Anggi Rahmawati
PENDAHULUAN 3 PENYEBAB KEBISINGAN 9
PENGARUH KEBISINGAN
DEFINISI BUNYI 4 TERHADAP TENAGA KERJA 10
ISI
JENIS KEBISINGAN 7 PENGUKURAN KEBISINGAN 15
PENCEGAHAN GANGGUAN
PENDENGARAN AKIBAT BISING 17
2
PENDAHULUAN
Industrialisasi akan selalu diiikuti oleh penerapan tehnologi tinggi, penggunaan bahan
serta peralatan yang lebih komplek, namun sering kali berakibat buruk baik terhadap
manusia maupun lingkungan.
Ditempat kerja terdapat beberapa bahaya yang mempengaruhi lingkungan kerja seperti
faktor fisika, kimia, biologi, ergonomi serta psikologi.
3
DEFINISI BUNYI
4
DEFINISI KEBISINGAN
Proses :
Suara yang ditangkap oleh daun telinga mengalir melalui saluran telinga
ke gendang telinga. Gendang telinga adalah selaput tipis yang dilapisi
oleh kulit, yang memisahkan telinga tengah dengan telinga luar.
Getaran suara yang dihantarkan dari tulang pendengaran di telinga
tengah ke jendela oval di telinga dalam menyebabkan bergetarnya
cairan dan sel rambut. Sel rambut yang berbeda memberikan respon
terhadap frekuensi suara yang berbeda dan merubahnya menjadi
gelombang saraf.
Gelombang saraf ini lalu berjalan di Telinga kita terbagi
sepanjang serat-serat saraf menjadi 3 bagian :
pendengaran yang akan membawanya 1. Bagian luar
ke otak. 2. Bagian tengah
Getaran dari gendang telinga 3. Bagian dalam
diperkuat secara mekanik oleh tulang- Batas frekuensi bunyi yang dapat didengar oleh
tulang tersebut dan dihantarkan ke telinga manusia kira-kira dari 20 Hz sampai
20.000 Hz
6
jendela oval.
JENIS KEBISINGAN
7
SUMBER KEBISINGAN
8
PENYEBAB KEBISINGAN
9
PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP TENAGA KERJA
1 2
Gangguang Fisiologis Gangguan Psikologis
Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan Gangguan psikologis berupa rasa tidak nyaman,
darah, ndai, dan dapat menyebabkan pucat dan kurang konsentrasi, emosi dll
gangguan sensoris.
11
• Untuk lingkungan dengan waktu pekerjaan 24 jam
1 (Baku Mutu Lingkungan)
Tabel dibawah ini adalah Baku Mutu Lingkungan sesuai Kepmen LH No. 48 tahun 1996 :
Peruntuka Kawasan/Lingkungan Kesehatan Tingkat Kebisingan db(A)
a. Peruntukan kawasa
1. Perumahan dan pemukiman 55
2. Perdagangan dan jasa 70
3. Perkantoran dan perdagangan 65
4. Ruang terbuka hijau 50
5. Industri 70
6. Pemerintahan dan fasilitas umum 60
7. Rekreasi 70
8. Khusus :
- Bandar udara
- Stasiun kereta api 60
- Pelabuhan laut 70
- Cagar budaya
b. Lingkungan kegiatan
1. Rumah sakit atau sejenisnya 55
2. Sekolah atau sejenisnya 55
12
3. Tempat ibadah atau sejenisnya 55
• Untuk tempat kerja dengan waktu 8 jam kerja
2 (Nilai Ambang Batas)
Gangguan pendengaran akibat bising (GPAB) adalah penurunan pendengaran sensorineural yang pada awalnya
tidak disadari, karena belum mengganggu percakapan sehari-hari. Penurunan pendengaran sensorineural tipe
koklea pada kedua telinga.
Faktor lama pajanan, intensitas kebisingan, umur serta faktor lain akan berpengaruh terhadap penurunan
pendengaran tersebut.
Faktor yang mempercepat GPAB/NIHL adalah pajanan intensitas kebisingan melebihi NAB (>85 dbA selama 8
jam).
GPAB tidak dapat disembuhkan namun bisa dicegah, maka tempat kerja yang melebihi NAB harus menerapkan
Program Konservasi Pendengaran / Hearing Conservation Program (HCP). Program Konservasi Pendengaran
meliputi :
1. Pemantauan Kebisingan;
2. Audiometri Test;
3. Pengendalian Kebisingan;
4. Alat Pelindung Diri;
5. Training Motivasi;
6. Pemeliharaan Catatan / record. 14
PENGUKURAN KEBISINGAN
Alat ukur untuk pengukuran kebisingan di tempat kerja adalah Sound Level Meter (SLM) dan untuk personal monitoring
digunakan Noise Dosimeter.
Sebelum melakukan pengukuran yang pertama harus dilakukan adalah
identifikasi bahaya apakah di area kerja terdapat sumber bahaya dari mesin
atau aktifitas pekerjaan yang dapat menimbulkan kebisingan, bisa juga
dengan melakukan Work Through Survey.
Langkah selanjutnya melakukan pengukuran kebisingan dengan SLM, perlu
diketahui bahwa noise adalah menggunakan fungsi logaritma, karena
rentang pendengaran manusia sangat lebar dengan satuan desible (db).
Lakukan pengukuran secara periodik baik tempat kerja maupun personal
monitoring, bandingkan data pengukuran dengan Nilai Ambang Batas.
Test Audiometri / Pendengaran
Noise Dosimeter Apabila hasil pengukuran di tempat kerja menunjukkan intensitas
kebisingan melebihi NAB maka lakukan audiometri test kepada karyawan
minimal 1 tahun sekali.
Audiometri test juga harus dilakukan pada karyawan baru / rotasi /
Sound Level Meter (SLM) mutasi sebelum di tugaskan ke area dengan intensitas kebisingan yang tinggi.
Target dari audiometri test adalah pemeriksaan gangguan pendengaran 15
persepsi,konduksi atau campuran.
PENGENDALIAN KEBISINGAN
16
PENCEGAHAN GANGGUAN PENDENGARAN AKIBAT BISING
Menurut Dr. Laurie Wells, seorang audiologist di 3M, gangguan pendengaran sebenarnya dapat
dicegah dengan cara sebagai berikut :
1 Menggunakan
Pelindung Telinga
3 Pengendalian teknik di
sumber bahaya
17
1 Menggunakan
Pelindung Telinga
Pemakaian Alat pelindung pendengaran adalah upaya terakhir dalam upaya pencegahan gangguan pendengaran, ada 2
jenis :
1. Ear plug / sumbat telinga Setiap Alat Pelindung Pendengaran memiliki nilai NRR (Noise Reduction Rate),
2. Ear muff / tutup telinga secara prinsip Kebisingan yang akan diterima telinga kita adalah :
Apabila dengan rumus tersebut Kebisingan masih >85 dBA, maka gunakan
pelindung ganda yaitu ear plug dan ear muff, untuk perhitungan : pilih NRR
terbesar dari Ear plug atau ear muff, kemudian hitung dengan rumus :
-5
18
Hal yang penting dalam Alat Pelindung Pendengaran ini adalah berikan pelatihan
penggunaannya yang tepat, gambar dibawah adalah contoh penggunaan Alat Pelindung
Pendengaran.
Faktor yang perlu diperhatikan dalam
pemilihan Alat Pelindung Pendengaran
adalah :
1. Dapat melindungi pekerja dari
kebisingan;
2. Nyaman diapakai dan efisien;
3. Cocok dengan Alat Pelindung diri yang
lainnya misal helm dan kacamata;
4. Masih bisa berkomunikasi ketika
digunakan, karena jika berlebihan dapat
menimbulkan bahaya lainnya misal tidak
dapat mendengar isyarat atau sirene
tanda bahaya.
19
Mengetahui area kerja
2 dengan risiko
kebisingan tinggi
Tidak semua pekerja membawa Sound Level Meter (alat pengukur tingkat kebisingan) atau
Noise Dosimeter (alat pengukur kebisingan untuk personal monitoring) saat bekerja,
sehingga mereka tidak mengetahui besarnya frekuensi kebisingan di area kerja tersebut.
Maka dari itu, perusahaan sebaiknya memasang safety sign pelindung teliinga untuk area
kerja dengan tingkat kebisingan tinggi melebihi 85 dBA. Selain itu, pekerja juga harus
mengetahui area kerja mana saja yang dapat menimbulkan risiko gangguan pendengaran
akibat bising.
20
3 Pengendalian teknik di
sumber bahaya
Area kerja dengan tingkat kebisingan di atas 85 dBA untuk lama kerja 8 jam, 40 jam per minggu, hukum
mengharuskan perusahaan untuk mengurangi tingkat kebisingan di area tersebut. Pengendalian teknik
di sumber suara terbilang efektif untuk mengurangi kebisingan.
- Mengurangi volume suara dengan cara mendesain kembali peralatan untuk mengurangi kecepatan
atau benturan dari bagian yang bergerak yang menimbulkan kebisingan atau mengganti peralatan
lama dengan peralatan baru yang memiliki desain lebih baik.
- Bila volume kebisingan tidak bisa diturunkan, jagalah jarak Anda dengan peralatan tersebut untuk
meminimalkan kebisingan.
- Memasang peredam bunyi pada peralatan kerja, misalnya memasang peredam getaran dengan
menggunakan bantalan karet atau memasang bahan penyerap bunyi di area kerja.
Gangguan pendengaran akibat bising, baik bersifat sementara maupun permanen tidak boleh
diabaikan. Oleh sebab itulah, kesadaran akan bahaya bising bagi pendengaran harus dimiliki oleh para
pekerja sehingga dapat segera melakukan pencegahan terhadap bahaya kebisingan dengan cara di
atas.
21
TERIMA KASIH