Unud-118-1715657466-Tesis (Nyoman Koriawan) PDF
Unud-118-1715657466-Tesis (Nyoman Koriawan) PDF
NYOMAN KORIAWAN
NIM : 0891561031
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2011
1
2
Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas asung
Pada kesempatan ini juga penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Bapak Ir. Gede Astawa Diputra, MT, pembimbing I yang dengan
ini. Terima kasih sebesar-besarnya pula penulis sampaikan kepada Bapak Ir.
Mayun Nadiasa, MT, pembimbing II yang dengan penuh perhatian dan kesabaran
Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana, dan
sanggahan, dan koreksi sehingga tesis ini dapat terwujud seperti ini. Penulis juga
menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Bupati Jembrana serta Bapak
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Jembrana yang telah memberikan ijin
mendiang ayah tercinta, Drs. I Nengah Renta dan Ibu tercinta, Ni Nengah Konten,
3
yang logis dan suasana demokratis sehingga tercipta lahan yang baik untuk
berkembangnya kreativitas.
Terima kasih yang tidak terhingga juga penulis sampaikan kepada istri
tercinta, Luh Putu Eny Risnayati, SE serta kedua bidadari kecil, Ni Putu Diandra
Putri Sasmitha dan Ni Kadek Natasya Putri Damayanthi, yang telah dengan sabar
Sebagai akhir kata penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu atas bantuan yang telah
diberikan dalam penysusunan tesis ini, semoga Ida Sang Hyang Widhi selalu
NYOMAN KORIAWAN
NIM : 0891561031
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2011
5
ABSTRAK
ABSTRACT
The purpose of issuance of the Law no. 18 in 1999 was to give direction to
growth and development of construction services to realize business structure that
strong, reliable, highly competitive, and qualify result. Aims of this research were
to analyze the contractor characteristics and the factors that influences the
performance and correlation between characteristics with the small qualification
contractor's performance in Jembrana regency in 2009.
Characteristic data were collected by using questionnaire which has been
distributed to 97 (ninety seven) small qualification contractors that exist in
Jembrana regency, while the performance data were collected by using a
questionnaire that distributed to 40 (forty) project managers in the Public Works
Department of Jembrana regency. Description method was used to describe the
characteristics of the contractor, while the factor analysis method were used to
analyze the factors that influences the small qualification contractors
performance and to analysis the correlations between characteristics with
performance by using simple correlation analysis.
The conclusions of this research as follows: 1) 67.01% education level of
responsible person of business were engineering high school graduate or
equivalent, 21.65% are scholar (S1/S2/S3), 9.28% were non-engineering
graduates and 2.06% were graduate of engineering diploma. While education
level of responsible person for engineering of enterprises were 58.76% graduate
of engineering high school or equivalent, 34.02% were scholar (S1/S2/S3), 4.12%
were engineering diploma graduate were 3.09% were non-technical. 2). Of the
four factors new formed, the main factors that influences the contractor
performance were found in the first group (human resources and financial factors)
which consists of financial capital variables in implementation of the jobs,
placement of the worker in accordance with workers education qualifications,
experiences and skills, Coordination with the service user in the implementation
of work, data that has been used in accordance with the actual situation on the site.
Safety considerations of worker in the implementation of the work, completeness
of design drawing / implementation documents; 3) Service user variable has no
correlation with the grade 2 small qualification construction services performance
but have correlation with grade 3 and 4 while skill worker variable have no
correlation with grade 3 and 4 construction service companys performance but
have correlation with the grade 2 qualifications construction companys
performance.
DAFTAR ISI
Halaman
PRASYARAT GELAR ii
ABSTRAK... vii
ABSTRACT. viii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR GAMBAR... xv
BAB I PENDAHULUAN 1
2.2. Kinerja... 20
Kecil..... 34
Tahun Terakhir. 73
Terakhir. 79
Pekerjaan.... 88
Pekerjaan... 91
Kualifikasi Kecil. 97
LAMPIRAN. 135
12
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
BAB I
PENDAHULUAN
Kinerja dapat dikatakan sebagai suatu hasil yang dicapai ketika mengerjakan
bekerja dalam organisasi. Tanggung jawab terhadap kinerja sebenarnya tidak lahir
dari manajer namun dari individu. Apabila dalam organisasi setiap individu
(Mahmudi, 2005).
Indikator kinerja organisasi juga penting diketahui untuk mengukur hasil yang
telah dicapai. Indikator kinerja organisasi adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif
usaha yang kokoh, andal, berdaya saing tinggi, dan hasil pekerjaan konstruksi
faktor keuangan, faktor sumber daya manusia, faktor pengalaman kerja, faktor
kualifikasi kecil dalam hal permodalan, yang hanya mengandalkan uang muka
yaitu tepat biaya, tepat waktu dan tepat mutu hasil. Perencanaan dan
konstruksi sangat penuh risiko, baik risiko finansial maupun risiko manajerial,
rencana finansial yang telah ditetapkan dan risiko manajerial adalah kegagalan
kegagalan finansial. Risiko ini terjadi karena keadaan masa akan datang penuh
dilihat dari ketepatan biaya, waktu dan mutu, tetapi juga dilihat dari ada
dan instansi pemeriksa lainnya. Temuan pada proyek akan menimbulkan biaya
baru bagi penyedia jasa, karena harus mengembalikan sejumlah dana sebagai
akibat dari penyimpangan proyek. Penguna jasa, dalam hal ini direksi proyek
pekerjaan tidak baik. Semua penyebab risiko temuan ini berpengaruh terhadap
Kabupaten Jembrana yang saat ini menjadi Dinas Pekerjaan Umum (PU)
undang No. 18 Tahun 1999 yang mengharapkan akan tumbuh dan berkembangnya
usaha jasa konstruksi yang mempunyai daya saing dan hasil pekerjan konstruksi
yang terampil.
Hal ini dapat dilihat dari fakta yang terjadi di lapangan dengan peningkatan
jumlah perusahaan jasa konstruksi dari tahun ke tahun, yang disebabkan dengan
tergantung dari ketersediaan anggaran pemerintah. Data yang ada pada Dinas
Pekerjaan Umum Kabupaten Jembrana menunjukkan pada tahun 2009 dari tiga
bidang yang ada yaitu bidang cipta karya, bidang bina marga, dan bidang
pengairan jumlah proyek dengan nilai dibawah Rp. 1 Milyar berjumlah 84 buah
Kesenjangan antara jumlah proyek dengan jumlah usaha jasa konstruksi yang
sehat antara perusahaan jasa konstruksi itu sendiri. Akibatnya, untuk mendapatkan
Hal ini tentunya akan melemahkan daya saing usaha jasa konstruksi itu sendiri
dan menjadi tidak sejalan dengan tujuan dari terbitnya UU No.18 tahun 1999 yaitu
mewujudkan struktur usaha yang kokoh, andal, berdaya saing tinggi, dan hasil
manfaat dan arti penting jasa konstruksi masih perlu ditumbuhkembangkan agar
kinerjanya, mengingat persaingan dan banyaknya pesaing yang ada, baik lokal
(Kabupaten Jembrana dan Bali) maupun dari luar daerah yang sudah tentu
memiliki kemampuan dan fasilitas jauh diatas kekemampuan yang dimiliki oleh
Melihat hal tersebut, maka sangatlah penting untuk meneliti karakteristik dan
meningkatkan daya saing di pasaran lokal maupun luar daerah yang dapat
aturan-aturan dan etika yang ada sehingga mampu untuk bersaing saat ini dan
Berdasarkan uraian latar belakang yang ada, maka dapat dirumuskan suatu
Pelaksana Konstruksi ?
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja dari pengusaha jasa konstruksi
Pelaksana Konstruksi.
2009.
22
dapat meningkatkan kinerja dan daya saing pengusaha jasa konstruksi kualifikasi
kecil serta dapat bermanfaat dan memberikan tambahan wawasan bagi penelitian-
mampu meningkatkan daya saing dan kinerja sesuai dengan keinginan masyarakat
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Usaha Jasa Pelaksana Konstruksi adalah jenis usaha jasa konstruksi yang
menurut bentuk usaha, klasifikasi dan kualifikasi usaha jasa pelaksana konstruksi
Registrasi Badan Usaha Jasa Pelaksana Konstruksi Nasional, maka Badan Usaha
Jasa Pelaksana Konstruksi Nasional dibagi dalam tiga golongan yaitu Golongan
modal kerja yang berasal dari modal setor atau kekayaan yang dimiliki, dengan
Milyar.
2. Badan Usaha Golongan Menengah memiliki modal kerja lebih dari Rp. 1
3. Badan Usaha Golongan Besar memiliki modal usaha di atas Rp. 10 Milyar
4. Untuk badan usaha golongan menengah dan golongan besar harus berbentuk
Direktur Utama atau anggota Direksi atau Pimpinan Badan Usaha untuk
Badan Usaha.
(PJTBU), yaitu tenaga ahli/terampil inti yang diangkat oleh Pimpinan Badan
teknik yang dilakukan oleh Badan Usaha untuk memenuhi persyaratan usaha
pendidikan dan pelatihan dan diangkat oleh Pimpinan Badan Usaha untuk
Nasional.
Ahli Inti yang terdiri atas Tenaga Ahli dan atau Tenaga Terampil dibidang
teknik yang harus ada pada suatu Badan Usaha untuk memenuhi persyaratan
klasifikasi dan kualifikasi pada bidang dan sub bidang pekerjaan konstruksi
Nasional.
26
diberi :
pekerjaan konstruksi lebih dari Rp. 100 juta sampai dengan nilai Rp. 400
juta.
pekerjaan konstruksi lebih dari nilai Rp. 400 juta sampai dengan nilai Rp.
1 Milyar.
penanggung jawab teknik badan usaha dan penanggung jawab bidang untuk
setiap bidang pekerjaan ditambah sejumlah tenaga ahli inti sebagai tenaga
pekerjaan kosntruksi lebih dari nilai Rp. 1 Milyar sampai dengan Rp. 3
Milyar.
27
pekerjaan konstruksi lebih dari nilai Rp. 3 Milyar sampai dengan nilai Rp.
10 Milyar.
penggung jawab teknik badan usaha dan seorang penaggung jawab bidang/sub
kriteria besaran biaya, dapat dibagi jenjang kompetensinya dalam Gred sebagai
berikut :
Gred 7
Gred 6
Gred 5
28
Gred 4
Gred 3
Gred 2
Klasifikasi usaha untuk badan usaha jasa pelaksana konstruksi adalah sebagai
berikut :
kesuksesan tergantung dari pengelolaan dan karakter sumber daya yang dimiliki
usaha (Alwi, 2000). Menurut Surat Keputusan LPJK Nomor 11a Tahun 2008,
Dalam Surat Keputusan LPJK Nomor 11a Tahun 2008, dijelaskan beberapa
pengertian penting :
2. SBU adalah sertifikat badan usaha yaitu wujud registrasi sebagai tanda bukti
3. NRBU adalah nomor registrasi badan usaha yang diberikan oleh Badan
Badan Usaha/SBU
4. Usaha jasa konstruksi adalah usaha yang bergerak dibidang jasa konstruksi
e. Gred 7, untuk kualifikasi usaha besar termasuk badan usaha asing yang
2. Kekayaan Bersih
kualifikasi perusahaan.
1 1 Tidak disyaratkan
pekerjaan kurun waktu tujuh tahun terakhir. Pengalaman tersebut dapat juga
dilihat dari nilai minimum kumulatif pekerjaan yang diselesaikan dan jumlah
paket pekerjaan yang dapat ditangani pada gred sebelumnya selama kurun waktu
Pengalaman Nilai
Jml Paket Batas Nilai satu Pekerjaan
No Gred Minimal Kumulatif
Pekerjaan (Rp)
Pekerjaan
1 1 1 0 s/d 100.000.000 Tidak dipersyaratkan
4. Peralatan
tenaga ahli.
c. Badan usaha gred 5, gred 6 dan gred 7 dapat melaksanakan pekerjaan dengan
Lebih lanjut dalam PerLem LPJK No.11a Tahun 2008, pasal 14 disebutkan
bahwa Badan Usaha dengan kualifikasi Gred 2, Gred 3, dan Gred 4 dapat
2.2. Kinerja
Kinerja atau performance sering diartikan sebagai hasil kerja atau prestasi
kerja. Kinerja mempunyai makna yang lebih luas, bukan hanya menyatakan hasil
kerja, tetapi juga bagaimana proses kerja berlangsung. Kinerja adalah tentang
melakukan pekerjaaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut. Kinerja
adalah tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya. Kinerja
kontribusi ekonomi (Armstrong dan Baron, 1998, dalam Wibowo, 2007). Kinerja
yang telah ditetapkan organisasi, baik yang diukur dari visi, misi, tujuan dan
target sasaran. Pencapaian ini tidak terlepas dari individu-individu yang bekerja
kerja individu akan mempengaruhi kinerja. Namun ada juga yang berpendapat
organisasi.
suatu proses kegiatan dalam organisasi dalam upaya untuk mencapai tujuan, visi,
dan misi organisasi, serta menunjukkan hasil yang telah dicapai dalam upaya
tersebut.
ditentukan, atau apakah kinerja dapat dilakukan sesuai jadwal waktu yang
ditentukan, atau apakah hasil kinerja telah tercapai sesuai dengan yang diharapkan
(Wibowo,2007).
Sedarmayanti (2007) menguraikan bahwa terlepas dari besar, jenis, sektor atau
1. Aspek finansial
sebagai aliran darah dalam tubuh manusia, aspek finansial merupakan aspek
2. Kepuasan pelanggan
4. Kepuasan karyawan
Karyawan merupakan aset yang harus dikelola dengan baik, apalagi dalam
nyata.
stakeholders.
6. Waktu
37
relevan/kadaluarsa.
3. Team factors, ditunjukkan oleh kualitas dukungan yang diberikan oleh rekan
sekerja.
4. System factors, ditunjukkan oleh adanya sistem kerja dan fasilitas yang
diberikan organisasi.
ada tujuh faktor yang mempengaruhi kinerja dan dirumuskan dengan akronim
sebagai berikut.
setiap individu;
semangat, arahan, dan dukungan yang diberikan manajer dan team leader;
3. Faktor tim, meliputi : kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh
rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakan
4. Faktor sistem, meliputi : sistem kerja, fasilitas kerja atau infrastruktur yang
diperluas dengan penilaian kinerja tim dan efektivitas manajernya. Hal itu karena
yang dilakukan individu merupakan refleksi perilaku anggota grup dan pimpinan
dan atau kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau
tujuan yang telah ditetapkan. Indikator harus merupakan sesuatu yang akan
dihitung dan diukur serta digunakan sebagai dasar untuk menilai atau melihat
menunjukkan kemampuan dalam rangka dan /atau menuju tujuan dan sasaran
1. Tujuan.
Tujuan merupakan sesuatu keadaan yang lebih baik yang ingin dicapai di
masa yang akan datang. Dengan demikian, tujuan menunjukkan ke arah mana
2. Standar.
Standar merupakan suatu ukuran apakah tujuan yang diinginkan dapat dicapai.
3. Umpan balik
40
perbaikan kinerja.
Alat atau sarana merupakan sumber daya yang dapat dipergunakan untuk
5. Kompetensi
6. Motif
sesuatu.
7. Peluang
kerja yang dilakukan organisasi selama ini sudah sejalan dengan tujuan yang
diharapkan atau belum. Akan tetapi dalam kenyatannya banyak organisasi yang
justru kurang atau bahkan tidak jarang ada yang tidak mempunyai informasi
tujuan, visi, dan misi organisasi tersebut. Jadi kinerja organisasi tidak hanya
bagaimana proses yang dialami oleh organisasi tersebut dalam mencapai hasil
1) A Balanced Scorecard
bisnis yang cepat tetapi komprehensif. Manajer harus melihat bisnis dalam
dan internasional;
Terdapat empat ukuran favorit dalam model Economic Value Added ini, yaitu
: addedvalue, market value added, cash flow return on investment ,dan total
shareholder.
Perspektif
No Faktor-faktor Referensi
/Pendekatan
perusahaan yaitu :
1. Keuangan (Money)
Iman Suharto (1995), bahwa keuangan dalam suatu perusahaan adalah modal
yaitu dana yang disiapkan untuk pendanaan jangka panjang, yang difungsikan
menjadi :
b. Modal dari luar, berupa hutang baik jangka pendek maupun jangka
panjang.
Kinerja suatu organisasi sangat ditentukan oleh sumber daya manusia yang
bahwa tenaga kerja merupakan sumber daya manusia yang kompetitif sebagai
45
kompetitif.
Peralatan merupakan modal lain yang harus dimiliki oleh perusahaan sebagai
yang memberikan dampak positif menuju era globalisasi. Semakin besar dan
4. Material (Materials)
Material merupakan salah satu bagian dari sumber daya perusahaan, yang
(2004), kebutuhan material sangat tergantung dari program kerja yang telah
5. Pasar (Market)
diambil. Selain itu menurut Fandy Tjiptono (2004), pasar secara umum
Keadaan pasar atau tingkat permintaan pasar dalam suatu usaha bisnis akan
perusahaan terhadap produk atau jasa yang mempunyai sumber daya untuk
dipasarkan.
6. Metode (Methods)
Metode sangat berkaitan dengan bagaimana cara mencapai hasil kerja yang
terdiri dari perangkat keras dan lunak, yang digunakan untuk mendukung
4. Indikator manfaat (benefit) adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir
maupun negatif pada setiap tingkatan indikator berdasarkan asumsi yang telah
ditetapkan.
Pelaksanaan kinerja akan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang
bersumber dari pekerja sendiri maupun yang bersumber dari organisasi. Dari
tabel statistik deskriptif dan gambar grafik dari setiap variabel yang diteliti.
pengukuran yang memiliki skala nilai dari pertanyaan yang disusun dalam suatu
pengelolaan sumber daya yang dimiliki. Oleh karena itu untuk memudahkan
dalam melakukan pengukuran terhadap kinerja kontraktor, ada beberapa hal yang
dilakukan yaitu:
50
1. Skala Likerts
seseorang tentang obyek sosial dan banyak pilihan respons yang digunakan,
2. Skala Guttman
Skala ini digunakan untuk mendapatkan penegasan, yang terdiri dari dua
Skala ini digunakan untuk mengukur sikap tidak dalam bentuk pilihan ganda
tetapi tersusun dari sebuah garis kontinum dimana nilai yang negative terletak
disebelah kiri sedangkan nilai yang sangat positif terletak disebelah kanan.
4. Skala Rating
kuantitatif.
Suliyanto (2006), dapat digunakan satuan nilai pada suatu atribut yang akan
51
diukur, dengan menggunakan beberapa skala yang sesuai bentuk penelitian yang
1. Skala Nominal
2. Skala Ordinal
Skala ordinal adalah skala pengukuran yang sudah dapat digunakan untuk
3. Skala interval
tingkatan.
4. Skala rasio
Skala rasio adalah skala pengukuran yang sudah dapat digunakan untuk
kontraktor, maka dalam penelitian ini skala pengukuran yang dipakai adalah skala
gradasi dari sangat positif sampai dengan sangat negatif, apabila item bernilai
positif maka angka terbesar diletakkan pada sangat penting, sedangkan apabila
item bernilai negatif maka angka terbesar diletakkan pada sangat tidak penting.
satu dengan yang lainnya atau sebaliknya terlalu sedikit sehingga hasilnya kurang
baik. Namun pada skala Likerts pilihan respons yang biasanya digunakan adalah
kuesioner yang dibuat merupakan alat yang tepat untuk mengukur apa yang ingin
diukur, dalam hal ini apakah kuesioner sudah cukup dipahami oleh semua
hasil suatu penelitian valid dan reliabel sehingga informasi yang diterima dapat
(Sugiyono,2006).
nXY (X).(Y)
ry = ..(1)
[nX2 (X)2].[nY2-(Y)2]
Dimana :
x = variabel bebas
y = variabel terikat
n = Jumlah sampel
Besar kecilnya hubungan antara dua variabel dinyatakan dalam bilangan yang
korelasi 0 atau mendekati 0 dianggap tidak berhubungan antara dua variabel yang
diuji.
pertanyaan. Suatu pertanyaan dikatakan valid jika nilai r-hitung yang merupakan
2.rb
ri = ..(2)
1 + rb
Dimana :
ri = reliabilitas internal
Kaidah keputusan adalah jika ri hitung > t tabel berarti reliabel dan apabila
mengandung pengertian sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya jika
hasil pengukuran tersebut dilakukan kembali akan memberikan suatu hasil yang
relatif sama, oleh karena itu untuk mengetahui tingkat reliabilitas instrumen.
Untuk menguji reliabilitas suatu daftar pertanyaan dari sebuah variabel penelitian
Nugroho (2005:72) suatu konstruk variabel dikatakan reliabel jika memiliki nilai
55
Cronbachs Alpha > 0,6 sedangkan menurut Sekaran (1992) dalam Dwi Priyatno
(2008:26) dikatakan reliabilitas kurang dari 0,6 adalah kurang baik, sedangkan 0,7
faktor. Analisis faktor adalah alat yang digunakan untuk mereduksi data yaitu
Menurut Santoso (2006), tahapan proses analisis faktor yang dilakukan dapat
Tahap pertama pada analisis faktor adalah menilai variabel mana yang layak
yang dapat dilakukan antara lain dengan memperhatikan nilai KMO (Kaiser-
nilai tersebut harus lebih besar dari 0,50 dengan signifikan < 0,05
digunakan. Nilai KMO yang lebih kecil dari 0,5 memberikan indikasi
oleh variabel lainnya sehingga faktor tidak layak digunakan (Hair, 1998).
Sebagai alat ukur jika nilai MSA (Measures of Sampling Adequacy) dapat
variabel lain.
(2). MSA > 0,5 variabel masih bisa diprediksi dan bisa dianalisis lebih
lanjut.
(3). MSA < 0,5 variabel tidak bisa diprediksi dan tidak bisa dianalisis lebih
dalam menghitung varian dari variabel- variabel yang dianalisis. Nilai eigen
(eigen value) dibawah I tidak dapat digunakan dalam menghitung jumlah faktor
memiliki kemampuan menjelaskan yang lebih tinggi dari pada kelompok faktor
kedua dan seterusnya (Wibisono,2000). Atau dengan kata lain, faktor-faktor yang
menyumbang terbesar terhadap seluruh varian dari seluruh variabel asli, faktor
Setelah diketahui jumlah kelompok faktor yang terbentuk, maka tabel matriks
disebut loading factor yang menunjukkan korelasi antara variabel dan kelompok
faktor. Suatu variabel akan masuk kesuatu kelompok faktor berdasarkan loading
factor terbesar yang dimiliki yang dapat dilihat pada komponen ( component
matrixs) yang dihasilkan. Tetapi pada beberapa kasus, faktor loading yang
Component Matrixs).
58
4. Menamakan Faktor
memberikan nama terhadap kelompok faktor tersebut. Tidak ada aturan khusus
dalam penamaan ini, hanya saja penamaan dari suatu faktor hendaknya
yang saling terkait dan dapat saling mempengaruhi, oleh karena itu untuk
mengetahui hubungan antar dua variabel tersebut dapat dilakukan suatu pengujian
tersebut atau nilai koefisien korelasi sampel dapat digunakan rumus paling
xy
rxy = .(3)
(x2y2)
Dimana :
perhitungan diperoleh hasil dengan korelasi positif atau harga t hitung untuk
kesalahan 5% uji dua pihak dan derajat kebebasan ( dk ) : 11- 2 lebih besar dari t
dimana setiap regresi pasti ada korelasinya tetapi korelasi belum tentu dilanjutkan
dengan regresi. Korelasi yang tidak dilanjutkan dengan regresi adalah korelasi
artara dua variabel yang tidak mempunyai hubungan sebab akibat, atau hubungan
pedikator, sehingga akan dapat diputuskan apakah naik dan menurunnya variabel
independen, hal itu dapat dilakukan dengan dua jenis regresi yaitu
Y' : a + bX (5).(4)
60
Dimana:
independen.
variabel terikat ( Y ). Persamaan umurn dari analisis regresi linier berganda adalah
dimana:
BAB III
METODE PENELITIAN
Latar Belakang
Permasalahan
Identifikasi
Permasalahan
Kajian Pustaka
Membuat Format
Kuesioner
TIDAK
Uji Validitas dan Reliabilitas
YA
Pengumpulan Data
semua usaha jasa konstruksi yang ada di lima asosiasi profesi yang ada di
Dalam penelitian ini, data primer diperoleh dari pengusaha jasa konstruksi dengan
3.3.3 Sumber Data; Dalam penelitian ini data diperoleh dari sumber berupa
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang dipakai ada teknik
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
konstruksi dengan kualifikasi kecil jumlah populasi dapat dilihat pada tabel
berikut :
Gred
Asosiasi
1 2 3 4
Gapensi - 30 42 28
Gapeksindo - 4 3 3
Gapeknas - 11 16 7
Aspekindo - 2 - -
Apaksindo - 2 - -
Jumlah - 49 61 38
Sumber : LPJK, 2010 (http//: www.lpjk.org.id)
yang ada di Kabupaten Jembrana yang tergabung dalam lima asosiasi profesi
Sampling. Teknik ini digunakan karena populasi mempunyai unsur yang tidak
Cara yang dipakai untuk menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan tabel penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu
sehingga didapat jumlah sampel sebanyak 97. Semakin kecil tingkat kesalahan
maka jumlah sampel yang diperlukan semakin besar sehingga akan membutuhkan
Tabel 3.2 Penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu dengan taraf kesalahan
1 %, 5 % dan 10 %.
Dengan menggunakan tabel diatas maka dapat ditentukan jumlah sampel yang
1. Gred 2
2. Gred 3
3. Gred 4
Jumlah 97 sampel/responden
sampel mana yang akan dijadikan responden dilakukan dengan cara pengundian.
Cara ini dilakukan untuk memberikan kesempatan yang sama kepada semua
Tabel 3.3. Data Populasi Proyek Dinas PU Kab. Jembrana tahun 2009
Irigasi
Bersih
Tanggul Sungai
sampling, yaitu penelitian yang didasari atas kemampuan dan pengetahuan serta
yang diyakini mampu memberikan jawaban pada kuesioner sesuai dengan topik
pejabat pelaksana teknis kegiatan serta pengawas lapangan yang terlibat dalam
proyek konstruksi.
Jumlah 40
Jumlah responden dari masing-masing bidang tidak sama, hal ini tergantung
dari jumlah staf teknis dibidang tersebut yang menjadi pengawas serta jumlah
b. Kemampuan Keuangan/Pembiayaan
68
c. Pengalaman
d. Peralatan
(3) Umur/kondisi
1. Faktor Keuangan
3. Faktor Peralatan
d) Penggunaan internet
4. Faktor Material
pelaksanaan proyek
keputusan
6. Faktor Politik
b) Stabilitas keamanan
c) Kepastian hukum
7. Faktor Kepemimpinan
pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik yang biasanya disebut Instrument
1. Uji Validitas
kuesioner yang dibuat merupakan alat yang tepat untuk mengukur apa yang
ingin diukur, dalam hal ini apakah kuesioner sudah cukup dipahami oleh
semua responden yang diindikasikan oleh kecilnya jawaban yang tidak terlalu
masing butir pertanyaan. Suatu pertanyaan dikatakan valid jika nilai r-hitung
yang merupakan nilai dari Corrected Item-Total Correlation > dari r-tabel.
2. Uji Reliabilitas
jika hasil pengukuran tersebut dilakukan kembali akan memberikan suatu hasil
yang relatif sama, oleh karena itu untuk mengetahui tingkat reliabilitas
reliabel jika memiliki nilai Cronbachs Alpha > 0,6 sedangkan menurut
dari 0,6 adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima dan diatas 0,8
adalah baik.
Analisis data merupakan suatu proses pengolahan data yang diperoleh melalui
hasil survey serta untuk lebih memudahkan memahami isi data dan lebih
komunikatif, maka penyajian hasil pengumpulan data dapat dibuat secara formal
berupa deskripsi dari data yang diperoleh pada waktu mengadakan penelitian..
1. Statistik deskriptif
2. Analisis Korelasi
ada/tidaknya hubungan serta arah hubungan dari dua variabel atau lebih. Dalam
penelitian ini digunakan analisis korelasi ganda yang merupakan teknik analisis
korelasi yang digunakan untuk menguji hubungan dua atau lebih variabel
3. Analisis Faktor
adalah alat yang digunakan untuk mereduksi data yaitu proses meringkas
(Santoso, 2006).
74
BAB IV
Kabupaten Jembrana terdiri dari gred 2, gred 3 dan gred 4. Untuk memudahkan
faktor peralatan.
penanggungjawab teknik badan usaha, jumlah tenaga kerja, asal tenaga kerja serta
Faktor keuangan terdiri dari tiga pertanyaan untuk mengetahui nilai paket
pekerjaan tujuh tahun terakhir, kekayaan bersih, dan modal yang dimiliki.
jumlah paket pekerjaan yang dikerjakan dalam tujuh tahun terakhir, pengguna jasa
konstruksi, lokasi pekerjaan, sub bidang pekerjaan yang sering dikerjakan, sistem
pengadaan dalam memperoleh pekerjaan, dan lingkup wilayah lelang yang diikuti.
75
Faktor peralatan terdiri dari tiga pertanyaan untuk mengetahui status peralatan
yang dimiliki, jumlah peralatan kerja yang dimiliki dan umur peralatan kerja yang
dimiliki.
d. Non teknik
a. S1/S2/S3 Teknik
6,25%
25,00%
b. Diploma Teknik
6,25%
c. SMU/SMK atau
sederajat
62,50%
b. Diploma Teknik
0,00%
c. SMU/SMK atau
sederajat
70,00%
d. Non teknik
a. S1/S2/S3 Teknik
8,00%
24,00%
b. Diploma Teknik
0,00%
c. SMU/SMK atau
sederajat
68,00%
Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa Penanggung Jawab Badan Usaha
belakang pendidikan diploma teknik dan non teknik masing-masing sebesar 6,25
%.
SMU/SMK atau sederajat, 17,5 % memiliki latar belakang S1/S2/S3, dan 12,5 %
teknik.
Dalam Perlem LPJK No. 11a tahun 2008 tidak disebutkan pendidikan
belakang pendidikan diploma teknik sebesar 6,25 % dan non teknik sebesar 9,38
%.
d. Non teknik
9,38%
c. SMU/SMK atau
sederajat
28,13%
a. S1/S2/S3 T eknik
56,25%
b. Diploma T eknik
6,25%
a. S1/S2/S3 Teknik
d. Non teknik
20,00%
0,00%
b. Diploma Teknik
5,00%
c. SMU/SMK atau
sederajat
75,00%
d. Non teknik
0,00% a. S1/S2/S3 Teknik
28,00%
b. Diploma Teknik
0,00%
c. SMU/SMK atau
sederajat
72,00%
diatur bahwa tenaga kerja yang melaksanakan pekerjaan keteknikan yang bekerja
kerja. Peraturan Lembaga LPJK No. 11a Tahun 1999 juga tidak mensyaratkan
atau tenaga terampil bersertifikat yang ditunjuk PJBU untuk bertanggung jawab
Untuk sertifikat keahlian yang dimiliki oleh PJT , gred 2 menyatakan bahwa
dan keterampilan kerja dan sisanya sebesar 15,63% hanya memiliki sertifikat
a. Sertifikat
keahlian &
keterampilan kerja
84,38%
a. Sertifikat keahlian
& keterampilan kerja
80,00%
b. Sertifikat Keahlian
kerja
32,00%
a. Sertifikat keahlian
& keterampilan kerja
68,00%
keterampilan kerja dan sisanya sebesar 20,00% hanya memiliki sertifikat keahlian
kerja saja dan untuk perusahaan jasa konstruksi gred 4 menyatakan bahwa 68,00
keterampilan kerja dan sisanya sebesar 32,00% hanya memiliki sertifikat keahlian
kerja saja.
Dari uraian dan gambar diatas maka dapat dirata-ratakan bahwa sebanyak
78,35% pengusaha jasa konstruksi kualifikasi kecil sudah memenuhi kriteria yang
serta PerLem LPJK No. 11a Tahun 2008 yang mensyaratkan bahwa tenaga kerja
teknik sebanyak kurang dari lima orang, sedangkan sisanya sebanyak 18,75 %
a. 5 orang
81,25%
a. 5 orang
100,00%
a. 5 orang
80,00%
Untuk perusahaan jasa konstruksi Gred 3 yaitu 100 % memiliki tenaga teknik/non
teknik sebanyak kurang dari lima orang, sedangkan perusahaan jasa konstruksi
gred 4 adalah 80 % memiliki tenaga teknik/non teknik sebanyak kurang dari lima
orang, dan 20 % lagi memiliki tenaga teknik/non teknik antara lima sampai
jasa konstruksi kualifikasi kecil memiliki tenaga kerja dengan jumlah kurang dari
lima orang.
83
Peraturan Lembaga LPJK No. 11a tahun 2008 tidak disebutkan jumlah minimal
tenaga kerja yang harus dimiliki akan tetapi jumlah yang diperlukan sesuai dengan
Untuk asal tenaga kerja yang diperkerjakan oleh perusahan jasa konstruksi
Gred 2 yaitu 81 % tenaga kerja yang dipekerjakan merupakan tenaga kerja yang
sedangkan sisanya sebanyak 19 % merupakan tenaga kerja yang berasal dari lintas
a. Warga di lokasi
perusahaan
beralamat
81,25%
Untuk perusahaan jasa konstruksi Gred 3 yaitu sebesar 70 % tenaga kerja yang
merupakan tenaga kerja yang berasal dari lintas kabupaten di Provinsi Bali
84
c. Lintas Pulau
(Sumatera, Jawa dll)
b. Lintas Kabupaten 0,00% d. T enaga Kerja Asing
yang ada di Provinsi (WNA)
Bali 0,00%
30,00%
a. Warga di lokasi
perusahaan beralamat
70,00%
c. Lint as P ulau
(Sumat era, Jawa dll)
b. Lint as Kabupat en
d. T enaga Kerja 0,00%
yang ada di Provinsi
Asing (WNA) Bali
0,00% 0,00%
a. Warga di lokasi
perusahaan
beralamat
100,00%
sedangkan untuk perusahaan jasa konstruksi gred 4, semua tenaga kerja yang
tersebut beralamat sedangkan sisanya merupakan tenaga kerja yang berasal dari
luar Kabupaten Jembrana. Hal ini memang tidak dipersyaratkan dalam Undang-
85
undang Jasa Konstruksi No. 18 Tahun 1999 maupun Peraturan Lembaga LPJK
No. 11a tahun 2008 tentang syarat-syarat dasar sehingga dapat dikatakan bahwa
Untuk status tenaga ahli yang dipekerjakan dapat dijelaskan untuk perusahan
jasa konstruksi Gred 2 adalah sebesar 75% tenaga kerja yang dipekerjakan
b. Karyawan Tidak
Tetap (Kontrak,
freelance dll)
25,00%
a. Karyawan Tetap
75,00%
a. Karyawan T etap
20,00%
b. Karyawan T idak
T etap (Kontrak,
freelance dll)
80,00%
a. Karyawan Tetap
48,00%
b. Karyawan Tidak
Tetap (Kontrak,
freelance dll)
52,00%
menggunakan pegawai dengan status kontrak. Dari uraian diatas rata-rata sebesar
Dalam Undang-Undang No. 18 tahun 1999 serta Peraturan Lembaga LPJK No.
11a tahun 2008 hal ini tidak diatur secara tegas akan tetapi setiap badan usaha
dengan sistem kontrak sesuai dengan kebutuhan di proyek dan waktu pelaksanaan
proyek.
4.1.2.1 Nilai Paket Pekerjaan Yang Pernah Dikerjakan Dalam Tujuh Tahun
Terakhir
Untuk nilai paket pekerjaan yang pernah dikerjakan dalam kurun waktu tujuh
tahun terakhir dapat dijelaskan untuk perusahan jasa konstruksi Gred 2 adalah
sebesar 75% nilai paket pekerjaan yang pernah dikerjakan dalam kurun waktu
tujuh tahun terakhir > Rp. 100 juta Rp.400 juta sedangkan sisanya sebanyak 25
% dalam tujuh tahun terakhir pernah mengerjakan paket pekerjaan senilai > Rp.
a. 0 Rp. 50
e. > Rp. 1 Juta
Milyard 0,00% b. > Rp. 50 Juta
0,00% Rp. 100 Juta
d. > Rp. 400 Juta
25,00%
Rp. 1 Milyard
0,00%
a. 0 Rp. 50 Juta
e. > Rp. 1 Milyard
0,00%
0,00%
b. > Rp. 50 Juta
d. > Rp. 400 Juta Rp. 100 Juta
Rp. 1 Milyard 10,00%
15,00%
Untuk perusahaan jasa konstruksi Gred 3 yaitu sebesar 75 % dalam tujuh tahun
terakhir pernah mengerjakan paket dengan nilai > Rp. 100 juta Rp. 400 juta, 15
% lagi pernah mengerjakan paket dengan nilai > Rp. 400 juta Rp. 1 Miliyar
tujuh tahun terakhir senilai > Rp. 50 juta Rp. 100 juta, sedangkan untuk
senilai > Rp. 400 juta Rp. 1 miliyar sedangkan sisanya sebanyak 32 % pernah
mengerjakan paket pekerjaan senilai > Rp. 100 juta Rp. 400 juta.
Dari uraian diatas dapat dirata-ratakan bahwa sebesar 63,92 % pengusaha jasa
terakhir sebesar Rp. 100 juta Rp. 400 juta. hal ini sudah sesuai dengan tujuan
stuktur usaha yang kokoh, andal dan berdaya saing tinggi serta Peraturan
Lembaga LPJK No. 11a Tahun 2008 dimana dari nilai paket pekerjaan dapat
dilihat tingkat kualitas dan daya saing serta kinerja perusahaan tersebut
Untuk kekayaan bersih yang dimiliki saat ini oleh perusahan jasa konstruksi
Gred 2 sebanyak 78% memiliki kekayaan bersih antara Rp. 50 juta - Rp. 200 juta
sedangkan sisanya sebanyak 22 % memiliki kekayaan bersih antara Rp. 200 juta
Rp. 1 miliyar
b. > Rp.
200 Juta
Rp. 1 c. > Rp. 1
Milyard Milyard
21,88% 0,00%
a. Rp. 50
juta - Rp.
200 Juta
78,13%
antara Rp. 50 juta - Rp. 200 juta sedangkan sisanya sebanyak 80 % memiliki
c.
> Rp. 1
Milyard a. Rp. 50 juta -
0,00% Rp. 200 Juta
28,00%
antara Rp. 50 juta - Rp. 200 juta sedangkan sisanya sebanyak 72 % memiliki
Dari uraian diatas dapat dijelaskan bahwa sebanyak 58,76 % pengusaha jasa
sesuai dengan Undang-Undang 18 tahun 1999 serta Peraturan Lembaga LPJK No.
11a tahun 2008 yang telah menetapkan besaran kekayaan bersih untuk gred 2
adalah Rp. 50 juta sampai dengan Rp. 600 juta, untuk gred 3 adalah sebesar Rp.
100 juta sampai dengan Rp. 800 juta dan untuk gred 4 sebesar Rp. 400 juta
sampai dengan Rp. 1 Milyard. Hal ini juga menunjukan bahwa pengusaha jasa
konstruksi kualifikasi kecil semakin memiliki daya saing serta struktur usaha yang
berkualitas.
Untuk asal modal usaha yang dimiliki yang dimiliki saat ini dapat dijelaskan
untuk perusahan jasa konstruksi Gred 2 yaitu 87,5 % modal yang dimiliki
b. Modal
Patungan/Saham
87,50%
berasal dari kredit bank sedangkan sisanya sebanyak 80 % memiliki modal usaha
c. Kredit dari
bank a. Modal sendiri
20,00% 0,00%
b. Modal
Patungan/Saham
80,00%
Gambar 4.26 Asal Modal Usaha Yang Dimiliki oleh oleh Gred 3
yang berasal dari modal sendiri sedangkan sisanya sebanyak 8 % modal usaha
b. Modal
Pat ungan/Saham
80,00%
Dari uraian diatas maka dari 97 pengusaha jasa konstruksi kualifikasi kecil
modal usaha yang dimilki berasal dari modal patungan sedangkan sebanyak 10,31
% menyatakan bahwa modal yang dimilki berasal dari bantuan kredit perbankan.
Undang-undang Nomor 18 tahun 1999 serta Peraturan Lembaga LPJK No. 11a
tahun 2008 tidak mensyarakan asal modal usaha ttetapi hal ini bisa menunjukkan
Terakhir
Untuk paket pekerjaan yang dikerjakan dalam tujuh tahun terakhir untuk
perusahan jasa konstruksi Gred 2 sebesar 15,63 % mengerjakan satu proyek dalam
kurun tujuh tahun terakhir, 68,75 % mengerjakan tiga proyek dalam tujuh tahun
terakhir, 6,25 % mengerjakan lima proyek dalam kurun tujuh tahun terakhir, 6,25
% mengerjakan tujuh proyek dalam kurun waktu tujuh tahun terakhir sedangkan
sisanya sebanyak 3,13 % mengerjakan lebih dari tujuh proyek dalam kurun waktu
tujuh tahun terakhir. Untuk perusahan jasa konstruksi Gred 3 adalah sebesar 5 %
proyek dalam kurun tujuh tahun terakhir, 5 % mengerjakan tujuh proyek dalam
lebih dari tujuh proyek dalam kurun waktu tujuh tahun terakhir.
94
e. > 9 proyek
d. 9 proyek 3,13%
6,25%
a. 3 proyek
15,63%
c. 7 proyek
6,25%
b. 5 proyek
68,75%
Gambar 4.28 Jumlah Paket Yang Dikerjakan dalam tujuh tahun terakhir oleh
Gred 2
b. 5 pr oye k
a . 3 pr oye k
5,00% c . 7 pr oye k
0,00%
5,00%
d. 9 pr oye k
5,00%
e . >9 pr oye k
85,00%
Gambar 4.29 Jumlah Paket Yang Dikerjakan dalam tujuh tahun terakhir oleh
Gred 3
a. 3 proyek
16,00%
b. 5 proyek
8,00%
e. > 9 proyek
52,00% c. 7 proyek
12,00%
d. 9 proyek
12,00%
Gambar 4.30 Jumlah Paket Yang Dikerjakan dalam tujuh tahun terakhir oleh
Gred 4
95
satu proyek dalam kurun tujuh tahun terakhir, 8 % mengerjakan tiga proyek dalam
tujuh tahun terakhir, 12 % mengerjakan lima proyek dalam kurun tujuh tahun
terakhir, 12 % mengerjakan tujuh proyek dalam kurun waktu tujuh tahun terakhir
dalam tujuh tahun terakhir mengerjakan paket pekerjaan lebih dari sembilan peket
pekerjaan sehingga hal ini sudah memenuhi peraturan lembaga LPJK No.11a
kualifikasi kecil jumlah paket pekerjaan yang harus dikerjakan minimal tiga
proyek dalam tujuh tahun terakhir. Ini menunjukakan bahwa pengusaha jasa
konstruksi kualifikasi kecil sudah mampu bersaing dan mempunyai kinerja yang
Pengguna Jasa Yang Sering Memakai Jasa Perusahaan untuk perusahan jasa
pihak pemerintah, sedangkan untuk perusahan jasa konstruksi Gred 4 sebesar 100
b . Perus ahaan
a. Pero rang an
s was ta (lo kal/as ing )
0 ,0 0 %
0 ,0 0 %
c. Pemerintah
10 0 ,0 0 %
a. Perorangan b. Perusahaan
0,00% swasta (lokal/asing)
5,00%
c. Pemerintah
95,00%
b. Perusahaan
swast a
a. P erorangan
(lokal/asing)
0,00%
0,00%
c. Pemerint ah
100,00%
pengguna jasa yang paling sering menggunakan jasa adalah pemerintah. Hal ini
Lembaga LPJK No. 11a tahun 2008 tetapi ini menunjukan bahwa pengusaha jasa
Jembrana, yang sudah tentu jumlah proyek sangat tergantung dari kemampuan
keuangan daerah.
dan 25 % memiliki pengalaman > 5-10 tahun. Untuk perusahan jasa konstruksi
bidang konstruksi >10-15 tahun dan 5 % memiliki pengalaman lebih dari 15 tahun
c. > 10 15 tahun
0,00% d. > 15 tahun
b. > 5 10 tahun
0,00%
25,00%
a. 0 5 tahun
75,00%
c. > 10 15
tahun d. > 15 tahun
12,50% 5,00%
b. > 5 10
tahun
12,50%
a. 0 5 tahun
70,00%
a. 0 5 tahun
d. > 15 tahun 8,00%
28,00%
b. > 5 10 tahun
40,00%
c. > 10 15 tahun
24,00%
a. Kab.
Jembrana
100,00%
Gambar 4.37 Lokasi Pekerjaan Yang Sering Ditangani oleh Perusahaan Jasa
Konstruksi Gred 2
a. Kab.
Jembrana
100,00%
Gambar 4.38 Lokasi Pekerjaan Yang Sering Ditangani oleh Perusahaan Jasa
Konstruksi Gred 3
a. Kab.
Jembrana
100,00%
Gambar 4.39 Lokasi Pekerjaan Yang Sering Ditangani oleh Perusahaan Jasa
Konstruksi Gred 4
100
Dari gambar diatas maka dapat dijelaskan bahwa semua perusahaan jasa
Undang-undang Nomor 18 tahun 1999 serta Peraturan Lembaga LPJK No. 11a
tahun 2008 hal ini tidak dipersyaratkan tetapi hal ini menunjukan bahwa
pengusaha jasa konstruski kualifikasi kecil tidak mampu dan atau tidak mau
pekerjaan dengan sub bidang jalan, sebanyak 12,50% menyatakan paling sering
pengairan/irigasi.
e.
Landscape/ Per tamana
n
12,50% b. Gedung
d. Jalan c. Jembatan 18,75%
21,88% 3,13%
Gambar 4.40 Sub Bidang Layanan Yang Paling Sering Ditangani oleh Gred 2
101
f.
Pengairan/Irigasi a. Perumahan
e. 17,50% 5,00%
Landscape/Perta
manan
2,50%
d. Jalan
b. Gedung
22,50%
50,00%
c. Jembatan
2,50%
Gambar 4.41 Sub Bidang Layanan Yang Paling Sering Ditangani oleh Gred 3
f. Pengairan/Irigasi a. Perumahan
e. 8,00% 8,00%
Landscape/Pertamanan
8,00%
b. Gedung
32,00%
d. Jalan
32,00%
c. Jembatan
12,00%
Gambar 4.42 Sub Bidang Layanan Yang Paling Sering Ditangani oleh Gred 4
102
paling sering mengerjakan pekerjaan dengan sub bidang jembatan, sebanyak 32%
Dari uraian diatas maka dari 97 perusahaan jasa konstruksi kualifikasi kecil
paling banyak menyatakan sub bidang layanan pekerjaan yang paling sering
sedangkan sub bidang terbanyak berikutnya adalah sub bidang jalan sebanyak
Lembaga LPJK No. 11a tahun 2008 hal ini tidak dipersyaratkan .
Dari gambar diatas dapat dijelaskan untuk perusahaan jasa konstruksi gred 2
b. Pemilihan
Langsung
3,13% c. Pelelangan
a. Penunjukan
T erbat as
Langsung
3,13%
3,13%
d. Pelelangan
Umum
90,63%
d. Pelelangan a. Penunjukan
Umum Langsung
0,00% 20,00%
b. Pemilihan
Langsung
0,00%
c. Pelelangan
T erbatas
80,00%
b. P emilihan
Langsung c. P elelangan
a. P enunjukan 0,00% T erbat as
Langsung
8,00%
0,00%
d. P elelangan
Umum
92,00%
1999 serta Peraturan Lembaga LPJK No. 11a tahun 2008 tidak mensyaratkan hal
ini.
c. b. Prov.
Nasional Bali
0,00% 0,00%
a. Kab.
Jembrana
100,00%
a. Kab.
Jembrana
100,00%
a. Kab.
Jembrana
100,00%
Dari gambar diatas maka dapat dijelaskan bahwa semua perusahaan jasa
Undang-undang Nomor 18 tahun 1999 serta Peraturan Lembaga LPJK No. 11a
tahun 2008 hal ini tidak dipersyaratkan tetapi hal ini menunjukan bahwa
pengusaha jasa konstruski kualifikasi kecil tidak mampu dan atau tidak mau
Dari gambar diatas dapat dijelaskan untuk perusahaan jasa konstruksi gred 2
pelaksanaan pekerjaan.
b. Milik Sendiri
21,88%
a. Sewa/Kontrak
78,13%
Gambar 4.49 Status peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan oleh
Perusahan Jasa konstruksi Gred 2
b. Milik Sendiri
20,00%
a. Sewa/Kontrak
80,00%
Gambar 4.50 Status peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan oleh
Perusahan Jasa konstruksi Gred 3
107
b. Milik Sendiri
44,00%
a. Sewa/Kontrak
56,00%
Gambar 4.51 Status peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan oleh
Perusahan Jasa konstruksi Gred 4
serta Peraturan Lembaga LPJK No. 11a tahun 2008 hal ini tidak dipersyaratkan
tetapi hal ini menunjukan bahwa pengusaha jasa konstruski kualifikasi kecil lebih
memilih untuk menyewa alat dalam melaksanakan pekerjaan konstruksi. Hal ini
Untuk jumlah peralatan kerja yang dimiliki saat ini oleh perusahaan jasa
konstruksi gred 2 adalah sebesar 84,38 % memiliki peralatan kurang dari lima
pekerjaan.
108
peralatan kurang dari lima jenis peralatan dalam melaksanakan pekerjaan dan
c. > 10 15 jenis
b. > 5 10 jenis 0,00%
d. > 15 jenis
15,63%
0,00%
a. < 5 jenis
84,38%
Gambar 4.52 Jumlah peralatan yang dimiliki oleh Perusahan Jasa konstruksi
Gred 2
c. > 10 15 jenis
b. > 5 10 jenis 0,00% d. > 15 jenis
20,00% 0,00%
a. < 5 jenis
80,00%
Gambar 4.53 Jumlah peralatan yang dimiliki oleh Perusahan Jasa konstruksi
Gred 3
109
c. > 10 15 jenis
d. > 15 jenis
0,00%
0,00%
b. > 5 10 jenis
32,00%
a. < 5 jenis
68,00%
Gambar 4.54 Jumlah peralatan yang dimiliki oleh Perusahan Jasa konstruksi
Gred 4
No. 11a tahun 2008 hanya dipersyaratkan bahwa Badan Usaha dengan
kecil. Yang dimaksud dengan kriteria risiko kecil adalah mencakup pekerjaan
Untuk umur peralatan kerja yang dimiliki saat ini oleh Dari gambar diatas
peralatan yang dimiliki berumur kurang dari tiga tahun, sebesar 75 % menyatakan
memiliki peralatan dengan umur antara tiga samapai lima tahun dan 6,25 %
memiliki peralatan dengan umur lebih dari lima tahun. Untuk perusahaan jasa
kurang dari tiga tahun, dan sisanya sebesar 90 % menyatakan memiliki peralatan
c. > 5 tahun
a. < 3 tahun
6,25%
18,75%
b. 3 5 tahun
75,00%
Gambar 4.55 Umur peralatan yang dimiliki oleh Perusahan Jasa konstruksi
Gred 2
b. 3 5 t ahun
90,00%
Gambar 4.56 Umur peralatan yang dimiliki oleh Perusahan Jasa konstruksi
Gred 3
111
a. < 3 tahun
c. > 5 tahun
8,00%
20,00%
b. 3 5 tahun
72,00%
Gambar 4.57 Umur peralatan yang dimiliki oleh Perusahan Jasa konstruksi
Gred 4
peralatan yang dimiliki berumur kurang dari tiga tahun, sebesar 72 % menyatakan
memiliki peralatan dengan umur antara tiga sampai lima tahun dan sebanyak 20 %
11a tahun 2008 hal ini tidak dipersyaratkan tetapi tentunya semakin baru peralatan
yang dimiliki akan memberikan pengaruh baik terhadap hasil pelaksanaan jasa
konstruksi.
Kualifikasi Kecil
Pada pembahasan ini dilakukan analisis data terhadap hasil tabulasi data dari
Sebelum data yang terkumpul bisa diproses lebih lanjut maka terlebih dahulu
dilakukan uji validitas dan uji realibilitas terhadap instrument penelitian. Menurut
Suatu pertanyaan dikatakan valid jika nilai r-hitung yang merupakan nilai dari
Tabel 4.1
Rekapitulasi Hasil Uji Validitas
No Item Nilai r
Nilai r tabel Keterangan
Pertanyaan hitung
1 0,457 0,312 Valid
2 0,612 0,312 Valid
3 0,683 0,312 Valid
4 0,463 0,312 Valid
5 0,552 0,312 Valid
6 0,538 0,312 Valid
7 0,660 0,312 Valid
8 0,714 0,312 Valid
9 0,780 0,312 Valid
10 0,881 0,312 Valid
11 0,768 0,312 Valid
12 0,726 0,312 Valid
13 0,533 0,312 Valid
14 0,432 0,312 Valid
15 0,397 0,312 Valid
16 0,596 0,312 Valid
17 0,397 0,312 Valid
18 0,496 0,312 Valid
19 0,719 0,312 Valid
20 0,561 0,312 Valid
21 0,553 0,312 Valid
22 0,886 0,312 Valid
23 0,815 0,312 Valid
24 0,487 0,312 Valid
113
Dari tabel diatas dapat diketahui nilai koefisien korelasi (Corrected Item-Total
Correlation) atau product moment (r) pada uji validitas yang dilakukan
Total Correlation) atau product moment (r) yang didapat kemudian dibandingkan
dengan nilai r tabel, r tabel dicari pada signifikansi 0,05 dengan uji dua sisi dan
jumlah data (n) = 40, maka didapat nilai tabel yang besarnya 0,312. Dari hasil
analisis dapat dilihat bahwa nilai koefisien korelasi yang dihasilkan lebih besar
dari nilai r hitung sehingga dapat disimpulkan semua item pertanyaan dalam
reliabilitas.
dikatakan reliabel jika memiliki nilai Cronbachs Alpha > 0,6 sedangkan menurut
Sekaran (1992) dalam Dwi Priyatno (2008:26) dikatakan reliabilitas kurang dari
0,6 adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima dan diatas 0,8 adalah baik.
Tabel 4.2
Rekapitulasi Hasil Uji Reliabilitas
Nilai Nilai
Jumlah
Cronbach's alpha Cronbach's alpha Keterangan
ItemPertanyaan
hitung Minimal
33 0,856 0,60 Reliabel
Sumber : Hasil Analisis
minimum yang ditentukan yaitu 0,60 sehingga dapat dinyatakan bahwa semua
Setelah semua item pertanyaan dinyatakan valid dan reliabel maka dilanjutkan
dengan melakukan analisis faktor sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk
pengguna jasa pada perusahaan jasa konstruksi kualifikasi kecil (Gred 1, 2, 3 dan
Mengacu dari tujuan serta landasan teori yang dijadikan dasar maka diketahui
sebagai berikut :
16 Penggunaan internet
29 Stabilitas keamanan
30 Kepastian hukum
layak dimasukkan untuk analisis faktor sedangkan variabel yang tidak layak harus
Barletts test dan Anti Image Correlation. MSA adalah ukuran dari matrix
menerapkan faktor analisis. Jika nilai KMO MSA (Kaiser-Meyer Olkin Measure
of Sampling Adequancy) lebih besar dari 0,5 serta nilai Sig. < 0,05, berarti
korelasi antar variabel adalah cukup kuat sehingga proses analisis faktor dapat
dilanjutkan untuk kelompok variabel tersebut (Hair dkk, 1998). Dari hasil
pengolahan data dengan SPSS for Windows versi 17 dapat ditampilkan tabel 4.3
Tabel 4.3
Hasil Tes KMO and Bartlett's Test Tahap I
KMO and Bartlett's Test
of Sampting Adequacy (MSA) besarnya adalah 0,617 dan nilai Sig. = 0,000. Dari
variabel dapat dijelaskan oleh variabel lainnya sehingga analisis faktor layak
digunakan. Oleh karena nilai KMO hasil pengolahan : 0,617 > 0,5, dan nilai Sig.
< 0,05 maka kumpulan 33 variabel penelitian tersebut dapat diproses lebih lanjut.
Proses selanjutnya adalah dilakukan analisis faktor dengan Anti Image Matrices.
Anti Image Matrices digunakan untuk menentukan yang mana variabel yang dapat
dianalisis lebih lanjut dan variabel mana yang harus dikeluarkan. Kriteria
penentuan Anti Image Matrices adalah angka korelasi yang terdapat pada Anti
Image Correlation yaitu matrix dari korelasi parsial diantara variabel setelah
tersebut menjelaskan hasil dari analisa faktor. Bila angka Anti Image Correlation
suatu variabel lebih besar dari 0,5, maka variabel tersebut dapat dianalisis lanjut.
Jika angka Anti Image Correlation suatu variabel lebih kecil atau sama dengan 0,5
maka variabel tersebut harus dikeluarkan dan tidak diikutkan pada analisis lanjut.
Dari hasil pengolahan data dapat disajikan tabel 4.4 yang memuat Anti Image
Tabel 4.4
Nilai Anti Image Correlation Tahap I
Dari tabel 4.4 di atas dapat diketahui bahwa ada enam variabel yang memiliki
Nilai Anti Image Correlation lebih kecil dari syarat yang ditentukan yaitu sebesar
0,5 yaitu variabel cara penerimaan tenaga kerja dalam perusahaan (X12), mensub
staf yang berprestasi (X33), sedangkan variabel lainnya memiliki Nilai Anti
Image Correlation > 0,5 dan memenuhi syarat untuk analisis lebih lanjut.
Pada analisis faktor tahap II, ke enam variabel tersebut dikeluarkan atau tidak
diikutsertakan dalam proses analisis karena memiliki nilai Anti Image Correlation
kurang dari 0,5 yang berarti bahwa variabel tidak bisa diprediksi dan tidak bisa
program SPSS for windows versi 17 dapat ditampilkan tabel 4.5 yang memuat O
Tabel 4.5
Hasil tes KMO dan Barletts tahap II
Pada tabel 4.5 di atas terlihat Nilai Kaiser-Meyer-Olkin and Bartlett's Measure of
Sampting Adequacy (MSA) adalah sebesar 0,861 dan nilai Sig. = 0,000. Oleh
(MSA) hasil pengolahan tahap II lebih besar dari 0,05 dan nilai Sig. < 0,05 yang
121
berarti bahwa variabel masih bisa diprediksi dan bisa dianalisis lebih lanjut maka
selanjutnya dilakukan analisis faktor dengan Anti Image Matrices. Anti Image
Matrices digunakan untuk menentukan yang mana variabel yang dapat dianalisis
lebih lanjut dan variabel mana yang harus dikeluarkan. Kriteria penentuan Anti
Image Matrices adalah angka korelasi yang terdapat pada Anti Image Correlation
yaitu matrix dari korelasi parsial diantara variabel setelah dilakukan analisis faktor
yang menggambarkan tingkat seberapa jauh faktor tersebut menjelaskan hasil dari
analisa faktor. Bila angka Anti Image Correlation suatu variabel lebih besar dari
0,5, maka variabel tersebut dapat dianalisis lanjut. Jika angka Anti Image
Correlation suatu variabel lebih kecil atau sama dengan 0,5 maka variabel
Dari hasil analisis faktor tahap II dengan Anti Image Matrices dapat disajikan
Tabel 4.6
Nilai Anti Image Correlation Tahap II
pendidikan (X7)
8 Pengalaman dan keterampilan tenaga 0,871 Digunakan
kerja yang dipekerjakan (X8)
9 Adanya pelatihan di bidang jasa 0,891 Digunakan
konstruksi (X9)
10 Usia tenaga kerja yang dipekerjakan 0,778 Digunakan
(X10)
11 Sertifikat keahlian yang dimiliki 0,889 Digunakan
tenaga ahli (X11)
13 Penggunaan komputer dalam kegiatan 0,840 Digunakan
operasional perusahaan (X13)
14 Kesesuaian peralatan yang dimiliki 0,834 Digunakan
dalam menunjang kegiatan proyek.
(X14)
15 Inovasi dalam merespon 0,858 Digunakan
perkembangan teknologi seperti
bahan/material. (X15)
16 Penggunaan internet (X16) 0,613 Digunakan
Dari tabel 4.6 di atas dapat diketahui bahwa semua variabel memiliki nilai
Anti Image Correlation lebih besar dari 0,5 sehingga seluruh variabel tersebut
memenuhi syarat untuk dianalisis lebih lanjut untuk mencari nilai Communalities
Komunalitas pada dasarnya adalah jumlah varian (%) dari suatu variabel
mula-mula yang bisa dijelaskan oleh kelompok faktor yang ada , berarti bahwa
nilai tersebut menunjukkan seberapa baik tiap-tiap variabel yang diwakili oleh
Tabel 4.7
Nilai Komunalitas
No Variabel Komunalitas
(X5)
6 Kesesuaian gaji dengan pekerjaan dalam perusahaan 0,754
(X6)
7 Penempatan sesuai dengan kualifikasi pendidikan 0,700
(X7)
8 Pengalaman dan keterampilan tenaga kerja yang 0,788
dipekerjakan (X8)
9 Adanya pelatihan di bidang jasa konstruksi (X9) 0,603
Dari tabel 4.7 dapat dilihat nilai kommunalitas terbesar adalah untuk variabel
modal keuangan dalam pelaksanaan pekerjaan (X2) adalah sebesar 0,913. Ini
berarti bahwa sekitar 91,3 % varian dari variabel modal keuangan dalam
pelaksanaan pekerjaan (X2) dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk demikian
halnya untuk nilai varian dari variabel yang lain. Sedangkan nilai kommunalitas
terkecil adalah untuk variabel penempatan wakil perusahaan dalam proyek yang
faktor yang terbentuk dengan eigen value diatas satu. Hasil ekstraksi
Tabel 4.8
Hasil Ekstraksi Faktor
untuk merotasi faktor awal hasil ekstraksi sehingga akan menghasilkan matriks
variabel yang dimiliki loading factor tinggi terhadap faktornya. Setelah jumlah
faktornya. Loading faktor dapat menjelaskan seberapa besar bisa mengukur faktor
yang terbentuk dari tiap- tiap kelompok faktor. Batasan factor loading lebih besar
dari 0,5 (Santoso, 2004). Bila faktor loading sebuah variabel lebih kecil dari 0,5
maka variabel tersebut dikeluarkan dari model. Semakin besar nilai loading faktor
yang dibentuk maka semakin tinggi ranking variabel tersebut didalam faktor
tersebut.
Adapun variabel yang tidak dimasukkan pada salah satu kelompok faktor,
pelatihan di bidang jasa konstruksi (X9) karena tidak ada yang lebih besar dari
cut off point > 0,55 ( santoso, 2004), sehingga variabel ini tidak diperhitungkan
Tabel 4.9
Hasil Loading Faktor Kinerja
Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui bahwa dengan dua kali proses rotasi , dari
27 variabel yang memiliki angka pembatas cut off point > 0,55 sebanyak 25
variabel yang terbentuk dan menghasilkan empat faktor baru yang direduksi
pekerjaan (X20), variabel Data yang dipakai sesuai dengan keadaan yang
(X1), variabel Besar kecilnya modal dalam perusahaan (X3), variabel Adanya
pinjaman dari bank (X4), variabel Sertifikat keahlian yang dimiliki tenaga ahli
variabel Kepastian hukum (X30). Faktor ini diberi nama faktor keamanan.
variabel Sikap pimpinan kepada staf (X31) dan variabel Motivasi pimpinan
Dari empat faktor baru yang terbentuk dengan nilai total varians kumulatif sebesar
kelompok I ( faktor sumber daya manusia dan keuangan) dengan nilai eigen
sebesar 15,404 dan nilai keragaman total sebesar 57,052 %, yang terdiri dari
variabel :
Kinerja perusahaan ditentukan juga oleh penempatan tenaga kerja yang sesuai
sangat menetukan dalam penentuan metode kerja yang akan dipakai adala
melaksanakan pekerjaan.
menentukan hasil akhir dari pekerjaan itus sendiri, sehingga semakin lengkap
131
dan detail gambar pelaksanaan maka akan semakin memberikan hasil yang
memuaskan.
Faktor kedua yang berpengaruh terhadap kinerja kontraktor yaitu ada pada
kelompok II (faktor administrasi) dengan nilai eigen sebesar 1,901 dan nilai
keragaman total sebesar 7,040 %, yang terdiri dari variabel variabel Modal
dalam perusahaan (X3), variabel Adanya pinjaman dari bank (X4), variabel
(X18) dan variabel Ketersediaan material yang sesuai dengan spesifikasi teknis
Faktor ketiga yang mempengaruhi kinerja kontraktor terdapat pada kelompok III (
faktor keamanan ) dengan nilai eigen sebesar 1,461 dan nilai keragaman total
sebesar 5,409 %, yang terdiri dari variabel variabel Kesesuaian gaji dengan
pekerjaan dalam perusahaan (X6), variabel Usia tenaga kerja yang dipekerjakan
IV ( faktor kepemimpinan) dengan nilai eigen sebesar 1,171 dan nilai keragaman
total sebesar 4,338 % yang terdiri dari variabel variabel Kesesuaian peralatan
yang dimiliki dalam menunjang kegiatan proyek. (X14), variabel Inovasi dalam
132
(X27), variabel Sikap pimpinan kepada staf (X31) dan variabel Motivasi pimpinan
dengan Kinerja
kecil dengan kinerja dilakukan analisis korelasi korelasi ganda (R) dengan
dalam melakukan analisis korelasi maka harus ditentukan terlebih dahulu variabel
(X2) Keuangan
133
(X3) Pengalaman
(X4) Peralatan
(X4.3) Umur/kondisi
bahan/material.
pelaksanaan proyek
pekerjaan
(Y5.2) Data yang dipakai sesuai dengan keadaan yang sebenarnya di lapangan
135
keputusan
perusahaan jasa konstruksi kualifikasi kecil diperoleh hasil seperti tabel 4.10
berikut ini :
Tabel 4.10
Analisa Korelasi Karakteristik Kontraktror Gred 2 terhadap
Kualitas Pekerjaan
Faktor (X) Kualitas (Y) Keterangan
Korelasi 0,839 Korelasi positif
PJBU (X1) Sig.(2 tailed) 0,000
PJTBU (X2) Korelasi 0,870 Korelasi positif
Sig.(2 tailed) 0,000
Sertifikat keahlian tenaga Korelasi 0,780 Korelasi positif
kerja (X3) Sig.(2 tailed) 0,000
Jumlah tenaga kerja (X4) Korelasi 0,780 Korelasi positif
Sig.(2 tailed) 0,000
Asal tenaga kerja (X5) Korelasi 0,812 Korelasi positif
136
1) Variabel PJBU (X1), PJTBU (X2), Sertifikat keahlian tenaga kerja (X4),
Jumlah tenaga kerja (X5), Status tenaga kerja (X6), Nilai paket pekerjaan
(X7), Total kekayaan bersih (X8), Asal modal usaha (X9), Jumlah peket
Sub bidang yang paling sering dikerjakan (X14), Sistem lelang yang sering
137
diikuti (X15), Status alat (X17), Jumlah alat yang dimiliki (X18) dan
hubungan yang terjadi adalah positif. Hal ini menggambarkan bahwa ada
konstruksi gred 2. Dilihat dari nilai korelasinya, maka variabel sub bidang
yang paling sering dikerjakan (X14) memiliki nilai korelasi paling besar
yaitu 0,941. Ini berarti bahwa semakin sering suatu sub bidang dikerjakan
nilai korelasi paling kecil dimiliki oleh variabel sistem lelang yang paling
sering diikuti (X15) dengan nilai korelasi sebesar 0,469. Ini artinya bahwa
Tabel 4.11
Analisa Korelasi Karakteristik Kontraktror Gred 3 terhadap
Kinerja
1) Variabel PJBU (X1), PJTBU (X2), Jumlah tenaga kerja (X4), Asal tenaga
kerja (X5), Status tenaga kerja (X6), Nilai paket pekerjaan (X7), Total
kekayaan bersih (X8), Asal modal usaha (X9), Jumlah paket pekerjaan yang
(X12), sub bidang yang paling sering dikerjakan (X14), Sistem lelang yang
sering diikuti (X15), Status alat (X17), Jumlah alat yang dimiliki ( X18) dan
hubungan yang terjadi adalah positif. Hal ini menggambarkan bahwa ada
pengguna jasa (X11) dengan nilai korelasi sebesar 0,488. Ini artinya bahwa
2) Variabel Sertifikat keahlian tenaga kerja (X3), Lokasi pekerjan (X13 dan
Tabel 4.12
Analisa Korelasi Karakteristik Kontraktror Gred 4 terhadap
Kualitas Pekerjaan
1) Variabel PJBU (X1), PJTBU (X2), Asal tenaga kerja (X5), Status tenaga
kerja (X6), Nilai paket pekerjaan (X7), Total kekayaan bersih (X8),
Pengguna jasa (X11), Sub bidang yang paling sering dikerjakan (X14),
sistem lelang yang sering diikuti (X15) dan Umur/kondisi alat (X19)
memiliki nilai korelasi paling besar yaitu 0,878. Ini berarti bahwa
paling kecil dimiliki oleh variabel sub bidang yang paling sering dikerjakan
(X14) dengan nilai korelasi sebesar 0,577. Ini artinya bahwa sub bidang
2) Variabel Sertifikat keahlian tenaga kerja (X3), Jumlah tenaga kerja (X4),
Asal modal usaha (X9), Jumlah paket pekerjaan yang pernah diambil (X10),
wilayah pengadaan (X16), Status alat (X17) dan Jumlah alat yang dimiliki
BAB V
5.1 Simpulan
usaha adalah tamatan non teknik, sehingga dapat disimpulkan bahwa semua
Undang-undang No. 18 tahun 1999 dan Perlem LPJK No. 11a tahun 2008
usaha tetapi disebutkan bahwa PJBU adalah pimpinan badan usaha yang
bersertifikat yang ditunjuk PJBU untuk bertanggung jawab dalam hal teknik
sebanyak 41,24 % memiliki kekayaan bersih antara Rp. 50 juta Rp. 200 juta.
faktor sumber daya manusia dan keuangan. Kelompok faktor tersebut adalah
untuk gred 2 tetapi berkorelasi dengan kinerja pengusaha jasa konstruksi gred
3 dan gred 4, sedangkan keahlian tenaga kerja tidak berkorelasi dengan kinerja
Jumlah tenaga kerja, asal modal usaha, jumlah paket pekerjaan, lama
pengalaman perusahaan, status alat serta jumlah alat tidak berkorelasi dengan
Dilihat dari nilai korelasi untuk gred 2, maka sub bidang yang paling
sering dikerjakan memiliki nilai korelasi paling besar yaitu 0,941. Sedangkan
nilai korelasi paling kecil dimiliki oleh sistem lelang yang paling sering diikuti
dengan nilai korelasi sebesar 0,469. ini berarti bahwa semakin berpengalaman
146
kinerja.
Sedangkan dilihat dari nilai korelasinya untuk gred 3 dan gred 4, maka
0,897 dan 0,878. Ini berarti bahwa baik buruknya kinerja ditentukan oleh
gred 3 adalah pengguna jasa dengan nilai korelasi sebesar 0,488 dan nilai
korelasi paling kecil untuk gred 4 adalah sub bidang yang paling sering
5.2 Saran
1. Mengingat faktor sumber daya manusia dan keuangan merupakan faktor yang
kinerja.
perbankan.
147
DAFTAR PUSTAKA
Jakti, Dorodjatun Kuncoro. 2004. Kiat Meraih Peluang di Era Kebangkitan Jasa
Konstruksi, Profesionalisme Tulang Punggung Kompetensi dan Daya Saing.
Jakarta : PT Tren Pembangunan
Siagian, Sondang P. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT. Bumi
Aksara
Tjiptono, Fandy dan Anastasia Diana. 2003. Total Quality Manajemen. Edisi
Revisi. Yogyakarta : Andi Offset
KUESIONER PENELITIAN
KARAKTERISTIK DAN KINERJA PERUSAHAAN JASA KONSTRUKSI
KUALIFIKASI KECIL (GRED 1, 2, 3 4)
DI KABUPATEN JEMBRANA
TAHUN 2009.
Kuesioner atau angket ini disusun sebagai alat untuk mengumpulkan data
hanya untuk keperluan akademis dan tidak ada pengaruhnya sama sekali terhadap
tidak ternilai harganya bagi penelitian ini dan saya menjamin kerahasiaan semua
kasih.
Peneliti
150
Petunjuk Pengisian :
silang ( X ) pada kolom jawaban yang telah disediakan yang paling sesuai
1. IDENTITAS RESPONDEN
Nama :
Umur :
Pendidikan :
Alamat perusahaan :
Kualifikasi/Gred Kontraktor :
2. PERTANYAAN :
1 Nilai paket pekerjaan yang pernah dikerjakan dalam kurun waktu tujuh tahun
terakhir
a. 0 Rp. 50 Juta
b. > Rp. 50 Juta Rp. 100 Juta
c. > Rp. 100 Juta Rp.400 Juta
152
1 Jumlah paket pekerjaan yang telah dikerjakan dalam kurun waktu tujuh tahun
terakhir
a. 3 proyek
b. 5 proyek
c. 7 proyek
d. 9 proyek
e. > 9 proyek
2 Pengguna jasa yang sering memakai jasa perusahaan
a. Perorangan
b. Perusahaan swasta (lokal/asing)
c. Pemerintah
3 Lama pengalaman perusahaan di bidang konstruksi
a. 0 5 tahun
b. > 5 10 tahun
c. > 10 15 tahun
d. > 15 tahun
4 Lokasi pekerjaan yang sering ditangani
a. Kab. Jembrana
b. Prov. Bali
153
c. Nasional
5 Sub bidang layanan pekerjaan yang paling sering dikerjakan
a. Perumahan
b. Gedung
c. Jembatan
d. Jalan
e. Landscape/Pertamanan
f. Pengairan/Irigasi
6 Sistem lelang/pengadaan yang diikuti dalam memperoleh pekerjaan
a. Penunjukan Langsung
b. Pemilihan Langsung
c. Pelelangan Terbatas
d. Pelelangan Umum
7 Lingkup wilayah pengadaan/lelang yang diikuti
a. Kab. Jembrana
b. Prov. Bali
c. Nasional
PERALATAN YANG DIMILIKI
KUESIONER PENELITIAN
KARAKTERISTIK DAN KINERJA PERUSAHAAN JASA KONSTRUKSI
KUALIFIKASI KECIL (GRED 1, 2, 3 4)
DI KABUPATEN JEMBRANA
TAHUN 2009.
Kuesioner atau angket ini disusun sebagai alat untuk mengumpulkan data
hanya untuk keperluan akademis dan tidak ada pengaruhnya sama sekali terhadap
tidak ternilai harganya bagi penelitian ini dan saya menjamin kerahasiaan semua
kasih.
Peneliti
155
Petunjuk Pengisian :
cek list ( ) pada kolom jawaban yang telah disediakan yang paling sesuai
5. Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka setiap jawaban akan diberi skor
sebagai berikut :
1. IDENTITAS RESPONDEN
Nama :
Pendidikan :
2. PERTANYAAN :
5 Kebijakan pemerintah di
sektor keuangan/perbankan
FAKTOR SUMBER
DAYA MANUSIA
6 Kesesuaian gaji dengan
pekerjaan dalam perusahaan
7 Penempatan personil sesuai
dengan kualifikasi
pendidikan
8 Pengalaman dan
keterampilan tenaga kerja
yang dipekerjakan
9 Adanya pelatihan di bidang
jasa konstruksi
10 Usia tenaga kerja yang
dipekerjakan
11 Sertifikat keahlian yang
dimiliki tenaga ahli
12 Cara penerimaan tenaga
kerja dalam perusahaan
FAKTOR PERALATAN
13 Penggunaan komputer
dalam kegiatan operasional
perusahaan
14 Kesesuaian peralatan yang
dimiliki dalam menunjang
kegiatan proyek.
15 Inovasi dalam merespon
perkembangan teknologi
seperti bahan/material.
16 Penggunaan internet
FAKTOR MATERIAL
17 Pengadaan material
disediakan langsung oleh
157
perusahaan dalam
pelaksanaan proyek
18 Ketepatan waktu dalam
pengadaan material untuk
pelaksanaan pekerjaan
19 Ketersediaan material yang
sesuai dengan spesifikasi
teknis yang dipersyaratkan
dalam dokumen tender.
FAKTOR METODE
KERJA
20 Koordinasi dengan pihak
pengguna jasa dalam
pelaksanaan pekerjaan
21 Data yang dipakai sesuai
dengan keadaan yang
sebenarnya di lapangan.
22 Pertimbangan keselamatan
pekerja dalam pelaksanaan
pekerjaan
23 Kelengkapan gambar
disain/dokumen
pelaksanaan
24 Mensub kontrakkan
sebagaian pekerjaan
25 Besarnya struktur organisasi
dalam perusahaan
26 Panjangnya jalur koordinasi
untuk mengambil suatu
keputusan
27 Penempatan wakil
perusahaan dalam proyek
yang bisa mengambil
keputusan
FAKTOR POLITIK
30 Kepastian hukum
FAKTOR
KEPEMIMPINAN
158