Anda di halaman 1dari 17

RESUME PENGERTIAN, GRAFIK, RUMUS, DAN

PENERAPANNYA MENGENAI ISOBARIK,


ISOKHORIK, ISOTERMAL, ADIABATIK

Oleh
Nama Kelompok :
1. Anggi Rahmawati
2. Anita Simon
3. Anna Elsina Melatunan
4. Aulia Rahman Hariadi
5. Daniel Marbun
6. Dio Nesta Herdiansyah

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA ENERGI DAN SUMBER DAYA
MINERAL
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL Akamigas
PEM AKAMIGAS
Cepu, April 2019
Energi termal atau kalor (Q) adalah energi yang mengalir dari benda yang satu ke benda
yang lain karena perbedaan suhu. Kalor selalu berpindah dari benda yang panas ke benda yang
dingin. Agar kedua benda yang saling bersentuhan tersebut berada dalam keadaan termal yang
seimbang (yakni tidak ada perpindahan kalor antara kedua benda), suhu kedua benda haruslah
sama. Jika benda pertama dan benda kedua berada dalam keadaan termal yang seimbang dengan
benda ketiga, maka kedua benda pertama berada dalam keadaan termal yang seimbang.
(Pernyataan ini sering disebut hukum ke-nol – zeroth law – termodinamika).
Energi dalam (U) suatu sistem adalah jumlah total energi yang terkandung dalam sistem.
Energi dalam merupakan jumlah energi kinetik, energi potensial, energi kimiawi, energi listrik,
energi nuklir, dan segenap bentuk energi lain yang dimiliki atom dan molekul sistem. Khusus
untuk gas ideal perlu diingat bahwa energi dalamnya hanyalah terdiri atas energi kinetik saja,
2 3
dan hanya bergantung pada suhu saja. ( Ek = ½ mov rms = 2 kT adalah energi kinetik satu
atom, atau molekul gas ideal).

Usaha

Usaha yang dilakukan sistem (W) dihitung positif jika sistem melepaskan energi pada
lingkungannya. Apabila lingkungan mengadakan usaha pada sistem hingga sistem menerima
sejumlah energi, maka W adalah negatif.
Proses-proses yang penting pada gas.

a. Proses Isotermis / Isotermal


Proses isotermis/isothermal yaitu proses yang
A berlangsung dengan suhu tetap.
Berlaku Hukum Boyle : p1.V1 = p2.V2
Usaha luar : V2 > V1 maka W = (+)
B
V1 > V2 maka W = (-)

∆V
v2

W =∫ p . dV
v1

p. V =n. RT
n . RT
p=
V
v dV V2
W=n. RT ∫v
2

1 V
→W =n . RT ln
( )
V1
p1
untuk tekanan p1.V1= p2.V2 p2

Atau
log x
ln x = e log x = log e
V2
ln x=2,3 log x →W =2,3 n . RT log
( )
V1

b. Proses Isobarik

p Proses isobarik yaitu proses yang berlangsung dengan


tekanan tetap.
p AB
V1 V1
Berlaku Hukum Charles : T 1 = T 2

V1 V2 V

Usaha luar:
W = p (V2-V1) V2 V1 W = (+) gas melakukan usaha
terhadap lingkungannya.
W = p.∆V V2 <V1 W = (-) gas menerima usaha dari
Lingkungannya

Pemanasan gas dengan tekanan tetap:


Q p = m cp Δ T atau Qp = n cpm Δ T
Kalor jenis gas pada tekanan tetap Kalor jenis jenis molar gas pada tekanan tetap
Qp Qv
c p= c pm= J /mol . k
mΔT J/kg K nΔT
Kapasitas kalor (Cp) pada tekanan tetap.
Qp
C p= J /k
ΔT

c. Proses Isokhorik
Proses isokhorik yaitu proses yang berlaku / berlangsung dengan volume tetap.
p
p1 p2
p2 A Berlaku Hukum Gay Lussac : T 1 = T2
p1 B
V V

