Anda di halaman 1dari 2

Aktivitas Antitumor dan mekanisme apoptosis dari ribosom

Ribosome Inactivating Protein (RIP) merupakan protein yang bersifat sitotoksik,


selain itu Ribosome Inactivating Protein juga mampu menginduksi apoptosis bagi sel
yang rusak dan bersifat antioksidan. Sehingga Ribosome Inactivating Protein (RIP)
merupakan kandidat antikanker atau antitumor yang baik. Ribosome Inactivating
Protein (RIP) dapat di konjugasikan dengan antibodi monoklonal sebagai
imunotoksin sehingga mempunyai efek yang selektif terhadap sel target. Ribosome
Inactivating Protein (RIP) mempunyai kemampuan menginaktivasi ribosom melalui
aktivitas N-glikosidasenya dengan cara memotong ikatan N-glikosisik adenilat pada
A4324 subunit 28S rRNA dalam 60S subunit ribosom.

Ribosome Inactivating Protein (RIP) menampilkan berbagai kegiatan antimikroba in


vitro, diantaranya anti-jamur, anti-bakteri, dan sprektum luas anti-virus terhadap
kedua patogen manusia dan hewan. Ribosome Inactivating Protein (RIP) dapat di
produksi oleh tanaman, kalus, sel, alga, jamur. Bahkan, pada sel mamalia juga
ditemikan aktivitas glikosilase namun jarang. Ribosome Inactivating Protein (RIP)
ditemukan dalam satu atau lebih bagian tanaman misalnya ricin hanya di temukan
pada biji tanaman Ricinus comunis, sedangkan Ribosome Inactivating Protein (RIP)
dari tanaman Mirabilis jalapa, dapat ditemukan pada beberapa tanamannya.
Ribosome Inactivating Protein (RIP) biasanya ditemukan dalam vakuola dinding sel
tanaman, terutama tersebar luas pada tanaman tingkat tinggi. Selain bersifat toksik
terhadap ribosom eukariotik, Ribosome Inactivating Protein (RIP) juga bermanfaatt
bagi tanaman asalnya karena berperan dalam aktivitas antiviral.

Dalam beberapa dekade terakhir, Ribosome Inactivating Protein (RIP) tampaknya


menjadi hal yang penting dalam penelitian besar, karena pengggunaannya yang
berpotensi dalam terapi antikanker. Beberapa Ribosome Inactivating Protein (RIP)
menunjukkan toksisitas yang kuat terhadap sel-sel kanker dan toksisitas rendah
terhadap sel-sel normal, protein tersebut mengambat atau menghalangi
pertumbuhan tumor sebagian besar melalui proses apoptosis.

Pada aktivitas antitumor, Ribosome Inactivating Protein (RIP) memberikan efek pada
beberapa penyakit, diantaranya pada kanker payudara, leukimia dan limfoma, serta
pada hepatoma dan kanker lainnya. Marmorin telah terbukti berpengaruh negatif
terhadap pertumbuhan sel tumor payudara pada vitro dan in vivo. Pada Leukimia
dan limfoma, trichosantinlah yang signifikan menghambat poliferasi pada berbagai
leukimia dan limfoma baris sel. Ribosome Inactivating Protein (RIP) memang
memiliki potensi untuk menjadi agen antitumor yang inovatif, tetapi protein tersebut
juga memiliki efek samping beracun, termasuk anafilaksis parah sistemik,
immunogenesis, dan toksisitas.

Pada induksi apoptosis sel tumor, Caspases memainkan peran penting dalam
apoptosis. Mereka diklasifikasikan menjadi tiga jenis: caspases inisiator, algojo, dan
prosesor sitokin. Kemajuan besar telah dibuat dalam mempelajari tiga jalur sinyal
yang terkait dengan aktivasi caspase, termasuk mitokondria, reseptor kematian, dan
stres retikulum endoplasma jalur sinyal. Apoptosis juga terjadi melalui apoptosis-
inducing factor (AIF), yang merupakan caspase-independen.

Obat kanker konvensional yang digunakan pada saat ini sering kurang spesifik
tumor, pbat tersebut dinilai sangat membatasi dosis terapi dan efek kuratif. Sebuah
cara yang layak untuk mengatasi masalah ini adalah penggunaan terapi target,
sebagai berikut: (1) pengiriman ditargetkan sesuai seperti dengan immunotoxins
disebutkan di atas atau dengan antibodi bi-spesifik (mengandung dua pengakuan
antigen spesifik fragmen Fab yang berbeda); (2) strategi ekspresi tumor spesifik,
dimana cDNA dari RIP disintesis dan kloning ke dalam vektor plasmid dikendalikan
oleh promotor kanker tertentu, akhirnya menghasilkan RIP dalam sitoplasma sel.
Strategi ini harus diselidiki dalam serangkaian studi praklinis sebelum tes dapat
dilakukan pada subyek manusia. Beberapa immunotoxins saporin mengandung
dalam uji klinis telah menunjukkan hasil yang menjanjikan, sedangkan immunotoxins
RIP-lain yang mengandung hampir tidak diteliti. Beberapa faktor yang harus
dipertimbangkan ketika menerjemahkan data praklinik ke klinik: risiko imunogenisitas
dan toksisitas pada pasien harus diminimalkan; dosis efek minimum dan dosis
ditoleransi maksimal harus ditentukan; dan kemungkinan efek samping selama
pengobatan harus diprediksi. strategi ekspresi tumor spesifik jarang dilaporkan; Oleh
karena itu, ide ini masih harus dieksplorasi.

Kesimpulannya adalah, bahwa telah banyak bukti menunjukkan bahwa Ribosome


Inactivating Protein (RIP) memiliki kemampuan membunuh sel-mereka melalui
berbagai mekanisme, banyak yang caspase-dependent. Ribosome Inactivating
Protein (RIP) merupakan protein yang baik sebagai agen antikanker dan antitumor
jika dikonjugasikan dengan antibodi monoklonal yang mengenal sel target.
Walaupun demikian belum ditemukan suatu Ribosome Inactivating Protein (RIP)
yang mempunya sifat seperti yang diinginkan sebagai antikanker yang ideal,
meskipun beberapa mekanisme yang terlibat dalam apoptosis Ribosome Inactivating
Protein (RIP)-diinduksi telah dijelaskan, studi lebih lanjut diperlukan untuk
mengungkap mekanisme yang tepat. Mengingat potensi penggunaan Ribosome
Inactivating Protein (RIP) pada penyakit penting dan efektivitas mereka sebagai
immunotoxins untuk terapi target, Ribosome Inactivating Protein (RIP) layak di
eksplorasi lebih dalam dan lebih lanjut.

Anda mungkin juga menyukai