Anda di halaman 1dari 53

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Penggunaan anestesi, sedasi, dan intervensi bedah adalah proses yang umum
dan kompleks di rumah sakit. Tindakan-tindakan ini membutuhkan asesmen pasien
yang lengkap dan komprehensif, perencanaan asuhan yang terintegrasi, monitoring
pasien yang berkesinambungan dan kriteria transfer untuk pelayanan
berkelanjutan, rehabilitasi, akhirnya transfer maupun pemulangan (discharge).
Anestesi dan sedasi umumnya dipandang sebagai suatu rangkaian kegiatan
(continuum) dari sedasi minimal sampai anestesi penuh. Karena respons pasien
dapat berada pada sepanjang kontinuum, maka penggunaan anestesi dan sedasi
dikelola secara terintegrasi.

Ruang Lingkup

Batasan Operasional
Bedah

Pembedahan merupakan cabang dari ilmu medis yang ikut berperan terhadap
kesembuhan dari luka atau penyakit melalui prosedur manual atau melalui operasi
dengan tangan. Hal ini memiliki sinonim yang sama dengan kata Chirurgia
(dibaca; KI-RUR-JIA). Dalam bahasa Yunani Cheir artinya tangan; dan ergon
artinya kerja.

Bedah atau operasi merupakan tindakan pembedahan cara dokter untuk


mengobati kondisi yang sulit atau tidak mungkin disembuhkan hanya dengan obat-
obatan sederhana (Potter, 2006)
Perkembangan baru juga terjadi pada pengaturan tempat untuk dilaksanakan
prosedur operasi. Bedah sehari (ambulatory surgery), kadangkala disebut
pembedahan tanpa rawat inap (outpatient surgery) atau pembedahan sehari (one-
day surgery).

Jenis Pembedahan
Bedah Minor

Bedah minor merupakan pembedahan dimana secara relatif dilakukan secara


sederhana, tidak memiliki risiko terhadap nyawa pasien dan tidak memerlukan
bantuan asisten untuk melakukannya, seperti: membuka abses superficial,
pembersihan luka, inokulasi, superfisial neuroktomi dan tenotomi
Bedah Mayor

Bedah mayor merupakan pembedahan dimana secara relatif lebih sulit


untuk dilakukan daripada pembedahan minor, membutuhkan waktu, melibatkan
risiko terhadap nyawa pasien, dan memerlukan bantuan asisten, seperti: bedah
caesar, mammektomi, bedah torak, bedah otak.
Bedah Antiseptik

Bedah antiseptik merupakan pembedahan yang berhubungan terhadap


penggunaan agen antiseptik untuk mengontrol kontaminasi bakterial.
Bedah konservatif

Bedah konservatif merupakan pembedahan dimana dilakukan berbagai cara


untuk melakukan perbaikan terhadap bagian tubuh yang diasumsikan tidak dapat
mengalami perbaikan, daripada melakukan amputasi, seperti: koreksi dan
imobilisasi dari fraktur pada kaki daripada melakukan amputasi terhadap kaki.
Bedah Radikal

Bedah radikal merupakan pembedahan dimana akar penyebab atau sumber


dari penyakit tersebut dibuang, seperti: pembedahan radikal untuk neoplasma,
pembedahan radikal untuk hernia.
Pembedahan Rekonstruktif
Pembedahan rekonstruktif merupakan pembedahan yang dilakukan untuk
melakukan koreksi terhadap pembedahan yang telah dilakukan pada deformitas
atau malformasi, seperti: pembedahan terhadap langit-langit mulut yang terbelah,
tendon yang mengalami kontraksi.
Bedah Plastik

Bedah plastik merupakan pembedahan dimana dilakukan untuk memperbaiki


defek atau deformitas, baik dengan jaringan setempat atau dengan transfer
jaringan dari bagian tubuh lainnya.
Sifat Operasi:
Bedah Elektif

Bedah elektif merupakan pembedahan dimana dapat dilakukan penundaan


tanpa membahayakan nyawa pasien.
Bedah Emergensi

Bedah emergensi merupakan pembedahan yang dilakukan dalam keadaan


sangat mendadak untuk menghindari komplikasi lanjut dari proses penyakit atau
untuk menyelamatkan jiwa pasien.

Landasan Hukum

Penyelenggaraan pelayanan bedah Rumah Sakit WARAS WIRIS sesuai dengan:

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 920/MenKes/Per/II/1986


tentang Upaya Pelayanan Kesehatan Swasta di Bidang Kesehatan.
Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 tentang tenaga Kesehatan.
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit Departemen Kesehatan 2008
Peraturan Menteri Kesehatan 1438/Menkes/Per/IX/2010 tentang Standar
Pelayanan Kedokteran
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1045/MENKES/PER/XI/2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan
Departemen Kesehatan.
Undang-undang Kesehatan Nomor 36 tahun 2009
pasal 36 ayat 2: Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dilakukan
dengan pendengalian ,pengobatan dan atau perawatan.

Pasal 36 ayat 3: pengendalian, pengobatan dan atau perawatan dapat dilakukan


berdasarkan ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan.

Pasal 24 bahwa tenagan kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban


untuk mematuhi standar profesi, standar pelayanan dan Standar Prosedur
Operasional.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit:

Pasal 1 ayat 1: Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang


menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

Pasal 43 ayat 1 dan 2: Rumah sakit wajib menerapkan standar keselamatan


pasien, dilaksanakan melalui pelaporan insiden, menganalisa, dan menerapkan
pemecahan masalah dalam rangka menurunkan angka kejadian yang tidak
diharapkan.
Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 tahun 2009

Pasal 63 ayat 2 : Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dilakukan


dengan pengendalian, pengobatan dan atau perawatan.