Qv = m.cv. Δ T atau Qv = n.cvm. Δ T

Kalor jenis gas pada volume yang tetap. Kalor jenis molar pada volume yang tetap.
Qv Qv
cv= J /kg . K c vm = J / mol . K
mΔT nΔT

Usaha luar: Kapasitas kalor pada volume tetap


W= p. ΔV
W=P .O Qv
C v= J /K
W=O ΔT

d. Proses Adiabatik
Proses adiabatik yaitu proses yang berlangsung tanpa penambahan/pengurangan kalor.
Cp cp c pm
= =
p1 V γ1 = p2 V γ2 γ = kostanta Laplace = C v cv c vm

T 1 V 1γ−1 = T 2 V γ−1
2
Usaha luar :
Gas monoatomik
W=3/2 n.R ∆T
W=3/2 n.R.(T1-T2)
Gas Diatomik
W=5/2 n.R ∆T
W=5/2 n R(T1-T2)
Hukum I Termodinamika

Hukum I termodinamika adalah suatu pernyataan bahwa energi adalah kekal, energi tidak
dapat diciptakan / dimusnahkan.
Hukum ini menyatakan, jika kalor Q masuk ke dalam sistem, energi ini haruslah muncul
sebagai penambahan energi dalam sistem U dan/atau usaha yang dilakukan sistem pada
lingkungannya.
Energi dapat berganti bentuk yang lain, misalnya: menjadi kalor.
1 joule = 0,24 kalori ; 1 kalori = 4,2 joule

Persamaannya dapat ditulis: Δ Q = Δ U + W


Kesimpulan : Bahwa tidak mungkin suatu mesin akan bekerja terus menerus tanpa
penambahan energi dari luar (perpetum mobille I ).
Q, U dan W harus dinyatakan dalam satuan yang sama: joule, atau ft lb atau kalori, atau
Btu.

a. Proses Isobarik
Proses isobarik adalah suatu proses dimana pada proses tersebut tekanannya adalah tetap.
Diagram antara tekanan terhadap waktu seperti gambar di bawah ini.
p

V
V1 V2
Gambar: Diagram tekanan terhadap volume pada proses isobarik

Berdasarkan diagram tersebut di atas Usaha yang dilakukan gas adalah :


W = p(V2 – V1)
W = usaha yang dilakukan gas (J)
p = tekanan gas (Pa)
V1 = Volume gas pada keadaan awal (m3)
V2 = Volume gas pada keadaan akhir (m3)
Jika pada proses ekspansi, volume gas membesar maka dikatakan gas melakukan usaha,
tetapi jika pada proses pemampatan, volume gas mengecil maka dikatakan gas dikenai
kerja.
V1 V2
T1 = T2
Proses isobarik adalah proses di mana tekanan sistem tidak berubah.
Δ Qp = m cp Δ T

atau : Δ Qp = n cp Δ T
ΔW =P Δ V=nR Δ T
Δ U = Δ Qv

Untuk gas monoatomik: ∆U = 3/2 N k Δ T = 3/2 n R Δ T = n cv Δ T


cv = 3/2 R joule/mol K
Δ Qp = Δ U + Δ W

n cp Δ T = n cv Δ T + n R Δ T
cp = cv + R joule/mol K
sehingga cp = 3/2 R + R = 5/2 R joule/mol K
Untuk gas diatomik:
Suhu Rendah : cv = 3/2 R ; cp = 5/2 R
Suhu Sedang : cv = 5/2 R ; cp = 5/2 R
Suhu Tinggi : cv = 7/2 R ; cp = 7/2 R
1
1 J/mol K = M J/kg K
Gas Monoatomik : cv = 3/2 R/M
joule / kg K
cp = 5/2 R/M

b. Proses Isokhorik

Proses isokhorik adalah suatu proses dengan volume tetap di mana volume sistem tidak
berubah, yakni kalor yang masuk sistem menjelma sebagai penambahan energi dalam
sistem.
Pada proses volume tetap berlaku hukum Gay-Lussac yang menyatakan :
p nR
= = tetap
T V
diagram hubungan antara tekanan dan volume adalah sebagai berikut :
p

p2

p1

V V
Usaha yang dilakukan gas pada proses isokhorik adalah sebagai berikut : pada proses
isokhorik ∆ V = 0 maka usaha yang dilakukan gas yang mengalami proses ini memenuhi
: W = p V = 0
sehingga hukum I termodinamika menjadi : Q = U +W

