Anda di halaman 1dari 25

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP): STROKE DAN RANGE OF

MOTION(ROM)DI RUANG MELATI RSD dr. SOEBANDI JEMBER

oleh

Helda Puspitasari, S.Kep NIM 122311101018


Riska Umaroh. S.Kep NIM 122311101023
Umamul Faqih, S.Kep NIM 122311101044

PROGRAM PROFESI NERS


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Topik/materi : HIV/ AIDS


Sasaran : Pasien dan keluarganya
Waktu : 10.00-11.00 WIB (1x30 menit)
Hari/Tgl : Rabu, 28 Desember 2016
Tempat : Ruang Sakura RSD. dr. Soebandi Jember

A. Standar Kompetensi
Setelah diberikan pendidikan kesehatan, pasien dan keluarganya dapat
menerapkan pengetahuannya tentang HIV/ AIDS

B. Kompetensi dasar
Setelah diberikan pendidikan kesehatan, diharapkan, pasien dan keluarganya
dapat mengetahui proses perjalanan hingga pencegahan HIV

C. Pokok Bahasan
HIV

D. Sub Pokok Bahasan


a. Pengertian HIV/AIDS
b. Tanda dan gejala HIV/AIDS
c. Deteksi dini HIV/AIDS
d. Pemeriksaan HIV/AIDS
e. Pencegahan HIV/AIDS
f. Perawatan paliatif HIV/AIDS

E. Waktu
1 x 30 menit

F. Bahan / Alat yang digunakan


a. Leaflet

G. Model Pembelajaran
a. Jenis model pembelajaran : demonstrasi
b. Landasan Teori : Konstruktivisme
c. Landasan Pokok :
1. Menciptakan suasana yang baik
2. Membuat keputusan nilai personal
3. Mengidentifikasi pilihan tindakan
4. Memberi komentar
5. Menetapkan tindak lanjut

H. Persiapan
Pemateri menyiapkan materi tentang katarak

I. Kegiatan Penyuluhan
Tindakan
Proses Waktu
Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta
Pendahulu 1.Memberikan salam, memperkenalkan Mendengarkan 2 menit
an
diri, dan membuka pendidikan dan menjawab
kesehatan. salam
2.Menjelaskan materi secara umum dan
Memperhatikan
manfaat pasien dan keluarganya.
3.Menjelaskan tujuan umum dan tujuan
khusus pendidikan kesehatan. Memperhatikan
Penyajian a. Menjelaskan pengertian HIV/AIDS Memperhatikan 15
1) Menanyakan kepada keluarga dan menit
audiens lain mengenai materi yang
Memberikan
baru disampaiakan.
pertanyaan
2) Mendiskusikan bersama jawaban
yang diberikan.

b. Menjelaskan tanda dan gejaka


Memperhatikan
HIV/AIDS
dan memberi
1) Menanyakan kepada keluarga dan
tanggapan
audiens lain mengenai materi
Memperhatikan
yang baru disampaiakan.
2) Mendiskusikan bersama jawaban Memberikan
yang diberikan. pertanyaan

c. Menjelaskan deteksi dini HIV/AIDS


1) Menanyakan kepada keluarga dan
Memperhatikan
audiens lain mengenai materi
dan memberi
yang baru disampaiakan.
tanggapan
2) Mendiskusikan bersama jawaban
Memperhatikan
yang diberikan.

c. Menjelaskan pemeriksaan HIV/AIDS


Memberikan
1) Menanyakan kepada keluarga dan
pertanyaan
audiens lain mengenai materi
yang baru disampaiakan.
2) Mendiskusikan bersama jawaban Memperhatikan
yang diberikan. dan memberi
tanggapan
d. Menjelaskan pencegahan HIV/AIDS Memperhatikan
1) Menanyakan kepada keluarga dan
Memberikan
audiens lain mengenai materi
pertanyaan
yang baru disampaiakan.
2) Mendiskusikan bersama jawaban
yang diberikan.
Memperhatikan
dan memberi
e. Menjelaskan perawatan paliatif
tanggapan
HIV/AIDS
1) Menanyakan kepada keluarga dan
Memberikan
audiens lain mengenai materi
pertanyaan
yang baru disampaiakan.
2) Mendiskusikan bersama jawaban
yang diberikan.
Memperhatikan
dan memberi
tanggapan

