Anda di halaman 1dari 22

KEBISINGAN

Anggi Rahmawati
PENDAHULUAN 3 PENYEBAB KEBISINGAN 9

PENGARUH KEBISINGAN
DEFINISI BUNYI 4 TERHADAP TENAGA KERJA 10

DEFINISI KEBISINGAN 5 BATASAN TINGKAT KEBISINGAN 11

DAFTAR BAGAIMANA TELINGA KITA BISA


MENDENGAR ? 6
GANGGUAN PENDENGARAN
AKIBAT BISING
14

ISI
JENIS KEBISINGAN 7 PENGUKURAN KEBISINGAN 15

SUMBER KEBISINGAN 8 PENGENDALIAN KEBISINGAN 16

PENCEGAHAN GANGGUAN
PENDENGARAN AKIBAT BISING 17
2
PENDAHULUAN

 Industrialisasi akan selalu diiikuti oleh penerapan tehnologi tinggi, penggunaan bahan
serta peralatan yang lebih komplek, namun sering kali berakibat buruk baik terhadap
manusia maupun lingkungan.

 Ditempat kerja terdapat beberapa bahaya yang mempengaruhi lingkungan kerja seperti
faktor fisika, kimia, biologi, ergonomi serta psikologi.

3
DEFINISI BUNYI

“Bunyi adalah perubahan tekanan yang dapat dideteksi oleh


telinga atau kompresi mekanikal atau gelombang longitudinal
yang merambat melalui medium, medium atau zat perantara ini
dapat berupa zat cair, padat, gas.”

4
DEFINISI KEBISINGAN

 Menurut Doelle (1993): “suara atau bunyi secara fisis


merupakan penyimpangan tekanan, pergeseran partikel dalam
medium elastis seperti misalnya udara. Secara fisiologis
merupakan sensasi yang timbul sebagai akibat propagasi
energi getaran dari suatu sumber getar yang sampai ke
gendang telinga.”

• Menurut Patrick (1977): “kebisingan dapat pula diartikan


sebagai bentuk suara yang tidak sesuai dengan tempat dan
waktunya.”Menurut Prabu, Putra (2009) bising adalah suara
yang mengganggu 5
BAGAIMANA TELINGA KITA BISA MENDENGAR ?

Proses :
 Suara yang ditangkap oleh daun telinga mengalir melalui saluran telinga
ke gendang telinga. Gendang telinga adalah selaput tipis yang dilapisi
oleh kulit, yang memisahkan telinga tengah dengan telinga luar.
 Getaran suara yang dihantarkan dari tulang pendengaran di telinga
tengah ke jendela oval di telinga dalam menyebabkan bergetarnya
cairan dan sel rambut. Sel rambut yang berbeda memberikan respon
terhadap frekuensi suara yang berbeda dan merubahnya menjadi
gelombang saraf.
 Gelombang saraf ini lalu berjalan di Telinga kita terbagi
sepanjang serat-serat saraf menjadi 3 bagian :
pendengaran yang akan membawanya 1. Bagian luar
ke otak. 2. Bagian tengah
 Getaran dari gendang telinga 3. Bagian dalam
diperkuat secara mekanik oleh tulang- Batas frekuensi bunyi yang dapat didengar oleh
tulang tersebut dan dihantarkan ke telinga manusia kira-kira dari 20 Hz sampai
20.000 Hz
6
jendela oval.
JENIS KEBISINGAN

Jenis-jenis kebisingan dapat dibedakan menjadi 4 bagian yaitu :


• Kebisingan kontinyu dengan spectrum frekuensi sempit, misalnya suara
1 mesin gergaji sirkuler;

• Kebisingan terputus-putus (intermitten) misalnya lalu lintas, saura


2 pesawat terbang di bandara;

• Kebisingan impulsive (impact or impulsive noise)


3

• kebisingan impulsif berulang misalnya suara mesin tempa


4

7
SUMBER KEBISINGAN

Gambar dibawah ini adalh ilustrasi sumber kebisingan :

8
PENYEBAB KEBISINGAN

Frekuensi Intensitas Suara Amplitudo

Kecepatan Suara Panjang Gelombang Periode

Oktave Band Frekuensi Bandwith Pure Tune

Loudness Kekuatan Suara Tekanan Suara

9
PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP TENAGA KERJA

1 2
Gangguang Fisiologis Gangguan Psikologis
Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan Gangguan psikologis berupa rasa tidak nyaman,
darah, ndai, dan dapat menyebabkan pucat dan kurang konsentrasi, emosi dll
gangguan sensoris.