Δ W = 0 ( tidak terjadi perubahan volume)

Maka Δ Qv = Δ U
Δ Qv = n cv Δ T atau Δ Q v = m cv Δ T
▲U = 3/2 nR ▲T (gas monoatomik=gas diatomik suhu rendah)
▲U = 5/2 n R ▲T (gas diatomatik suhu sedang )
▲U = 7/2 n R ▲ (gas diatomatik suhu tinggi)
▲W =▲Qp  ▲Qv
▲W = n (cpcv) ▲T atau ▲W = m(cp-cv) ▲T

Kapasitas Kalor
Δ Q=mc Δ T
disebut dengan C
ΔQ J
C= ΔT K
Gas diatomik
Suhu Rendah : cv = 3/2 R/M ; cv = 3/2 nR
: cp = 5/2 R/M ; cp = 5/2 n R
Suhu Sedang : cv = 5/2 R/M J/kg.K ; cv = 5/2 nR J/K
: cp = 7/2 R/M ; cp = 7/2 n R
Suhu Tinggi : cv = 7/2 R/M ; cv = 7/2 nR
: cp = 9/2 R/M ; cp = 9/2 n R
Gas monoatomik :
Δ Qp = Δ Qv + Δ W
Δ Qv = Δ U
Δ W = Δ Qp  Δ Qv
Cv Δ T = 3/2 n R Δ T
n R Δ T = (Cp  Cv) Δ T
Cv = 3/2 n R
(Cp  Cv) = n R joule/ K
sehingga Cp = 5/2 n R
c. Proses Isotermik
Proses isotermik adalah proses di mana suhu tidak berubah. Untuk gas ideal yang mengalami
proses isotermik U = 0. Tetapi hal ini tidaklah berlaku untuk sistem-sistem lain. Sebagai
contoh kalau es mencair pada 0C, U  0 meskipun proses pencairan berlangsung pada
suhu tetap.

Proses Isotermik gas ideal: Δ U = O


Δ Q= Δ W
V2
W = n RT 1n ( V 1 )
p1
W = n RT 1n ( p2 )

W = P Δ V=nR Δ T
Apabila gas ideal mengalami proses di mana (p 1, V1) berubah menjadi (p2, V2), di mana p1 V1
= p2 V2 , berlaku bahwa:
V2 V2
Q = W = p1 V1 ln V 1 = 2,30 p1 V1 log V 1
Disini ln dan log adalah logaritma dengan bilangan dasar e dan 10.

d. Proses Adiabatik
Proses adiabatik adalah proses di mana tidak ada kalor yang masuk atau keluar dari sistem.
Maka Q = 0, hingga untuk proses demikian, hukum pertama menjadi :
0 = U + W

artinya Δ U= Δ W
Apabila sistem melakukan kerja, energi dalamnya harus turun. Apabila kerja dilakukan pada
sistem, energi dalamnya akan naik. Apabila gas ideal mengalami proses, di mana keadaannya
γ
(p1, V1, T1) berubah secara adiabatik menjadi (p2, V2, T2), berlakulah : p1V 1 = p2V
γ
2 dan T 1 V 1γ−1 = T 2 V γ−1
2
dengan  = cp/cv.
Pelaksanaan hukum I Termodinamika pada proses-proses di atas mengikuti hukum kekekalan
energi.
Penerapan Hukum I Termodinamika

Siklus

Suatu mesin yang dapat mengubah seluruh kalor yang diserapnya menjadi usaha secara terus
menerus belum pernah dijumpai, yang ada hanya pengubahan kalor menjadi usaha melalui satu
tahap saja. Misalnya, proses isotermis.
Agar sistem ini dapat bekerja terus-menerus dan hasilnya ada kalor yang diubah menjadi usaha,
maka harus ditempuh cara-cara tertentu. Perhatikan gambar berikut ini.

- Mulai dari ( P1 , V1 ) gas mengalami proses isothermis sampai ( P2 , V2 ).


- Kemudian proses isobarik mengubah sistem dari ( P2 , V2 ) sampai ( P2 , V1 ).
- Akhirnya proses isobarik membuat sistem kembali ke ( P1 , V1 ).
Usaha yang dilakukan sama dengan luas bagian gambar yang diarsir. Pada akhir proses sistem
kembali ke keadaan semula. Ini berarti pada akhir siklus energi dalam sistem sama dengan energi
dalam semula. Jadi untuk melakukan usaha secara terus menerus, suatu siklus harus melakukan
usaha secara terus menerus, suatu siklus harus bekerja dalam suatu siklus.
Jadi siklus adalah suatu rantai proses yang berlangsung sampai kembali ke keadaan semula. Luas
siklus merupakan usaha netto. Bila siklus berputar ke kanan, usahanya positif. Bila siklus
berputar ke kiri usahanya negatif.
Contoh:
p
p2 WAB = positif
B WRA = negatif
Wnetto = WAB - WBA
p1 A

v1 v2 V
Contoh berbagai siklus yang lain sebagai berikut.

Gambar: Berbagai macam siklus

Siklus yang ideal dikemukakan oleh Carnot disebut Siklus Carnot

Gambar: Sadi Carnot (1796-


1832). , yang mengemukakan
siklus Carnot

Siklus Carnot
Siklus Carnot dibatasi oleh garis lengkung isotherm dan dua garis lengkung adiabatik. Hal ini
memungkinkan seluruh panas yang diserap ( input panas ) diberikan pada satu suhu panas yang
tinggi dan seluruh panas yang dibuang ( panas output ) dikeluarkan pada satu suhu rendah.

p
P1 A AB=pemuaian/pengembangan/ekspansi
isotermis
BC = pemuaian / ekspansi adiabatik
CD = penampatan/kompresi isotermis
DA = penempatan/kompresi adiabatik
Q1
P2 B
P4 D Q2
P3 C

V1 V4 V2 V3 V
Siklus Carnot bekerja dengan mengubah kalor panas (heat) dan membuangnya dalam bentuk
kalor dingin (cold)
Mesin yang menggunakan siklus ini misalnya seperti mesin pemanas ruang dalam rumah seperti
di negara-negara sub tropis pada musim dingin.

Gambar: Skema siklus Carnot

Disini kalor panas (QH) sebagai Q1, dan kalor dingin (QC) sebagai Q2.
W = Q1 – Q2
Daya guna /efisiensi mesin kalor
W
η=
Q1 x 100%

Q1 −Q2
η=
Q1 x 100%
Q2
η =1 Q1 x 100% atau
T2
η =1 T 1 x 100%
Untuk mesin Carnot ideal efisiensinya selalu maksimum.

Mesin Pendingin
Mesin pendingin seperti air conditioner (AC) maupun kulkas/refrigerator menggunakan proses
yang berbeda dengan proses mesin pemanas yang menggunakan siklus Carnot. Mesin
pendingin menyerap kalor dingin sebagai sumber dan membuangnya dalam bentuk kalor panas.