Memberikan
pertanyaan

Penutup 1. Menutup pertemuan dengan memberi Menjawab 3 menit


kesimpulan dari materi yang pertanyaan yang
disampaikan. diajukan pemateri
Memberi saran
2. Mengajukan pertanyaan kepada
10
pasien dan keluarganya lain. Memberi
menit
3. Mendiskusikan bersama jawaban dari
komentar dan
pertanyaan yang telah diberikan.
menjawab
pertanyaan
4. Menutup pertemuan dan memberikan
bersama
salam.
Memperhatikan
dan membalas
salam

J. Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
1) Pasien dan keluarganya berada di tempat pertemuan sesuai kontrak.
2) Penyelenggaraan pendidikan kesehatan HIV / AIDS di ruang Sakura
RSD dr. Soebandi Jember.
3) Pengorganisasian penyelenggaraan kegiatan dilakukan sebelum
pelaksanaan.
b. Evaluasi Proses
1) Pasien dan Keluarganya antusias terhadap kegiatan yang dilakukan.
2) Pasien dan Keluarganya berpartisipasi dalam kegiatan.
c. Evaluasi Hasil
1) Pasien dan Keluarganya dapat menjawab pertanyaan yang diberikan
oleh pemateri terkait HIV/AIDS yaitu meliputi.
- Pengertian HIV/AIDS
- Tanda dan gejala HIV/AIDS
- Deteksi dini HIV/AIDS
- Pemeriksaan HIV/AIDS
- Pencegahan HIV/AIDS
- Perawatan paliatif HIV/AIDS
DAFTAR PUSTAKA

Komisi Penanggulangan AIDS Nasional. 2010. Dasar HIV/AIDS. [serial online].


http://www.aidsindonesia.or.id/dasar-hiv-aids. [30 Januari 2017].

Kurniawati, Ninuk Dian, dan Nursalam. 2007. Asuhan Keperawatan pada Pasien
Terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta: Salemba Medika.

Murni, Green, Djauzi, Setiyanto, Okta. 2009. Hidup dengan HIV/AIDS. Jakarta:
Spiritia.

Smeltzer, S. C., dan Bare, B. G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah


Brunner & Suddarth. Edisi 8 Volume 2. Jakarta: EGC.

www.Titah Rahayu/rumahkanker.com [30 Januari 2017].


Lampiran 1

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN


PENDIDIKAN TINGGI RI
UNIVERSITAS JEMBER
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

BERITA ACARA

Pada hari ini, tanggal Januari 2017 jam s/d WIB bertempat ruang
melati RSD dr. Soebandi Jember telah dilaksanakan kegiatan Pendidikan
Kesehatan HIV/AIDS oleh Mahasiswa Program Profesi Ners PSIK Universitas
Jember. Kegiatan ini diikuti oleh orang (daftar hadir terlampir).

Jember, Januari 2017

Mengetahui,
Kepala Ruang Sakura Pembimbing Klinik

(.............................) (.............................)
NIP NIP
Lampiran 2

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN


PENDIDIKAN TINGGI RI
UNIVERSITAS JEMBER
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

DAFTAR HADIR
Kegiatan : Pendidikan Kesehatan HIV/AIDS
Waktu :
Jam WIB selesai
Tempat: Ruang Sakura dr. Soebandi Jember
No. Nama Alamat Tanda Tangan
1 1.
2 2.
3 3.
4 4.
5 5.
6 6.
7 7.
8 8.
9 9.
10 10.
11 11.
12 12.
13 13.
14 14.
15 15.

