Anda di halaman 1dari 11

KONTRUKSI DAPUR TINGGI

DAN PROSES KERJA DALAM MEMBUAT BESI KASAR

MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Pengetahuan Bahan Teknik
yang dibina oleh Ibu Sukarnati

Oleh
Affan Ghafar Ashari
120513404279

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK MESIN
September 2013
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dapur tinggi merupakan sebuah alat yang sering dibicarakan di dalam
bidang permesinan, hal itu dikarenakan alat ini digunakan untuk membuat
material-material yang akan digunakan dalam bidang tersebut. Tidak
hanya dalam permesinan, pada bidang lain seperti otomotif pun harus
mengenal alat ini karena hampir semua peralatan, bahan serta material
yang digunakan dalam bidang otomotif merupakan hasil kerja dapur tinggi.

Karena begitu pentingnya alat ini pada bidang otomotif, maka sebagai
mahasiswa teknik otomotif seharusnya kita mengetahui lebih jauh tentang
alat ini. Dalam makalah ini nantinya akan membahas mengenai fungsi dan
kontruksi dari dapur tinggi itu sendiri serta cara kerja maupun proses kerja
dapur tinggi dalam pembuatan besi kasar.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa fungsi dari dapur tinggi?
2. Bagaimana kontruksi yang digunakan untuk membuat dapur tinggi?
3. Bagaimana proses/cara kerja dapur tinggi dalam pembuatan besi
kasar?

1.3 Tujuan Penulisan


Dengan makalaih ini pembaca diharapkan untuk dapat memperoleh
informasi maupun penetahuan dasar tentang dapur tinggi yang meliputi:
(1)fungsi dari dapur tinggi, (2)kontruksi dapur tinggi, serta (3)proses/cara
kerja dari dapur tinggi.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Fungsi Dapur Tinggi


Dapur tinggi merupakan sebuah alat yang digunakan untuk memproses
bijih besi yang berupa pyrite(FeS2), magnetite(Fe3O4), serta
hematite(Fe2O3) untuk diolah menjadi besi kasar melalui proses fisika
maupun kimiawi.

Hal ini mengacu pendapat Rahayu (2009) yang menyatakan , pada


umumnya dapur tinggi digunakan untuk mengolah bijih-bijih besi untuk
dijadikan besi kasar. Pernyataan ini pun masih dilengkapi oleh pendapat
lain dari Margono (2011) yang menyatakan untuk memperoleh logam
berupa besi harus melalui proses yang sangat panjang baik secara fisika
maupun kimiawi. Ditambah lagi dengan pendapat Schmieg (2008) yang
menyatakan, bijih besi yang dimaksud itu sendiri diantaranya adalah
pyrite (FeS2), Magnetite (Fe3O4), dan Hematite (Fe2O3).

2.2 Kontruksi Dapur Tinggi


Wibowo (2009) menyatakan pendapatnya mengenai kontruksi dapur tinggi
sebagai berikut:
Dapur tinggi mempunyai bentuk dua buah kerucut yang
berdiri satu di atas yang lain pada alasnya. Pada bagian atas
adalah tungkunya yang melebar ke bawah, sehingga
muatannya dengan mudah meluncur kebawah dan tidak
terjadi kemacetan. Bagian bawah melebar ke atas dengan
maksud agar muatannya tetap berada di bagian ini. Dapur
tinggi dibuat dari susunan batu tahan api yang diberi
selubung baja pelat untuk memperkokoh konstruksinya.

Berbeda dengan Margono (2011) yang menyatakan pendapatnya


mengenai kontruksi dapur tinggi sebagai berikut:
Dapur tinggi sendiri merupakan bangunan yang dibuat dari
susunan batu tahan api yang diperkuat dengan tiang-tiang
baja. Pada bagian atas terdapat corot pengisi yang bekerja
secara bergantian sehingga kehilangan gas dapur tinggi
dapat dihindari. Dapur tinggi ini juga dilengkapi dengan alat
pemanas udara (Pesawat Cowper).