Gambar mesin kulkas Gambar mesin AC

Gambar: Skema mesin pendingin

Di sini kalor panas (QH) sebagai Q1, dan kalor dingin (QC) sebagai Q2.
Berlaku pula
W = Q1 – Q2
Efisiensi mesin pendingin sebagai berikut.
Daya guna /efisiensi mesin pendingin:
W
η=
Q2 x 100%
Q 1 −Q 2
η=
Q2 x 100%
Q1
η = Q2 1 x 100% atau
T1
η = T2  1 x 100%
Koefisien Performance mesin pendingin / koefisien daya guna sebagai berikut.
1
K= η
Q2
K= W
Q2
K= Q 1 −Q 2

Siklus Otto

Siklus mesin bakar atau lebih umum disebut siklus Otto di tunjukkan pada gambar di bawah ini.
Siklus Otto dibatasi oleh dua garis lengkung adiabatik dan dua garis lurus isokhorik. Dimulai
dari titik a, maka :
P E
Q1
D
B Q2
A

V
Proses a–b : pemampatan adiabatik
k−1 k−1
Ta V 1 = Tb V 2
Proses b–c : proses isokhorik, gas menyerap kalor sebesar Q1 = m Cv
(Tc – Tb)
Proses c–d : pemuaian adiabatik
k−1 k−1
Tc V 2 = Td V 2

Proses d–a : proses isokhorik, gas mengeluarkan kalor


Q2 = m Cv (Ta – Td)

Q0
Siklus Diesel
 = 1  Q1
Siklus untuk mesin diesel ditunjukkan pada gambar berikut ini. Siklus pada mesin diesel dibatasi
oleh dua garis lengkung adiabatik dan satu garis lurus isobarik serta satu garis lurus isokhorik.
Pada mesin diesel, pembakaran jauh lebih lambat sehingga gas di dalam silinder berkesempatan
untuk mengembang bebas, dan pengembangan selama pembakaran boleh dikatakan berlangsung
dengan tekanan yang hampir tetap. Tetapi di lain pihak, pendinginannya berlangsung cepat, pada
volum yang hampir tetap.
P
Q1
C
B

D
Q2
A
V

Proses a–b : pemampatan adiabatik


k−1 k−1
Ta V 1 = Tb V 2

Proses b–c : langkah daya pertama pemuaian isobarik


W = p dV
nRT
= v dV
dV
W = nRT V
= nRT ln dV
Proses c–d : proses pemuaian adiabatik
k−1 k−1
Tc V 2 = Td V 1

Proses d–a : proses pelepasan kalor isokhorik


W = 0 , terjadi penurunan suhu

Siklus Rainkine

Siklus mesin uap yang juga disebut siklus Rainkine ditunjukkan pada gambar berikut ini. Siklus
ini dibatasi oleh garis lengkung adiabatik dan dua garis lurus isobarik. hanya saja pada mesin uap
ini terdapat proses penguapan dan pengembunan. Pada mesin uap, pemanasannya adalah
pemanasan air di dalam ketel yang mendidih pada tekanan tetap tertentu dan pengembangan
volumnya diakibatkan oleh penguapan yang intensif oleh mendidihnya air di dalam ketel.
Adapun penekanannya untuk mengembalikan ke keadaan awal mengakibatkan pengembunan
uap jenuh, sehingga berlangsung pada tekanan tetap pula. Mula-mula air dalam keadaan cair
dengan suhu dan tekanan rendah di titik a.
P
Q1
cair B C D E
uap

A
cair uap
Q2 F

V
V3 V2 V1

Proses a–b : pada zat cair ditambahkan tekanan, suhu naik dari Ta  Tb
Proses b–c : penguapan pada tekanan tetap, suhu naik
c – mulai terjadi penguapan
Proses c–d : perubahan wujud dari cair ke uap
d – semua zat cair sudah menjadi uap
Proses d–e : pemuaian pada tekanan tetap, suhu naik dari Td ke Te
Proses e–f : pemuaian adiabatik
Proses f–a : pengembunan pada tekanan tetap,
bila proses dibalik
Proses a–f : penguapan pada tekanan tetap sehingga membutuhkan kalor
Proses f–e : pemampatan adiabatik
Proses c–b : pengembunan pada tekanan tetap, melepaskan kalor

Daftar Pustaka
Hilman, setiawan. 2007. fisika untuk sma dan ma kelas xi. piranti darma kalokatama: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai