Oleh
Nama Kelompok :
1. Anggi Rahmawati
2. Anita Simon
3. Anna Elsina Melatunan
4. Aulia Rahman Hariadi
5. Daniel Marbun
6. Dio Nesta Herdiansyah
Usaha
Usaha yang dilakukan sistem (W) dihitung positif jika sistem melepaskan energi pada
lingkungannya. Apabila lingkungan mengadakan usaha pada sistem hingga sistem menerima
sejumlah energi, maka W adalah negatif.
Proses-proses yang penting pada gas.
∆V
v2
W =∫ p . dV
v1
p. V =n. RT
n . RT
p=
V
v dV V2
W=n. RT ∫v
2
1 V
→W =n . RT ln
( )
V1
p1
untuk tekanan p1.V1= p2.V2 p2
Atau
log x
ln x = e log x = log e
V2
ln x=2,3 log x →W =2,3 n . RT log
( )
V1
b. Proses Isobarik
V1 V2 V
Usaha luar:
W = p (V2-V1) V2 V1 W = (+) gas melakukan usaha
terhadap lingkungannya.
W = p.∆V V2 <V1 W = (-) gas menerima usaha dari
Lingkungannya
c. Proses Isokhorik
Proses isokhorik yaitu proses yang berlaku / berlangsung dengan volume tetap.
p
p1 p2
p2 A Berlaku Hukum Gay Lussac : T 1 = T2
p1 B
V V
Kalor jenis gas pada volume yang tetap. Kalor jenis molar pada volume yang tetap.
Qv Qv
cv= J /kg . K c vm = J / mol . K
mΔT nΔT
d. Proses Adiabatik
Proses adiabatik yaitu proses yang berlangsung tanpa penambahan/pengurangan kalor.
Cp cp c pm
= =
p1 V γ1 = p2 V γ2 γ = kostanta Laplace = C v cv c vm
T 1 V 1γ−1 = T 2 V γ−1
2
Usaha luar :
Gas monoatomik
W=3/2 n.R ∆T
W=3/2 n.R.(T1-T2)
Gas Diatomik
W=5/2 n.R ∆T
W=5/2 n R(T1-T2)
Hukum I Termodinamika
Hukum I termodinamika adalah suatu pernyataan bahwa energi adalah kekal, energi tidak
dapat diciptakan / dimusnahkan.
Hukum ini menyatakan, jika kalor Q masuk ke dalam sistem, energi ini haruslah muncul
sebagai penambahan energi dalam sistem U dan/atau usaha yang dilakukan sistem pada
lingkungannya.
Energi dapat berganti bentuk yang lain, misalnya: menjadi kalor.
1 joule = 0,24 kalori ; 1 kalori = 4,2 joule
a. Proses Isobarik
Proses isobarik adalah suatu proses dimana pada proses tersebut tekanannya adalah tetap.
Diagram antara tekanan terhadap waktu seperti gambar di bawah ini.
p
V
V1 V2
Gambar: Diagram tekanan terhadap volume pada proses isobarik
atau : Δ Qp = n cp Δ T
ΔW =P Δ V=nR Δ T
Δ U = Δ Qv
n cp Δ T = n cv Δ T + n R Δ T
cp = cv + R joule/mol K
sehingga cp = 3/2 R + R = 5/2 R joule/mol K
Untuk gas diatomik:
Suhu Rendah : cv = 3/2 R ; cp = 5/2 R
Suhu Sedang : cv = 5/2 R ; cp = 5/2 R
Suhu Tinggi : cv = 7/2 R ; cp = 7/2 R
1
1 J/mol K = M J/kg K
Gas Monoatomik : cv = 3/2 R/M
joule / kg K
cp = 5/2 R/M
b. Proses Isokhorik
Proses isokhorik adalah suatu proses dengan volume tetap di mana volume sistem tidak
berubah, yakni kalor yang masuk sistem menjelma sebagai penambahan energi dalam
sistem.
Pada proses volume tetap berlaku hukum Gay-Lussac yang menyatakan :
p nR
= = tetap
T V
diagram hubungan antara tekanan dan volume adalah sebagai berikut :
p
p2
p1
V V
Usaha yang dilakukan gas pada proses isokhorik adalah sebagai berikut : pada proses
isokhorik ∆ V = 0 maka usaha yang dilakukan gas yang mengalami proses ini memenuhi
: W = p V = 0
sehingga hukum I termodinamika menjadi : Q = U +W
Maka Δ Qv = Δ U
Δ Qv = n cv Δ T atau Δ Q v = m cv Δ T
▲U = 3/2 nR ▲T (gas monoatomik=gas diatomik suhu rendah)
▲U = 5/2 n R ▲T (gas diatomatik suhu sedang )
▲U = 7/2 n R ▲ (gas diatomatik suhu tinggi)
▲W =▲Qp ▲Qv
▲W = n (cpcv) ▲T atau ▲W = m(cp-cv) ▲T
Kapasitas Kalor
Δ Q=mc Δ T
disebut dengan C
ΔQ J
C= ΔT K
Gas diatomik
Suhu Rendah : cv = 3/2 R/M ; cv = 3/2 nR
: cp = 5/2 R/M ; cp = 5/2 n R
Suhu Sedang : cv = 5/2 R/M J/kg.K ; cv = 5/2 nR J/K
: cp = 7/2 R/M ; cp = 7/2 n R
Suhu Tinggi : cv = 7/2 R/M ; cv = 7/2 nR
: cp = 9/2 R/M ; cp = 9/2 n R
Gas monoatomik :
Δ Qp = Δ Qv + Δ W
Δ Qv = Δ U
Δ W = Δ Qp Δ Qv
Cv Δ T = 3/2 n R Δ T
n R Δ T = (Cp Cv) Δ T
Cv = 3/2 n R
(Cp Cv) = n R joule/ K
sehingga Cp = 5/2 n R
c. Proses Isotermik
Proses isotermik adalah proses di mana suhu tidak berubah. Untuk gas ideal yang mengalami
proses isotermik U = 0. Tetapi hal ini tidaklah berlaku untuk sistem-sistem lain. Sebagai
contoh kalau es mencair pada 0C, U 0 meskipun proses pencairan berlangsung pada
suhu tetap.
W = P Δ V=nR Δ T
Apabila gas ideal mengalami proses di mana (p 1, V1) berubah menjadi (p2, V2), di mana p1 V1
= p2 V2 , berlaku bahwa:
V2 V2
Q = W = p1 V1 ln V 1 = 2,30 p1 V1 log V 1
Disini ln dan log adalah logaritma dengan bilangan dasar e dan 10.
d. Proses Adiabatik
Proses adiabatik adalah proses di mana tidak ada kalor yang masuk atau keluar dari sistem.
Maka Q = 0, hingga untuk proses demikian, hukum pertama menjadi :
0 = U + W
artinya Δ U= Δ W
Apabila sistem melakukan kerja, energi dalamnya harus turun. Apabila kerja dilakukan pada
sistem, energi dalamnya akan naik. Apabila gas ideal mengalami proses, di mana keadaannya
γ
(p1, V1, T1) berubah secara adiabatik menjadi (p2, V2, T2), berlakulah : p1V 1 = p2V
γ
2 dan T 1 V 1γ−1 = T 2 V γ−1
2
dengan = cp/cv.
Pelaksanaan hukum I Termodinamika pada proses-proses di atas mengikuti hukum kekekalan
energi.
Penerapan Hukum I Termodinamika
Siklus
Suatu mesin yang dapat mengubah seluruh kalor yang diserapnya menjadi usaha secara terus
menerus belum pernah dijumpai, yang ada hanya pengubahan kalor menjadi usaha melalui satu
tahap saja. Misalnya, proses isotermis.
Agar sistem ini dapat bekerja terus-menerus dan hasilnya ada kalor yang diubah menjadi usaha,
maka harus ditempuh cara-cara tertentu. Perhatikan gambar berikut ini.
v1 v2 V
Contoh berbagai siklus yang lain sebagai berikut.
Siklus Carnot
Siklus Carnot dibatasi oleh garis lengkung isotherm dan dua garis lengkung adiabatik. Hal ini
memungkinkan seluruh panas yang diserap ( input panas ) diberikan pada satu suhu panas yang
tinggi dan seluruh panas yang dibuang ( panas output ) dikeluarkan pada satu suhu rendah.
p
P1 A AB=pemuaian/pengembangan/ekspansi
isotermis
BC = pemuaian / ekspansi adiabatik
CD = penampatan/kompresi isotermis
DA = penempatan/kompresi adiabatik
Q1
P2 B
P4 D Q2
P3 C
V1 V4 V2 V3 V
Siklus Carnot bekerja dengan mengubah kalor panas (heat) dan membuangnya dalam bentuk
kalor dingin (cold)
Mesin yang menggunakan siklus ini misalnya seperti mesin pemanas ruang dalam rumah seperti
di negara-negara sub tropis pada musim dingin.
Disini kalor panas (QH) sebagai Q1, dan kalor dingin (QC) sebagai Q2.
W = Q1 – Q2
Daya guna /efisiensi mesin kalor
W
η=
Q1 x 100%
Q1 −Q2
η=
Q1 x 100%
Q2
η =1 Q1 x 100% atau
T2
η =1 T 1 x 100%
Untuk mesin Carnot ideal efisiensinya selalu maksimum.
Mesin Pendingin
Mesin pendingin seperti air conditioner (AC) maupun kulkas/refrigerator menggunakan proses
yang berbeda dengan proses mesin pemanas yang menggunakan siklus Carnot. Mesin
pendingin menyerap kalor dingin sebagai sumber dan membuangnya dalam bentuk kalor panas.
Di sini kalor panas (QH) sebagai Q1, dan kalor dingin (QC) sebagai Q2.
Berlaku pula
W = Q1 – Q2
Efisiensi mesin pendingin sebagai berikut.
Daya guna /efisiensi mesin pendingin:
W
η=
Q2 x 100%
Q 1 −Q 2
η=
Q2 x 100%
Q1
η = Q2 1 x 100% atau
T1
η = T2 1 x 100%
Koefisien Performance mesin pendingin / koefisien daya guna sebagai berikut.
1
K= η
Q2
K= W
Q2
K= Q 1 −Q 2
Siklus Otto
Siklus mesin bakar atau lebih umum disebut siklus Otto di tunjukkan pada gambar di bawah ini.
Siklus Otto dibatasi oleh dua garis lengkung adiabatik dan dua garis lurus isokhorik. Dimulai
dari titik a, maka :
P E
Q1
D
B Q2
A
V
Proses a–b : pemampatan adiabatik
k−1 k−1
Ta V 1 = Tb V 2
Proses b–c : proses isokhorik, gas menyerap kalor sebesar Q1 = m Cv
(Tc – Tb)
Proses c–d : pemuaian adiabatik
k−1 k−1
Tc V 2 = Td V 2
Q0
Siklus Diesel
= 1 Q1
Siklus untuk mesin diesel ditunjukkan pada gambar berikut ini. Siklus pada mesin diesel dibatasi
oleh dua garis lengkung adiabatik dan satu garis lurus isobarik serta satu garis lurus isokhorik.
Pada mesin diesel, pembakaran jauh lebih lambat sehingga gas di dalam silinder berkesempatan
untuk mengembang bebas, dan pengembangan selama pembakaran boleh dikatakan berlangsung
dengan tekanan yang hampir tetap. Tetapi di lain pihak, pendinginannya berlangsung cepat, pada
volum yang hampir tetap.
P
Q1
C
B
D
Q2
A
V
Siklus Rainkine
Siklus mesin uap yang juga disebut siklus Rainkine ditunjukkan pada gambar berikut ini. Siklus
ini dibatasi oleh garis lengkung adiabatik dan dua garis lurus isobarik. hanya saja pada mesin uap
ini terdapat proses penguapan dan pengembunan. Pada mesin uap, pemanasannya adalah
pemanasan air di dalam ketel yang mendidih pada tekanan tetap tertentu dan pengembangan
volumnya diakibatkan oleh penguapan yang intensif oleh mendidihnya air di dalam ketel.
Adapun penekanannya untuk mengembalikan ke keadaan awal mengakibatkan pengembunan
uap jenuh, sehingga berlangsung pada tekanan tetap pula. Mula-mula air dalam keadaan cair
dengan suhu dan tekanan rendah di titik a.
P
Q1
cair B C D E
uap
A
cair uap
Q2 F
V
V3 V2 V1
Proses a–b : pada zat cair ditambahkan tekanan, suhu naik dari Ta Tb
Proses b–c : penguapan pada tekanan tetap, suhu naik
c – mulai terjadi penguapan
Proses c–d : perubahan wujud dari cair ke uap
d – semua zat cair sudah menjadi uap
Proses d–e : pemuaian pada tekanan tetap, suhu naik dari Td ke Te
Proses e–f : pemuaian adiabatik
Proses f–a : pengembunan pada tekanan tetap,
bila proses dibalik
Proses a–f : penguapan pada tekanan tetap sehingga membutuhkan kalor
Proses f–e : pemampatan adiabatik
Proses c–b : pengembunan pada tekanan tetap, melepaskan kalor
Daftar Pustaka
Hilman, setiawan. 2007. fisika untuk sma dan ma kelas xi. piranti darma kalokatama: Jakarta.