Gambar 2.2. Kontruksi dapur tinggi

Sumber: http://www.chem-is-try.org/wp-
content/uploads/2009/05/gb715.jpg

Dari pendapat-pendapat dan gambar di atas dapt diambil kesimpulan,


dapur tinggi dibuat dari batu tahan api yang dilapisi dengan plat baja untuk
memperkokoh kontruksinya selain itu dapur tinggi juga diperkuat dengan
tiang-tiang baja.

3
Kontruksi pada bagian tungku dapur tinggi pun dibuat untuk
mempermudah proses kerja dapur tinggi dimana tungku bagian atas
dibuat melebar ke bawah agar mudah turun dan tidak terjadi kemacetan
saat pengisian, sedangkan tungku bagian bawah dibuat melebar ke atas
agar muatan yang dihasilkan tetap berada pada bagian ini.

Dapur tinggi pun masih dilengkapi dengan peralatan yang lain yaitu
pesawat cowper yang berfungsi untuk meniupkan dan menyuplai udara
panas yang diperlukan dalam proses dapur tinggi.

2.3 Proses Kerja Dapur Tinggi


2.3.1 Proses Pendahuluan
Sebelum memasuki dapur tinggi bijih besi yang berasal dari tambang
terlebih dahulu melalui proses pendahuluan yang meliputi:
1. Proses pemecahan, pada proses ini bijih besi dipecah menjadi
bongkahan-bongkahan dengan ukuran yang sama.
2. Proses penggilingan, pada proses ini bongkahan yang tadinya
dipecah diperhalus lagi hingga menjadi butiran bijih besi.
3. Proses pencucian, hal ini dimaksudkan untuk memisahkan kotoran
yang ikut terbawa oleh bijih besi.
4. Proses pemanggangan, hal ini dilakukan agar bijih besi menjadi
kering dan mempermudah pada proses peleburan di dalam dapur
tinggi.
Hal ini mengacu pendapat Margono (2011) yang menyatakan proses
pendahuluan pada bijih besi sebelum memasuki dapur tinggi sebagai
berikut:

1. Pemecahan, proses ini bertujuan untuk memecah bijih


besi menjadi bongkahan-bongkahan yang sama besar.

2. Penggilingan, proses ini bertujuan untuk memperkecil


(memperhalus) bongkahan bijih besi menjadi butiran-
butiran.

3. Pencucian, pada tahap ini dimaksudkan untuk


membersihkan bijih besi dari bahan-bahan pengotor.

4
4. Pemanggangan, agar bijih besi menjadi kering maka perlu
dilakukan pemanggangan untuk mempercepat proses
peleburan dalam dapur tinggi.

2.3.2 Bahan-bahan yang Dimasukkan dalam Dapur Tinggi


Bahan-bahan yang dimasukkan ke dalam dapur tinggi untuk membuat
besi kasar adalah sebagai berikut:
1. Bijih besi, sebagai bahan dasar dalam pembuatan besi
mentah/kasar.
2. Kokas, sebagai bahan bakar/sumber panas. Kokas merupakan
hasil dari penyulingan batu bara.
3. Batu kapur, sebagai pemisah besi dari kotoran-kotoran yang masih
tertinggal pada besi.
4. Udara panas, berfungsi untuk mempercepat pemanasan kokas
yang ada di dalam dapur tinggi.
Hal ini mengacu pendapat Margono (2011) tentang bahan-bahan yang
dimasukkan kedalam dapur tinggi sebagai berikut:

1. Bijih besi, merupakan bahan dasar untuk pembuatan besi


mentah.

2. Kokas, yaitu batu bara yang sudah disuling (distilasi)


berfungsi sebagai sumber panas atau bahan bakar.

3. Batu kapur (CaCO3), merupakan bahan tambah yang


berfungsi untuk mengikat kotoran seperti tanah, pasir, dan
lain-lain sehingga mudah dipisahkan dari besi.

4. Udara panas, berfungsi mempercepat proses


pembakaran kokas di dalam dapur tinggi.

2.3.3 Proses yang Terjadi dalam Dapur Tinggi


Sebelum proses pembakaran di dalam dapur tinggi dimulai bahab-bahan
yang akan diproses dimasukkan terlebih dahulu ke dalam secara berlapis
dengan berurutan dimulai dari bijih besi, kokas kemudian batu kapur
dengan volume masing-masing 3 m 3. Hal ini mengacu pendapat Margono
(2011) yang menyatakan, setelah semua bahan siap maka mula-mula
dimasukkan bijih besi 3 m3, selanjutnya kokas 3 m3 selanjutnya batu kapur
dan seterusnya selapis demi selapis secara bergantian.
Setelah semua bahan masuk pembakaran pendahuluan dimulai hingga
temperatur dalam dapur tinggi mencapai 1800 0C atau lebih pada bagian
bawah dapur tinggi dan ad bagian atas mencapai 300-800 0C. Setelah
suhu tinggi tercapai maka proses reduksi pada bahan-bahan yang 5
dimasukkan terjadi.

Panas yang dihasilkan dapur tinggi dialirkan keluar menuju alat pemanas
udara untuk proses pemanasan dapur tinggi itu sendiri. Dari pemanasan
tersebut juga menghasilkan terak yang melapisi besi kasar yang terbentuk
sehingga tidak mengalami oksidasi yang diakibatkan oleh udara panas
yang masuk dalam dapur tinggi.

Proses reduksi yang terjadi meliputi:


1. Reduksi pada kokas
C+O2 CO2 dan berlanjut di bagian atas dapur CO2+C 2CO.
2. Reduksi pada bahan yang terdapat di bagian atas karena adanya
gas CO
Fe2O3+CO 2FeO+CO2
3. Reduksi tidak langsung pada bahan yang menetes/turun ke bawah
FeO+CO FeO+CO2
4. Reduksi langsung yang terjadi pada bagian terpanas dapur tinggi
FeO+C Fe+CO
Proses tersebut terus menerus terjadi hingga terjadi peleburan pada
bahan-bahan yang tadi dimasukkan. Karena proses yang terus terjadi ini
maka hasil dapur tinggi akan dikeluarkan setiap 4-6 jam sekali dimulai
dengan mengeluarkan terak kemudian besi kasar yang terbentuk. Proses
tersebut dilakukan terus menerus untuk memanfaatkan panas yang telah
dihasilkan dapur tinggi.

Hal tersebut mengacu pendapat Margono (2011) yang menyatakan proses


yang terjadi di dalam dapur tinggi meliputi pemanasan pendahuluan,
proses reduksi, dan proses peleburan. Dan didukung dengan pendapat
Wibowo (2009) yang menyatakan proses dalam dapur tinggi sebagai
berikut:

6
Prinsip dari proses dapur tinggi adalah prinsip reduksi. Pada
proses ini zat karbon monoksida dapat menyerap zat asam
dari ikatan-ikatan besi zat asam pada suhu tinggi. Pada
pembakaran suhu tinggi + 18000 C dengan udara panas,
maka dihasilkan suhu yang dapat menyelenggarakan reduksi
tersebut. Agar tidak terjadi pembuntuan karena proses
berlangsung maka diberi batu kapur sebagai bahan
tambahan. Bahan tambahan bersifat asam apabila bijih
besinya mempunyai sifat basa dan sebaliknya bahan
tambahan diberikan yang bersifat basa apabila bijih besi
bersifat asam. Gas yang terbentuk dalam dapur tinggi
selanjutnya dialirkan keluar melalui bagian atas dan ke dalam
pemanas udara. Terak yang menetes ke bawah melindungi
besi kasar dari oksida oleh udara panas yang dimasukkan,
terak ini kemudian dipisahkan. Proses reduksi di dalam dapur
tinggi tersebut berlangsung sebagai berikut:
Zat arang dari kokas terbakar menurut reaksi :
C+O2 CO2
sebagian dari CO2 bersama dengan zat arang membentuk
zat yang berada ditempat yang lebih atas yaitu gas CO.
CO2+C 2CO
Di bagian atas dapur tinggi pada suhu 300 0 sampai 8000 C
oksid besi yang lebih tinggi diubah menjadi oksid yang lebih
rendah oleh reduksi tidak langsung dengan CO tersebut
menurut prinsip :
Fe2O3+CO 2FeO+CO2
Pada waktu proses berlangsung muatan turun ke bawah dan
terjadi reduksi tidak langsung menurut prinsip :
FeO+CO FeO+CO2
Reduksi ini disebut tidak langsung karena bukan zat arang
murni yang mereduksi melainkan persenyawaan zat arang
dengan oksigen. Sedangkan reduksi langsung terjadi pada
bagian yang terpanas dari dapur, yaitu langsung di atas pipa
pengembus. Reduksi ini berlangsung sebagai berikut.
FeO+C Fe+CO
CO yang terbentuk itulah yang naik ke atas untuk
mengadakan reduksi tidak langsung tadi. Setiap 4 sampai 6
jam dapur tinggi dicerat, pertama dikeluarkan teraknya dan
baru kemudian besi.

7
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Dapur tinggi merupakan alat yang digunakan untuk membuat besi
kasar/mentah yang merupakan bahan untuk pembuatan besi/baja.
2. Dapur tinggi terbuat dari bahan batu tahan api agar dapat menahan
panas yang terjadi pada proses pembentukan besi mentah dan untuk
memperkokoh dapur tinggi batu tahan api tersebut dilapisi plat baja dan
pada kerangkanya diberi tiang-tiang baja.
3. Ada tiga proses yang terjadi di dalam dapur tinggi yaitu pemanasan
mula, proses reduksi, dan proses peleburan. Dan pada proses-proses
tersebut yang terpenting adalah proses reduksi. Selain itu proses yang
terjadi pada dapur tinggi terus diulang untuk memanfaatkan panas yang
dihasilkan dapur tinggi itu sendiri.

8
DAFTAR RUJUKAN

Wibowo, H. 2009. Macam-macam Pengolahan Besi dan Logam, (Online),


(http://industri06.blogspot.com/2009/11/macam-macam-
pengolahan-besi-dan-logam.html ), diakses 4 September 2013.

Margono. 2011. Pengolahan Besi Mentah (PIG IRON), (Online),


(http://id.shvoong.com/exact-sciences/engineering/2145199-
pengolahan-besi-mentah-pig-iron/), diakses 4 September
2013.

Schmieg, S. 2008. Perjalanan Panjang Sang Baja, (Online),


(http://geowana.wordpress.com/2008/11/16/perjalanan-
panjang-sang-baja/#more-238), diakses 4 September 2013.

Rahayu, S.S. 2009. Dapur tinggi (blast furnace), (Online),


(http://pratamarespec.blogspot.com/2012/03/dapur-tinggi-
blast-furnace-kata-kunci.html), diakses 4 September 2013.

9
DAFTAR ISI

Halaman Juduli

DAFTAR ISIiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang1

1.2 Rumusan Masalah1

1.3 Tujuan Penulisan1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Fungsi Dapur Tinggi2

2.2 Kontruksi Dapur Tinggi2

2.3 Proses Kerja Dapur tinggi4

2.3.1 Proses Pendahuluan4

2.3.2 Bahan-bahan yang Dimasukkan dalam Dapur Tinggi 5

2.3.3 Proses yang Terjadi dalam Dapur Tinggi5

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan8

DAFTAR PUSTAKA9

iii

Anda mungkin juga menyukai