Pasal 63 ayat 3: Pengendalian, Pengobatan dan atau perawatan dapat dilakukan


berdasarkan ilmu Kedokteran dan ilmu Keperawatan.

Pasal 24: Bahwa tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban


untuk mematuhi standar profesi, standar pelayanan dan Standar Prosedur
Operasional.

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

Kualifikasi Sumber Daya Manusia

Kualifikasi Tenaga Di Instalasi Kamar Operasi Rumah Sakit WARAS WIRIS


Dokter Bedah Instalasi kamar Operasi menggunakan jasa Pelayanan dokter
tamu (dokter spesialis bedah)

Kualifikasi Tenaga Perawat Instalasi Kamar Operasi RS WARAS WIRIS

Perawat instalasi kamar Operasi memiliki: sertifikat Penanggulangan Penderita


Gawat Darurat (PPGD), Basic Cardiac Life Support (BCLS).
Mempunyai sertifikat Pelatihan dasar instrumen.
Perawat Ruang Pulih Sadar memiliki sertifikat Penanggulangan Penderita Gawat
Darurat (PPGD) dan Basic Cardiac Life Support (BCLS)

Distribusi Ketenagaan

Dalam pelayanan bedah perlu menyediakan sumber daya manusia yang kompeten,
cekatan dan mempunyai kemampuan sesuai dengan perkembangan teknologi
sehingga dapat memberikan pelayanan yang optimal, efektif, dan efisien. Atas
dasar tersebut di atas, maka perlu kiranya menyediakan, mempersiapkan dan
mendayagunakan sumber-sumber yang ada. Untuk menunjang pelayanan bedah di
instalasi kamar operasi, maka dibutuhkan tenaga dokter, perawat yang mempunyai
pengalaman, keterampilan dan pengetahuan yang sesuai.

Pengaturan Dinas
Pengaturan jaga atau jadwal dinas adalah pengaturan tugas pelayanan bagi
perawat untuk melaksanakan tugas pelayanan di instalasi kamar operasi sehingga
semua kegiatan pelayanan bedah dapat terkoordinir dengan baik. Pengaturan dinas
dibuat 4 shift dalam 24 jam yaitu:

Dinas Pagi Jam 07.00 sampai dengan Jam 14.00.


Dinas Pagi Jam 10.00 sampai dengan Jam 17.00
Dinas Sore Jam 14.00 sampai dengan Jam 21.00.
Dinas Malam Jam 21.00 sampai dengan Jam 07.00.
On Call Jam 21.00 sampai dengan 07.00

Pengaturan jadwal dinas bisa secara fleksibel sesuai jam operasi (untuk mengurangi
angka kelebihan jam dinas ), jadwal dibuat sebulan sekali

BAB III

STANDAR FASILITAS

Denah Ruangan

Standar Fasilitas

Fasilitas
yang tersedia pada pelayanan bedah terdiri dari:

Tabel 3.1 Alat yang Tersedia di Instalasi Kamar Operasi Rumah Sakit WARAS WIRIS
No

Nama Alat

Jumlah

Keterangan
1 Set Dasar I
1 Set
Bisa dipakai untuk operasi laparotomi, dan sectio C, apendiktomi.
2 Set Dasar II

1 Set
Bisa dipakai untuk operasi laparotomy, sectio C, apendiktomi.
3 Set Dasar III

1 Set
Bisa dipakai untuk operasi laparotomi, sectio C, apendiktomi.
4 Set Dasar IV

1 Set
Bisa dipakai untuk operasi laparatomi, sectio C, apendiktomi.
5 Set Dasar V

1 Set
Bisa dipakai untuk operasi laparatomi, sectio C, Apendiktomi.
6 Set Dasar VI

1 Set
Bisa dipakai untuk operasi laparotomi, sectio C, Apendiktomi.
7 Set Kecil (Ekstirpasi )

2 Set
Bisa dipakai untuk operasi kecil.
8 Set Hernia Anak

1 Set
9 Set Hernia Dewasa

1 Set

10 Set Ortopedi

1 Set

11 Set Struma

1 Set

12 Set Tonsilektomi

1 Set

13 Set Pediatri I

1 Set

14 Set Pediatri II

1 Set

15 Set Plastik I

3 Set

16 Set Trepanasi
1 Set

17 Set Onkologi

1 Set

18 Set Neurologi

1 Set

19 Set Kuretase

1 Set

20 Set Gall blass atau Ginjal

2 Set

21 Set Sectio Caesaria

4 Set

22 Reseksi Usus Anak

1 Set

23 Reseksi Usus Dewasa

2 Set
24 Set Histerektomi

2 Set

25 Set Tambahan

1 Set

26 Set Spinal

16 Set

27 Set Mangkok Operasi

15 Set

28 Set Bangkok Sikat

6 Set

29 Set Kocker

1 Set

30 Set Vena Seksi

1 Set

31 Liposuction
1 Set

32 Buka Gip

1 Set

BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

Tata laksana pelayanan bedah meliputi:

Persiapan Instrumen
Persiapan operasi Exterpasi

Persiapan alat menggunakan Set kecil


Set mangkok
Set Linen
Suction
kauter

Persiapan kuretase
Persiapan alat menggunakan Set kuret
Set mangkok
Set Linen
Suction
kauter

Persiapan operasi TUR (Reseksi Prostat Transuretra)

Persiapan alat menggunakan Set tambahan.


Set mangkok.
Set Linen.
Suction
kauter

Persiapan operasi apendiktomi.

Persiapan alat menggunakan Set dasar.


Set mangkok
Set Linen
Suction
kauter

Persiapan operasi hernia

Persiapan alat menggunakan Set Hernia.


Set mangkok
Suction
Set Linen
kauter
Persiapan Operasi struma

Persiapan alat menggunakan Set Struma


Set mangkok
Set Linen
Suction
Kauter

Persiapan Operasi Sectio caesaria.

