Anda di halaman 1dari 3

Menganalisis Novel Teks Cerita Sejarah

“Sekali Peristiwa di Banten Selatan”

Oleh:
Muhammad Aan Firdaus (XII MIPA 1/18)

SMAN 1 GEDANGAN
2017/2018
Menganalisis Novel
 Abstraksi :
“ Kita hidup dalam kesaktian melulu, kalau bukan daging yang sakit ya hati
kesakitan melulu.’
Di sebuah gubuk yang terletak di kaki gunung tinggal seorang laki laki yang
berumur kurang lebih tiga puluh tahun. Ranta, begitulah orang memanggilnya. Dia
tingal bersama istrinya yang bernama Ireng. Pendopo gubuk Ranta berlantai tanah
diperaboti dengan sebuah bangku pangjang yang terbuat dari bamboo batangan.

 Orientasi :
Ranta dan ireng dalam kondisi serba kekurangan. Ranta diperintah secara paksa
oleh juragan Musa dengan dijanjikan imbalan yang tinggi. Namun ternyata tidak
seperti yang diharapkan, Renta malah mendapat hadiah pukulan membabi buta.
Bosan diperlakukan dengan tidak adil oleh sang juragan

 Komplikasi :
“Ranta melangkah keluar ambang. Bahunya tertarik ke atas, matanya terpusat
pada wajah juragan Musa. Sedang kedua belah tangannya terangkat ke atas sedikit.
Dengan tubuhnya yang perkasa itu, Nampak seperti binatang buas hendak menerkam
lawannya

 Evaluasi :
Juragan Musa datang ke rumah Ranta, dia memanggil-manggil Ranta, tapi dalam
rumah tidak ada jawaban. Dengan nada maraah juragan Musa terus memanggil
Ranta, tampak tangan kanannya menjinjing Aktentas. Akhirnya Renta keluar dengan
bahu tertarik ke atas, matanya terpusat pada wajah juragan Musa, sedang kedua belah
tangannya terangkat ke atas sedikit. Melihat Renta yang seperti itu juragan Musa
menjadi takut. Kemudian dia lari dan meninggalkan aktentas dan tongkatnya jatuh ke
tanah.
Tanpa di duga-duga yang pertama. Yang kedua , dengan membawa teman ketiga,
yang ketiga berkata “Cuma aku yang tahu isi aktentas itu”. Yang kedua bertanya
“dari mana kamu tahu?”. Yang ketiga menjelaskan bahwa setiap rabu malam juragan
Musa berunding dengan DI. Kemudian yang ketiga memberi tahu kalau Ranta dan
Ireng dalam bahaya. Segera Ireng ke dalam, dia keluar lagi membawa bungkusan
kecil. Sedangkan ranta memungut aktentas dan cepat-cepat mereka pergi
meninggalkan beranda. Malam harinya rumahh Ranta dibakar oleh pesuruh juragan
Musa.
 Resolusi :
“Komandan menggertak: Angkat tangan! Menyerah.”
Ranta kemudian ditawari sebagai lurah sementara di daerah Banten Selatan
tersebut oleh komandan yang menangkap juragan Musa. Walaupun berpendidikan
rendah, namun Ranta di percaya oleh orang-orang di sekitarnya karena tekadnya
yang kuat untuk melepaskan diri ketidak adilan. Bersama penduduk desa yang
mempercayainya, Ranta dibantu komandan berupaya membangun kembali tempat
tinggal untuk mereka menjadi lebih nyaman dan terus berkembang.

 Koda :
“Suatu pendurhaka dapat hancurkan seluruh kebahagiaan tiap orang. Benar!
Tapi keselamatan tiap orang, seluruh bangsa, Cuma dapat dilaksanakan oleh semua
orang. Pelaksanaan ini mungkin kalau ada persatuan kerukunan persaudaraan.”
Pada akhirnya semua harus saling bersatu untuk melawan penindasan dan
kesewenang-wenangan orang atau golongan kepada rakyat kecil.

Anda mungkin juga menyukai