3 Gangguan pada Pendengaran 4


(Ketulian) Gangguan Komunikasi
Merupakan gangguan yang paling serius karena Gangguan komunikasi dapat menyebabkan
pengaruhnya dapat menyebabkan berkurangnya terganggunya pekerjaan, bahkan bisa berakibat
fungsi pendengaran. Gangguab pendengaran ini kepada kecelakaan karena tidak dapat mendengar
bersifat progresif tapi apabila tidak dikendalikan isyarat ataupun tanda bahaya
dapat menyebabkan ketulian permanen 10
BATASAN TINGKAT KEBISINGAN

Batasan tingkat kebisingan dibagi menjadi 2, yaitu :


• Untuk lingkungan dengan waktu pejana 24 jam (Baku
1 Mutu Lingkungan)

• Untuk tempat kerja dengan waktu 8 jam kerja (Nilai


2 Ambang Batas)

11
• Untuk lingkungan dengan waktu pekerjaan 24 jam
1 (Baku Mutu Lingkungan)
Tabel dibawah ini adalah Baku Mutu Lingkungan sesuai Kepmen LH No. 48 tahun 1996 :
Peruntuka Kawasan/Lingkungan Kesehatan Tingkat Kebisingan db(A)
a. Peruntukan kawasa
1. Perumahan dan pemukiman 55
2. Perdagangan dan jasa 70
3. Perkantoran dan perdagangan 65
4. Ruang terbuka hijau 50
5. Industri 70
6. Pemerintahan dan fasilitas umum 60
7. Rekreasi 70
8. Khusus :
- Bandar udara
- Stasiun kereta api 60
- Pelabuhan laut 70
- Cagar budaya
b. Lingkungan kegiatan
1. Rumah sakit atau sejenisnya 55
2. Sekolah atau sejenisnya 55
12
3. Tempat ibadah atau sejenisnya 55
• Untuk tempat kerja dengan waktu 8 jam kerja
2 (Nilai Ambang Batas)

Waktu pemaparan per hari Intensitas kebisingan dalam dbA


Tabel di samping adalah NAB kebisingan
8 Jam 85
sesuai Permenaker No.13/Men/X/2011 4 88
2 91
1 94
30 Menit 97
15 100
75 103
375 106
188 109
94 112
2,812 Detik 115
1,406 118
703 121
352 124
176 127
88 130
44 133
Catatan : Tidak boleh terapajan 22 136 13
lebih dari 140dBA, walaupun sesaat 11 139
GANGGUAN PENDENGARAN AKIBAT BISING

 Gangguan pendengaran akibat bising (GPAB) adalah penurunan pendengaran sensorineural yang pada awalnya
tidak disadari, karena belum mengganggu percakapan sehari-hari. Penurunan pendengaran sensorineural tipe
koklea pada kedua telinga.
 Faktor lama pajanan, intensitas kebisingan, umur serta faktor lain akan berpengaruh terhadap penurunan
pendengaran tersebut.
 Faktor yang mempercepat GPAB/NIHL adalah pajanan intensitas kebisingan melebihi NAB (>85 dbA selama 8
jam).
 GPAB tidak dapat disembuhkan namun bisa dicegah, maka tempat kerja yang melebihi NAB harus menerapkan
Program Konservasi Pendengaran / Hearing Conservation Program (HCP). Program Konservasi Pendengaran
meliputi :
1. Pemantauan Kebisingan;
2. Audiometri Test;
3. Pengendalian Kebisingan;
4. Alat Pelindung Diri;
5. Training Motivasi;
6. Pemeliharaan Catatan / record. 14
PENGUKURAN KEBISINGAN

 Alat ukur untuk pengukuran kebisingan di tempat kerja adalah Sound Level Meter (SLM) dan untuk personal monitoring
digunakan Noise Dosimeter.
 Sebelum melakukan pengukuran yang pertama harus dilakukan adalah
identifikasi bahaya apakah di area kerja terdapat sumber bahaya dari mesin
atau aktifitas pekerjaan yang dapat menimbulkan kebisingan, bisa juga
dengan melakukan Work Through Survey.
 Langkah selanjutnya melakukan pengukuran kebisingan dengan SLM, perlu
diketahui bahwa noise adalah menggunakan fungsi logaritma, karena
rentang pendengaran manusia sangat lebar dengan satuan desible (db).
 Lakukan pengukuran secara periodik baik tempat kerja maupun personal
monitoring, bandingkan data pengukuran dengan Nilai Ambang Batas.
 Test Audiometri / Pendengaran
Noise Dosimeter Apabila hasil pengukuran di tempat kerja menunjukkan intensitas
kebisingan melebihi NAB maka lakukan audiometri test kepada karyawan
minimal 1 tahun sekali.
Audiometri test juga harus dilakukan pada karyawan baru / rotasi /
Sound Level Meter (SLM) mutasi sebelum di tugaskan ke area dengan intensitas kebisingan yang tinggi.
Target dari audiometri test adalah pemeriksaan gangguan pendengaran 15
persepsi,konduksi atau campuran.
PENGENDALIAN KEBISINGAN