Persiapan alat menggunakan Set dasar dan Set SC


Set mangkok
Set Linen
Suction
kauter

Persiapan alat Hemoroid

Persiapan alat menggunakan Set Dasar.


Set mangkok
Set Linen
Suction
kauter

Persiapan Operasi Kista / Myoma Uteri

Persiapan alat menggunakan Set Dasar dan Set Histerektomi


Set mangkok
Set Linen
Suction
kauter

Persiapan Operasi laparotomi

Persiapan alat menggunakan Set dasar dan Set tambahan.


Set mangkok
Set Linen
Suction
Cauter

Persiapan operasi Labioplastik

Persiapan alat menggunakan Set plastik dan set kecil


Set mangkok
Set Linen
Suction
kauter

Persiapan Operasi Cholesistectomy

Persiapan alat menggunakan Set Dasar dan Galblaas.


Set mangkok
Set Linen
Suction
Kauter

Persiapan operasi neprectomi

Persiapan alat menggunakan Set dasar dan Galblass.


Set mangkok
Set Linen
Suction kauter

Persiapan operasi ortopedi

Persiapan alat menggunakan Set Orthopedi dan Set dasar/ Set kecil .
Set mangkok
Set Linen
Suction
Kauter

Persiapan Operasi Fraktur mandibula

Persiapan alat menggunakan Set Plastik dan Set kecil


Set mangkok
Set Linen.
Suction
kauter

Persiapan operasi skin graft

Persiapan alat menggunakan Set Plastik dan Set kecil


Set mangkok
Set Linen
Suction
Kauter
Persiapan Trepanasi

Persiapan alat menggunakan Set neurologi dan set kecil.


Set mangkok
Set Linen
Suction
kauter

Persiapan Linen

Linen packing sesuai dengan kebutuhan operasi.

Tata Laksana Anggota Tim Asuhan Pasien Intra Operatif

Anggota tim asuhan pasien intra operatif dibagi dalam dua bagian yang terdiri
dari:
Anggota steril.

Ahli bedah utama / operator

Asisten ahli bedah

Scrub Nurse / Perawat Instrumen


Anggota tim yang tidak steril

Ahli atau pelaksana anaesthesi.


Perawat sirkulasi

Anggota lain (teknisi yang mengoperasikan alat-alat pemantau yang rumit)

Prinsip Tindakan Selama Pelaksanaan Operasi

Persiapan psikologis pasien


Pengaturan posisi

Faktor yang penting untuk diperhatikan dalam pengaturan posisi pasien adalah:

Letak bagian tubuh yang akan dioperasi


Umur dan ukuran tubuh pasien
Tipe anestesi yang digunakan
Sakit yang mungkin dirasakan oleh pasien bila ada pergerakan (artritis).

Prinsip-prinsip di dalam pengaturan posisi pasien :

Atur posisi pasien dalam posisi yang nyaman


Sedapat mungkin jaga privasi pasien, buka area yang akan dibedah dan kakinya
ditutup dengan duk
Amankan pasien di atas meja operasi dengan lilitan sabuk yang baik yang
biasanya dililitkan di atas lutut. Saraf, otot dan tulang dilindungi untuk menjaga
kerusakan saraf dan jaringan.
Jaga pernafasan dan sirkulasi vaskuler pasien tetap adekuat, untuk meyakinkan
terjadinya pertukaran udara.
Hindari tekanan pada dada atau bagian tubuh tertentu, karena tekanan dapat
menyebabkan perlambatan sirkulasi darah yang merupakan faktor predisposisi
terjadinya trombus.
Jangan izinkan ekstremitas pasien terayun di luar meja operasi karena hal ini
dapat melemahkan sirkulasi dan menyebabkan terjadinya kerusakan otot.
Hindari penggunaan ikatan yang berlebihan pada otot pasien.
Yakinkan bahwa sirkulasi pasien tidak berhenti di tangan atau di lengan.
Untuk posisi litotomi, naikkan dan turunkan kedua ekstremitas bawah secara
bersamaan untuk menjaga agar lutut tidak mengalami dislokasi.

Membersihkan dan Menyiapkan Kulit


Penutupan Daerah Steril
Mempertahankan Surgical Asepsis
Menjaga suhu tubuh pasien dari kehilangan panas tubuh
Penutupan luka pembedahan
Perawatan drainase
Pengangkatan pasien ke Ruang Pemulihan, Instalasi Pelayanan Intensif

Tata Laksana Perawatan Pasien di Ruang Pulih Sadar

Posisi kepala pasien lebih rendah dan kepala dimiringkan pada pasien dengan
pembiusan umum, sedang pada pasien dengan anestesi regional posisi kepala
pasien semi fowler.
Pasang pengaman pada tempat tidur.
Monitor tanda vital: Tekanan darah, Nadi, respirasi setiap 15 menit.
Penghisapan lendir daerah mulut dan trakea
Beri O2 sesuai program.
Observasi adanya muntah.
Catat intake dan output cairan.

Tata Laksana Pengeluaran Pasien dari Ruang Pulih Sadar


Kriteria umum yang digunakan dalam mengevaluasi pasien:

Pasien harus pulih dari efek anestesi


Tanda-tanda vital harus stabil
Tidak ada drainase yang berlebihan dari tubuh.
Efek fisiologis dari obat bius harus stabil
Pasien harus sudah sadar kembali dan tingkat kesadaran pasien telah sempurna.
Pengawasan pasca operasi selanjutnya diserahkan pada perawat unit.
BAB V
LOGISTIK
BAB VI

KESELAMATAN PASIEN

Pengertian

Keselamatan pasien adalah suatu sistem di mana rumah sakit membuat asuhan
pasien lebih aman. Hal ini termasuk asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal
yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi
untuk meminimalkan timbulnya risiko.

Sedangkan insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian atau situasi yang
dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan harm (penyakit, cidera,
cacat, kematian, dan lain-lain) yang tidak seharusnya terjadi.

Tujuan

Tujuan sistem ini adalah mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan
yang seharusnya diambil. Selain itu sistem keselamatan pasien ini mempunyai
tujuan agar tercipta budaya keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatkannya
akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat, menurunnya kejadian
tidak diharapkan di rumah sakit, dan terlaksananya program-program pencegahan
sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.

Tata Laksana Keselamatan Pasien

Dalam melaksanakan keselamatan pasien terdapat tujuh langkah menuju


keselamatan pasien rumah sakit. Adapun tujuh langkah tersebut adalah:

Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien. Menciptakan


kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil.
Memimpin dan mendukung karyawan. Membangun komitmen dan fokus yang
kuat dan jelas tentang keselamatan pasien.
Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko. Mengembangkan sistem dan
proses pengelolaan risiko, serta melakukan identifikasi dan asesmen hal potensial
bermasalah.
Mengembangkan sistem pelaporan. Memastikan karyawan agar dengan mudah
dapat melaporkan kejadian atau insiden, serta rumah sakit mengatur pelaporan
kepada KKP-RS (Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit).
Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien. Mengembangkan cara-cara
komunikasi yang terbuka dengan pasien.
Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien. Mendorong
karyawan untuk melakukan analis akar masalah untuk belajar bagaimana dan
mengapa kejadian itu timbul.
Mencegah cidera melalui implementasi sistem keselamatan pasien.
Menggunakan informasi yang ada tentang kejadian atau masalah untuk melakukan
perubahan pada sistem pelayanan.

Dalam melaksanakan keselamatan pasien standar keselamatan pasien harus


diterapkan.

Standar tersebut adalah:


Hak pasien
Mendidik pasien dan keluarga
Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
Peran kepemimpinan dalam meningkatan keselamatan pasien
Mendidik karyawan tentang keselamatan pasien
Komunikasi yang merupakan kunci bagi karyawan untuk mencapai keselamatan
pasien.

Langkah-langkah penerapan keselamatan pasien rumah sakit:

Menetapkan unit kerja yang bertanggung jawab mengelola program keselamatan


pasien rumah sakit.
Menyusun program keselamatan pasien rumah sakit jangka pendek 1-2 tahun
Mensosialisasikan konsep dan program keselamatan pasien rumah sakit
Mengadakan pelatihan keselamatan pasien rumah sakit bagi jajaran manajemen
dan karyawan
Menetapkan sistem pelaporan insiden (peristiwa keselamatan pasien)
Menerapkan tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit seperti
tersebut di atas
Menerapkan standar keselamatan pasien rumah sakit (seperti tersebut di atas)
dan melakukan self assessment dengan instrument akreditasi pelayanan
keselamatan pasien rumah sakit
Program khusus keselamatan pasien rumah sakit
Mengevaluasi secara periodik pelaksanaan program keselamatan pasien rumah
sakit dan kejadian tidak diharapkan.
Sasaran Keselamatan Pasien
Pada Pelayanan Bedah
di Rumah Sakit WARAS WIRIS

Ketepatan Identifikasi Pasien

Ketepatan identifikasi pasien adalah ketepatan penentuan identitas pasien sejak


awal pasien masuk sampai dengan pasien keluar terhadap semua pelayanan yang
diterima oleh pasien.
Peningkatan Komunikasi yang Efektif

Komunikasi yang efektif adalah komunikasi lisan yang menggunakan prosedur:


Write back, Read back dan Repeat Back (reconfirm).
Peningkatan Keamanan Obat yang Perlu Diwaspadai (high-alert)

Obat yang perlu diwaspadai adalah obat yang sering menyebabkan terjadi
kesalahan atau kesalahan serius (sentinel event), obat yang berisiko tinggi
menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome)
Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi

Penandaan lokasi operasi adalah tata cara yang wajib dilakukan sebelum
tindakan pembedahan oleh dokter spesialis bedah untuk memberikan tanda di
lokasi yang akan dibedah pada semua pasien yang akan dilakukan tindakan
pembedahan. Tepat lokasi adalah melaksanakan tindakan pembedahan secara
tepat pada lokasi yang diharapkan. Tepat prosedur adalah melaksanakan tindakan
pembedahan sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan. Tepat pasien adalah
melaksanakan tindakan pembedahan sesuai dengan pasien yang tepat yang
terjadwal operasi (perawat harus selalu melakukan identifikasi pasien sebelum
pasien dimasukkan kamar operasi).
Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan

Infeksi biasa dijumpai dalam semua bentuk pelayanan kesehatan termasuk


infeksi saluran kemih, infeksi pada aliran darah, pneumonia yang sering
berhubungan dengan ventilasi mekanis. Pokok eliminasi infeksi ini maupun infeksi-
infeksi lain adalah cuci tangan (hand hygiene) yang tepat.
Pengurangan risiko pasien jatuh

Pengurangan risiko pasien jatuh adalah pengurangan pengalaman pasien yang


tidak direncanakan untuk terjadinya jatuh, suatu kejadian yang tidak disengaja pada
seseorang pada saat istirahat yang dapat dilihat atau dirasakan atau kejadian jatuh
yang tidak dapat dilihat karena suatu kondisi adanya penyakit seperti stroke,
pingsan, dan lainnya.
BAB VII

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 pasal 164 ayat (1) menyatakan bahwa upaya
kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas
dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan.
Rumah Sakit adalah tempat kerja yang termasuk dalam kategori seperti disebut di
atas, berarti wajib menerapkan upaya keselamatan dan kesehatan kerja. Program
keselamatan dan kesehatan kerja di tim pendidikan pasien dan keluarga bertujuan
melindungi karyawan dari kemungkinan terjadinya kecelakaan di dalam dan di luar
rumah sakit.

Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) disebutkan bahwa Setiap
warganegara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan. Dalam hal ini yang dimaksud pekerjaan adalah pekerjaan yang
bersifat manusiawi, yang memungkinkan pekerja berada dalam kondisi sehat dan
selamat, bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja, sehingga dapat hidup
layak sesuai dengan martabat manusia.

Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan bagian integral dari


perlindungan terhadap pekerja dalam hal ini Pelayanan Bedah dan perlindungan
terhadap Rumah Sakit. Pegawai adalah bagian integral dari rumah sakit. Jaminan
keselamatan dan kesehatan kerja akan meningkatkan produktivitas pegawai dan
meningkatkan produktivitas rumah sakit. Undang-Undang Nomor 1 tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja dimaksudkan untuk menjamin:

Agar pegawai dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu berada dalam
keadaan sehat dan selamat.
Agar faktor-faktor produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien.
Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa hambatan.

Faktor-faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat


digolongkan pada tiga kelompok, yaitu :

Kondisi dan lingkungan kerja


Kesadaran dan kualitas pekerja, dan
Peranan dan kualitas manajemen

Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan kerja, kecelakaan dan penyakit
akibat kerja dapat terjadi bila :

Peralatan tidak memenuhi standar kualitas atau bila sudah aus


Alat-alat produksi tidak disusun secara teratur menurut tahapan proses produksi
Ruang kerja terlalu sempit, ventilasi udara kurang memadai, ruangan terlalu
panas atau terlalu dingin
Tidak tersedia alat-alat pengaman
Kurang memperhatikan persyaratan penanggulangan bahaya kebakaran dan lain-
lain.

Perlindungan Keselamatan Kerja Dan Kesehatan Petugas Kesehatan

Petugas kesehatan yang merawat pasien menular harus mendapatkan pelatihan


mengenai cara penularan dan penyebaran penyakit, tindakan pencegahan dan
pengendalian infeksi yang sesuai dengan protokol jika terpajan.
Petugas yang tidak terlibat langsung dengan pasien harus diberikan penjelasan
umum mengenai penyakit tersebut.
Petugas kesehatan yang kontak dengan pasien penyakit menular melalui udara
harus menjaga fungsi saluran pernapasan (tidak merokok, tidak minum dingin)
dengan baik dan menjaga kebersihan tangan.
Petunjuk Pencegahan infeksi untuk Petugas Kesehatan

Untuk mencegah transmisi penyakit menular dalam tatanan pelayanan


kesehatan, petugas harus menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) yang sesuai
untuk kewaspadaan Standar dan Kewaspadaan Isolasi (berdasarkan penularan
secara kontak, droplet, atau udara) sesuai dengan penyebaran penyakit.
Semua petugas kesehatan harus mendapatkan pelatihan tentang gejala penyakit
menular yang sedang dihadapi.
Semua petugas kesehatan dengan penyakit seperti flu harus dievaluasi untuk
memastikan agen penyebab. Dan ditentukan apakah perlu dipindah tugaskan dari
kontak langsung dengan pasien, terutama mereka yang bertugas di instalasi
perawatan intensif (IPI), ruang rawat anak, ruang bayi.

BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU
Prinsip dasar upaya peningkatan mutu pelayanan adalah pemilihan aspek yang
akan ditingkatkan dengan menetapkan indikator, kriteria, serta standar yang akan
digunakan untuk mengukur mutu pelayanan. Indikator Mutu pada Pelayanan Bedah
RS WARAS WIRIS mengacu pada Pedoman Indikator Mutu RS WARAS WIRIS
yaitu:

Kejadian Kematian Di Kamar Operasi

Ruang lingkup : Kejadian Kematian Di Kamar Operasi


Dimensi mutu : Keselamatan, efektivitas dan kompetensi
Tujuan : Tergambarkannya efektivitas pelayanan bedah dan anestesi dan
kepedulian terhadap keselamatan pasien
Definisi operasional : Kematian di meja operasi adalah kematian yang
terjadi di kamar operasi pada saat operasi berlangsung, atau selama pasien di
ruang sadar pulih, yang diakibatkan oleh tindakan anestesi maupun tindakan
pembedahan
Kriteria inklusi :
Kriteria eksklusi :
Numerator : Jumlah pasien yang meninggal di kamar operasi dalam satu
bulan
Denominator : Jumlah pasien yang dilakukan tindakan pembedahan
dalam satu bulan
Standar

0,5%
Keterlambatan Waktu Operasi

Ruang lingkup : Keterlambatan Waktu Operasi


Dimensi mutu : Efektivitas
Tujuan : Tergambarkannya efektivitas pelayanan bedah
Definisi operasional : Angka Kejadian Tertundanya Operasi Lebih Dari 30
menit
Kriteria inklusi : Semua pasien yang saat mulainya operasi tertunda lebih
dari 30 menit yang bukan disebabkan oleh karena faktor pasien atau keluarganya
Kriteria eksklusi : Semua pasien yang saat mulainya operasi tertunda lebih
dari 30 menit yang disebabkan oleh faktor pasien dan atau keluarganya
Numerator : Jumlah pasien yang operasinya tertunda 30 menit per bulan
Denominator : Jumlah pasien operasi dalam bulan tersebut
Standar

Ketidaklengkapan Laporan Operasi

Ruang lingkup : Ketidaklengkapan Laporan Operasi


Dimensi mutu : Efektivitas
Tujuan : Tergambarkannya efektivitas pelayanan bedah dan kepedulian
terhadap keselamatan pasien
Definisi operasional : Ketidaklengkapan penulisan laporan operasi
setelah pasien keluar dari kamar operasi
Kriteria inklusi : Semua laporan tindakan operasi
Kriteria eksklusi : -
Numerator : Jumlah ketidaklengkapan laporan operasi pada bulan tersebut
Denominator : Jumlah pasien operasi pada bulan tersebut
Standar