Jember, Januari 2017

Mengetahui,
Kepala Ruang Sakura Pembimbing Klinik

(.............................) (.............................)
NIP NIP
Lampiran 3. Materi

MATERI HIV/AIDS
1. Definisi
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus RNA yang termasuk
family retroviridae dan genus lentivirus yang menyebabkan penurunan
imunitas tubuh pejamu. Pada proses replikasi virus HIV diperlukan adanya
perubahan dari Ribonucleic Acid (RNA) menjadi Deoxyribonucleid Acid
(DNA) di dalam sel pejamu. Virus HIV menginfeksi tubuh memiliki masa
inkubasi yang lama (masa laten klinis) dan pada akhirnya menimbulkan tanda
dan gejala AIDS (Direktorat Jenderal PP & PL, 2012). HIV merupakan
retrovirus yang menyerang sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia terutama
CD4 positive T-sel dan macrophages (komponen utama sistem kekebalan sel),
dan menghancurkan atau mengganggu fungsinya. Infeksi virus ini
mengakibatkan terjadinya penurunan sistem kekebalan yang terus-menerus.
Sistem kekebalan dianggap defisien ketika sistem tersebut tidak dapat lagi
menjalankan fungsinya memerangi infeksi dan penyakit (KPA Nasional,
2010).
AIDS (Aquired Immuno Deficiency Syndrome) adalah suatu penyakit yang
disebabkan oleh infeksi HIV (Human Immuno Deficiency Virus) yang
menyebabkan kolapsnya sistem imun (Corwin, 2000). AIDS diartikan sebagai
bentuk paling erat dari keadaan sakit terus menerus yang berkaitan dengan
infeksi Human Immunodefciency Virus (HIV). Manivestasi infeksi HIV
ditandai dengan tanda-tanda gelaja gangguan sistem imun yang ringan sampai
manivestasi yang menunjukkan kelainan sistem imun yang berat (Smeltzer,
2001). Smeltzer & Bare (2001) menyatakan bahwa HIV telah ditetapkan
sebagai agens penyebab Accuired Immunideficiency Syndrome (AIDS), yaitu
gejala dari penyakit yang mungkin terjadi saat sistem imun dilemahkan oleh
virus HIV.

2. Tanda dan gejala


Manifestasi klinis penyakit AIDS pada dasarnya mengenai setiap sistem
organ. Penyakit yang berkaitan dengan infeksi HIV atau penyakit AIDS adalah
akibat terjadi infeksi, malignansi atau akibat dari efek langsung HIV itu sendiri.
Berikut adalah manivfstasi klinis dari penyakit AIDS (Smeltzer & Bare, 2001):
a. Sistem respiratori
Gejala yang timbul seperti, napas pendek, sesak napas (dispnea),
batuk-batuk, nyeri dada, dan demam yang disebabkan infeksi yang
terjadi pada paru-paru.

Gambar 2. TBC
b. Sistem Gastrointestinal
Gejala yang timbul seperti hilanya selera makan, mual, muntah,
adanya kandidiasis oral yang dapat menyebar pada esophagus dan
lambung, diare kronis, penurunan berat badan lebih dari 10% berat
badan sebelumnya, hilangnya massa otot, kelemahan karena
hipermetabolisme tubuh.
Gambar 3. Pasien dengan penurunan berat badan

c. Kanker
Penderita AIDS mengalami insiden lebih tinggi terhadap kanker
daripada orang normal karena stimulasi HIV terhadap sel kanker
dan defisiensi sistem kekebalan sehingga substansi penyebab
kanker seperti virus lebih mudah menyerang tubuh. Gejala
klinisnya seperti lesi pada kulit, pada wanita terdapat perdarahan
yang terus menerus pada vagina, keluar cairan yang berbau busuk
dan rasa gatal dan panas pada daerah vagina.

