
dr. Helen Dewi Prameswari, MARS, dr. Indri Oktaria Sukma Putri, Maryani, Priaji Citolaksono, Trisna Muladi,
Victoria Indrawati, SKM, MSc, Dian Prawastri, Ekhoris, Meri Delwita, Prasetya Eka Hardianto, Sofie Yunita,
Suarjana, Vincentia Samantha
59
68
ii