Ketidaklengkapan Laporan Anestesi

Ruang lingkup : Ketidaklengkapan Laporan Anestesi


Dimensi mutu : Efektivitas
Tujuan : Tergambarkannya efektivitas pelayanan anestesi dan kepedulian
terhadap keselamatan pasien
Definisi operasional :

Ketidaklengkapan penulisan laporan anestesi setelah pasien keluar dari kamar


operasi
Kriteria inklusi : Semua laporan tindakan anestesi di kamar operasi
Kriteria eksklusi : -
Numerator : Jumlah ketidaklengkapan laporan anestesi pada bulan tersebut
Denominator : Jumlah pasien anestesi pada bulan tersebut
Standar :

%
Insiden Ketidaktepatan Identifikasi Pasien Rawat Inap

Ruang lingkup : Ketidaktepatan identifikasi pasien yang dirawat Rumah


Sakit
Dimensi mutu : Keselamatan pasien
Tujuan : Tercapainya Keselamatan Pasien rawat inap
Definisi operasional :

Ketidaktepatan identifikasi pasien adalah kesalahan penentuan identitas pasien


sejak awal pasien masuk sampai dengan pasien keluar terhadap semua pelayanan
yang diterima oleh pasien.
Kriteria inklusi :

Ketidaktepatan penulisan identitas (nama, tanggal lahir, alamat, nomor RM)


Ketidaktepatan pemilihan gelang identitas
Ketidaktepatan prosedur konfirmasi identitas pasien (antara lain konfirmasi
dengan pertanyaan terbuka)

Kriteria eksklusi :

-
Numerator :

Jumlah ketidaktepatan identifikasi pasien


Denominator :

Jumlah pasien yang menggunakan gelang identitas


Standar : 0%

Insiden Komunikasi Yang Kurang Efektif

Ruang lingkup : Komunikasi lisan /melalui telepon yang kurang efektif


antar pemberi pelayanan tentang pelaporan kembali hasil pemeriksaan dan kondisi
pasien.
Dimensi mutu : Keselamatan pasien
Tujuan : Tercapainya Keselamatan Pasien melalui komunikasi lisan yang
efektif
Definisi operasional : Komunikasi yang kurang efektif adalah komunikasi
lisan yang tidak menggunakan prosedur: Write back, Read back dan Repeat Back
(reconfirm)
Kriteria inklusi :

Kesalahan Prosedur komunikasi lisan/via telepon: Write back, Read back dan
Repeat Back (reconfirm)
Pelaporan secara lisan yang tidak menggunakan prosedur SBAR
Prosedur spelling /ejaan tidak digunakan untuk obat yang bersifat LASA / NORUM

Kriteria eksklusi : Komunikasi non lisan / tertulis


Numerator : Jumlah ketidaktepatan komunikasi lisan / via telepon
Denominator : -
Standar : 0

(SBAR: Situation, Background, Assessment, Recommendation)

Insiden Keamanan Obat Yang Kurang Diwaspadai


Ruang lingkup :

Kurangnya keamanan pengelolaan obat-obatan yang bersifat NORUM atau LASA


dan elektrolit konsentrat
Dimensi mutu :

Keselamatan Pasien
Tujuan :

Tercapainya keselamatan pasien melalui peningkatan keamanan obat


Definisi operasional :

Obat yang perlu diwaspadai adalah obat yang sering menyebabkan KTD atau
kejadian sentinel
Kriteria inklusi :

Penyimpanan obat NORUM atau LASA dan elektrolit konsentrat tidak sesuai
prosedur (penyimpanan terpisah, elektrolit konsentrat diberi stiker orange, obat
NORUM atau LASA diberi stiker hijau)
Pemberian obat NORUM atau LASA dan elektrolit konsentrat tidak menggunakan
prosedur 6 B
Tidak ada daftar obat NORUM atau LASA dan elektrolit konsentrat di masing-
masing unit.
Prosedur ejaan tidak digunakan untuk obat yang bersifat LASA atau NORUM

Kriteria eksklusi : Obat-obatan yang tidak tergolong elektrolit konsentrat


dan NORUM atau LASA
Numerator : Insiden kejadian kesalahan yang terkait dengan obat yang perlu
diwaspadai (high alert medications)
Denominator : -
Standar : 0
Insiden Kejadian Tidak Tepat Lokasi, Prosedur, dan Pasien Operasi

Ruang lingkup : Kejadian tidak tepat lokasi, tidak tepat prosedur operasi
dan tidak tepat pasien pada tindakan operasi
Dimensi mutu : Keselamatan Pasien
Tujuan : Tercapainya keselamatan pasien melalui prosedur tepat lokasi,
prosedur dan pasien operasi.
Definisi operasional : Kesalahan lokasi, kesalahan prosedur operasi dan
kesalahan pasien pada tindakan operasi.
Kriteria inklusi :

Tidak dilakukan penandaan lokasi operasi atau kesalahan penandaan lokasi


operasi
Tidak dilakukannya checklist keselamatan bedah pada pasien yang akan
dilakukan tindakan operasi
Tidak dilakukan TIME OUT pada pasien operasi sebelum dilakukan incisi
Kesalahan pasien pada tindakan operasi

Kriteria eksklusi : Pasien yang tidak dilakukan tindakan operasi


Numerator : Insiden kejadian kesalahan yang terkait dengan lokasi, prosedur
dan pasien operasi pada bulan tersebut.
Denominator : Jumlah pasien operasi pada bulan tersebut.
Standar : 0%

Insiden Ketidakpatuhan Cuci Tangan

Ruang lingkup : Ketidakpatuhan cuci tangan oleh petugas kesehatan.


Dimensi mutu : Keselamatan Pasien
Tujuan : Tercapainya Keselamatan Pasien melalui kegiatan mencuci
tangan.
Definisi operasional : Ketidakpatuhan mencuci tangan meliputi
ketidakpatuhan waktu atau 5 momen cuci tangan dan ketidakpatuhan 6 langkah
cuci tangan
Kriteria inklusi :

Tidak melakukan cuci tangan pada 5 momen cuci tangan


Tidak melakukan cuci tangan sesuai 6 langkah cuci tangan

Kriteria eksklusi : -
Numerator : Insiden kejadian ketidakpatuhan cuci tangan oleh petugas
kesehatan
Denominator : -
Standar : 0

Insiden Angka Kejadian Pasien Jatuh

Ruang lingkup : Terjadinya pasien jatuh di lingkungan rumah sakit


Dimensi mutu : Keselamatan Pasien
Tujuan : Tercapainya keselamatan pasien melalui pengurangan risiko
jatuh.
Definisi operasional : Pasien jatuh di lingkungan rumah sakit oleh sebab
apa pun.
Kriteria inklusi :

Tidak melakukan pengkajian Skala Morse Fall Risk pada pasien dewasa, skala
Humpthy Dumpty pada pasien pediatrik, skala Ontario-Sidney Scoring pada pasien
geriatri yang menjalani Rawat Inap
Kriteria eksklusi : -
Numerator : Angka kejadian pasien jatuh
Denominator : -
Standar : 0

Insiden Kesalahan Jenis Operasi

Ruang lingkup : Terjadinya Insiden kesalahan jenis operasi pada pasien.


Dimensi mutu : Keselamatan Pasien
Tujuan :

Tercapainya Keselamatan Pasien dengan tidak terjadinya Insiden salah jenis operasi.
Definisi operasional :

Terjadinya Insiden Kesalahan jenis operasi pada saat pasien dilakukan tindakan
operasi.
Kriteria inklusi :

Tidak melakukan prosedur insiden keselamatan pasien yang ke empat: kepastian


tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi dan tidak melakukan time out
dikamar operasi.
Kriteria eksklusi : -
Numerator : Insiden kejadian salah jenis operasi.
Denominator : -
Standar : 0

Insiden Kesalahan Posisi


Ruang lingkup : Terjadinya Insiden kesalahan Posisi Operasi pada pasien.
Dimensi mutu : Keselamatan Pasien
Tujuan : Tercapainya keselamatan pasien dengan tidak terjadinya Insiden
salah posisi operasi.
Definisi operasional :

Terjadinya Insiden Kesalahan posisi pada saat pasien dilakukan tindakan operasi.
Kriteria inklusi :

Tidak melakukan prosedur insiden keselamatan pasien yang ke empat: kepastian


tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi dan tidak melakukan time out
dikamar operasi.
Kriteria eksklusi : -
Numerator : Insiden kejadian salah posisi operasi.
Denominator : -
Standar : 0

Insiden Tertinggalnya Kain Kassa

Ruang lingkup : Terjadinya insiden tertinggal kain kasa pada pasien


operasi.
Dimensi mutu : Keselamatan Pasien
Tujuan :

Tercapainya keselamatan pasien dengan tidak terjadinya insiden tertinggal kain


kassa.
Definisi operasional :
Terjadi Insiden tertinggalnya kain kassa pada luka operasi, pada saat pasien
dilakukan tindakan operasi.
Kriteria inklusi :

Tidak melakukan prosedur insiden keselamatan pasien yang ke empat: kepastian


tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi dan tidak melakukan time out
dikamar operasi.
Kriteria eksklusi : -
Numerator : Insiden kejadian tertinggalnya kain kassa
Denominator : -
Standar : 0

Insiden Tertinggalnya Instrumen

Ruang lingkup :

Terjadinya insiden tertinggal instrumen pada pasien operasi


Dimensi mutu :

Keselamatan Pasien
Tujuan :

Tercapainya keselamatan pasien dengan ketidakterjadinya insiden tertinggalnya


intrumen.
Definisi operasional :

Terjadi Insiden tertinggalnya instumen pada luka operasi, pada saat pasien
dilakukan tindakan operasi.
Kriteria inklusi :
Tidak melakukan prosedur insiden keselamatan pasien yang ke empat: kepastian
tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi dan tidak melakukan time out di
kamar operasi.
Kriteria eksklusi :

-
Numerator :

Insiden kejadian tertinggalnya Instrumen.


Denominator : -
Standar : 0

Insiden Operasi Tanpa Spesialis Anestesi

Ruang lingkup :

Terjadinya Insiden operasi tanpa spesialis anestesi


Dimensi mutu :

Keselamatan Pasien
Tujuan :

Tercapainya keselamatan pasien dengan tidak terjadinya insiden operasi tanpa


spesialis anestesi.
Definisi operasional :

Terjadinya insiden dilakukan tindakan pembiusan pada pasien yang dioperasi tanpa
dokter spesialis anestesi.
Kriteria inklusi :
Tidakan operasi dilakukan pembiusan tanpa dokter anestesi, hanya oleh asisten
atau operator saja.
Kriteria eksklusi :

-
Numerator :

Insiden kejadian operasi tanpa spesialis anestesi.


