Anda di halaman 1dari 12

Kelompok 9:

Shiva Frida Vincia (17)


Nawang Annisa (18)
Review Kuliah 3 Termodinamika Material

Hukum I Termodinamika
Hukum I Termodinamika ini terkait dengan kekekalan energi, di mana hukum
ini menyatakan bahwa perubahan enegi dalam (U) dari suatu sistem
termodinamika tertutup sama dengan total dari jumlah energi kalor yang disuplai ke
dalam sistem dan kerja yang dilakukan terhadap sistem. Hukum pertama
termodinamika (The First Law of Thermodynamic) adalah sejumlah kalor (Q) yang
diterima dan usaha yang dilakukan terhadap suatu gas dapat digunakan untuk
menambah energi dalam (U).
Rumus hukum I Termodinamika :

U = Q
W

Dengan ketentuan :
W bertanda positif jika sistem melakukan usaha terhadap lingkungan
W bertanda negatif jika sistem menerima usaha dari lingkungan
Q bertanda positif jika sistem menerima kalor dari lingkungan
Q bertanda negatif jika sistem melepas kalor ke lingkungan

Jadi, hukum termodinamika yang pertama membahas mengenai prinsip kekekalan


energi yang diaplikasikan pada kalor, usaha, dan energi dalam.

Penerapan Hukum I Termodinamika pada Proses Termodinamika


Proses Adiabatik
Dalam proses adiabatik tidak ada kalor yang masuk ataupun kalor yang
keluar dari sistem (Q=0). Untuk proses adiabatik dapat berjalan pada sistem
tertutup yang terisolasi, namun proses adiabatik juga dapat berlangsung pada
sistem tertutup yang tidak terisolasi, untuk hal ini proses harus berlangsung
dengan cepat sehingga tidak sempat terjadi perpindahan kalor.
Jika diterapkan pada proses adiabatik, hukum pertama termodinamika
terjadi perubahan bentuk.
U = Q W Q = 0 (Tidak ada kalor yang masuk atau keluar sistem)
U = 0 W
U = W Persamaan Proses Adiabatik

Jika kerja dilakukan terhadap sistem (kompresi) maka W bernilai negatif


dan U bernilai positif, Sebaliknya jika sistem mengalami ekspansi maka W bernilai
positif dan U negatif. Energi dalam sistem (gas ideal) berbanding lurus dengan
suhu (U = 3/2 nRT), karenanya jika energi dalam sistem bertambah maka suhu
sistem juga bertambah. Sebaliknya, jika energi dalam sistem berkurang maka
suhu sistem berkurang

Berikut grafik perubahan tekanan dan volume dalam proses adiabatik :

Proses Adiabatik Pada Gas Ideal

Syarat : dQ = 0 (sistem diisolasi)


Hukum Termodinamika I : dQ = dU + dW
atau : 0 = dU + dW
dU = - dW
U2 U1 = -W W, U (kompresi)
atau, U1 U2 = W W+, U (ekspansi)
Hubungan variabel p, v dan T dapat dibuat untuk proses adiabatik, dan dapat
digambarkan di dalam p-v diagram.

Hubungan variabel p, v dan T dapat dibuat untuk proses adiabatik


Hukum Termodinamika I : dQ = dU + dW
Proses adiabatik : dQ = 0
dU = CVdT CVdT = pdV nRdT = pdV + Vdp/
pdV Vdp
CV pdV
nR
C nR
Vdp V pdV
CV
dp CV nR dV
CV C p nR
p CV V
dp C p dV Cp



p CV V CV
dp dV

p V

Diintegralkan menjadi:
p
dp V dV

p0 p V0 V

p V
ln ln
p0 V0
V
p
ln ln 0
0
p0 V

p V0
ln 0
p0 V
pV p 0V0

Kerja yang dihasilkan pada proses adiabatik dapat kita dihitung dengan
Wadiabatik pdV pdV CV dT
CV T

1
Wadiabatik p0V0 pV
1

Proses Isokhorik
Dalam proses isokhorik volume selalu konstan, sehingga sistem tidak
dapat melakukan kerja pada lingkungan dan juga lingkungan tidak dapat
melakukan kerja pada sistem.
Jika diterapkan dalam proses isokhorik, hukum pertama termodinamika
akan mengalami perubahan seperti:
U = Q W W = 0 (Sistem tidak melakukan kerja terhadap lingkungan)
U = Q - 0
U = Q Persamaan Proses Isokhorik
Dari hasil ini, kita bisa menyimpulkan bahwa pada proses isokorik (volume
konstan), kalor (Q) yang ditambahkan pada sistem digunakan untuk menaikkan
energi dalam sistem.
Perubahan tekanan dan volume sistem pada proses isokorik digambarkan
melalui grafik di bawah :

Proses Isobarik
Sebuah proses isobarik adalah proses termodinamika dimana tekanan
tetap konstan. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani isos, (sama), dan barus,
(berat). Panas ditransfer ke sistem tidak bekerja tetapi juga mengubah energi
internal sistem:
Daerah kuning merupakan kerja yang dilakukan
Q = U + W
Menurut hukum pertama termodinamika , di mana W adalah kerja yang
dilakukan oleh sistem, U adalah energi internal, dan Q adalah panas. Tekanan-
volume pekerjaan oleh sistem tertutup didefinisikan sebagai:

W= p dV
di mana berarti perubahan atas seluruh proses, sedangkan d menunjukkan
sebuah diferensial. Karena tekanan konstan, berarti bahwa:
W = p V.
pada proses isobarik P = C. maka besarnya usaha adalah

V2

W= P . dv
V1

= P ( V2 V1 ).

Menerapkan hukum gas ideal , ini menjadi


W = n R T
dengan asumsi bahwa jumlah gas tetap konstan, misalnya, tidak ada fase transisi
selama reaksi kimia . Menurut teorema equipartition , perubahan energi internal
berkaitan dengan suhu sistem dengan
U = n cV T
dimana cV adalah panas spesifik pada volume konstan.

Mengganti dua persamaan terakhir ke persamaan pertama menghasilkan:


Q = n cv T + n R T
= n (cv + R) T
= n cp T
dimana cp adalah panas spesifik pada tekanan konstan.

Proses Isotermal
Sebuah proses isotermal adalah perubahan dari suatu sistem, di mana suhu
tetap konstan: T = 0. Hal ini biasanya terjadi ketika sistem berada dalam kontak
dengan reservoir termal luar, dan perubahan terjadi perlahan-lahan cukup untuk
memungkinkan sistem untuk terus menyesuaikan diri dengan suhu reservoir
melalui panas pertukaran.
Sebaliknya, suatu proses adiabatik adalah di mana sistem mengalami
pertukaran panas dengan lingkungan (Q= 0). Dengan kata lain, dalam proses
isotermal, nilai T = 0 tapi Q 0, sedangkan dalam proses adiabatik, T 0 tapi Q = 0

Beberapa isoterm gas ideal pada diagram PV

Untuk kasus khusus dari gas yang hukum Boyle berlaku, produk pV adalah
konstan jika gas disimpan pada kondisi isotermal. Namun kasus-kasus di mana
produk pv adalah istilah eksponensial ini tidak sesuai. Nilai dari konstan nRT,
dimana n adalah jumlah mol gas hadir dan R adalah konstanta gas ideal . Dengan
kata lain, hukum gas ideal pV = nRT berlaku. Ini berarti bahwa:

nRT constant
p= =
B V

Perhitungan pekerjaan
Daerah biru merupakan kerja untuk perubahan isotermal. Dalam
termodinamika, pekerjaan yang terlibat ketika perubahan gas dari A ke B hanya

VB

W A B = pdV
VA

Dengan konvensi, kerja didefinisikan sebagai sistem kerja yang tidak pada
lingkungannya. Jika, misalnya, sistem mengembang oleh piston bergerak ke arah
gaya yang diterapkan oleh tekanan internal gas, maka pekerjaan tersebut dihitung
sebagai positif, dan sebagai pekerjaan ini dilakukan dengan menggunakan energi
internal sistem, hasilnya adalah bahwa energi internal berkurang. Sebaliknya, jika
lingkungan tidak bekerja pada sistem sehingga meningkatkan internal energi,
pekerjaan dihitung sebagai negatif.
Hal ini juga diperhatikan bahwa, untuk banyak sistem, jika suhu tetap
konstan, energi internal sistem juga konstan, dan sebagainya U = 0. Dari Hukum
Pertama Termodinamika, U=Q+W, Sehingga dapat dikatakan bahwa Q = -W
untuk proses isotermal yang sama.
Ketika tidak ada panas mengalir ke atau keluar dari gas karena suhu
konstan, maka tidak ada pekerjaan yang dilakukan. Dengan demikian, bekerja = 0
yang berarti tekanan eksternal adalah nol. Ini disebut ekspansi bebas .

Soal
1. Tembaga dengan kalor jenis 0,1 kal.gr -1C-1 mengalami perubahan suhu 40 C.
Apabila kalor yang diserap tembaga selama suhunya berubah adalah 200 kalori,
maka massa tembaga tersebut adalah
Penyelesaian:
Diketahui: kalor jenis tembaga (c) = 0,1 kal.gr-1C-1
perubahan suhu (T) = 40C
kalor (Q) = 200 kalori
Ditanya: massa (m) tembaga=?
Jawab: Q = m c T
200 kal = (m) (0,1 kal.gr-1C-1) (40C)
200 kal = (m) (0,1 kal.gr-1) (40)
200 = (m) (1 gr-1) (4)
200 gr
m= 4
m = 50 gr
Massa tembaga adalah sebesar 50 gr.

2. Dua gram air ditempatkan didalam silinder dan tekanan dijaga pada 3.0 x 10 5 Pa.
Suhu di air bertambah 42C. Air dalam fasa cair dan berekspansi 1,0 x 10 -8 m3.
Hitung kerja yang dilakukan dan perubahan internal energi! (untuk air: c=1
kal/grC = 1 BTU/lbF = 4186 J/kgC)
Penyelesaian:
Diketahui: p = 3.0 x 105 Pa
V = 1,0 x 10-8 m3
m = 0,0020 kg
T = 42C
Ditanya: Q dan U = ?
Jawab:
W = P V
= (3.0 x 105 Pa) (1,0 x 10-8 m3)
= 0.0030 J
Q = m c T = (0.0020 kg) (4186 J/kgC) (42C) = 352 J
U = Q W = 352 J 0.0030 J = 352 J

Kapasitas Panas (C)


Kapasitas panas yaitu kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu sistem
sebesar satu derajat. Kapasitas kalor ada dua macam, yaitu kapasitas kalor pada
volume tetap (Cv) dan kapasitas kalor pada tekanan tetap (C p). Untuk menemukan
kapasitas panas molar spesifik dari gas yang terlibat, persamaan berikut berlaku

untuk setiap gas umum yang calorically sempurna. Properti adalah baik disebut

indeks adiabatik atau rasio kapasitas panas.

Molar panas spesifik isokhorik:

R
cv=
1

Molar panas spesifik isokhorik:

R
cP=
1
Nilai-nilai untuk adalah =1,4 untuk gas diatomik seperti udara dan

5
komponen utamanya , dan = untuk gas monoatomik seperti gas mulia.
3

Rumus untuk memanaskan spesifik akan mengurangi dalam kasus khusus:

Monoatomik:

3R 5R
cV = dan c P = 2
2

Diatomik:

5R 7R
cV = dan c P = 2
2

Sebuah proses isobarik ditunjukkan pada diagram PV sebagai garis horizontal


lurus, menghubungkan negara termostatik awal dan akhir. Jika proses bergerak ke
arah kanan, maka itu adalah ekspansi. Jika proses bergerak ke arah kiri, maka itu
adalah kompresi.
Ada tiga besaran yang umum digunakan untuk menghitung kalor yang
diterima atau dilepaskan oleh suatu gas: kalor jenis, kapasitas kalor dan kapasitas
kalor molar. Ketiga besaran ini saling berhubungan, sehingga jika rumus salah satu
rumus besaran diketahui, maka rumus kedua besaran lainnya dapat diperoleh.
Kapasitas kalor suatu zat (C) adalah banyaknya kalor (Q) yang diperlukan
untuk menaikkan suhu suatu zat sebesar 1 kelvin.

Q
C= T atau Q = C.T

Kapasitas kalor gas pada tekanan tetap, C p, didefinisikan sebagai kalor yang
diperlukan untuk menaikkan suhu suatu zat 1 kelvin pada tekanan tetap.

Qp
Kapasitas kalor pada tekanan tetap: Cp = T atau Qp = Cp.T
Kapasitas kalor gas pada volum tetap, CV, didefinisikan sebagai kalor yang
diperlukan untuk menaikkan suhu suatu zat 1 kelvin pada volum tetap.

Qv
Kapasitas kalor pada volum tetap: Cv = T atau QV = CV.T

Hubungan Cp dan Cv adalah sebagai berikut:

Cp Cv = nR

Dengan n adalah banyak zat dalam mol dan R adalah tetapan umum gas.

Nilai Kapasitas Panas


Untuk gas monoatomik : Cv = 3/2 nR
Cp = 5/2 nR

Untuk gas diatomik : Cv = 5/2 nR

Cp = 7/2 nR

Tetapan Laplace (notasi ) didefinisikan sebagai nilai perbandingan antara

kapasitas kalor pada tekanan tetap dengan kapasitas kalor pada volum tetap:

= Cp/Cv

Perhatikan, Cp>Cv maka pastilah > 1.

Untuk gas monoatomik: Cp = 5/2 nR dan Cv = 3/2 nR, sehingga:

= 5/2nR : 3/2nR = 5/3 = 1,67

Untuk gas diatomik: Cp = 7/2 nR dan Cv = 5/2 nR, sehingga:

= 7/2nR : 5/2nR = 7/5 = 1,4

Soal
3. Tentukan kapasitas kalor suatu zat, jika untuk menaikkan suhu 4C dari zat itu
diperlukan kalor sebesar 10 Joule!
Penyelesaian:
Diketahui: Q = 10 Joule
T = 4C
Ditanya: C (kapasitas kalor) = ?
Jawab: Q = C T
10 Joule
C=
4C

C = 2.5 J/C
Maka, kapasitas kalor dari zat tersebut adalah sebesar 2.5 J/C.

Proses Irreversibel dan Reversibel

Proses irreversibel adalah proses yang terjadi saat sistem tidak seimbang
sehingga bentuk kurvanya akhirnya terputus-putus karena perubahan keadaan yang
begitu cepat dan tinggi sehingga keadaan diantara awal dengan akhir tidak
menentu.

2 2

W1 = Pext . dV = P2 dV
1 1

W1 = P2 = P ( V2 V1 )

Proses Reversible adalah proses yang terjadi saat sistem berada pada
keadaan seimbang sehingga tidak ada perbedaan yang mencolok antara keadaan
awal dengan akhir.

Gas Ideal berlaku:

nRT
Pext = P = V

WII = Pext . dV
1

v2
nRt V2 P2
WII = v
dV WII = nRT ln V1 = - nRT ln P1
v1
Referensi

Powerpoint Bu Dra. Sari Katili,MS (diakses pada 19 September 2015, pukul 19.25
WIB)

http://chemwiki.ucdavis.edu/Physical_Chemistry/Thermodynamics/State_Functions/
Enthalpy (diakses pada 19 September 2015, pukul 17.05 WIB)

https://www.academia.edu/4305523/Doc_Kelompok_5_TERMODINAMIKA (diakses
pada 19 September 2015, pukul 19.00 WIB)

http://ocw.usu.ac.id/course/download/4120000020-termodinamika-teknik-
i/tkm_205_handout_hukum_termodinamika_ii.pdf (diakses pada 20 September
2015, pukul 19.20 WIB)

http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._FISIKA/195708071982112WIEND
ARTUN/%20ThermoMklh-1.pdf (diakses pada 20 September 2015, pukul 21.20
WIB)

Anda mungkin juga menyukai