 Langkah efektif untuk pencegahan gangguan pendengaran adalah dengan melakukan


pengendalian pada sumber bahaya dengan melakukan eliminasi, subtitusi, engineering,
administrasi.
 Pada tahap perencanaan / engineering pastikan memilih peralatan dengan efek kebisingan paling
rendah, mesin dengan intensitas kebisingan tinggi jauhkan dari area yang terdapat banyak pekerja
disana. Jika mesin tersebut masih bising lakukan pemasangan barier, pasang peredam jika perlu
total enclosure / partial enclosure.
 Untuk Tahap Administrasi bisa melakukan hal-hal sebagai berikut :
- Berlakukan area tersebut sebagai area terbatas, hanya boleh dimasuki personil yang terlatih,
menggunakan Alat Pelindung Pendengaran
- Pengaturan jadwal kerja sesuai NAB, misal 85 dBA bekerja selama 8 jam, 88 dBA bekerja
selama 4 jam, dst.

16
PENCEGAHAN GANGGUAN PENDENGARAN AKIBAT BISING

 Menurut Dr. Laurie Wells, seorang audiologist di 3M, gangguan pendengaran sebenarnya dapat
dicegah dengan cara sebagai berikut :

1 Menggunakan
Pelindung Telinga

Mengetahui area kerja


2
dengan risiko
kebisingan tinggi

3 Pengendalian teknik di
sumber bahaya

17
1 Menggunakan
Pelindung Telinga

 Pemakaian Alat pelindung pendengaran adalah upaya terakhir dalam upaya pencegahan gangguan pendengaran, ada 2
jenis :
1. Ear plug / sumbat telinga   Setiap Alat Pelindung Pendengaran memiliki nilai NRR (Noise Reduction Rate),
2. Ear muff / tutup telinga secara prinsip Kebisingan yang akan diterima telinga kita adalah :

 Apabila dengan rumus tersebut Kebisingan masih >85 dBA, maka gunakan
pelindung ganda yaitu ear plug dan ear muff, untuk perhitungan : pilih NRR
terbesar dari Ear plug atau ear muff, kemudian hitung dengan rumus :
-5

18
 Hal yang penting dalam Alat Pelindung Pendengaran ini adalah berikan pelatihan
penggunaannya yang tepat, gambar dibawah adalah contoh penggunaan Alat Pelindung
Pendengaran.
 Faktor yang perlu diperhatikan dalam
pemilihan Alat Pelindung Pendengaran
adalah :
1. Dapat melindungi pekerja dari
kebisingan;
2. Nyaman diapakai dan efisien;
3. Cocok dengan Alat Pelindung diri yang
lainnya misal helm dan kacamata;
4. Masih bisa berkomunikasi ketika
digunakan, karena jika berlebihan dapat
menimbulkan bahaya lainnya misal tidak
dapat mendengar isyarat atau sirene
tanda bahaya.

19
Mengetahui area kerja
2 dengan risiko
kebisingan tinggi

 Tidak semua pekerja membawa Sound Level Meter (alat pengukur tingkat kebisingan) atau
Noise Dosimeter (alat pengukur kebisingan untuk personal monitoring) saat bekerja,
sehingga mereka tidak mengetahui besarnya frekuensi kebisingan di area kerja tersebut.
 Maka dari itu, perusahaan sebaiknya memasang safety sign pelindung teliinga untuk area
kerja dengan tingkat kebisingan tinggi melebihi 85 dBA. Selain itu, pekerja juga harus
mengetahui area kerja mana saja yang dapat menimbulkan risiko gangguan pendengaran
akibat bising.

20
3 Pengendalian teknik di
sumber bahaya

 Area kerja dengan tingkat kebisingan di atas 85 dBA untuk lama kerja 8 jam, 40 jam per minggu, hukum
mengharuskan perusahaan untuk mengurangi tingkat kebisingan di area tersebut. Pengendalian teknik
di sumber suara terbilang efektif untuk mengurangi kebisingan.
- Mengurangi volume suara dengan cara mendesain kembali peralatan untuk mengurangi kecepatan
atau benturan dari bagian yang bergerak yang menimbulkan kebisingan atau mengganti peralatan
lama dengan peralatan baru yang memiliki desain lebih baik.
- Bila volume kebisingan tidak bisa diturunkan, jagalah jarak Anda dengan peralatan tersebut untuk
meminimalkan kebisingan.
- Memasang peredam bunyi pada peralatan kerja, misalnya memasang peredam getaran dengan
menggunakan bantalan karet atau memasang bahan penyerap bunyi di area kerja.
 Gangguan pendengaran akibat bising, baik bersifat sementara maupun permanen tidak boleh
diabaikan. Oleh sebab itulah, kesadaran akan bahaya bising bagi pendengaran harus dimiliki oleh para
pekerja sehingga dapat segera melakukan pencegahan terhadap bahaya kebisingan dengan cara di
atas.

21
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai