PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
2. Otot Intrinsik
Ada 3 lapis yang kalau dilihat dari sebelah depan dada:
a. Lapisan luar : arah serabut ototnya dari arah Caudomedial
b. Lapis tengah : arah serabut otot caudolateral
c. Lapisan paling dalam : arah serabut otot melintang
Otot-Ototnya adalah :
1. M. intercostalis externus ( lapis Luar ) berfungsi untuk : inspirasi
2. M. Intercostalis internus ( lapis tengah ) yg dibedakan pula
berdasarkan letaknya:
- antar tulang iga, fungsi : ekspirasi
- antar iga rawan, fungsi : inspirasi
3. M. Transversus Thoracis (m. ternocostalis ) paling dalam fungsi :
ekspirasi
1. Crus mediale
Saling bersilangan kiri dan kanan membentuk Hiatus Aorticus
dimana Hiatus ini dilewati oleh aorta dan ductus thoracicus.
2. Crus intermedius
Membentuk celah dengan crus mediale yang ditembus oleh Nn.
Splanichi major et minor; v. azygos dikanan, dan v. hemia- zygos
kiri.
3. Crus laterale
Membentuk celah dengan crus intermedius dia ditembus oleh
Truncus Sympathicus.
3 4 2 1 3 5
Pernafasan Costal
Diameter rongga dada akan lebih besar dalam arah lintang, karena iga-
iga tertarik keatas dan kedepan, sementara angulus sternalis berubah
menjadi 160. Sebagai akibatnya tekanan intrathoracal dan
intrapulmonal turun antara 4 cm HO sampai antara 5 dan 10 cm
HO, sehingga volume arus (tidal volume ) adalah 0.5 0.6 L.
Dengan volume arus 0.5 L tiap kali bernafas dan frekuensi bernafas 14
kali permenit, maka paru akan mendapat udara 7.0 L per menit.
Otot yang berkerja selain yang bekerja pada inspirasi normal juga di
bantu oleh :
M. pectoralis major
M. Sternomastoideus
Mm. Scaleni
Tidak memerlukan kerja otot tapi efek dari elastisitas dari iga rawan
yang disebut sebagai Daya balik elastis ekstrinsik
sedang elastis dari paru disebut sebagai daya balik elastis instrinsik.
1. Mediastinum superior
2. Mediastinum inferior
Mediastinum inferior terbagi oleh adanya jantung dan selubungnya
yaitu pericardium terdiri atas:
1. Mediastinum Anterior :
2. Mediastinum Media :
- Nn. Phrenicus
- radix pulmonis
3. Mediastinum Superior :
- Oesophagus
4. Mediastinum posterior :
- Oesophagus
- Aorta thoracalis
- Ductus thoracicus
- N. Vagus
Paru
- Bronchiolus - Alveolus
- Bronchiolus respiratorius
Persyarafan paru
Serabut symphatis
Truncus symphatis kanan dan kiri akan memberikan cabang-cabang
yang membentuk plexus pulmonalis anterior dan posterior yang
terletak di depan dan belakang dari bronchus primarius.
Serabut symphatis efferent berfungsi untuk:
- relaksasi tunica muscularis bronchi
- menghambat sekresi kelenjar mucosa bronchus
Serabut parasympahtis
N. vagus kiri dan kanan juga memberikan cabang-cabang yang ikut
membentuk plexus pulmonalis anterior dan posterior.
Serabut efferent parasymphatis berfungsi:
- Kontraksi tunica muscularis bronchi
- Ekresi kelenjar mucosa bronchi.
Trachea :
Suatu pipa yang berjalan dari cranial ke caudal, ia bercabang pada
bifurcatio trachea menjadi dua bronchus primaries (principalis),
setinggi pertengahan angulus atau dibelakang setinggi V. Th. 4 dengan
V. Th. 5.
Perbedaan antara :
Segment Bronchopulmonis
Alveolus
Pleura
1. Pleura visceralis
Pleura visceralis ialah selaput yang melapisi tiap paru dari luar. Di
tempat dimana brochi secundi masuk kedalam paru pleura ini
melipat menjadi pleura parietalis yang nantinya melapisi dinding
thorax dari dalam.
Tempat dimana pelipatan pleura visceralis menjadi pleura parietalis
di namakan hilus pulmonis. Di sebelah caudal dari hilus pulmonis
tempat pelipatan di sebelah ventral dan dorsal berdekatan dan
membentuk Ligamentum pulmonis.
2. Pleura parietalis
Pleura parietalis merupakan dinding kantong dimana didalamnya
terdapat paru, dengan demikian paru dapat berkembang dan
mengempis dengan bebas. Di antara pleura parietalis dan pleura
visceralis terdapt cavum pleura.
Melihat letaknya Pleura parietalis dibagi atas :
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronis) merupakan penyakit yang dapat
dicegah dan dirawat dengan beberapa gejala ekstrapulmonari yang signifikan, yang dapat
mengakibatkan tingkat keparahan yang berbeda pada tiap individual. Penyakit paru
kronik ini ditandai dengan keterbatasan aliran udara di dalam saluran napas yang tidak
sepenuhnya reversible, bersifat progresif, biasanya disebabkan oleh proses inflamasi paru
yang disebabkan oleh pajanan gas berbahaya yang dapat memberikan gambaran
gangguan sistemik. Gangguan ini dapat dicegah dan dapat diobati. Penyebab utama
PPOK adalah rokok, asap polusi dari pembakaran, dan partikel gas berbahaya.
PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronik) adalah penyakit paru kronik ditandai
dengan hambatan aliran udara di saluran napas yang tidak sepenuhnya reversible atau
irreversible. Hambatan aliran udara ini bersifat progresif dan berhubungan dengan respon
inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang beracun atau berbahaya
.
B. Epidemiologi
Setiap orang dapat terpapar dengan berbagai macam jenis yang berbeda dari
partikel yang terinhalasi selama hidupnya, oleh karena itu lebih bijaksana jika kita
mengambil kesimpulan bahwa penyakit ini disebabkan oleh iritasi yang berlebihan dari
partikel-partikel yang bersifat mengiritasi saluran pernapasan. Setiap partikel, bergantung
pada ukuran dan komposisinya dapat memberikan kontribusi yang berbeda, dan dengan
hasil akhirnya tergantung kepada jumlah dari partikel yang terinhalasi oleh individu
tersebut. Insidensi pada pria > wanita. Namun akhir-akhir ini insiden pada wanita
meningkat dengan semakin bertambahnya jumlah perokok wanita.
C. Faktor Risiko
1. Asap rokok
Perokok aktif memiliki prevalensi lebih tinggi untuk mengalami gejala
respiratorik, abnormalitas fungsi paru dan mortalitas yang lebih tinggi daripada orang
yang tidak merokok. Resiko untuk menderita PPOK bergantung pada dosis
merokok nya, seperti umur orang tersebut mulai merokok, jumlah rokok yang
dihisap per hari dan berapa lama orang tersebut merokok.
4. Polusi di luar ruangan, seperti gas buang kendaraan bermotor dan debu jalanan.
6. Jenis kelamin
Dahulu, PPOK lebih sering dijumpai pada laki-laki dibanding wanita. Karena
dahulu, lebih banyak perokok laki-laki dibanding wanita. Tapi dewasa ini prevalensi
pada laki-laki dan wanita seimbang. Hal ini dikarenakan oleh perubahan pola dari
merokok itu sendiri. Namun hal tersebut masih kontoversial, maskipun beberapa
penelitian mengatakan bahwa perokok wanita lebih rentan untuk terkena PPOK
dibandingkan perokok pria. Di negara berkembang wanita lebih banyak terkena
paparan polusi udara yang berasal dari asap saat mereka memasak.
D. Patofisiologi
Karakteristik PPOK adalah keradangan kronis mulai dari saluran napas,
parenkim paru sampai struktur vaskukler pulmonal. Diberbagai bagian paru dijumpai
peningkatan makrofag, limfosit T (terutama CD8) dan neutrofil. Sel-sel radang yang
teraktivasi akan mengeluarkan berbagai mediator seperti Leukotrien B 4, IL8, TNF yang
mampu merusak struktur paru dan atau mempertahankan inflamasi neutrofilik. Disamping
inflamasi ada 2 proses lain yang juga penting yaitu imbalance proteinase dan anti
proteinase di paru dan stres oksidatif.
Perubahan patologis yang khas dari PPOK dijumpai disaluran napas besar
(central airway), saluran napas kecil (periperal airway), parenkim paru dan vaskuler
pulmonal. Pada saluran napas besar dijumpai infiltrasi sel-sel radang pada permukaan
epitel. Kelenjar-kelenjar yang mensekresi mukus membesar dan jumlah sel goblet
meningkat. Kelainan ini menyebabkan hipersekresi bronkus. Pada saluran napas kecil
terjadi inflamasi kronis yang menyebabkan berulangnya siklus injury dan repair dinding
saluran napas. Proses repair ini akan menghasilkan struktural remodeling dari dinding
saluran napas dengan peningkatan kandungan kolagen dan pembentukan jaringan ikat
yang menyebabkan penyempitan lumen dan obstruksi kronis saluran pernapasan. Pada
parenkim paru terjadi destruksi yang khas terjadi pada emfisema sentrilobuler. Kelainan
ini lebih sering dibagian atas pada kasus ringan namun bila lanjut bisa terjadi diseluruh
lapangan paru dan juga terjadi destruksi pulmonary capilary bed.
Perubahan vaskular pulmonal ditandai oleh penebalan dinding pembuluh darah
yang dimulai sejak awal perjalanan ilmiah PPOK. Perubahan struktur yang pertama kali
terjadi adalah penebalan intima diikuti peningkatan otot polos dan infiltrasi dinding
pembuluh darah oleh sel-sel radang. Jika penyakit bertambah lanjut jumlah otot polos,
proteoglikan dan kolagen bertambah sehingga dinding pembuluh darah bertambah tebal.
Pada bronkitis kronis maupun emfisema terjadi penyempitan saluran napas.
Penyempitan ini dapat mengakibatkan obstruksi dan menimbulkan sesak. Pada bronkitis
kronik, saluran pernapasan yang berdiameter kecil (< 2mm) menjadi lebih sempit dan
berkelok-kelok. Penyempitan ini terjadi karena metaplasi sel goblet. Saluran napas besar
juga menyempit karena hipertrofi dan hiperplasi kelenjar mukus. Pada emfisema paru,
penyempitan saluran napas disebabkan oleh berkurangnya elastisitas paru-paru (Sat
Sharma, 2006).
Konsep Patogenesis PPOK
PPOK harus dipertimbangkan pada penderita dengan keluhan batuk dengan dahak
atau sesak napas dan atau riwayat terpapar faktor resiko. Diagnosis dipastikan dengan
pemeriksaan obyektif adanya hambatan aliran udara (dengan spirometri) (Alsaggaf dkk,
2004).
G. Diagnosis Banding
Asma
SOPT (Sindroma Obstruksi Pasca Tuberculosis) adalah penyakit obstruksi saluran
napas yang ditemukan pada penderita pasca tuberculosis dengan lesi paru yang
minimal.
Pneumotoraks
Gagal jantung kronik
Penyakit paru dengan obstruksi saluran napas lain misal : bronkiektasis, destroyed lung.
Asma dan PPOK adalah penyakit obstruksi saluran napas yang sering ditemukan
di Indonesia, karena itu diagnosis yang tepat harus ditegakkan karena terapi dan
prognosisnya berbeda.
H. Klasifikasi