Denominator :

-
Standar :

Insiden Operasi Dengan Kekurangan Darah

Ruang lingkup : Terjadinya Insiden operasi kekurangan darah


Dimensi mutu : Keselamatan Pasien
Tujuan :

Tercapainya keselamatan pasien dengan mengurangi terjadinya risiko insiden


operasi dengan kekurangan darah
Definisi operasional :

Terjadinya Insiden kekurangan darah yang dibutuhkan pada saat pasien dilakukan
tindakan operasi.
Kriteria inklusi :
Kekurangan darah yang disebabkan oleh apapun pada saat pasien dilakukan
tindakan operasi.
Kriteria eksklusi : -
Numerator : Insiden kejadian operasi kekurangan darah.
Denominator : -
Standar : 0

Konsultasi Durante Operasi

Ruang lingkup : Terjadinya Insiden konsultasi durante operasi


Dimensi mutu : Keselamatan Pasien.
Tujuan :

Tercapainya keselamatan pasien dengan mengurangi terjadinya insiden konsultasi


durante operasi.
Definisi operasional :

Terjadinya Insiden konsultasi durante operasi kepada dokter spesialis / sub spesialis
lain untuk penanganan pasien lebih lanjut.
Kriteria inklusi :

Terjadinya konsultasi pada dokter spesialis / sub spesialis lain pada saat durante
operasi yang disebabkan oleh apapun.
Kriteria eksklusi : -
Numerator : Insiden kejadian konsultasi durante operasi.
Denominator : -
Standar : 0
Insiden Perluasan Operasi

Ruang lingkup : Terjadinya Insiden perluasan operasi


Dimensi mutu : Keselamatan Pasien
Tujuan : Tercapainya keselamatan pasien dengan mengurangi terjadinya
insiden perluasan operasi.
Definisi operasional :

Terjadinya Insiden perluasan luka operasi yang disebabkan oleh kondisi penyakit
yang ditemukan pada durante operasi.
Kriteria inklusi :

Terjadinya tindakan perluasan luka operasi pada saat durante operasi yang
disebabkan oleh penyakit pasien.
Kriteria eksklusi : -
Numerator : Insiden kejadian perluasan operasi.
Denominator : -
Standar : 0

Insiden Kesalahan Diagnosis Pra Operasi

Ruang lingkup : Terjadinya Insiden Kesalahan Dagnosis Pra Operasi


Dimensi mutu : Keselamatan Pasien
Tujuan :

Tercapainya keselamatan pasien dengan mengurangi terjadinya insiden kesalahan


diagnosis pra operasi.
Definisi operasional :

Terjadinya insiden kesalahan diagnosis pada pasien pra operasi, yang baru diketahui
oleh operator pada saat durante tindakan operasi.
Kriteria inklusi :

Terjadinya insiden kesalahan diagnosis pra operasi yang disebabkan oleh apapun.
Kriteria eksklusi : -
Numerator : Insiden kesalahan diagnosis pra operasi.
Denominator : -
Standar : 0

Kesalahan Persiapan Operasi

Ruang lingkup : Terjadinya Insiden Kesalahan Persiapan Operasi.


Dimensi mutu : Keselamatan Pasien
Tujuan :

Tercapainya keselamatan pasien dengan mengurangi terjadinya insiden kesalahan


persiapan operasi pada pasien.
Definisi operasional :

Terjadinya Insiden kesalahan persiapan operasi oleh petugas rumah sakit terhadap
program dokter kepada pasien, sehingga dapat menunda dan membatalkan
tindakan operasi yang telah di rencanakan terhadap pasien tersebut.
Kriteria inklusi :

Terjadinya insiden kesalahan persiapan operasi yang dapat disebabkan oleh


apapun.
Kriteria eksklusi : -
Numerator : Jumlah Insiden kesalahan persiapan pemeriksaan penunjang
Denominator : -
Standar : 0

BAB IX

PENUTUP

Dengan dikeluarkannya Pedoman Pelayanan Bedah ini maka setiap petugas Rumah
Sakit yang terkait agar senantiasa memperhatikan dan menjalankan pelayanan
bedah sebaik-baiknya.

Senantiasa mematuhi prosedur dan mengembangkan pelayanan berbasis


keselamatan dan kepuasan pasien.

13 Pedoman Pelayanan Kamar Operasi (OK)


04a Pedoman Pengorganisasian HPK Noname
Cari Artikel di Web ini
KATEGORI ARTIKEL
Konfirmasikan Donasi Anda : SMS 0851-02712051 atau email :
Jokoblitar[at]gmail.com, Kami Berikan Hak Akses Data kami di drive.google.com
untuk Anda ! .

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner
Buku Kedokteran Murah !
Artikel Terkait Akreditasi :
06.MPO - Managemen & Penggunaan Obat akreditasi akreditasi rs apoteker askep
buku pedoman igd cek list dokter dokumen akreditasi endokrinologi formularium
ganstroenteritis icu indonesia infeksi inos keperawatan Kerangka Acuan kesehatan
Manual rekam medis mdgs nosokomial Pedoman pedoman indikator mutu
pelayanan ... Pelayanan pemasaran pemasaran rs pemasaran rumah sakit perizinan
RS permenkes pirs PMKP program program kerja Prosedur referensi buku rekam
medis rumah sakit SOP stan standart pelayanan standart pelayanan minimal
standart profesi Term Of Reference TOR
Similar Posts

Insiden Keselamaan Pasien (IKP) dr NICO


Draft Standart Akreditasi Rumah Sakit Terbaru
DAFTAR BUKU PEDOMAN PELAYANAN DAN PENGORGANISASIAN
Daftar Judul Buku Pedoman Pengorganisasian dan Pelayanan RS
Panduan yang diperlukan untuk akreditasi rumah sakit versi 2012

Blogroll

DEPKES RI 0
Gretha Group's Wiraswasta Online, Internet Murah, Website Gratis / Murah 0
KARS PUSAT 0
RS Mitra Keluarga 0
RS Pondok Indah 0
rs premierjatinegara.com 0
RSI Jakarta 0
RSK Budi Rahayu Blitar 0

facebook

Akreditasi Rumah Sakit


Buat Lencana Anda
Alexa

Alexa Certified Traffic Ranking for www.gretha.web.id

Anda mungkin juga menyukai