Gambar 4. Ca Servix

d. Sistem neurologi
Komplikasi neurologik meliputi fungsi saraf sentral, perifer dan
autonum dimana gangguan ini dapat terjadi akibat efek langsung
HIV pada jaringan saraf, neoplasma primer atau metastatik,
perubahan serebrovaskuler, ensefalopati metabolik atau komplikasi
sekunder karena terapi kompleks, seperti:
Ensefalopati HIV (kompleks dimensia AIDS) berupa sindrom
klinis yang ditandai penurunan progesif pada fungsi kognitif,
perilaku dan motorik. Manifestasi dini mencakup gangguan
daya ingat, sakit kepala, kesulitan konsentrasi, konfusi
progesif, pelambatan psikomotorik, apatis dan ataksi. Stadium
lanjut mencakup gangguan kognitif global, kelambatan dalam
respon verbal, gangguan afektif, seperti pandangan yang
kosong, hiperrefleksi paraparesis spatik, psikosis, halusinasi,
tremor, inkontinensia, serangan kejang, mutisme.
Meningitis kriptokokus, yaitu infeksi jamur Cryptococcus
neoform dengan gejala demam, sakit kepala, malaise, kaku
kuduk, mual, vomitus, perubahan status mental, dan kejang.
Leukoensefalopati multifokal progresiva (PML) merupakan
kelainan sistem saraf pusat dengan demielinisasi yang
disebabkan virus J.C manifestasi klinis dimulai dengan konfusi
mental dan mengalami perkembangan cepat yang pada
akhirnya mencakup gejala kebutaan, afasia, paresis .
Mielopati vaskuler merupakan kelainan degeneratif yang
mengenai kolumna lateralis dan posterior medulla spinalis
sehingga terjadi paraparesis spastik progresiva,ataksia serta
inkontinensia.
Neuropati perifer yang berhubungan dengan HIV diperkirakan
merupakan kelainan demielisasi dengan disertai rasa nyeri
serta matirasa pada ekstrimitas, kelemahan, penurunan reflkes
tendon yang dalam, hipotensi ortostatik.

Gambar 5. Hipotensi Ortostatik

e. Sistem integument
Gejala klinisnya timbul vesikel pada kulit akibat infeksi Herpes
Zoster atau hesper simpleks, terdapat ruam, kulit bersisik, kulit
kering, mengelupas.
(Smeltzer, 2001).

Gambar 6. Lesi pada kulit

WHO mengembangkan diagnosis HIV hanya berdasarkan penyakit klinis


dengan mengelompokkan tanda dan gejala dalam kriteria mayor dan minor.
Seseorang yang mempunyai 2 gejala mayor dan 2 gejala minor bisa di diagnosis
HIV meskipun tanpa pemeriksaan ELISA atau tes laboratorium lain. Berikut ini
adalah tanda dan gejala mayor dan minor untuk mendiagnosis HIV berdasarkan
klasifikasi WHO.
1) Gejala mayor:
a) Gagal tumbuh atau penurunan berat badan
b) Diare kronis
c) Demam memanjang tanpa sebab
d) Tuberkulosis
2) Gejala minor:
a) Limfadenopati generalisata
b) Kandidiasis oral
c) Batuk menetap
d) Distres pernapasan/pneumonia
e) Infeksi berulang
f) Infeksi kulit generalisata (Direktorat Jenderal PP & PL, 2012).
Tabel 3. Tabel tanda dan gejala HIV AIDS
Sistem Tubuh Manifestasi Klinis
Keadaan Umum Kehilangan berat badan > 10% dari berat badan
dasar
Demam (terus menerus atau intermiten,
temperatur oral > 37,5C) yang lebih dari satu
bulan
Diare (terus menerus atau intermiten) yang
lebih dari satu bulan
Limfadenopati meluas
Infeksi Jamur Kandidiasis oral*
Dermatitis seboroik*
Kandidiasis vagina berulang
Infeksi Virus Herpes zoster (berulang atau melibatkan lebih
dari satu dermatom)*
Herpes genital (berulang)
Moluskum kontagiosum
Kondiloma
Sistem Respiratory Batuk lebih dari satu bulan
Sesak nafas
Tuberkulosis
Pneumonia berulang
Sinusitis kronis atau berulang
Sistem Hilanya selera makan
Gastrointestinal Mual ,muntah
Kandidiasis oral yang dapat menyebar pada
esophagus dan lambung
Diare kronis
Penurunan berat badan lebih dari 10% berat
badan sebelumnya, hilangnya massa otot
Kelemahan karena hipermetabolisme tubuh.
Sistem Integumen PPE* dan kulit kering yang luas* merupakan
dugaan kuat infeksi HIV. Beberapa kelainan seperti
kutil genital (genital warts), folikulitis dan
psoriasis.
Sistem Neurologi Ensefalopati HIV (kompleks dimensia AIDS)
berupa sindrom klinis yang ditandai
penurunan progesif pada fungsi kognitif,
perilaku dan motorik. Manifestasi dini
mencakup gangguan daya ingat, sakit kepala,
kesulitan konsentrasi, konfusi progesif,
pelambatan psikomotorik, apatis dan ataksi.
Stadium lanjut mencakup gangguan kognitif
global, kelambatan dalam respon verbal,
gangguan afektif, seperti pandangan yang
kosong, hiperrefleksi paraparesis spatik,
psikosis, halusinasi, tremor, inkontinensia,
serangan kejang, mutisme.
Meningitis kriptokokus, yaitu infeksi jamur
Cryptococcus neoform dengan gejala demam,
sakit kepala, malaise, kaku kuduk, mual,
vomitus, perubahan status mental, dan kejang.
Leukoensefalopati multifokal progresiva
(PML) merupakan kelainan sistem saraf pusat
dengan demielinisasi yang disebabkan virus
J.C manifestasi klinis dimulai dengan konfusi
mental dan mengalami perkembangan cepat
yang pada akhirnya mencakup gejala
kebutaan, afasia, paresis .
Mielopati vaskuler merupakan kelainan
degeneratif yang mengenai kolumna lateralis
dan posterior medulla spinalis sehingga terjadi
paraparesis spastik progresiva,ataksia serta
inkontinensia.
Neuropati perifer yang berhubungan dengan
HIV diperkirakan merupakan kelainan
demielisasi dengan disertai rasa nyeri serta
matirasa pada ekstrimitas, kelemahan,
penurunan reflkes tendon yang dalam,
hipotensi ortostatik.
Tabel 4. Gejala HIV AIDS sesuai dengan fase-fase infeksi
Antibodi Dapat
Lamanya
Fase yang Gejala-Gejala ditularka
fase
terdeteksi n
1..Periode 4mg-6bln Tidak Tidak ada Ya
jendela
setelah
infeksi
2.Infeksi HIV 1-2 Kemungki Sakit seperti flu Ya
primer
minggu nan
akut

3.Infeksi 1-15 tahun Ya Tidak ada Ya


asimtomat
atau lebih
ik

4.Supresi Sampai 3 Ya Demam, keringat malam Ya


imun
tahun hari, penurunan BB, diare,
simtomati
k neuropati, keletihan, ruam
kulit, limpadenopati,
perlambatan kognitif, lesi
oral

5.AIDS Bervariasi Ya Infeksi oportunistik berat Ya


1-5 tahun dan tumor tumor pada
dari setiap sistem
penentuan tubuh,manifestasi
kondisi neurologik
AIDS

3. Deteksi dini HIV

Banyak orang masih merasa enggan untuk melakukan tes HIV karena stigma yang
ada terhadap penyakit ini. Padahal, makin cepat terdeteksi dan ditangani, maka
makin efektif hasil pengobatan HIV. Selain itu, dengan mengetahui status HIV,
penderitanya dapat menerapkan langkah-langkah pencegahan penyebaran virus
ini. Sebagian pengidap tidak menyangka bahwa virus HIV telah bersarang dalam
tubuh mereka karena tidak merasakan gejala apa-apa. Ibu hamil juga disarankan
untuk memeriksakan diri dengan tes HIV, sehingga yang terdeteksi positif dapat
menjalani pengobatan sedini mungkin dan mengurangi risiko penyebaran virus
kepada bayinya.

Berikut ini adalah kelompok orang yang dikategorikan berisiko mengidap HIV.

1. Mengidap TB, hepatitis atau penyakit menular seksual seperti herpes,


sifilis, klamidia, trikomoniasis, atau gonore.

2. Memiliki lebih dari satu pasangan seksual.

3. Melakukan hubungan seksual tanpa pengaman seperti kondom dengan


orang yang latar belakang seksualnya tidak diketahui dengan pasti.

4. Berhubungan seksual dengan pengguna narkoba.

5. Pernah menyuntikkan obat-obatan atau berbagi alat suntik dengan orang


lain.

6. Memiliki ibu yang mengidap HIV.

7. Hamil di luar rencana.

8. Pernah menerima transfusi darah yang kesterilannya diragukan.

Bagaimana Cara Mengakses Tes Deteksi HIV?

Tidak semua rumah sakit atau lembaga memberikan layanan tes HIV. Anda dapat
mengakses daftar rumah sakit atau lembaga HIV yang menyediakan layanan HIV
terdekat. Paket tes umumnya dapat terdiri dari: deteksi infeksi menular seksual
(IMS), konseling sebelum tes HIV, tes HIV, dan konseling setelah tes HIV.
Beberapa lembaga memberikan seluruh jenis pelayanan di atas, sementara yang
lain hanya memberikan satu atau dua kelas saja. Sebaiknya tanyakan terlebih
dahulu agar mendapat layanan yang sesuai dengan kebutuhan.

Terdapat beberapa jenis tes untuk mendeteksi HIV, antara lain:

Tes standar: pemeriksaan darah untuk mendeteksi antibodi HIV. Dalam


waktu 1-6 bulan setelah HIV masuk ke tubuh, tubuh akan memproduksi
antibodi sebagai respons terhadap infeksi ini. Oleh karena itu tes ini
sebaiknya dilakukan 1 bulan setelah kira-kira terjadi pajanan terhadap
virus HIV.

Tes antibodi cepat: umumnya tes ini merupakan pemeriksaan darah untuk
menemukan antibodi HIV dalam darah dan kadang-kadang juga pada air
liur. Tes juga hanya akan memberikan hasil yang akurat sebulan setelah
terjadinya pajanan terhadap virus HIV.

Tes antigen HIV: tes darah ini dapat mendeteksi HIV sekitar 20 hari lebih
cepat daripada tes standar. Pemeriksaan dilakukan terhadap antigen HIV,
bagian dari virus yang muncul 14-28 hari setelah infeksi.

Jika hasil tes Anda negatif, Anda dapat terus melakukan tindakan pencegahan
seperti menggunakan kondom saat berhubungan seksual dan tidak berbagi alat
pribadi seperti jarum suntik. Jika hasil tes Anda positif, Anda dapat segera
berkonsultasi untuk mendapatkan terapi yang tepat. Makin cepat HIV terdeteksi,
maka makin panjang usia harapan hidup yang dapat diupayakan.

4. Pencegahan
Dengan mengetahui cara penularan HIV/AIDS dan sampai saat ini belum

ada obat yang mampu memusnahkan HIV/AIDS maka lebih mudah melakukan

pencegahannya.
a. Prinsip ABCDE yaitu :

A = Abstinence (Puasa Sesk, terutama bagi yang belum menikah)


B = Befaithful (Setia hanya pada satu pasangan atau menghindari

berganti- ganti pasangan)


C = use Condom (Gunakan kondom selalu bila sudah tidak mampu

menahan seks)
D = Drugs No (Jangan gunakan narkoba)
E = sterilization of Equipment (Selalu gunakan alat suntik steri)

b. Voluntary Conseling Testing (VCT)

VCT merupakan satu pembinaan dua arah atau dialog yang berlangsung tak

terputus antara konselor dan kliennya dengan tujuan untuk mencegah penularan

HIV, memberikan dukungan moral, informasi serta dukungan lainnya kepada

ODHA, keluarga dan lingkungannya. VTC mempunyai tujuan sebagai :

1) Upaya pencegahan HIV/AIDS


2) Upaya untuk mengurangi kegelisahan, meningkatkan persepsi atau

pengetahuan mereka tentang faktor-faktor resiko penyebab seseorang

terinfeksi HIV.
3) Upaya mengembangkan perubahan perilaku, sehingga secara dini

mangarahakan mereka menuju ke program pelayanan dan dukungan

termasuk akses terapi antiretroviral (ARV), serta membantu mengurangi

stigma dalam masyarakat.

c. Universal Precautions (UPI)


Universal precautions adalah tindakan pengendalian infeksi yang dilakukan

oleh seluruh tenaga kesehatan untuk mengurangi resiko penyebaran infeksi serta

mencegah penularan HIV/AIDS bagi petugas kesehatan dan pasien. UPI perlu

diterapkan dengan tujuan untuk :

1) Mengendalikan infeksi secara konsisten.


2) Mamastikan standar adekuat bagi mereka yang tidak di diagnosis atau terlihat

seperti beresiko.
3) Mengurangi resiko bagi petugas kesehatan dan pasien.
4) Asumsi bahwa resiko atau infeksi berbahaya.

Upaya perlindungan dapat dilakukan melalui :

1) Cuci tangan
2) Alat pelindung
3) Pemakaian antiseptik
4) Dekontaminasi, pembersihan dan sterilisasi atau disterilisasi atau desinfektan

tingkat tinggi untuk peralatan bedah, sarung tangan dan benda lain.

5. Perawatan Paliatif
a. Pengertian
Perawatan paliatif adalah perawatan kesehatan terpadu yang bersifat aktif dan
menyeluruh, dengan pendekatan multidisiplin yang terintegrasi. Tujuannya untuk
mengurangi penderitaan pasien, memperpanjang umurnya, meningkatkan kualitas
hidupnya, juga memberikan support kepada keluarganya. Meski pada akhirnya
pasien meninggal, yang terpenting sebelum meninggal dia sudah siap secara
psikologis dan spiritual, serta tidak stres menghadapi penyakit yang dideritanya.
Jadi, tujuan utama perawatan paliatif bukan untuk menyembuhkan penyakit. Dan
yang ditangani bukan hanya penderita, tetapi juga keluarganya.

Dulu perawatan ini hanya diberikan kepada pasien kanker yang secara medis
sudah tidak dapat disembuhkan lagi, tetapi kini diberikan pada semua stadium
kanker, bahkan juga pada penderita penyakit-penyakit lain yang mengancam
kehidupan seperti HIV/AIDS dan berbagai kelainan yang bersifat kronis.
Menurut dr. Maria A. Witjaksono, dokter Palliative Care Rumah Sakit Kanker
Dharmais, Jakarta, prinsip-prinsip perawatan paliatif adalah sebagai berikut:
1. Menghargai setiap kehidupan.
2. Menganggap kematian sebagai proses yang normal.
3. Tidak mempercepat atau menunda kematian.
4. Menghargai keinginan pasien dalam mengambil keputusan.
5. Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang menganggu.
6. Mengintegrasikan aspek psikologis, sosial, dan spiritual dalam perawatan
pasien dan keluarga.
7. Menghindari tindakan medis yang sia-sia.
8. Memberikan dukungan yang diperlukan agar pasien tetap aktif sesuai
dengan kondisinya sampai akhir hayat.
9. Memberikan dukungan kepada keluarga dalam masa duka cita.
b. Perawatan Paliatif
1. ODHA dengan penyakit yang sudah lanjut, selain gejala-gejala fisik dan
psikologik, juga timbul penderitaan yang bermula pada kondisi distress
mengenai keberadaan dirinya perawatan terminal

2. Odha yang dekat dengan kematian:

a) Makin banyak tidur dan sulit dibangunkan. Cobalah berbicara dengannya


dan lakukan apa saja pada saat dia sedang sadar.

b) Menjadi bingung tentang di mana dia, waktu atau tanggal, atau siapa
orang-orang di sekitarnya. Beri tahukanlah di mana dia, jam berapa dan
hari apa sekarang, dan siapa orang-orang itu. Jangan memarahi dia bila dia
lupa, beri tahu saja.

c) Mulai mengompol atau kehilangan kontrol untuk buang air besar.


Bersihkan dengan memakai sarung tangan, dan pakai bedak bubuk atau
pelembab untuk mencegah kemerahan pada kulit. Kateter mungkin
diperlukan untuk mengeluarkan air seni.

d) Mempunyai kulit yang terasa sejuk bila disentuh dan dapat berubah
menjadi lebih gelap pada bagian tubuh yang menyentuh tempat tidur
karena peredaran darahnya menjadi lebih lambat. Tutupi dengan selimut
hangat, tetapi jangan memakai selimut listrik karena dapat membakar
orang yang peredaran darahnya buruk.
e) Dapat mengalami kesulitan melihat atau mendengar. Sekali pun demikian,
jangan berbicara pada orang lain seakan-akan Odha tidak akan mendengar
kita. Selalu berbicara dengan Odha atau orang lain di ruangan seakan-akan
dia mendengarkan kita, walaupun Odha tampaknya di dalam koma.

f) Tampak gelisah, menarik-narik selimut/seprai tempat tidur atau berlagak


seolah-olah dia melihat hal-hal yang tidak kita lihat. Tetaplah bersabar,
berbicara dengan lambat, dan tenangkan Odha. Buat dia nyaman dengan
mengingatkan secara lemah lembut tentang siapa kita dan di mana dia.

g) Dapat berhenti makan dan minum. Sesering mungkin membersihkan


mulutnya dengan lap basah. Jaga agar bibirnya selalu basah dengan
memakai pelembab bibir.

h) Bisa nyaris berhenti buang air kecil. Jika ada kateter, benda ini perlu
dibilas atau disemprot agar tidak tersumbat. Perawat dapat menunjukkan
bagaimana melakukannya.

i) Mempunyai suara napas yang berisik karena dia tidak dapat


menghilangkan cairan yang mengumpul di belakang tenggorokannya.
Bicarakan dengan dokter/ mengubah posisi kepala lebbih tinggi.

j) Jika dia mulai bernapas dengan tidak teratur atau tampak berhenti
bernapas selama satu menit, panggil dokter

k) Jika meninggal Perawatan Jenazah dengan perlindungan diri.

c. Dukungan Psikososial
1. Kebutuhan psikologik berupa:

a) Rasa aman dan nyaman karena keyakinan bahwa dirinya berada dalam
perawatan oleh para ahli yang kompeten dan keluarga/care givers yang
peduli dengan keadaannya

b) Kebutuhan untuk mengetahui tentang penyakit yang dideritanya sehingga


penderita tidak berada dalam keadaan ketidak-pastian yang
c) Penderita juga ingin untuk tetap dihargai dan dianggap mampu, dengan
cara melibatkannya dalam mengambil keputusan-keputusan yang terkait
dengan dirinya terutama bila secara fisik ia menjadi sangat tergantung
pada orang lain.

2. Kebutuhan sosial :

a) Perasaan tetap diterima oleh keluarga/care-givers-nya walaupun


penampilan /perilakunya sering kali tidak menyenangkan.

b) Perasaan tetap dibutuhkan, dilibatkan dan diperhitungkan dalam


keluarganya sehingga penderita tidak merasa menjadi beban bagi
keluarganya.

c) Kesempatan bagi penderita untuk membebaskan diri dari keterikatannya


dengan orang lain dan dibebaskan dari berbagai tanggung jawab dalam
pekerjaan/keluarga yang sebelumnya dipikul penderita dengan
menyerahkannya kepada orang lain.

3. Penatalaksanaan Dukungan Psikososial:

a) Kaji perasaan klien dan ketakutan yang dihadapi

b) Anjurkan klien untuk menceritakan permasalahannya pada orang yang


telah dipercaya

c) Anjurkan klien untuk sering berkomunikasi dengan penderita yang lain

d) Jaga Kerahasiaan KlienBerikan dukungan sosial, jangan lakukan stigma


pada pasien HIV

d. Aktifitas Spiritual
Penatalaksanaan:
1. Berikan Kasih sayang yang diexpresikan secara nyata seperti jabat tangan,
sentuhan, strokes atau belaian.
2. Berikan pengertian adanya kesempatan untuk memperbaiki hubungan
interpersonal yang terganggu diwaktu yang lalu, serta mendapatkan
pengampunan atas kesalahan-kesalahannya dimasa lalu.

3. Yakinkan bahwa dirinya tetap dicintai dan dihargai.

4. Motivasi perasaan bahwa hidupnya tetap mempunyai arah/tujuan yang


jelas dan berarti bagi sesamanya
DAFTAR PUSTAKA

Komisi Penanggulangan AIDS Nasional. 2010. Dasar HIV/AIDS. [serial online].


http://www.aidsindonesia.or.id/dasar-hiv-aids. [30 Januari 2017].

Kurniawati, Ninuk Dian, dan Nursalam. 2007. Asuhan Keperawatan pada Pasien
Terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta: Salemba Medika.

Murni, Green, Djauzi, Setiyanto, Okta. 2009. Hidup dengan HIV/AIDS. Jakarta:
Spiritia.

Smeltzer, S. C., dan Bare, B. G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah


Brunner & Suddarth. Edisi 8 Volume 2. Jakarta: EGC.

www.Titah Rahayu/rumahkanker.com [30 Januari 2017].

Anda mungkin juga menyukai